(FA4105)
PRAKTIKUM VI
ANTIHIPERGLIKEMIA
HEPATOPROTEKTOR
Oleh
Kelompok 4 Shift Selasa
Nelly Setyawaty 10708011
Lin Hofa Nurul Alifah 10708035
Andy Setiawan 10708042
Hubbi Nashrullah 10708060
Gilang Putri Suryani 10708070
Egy Chandra 10708084
Asisten:
Putri Rizkita 11608014
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI
SEKOLAH FARMASI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2011
ANTIHIPERGLIKEMIA
I. Tujuan Percobaan
Menentukan pengaruh pemberian Glibenklamid dan Metformin secara oral terhadap
kadar glukosa dalam darah mencit
VI. Kesimpulan
Di isi yah
I. Tujuan Percobaan
Menentukan efek hepatoprotektor ekstrak silimarin dan propolis
Tikus Kelompok 4 Bobot Hati (g) Bobot Badan (g) Indeks Hati
Kontrol negatif 4.3 151.3 0.028
Kontrol positif 3.7 145.4 0.025
Silimarin 4.2 148.7 0.028
Propolis 3.2 152.8 0.021
Data Blanko:
GOT : 0.637
GPT : 1.768
V. Pembahasan
Hati merupakan organ penting dalam tubuh terutama perannya dalam hal
detoksifikasi senyawa racun. Namun, organ yang satu ini dapat menjadi tidak berfungsi
karena mengalami kerusakan yang disebabkan antara lain oleh obat-obatan (misal:
asetominofen), senyawa kimia (misal CCl4, alkohol) ataupun oleh virus hepatitis B atau
C. Adapun beberapa mekanisme senyawa obat untuk merusak hati adalah dengan cara:
a. Gangguan hepatosit
Obat berikatan kovalen dengan protein intraseluler yang menyebabkan jumlah ATP
menjadi berkurang, menyebabkan gangguan aktin (dalam hal kontraksi otot), fibrin
aktin menjadi pecah dan membran selpun rusak
b. Gangguan transport protein
Obat yang mengganggu protein transport pada membran kanalikuler dapat
menyumbat aliran empedu, mencegah ekskresi billirubin, menyebabkan kolestatis
yang ditandai dengan peningkatan jumlah ALP (Alkaline Posphatase) & TBL (Total
Billirubin) dalam serum.
c. Aktivasi sel-T
Ikatan kovalen antara obat dengan enzim sitokrom P-450 bersifat imunogenik,
mengaktivasi sel T dan sitokin serta menstimulasi respon imun yang kompleks
d. Apopotosis sel hepatosit
Aktivasi jalur apoptosis dengan reseptor faktor α pada tumor nekrosis akan memicu
proses kaskade yang berakhir pada kematian sel
e. Gangguan mitokondria
Obat yang menghambat fungsi mitokondria dengan mempengaruhi produksi energi
dengan menghambat jalur NAD (nicotinamide adenine dinucleotide) dan FAD
(flavin adenine dinucleotide), sehingga jumlah ATP menjadi turun.
f. Luka pada saluran empedu
Beberapa hasil metabolisme dari suatu obat tertentu mengakibatkan inflamasi pada
sel epitel saluran empedu.
Kerusakan hati pada suatu organisme terjadi secara bertahap diantaranya:
a. Nekrosis
Kematian sel sebagai akibat dari adanya kerusakan sel akut atau trauma
(misalnya: kekurangan oksigen, perubahan suhu yang ekstrem, dan cedera mekanis),
di mana kematian sel tersebut terjadi secara tidak terkontrol yang dapat menyebabkan
rusaknya sel. Inti sel yang mati akan menyusut (piknotik), lalu menjadi padat,
batasnya tidak teratur dan berwarna gelap. Selanjutnya, inti sel hancur dan
meninggalkan pecahan-pecahan zat kromatin yang tersebar di dalam sel. Proses ini
disebut karioresis. Kemudian inti sel yang mati akan hilang (kariolisis)
b. Obstruksi
Suatu hambatan dalam saluran empedu yang menyebabkan billirubin yang seharusnya
dialirkan ke jejenum menjadi dialirkan ke saluran darah, sehingga mengakibatkan
efek jaundice (kekuningan).
c. Sirosis & Fibrosis
Mekanisme utama yang menyebabkan sirosis diantaranya adalah kematian sel
hati, regenerasi, fibrosis progresif, dan perubahan vesikular. Perkembangan sirosis
membutuhkan kematian sel yang terjadi dalam periode lama disertai dengan adanya
fibrosis. Kematian sel akan menimbulkan respon normal berupa regenerasi sebagai
proses sebab akibat, sementara fibrosis berupa respon penyembuhan luka/inflamasi
yang berkembang menjadi pembentukan jaringan parut, sebab ketika cedera tidak
hanya meliputi parenkim tetapi juga jaringan ikat. Pada hati yang normal matriks
ekstraselular terdiri dari kolagen interstial (fibril pembentuk kolagen tipe I, III, V dan
XI) yang hanya ada di kapsul liver, saluran portal, dan sekeliling vena sentralis. Selain
itu, liver tidak mempunyai basal yang sejati, tapi sebuah kerangka kolagen tipe VI dan
protein lain yang terdapat pada celah di antara sinusoid sel endotelial dan hepatosit.
Sementara itu pada sirosis, kolagen tipe I dan III serta komponen lain terdeposit di
celah Disse.
Pada fibrosis dan sirosis lebih lanjut, pita fibrosis memisahkan nodul hepatosit
pada keseluruhan hati. Perubahan vaskuler dimulai dengan hilangnya penestrasi sel
endotelial sinusoid dan perkembangan aliran vena portal-vena hepatika dan arteri
hepatik-vena portal endothelial yang memungkinkan pertukaran bebas larutan antara
plasma dan hepatosit menuju tekanan yang lebih tinggi sehingga terjadi gangguan
pertukaran larutan. Khususnya, pergerakan protein seperti albumin, faktor intrinsik
pembekuan darah, lipoprotein di antara hepatosit dan plasma menjadi sangat lemah.
Perubahan fungsional ini dipengaruhi oleh kerusakan mikrovili permukaan hepatosit
yang mengurangi kapasitas transport sel.
Sumber utama kolagen berlebih ini adalah berasal dari sel stellate perisinusoidal
(sering dikenal dengan sel Ito atau sel penyimpan lemak), yang berada pada celah
Disse. Meskipun secara normal sel tersebut berfungsi sebagai sel penyimpan vitamin
A dan lemak, selama perkembangan fibrosis akan teraktivasi dan bertransformasi
menjadi sel mirip miofibroblas yang mengekskresikan α-aktin otot polos dan glial
fibrillary acidic protein. Stimulus untuk pengaktifan sel stellate dan produksi kolagen
misalnya adalah ROS, growth factor, dan sitokin seperti INF, IL-1, dan limfotoksin,
yang bisa diproduksi oleh hepatosit rusak atau oleh stimuli sel Kupffer serta sel
endothelial sinusoid. Sel stellate yang teraktivasi memproduksi growth factor,
kemokin dan sitokin yang menyebabkan proliferasi lebih lanjut dan sintesis kolagen.
Transforming growth factor β merupakan agen fibrogenik utama untuk sel stellate.
Pad atahap awal ini, fibrosis merupakan proses dinamis yang melibatkan sintesis dan
deposisi matriks ekstraseluler, aktivasi malproteinase dan juga jaringan penghambat
metalloproteinase.
Salah satu obat yang dipakai sebagai hepatoprotektor dalam percobaan kali ini
adalah silimarin. Silimarin dengan metabolit aktifnya yaitu silibin merupakan jenis
falvonoid yang diekstraksi dari bahan alam yaitu Silybum marianum. Mekanisme kerja
dari silimarin ini adalah sebagai antioksidan, antiperoksida lipid, serta meningkatkan
daya detoksifikasi, meningkatkan sintesis protein sel-sel hati, mengurangi aktivitas
bahan-bahan yang menyebabkan tumor, memelihara keberadaan sel mast.
Kerusakan hati yang terjadi pada manusia dapat berupa serangan hepatitis yang
menyebabkan kerusakan hati akibat infeksi virus hepatitis baik hepatitis A, B, maupun C,
sirosis atau insufisiensi hati, hati yang berlemak akibat kelebihan alkohol, dan gangguan
hati akibat intoksikasi obat. Seluruh gangguan hati tersebut dapat meningkatkan
konsentrasi SGOT dan SGPT dalam darah.
Pada kenyataannya dalam diagnosis, SGPT dan SGOT setiap orang dapat
menghasilkan sesuatu yang bias karena kondisi tertentu. Pada orang normal konsentrasi
SGOT dan SGPT dapat tinggi diakibatkan karena aktivitas yang tinggi, sedangkan pada
orang dengan serangan hepatitis misalnya, bisa saja konsentrasi SGOT dan SGPT yang
terukur tidak terlalu jauh dari batas atas kondisi normal, padahal infeksi telah terjadi.
Selain itu, batas normal SGOT dan SGPT juga dapat berbeda-beda antar laboratorium
bergantung pada metode diagnosis yang digunakan sehingga hasil ini sebenarnya tidak
bisa dijadikan hasil vonis suatu penyakit. Maka diagnosis untuk gangguan hati biasanya
dilakukan beberapa kali dalam selang waktu tertentu atau digunakan cek biokimia darah
lain.
VI. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengukuran SGPT dan SGOT kedua zat uji tidak memberikan efek
hepatoprotektor, tetapi dari pengamatan secara fisik, warna organ hati yang diberi zat uji
baik Silimarin maupun Propolis lebih muda.
3. Sebutkan contoh obat yang menyebabkan hepatotoksik (drug induced liver disease)?
Meningkatkan jumlah Meningkatkan jumlah Meningkatkan jumlah
ALT ALT & ALP TBL & ALP
Acarbose Amitriptyline Amoxicillin-Clavulanic
Acetaminophen Azathioprine Acid
Allopurinol Captopril Anabolic steroid
Amiodarone Cyphroheptadine Chloropromazine
Baclofen Clindamycin Clopidogrel
Buproprion Carbamazepine Erythromycin
Fluoxetine Enalapril Estrogen
HAART drugs Flutamide Irbesartan
Isoniazide Nitrofurantion Mirtazapine
Ketoconazole Phenobarbital Phenothiazines
Lisinopril Phenytoin Terbinafine
Losartan Sulfonamide Tricyclics
Methootrexate Trazodone
NSAIDs Trymethorime-
Omeprazole Sulfamethoxazole
Paroxetine Verapamil
Pyrazinamide
Rifampine
Risperidone
Sertraline
Statins
Tetracyclines
Trazodone
Trovafloxacin
Valproic Acid