Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan

sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari

penyakit atau kecacatan. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu

unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa

Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik

secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan kesehatan

tersebut dapat dicapai dengan usaha yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata,

dapat diterima serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat yang disebut

dengan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau

serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan

berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,

pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau

masyarakat (UU No. 36 tahun 2009).


Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi

masyarakat, di perlukan suatu upaya melalui kegiatan seperti pelayanan kesehatan

yang didukung oleh sumber daya kesehatan. Tempat penyelenggaraan pelayanan

kesehatan tersebut antara lain rumah sakit, puskemas, balai pengobatan/klinik,

praktek dokter, praktek pengobatan tradisional, praktek tenaga kesehatan,


polindes, poskesdes, posyandu, toko obat dan apotek (Depkes RI, 2009). Apotek

adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh

Apoteker, PP RI No.51 tahun 2009 Pasal 1 ayat 13 tentang pekerjaan kefarmasian.

Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan

farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau

penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,

pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional serta pelayanan informasi

obat. Tenaga kesehatan dapat dikelompokkan sesuai dengan keahlian dan

kualifikasi yang dimiliki, antara lain meliputi tenaga medis, tenaga kefarmasian,

tenaga keperawatan, tenaga kesehatan masyarakat dan lingkungan, tenaga gizi,

tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, dan tenaga kesehatan lainnya.
Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung

jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud

mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Tenaga

kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri

atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah

tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang

terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, dan Analis Farmasi (Permenkes

RI No. 72 tahun 2016).


Mahasiswa Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Palembang

Jurusan Farmasi sebagai calon Tenaga Teknis Kefarmasian diharapkan dapat

menambah wawasan agar kualitas tenaga kefarmasian yang profesional dapat

ditingkatkan melalui Praktek Kerja Lapangan sebagai implementasi materi yang

telah diterima pada saat kuliah. Setelah melakukan Praktek Kerja Lapangan,

2
mahasiwa Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Palembang Jurusan

Farmasi diharap mendapatkan pengalaman secara langsung mengenai

pengetahuan dan keterampilan khususnya di apotek Kimia Farma sebagai salah

satu tempat pelayanan kesehatan.

B. Tujuan PKL Apotek


Tujuan dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah mahasiswa dapat

menerapkan ilmu mengenai farmasi di apotek yang kegiatannya meliputi :


1. Mengetahui susunan organisasi apotek.
2. Menyiapkan obat racikan dan non racikan sesuai dengan resep dokter.
3. Mengetahui penatalaksanaan sediaan obat di apotek.
4. Melaksanakan pengelolaan alat kesehatan sesuai dengan ruang lingkup

apotek.

C. Manfaat PKL Apotek


1. Menambah pengetahuan dan memberikan keterampilan kepada mahasiswa

di bidang apotek.
2. Meningkatkan dan memperluas kemampuan mahasiswa sebagai bekal untuk

memasuki lapangan kerja.


3. Sebagai sarana untuk membandingkan teori yang didapat di bangku kuliah

dengan aplikasi di lapangan.


4. Sebagai sarana untuk mempersiapkan mahasiswa sebelum terjun di

masyarakat

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Apotek Secara Umum


1. Defenisi Apotek

Apotek berasal dari bahasa Yunani apotheca, yang secara harfiah berarti

penyimpanan. Dalam bahasa Belanda, apotek disebut apotheek, yang berarti

tempat menjual dan meramu obat. Apotek juga merupakan tempat apoteker

melakukan praktik profesi farmasi sekaligus menjadi peritel. Sementara menurut

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/Menkes/SK/X/2002,

tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI

No.992/Menkes/PER/X/1993 mengenai ketentuan dan tata cara pemberian izin

apotek, yang dimaksud dengan apotek adalah suatu tempat tertentu yang

digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian berupa penyaluran perbekalan

farmasi kepada masyarakat. Sedangkan, menurut PP No. 51 Tahun 2009, apotek

adalah sarana pelayanan kefarmasian atau tempat dilakukannya praktik

kefarmasian oleh apoteker (Bogadenta, 2012).

Menurut ketentuan umum Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992,

yang dimaksud dengan pekerjaan kefarmasian meliputi pembuatan, pengolahan,

peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, dan penyerahan obat

4
atau bahan obat, pengadaan, penyiapan, penyaluran dan penyerahan perbekalan

farmasi lainnya, serta pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi yang

terdri atas obat, bahan obat, obat asli Indonesia (simplisia), alat kesehatan, dan

kosmetika. Sedangkan pelayanan kefarmasian adalah suatu layanan langsung dan

bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi, dengan

maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.

Oleh sebab itu, sebagai salah satu sarana kesehatan, dalam pelayanannya, apotek

harus mengutamakan kepentingan masyarakat, yaitu menyediakan, menyimpan,

dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik (Bogadenta, 2012).

2. Fungsi Apotek
Berdasarkan PP No. 51 Tahun 2009 tugas dan fungsi apotek adalah:
1. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan

sumpah jabatan apoteker.


2. Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.
3. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan mendistribusikan sediaan

farmasi, antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetika.
4. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,

pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat,

pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional

(Bogadenta, 2012).

3. Standar Pelayanan Apotek


1. Menimbang bahwa dalam rangka meningkatkan mutu dan efisiensi

pelayanan kefarmasian yang berasaskan Pharmaceutical Care perlu

5
menetapkan standar pelayanan Kefarmasian

dengan Keputusan Menteri.


2. Mengingat :
a) Undang Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran

Negara Rl Nomor 3495);


b) Undang - Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah

Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 3839);


c) Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 tentang perubahan atas

Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1965 tentang Apotek;


d) Peraturan Pemerintah Nomor. 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan

Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Tahun

1998 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Rl Nomor 3781);


e) Peraturan Pemerintah Nomor. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan

Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonomi

(Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 3952);


f) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1747/Menkes/SK/XII/2000

tentang Pedoman Penetapan Standar Pelayanan Bidang Kesehatan di

Kabupaten/Kota;
g) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1277/Menkes/SK/X/2001

tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;


h) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1332/Menkes/SK/IX/2002

tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Pemberian Izin

Apotek;

6
i) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1191/Menkes/SK/IX/2002

tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

918/Menkes/Per/X/1993 tentang Pedagang Besar Farmasi;


j) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1331/Menkes/SKIX/2002

tentang Perubahan Peraturan Menkes Nomor 167/Kab/B.VII/1972

tentang Pedagang Eceran Obat.

B. Kimia Farma Tbk


1. Sejarah Kimia Farma

Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang

terbentuk sejak 1817 yang pada saat itu masih di bawah penguasaan Belanda.

Nama perusahaan ini pada awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp &

Co. Nasionalisasi terjadi pada tahun 1958 dan akhirnya menjadi PT. Kimia Farma

(persero) pada tahun 1971, PT. Kimia Farma Apotek termasuk salah satu SBU

(Sertifikat Badan Usaha) sampai 2002. Sejak 4 Januari 2003 PT. Kimia Farma

Apotek menjadi anak perusahaan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Maksud dan

tujuan perusahaan adalah melakukan usaha dalam bidang pengelolaan apotek,

klinik, laboratorium klinik, optik dan jasa kesehatan lainnya.

PT. Kimia Farma sebagai perusahaan jaringan layanan kesehatan memiliki

anak perusahaan yaitu KFTD, Kimia Farma Apotek, Sinkona Indonesia Lestari,

Kimia Farma Diagnostik, dan KF Sungwun Pharmacopia dengan jumlah lebih

dari 500 outlet yang didukung oleh tenaga profesional bidang kesehatan yaitu

ratusan apoteker, lebih dari 1000 dokter dan puluhan tenaga kesehatan diagnostik

dan optik.

7
PT. Kimia Farma Apotek (KFA) adalah anak perusahaan Perseroan yang

didirikan berdasarkan akta pendirian tanggal 4 Januari 2003. Sejak tahun 2011,

KFA menyediakan layanan kesehatan yang terintegrasi meliputi layanan farmasi

(apotek), klinik kesehatan, laboratorium klinik dan optik, dengan konsep One

Stop Health Care Solution (OSHcS) sehingga semakin memudahkan masyarakat

mendapatkan layanan kesehatan berkualitas. Komposisi pemegang saham PT

Kimia Farma (Persero) Tbk yaitu 99.99% dan Yayasan Kesejahteraan Keluarga

Kimia Farma (YKKKF) 0.01%.

2. Visi dan Misi Kimia Farma


a. Visi

Menjadi perusahaan Healthcare pilihan utama yang terintegrasi dan

menghasilkan nilai yang berkesinambungan.

b. Misi
1) Melakukan aktivitas usaha di bidang-bidang industri kimia dan

farmasi, perdagangan dan jaringan distribusi, retail farmasi dan

layanan kesehatan serta optimalisasi aset.


2) Mengelola perusahaan secara Good Corporate Governance dan

operational excellence didukung oleh SDM profesional.


3) Memberikan nilai tambah dan manfaat bagi seluruh stakeholder.

8
3. Budaya Perusahaan

Perseroan telah menetapkan budaya perusahaan yang merupakan nilai-nilai

inti Perseroan (corporate values) yaitu I C A R E yang menjadi acuan/pedoman

bagi Perseroan dalam menjalankan usahanya, untuk berkarya meningkatkan

kualitas hidup dan kesehatan masyarakat. Berikut adalah budaya perusahaan

(corporate culture) perseroan :

a. Innovative, Budaya berpikir out of the box, smart dan kreatif untuk

membangun produk unggulan.


b. Customer First, Mengutamakan pelanggan sebagai miitra kerja.
c. Accountable, Dengan senantiasa bertanggung jawab atas amanah yang

dipercayakan oleh perusahaan dengan memegang teguh profesialisme,

integritas dan kerja sama.


d. Responsible, Memiliki tanggung jawab pribadi untuk bekerja tepat

waktu, tepat sasaran dan dapat diandalkan, serta senantiasa berusaha

untuk tegar dan bijaksana dalam menghadapi setiap masalah.


e. Eco-Friendly, Menciptakan dan menyediakan baik produk maupun jasa

layanan yang ramah lingkungan.

5 As sebagai Ruh Budaya Perusahaan yang terdiri dari :

a. Kerja Ikhlas, Siap bekerja dengan tulus tanpa pamrih untuk kepentingan

bersama.
b. Kerja Cerdas, Kemampuan dalam belajar cepat (fast learner) dan

memberikan solusi yang tepat.


c. Kerja Keras, Menyelesaikan pekerjaan dengan mengerahkan segenap

kemampuan untuk mendapatkan hasil terbaik.

9
d. Kerja Antusias, Keinginan kuat dalam bertindak dengan gairah dan

semangat untuk mencapai tujuan bersama.


e. Kerja Tuntas.

C. Apotek Secara Khusus


1. Sejarah Singkat Apotek Kimia Farma 209 Rosarum

Dahulu apotek kimia farma merupakan milik personal yang bersebelahan

dengan praktek dokter atau klinik yang bernama Rosarum Cindo, lalu bekerja

sama dengan perusahaan kimia farma secara operasional menyerahkan gedung

namun segala sistem berasal dari kimia farma hingga sekarang.

Apotek Kimia Farma Rosarum mengelola kegiatan penjualan dan

pelayanan, namun untuk kegiatan administrasi dan pengadaan digabungkan

dengan Bisnis Manager yang berpusat di Apotek Kimia Farma Atmo. Bisnis

Manager ini bertugas mengurus seluruh administrasi pengadaan atau pembelian,

penyimpanan, pengeluaran atau gudang, tata usaha dan personalia serta kasir

besar untuk kepentingan apotek pelayanan Kimia Farma yang tersebar di beberapa

wilayah seperti Palembang, Bengkulu, dan Pangkal Pinang.

Good Pharmacy Practice (GPP) merupakan suatu pedoman yang digunakan

untuk menjamin bahwa layanan yang diberikan farmasis terhadap pasien telah

memenuhi kualitas yang tepat. Peran farmasis dalam keterlibatan terapi obat

pasien dapat dilakukan dengan cara memonitoring pemakaian obat dengan

menggunakan Catatan Penggunaan Obat dengan tujuan untuk dapat mengetahui

efek terapi, efek samping, dan kepatuhan pasien dalam menggunakan obat.

10
Dalam pemilihan obat bebas dan obat bebas terbatas, peran seorang farmasis

juga terlibat dalam berinteraksi dengan pasien sehingga menghindari efek

samping yang terjadi. Dengan pedoman GPP tersebut, diharapkan agar

masyarakat dapat menggunakan obat dan produk kesehatan dengan tepat guna

tercapinya efek terapi yang diinginkan.

2. Struktur Organisasi

Struktur organisasi Apotek Kimia Farma Rosarum pada dasarnya

berpedoman pada ketentuan yang telah ditetapkan oleh direksi PT. Kimia Farma

(Persero) Tbk. Namun, untuk penyusunan struktur organisasi dapat disesuaikan

dengan sarana dan kondisi yang tersedia.

Semua kegiatan administrasi seperti administrasi hutang piutang dagang,

pengadaan, pembayaran pajak, tata usaha, pembelian, personalia Apotek Kimia

Farma Rosarum seluruhnya dilakukan di Bisnis Manager, sedangkan transaksi

penjualan dilakukan di apotek pelayanan. Apotek pelayanan juga mempunyai

kegiatan administrasi seperti membuat Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH),

Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA), dan administrasi resep kredit.

Struktur organisasi Apotek Kimia Farma Rosarum adalah sebagai berikut:

Apoteker Pengelola Apotek (APA)

Asisten Apoteker (AA) Asisten Apoteker (AA) Asisten Apoteker (AA)

11
Selaku pimpinan apotek dan sekaligus Apoteker Pengelola Apotek (APA),

ketenagaan lain yang terlibat di Apotek Kimia Farma Rosarum berjumlah 10

orang tenaga teknis kefarmasian yang dibagi menjadi 3 shift yaitu, shift 1 (pagi)

dimulai pukul 08.00-15.00 WIB, shift 2 (siang) dimulai pukul 15.00-22.00 WIB,

dan shift 3 (sore) dimulai pukul 17.00-00.00 WIB.

Manajer Apotek Pelayanan (MAP) adalah seorang Apoteker Pengelola

Apotek (APA) yang bertanggung jawab penuh terhadap semua kegiatan di apotek.

Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah seorang apoteker yang telah

mengucapkan sumpah apoteker, memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker

(STRA), Surat Izin Apotek (SIA), bertanggung jawab dan dapat memimpin apotek

dengan baik. Selain kemampuan di bidang farmasi baik teknis maupun non teknis

seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) haruslah menguasai bidang

manajemen yakni perencanaan, koordinasi, kepemimpinan, dan pengawasan.

Tugas dan tanggung jawab APA antara lain:

1. Menyusun program kerja karyawan untuk mencapaik target yang

ditetapkan.
2. Bersama Unit Bisnis (Bisnis Manager) menyusun rencana kerja dan

Anggaran Perusahaan (RKAP) sesuai dengan pedoman yang telah

ditentukan oleh perusahaan antara lain menentukan sasaran yang akan

dicapai.
3. Memberikan pelayanan informasi obat dan perbekalan farmasi kepada

pasien, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya.


4. Memimpin dan menentukan kebijakan dan melaksanakan pengawasan dan

pengendalian apotek sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

12
5. Mengatur dan memberikan bimbingan kepada Tenaga Teknis Kefarmasian

dan juru resep dalam melaksanakan tugasnya.


6. Mengecek ulang semua obat racikan yang dibuat maupun obat jadi yang

disiapkan atas permintaan resep dokter.


7. Memeriksan kembali kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien

meliputi bentuk sediaan, jumlah obat, nama pasien, nomor resep, dan

kesesuaian aturan obat dengan etiket yang tercantum pada resep.


8. Menguasai dan melaksanakan peraturan perundang-undangan farmasi yang

berlaku, seperti pelaporan bulanan narkotika dan psikotropika.


9. Mengkoordinir, mengawasi, dan mengatur jadwal kerja.
10. Mengatur dan memberikan bimbingan kepada Tenaga Teknis Kefarmasian

dan juru resep dalam melaksanakan tugasnya.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Ruang Likup Praktek Kerja Lapangan

Apotek Kimia Farma 209 Rosarum merupakan salah satu apotek anak

perusahaan dari PT. Kimia Farma sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

yang berada di jalan Letkol Iskandar No. 222, 24 Ilir Palembang. Berikut

beberapa keterangan mengenai Apotek Kimia Farma 209 Rosarum:

1. Apoteker Penanggung Jawab : Erwan Saefurrohman, S.Farm., Apt.


2. SIPA : 446/IPA/0106/BPM-PTSP/2016
3. Telepon : (0711) 376479
4. Personalia

Tenaga Teknis Kefarmasian : Tedi Gunawan


Yulie Chintya
Dewi Suroya
Firmansyah

13
Apriani
Andi Saputra
Ira Pratiwi
Herlina Ramadhini

5. Dokter Praktek :
a. dr. Suprapti, SpPD (Dokter Penyakit Dalam)
b. dr. Emir Fakhruddin, SpOG (Dokter Kandungan)
c. dr. Yulia F Yahya, Sp.KK (Dokter Kulit)
d. dr. Rismarini, SpA (Dokter Anak)
e. dr. K.A. Deddy, SpTHT-KL (Dokter THT)
f. dr. Erwan Nouval (Dokter Gigi)
g. dr. Dewi Utari, SpS (Dokter Syaraf)
h. dr. Ezra Ebenezer S., SpKJ (Psikiater)

B. Tempat Pelaksanaan Pelayanan Apotek Kimia Farma 209 Rosarum


1. Lantai Satu

Lantai satu digunakan sebagai tempat pekerjaan pelayanan sediaan farmasi

dan swalayan yang memudahkan pelanggan dalam memilih jenis obat yang dijual

bebas, kosmetik, obat herbal maupun jenis vitamin lainnya. Selain itu, lantai satu

juga dijadikan tempat pelayanan swamedikasi, resep dokter, peracikan resep,

penulisan etiket, pengemasan, kasir, pemeriksaan kesehatan gratis dan sebagai

tempat praktik dokter penyakit dalam (dr. Suprapti SpPD), dokter kandungan (dr.

Emir Fakhrudin, SpOG) dan dokter kulit (dr. Yulia F Yahya, SpKK), serta ruang

tunggu pasien.

2. Lantai Dua
Digunakan sebagai tempat praktik Spesialis kejiwaan (dr. Erza Erbenzer S,

S, SpKJ), dokter Syaraf (dr. Dewi Utari SpS), dokter THT (dr. K. A Deddy,

14
SpTHT), dokter gigi (drg. Erwan Nouval), dokter anak (dr. Rismarini, SpA), dan

Musallah.

C. Pengelolaan Apotek Kimia Farma 209 Rosarum


1. Pengadaan Regular
Pengadaan Obat dilakukan jika persediaan di apotek kimia farma 209

rosarum telah habis yang kemudian dilengkapi dengan parameter pengadaan

misalnya melalui pencatatan pada buku penolakan barang, buku defakta dan buku

pareto. Adapun prosedur pemesanan obat yaitu:

Apoteker memesan Dikirim Via Online Ke


berdasarkan Parameter Dibuat
bagian BM
BPBA
TTK menerima barang dengan
cara cek nama obat, jumlah, PBF membuat faktur dan Bagian BM membuat SP
bentuk sediaan, nomor batch mengirim barang ke untuk dikirim ke PBF
dan ED dan dicocokan dengan Apotek masing-masing yang dituju
Faktur

Barang disusun dan dicatat di


kartu stock

2. Pengadaan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor


Pengadaan obat narkotika, psikotropika dan prekursor harus dibuat

langsung oleh apotek yang disertai tanda tangan APA. Surat pesanan untuk 3 jenis

obat di atas harus dikirim terlebih dahulu dan tidak boleh susulan supaya dapat

disiapkan langsung oleh pihak PBF. Terkhusus untuk SP narkotika dibuat 1 SP per

satu item obat, sedangkan psikotropika dan prekursor dapat memesan dalam 1 SP

untuk beberapa item.

D. Tempat Penyimpanan Obat

15
Penyimpanan obat di Apotek KF 209 Rosarum telah dilakukan

berdasarkan peraturan yang berlaku yaitu berdasarkan golongan obat generic,

farmakologi (antibiotik, anti-jamur, vitamin, obat jantung, antihipertensi, obat

kolesterol, antihistamin, analgetik-antipiretik, syaraf, obat diabetes, dan lainnya),

bentuk sediaan (tablet, sirup, salep, cream, suppositoria, dan cairan lainnya), suhu,

FIFO dan FEFO, dan disusun berdasarkan abjad dengan tujuan memudahkan

dalam proses pencarian. Untuk obat psikotropika diletakkan pada lemari tinggi

yang dilengkapi dengan kunci, sedangkan obat jenis narkotika terletak pada lemari

yang di desain double lock and door yang di dalamnya dilengapi buku

penggunaan obat narkotika.

E. Alur Penjualan
1. Resep

Pengecekan Cek persediaan, dosis


Pasien Greeting
Identitas dan harga
pasien

Pengemasan dan Persiapan Pasien setuju


Penyiapan obat
cek etiket bahan obat (membayar) dan
racikan
menunggu

Penyerahan obat KIE Pasien Pulang

a. Greeeting: Selamat datang di Kimia Farma, ada yang bisa dibantu?

Terimakasih, Semoga sehat selalu.


b. Pengecekan identitas: Tanya nama, alamat, nomor telepon yang dapat

dihubungi, dan dokter yang memberi resep.


c. Cek persediaan, dosis dan harga: Persediaan di cek melalui system computer

dan pastikan bahwa data dan fisik sama, sehingga tidak terjadi kesalahan

16
dalam pemberian dosis per item, apabila dosis di anggap tidak wajar untuk

diberikan pada pasien tersebut, segera hubungi dokter yang bersangkutan.


d. Penyiapan obat racikan: Pastikan obat yang diambil sesuai dan jumlah yang

benar.
1) Meracik puyer: pastikan alat yang digunakan sudah bersih dan siap

pakai, cuci tangan dan keringkan, gunakan masker untuk menutup

hidung dan mulut. Gerus bahan yang ingin di racik menjadi puyer

secara homogeny, ayak untuk menyamakan ukuran serbuk. Setelah itu,

siapkan bungkus puyer sesuai permintaan, corong, dan alat pelekat. Bagi

rata serbuk yang sudah di ayak, tutup bungkus dengan alat, kemudian

hitung lagi jumlah bungkus puyer, masukan ke dalam plastic dan

diserahkan ke pada TTK untuk pemberian etiket, dan pengemasan.


2) Meracik kapsul: serbuk yang telah di gerus diletakan di atas kertas

perkamen, kemudian susun cangkang kapsul dengan jumlah sesuai

permintaan pada alat isi kapsun, buka tutup kapsul, masukan serbuk

kedalam kapsul kemudian diratakan supaya di dapat dosis yang sama,

setelah itu tutup kembali kapsul dan dibersihkan dengan kain bersih,

hitung jumlah kapsul, masukan dalam plastic dan serahkan ke TTK

depan.
3) Meracik Salep atau Krim: bersihkan pot yang akan kita pakai, masukan

bahan yang akan di racik kedalam pot, aduk homogen dengan pengaduk

kaca, pot di ketuk-ketuk sehingga tidak membuat pot kotor, setelah siap

pot diserahkan ke TTK depan.


e. Pengemasan obat: TTK depan memeriksa obat yang telah disiapkan/ diracik

yang kemudian diberi etiket yang jelas dan mudah dibaca, jika diperlukan

beri label pada kemasan obat.

17
f. Penyerahan obat: lakukan pemeriksaan kembali terhadap obat yang akan

diserahkan ke pasien dengan cara pencocokan pada kertas resep dan etiket.

Setelah cocok, panggil pasien, penyerahan obat harus dilengkapi dengan

KIE yang baik dan lengkap oleh TTK tersebut


g. KIE: setidaknya informasi yang di berikan pada pasien yaitu aturan pakai

dan efek samping, apabila obat yang diberikan golongan antibiotic pastikan

aturan pakai di perjelas dengan jam untuk meminumnya, ingatkan pasien

untuk menghabiskan antibiotic tersebut dalam waktu yang ditentuka.

2. Swamedikasi
Biasanya pasien datang langsung menyebutkan nama obat dan jumlah yang

diminta, namun TTK terlebih dahulu akan menanyakan keluhan dari pasien

tersebut supaya tidak terjadi kesalahan pemberiaan obat dan dosis. Jenis obat yang

dapat dibeli yaitu obat golongan bebas, bebas terbatas dan bukan obat antibiotic

oral.

F. Pelaporan obat
Pelaporan obat di apotek kimia farma rosarum dilaporkan melalui

sistem komputer dan data di buku stok obat. Baik obat yang masuk maupun

keluar harap segera di stok hal ini dilakukan supaya tidak terjadinya

kehilangan stok obat terutama untuk obat yang memerlukan pelaporan

khusus seperti narkotika, psikotropika, dan precursor. Selain itu, ketika

pasien meminta obat namun apotek tidak ada stok akan di catat pada buku

penolokan barang, untuk obat yang habis akan di catat di buku defakta.

Terkhusus untuk golongan narkotika dicatat pada buku khusus pelaporan

yang disertai dengan nama pasien, alamat, nomor telp, nama dokter, alamat

18
dokter, nama obat yang di minta dan jumlah obat yang diberikan, serta

tanggal berapa obat tersebut diberikan.

G. Kegiatan PKL
1. Pelaksanaan PKL
a. Tanggal pelaksanaan PKL: 1 Mei 2017 - 14 Mei 2017
b. Hari pelaksanaan PKL: Senin - Sabtu
2. Waktu Pelaksanaan
a. Shift pagi: 08.00 WIB- 15.00 WIB
b. Shift siang: 14.00 WIB- 21.00 WIB

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat di ambil dari Praktek Kerja Lapangan selama 2

minggu ini yaitu:

1. Apotek Kimia Farma 209 Rosarum merupakan apotek yang berada di

bawah naungan PT. Kimia Farma (persero) yang merupakan Badan Usaha

Milik Negara (BUMN)


2. Tataruang di Apotek ini sudah memenuhi syarat yaitu adanya ruang

tunggu, ruang racik, tempat cuci alat, ruang penyimpanan obat, ruang

apoteker, meja etiket, kasir, tempat penyerahan dan komputer, ruang

praktek dokter yang terpisah, toilet dan musallah, serta dilengkapi papan

nama APA.
3. Sistem penyimpanan obat sudah benar-benar tertata rapi dan disusun

berdasarkan efek farmakologi, bentuk sediaan, golongan obat khusus, dan

19
disusun berdasarkan abjad sehingga memudahkan karyawan dalam proses

penyiapan obat yang diminta. Dalam pengeluaran sediaaan apotek rosarum

lebih didasarkan pada sistem FIFO dan FEFO sehingga kecil kemungkinan

terjadinya penumpukan sediaan yang kadaluwarsa.


4. Dalam pelaporan apotek ini melakukan stock opname setiap bulan sekali,

dan akan dilaporkan ke bagian BM. Terkhusus obat golongan narkotika

dan psikotoropika akan dilaporkan juga ke Dinas Kesehatan Kota, Dinas

Kesehatan Provinsi, dan Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).


5. pencatatan pengeluaran obat dicatat setiap hari pada buku stock obat.
6. Pelayanan resep di apotek rosarum terdiri dari pelayanan swamedikasi,

penjualan bebas, serta pelayan resep tunai, kredit yang dilaksanakan sesuai

ketentuan yang berlaku. Setiap tahap penjualan dilakukan oleh TTK yang

berbeda sehingga di dapat tujuan dalam memperkecil terjadinya pemberian

obat, etiket, perhitungan dosis dan harga resep.

B. SARAN
1. Dalam proses peracikan, diharapkan dapat menggunakan APD yang

lengkap seperti sarung tangan, masker serta baju racik jika

memungkinkan.
2. Ruang racik diharapkan akan lebih diperbesar sehingga memudahkan

peracik dalam melakukan tugas peracikan.


3. Meningkatkan ketersediaan perbekalan farmasi sehingga tidak

terjadinya penolakan resep terutama resep racikan.

20

Anda mungkin juga menyukai