PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu Negara tropis yang memiliki wilayah hutan
terluas di dunia setelah Brazil dan Zaire. Hal ini merupakan suatu kebanggaan bagi
bangsa Indonesia, karena dilihat dari manfaatnya sebagai paru-paru dunia, pengatur
aliran air, pencegah erosi dan banjir serta dapat menjaga kesuburan tanah. Selain itu,
hutan dapat memberikan manfaat ekonomis sebagai penyumbang devisa bagi
kelangsungan pembangunan di Indonesia. Karena itu pemanfaatan hutan dan
perlindungannya telah diatur dalam UUD 1945, UU No. 5 tahun 1990, UU No 23
tahun 1997, UU No. 41 tahun 1999, PP No 28 tahun 1985 dan beberapa keputusan
Menteri Kehutanan serta beberapa keputusan Dirjen PHPA dan Dirjen Pengusahaan
Hutan.
Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia merupakan permasalahan yang rutin
terjadi setiap tahun khususnya pada musim kemarau. Kebakaran hutan dan lahan yang
terjadi dalam dua dekade terakhir, khususnya tahun 1997-1998, bukan hanya
merupakan bencana lokal dan nasional, namun juga telah meluas menjadi bencana
regional. Polusi asap yang dihasilkan dari kebakaran hutan dan lahan telah
menimbulkan kerugian bagi masyarakat di beberapa negara di kawasan Asia Tenggara
terutama Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam.
Timbulnya asap di berbagai wilayah di Indonesia seolah-olah seluruhnya
disebabkan oleh kebakaran hutan. Pada kenyataannya sebagian besar kebakaran justru
terjadi di luar kawasan hutan. Data hotspot yang dipantau dari satelit NOAA antara
tahun 2002 sampai dengan 2010, menunjukkan bahwa 7080% kebakaran terjadi di
luar kawasan hutan dan hanya 2030% kebakaran yang berada di dalam kawasan
hutan. Karakteristik kebakaran lahan dan hutan di Indonesia sangat spesifik karena
sebagian besar berada di lahan gambut yang sangat potensial menimbulkan
asap.Kebakaran lahan dan hutan pada umumnya disebabkan oleh ulah manusia (99%),
yaitu pada saat mereka melakukan penyiapan lahan untuk perladangan, pertanian, dan
perkebunan dengan cara membakar; suatu cara yang mudah, murah, dan cepat, namun
tidak terkontrol.
Hutan yang seharusnya dijaga dan dimanfaatkan secara optimal dengan
memperhatikan aspek kelestarian kini telah mengalami degradasi dan deforestasi yang
cukup mencenangkan bagi dunia Internasional, faktanya Indonesia mendapatkan rekor
dunia guiness yang dirilis oleh Greenpeace sebagai negara yang mempunyai tingkat
laju deforestasi tahunan tercepat di dunia, Sebanyak 72 persen dari hutan asli
Indonesia telah musnah dengan 1.8 juta hektar hutan dirusakan per tahun antara tahun
2000 hingga 2005, sebuah tingkat kerusakan hutan sebesar 2% setiap tahunnya.
Hal ini dikarenakan pengelolaan dan pemanfaatan hutan selama ini tidak
memperhatikan manfaat yang akan diperoleh dari keberadaan hutan tersebut, sehingga
kelestarian lingkungan hidup menjadi terganggu. Penyebab utama kerusakan hutan
adalah kebakaran hutan. Kebakaran hutan terjadi karena manusia yang menggunakan
api dalam upaya pembukaan hutan untuk Hutan Tanaman Industri (HTI), perkebunan,
dan pertanian. selain itu, kebakaran didukung oleh pemanasan global, kemarau ekstrim
yang seringkali dikaitkan dengan pengaruh iklim memberikan kondisi ideal untuk
terjadinya kebakaran hutan.
Berdasarkan
peraturan
perundangan
yang
ada,
maka
kewenangan
Kementerian Kehutanan terbatas hanya pada hutan konservasi saja. Karenanya, untuk
penanggulangan kebakaran hutan dan lahan yang sifatnya lintas sektor, dan
memberikan dukungan pendampingan operasi pemadaman kebakaran hutan dan lahan
pada bencana tingkat kabupaten atau provinsi, maka fungsi komando untuk
pengerahan sumberdaya dan koordinasi penanganan diamanatkan kepada Kepala
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Penyebab kebakaran di Indonesia hampir seluruhnya berasal dari kegiatan
manusia (99%), baik disengaja atau tidak (unsur kelalaian). Kegiatan konversi lahan
menyumbang 34%, peladangan liar 25%, pertanian 17%, kecemburuan sosial 14%,
dan proyek transmigrasi 8%. Faktor lain yang menjadi penyebab semakin hebatnya
kebakaran hutan dan lahan adalah sumber energi berupa kayu, sisa tebangan, deposit
batubara, dan gambut.
BAB II
ANALISIS BAHAYA
Bahaya merupakan segala kondisi yang dapat merugikan baik cidera atau
kerugian lainnya, atau bahaya adalah sumber, situasi atau tindakan yang
berpotensi menciderai manusia atau sakit penyakit atau kombinasi dari semuanya.
Hal yang perlu diingat ialah efek yang ditimbulkan dari bahaya sangat
merugikan sehingga sudah sepatutnya kita berhati-hati dalam bertindak serta
memperhatikan berbagai larangan yang sudah tertera.
Kerugian dari kebakaran hutan
Kebakaran hutan akhir-akhir ini menjadi perhatian internasional sebagai
isu lingkungan dan ekonomi khususnya setelah terjadi kebakaran besar di
berbagai belahan dunia tahun 1997/98 yang menghanguskan lahan seluas 25 juta
hektar. Kebakaran tahun 1997/98 mengakibatkan degradasi hutan dan deforestasi
menelan biaya ekonomi sekitar US $ 1,6-2,7 milyar dan biaya akibat pencemaran
kabut sekitar US $ 674-799 juta. Kerugian yang diderita akibat kebakaran
hutantersebut kemungkinan jauh lebih besar lagi karena perkiraan dampak
ekonomi bagikegiatan bisnis di Indonesia tidak tersedia. Valuasi biaya yang terkait
dengan emisi karbon kemungkinan mencapai US $ 2,8 milyar (Tacconi, 2003).
Hasil perhitungan ulang kerugian ekonomi yang dihimpun Tacconi (2003),
menunjukkan bahwa kebakaran hutan Indonesia telah menelan kerugian antara US
$ 2,84 milayar sampai US $ 4,86 milyar yang meliputi kerugian yang dinilai
dengan uang dan kerugian yang tidak dinilai dengan uang. Kerugian tersebut
mencakup kerusakan yang terkait dengan kebakaran seperti kayu, kematian
pohon, HTI, kebun, bangunan, biaya pengendalian dan sebagainya serta biaya
yang terkait dengan kabut asap seperti kesehatan, pariwisata dan transportasi.
A. Dampak Terhadap Sosial, Budaya, dan Ekonomi. Kebakaran hutan
memberikan dampak yang signifikan terhadap kehidupan sosial, budaya, dan
ekonomi yang diantaranya meliputi :
sehingga apabila terjadi hujan maka hujan akan langsung mengenai permukaan
atas tanah, sehingga mendapatkan energi pukulan hujan lebih besar, karena tidak
lagi tertahan oleh vegetasi penutup tanah. Kondisi ini akan menyebabkan
rusaknya struktur tanah
b. Fauna
Kebakaran hutan akan mengakibatkan banyak binatang yang akan
kehilangan tempat tinggal yang digunakan untuk berlindung serta tempat untuk
mencarimakan. Dengan demikian, hewan yang tidak dapat beradaptasi dengan
6
polutan
udara
yang
dapat
menyebabkan
penyakit
dan
Malaysia dan Thailand. Sekitar 75 juta orang terkena gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh asap (Cifor,2001).
Gambut yang terbakar di Indonesia melepas karbon lebih banyak ke
atmosfir daripada yang dilepaskan Amerika Serikat dalam satu tahun. Hal itu
membuat Indonesia menjadi salah satu pencemar lingkungan terburuk di dunia
pada periode tersebut (Applegate, G. dalam CIFOR, 2001).
Dampak kebakaran hutan 1997/98 bagi ekosistem direvisi karena
perubahan
perhitungan
luas
kebakaran
yang
ditemukan. Taconi,
2003
BAB III
ANALISIS KERENTANAN
No.
Faktor
Tingkat Pengaruh
Iklim
Signifikan
Signifikan
Kegiatan Penduduk
Kepadatan Bangunan
Vegetasi Gambut
Vegetasi Kayu
Jaringan Jalan
Hidrologi
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Kurang Signifikan
10
Kurang Signifikan
10
Mata Pencaharian
11
12
Hasil Hutan
13
Hasil Pertanian
Kurang Signifikan
Kurang Signifikan
Kurang Signifikan
Sumber: Identifikasi faktor-faktor kerentanan terhadap bencana kebakaran hutan dan lahan,
Rosmayani Noor dan Adjie Pamungkas, 2013
11
kunci di musim kebakaran. Untuk itu waduk serbaguna, bak air beton, sarana
transportasi dan komunikasi perlu disediakan.
B. Vegetasi Gambut
Faktor pemicu yang menjadi penyebab semakin hebatnya kebakaran hutan dan
lahan ialah lahan gambut yang menyimpan panas. Hampir semua komponen
dalam segitiga api (fire triangle) yaitu oksigen, bahan bakar, dan panas merupakan
faktor penyebab terjadinya api. Tanah gambut dan vegetasi yang tumbuh di
atasnya merupakan bahan bakar potensial yang apabila mengalami kekeringan
akan mudah terbakar. Tanah gambut bersifat kering tak balik (ireversible dryng)
yang apabila kekeringan dalam waktu lama akan sulit mengikat air kembali
sehingga rawan terbakar. Hutan rawa gambut yang telah terdegradasi juga sangat
sulit untuk dipulihkan. Adanya bahan-bakar berlimpah pada lantai hutan dan lahan
dan gejala alam El-Nino telah menjadi pendukung utama terjadinya kebakaran.
C. Vegetasi Kayu
Kegiatan pembalakan kayu menjadi pemicu meningkatnya kerawanan kebakaran
hutan dan lahan. Kegiatan memanen kayu yang tidak menerapkan asas kelestarian
juga dapat menjadi pemicu terjadinya bencana kebakaran hutan dan lahan. Juga
disebabkan oleh potongan kayu atau potongan batang pohon yang menjadi kering,
sehingga di musim kemarau dengan terik matahari, dapat menimbulkan panas dan
mengakibatkan pemicu kebakaran hutan.
D. Jaringan Jalan
Dengan jaringan jalan yang cukup memadai akan memudahkan mobilisasi
peralatan dan juga tenaga untuk penanggulangan kebakaran yang terjadi.
Sedangkan daerah rawan kebakaran hutan kebanyakan merupakan wilayah
dimana kondisi jaringan jalan yang kurang memadai untuk menuju akses titik-titik
rawan terjadinya bencana kebakaran seringkali menghambat proses pemadaman
12
api secara cepat, sehingga faktor tersebut menjadi berpegaruh terhadap kerentanan
bencana kebakaran.
E. Iklim
Kondisi iklim yang ekstrim seperti musim kemarau yang panjang menyebabkan
kerentanan terhadap bencana kebakaran semakin meningkat. Berdasarkan
pantauan satelit NOAA seringkali terdapat peningkatan titik panas yang sangat
signifikan ialah ketika bulan juni hingga oktober menjadi waktu yang rentan
terhadap bencana kebakaran. Musim kemarau yang berkepanjangan dapat
berakibat naiknya suhu di berbagai wilayah termasuk hutan. Suhu yang tinggi
tersebut dapat memicu terjadinya kebakaran hutan. Sambaran petir juga dapat
berpotensi menyebabkan kebakaran hutan. Perubahan iklim yang terjadi akibat
penyebab pemanasan global juga bisa menyebabkan seringnya sambaran petir itu
terjadi.
F. Kegiatan Penduduk
Kegiatan-kegiatan penyiapan lahan untuk berbagai macam bentuk usaha pertanian
dan kehutanan dapat menimbulkan bencana kebakaran. kegiatan penduduk seperti
halnya membakar lahan, membuang puntung rokok atau membakar api unggun
ketika berkemah seringkali menjadi penyebab bencana kebakaran. Dan kegiatan
penduduk ini didukung dengan musim kemarau yang terjadi di wilayah Indonesia
menyebabkan bencana kebakaran hutan semakin parah. Meninggalkan bekas api
unggun atau membuang puntung rokok di hutan. Hal ini biasa terjadi ketika
seorang pendaki gunung atau seseorang yang melakukan perjalanan dalam hutan.
Api unggun yang dinyalakan biasanya ditinggalkan begitu saja sehingga
berpotensi menyebabkan kebakaran.
G. Kepadatan Bangunan
Diperlukannya penataan kepadatan bangunan dan lahan serta memperjelas
kepemilikan lahan agar dapat dengan mudah melakukan controling serta evaluasi
13
jika terjadi bencana kebakaran hutan dan lahan. Seperti kepadatan bangunan
berbentuk linear, yaitu padat di area jalan arteri primer, kepadatan dengan bentuk
linier memberikan pengaruh yang cukup kuat akan terjadinya bencana kebakaran.
14
ditimbulkan sangat berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan dan akan lebih
mudah menjadi penyebab pencemaran udara.
K. Peningkatan Jumlah Penduduk
Peningkatan jumlah penduduk berpengaruh terhadap pembukaan hutan dan lahan
dimana api digunakan sebagai teknik dalam persiapan lahan. Daerah-daerah yang
tidak sesuai dengan peruntukkannya, dipaksakan untuk dibuat pemukiman.
Daerah berlerang terjal yang berbahaya juga ikut menjadi lokasi sasaran
pembuatan rumah-rumah penduduk.
L. Hasil Hutan
Kurangnya insentif dan disinsentif terhadap perusahaan perhutani menyebabkan
kurang diperhatikannya manajemen kebakaran oleh dapat menjadi kerentanan
bencana kebakaran hutan dan lahan.
M. Hasil Pertanian
Pembakaran hutan dan lahan secara sengaja untuk pertanian juga merupakan
penyebab kebakaran yang utama. Juga di beberapa wilyah, banyak pohon hutan
ditebang guna membuka jalur masuknya cahaya matahari untuk kebun/pertanian
warga agar dapat mendapatkan suplai cahaya matahari. Karena bagi beberapa
petani yang bertani di wilayah hutan, pohon-pohon hutan adalah musuh bagi
tanaman yang mereka tanam.
15
16
BAB IV
INTERPRETASI
Peristiwa
kebakaran
hutan
di
Indonesia
ini
termasuk
paling
sering, Indonesia berada di wilayah tropis maka tak heran jika sebagian besar
wilayah daratnya dipenuhi dengan hutan hujan tropis. Sayangnya, hutan-hutan
yang luas tersebut berulang kali mengalami kerusakan akibat bencana
kebakaran.Seharusnya hutan dapat dijadikan sebagai tabungan kehidupan masa
depan bagi seluruh umat manusia. Sebab, kandungan air tanahnya yang
melimpah, kandungan oksigennya yang tinggi, kandungan kayunya yang banyak,
serta berbagai kekayaan lainnya yang ada di dalam hutan begitu bermanfaat bagi
kehidupan umat manusia ke depannya. Banyak orang yang mengatakan jika hutan
adalah jantung oksigen dunia. Namun sayangnya, karena berbagai ulah tak
bertanggung jawab manusia, hutan pun akhirnya terlahap habis oleh amukan si
jago merah, sehingga menimbulkan suatu bencana.
Dan Mirisnya, terkadang bencana itu diakibatkan oleh ulah tangan
manusia sendiri. Seperti yang terjadi baru baru ini. Dari Agustus 2015, tercatat
ada sekitar 720 titik api yang tersebar di hutan Sumatra. Ternyata sebelumnya
hutan Indonesia sempat mengalami beberapa kali kebakaran yang bisa dibilang
sangat parah.
17
18
gambut
yang
terjadi
akibat
musim
kemarau
yang
4. Dampak Kesehatan
Asap mengandung gas dan partikel kimia yang menggangu pernapasan
seperti sulfur dioksida (SO2), karbon monoksida (CO), formaldehid, akrelein,
benzen, nitrogen oksida (NOx) dan ozon (O3). Material tersebut memicu dampak
buruk yang nyata pada manusia khususnya manula, bayi dan pengidap penyakit
paru. Meskipun tidak dipungkiri dampak tersebut bisa mengenai orang sehat jika
kebakaran hutan sudah sedemikian parah.
22
BAB V
ANALISIS RESIKO DAN CARA PENANGGULANGANNYA
23
dalam
mempromosikan
pembangunan
berkelanjutan,
umum, penyebab
kebakaran
hutan
di
Indonesia dapat
24
disengaja. Dampak kebakaran hutan ini tidak hanya dirasakan oleh Indonesia,
namun juga negara-negara tetangga.
Penyebab kebakaran hutan karena faktor alam atau secara alami dipicu
oleh petir, lelehan lahar gunung api, gesekan antara pepohonan yang kemudian
menimbulkan percikan api. Kebakaran hutan yang diakibatkan oleh petir dan
gesekan pohon jarang terjadi di Indonesia apalagi pada hutan hujan tropis. Baru
dapat terjadi apabila kondisi hutan memungkinkan, seperti saat kekeringan yang
panjang.
Telah disinggung di awal, kebakaran hutan di Indonesia yang berulang
hampir tiap tahun, lebih banyak disebabkan oleh faktor manusia. Berdasarkan
laporan sebuah lembaga riset, faktor manusia merupakan penyebab kebakaran
hutan di sejumlah provinsi. Menurut Syaufina (2008) dalam bukunya, Kebakaran
Hutan dan Lahan di Indonesia, hampir 99 persen kebakaran hutan di Indonesia
disebabkan karena ulah manusia.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
melakukan
pencegahan,
pemerintah
juga
nelakukan
2.
27
3.
4.
2.
3.
4.
penyebab utama kebakaran hutan adalah faktor manusia dan faktor yang memicu
meluasnya areal kebakaran adalah kegiatan perladangan, pembukaan HTI dan
perkebunan serta konflik hukum adat dengan hukum negara, maka untuk
meningkatkan efektivitas dan optimasi kegiatan pencegahan dan penanggulangan
kebakaran hutan perlu upaya penyelesaian masalah yang terkait dengan faktorfaktor tersebut.
28
29
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hutan merupakan sumber daya alam yang tidak ternilai harganya
karena didalamnya terkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber
plasma nutfah, sumber hasil hutan kayu dan non-kayu, pengatur tata air,
pencegah banjir dan erosi serta kesuburan tanah, dan sebagainya. Karena
itu pemanfaatan dan perlindungannya diatur oleh Undang-undang dan
peraturan pemerintah. Kebakaran merupakan salah satu bentuk gangguan
terhadap sumberdaya hutan dan akhir-akhir ini makin sering terjadi..
Kebakaran
hutan
dapat
mengakibatkan
musnahnya
atau
30
B. Saran
Melihat dari akibat kebakaran hutan diatas, maka dari itu kita sebagai manusia
hendaknya bisa menjaga hutan dengan sebaik-baiknya, agar tidak terjadi hal-hal
yang tidak di inginkan seperti:
1.
kebakaran,
menghambat
(b)
menciptakan
dilakukannya
program-program
pembakaran
hutan
dan
yang
lahan
dapat
dan
31