Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebakaran hutan adalah pristiwa dimana wilayah yang terdapat banyak pohon

semak,paku pakuan dan rumput mengalami perubahan bentuk yang di sebabkan

pembakaran yang besar besaran. kebakaran hutan menyebabkan hutan dilanda api

sehingga membuat hutan lenyap dimakan api, dampak yang di sebabkan kebakaran

hutan dapat berupa positif dan negatif tetapi dampak negatif melebihi dampak positif.

Hutan sebagai paru-paru dunia juga penyumbang oksigen dan

keanekaragaman hayati terbesar di muka bumi.Terdapat berbagai jenis flora dan fauna

didalamnya.Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia yang dapat

ditemukan baik di daerah tropis maupun daerah beriklim dingin.Sebagai fungsi

ekosistem, hutan berperan sebagai lumbung air, penyeimbang lingkungan, dan

mencegah timbulnya pemanasan global.

Hutan Indonesia merupakan hutan terluas ke-3 di dunia setelah Brazil dan

Zaire. Luas hutan di Indonesia diperkirakan mencapai 120,35 juta hektar atau sekitar

63 persen luas daratan. Penyebaran hutan di Indonesia hampir berada di seluruh

wilayah nusantara, termasuk Provinsi Riau. Sebagian besar wilayah hutan Provinsi

Riau merupakan lahan gambut yang sangat berpotensi untuk pertumbuhan kelapa

sawit.Dari luasan total lahan gambut di dunia sebesar 423.825.000 ha, sebanyak

38.317.000 ha terdapat di wilayah tropika. Sekitar 50% dari luasan lahan gambut

tropika tersebut terdapat di Indonesia yang tersebar di pulau-pulau Sumatra,

Kalimantan, dan Papua, sehingga Indonesia menempati urutan ke-4 dalam hal luas
total lahan gambut sedunia, setelah Kanada, Uni Soviet, dan Amerika Serikat.

Indonesia memiliki lahan gambut terluas diantara negara tropis lainnya, yaitu sekitar

21 juta ha, yang tersebar luas terutama di pulau Sumatera, Kalimantan dan Papua (BB

Litbang SDLP, 2008 dalam Agus dan Subiksa, 2008). Lahan gambut Riau menempati

urutan ke-2 terbanyak setelah provinsi Papua.

Oleh karena itu, banyak perusahaan-perusahaan baik swasta asing maupun

dalam negeri yang berminat dan tertarik terhadap lahan gambut di Provinsi Riau dan

kemudian melakukan kerjasama untuk membangun perkebunan kelapa sawit yang

akan diolah menjadi minyak. Namun tidak semua perusahaan yang menaati peraturan

pemerintah terutama dalam hal pengelolaan lahan untuk pembangunan sehingga

timbulah tindakan illegal yang dilakukan oleh perusahaan tersebut yang hanya dapat

memberikan keuntungan sepihak. Misalkan, pembukaan lahan yang dilakukan dengan

carapembakaran hutan.

Dengan semakin banyaknya lahan yang dibakar maka akan meningkatkan

kadar asap dari kebakaran itu sendiri. Apalagi asap yang ditimbulkan dari

pembakaran lahan gambut yang dinilai sangat sulit dalam upaya penyelesaiannya.

Dikarenakan, saat musim kemarau tiba permukaan tanah gambut cepat sekali kering

dan mudah terbakar, dan api di permukaan juga dapat merambat ke lapisan dalam

yang relatif lembab. Oleh karenanya, ketika terbakar, kobaran api tersebut akan

bercampur dengan uap air di dalam gambut dan menghasilkan asap yang sangat

banyak.

Kebakaran hutan dapat didefinisikan sebagai sebuah kebakaran yang terjadi di

alam liar, tetapi juga dapat memusnahkan rumah-rumah dan lahan pertanian

disekitarnya. Kebakaran hutan sangat rawan terjadi ketika musim kemarau.


Adapun beberapa penyebab terjadinya kebakaran hutan antara lain: Pembakaran

lahan yang tidak terkendali, kurangnya penegakan hukum terhadap perusahaan yang

melanggar peraturan pembukaan lahan, aktivitas vulkanisme, dan kecerobohan

manusia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan topic tentang “ Karhutla Dijerat UU Lingkungan”, beberapa hal

yang perlu diungkap dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Apa sajakah penyebab terjadinya kebakaran hutan ?

2. Bagaimana dampak kebakaran hutan terhadap lingkungan dan alam ?

3. Apa sajakah upaya untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran hutan ?

4. Pasal berapa saja yang mengatur tentang Karhutla di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan karya ini

adalah:

1.Untuk menuntaskan tugas akhir dari mata kuliah Bahasa Indonesia

2.Mengetahui tentang dampak ,penyebab terjadinya serta bahaya dari karhutla

3.Memberi solusi untuk kasus karhutla


1.4 Kerangka Teori

Kebakaran Hutan di Indonesia

Faktor Alam Faktor Manusia

Cara
Penyebab Menanganinya

Kebakaran
Hutan

Dampak Pelanggaran

Lingkungan dan Pasal 97 dan 98 Undang-


Alam Sekitar Undang Lingkungan Hidup
no.32 tahun 2009

Kesehatan
BAB II

2.1 Definisi dan Penyebab Terjadinya Karhutla

2.2 Akibat Karhutla Terhadap Lingkungan dan Alam Sekitar

2.3 Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Karhutla

2.4 Karhutla Melanggar Peraturan Perundang-undangan di Indonesia

BAB III

3.1 Simpulan

3.2 Saran
BAB II

2.1 Definisi dan Penyebab Terjadinya Karhutla

Definisi karhutla adalah singkatan dari kebakaran hutan dan lahan. Karhutla

menyebabkan bencana kabut asap yang mencemari udara dan mengganggu

pernapasan. Karhutla terjadi karena sesuatu yang menimbulkan bahaya atau

mendatangkan bencana. Kebakaran dapat terjadi karena pembakaran yang tidak

dikendalikan, karena proses spontan alami, atau karena kesengajaan. Proses

alami sebagai contohnya kilat yang menyambar pohon atau bangunan, letusan

gunung api yang menebarkan bongkahan bara api, dan gesekan antara ranting

tumbuhan kering yang mengandung minyak karena goyangan angin yang

menimbulkan panas atau percikan api. Kebakaran yang terjadinya

akibat kesengajaan manusia dikarenakan oleh beberapa kegiatan, seperti

kegiatan ladang, perkebunan (PIR), Hutan Tanaman Industri (HTI), penyiapan

lahan untuk ternak sapi, dan sebagainya. Di Indonesia, kebakaran hutan dan

lahan hampir 99% diakibatkan oleh kegiatan manusia baik disengaja maupun

tidak (unsur kelalaian). Diantara angka persentase tersebut, kegiatan konversi

lahan menyumbang 34%, peladangan liar 25%, pertanian 17%, kecemburuan

sosial 14%, proyek transmigrasi 8%; sedangkan hanya 1% yang disebabkan oleh

alam. Faktor lain yang menjadi penyebab semakin hebatnya kebakaran hutan

dan lahan sehingga menjadi pemicu kebakaran adalah iklim yang ekstrim,

sumber energi berupa kayu, deposit batubara dan gambut.

Penyebab karhutla sejauh ini diduga karena ulah manusia yang semena mena

terhadap lingkungan alam. Hal ini diungkapkan Kapolri Jenderal Tito Karnavian usai
meninjau kebakaran hutan dan lahan di Riau dengan menaiki helikopter bersama

Kepala BNPB dan Panglima TNI, pada Minggu (15/9/2019).

Tito heran karena ia tidak melihat lahan sawit dan tanaman industri ikut terbakar.

Kalaupun ada, hanya di pinggir. Ini menunjukkan adanya praktik 'land clearing'

dengan cara mudah dan murah memanfaatkan musim kemarau, pernyataan Tito

terkait dugaan kuat kebakaran akibat ulah manusia dalam siaran pers BNPB. Hingga

16 September 2019, polisi memang sudah menetapkan 185 tersangka perseorangan

dalam kasus karhutla. Namun, baru 4 korporasi menjadi tersangka terkait kasus

karhutla di Riau, Kalbar dan Kalteng.

2.2 Akibat Karhutla Terhadap Lingkungan dan Alam Sekitar

Dampak yang ditimbulkan kebakaran hutan ternyata sangat kompleks.

Kebakaran hutan tidak hanya berdampak terhadap ekologi dan mengakibatkan

kerusakan lingkungan saja. Namun dampak dari kebakaran hutan ternyata mencakup

bidang-bidang lain. Ada 4 aspek yang terindikasi sebagai dari kebakaran hutan.

Keempat dampak tersebut mencakup dampak terhadap kehidupan sosial budaya, dan

ekonomi, dampak terhadap ekologis dan kerusakan lingkungan, dampak terhadap

hubungan antar negara, serta dampak terhadap perhubungan dan pariwisata.

Kebakaran hutan memberikan dampak langsung terhadap ekologi dan lingkungan

yang diantaranya:

1).Hilangnya sejumlah spesies selain membakar aneka flora, kebakaran hutan juga

mengancam kelangsungan hidup sejumlah binatang. Berbagai spesies endemic

(tumbuhan maupun hewan) terancam punah akibat kebakaran hutan.


2).Erosi; Hutan dengan tanamannya berfungsi sebagai penahan erosi. Ketika tanaman

musnah akibat kebakaran hutan akan menyisakan lahan hutan yang mudah terkena

erosi baik oleh air hujan bahkan angin sekalipun.

3). Alih fungsi hutan; Kawasan hutan yang terbakar membutuhkan waktu yang lama

untuk kembali menjadi hutan. Bahkan sering kali hutan mengalami perubahan

peruntukan menjadi perkebunan atau padang ilalang.

4). Penurunan kualitas air ; Salah satu fungsi ekologis hutan adalah dalam daur

hidrologis. Terbakarnya hutan memberikan dampak hilangnya kemampuan hutan

menyerap dan menyimpan air hujan.

5). Pemansasan Global; Kebakaran hutan menghasilkan asap dan gas CO2 dan gas

lainnya. Selain itu, dengan terbakarnya hutan akan menurunkan kemampuan hutan

sebagai penyimpan karbon. Keduanya berpengaruh besar pada perubahan iklim dan

pemansan global.

6).Sendimentasi sungai; Debu dan sisa pembakaran yang terbawa erosi akan

mengendap di sungai dan menimbulkan pendangkalan.

7).Meningkatnya bencana alam; Terganggunya fungsi ekologi hutan akibat kebakaran

hutan membuat intensitas bencana alam (banjir, tanah longsor, dan kekeringan)

meningkat.
Dampak lainnya:

 Kebakaran hutan dan lahan menyebakan tersebarnya asap dan emisi gas

karbondioksida dan gas-gas lain ke udara yang berdampak pada pemanasan

global dan perubahan iklim.

 Kebakaran hutan akan menyebabkan hutan menjadi gundul sehingga tak

mampu menampung cadangan air saat musim hujan. Hal ini yang menjadi

faktor terjadinya tanah longsor maupun banjir.

 Berkurangnya sumber air bersih dan menyebabkan kekeringan karena

kebakaran hutan menyebabkan hilangnya pepohonan yang menampung

cadangan air.

2.3 Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Karhutla

Dalam rangka optimalisasi upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan

(karhutla) tahun 2017 dan menindaklanjuti arahan Presiden Joko Widodo pada Rapat

Kerja Nasional Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Tahun 2017 di Istana

Negara tanggal 23 Januari 2017, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

(KemenLHK) bersinergi dengan berbagai pihak melaksanakan upaya-upaya

pencegahan kebakaran hutan dan lahan. upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan

terus dilakukan melalui kerjasama antara Kementerian/ Lembaga baik pusat maupun

daerah. Sinergi itu dilakukan antara KemenLHK, TNI, POLRI, BNPB, dan satgas-

satgas provinsi. Upaya pencegahan dilakukan untuk mencegah agar tidak munculnya

titik api dan menekan tingkat bahaya karhutla utamanya di provinsi rawan di

Sumatera dan Kalimantan. Upaya pencegahan karhutla yang telah dilaksanakan yaitu

berupa peningkatan status kedaruratan, patroli terpadu, operasi udara yang meliputi

patroli udara, water bombing, pembuatan hujan buatan/ Teknologi Modifikasi Cuaca
(TMC), dan operasi darat yang meliputi patroli mandiri dan pemadaman dini. Patroli

Terpadu Pencegahan Karhutla yang tahun 2016 dirasa cukup efektif menekan tingkat

angka karhutla, kini di tahun 2017 tetap dilanjutkan kembali. Langkah sinergi

pencegahan karhutla terus diupayakan dalam mengantisipasi potensi kerawanan

kebakaran hutan dan lahan di Indonesia. Ini dilakukan agar kejadian karhutla di

Indonesia terus ditekan. Sehingga bencana dan kerusakan lingkungan yang kerap

timbul akibat karhutla dapat dikendalikan. Dan juga selama ini pendekatan

penanganan karhutla masih ad hoc dan program, tetapi pencegahannya belum masif.

Termasuk di lahan gambut yang kerap menjadi sorotan ketika terjadi karhutla. Upaya

restorasi gambut yang telah dilakukan dalam kurun sekitar 3 tahun belakangan

merupakan langkah tepat. Sudah ada upaya manajemen air yang memastikan air

tersedia sepanjang tahun dan saat musim kering kelemaban gambut tetap terjaga.

Termasuk perlu ada upaya lain seperti pengembalian fungsi lahan yang lebih terfokus.

Program pencegahan kebakaran yang termasuk upaya restorasi dan pengelolaan

lingkungan pun harusnya dipisahkan dari program pemanfaatan gambut untuk

produksi. Saat ini, belum ada upaya tersebut dan fokusnya masih sebatas pembagian

wewenang berdasarkan peruntukkan lahan saja. Restorasi dan pengelolaan

lingkungan pada lahan gambut harusnya ditangani oleh satu lembaga seperti Badan

Restorasi Gambut (BRG) yang bisa diperkuat peranannya.

Saat ini BRG hanya memiliki wewenang pengawasan gambut di wilayah non-

konsesi dan konsesi perkebunan saja. Adapun pengawasan wilayah konsesi

perhutanan yang luasnya mencapai 1,2 juta hektar masih di bawah Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Berdasarkan pantauan satelit, 85 persen

karhutla tahun ini justru terjadi di luar lahan gambut konsesi perkebunan. Wilayah

konsesi perhutanan dan hutan lain jadi area yang paling banyak terbakar. "Saat ini
belum ada akses bagi BRG untuk masuk dan membantu supervisi pada konsesi

perhutanan," ujarnya, melanjutkan. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

(LAPAN) juga mencatat luas kebakaran di lahan gambut mengalami penurunan

sebesar 2 persen. Pada 2015, lahan gambut terbakar mencapai 29 persen dari total

luasan karhutla. Hingga Agustus 2019, lahan gambut terbakar berada di angka 27

persen dari total luasan karhutla.

Meski hasilnya belum terlihat besar, upaya restorasi gambut yang mulai intens

dilakukan sejak pembentukkan BRG pada 2016 bisa dibilang mulai membuahkan

hasil. Sebab, hasil riil dari upaya restorasi gambut baru akan bisa nampak di atas 10

tahun.

2.4 Karhutla Melanggar Peraturan Perundang-undangan di Indonesia

Kasus yang kami angkat adalah Kasus Karhutla di Kalsel Satu Koorporasi di

Banjar Jadi Tersangka. Kasus ini kami angkat karena melanggar Pasal 97 dan 98

Undang-Undang Lingkungan Hidup no.32 tahun 2009. Dalam kasus ini ada 2 lahan

yang berbeda koorporasi yaitu , PT.Borneo Indo Tani (PT.BIT) dan PT.Monrad Intan

Barakat(PT.MIB). Dari kedua lahan koorporasi tersebut, petugas mendapatkan bukti

berupa sampel dari kedua lahan. Dari hasil sampel yang petugas dapatkan PT.BIT

terbukti bersalah. Koorporasi tersebut dijadikan tersangka karena melanggar pasal 97

yang berisi tentang semua tindak pencemaran atau perusakan lingkungan hidup yang

telah di kriminalisasi. Dan dalam Pasal 98 Undang-undang Lingkungan Hidup tahun

2009 yang berisi Setiap orang dengan sengaja melakukan perbuatan yang

mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambient, baku mutu air, baku mutu air

laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat tiga tahun dan paling lama sepuluh tahun dan denda paling sedikit Rp.

3.000.000.000 dan paling banyak Rp.10.000.000.000.

Berdasarkan pasal diatas koorporasi yang menjadi tersangka sudah melanggar

peraturan karena hanya membayar denda tanpa menjalankan hukuman pidana yaitu

paling singkat 3 tahun penjara. Namun denda yang dibayar koorporasi ini tidak sesuai

dengan kerusakan yang terjadi. Dampak yang disebabkan oleh Karhutla membuat

masyarakat yang tinggal disekitar lahan mengalami berbagai macam penyakit. Salah

satu yang menjadi ancaman kronis yaitu, iritasi dan radang saluran pernafasan akibat

paparan asap juga mempermudah munculnya serangan asma berat pada orang dengan

riwayat asma. Bukan hanya negara Indonesia saja yang mengalami dampak

kerusakannya tapi Negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam

terkena dampak polusi udara dari karhutla. Karena lahan yang terbakar luas sehingga

menyebakan tersebarnya asap dan emisi gas karbondioksida dan gas-gas lain ke udara

yang berdampak pada pemanasan global dan perubahan iklim.


BAB III

3.1 Simpulan

Dari kasus yang kami angkat, dapat disimpulkan. Pemerintahan di Indonesia tidak

tegas dalam mengambil sikap untuk menangani kasus Karhutla yang sering terjadi di

Indonesia khusus nya di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Mengapa kami

mengambil kesimpulan seperti ini karena , lahan yang terbakar di wilayah yang sering

terjadinya karhutla semakin luas. Sehingga daerah yang seharusnya tidak biasa

terkena dampak karhutla, justru mengalami hal yang hampir sama seperti daerah

sekitar tempat terjadinya karhutla.

3.2 Saran

Saran kami untuk masyarakat mengenai kasus ini, yaitu untuk lebih menjaga

lingkungan hidup khusus nya hutan. Karena Indonesia termasuk negara tropis yang

dimana kita tahu negara tropis adalah negara yang memiliki hutan yang luas atau

memiliki area hijau yang membentang. Salah satu cara menjaga nya yaitu melakukan

tebang pilih dan untuk perusahaan yang menggunakan lahan untuk kepentingan

perusahaan sebaiknya melakukan land clearing. Land clearing merupakan proses

pembersihan lahan sebelum melakukan aktivitas penambangan dimulai.

Dan untuk pemerintah, kami berharap agar kedepannya lebih tegas dalam

mengambil tindakan serta proses hokum yang berlaku jika ada oknum yang

melanggar peraturan di negara Indonesia. Khusus nya Karhutla yang sampai saat ini

belum ada tersangka yang menjalankan hukuman pidana karena mereka hanya

membayar denda. Dan denda yang mereka bayarkan tidak sesuai dengan ketentuan

yang terdapat dalam Pasal 98 Undang-undang Lingkungan Hidup no.32 tahun 2009.
KARYA ILMIAH

KARHUTLA DIJERAT UNDANG-UNDANG LINGKUNGAN HIDUP

NAMA KELOMPOK :

1. REGINA 010001900004

2. ALYSHA NAMIRA MAHARANIE 010001900053

3. ADRIAN PUTRANTO W. 010001900025

4. ALVIANSYAH 010001900003

UNIVERSITAS TRISAKTI

FAKULTAS HUKUM

TAHUN 2019
Daftar Isi

PRAKATA
………………………………………………………………………………………………………………………
…………………….. i
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………………………………………………………
……………………… ii
DAFTAR PUSTAKA
………………………………………………………………………………………………………………………
…………………….. iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang……………………………………………………………………………………………………
……………………………..
1.2 Rumusan
Masalah………………………………………………………………………………………………………
…………….........
1.3 Tujuan
Penelitian……………………………………………………………………………………………………
…………………………
1.4 Kerangka
Teori…………………………………………………………………………………………………………
……………………….

BAB II
2.1 Definisi dan Penyebab Terjadinya
Karhutla……………………………………………………………………………………….
2.2 Akibat Karhutla Terhadap Lingkungan dan Alam
Sekitar……………………………………………………………………
2.3 Upaya Pencegahan dan Penanggulangan
Karhutla…………………………………………………………………………..
2.4 Karhutla Yang Melanggar Peraturan Perundang-undangan
Indonesia………………………………………………

BAB III
3.1
Simpulan…………………………………………………………………………………………………………
………………………………..
3.2
Saran………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………

ii
DAFTAR PUSTAKA
 https://banjarmasin.tribunnews.com/2019/11/22/kasus-karhutla-di-
kalsel-satu-koorporasi-di-kabupaten-banjar-jadi-tersangka
 https://nasional.kompas.com/read/2018/08/25/14340331/kebakaran-
hutan-dan-lahan-apa-dampak-dan-upaya-pencegahannya?page=all
 https://www.viva.co.id/
 https://tirto.id/apa-itu-karhutla-yang-sebabkan-kabut-asap-di-
sumatera-kalimantan-eimk

iii
PRAKATA

Dengan memanjatkan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kami. Sehingga kami dapat

menyelesaikan karya tulis yang sangat sederhana ini. Dalam kesempatan ini kami

mengambil judul KARHUTLA DIJERAT UU LINGKUNGAN HIDUP.

Karya tulis ini disusun untuk memenuhi tugas akhir semester. Kami

menyadari penyusunan karya tulis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami

mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan karya tulis ini. Semoga isi karya tulis

ini menambah pengetahuan bagi para pembaca .

Anda mungkin juga menyukai