Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan dibedakan dengan kebakaran lahan. Kebakaran hutan yaitu


kebakaran yang terjadi di dalam kawasan hutan, sedangkan kebakaran lahanadalah
kebakaran yang terjadi di luar kawasan hutan dan keduanya bisa terjadi baik disengaja
maupun tanpa sengaja (Hatta, 2008).
Kebakaran hutan ialah terbakarnya sesuatu yang menimbulkan bahaya atau
mendatangkan bencana. Kebakaran dapat terjadi karena pembakaran yang tidak
dikendalikan, karena proses spontan alami, atau karena kesengajaan. Proses alami
sebagai contohnya kilat yang menyambar pohon atau bangunan, letusan gunung api
yang menebarkan bongkahan bara api, dan gesekan antara ranting tumbuhan kering
yang mengandung minyak karena goyangan angin yang menimbulkan panas atau
percikan api (Notohadinegoro, 2006). Kebakaran yang terjadinya akibat kesengajaan
manusia dikarenakan oleh beberapa kegiatan, seperti kegiatan ladang, perkebunan
(PIR), Hutan Tanaman Industri (HTI), penyiapan lahan untuk ternak sapi, dan
sebagainya (Hatta, 2008).
Menurut Darwiati dan Tuheteru (2010) di Indonesia, kebakaran hutan dan
lahan hampir 99% diakibatkan oleh kegiatan manusia baik disengaja maupun tidak
(unsur kelalaian). Diantara angka persentase tersebut, kegiatan konversi lahan
menyumbang 34%, peladangan liar 25%, pertanian 17%, kecemburuan sosial 14%,
proyek transmigrasi 8%; sedangkan hanya 1% yang disebabkan oleh alam. Faktor lain
yang menjadi penyebab semakin hebatnya kebakaran hutan dan lahan sehingga
menjadi pemicu kebakaran adalah iklim yang ekstrim, sumber energi berupa kayu,
deposit batubara dan gambut.

B. Penyebab dan Dampak Kebaran Hutan


Setiap tahun kebakaran hutan terjadi di Indonesia. Kebakaran hutan yang
sering terjadi sebagian besar diakibatkan oleh faktor kelalaian ataupun kesengajaan
manusia dalam rangka pembukaan lahan secara besar besaran yang dilakukan oleh
perusahaan perkebunan dan kehutanan secara ilegal, baik untuk usaha pertanian,
kehutanan maupun perkebunan dan hanya sebagian kecil saja yang disebabkan oleh
alam (petir atau lava gunung berapi) (Qodriyatun, 2014).
Penyebab Kebaran Hutan :
1. Unsur Iklim / Cuaca
Unsur-unsur cuaca yang penting dalam mempengaruhi kebakaran hutan dan
lahan adalah angin, kelembaban dan suhu. Angin yang bertiup kencang
meningkatkan pasokan udara sehingga mempercepat penyebaran api. Pada kasus
kebakaran besar, angin bersifat simultan. Semakin besar kebakaran, tiupan angin
semakin kencang akibat perpindahan massa udara padat di sekitar kebakaran ke
ruang udara renggang di tempat kebakaran. Kadar air / kelembaban bahan bakar
juga penting untuk dipertimbangkan dalam pengendalian kebakaran hutan dan
lahan.
2. Ulah Manusia
Dalam banyak kasus, kebakaran hutan juga berawal dari kesengajaan manusia
melakukan pembakaran hutan dan lahan yang akan dipergunakan untuk hutan
tanaman industri (HTI), perkebunan, ladang, penggembala/pemburu yang ingin
merangsang tumbuhnya rumput, pengusir lebah dari sarangnya oleh peternak
lebah / pengumpul madu dan para perambah hutan. Pembakaran juga dilakukan
pada lahan pertanian /perkebunan untuk membersihkan daun kering tanaman, sisa-
sisa panen serta limbahtanaman pada calon lokasi lahan perkebunan/pertanian
dalam kegiatan persiapan lahan. Karena kebakaran biasanya dilakukan pada
musim kemarau dan kurang diawasi sehingga api mudah merambat kekawasan
hutan dan lahan sekitar yang menyebabkan kerugian baik ekologis maupun
ekonomis.
3. Konflik sosial
Penyebab sosial, umumnya berawal dari suatu konflik antara para pemilik
modal industri perkayuan maupun pertambangan, dengan penduduk asli yang
merasa kepemilikan tradisional (adat) mereka atas lahan, hutan dan tanah dikuasai
oleh para investor yang diberi pengesahan melalui hukum positif negara.
Akibatnya kekesalan masyarakat dilampiaskan dengan melakukan pembakaran
demi mempertahankan lahan yang telah mereka miliki secara turun temurun. Pada
situasi seperti ini, masalah kemiskinan dan ketidak adilan menjadi pemicu
kebakaran hutan dan masyarakat tidak akan mau berpartisipasi untuk
memadamkannya. Pada saat kebakaran yang tidak diinginkan merusak hutan dan
aset lainnya, masyarakat lokal seringkali dianggap dan dicurigai sebagai penyebab
karena mereka membakar hutan sewaktu menyiapkan lahan untuk kegiatan
pertanian. Kalaupun tidak dipersalahkan, masyarakat lokal cenderung dipandang
sebagai korban yang tidak berdaya,yang harus menanggung dampak negatif dari
kebakaran hutan dan/atau lahan.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebakaran hutan

Secara umum kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh tiga
faktor utama yaitu kondisi bahan bakar, cuaca, dan sosial budaya masyarakat. Kondisi
bahan bakar yang rawan terhadap bahaya kebakaran adalah jumlahnya yang
melimpah di lantai hutan, kadar airnya relatif rendah (kering), serta ketersediaan
bahan bakar yang berkesinambungan.
Faktor iklim berupa suhu, kelembaban, angin dan curah hujan turut
menentukan kerawanan kebakaran. Suhu yang tinggi akibat penyinaran matahari
langsung menyebabkan bahan bakar mengering dan mudah terbakar, kelembaban
yang tinggi (pada hutan dengan vegetasi lebat) mengurangi peluang terjadinya
kebakaran hutan, angin juga turut mempengaruhi proses pengeringan bahan bakar
serta kecepatan menjalarnya api sedangkan curah hujan mempengaruhi besar kecilnya
kadar air yangterkandung dalam bahan bakar.
Faktor sosial budaya masyarakat mempunyai andil yang paling besar terhadap
adanya kebakaran hutan. Beberapa faktor penyebab kebakaran hutan antara lain :
1) Penggunaan api dalam kegiatan persiapan lahan
Masyarakat di sekitar kawasan hutan seringkali menggunakan api
untuk persiapan lahan, baik untuk membuat lahan pertanian maupun
perkebunan seperti kopi dan coklat. Perbedaan biaya produksi yang tinggi
menjadi satu faktor pendorong penggunaan api dalam kegiatan persiapan
lahan. Metode penggunaan api dalam kegiatan persiapan lahan dilakukan
karena murah dari segi biaya dan efektif dari segi waktu dan hasil yang
dicapai cukup memuaskan.
2) Adanya kekecewaan terhadap sistem pengelolaan hutan
Berbagai konflik sosial sering kali muncul di tengah-tengah
masyarakat sekitar kawasan hutan. Konflik yang dialami terutama masalah
konflik atas sistem pengelolaan hutan yang tidak memberikan manfaat
ekonomi pada masyarakat. Adanya rasa tidak puas sebagian masyarakat atas
pengelolaan hutan bisa memicu masyarakat untuk bertindak anarkis tanpa
memperhitungkan kaidah konservasi maupun hukum yang ada. Terbatasnya
pendidikan masyarakat dan minimnya pengetahuan masyarakat akan fungsi
dan manfaat hutan sangat berpengaruh terhadap tindakan mereka dalam
mengelola hutan yang cenderung desdruktif.
3) Pembalakan liar atau illegal logging.
Kegiatan pembalakan liar atau illegal logging lebih banyak
menghasilkan lahan-lahan kritis dengan tingkat kerawanan kebakaran yang
tinggi. Seringkali, api yang tidak terkendali secara mudah merambat ke areal
hutan-hutan kritis tersebut. Kegiatan pembalakan liar atau illegal logging
seringkali meninggalkan bahan bakar (daun, cabang, dan ranting) yang
semakin lama semakin bertambah dan menumpuk dalam kawasan hutan yang
dalam musim kemarau akan mengering dan sangat bepotensi sebagai
penyebab kebakaran hutan.
4) Kebutuhan akan Hijauan Makanan Ternak (HMT)
Kehidupan masyarakat sekitar kawasan hutan tidak lepas dari ternak
dan penggembalaan. Ternak (terutama sapi) menjadisalah satu bentuk usaha
sampingan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Kebutuhan akan HMT
dan areal penggembalaan merupakan salah satu hal yang harus dipenuhi.
Untuk mendapatkan rumput dengan kualitas yang bagus dan mempunyai
tingkat palatabilitas yang tinggi biasanya masyarakat membakar kawasan
padang rumput yang sudah tidak produktif. Setelah areal padang rumput
terbakar akan tumbuh rumput baru yang kualitasnya lebih bagus dan
kandungan gizinya tinggi.
5) Perambahan hutan
Faktor lain yang tidak kalah pentingnya sebagai agen penyebab
kebakaran hutan adalah migrasi penduduk dalam kawasan hutan (perambah
hutan). Disadari atau tidak bahwa semakin lama, kebutuhan hidup masyarakat
akan semakin meningkat seiring semakin bertambahnya jumlah keluarga dan
semakin kompleknya kebutuhan hidup. Hal tersebut menuntut penduduk untuk
menambah luasan lahan garapan mereka agar hasil pertanian mereka dapat
mencukupi kebutuhan hidupnya.
6) Sebab lain
Sebab lain yang bisa menjadi pemicu terjainya kebakaran adalah faktor
kurangnya kesadaran masyarakat terhadap bahaya api. Biasanya bentuk
kegiatan yang menjadi penyebab adalah ketidaksengajaan dari pelaku.
Misalnya masyarakat mempunyai interaksi yang tinggi dengan hutan. Salah
satu bentuk interaksi tersebut adalah kebiasaan penduduk mengambil rotan
yang biasanya sambil bekerja mereka menyalakan rokok. Dengan tidak sadar
mereka membuang puntung rokok dalam kawasan hutan yang mempunyai
potensi bahan bakar melimpah sehingga memungkinkan terjadi kebakaran

D. Pencegahan Kebakaran Hutan


Kegiatan Pencegahan Kebakaran ini terbagi menjadi beberapa sub
kegiatan,yaitu:
a. Pembuatan Satuan Petugas Pemadam Kebakaran (Satgasdamkar). Termasuk
pembagian tugas jaga dan patroli di daerah rawan kebakaran.
b. Pembuatan sekat bakar kuning di sekitar areal rawan kebakaran.
c. Penyuluhan kebakaran hutan di setiap desa sekitar kawasan hutan Desa Purwajaya
d. Mengukur luasan areal/lahan kritis.
e. Membuat peta areal/lahan kritis. Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi
lapang, kegiatan penyuluhan yang telah dilakukan oleh pihak Dinas Kehutanan dinilai
kurang mendapatkan respon yang baik dari masyarakat sekitar hutan.
Hal ini dapat dilihat dari kurangnyapartisipasi masyarakat dalam
memadamkan kebakaran. Oleh karena itu, sebaiknya pihak pemerintah menambahkan
kegiatan pelatihan dalam kegiatan pencegahan kebakaran hutan. Karena bentuk
pelatihan dinilai dapat memberdayakan masyarakat sekitar, sehingga terjalin suatu
hubungan yang baik antara pihak Pemerintah dengan masyarakat dan dapat
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pemadaman kebakaran hutan.
1. Pra Kebakaran Hutan Kegiatan
Pra Kebakaran ini terbagi menjadi beberapa sub kegiatan, yaitu:
a. Pengadaan alat-alat pemadam dan penunjang kegiatan pemadam kebakaran
(alat komunikasi, alat angkutan dan alat untuk mengetahui adanya kebakaran
hutan) yang dibedakan menjadi 2 macam, yaitu: - Peralatan perorangan (peralatan
tangan/manual) - Peralatan regu/kelompok
b. Persiapan (pengecekan kelengkapan) alat-alat pemadam kebakaran hutan.
c. Pembentukan kelompokkelompok kecil pemadam kebakaran yang anggotanya
diambil dari Petugas dan Satgasdamkar.
d. Koordinasi Petugas Kebakaran, Satgasdamkar dan Masyarakat Sekitar Hutan.
e. Perumusan metode pemadaman kebakaran hutan.
2. Saat Kebakaran (Pemadaman Kebakaran Hutan) Kegiatan Pemadaman Kebakaran
ini terbagi menjadi 2 sub kegiatan, yaitu:
a. Menghentikan penjalaran kebakaran hutan
b. Memadamkan kebakaran hutan secara langsung
3. Pasca Kebakaran Hutan
Kegiatan Pasca Kebakaran yang harus dilakukan meliputi:
a. Pengukuran langsung areal yang terbakar.
b. Overlay hasil pengukuran pada sebuah peta.
c. Perhitungan kerugian/taksasi dampak ekonomi dan ekologi kejadian kebakaran
hutan.
d. Pelaporan kejadian kebakaran hutan pada Dinas Kehutanan
e. Pengecekan ulang areal yang terbakar.
f. Perumusan kegiatan rehabilitasi areal yang terbakar.
g. Koordinasi ulang mengenai sistem pengawasan areal yang terbakar, guna
mengurangi persentase terjadinya kebaran hutan di areal yang sama atau di dekat
areal tersebut.

E. Peraturan Perundangan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan

Dalam rangka pencapaian keberhasilan penanggulangan kebakaran kebakaran hutan


dan lahan terdiri dari:

1. Pemasyarakatan tindakan pencegahan dan penanggulangan (pemadaman) melalui


kegiatan penyuluhan yang terkoordinasi seperti penggunaan media cetak,
elektronik dan sebagainya;
2. Pelarangan kegiatan pembakaran dan pemasyarakatan kebijakan penyiapan lahan
tanpa bakar (PLTB);
3. Peningkatan keterampilan dan kemampuan sumber daya manusia baik yang
berasal dari instansi pemerintah maupun perusahaan;
4. Pemenuhan dan pengadaan peralatan pemadaman kebakaran sesuai dengan
standar yangditetapkan;
5. Melakukan kerjasama teknik dengan negara-negara donor;
6. Peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan;
7. Menindak tegas setiap pelanggar hukum/peraturan yang telah ditetapkan;
8. Peningkatan upaya penegakkan hukum.
Maka dalam hal ini pemerintah melalui kewenangannya mengeluarkan beberapa
peraturan perundangan.

1. UU No. 5 Tahun 1990 Tentang KSDA H & E


2. UU No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Khususnya
perbuatan
yang mengakibatkan pencemaran dan atau Perusakan Lingkungan Hidup.
- Pasal 41 : (Dengan sengaja) Pidana Penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan denda paling banyak Lima Ratus Juta Rupiah.
- Pasal 42 : (Dengan kealpaan) Pidana Penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan
denda paling banyak seratus juta rupiah.
3. UU No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan
- Pasal 50 ayat 3 huruf d : Setiap orang dilarang membakar hutan
- Pasal 78 ayat 3 : (Dengan sengaja) Pidana Penjara
paling lama 15 tahun atau denda paling banyak 5 Milyar Rupiah
- Pasal 78 ayat 4 : (Dengan kelalaianya) Pidana Penjara paling lama 5 tahun atau
denda paling banyak satu milyar lima ratus juta rupiah
4. PP No. 28 Tahun 1985 Tentang Perlindungan Hutan
5. PP No. 4 Tahun 2001 Tentang Pengendalian Kerusakan dan atau Pedoman
Lingkungan Hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan atau lahan
- Pasal 11 : Setiap orang dilarang melakukan kegiatan pembakaran Hutan dan atau
Lahan
- Pasal 12 : Setiap orang berkewajiban mencegah terjadinya kerusakan dan atau
pemcemaran lingkungan hidup yang berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan atau
Lahan
- Pasal 13 : Setiap orang berkewajiban menanggulangi Kebakaran Hutan dan atau
Lahan di lokasi kegiatannya
6. PP No. 45 Tahun 2004 Tentang Perlindungan Hutan
- Pasal 6 huruf a : Mencegah dan membatasi kerusakan Hutan, Kawasan Hutan
dan hasil Hutan, yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran,
daya-daya alam, hama, serta penyakit.
- Pasal 19 ayat 1 : Setiap orang dilarang membakar hutan
- Pasal 20 ayat 1 : Pengendalian Kebakaran Hutan meliputi :
 Pencegahan
 Pemadaman
 Penanganan Pasca Kebakaran
- Pasal 31 : Penegakan Hutan terhadap tindak pidana kebakaran hutan
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pengendalian
Kebakaran Hutan;
8. Peraturan Mentri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 32 Tahun 2016 tentang
Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan;
9. Peraturan Direktur Jenderal PHKA Nomor : P.3/IV-SET/2014 tentang Organisasi
Manggala Agni dan Wilayah Kerja Daerah Operasi Pengendalian Kebakaran
Hutan danLahan;
10. Inpres No.16 Tahun 2011 Tentang Peningkatan Dalkarhutla
11. Peraturan Dirjen Perlindungan Hutan Dan Konservasi Alam Nomor : P. 2/Iv-
Set/2014Tentang Pembentukan Dan Pembinaan Masyarakat Peduli Api
12. Peraturan Daerah No. 6 Tahun 1998 tentang Pencegahan dan Penanggulanga
Kebakaran Hutan Provinsi Kalimantan Barat.
13. Peraturan Gubernur Kalimantan Barat No. 103 Tahun 2009 tentang Prosedur
Tetap(PROTAP) Mobilisasi Sumber Daya Pengendalian Kebakaran Hutan dan
Lahan di ProvinsiKalimantan Barat.
14. Buku Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan, Ditjend PHKA Tahun 2007
Tentang Protap Pengendalian Kebakaran Hutan.

Anda mungkin juga menyukai