Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selain hutan alam, Indonesia juga terkenal dengan hutan buatannya
seperti hutan akasia, hutan sengon, dsb yang digunakan sebagai
kepentingan Industri. Namun saat ini, Indonesia yang terkenal sebagai
paru paru dunia sejak puluhan tahun lalu, hanya bisa dianggap sebagai
kenangan karena tiap tahunnya hutan mengalami kerusakan. Salah satu
penyebab kerusakan hutan adalah kebakaran (Pasai, 2020).
Kebakaran hutan adalah bencana alam yang sering terjadi di
Indonesia terutama pada musim kemarau. Kebakaran hutan merupakan
situasi dimana hutan dilahap oleh api yang mengakibatkan rusaknya hutan
dan hasil hutan. Efek terkait yang ditimbulkan kebakaran hutan atau lahan
adalah terjadinya kerusakan dan pencemaran lingkungan. Kebakaran hutan
dan lahan terjadi di Indonesia hampir setiap tahun terjadi meskipun
frekuensi, intensitas dan luasnya berbeda-beda (Rasyid, 2014). 
Kebakaran hutan dan lahan disebabkan oleh dua faktor utama,
yaitu faktor alam dan faktor aktivitas manusia yang tidak dapat
dikendalikan. Secara ekologis, pengurangan luas hutan diakibatkan
penghancuran lahan oleh api menimbulkan risiko dan ketidakpastian
dalam memulihkan kondisi ekosistem. Dampak yang ditimbulkan dari
kebakaran hutan paling merugikan manusia, mulai dari kerugian ekonomi,
ekologi, dan masalah sosial (Rasyid, 2014. ; Yusuf, A. et al., 2019).

B. Tujuan
Tujuan ditulisnya makalah ini adalah sebagai tambahan informasi
mengenai kebakaran hutan, dampaknya terhadap kehidupan sehari hari,
dan cara pencegahan kebakaran hutan.
BAB II
PEMBAHASAN

Indonesia terkenal dengan hutannya sebagai paru-paru dunia sejak puluhan


tahun. Hal itu tinggallah kenangan karena hutan mengalami kerusakan dari tahun
ke tahun (Pasai, 2020). Salah satu penyebab dari kerusakan hutan tersebut adalah
kebakaran hutan. Pembukaan kebun kelapa sawit atau alih fungsi lahan menjadi
faktor terjadinya kebakaran hutan. Kebakaran hutan merupakan bencana alam
yang sering terjadi di Indonesia terutama sering sekali terjadi pada musim
kemarau (Yusuf, et al., 2019). Kebakaran hutan merupakan situasi dimana hutan
dilahap oleh api yang mengakibatkan rusaknya hutan dan hasil hutan. Efek atau
dampak yang ditimbulkan dari kebakaran hutan atau lahan adalah terjadinya
kerusakan dan pencemaran lingkungan (Rasyid, 2014). Kebakaran hutan dan
lahan disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor alam dan faktor aktivitas
manusia yang tidak dapat dikendalikan.
Faktor alam antara lain pengaruh El-Nino yang menyebabkan kekeringan
berkepanjangan dan menyebabkan tanaman layu. Tanaman kering merupakan
bahan bakar yang sangat potensial ketika terkena percikan api (Rasyid, 2014;
Septianingrum, 2015). Yang kedua adalah faktor yang berasal dari ulah manusia.
Faktor ulah manusia yang menyebabkan kebakaran hutan dan lahan antara lain
misalnya membuat api unggun di hutan, operasi pembersihan yang menggunakan
teknik bakar dan teknik bakar yang dikendalikan (biasanya dilakukan oleh
perusahaan HTI), pembakaran yang disengaja untuk mendapatkan padang rumput
atau tempat berburu, membuang puntung rokok yang terbakar secara sembarangan
ke hutan dan akibat dari penggunaan secara sembarangan alat/mesin penyebab
kebakaran. Salah satu hal yang menyebabkan penggunaan secara sembarangan
alat atau mesin yang menyebabkan kebakaran adalah pembukaan ladang atau
kebun untuk ditanami. Dilakukannya metode pembakaran didasari oleh karena hal
tersebut dapat menghemat biaya yang dikeluarkan dan efektif serta lebih mudah
dan cepat dalam proses alih fungsi lahan. Mudahnya penyebaran api juga
dipengaruhi oleh El-Nino yang sering terjadi pada bulan Juli hingga Oktober
ditandai dengan curah hujan maksimum yang mundur waktunya dibandingkan
pada kondisi normal.
Faktor lain berupa suhu, kelembaban, angin, dan curah hujan turut
menentukan kerawanan kebakaran. Suhu yang tinggi akibat penyinaran matahari
secara langsung menyebabkan bahan bakar mengering dan mudah terbakar,
kelembaban yang tinggi mengurangi peluang terjadinya kebakaran hutan, angin
juga turut mempengaruhi proses pengeringan bahan bakar serta kecepatan
menjalarnya api sedangkan curah hujan mempengaruhi besar kecilnya kadar air
yang terkandung dalam bahan bakar.
Setiap tahunnya kebakaran hutan dan lahan terjadi di Indonesia meskipun
frekuensi, intensitas dan luasnya berbeda-beda. Pada tahun 1980 terjadi
peningkatan luas dan intensitas terjadinya kebakaran hutan. Kasus kebakaran
hutan dan lahan gambut sering terjadi di enam provinsi yaitu provinsi Riau,
Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimanatan
Tengah (Septianingrum, 2015). Terkhusus pada daerah Sumatera dan Kalimantan.
Kebakaran hutan yang cukup besar terjadi pada tahun 1982/1983, 1987, 1991,
1994, 1997/1998, 2002, dan 2006 (Cahyono, 2015).
Asap menyebabkan sangat banyak dampak serius bagi kelangsungan hidup
manusia, ekonomi, dan lingkungan. Kebakaran hutan merupakan salah satu
penyumbang emisi karbon pada sektor kehutanan. Apalagi lahan gambut yang
memang pada dasarnya banyak menyimpan sumber karbon yang apabila
mengalami pembakaran akan menyebabkan munculnya polusi karbonmonoksida
secara besar-besaran. Kebakaran hutan juga memengaruhi aktifitas pembangunan
pada sektor ekonomi yang menjadi hambatan berjalannya berbagai kegiatan
peningkatan mutu ekonomi pada masing-masing daerah yang mengalami dampak
kabut asap. Polusi udara yang ditimbulkan sebagai akibat dari kebakaran juga
memberikan dampak besar bagi kesehatan khususnya pada kesehatan sistem
pernafasan. Tidak sedikit masyarakat menderita penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Atas (ISPA) dan penyakit lainnya yang disebabkan oleh tingginya
tingkat pencemaran udara. Kualitas air juga turut rusak sebagai dampak dari
kebakaran hutan sehingga tidak layak untuk diminum (Cahyono, 2015). Dampak
negative pada lingkungan fisik antara lain adalah seperti yang disebutkan yaitu
menurunkan kualitas udara akibat pekatnya asap yang memperpendek jarak
pandang sehingga mengganggu transportasi, mengubah sifat fisika, kimia, dan
biologi tanah, mengubah iklim mikro akibat hilangnya tumbuhan, bahkan dari
segi lingkungan global ikut andil dalam pembentukan rumah kaca.
Dampak lain yang ditimbulkan dari kebakaran hutan yaitu peningkatan
kerugian ekonomi, ekologi, dan masalah sosial (Rasyid, 2014. ; Yusuf, A. et al.,
2019). Efek global langsung dari kebakaran hutan dan lahan adalah polusi udara,
asap yang dihasilkan menyebabkan gangguan pernapasan dan mengganggu
aktivitas sehari-hari. Kebakaran hutan di Indonesia 1997-1998 dan 2002-2005
menghasilkan asap yang juga dikenal masyarakat Malaysia, Singapura dan Brunei
Darussalam hingga mengancam untuk mengganggu hubungan udara antar negara. 
Secara ekologis, pengurangan luas hutan diakibatkan penghancuran lahan
oleh api menimbulkan risiko dan ketidakpastian dalam memulihkan kondisi
ekosistem, Hilangnya kegunaan kayu dan hutan kontrak berjangka dan
penyusutan hasil untuk keanekaragaman hayati. Terganggunya suksesi alami,
terganggunya produksi bahan organik dan proses dekomposisi. Sedangkan untuk
ekonomi antara lain meliputi dibatalkannya jadwal transportasi darat, air, dan
udara, hilangnya tumbuhan dengan nilai ekonomis tinggi, biaya pengobatan
masyarakat, turunnya produksi industri dan perkantoran, serta anjloknya bisnis
pariwisata.
Kebakaran hutan perlu dicegah semaksimal mungkin agar tidak timbul
berbagai kerugian. Tindakan tindakan yang perlu dilakukan haruslah bekerja sama
dengan aparat pemerintah selaku pihak yang berwenang dalam pemberian sanksi.
Yang dapat dilakukan oleh masyarakat sebagai tindakan pencegahan kebakaran
hutan adalah pemberian penyuluhan dan kampanye pada masyarakat yang tinggal
didaerah rawan kebakaran hutan. Juga perlu diberikan edukasi kepada masyarakat
yang akan menggunakan api didalam hutan. Karena sebaik baiknya
penanggulangan lebih baik pencegahan.
Adapun hal hal yang dapat dilakukan untuk mencegah kebakaran hutan
adalah :
1. Mengawasi titik rawan kebakaran
2. Meningkatkan pengawasan terhadap daerah atau titik rawan kebakaran
3. Mendeteksi kebakaran hutan lebih dulu dengan membangun pos jaga
4. Mempersiapkan alat yang dapat memadamkan api jikalau terjadi
kebakaran
5. Memasang alarm sebagai peringatan tanda bahaya
6. Mendapatkan edukasi mengenai kebakaran hutan dan pencegahannya
7. Setelah menyalakan api didalam hutan, memastikan bahwa api telah
benar benar mati sebelum meninggalkan hutan
8. Tidak secara sembarangan membakar
9. Mematuhi prosedur dan peraturan setempat mengenai perizinan
larangan pembakaran
10. Melakukan pemetaan daerah rawan kebakaran
11. Menyediakan sistem informasi kebakaran hutan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hutan Indonesia sering disebut sebut sebagai paru paru dunia.
Namun julukan tersebut tidak lagi dapat digunakan karena kerusakan
hutan meningkat dari tahun ke tahun. Kebakaran hutan merupakan
bencana alam yang sering terjadi di Indonesia terutama sering sekali
terjadi pada musim kemarau. Kebakaran hutan merupakan situasi dimana
hutan dilahap oleh api yang mengakibatkan rusaknya hutan dan hasil
hutan. Dampak yang ditimbulkan berdasarkan pembahasan bukan hanya
untuk masyarakat sendiri namun juga lingkungan bahkan negara lain.
Pembakaran hutan didasari oleh kegiatan alih fungsi lahan. Pembakaran
hutan dilakukan karena lebih cepat, hemat biaya, dan efektif dibandingkan
dengan metode alih fungsi lahan lainnya.
B. Saran
Disarankan untuk menaati peraturan daerah setempat dalam
menanggulangi pencegahan kebakaran hutan dan memilih metode lain
yang lebih tepat dan tidak merugikan masyarakat luas untuk dijadikan
sebagai metode alih fungsi lahan. Diharapkan juga kepada masyarakat
untuk saling mengingatkan antar warga, dan aparat yang bersangkutan
untuk memberikan sanksi hukum yang tegas untuk ketidakpatuhan pada
peraturan.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, A. S. et al (2015). Faktor Faktor yang mempengaruhi Kebakaran Hutan


di Indonesia dan Implikasi Kebijakannya. Jurnal Sylva Lestari 3(1) : 103-
112.
Pasai, M. (2020). Dampak Kebakaran Hutan dan Penegakan Hukum. Jurnal
Pahlawan 3(1) : 36-46.
Rasyid, F. (2014). Permasalahan dan Dampak Kebakaran Hutan. Jurnal Lingkar
Widyaiswara 1(4) : 47-59.
Tasurruni, et al. (2019). Kajian Pelaksanaan Kegiatan Pencegahan Kebakaran
Hutan dan Lahan di Provinsi Papua Barat. Cassowary 2(2) : 114-127.
Septianingrum, R. S. (2015). Dampak Kebakaran Hutan di Indonesia Tahun 2015
dalam kehidupan masyarakat.
Yusuf, A., et. Al. (2019). Analisis Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi Riau.
Dinamika Lingkungan Indonesia 6(2) : 67-84.

Anda mungkin juga menyukai