Anda di halaman 1dari 6

Permasalahan kehutanan Internasional yang ada di indonesia

Nama :Akmal Amirul Faizi


Npm :2054151007
Dosen pengampu: Hari Kaskoyo.,M.P.,Ph.D.

I. PEMBAHASAN

Hutan merupakan karunia dan amanah dari Tuhan Yang Maha Esa yang
dianugerahkan kepada manusia, yang memiliki banyak manfaat untuk manusia.
Oleh karena itu, sebagai manusia memiliki kewajiban untuk mensyukuri,
mengurus, dan memanfaatkan secara optimal, serta menjaga kelestarian hutan
untuk generasi sekarang maupun generasi mendatang. Pengurusan hutan yang
berkelanjutan dan berwawasan mendunia, harus menampung dinamika aspirasi dan
peran serta masyarakat, adat dan budaya, serta tata nilai masyarakat yang
berdasarkan pada norma hukum (UU No. 14 Tahun1999).

Tumbuh-tumbuhan, binatang liar, serta makhluk hidup lainnya bertempat tinggal di


hutan. Hutan terdiri dari udara, air, dan tanah. Hutan sebagai ekosistem merupakan
hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya, dimana
makhluk hidup saling membutuhkan satu sama lain dan terjadi rantai makanan,
hutan memiliki kandungan oksigen yang bermanfaat untuk setiap makhluk hidup.
Namun, hutan menjadi langka akibat ulah manusia. Hutan-hutan dimusnahkan dan
dibangun pabrik-pabrik untuk kehidupan manusia. Padahal hutan merupakan
sumber kehidupan bagi setiap makhluk hidup (Arif,2016).

Deforestasi merupakan perubahan penggunaan lahan dari hutan menjadi non-hutan.


Sedangkan degradasi hutan merupakan penurunan kualitas hutan. Penyebab
deforestasi yaitu karena adanya alih fungsi hutan untuk penggunaan lain dan
degradasi hutan disebabkan karena adanya illegal logging, kebakaran hutan, over
cutting dan perladangan berpindah (Syah, 2017). Kebakaran hutan dapat
mengakibatkan hangusnya habitat satwa, mengurangi keanekaragaman hayati,
menghilangkan kesuburan tanah, rusaknya siklus hidrologi, serta menimbulkan
peningkatan suhu bumi (Nagel, 2011).

Hutan merupakan salah satu pengendali iklim. Pengelolaan hutan yang salah seperti
deforestasi dan degradasi hutan berdampak buruk terhadap peningkatan emisi gas
rumah kaca yang mengakibatkan terjadinya perubahan iklim (Nurrochmat, 2014).
Oleh karena itu, deforestasi dan degradasi hutan perlu diatasi upaya menurunkan
emisi gas rumah kaca melalui penanggulangan kebakaran hutan dan lahan.
Kebakaran hutan merupakan suatu kejadian dimana api melalap bahan bakar
bervegetasi, yang terjadi di dalam kawasan hutan yang menjalar secara bebas dan
tidak terkendali. Kebakaran hutan dan lahan disebabkan oleh faktor alam dan faktor
manusia. Faktor manusia hampir seratus persen menjadi penyebab terjadinya
kebakaran hutan dan lahan, baik sengaja maupun tidak sengaja. Dampak kebakaran
hutan dan lahan antara lain, menyebabkan kerugian ekonomi, sosial, budaya,
kesehatan dan lingkungan seperti peningkatan emisi gas rumah kaca. Gas rumah
kaca merupakan gas-gas yang tertimbun di atmosfer yang sifatnya menyerap radiasi
gelombang panjang (sinar infra merah) dan menyebabkan naiknya suhu di bumi
(pemanasan global) (Saharjo, 2014)

Salah satu permasalahan yang sedang dihadapi lingkunga global saat ini adalah
kebakaranhutan.Indonesiadianggapperusakhutanterbesardiduniakarenatingkat
kerusakan hutan yang sangat tinggi. Penyebab kerusakan hutany yang ada di
Indonesia dapat di golongan kedalam beberapafaktor:
1. Pembakaranliar
2. Konsensi lahan untuk looging danperkebunan
3. Penebanganliar
4. Konsensi hutan untukpertambangan
5. Perambahan hutan oleh masyarakatsekitar
Kombinasi dari kelima aktivitas diatas menempatkan Indonesia sebagai negara
dengan tingkat penggundulan hutan tertinggi di dunia dengan rata-rata 1,7 juta
hektar per tahun. Akibat dari permasalahan di atas, hamper setiap musim hujan
seluruh Indonesia dilanda banjir, khususnya di daerah jawa, Kalimantan, Sumatra
dansulawasiakibatpenggundulanhutantersebut.Tanahlongsorjugaseringterjadi dan
mengakibatkan kerugian yang besar. Masalah terbesarnya adalah saat terjadi
kebakaran hutan asap yang dihasilkan sangat merugikan semua makhluk hidup,
bahkanasapyangdihasilkandapatmerugikannegaralainkarenaasapyangterbawa
olehangin.

Perubahan iklim berkembang menjadi isu global. Untuk itu diadakan program
REDD (Reducing Emission from Deforestation and Forest Degradation) upaya
mengurangi jumlah emisi gas rumah kaca yang ditimbulkan dari deforestasi dan
degradasi hutan (Syah, 2017). REDD merupakan skema pengurangan emisi yang
dapat mengendalikan berbagai tipe pengelolaan hutan dan lahan, pada negara
Indonesia mencakup hutan lindung, hutan konservasi, dan hutan produksi,
sedangkan untuk tingkat internasional dilahirkan REDD+ (Nurrochmat, 2014).

Kebakaran hutan di Indonesia juga mengakibatkan pencemaran udara di beberapa


negara,khususnyanegaraMalaysiadanSingapura.whollyorinpartsituatedwithin
theterritoryofonestateandwhichhasdeleteriouseffectsintheterritoryofanother state”
(Pencemar fisik yang seluruhnya atau sebagian terletak dalam wilayah suatu
negara dan yang memiliki efek merusak di wilayah negaralain).
Permasalahan kabut asap yang ditimbulkan dari kebakaran hutan yang terjadi di
Indonesia yang menyebar hingga ke negara tetangga, mengakibat pengajuanprotes
terhadap Indonesia atas terjadinya permasalahanini.

Protes Malaysia dan Singapura ini berlandaskan pada kabut asap tersebut telah
mengganggu kehidupan mereka seperti terjadinya gangguan kesehatan masyarakat
karena kabut asap yang bersifat racun sehingga terjadinya Infeksi Saluran
PernafasanAkut(ISPA),asmajugakematian,perekonomianyangtidakstabilserta
pariwisata mereka. Efek lain dari kabut asap juga dapat meningkatkan kecelakaan
lalu lintas baik darat, laut dan udara karena jarak pandang yang sangat pendek.
Protes yang disampaikan kedua negara ini terhadap Pemerintah Indonesia yang
dinilai tidak serius mengatasi kebakaran hutan yang mengakibatkan kabut asap
pembawa penyakit itu, karena lambatnya penanganan pemerintah dimata
Internasional.
Permasalahan kehutanan seringkali menjadi permasalahan yang bersifat global.
PermasalahyangbersifatglobalatauInternasionalinidibedakanmenjadilimaaspek
permasalahan, yaitu aspek sejarah, aspek fungsi lingkungan ( ekologis hutan),aspek
industri kehutanan dunia, aspek social budaya, dan aspek geopolitik (Maii dan
Ullsten,1993).

Malaysia dan Singapura mendesak agar Pemerintah Indonesia segera mengambil


langkah cepat untuk menyelesaikan masalah ini. Namun Indonesia tidak langsung
menyetujui permintaan kedua negara tersebut. Pemerintah Indonesia sudah
menyampaikansecararesmipermintaanmaafkepadaMalaysiadanSingapurayang
telah disampaikan langsung oleh Presiden Republik Indonesia yaitu Bapak Susilo
Bambang Yudhoyono, akan tetapi kedua negara ini belum dapat menerima
permintaan maaf ini dengan baik danpuas.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebakaran hutan di Kawasan Indonesia,


yaitu :
1. FaktorperubahaniklimSecaraumumIndonesiamemilikimusimkemarau dan
musim hujan yang datangnya relatif teratur. Siklus ini kadang-kadang mengalami
gangguan karena datang lebih cepat dan berakhir lebih lambat dari biasanya.
2. FaktorhabitatKeanekaragamanjenishabitatyangsebenarnyasangattidak
teratur, mempengaruhi tingkat kemudahan/kesulitan habitat itu dalam
menghentikan atau membiarkan meluasnya penyebaranapi.
3. Factor sifat biomassa Ada jenis tumbuhan yang tahan api dan ada pula
yang mempermudah pembakaran karena kandunganrasin/damarnya.
4. Faktor manusia Pada masyarakat tradisional, seperti di pedalaman
Kalimantan, api merupakan alat utama dalam pembukaan areal pertanianmereka.

Melalui pengalaman yang diteruskan secara turun temurun, proses penebasan,


pengeringan dan pembakaran biomassa dilakukan sedemikian rupa sehingga areal
yang ditebas sudah habis terbakar pada saat musim hujan datang.
II. PENUTUP

2.1 Kesimpulan

Berdasarkan apa yang telah dibahas pada makalah, dapat disimpulkan bahwa
deforestasi dan degradasi hutan menyumbangkan emisi gas rumah kaca yang dapat
mengakibatkan terjadinya peningkatan suhu bumi atau dikenal sebagai pemanasan
global (global warming). Mewujudkan hutan lestari tidaklah semudah membalik
telapak tangan ditengah berbagai tantangan baik dari dalam maupun luar . Ke
berhasilannya sangat tergantung pada kemauan dan kemampuan semua pihak untuk
mewujudkannya.
DAFTAR PUSTAKA

Arif, A. 2016. Analisis Yuridis Pengrusakan Hutan (Deforestasi) dan Degradasi Hutan
terhadap Lingkungan. Jurisprudentie. Vol. 3 (1), 33 – 41.

Nagel, P.J.F. 2011. Pelestarian Hutan dalam Hubungannya dengan Lingkungan dan
Potensi Ekonomi. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Sipil).
Vol. 4, 7 – 13.

Nurrochmat, D.R., Lutfy A. 2014. Memanfaatkan Hutan, Mengurangi Emisi. Risalah


Kebijkan Pertanian dan Lingkungan. Vol. 1 (1), 18 – 23.

Anda mungkin juga menyukai