Anda di halaman 1dari 15

KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERENCE

PROYEK PRIORITAS
PENETAPAN KAWASAN HUTAN YANG AKAN DILEPASKAN UNTUK TANAH OBYEK
REFORMA AGRARIA (TORA)
TAHUN ANGGARAN 2018

Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan


Unit Eselon I : Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata
Lingkungan
Unit Eselon II/Satker : Direktorat Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan
Hutandan UPT. Balai Pemantapan Kawasan Hutan

Program : Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan


Hasil (Outcome) : Penetapan Kawasan Hutan yang akan Dilepaskan
untuk Tanah Obyek Reforma Agraria (TORA)
Kegiatan : Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan Hutan
Pemantapan Kawasan Hutan
Sasaran Kegiatan : Terselesaikannya pelepasan kawasan hutan untuk
TORA
Jenis Keluaran : Kawasan hutan yang dilepaskan untuk TORA
Volume Keluaran : 1.630.421 Ha

Satuan Ukur Keluaran : Luas kawasan hutan yang dilepaskan (Hektar)


Usulan Anggaran : Rp.1.061.092.100.000,-
Prioritas Nasional : Pembangunan Wilayah
Program Prioritas : Reforma Agraria

KegiatanPrioritas Penataan Penguasaan dan Pemilikan Tanah Obyek


Reforma Agraria
Proyek Prioritas Nasional : Kawasan hutan yang dilepaskan untuk TORA
Proyek K/L : - Pemutakhiran data dan peta TORA di Kawasan
Hutan
- Pemetaan pemukiman, fasum dan fasos dalam
kawasan hutan serta kegiatan dukungan
penyelesaian TORA
- Inventarisasi dan verifikasi obyek TORA dalam
kawasan hutan
- Penataan batas kawasan hutan untuk
penyelesaian TORA
- Evaluasi kawasan hutan yang dilepaskan
khususnya untuk perkebunan
- Penyelesaian perubahan kawasan hutan untuk
TORA

1
A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
a. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2015 tentang Tata Cara Perubahan
Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan;
c. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.32/Menhut-II/2010 tentang Tukar Menukar
Kawasan Hutan, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kehutanan
Nomor P.41/Menhut-II/2012 dan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.27/Menhut-II/2014;
d. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.34/Menhut-II/2010 tentang Tata Cara
Perubahan Fungsi Kawasan Hutan, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Kehutanan Nomor P.29/Menhut-II/2014, dan Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Nomor P.16/MenLHK-II/2015;
e. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.36/Menhut-II/2010 tentang Tim Terpadu
Dalam Rangka Penelitian Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan;
f. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.17/Menhut-II/2011 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.33/Menhut-II/2010 tentang Tata Cara
Pelepasan Kawasan Hutan Produksi yang dapat Dikonversi.
g. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.44/Menhut-II/2012 tentang Pengukuhan
Kawasan Hutan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kehutanan
Nomor P.62/Menhut-II/2013.
h. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.51/P.51/Menlhk/Setjen/KUM.1 /6/2016 tentang Tata Cara Pelepasan Kawasan
Hutan Produksi yang dapat Dikonversi.

2. Gambaran Umum
a. Latar Belakang
Agenda prioritas Nawacita memuat agenda reforma agraria dan strategi
membangun Indonesia dari pinggiran, dimulai dari daerah dan desa. Nawacita
kemudian dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun (RPJMN) 2015 – 2019 dengan mandat antara lain (1) mewujudkan
tersedianya sumber Tanah Obyek Reforma Agraria (TORA) dan terlaksanannya
retribusi tanah dan legalitas aset; (2) meningkatkan akses masyarakat untuk
mengelola hutan melalui hutan kemasyarakatan, hutan desa, hutan tanaman
rakyat, hutan adat dan hutan rakyat serta kemitraan seluas 12,7 juta ha; dan (3)
membangun kedaulatan pangan berbasis agribisnis kerakyatan (pembukaan 1 juta
lahan sawah baru). Khusus membahas terkait kebijakan Pemerintah dalam
penyediaan sumber TORA, redistribusi tanah dan legalisasi aset, rangkaian
kebijakan tersebut dilakukan melalui kegiatan (1) identifikasi dan inventarisasi
penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah (IP4T) sebanyak 18
juta bidang atau sedikitnya mencapai 9 juta ha; (2) identifikasi kawasan hutan yang
akan dilepaskan sedikitnya sebanyak 4,1 juta ha;(3) identifikasi tanah hak,
termasuk di dalamnya tanah HGU akan habis masa berlakunya, tanah terlantar, dan

2
tanah transmigrasi di luar kawasan hutan yang belum bersertifikat, yang berpotensi
sebagai TORA sedikitnya sebanyak 1 juta ha; dan (4) identifikasi tanah milik
masyarakat dengan kriteria penerima Reforma Agraria untuk legalisasi aset
sedikitnya sebanyak 3,9 juta ha. Adapun tujuan dari reforma agraria adalah
mengurangi ketimpangan penguasaan dan pemilikan tanah, menciptakan sumber-
sumber kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat yang berbasis agraria,
menciptakan lapangan kerja untuk mengurani kemiskinan, memperbaiki akses
masyarakat kepada sumber ekonomi, meningkatkan ketahanan dan kedaulatan
pangan serta memperbaiki dan menjaga kualitas lingkungan hidup serta menangani
dan menyelesaikan konflik agraria.
Terkait hal tersebut, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
dimandatkan untuk melakukan identifikasi kawasan hutan yang akan dilepaskan
sedikitnya sebanyak 4,1 juta ha.Sebagaimana yang telah diamanahkan dalam
RPJMN 2015 -2019, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan telah melakukan
identifikasi terhadap kawasan hutan seluas 4,1 juta yang dapat dilepaskan dalam
rangka penyediaan TORA. Sejalan dengan tujuan dari reforma agraria, identifikasi
lokasi TORA yang berasal dari kawasan hutan tersebut diarahkan dalam rangka
untuk memberi kepastian hukum atas penguasaan tanah oleh masyarakat di dalam
kawasan hutan dan menyelesaikan sengketa dan konflik dalam kawasan hutan.
Berdasarkan hasil identifikasi, terdapat kurang lebih 4,8 juta ha calon lokasi TORA
yang berasal dari kawasan hutan dengan kriteria (1) alokasi 20% dari seluruh
pelepasan kawasan hutan untuk perkebunan; (2) hutan produksi yang dapat
diKonversi (HPK) tidak produktif; (3) program Pemerintah untuk pencadangan
pencetakan sawah baru; (4) permukiman transmigrasi beserta fasos-fasumnya
yang sudah memperoleh persetujuan prinsip; (5) permukiman, fasos dan fasum;
(6) lahan garapan berupa sawah dan tambak rakyat; serta (7) Pertanian lahan
kering yang menjadi sumber mata pencaharian utama masyarakat setempat.
Riancian luasan per kriteria sebagaimana tabel di bawah ini.
Dalam rangka mewujudkan pelepasan kawasan hutan sebagai obyek reforma
agraria yang merupakan langkah awal dari kegiatan redistribusi tanah dan legalisasi
aset, maka diperlukan serangkaian tahapan kegiatan pendukung yang didasarkan
pada ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kehutanan. Tanpa
adanya kegiatan-kegiatan pendukung tersebut, maka niscaya redistribusi tanah dan
legalisasi aset TORA dapat terlaksana dan dapat dirasakan manfaatnya oleh
masyarakat. Untuk itu, diperlukan dukungan anggaran dalam rangka pelaksanaan
penyediaan sumber TORA dengan rincian kegiatan dan perkiraan anggaran.
Luas Peta Luas Efektif
No. Kriteria
(ha) (ha)
Alokasi TORA dari 20% pelepasan kawasan hutan
1. 2.189.685 (*) 437.937
untuk perkebunan
Hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK)
2. 2.169.960 2.169.960
berhutan tidak produktif
Program pemerintah untuk pencadangan pencetakan
3. 65.363 65.363
sawah baru
4. Permukiman transmigrasi beserta fasos-fasumnya 514.909 514.909

3
Luas Peta Luas Efektif
No. Kriteria
(ha) (ha)
yang sudah memperoleh persetujuan prinsip
5. Permukiman, fasos dan fasum 439.116 439.116
6. Lahan garapan berupa sawah dan tambak rakyat 379.227 379.227
Pertanian lahan kering yang menjadi sumber mata
7. 847.038 847.038
pencaharian utama masyarakat setempat
Jumlah 6.605.297 4.853.549
Keterangan: (*) merupakan 20% dari luas yang tergambar pada peta

b. Tujuan
Maksud dan tujuan dari kerangka acuan kegiatan (Terms Of Refference/TOR)
ini adalah memberi gambaran umum kegiatan program reforma agraria, khususnya
dalam rangka pelepasan kawasan hutan sebagai sumber tanah obyek reforma
agraria (TORA) dan kegiatan-kegiatan pendukung dalam rangka mewujudkan
tujuan reforma agraria, serta sebagai kerangka acuan dalam pelaksanaan kegiatan-
kegiatan tersebut.

c. Ruang Lingkup
Pelaksanaan kegiatan pelepasan kawasan hutan sebagai sumber tanah obyek
reforma agraria (TORA) didasarkan pada kriteria dalam identifikasi sumber TORA
dari kawasan hutan, antara lain : Alokasi TORA dari 20% pelepasan kawasan hutan
untuk perkebunan, Hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK) berhutan tidak
produktif, Program pemerintah untuk pencadangan pencetakan sawah baru,
Permukiman transmigrasi beserta fasos-fasumnya yang sudah memperoleh
persetujuan prinsip, Permukiman, fasos dan fasum, Lahan garapan berupa sawah
dan tambak rakyat, Pertanian lahan kering yang menjadi sumber mata pencaharian
utama masyarakat setempat.

B. PENERIMA MANFAAT
Penerima manfaat dari kegiatan ini antara lain adalah Masyarakat
khususnyabdibdalambdan sekitar hutan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
Kementerian ATR/BPN, instansi yang membidangi kehutanan maupun instansi diluar
kehutanan yang terkait lainnya.

C. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN


1. Metode Pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
Ditjen planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan, yang terdiri atas Direktorat
Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan Hutan serta Balai Pemantapan Kawasan
Hutan bekerja sama dengan pihak terkaitantara lain Kementerian ATR/BPN,
Instansikehutananprovinsi, Camat, KepalaDesa, Masyarakatadanpihakterkaitlainnya.

4
2. Tahapan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan pelepasan kawasan hutan sebagai sumber tanah obyek
reforma agraria (TORA) didasarkan pada kriteria dalam identifikasi sumber TORA
dari kawasan hutan.Rencana pelaksanaan penyelesaian TORA dari kawasan hutan
sampai tahun 2019 sebagaimana tabel berikut.

1. Alokasi TORA dari 20% Pelepasan Kawasan Hutan untuk Perkebunan


Dalam rangka mewujudkan keberpihakan Pemerintah kepada rakyat kecil,
sejak diterbitkannya Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.17/Menhut-II/2011
tanggal16 Maret 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.33/Menhut-II/2010 tentang Tata Cara Pelepasan Kawasan Hutan Produksi yang
dapat Dikonversi bagi setiap perusahan perkebunan diwajibkan membangun kebun
masyarakat sebesar 20% dari total kawasan HPK yang dilepaskan dan dapat
diusahakan. Sehubungan dengan hal tersebut, persyaratan administrasi
permohonan pelepasan kawasan HPK untuk perusahaan perlu dilengkapi dengan
pernyataan kesanggupan dalam bentuk Akta Notaris untuk membangun kebun
masyarakat di sekitar kawasan hutan dengan luas paling sedikit 20% dari total luas
kawasan yang dilepaskan dan dapat diusahakan oleh perusahaan perkebunan dan
dilampiri dengan daftar nama-nama masyarakat yang diketahui oleh camat dan
kepala desa/lurah. Namun, hingga saat ini, pemenuhan kewajiban atas
pembangunan 20% untuk kebun masyarakat bagi 129 perusahaan yang telah
memperoleh pelepasan kawasan hutan dengan tolat seluas 1.689.746 hatidak
termonitor, sehingga perlu dilakukan evaluasi.
Alokasi 20% untuk kebun masyarakat sejalan dengan tujuan reforma agraria,
yaitu mengurangi ketimpangan penguasaan dan pemilikan tanah, menciptakan
sumber-sumber kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat yang berbasis agraria,
menciptakan lapangan kerja untuk mengurani kemiskinan, memperbaiki akses
masyarakat kepada sumber ekonomi, serta memperbaiki dan menjaga kualitas
lingkungan hidup. Berdasarkan data pelepasan kawasan hutan seluas ±
1.689.746ha, setidaknya telah ada alokasi lahan untuk kebun masyarakat seluas ±
337.949 ha yang selanjutnya dapat dilegalisasi melalui penerbitan sertifikat aset.
Berdasarkan permohonan yang telah memperoleh persetujuan prinsip pelepasan
untuk perkebunan seluas ± 499.939 ha, setidaknya terdapat potensi kawasan

5
hutan seluas ± 99.988 ha yang dapat dialokasikan sebagai kebun masyarakat.
Untuk alokasi 20% dari permohonan yang telah memperoleh persetujuan prinsip
tersebut, pelepasannya dapat terealisasi setelah pemohon melakukan kewajiban
tata batas areal permohonan. Dalam rangka terwujudnya pembangunan kebun
untuk masyarakat dari 20% areal pelepasan kawasan hutan untuk perkebunan,
diperlukan kegiatan evaluasi kawasan hutan yang dilepaskan khususnya untuk
perkebunan. Kegiatan evaluasi ini meliputi kegiatan konsinyering yang melibatkan
instansi perusahan pemohon pelepasan kawasan hutan dan instansi terkait dari
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Kementerian
Pertanian dan Pemerintah Daerah. Selain itu, diperlukan uji petik dari implementasi
alokasi 20% areal pelepasan kawasan hutan di lapangan.

2. HPK Berhutan Tidak Produktif dan Pencadangan Pencetakan Sawah Baru


Kawasan HPK yang belum dimohon untuk pelepasan kawasan hutan dan
tidak dibebani perizinan di bidang kehutanan dan bertutupan lahan berupa
pertanian lahan kering campur semak/kebun campur serta semak belukar telah
diidentifikasi sebagai sumber TORA. Setidaknya terdapat seluas ± 2.169.960 ha
kawasan HPK tidak produktif yang dapat dijadikan sebagai sumber TORA.
Pemerintah telah mencadangkan kawasan HPK untuk pencetakan sawah baru di
Provinsi Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur seluas ±
65.363 ha yang juga dapat diidentifikasi sebagai sumber TORA dari kawasan hutan.
Tata cara pelepasan kawasan HPK secara umum diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 104 Tahun 2015 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan
Fungsi serta Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.51/Menlhk/Setjen/KUM.1/6/2016 tentang Tata Cara Pelepasan Kawasan HPK.
Mengacu pada ketentuan tersebut, pelepasan kawasan HPK didasarkan atas
permohonan dan hasil penelitian Tim Terpadu. Dalam rangka percepatan
penyelesaian pelepasan kawasan hutan sebagai sumber TORA, maka diantaranya
diperlukan koordinasi antarlintas-K/L yang dapat dilakukan melalui konsinyering
baik di tingkat pusat, regional maupun di tingkat provinsi dan/atau penyempurnaan
regulasi.

3. Permukiman Transmigrasi beserta fasos-fasumnya yang sudah


memperoleh persetujuan prinsip
Sampai dengan tahun 2007 terdapat 436 lokasi permukiman transmigrasi
yang telah mendapat persetujuan prinsip yang pada umumnya diterbitkan sebelum
tahun 2000, namun belum diterbitkan keputusan pelepasan kawasan hutan. Dari
angka tersebut, hingga saat ini tersisa 354 lokasi (±514.269 ha) yang masih belum
diterbitkan SK pelepasan kawasan hutan. Dengan kata lain, proses pelepasan
kawasan hutan untuk permukiman transmigrasi yang dapat diselesaikan hanya 82
lokasi atau rata-rata hanya 10 lokasi per tahun. Dengan demikian, bila
menggunakan mekanisme yang ada saat ini, permasalahan tersebut baru akan
selesai kira-kira 35 tahun ke depan atau sekitar tahun 2051. Sementara, kepastian

6
status areal transmigrasi bagi para transmigran sangat penting dalam rangka
memperoleh kepastian hak.
Dalam rangka mendukung penyediaan tanah objek reforma agraria (TORA)
yang salah satunya menyelesaikan konflik agraria, diperlukan terobosan untuk
menyelesaikan lokasi-lokasi permukiman transmigrasi yang telah mendapat
persetujuan prinsip namun belum mendapatkan keputusan pelepasan kawasan
hutan. Untuk transmigrasi yang telah menjadi desa definitif, maka penyelesaiannya
dilakukan melalui perubahan batas dengan mengeluarkan seluruh lokasi
permukiman transmigrasi dalam kegiatan penataan batas kawasan hutan sesuai
ketentuan dalam Peraturan Menteri Kehutanan NomorP.44/Menhut-II/2012 tentang
Pengukuhan Kawasan Hutan sebagaimana telah diubah dengan PermenhutNo.
P.62/Menhut-II/2013.

4. Permukiman, Fasos-Fasum, Lahan Garapan Berupa Sawah dan Tambak


Rakyat serta Pertanian Lahan Kering
Berdasarkan hasil analisis dan aduan masyarakat, terdapat banyak
permukiman, fasilitas sosial dan umum, lahan garapan berupa sawah dan tambak
rakyat serta pertanian lahan kering yang masih berada di dalam hutan. Banyak
diantaranya telah ada sebelum terbitnya peta penunjukan kawasan hutan provinsi.
Hal ini seringkali memicu konflik kepemilikan lahan, terutama bila areal-areal
tersebut kemudian dibebani perizinan di sektor kehutanan. Demi keadilan dan
penanganan dan penyelesaian konflik agrarian serta menjamin sumber-sumber
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat, areal permukiman, fasos-fasum,
sawah, tambak rakyat dan pertanian lahan kering yang menjadi sumber mata
pencaharian utama masyarakat setempat menjadi sumber TORA.
Dalam rangka upaya penyelesaian permukiman, fasos-fasum, sawah, tambak
rakyat dan pertanian lahan kering dalam kawasan hutan kepemilikan, maka masih
perlu dilakukan inventarisasi dan verifikasi lokasi TORA sebagaimana diatur dalam
Rancangan Peraturan Presiden tentang Penyelesaian Penguasaan Tanah Dalam
Kawasan Hutan. Selanjutnya bila hasil identifikasi dan verifikasi tersebut
direkomendasi dikeluarkan dari kawasan hutan, maka selanjutnya perlu dilakukan
perubahan batas dengan mengeluarkan hak-hak masyarakat tersebut dalam
kegiatan penataan batas kawasan hutan sesuai ketentuan dalam Peraturan Menteri
Kehutanan NomorP.44/Menhut-II/2012 tentang Pengukuhan Kawasan Hutan
sebagaimana telah diubah dengan PermenhutNomorP.62/Menhut-II/2013.

No. Kriteria Mekanisme Regulasi Keterangan


1 a. Alokasi 20% dari seluruh Pemberian lahan 20% dari areal - Permenhut No
Pelepasan Kebun (sejak yang telah dilepaskan untuk P.17/Menhut-II/2011
pemberlakuan ketentuan kebun masyarakat - PermenLHK
alokasi 20% untuk P.51/Menlhk/Setjen/KU
masyarakat) M.1 /6/2016

b. Alokasi 20% dari - Pelepasan kawasan hutan P.51/Menlhk/Setjen/KUM.1 Pelepasan akan


permohonan yang telah - Pemberian 20 % lahan untuk /6/2016 diterbitkan
memperoleh persetujuan kebun masyarakat setelah setelah pemohon
prinsip pelepasan untuk pelepasan kawasan hutan menyelesaikan
perkebunan kewajiban

7
No. Kriteria Mekanisme Regulasi Keterangan
penataan batas
2 Hutan Produksi yang dapat - Pelepasan kawasan hutan P.51/Menlhk/Setjen/KUM.1 Pelepasan didasarkan
DiKonversi (HPK) berhutan (HPK) /6/2016. pada permohonan.
tidak produktif
3 Program pemerintah untuk - Pelepasan kawasan hutan P.51/Menlhk/Setjen/KUM.1 Pelepasan didasarkan
pencadangan pencetakan (HPK) /6/2016. pada permohonan.
sawah baru
4 Permukiman Transmigrasi - Penataan Batas untuk areal - Perpres Penyelesaian Perlu data dan peta
beserta fasos-fasumnya yang yang telah ditempati Penguasaan Tanah pengukuran batas
sudah memperoleh dan/atau menjadi desa Dalam Kawasan Hutan keliling sebagai dasar
persetujuan prinsip definitif (PPTKH) pelepasan kawasan
- Keputusan Perubahan Batas - P.44/Menhut-II/2012 hutan
Kawasan Hutan jo. P.62/Menhut-
II/2013
5. Permukiman, fasosdanfasum - Penataan Batas untuk areal - Perpres PPTKH
yang telah ditempati - P.44/Menhut-II/2012
dan/atau menjadi desa jo. P.62/Menhut-
definitif II/2013
- Keputusan Perubahan Batas
Kawasan Hutan
6. Lahan garapan berupa sawah - Penataan Batas untuk areal - Perpres PPTKH
dan tambak rakyat yang telah ditempati - P.44/Menhut-II/2012
dan/atau menjadi desa jo. P.62/Menhut-
definitif II/2013
- Keputusan Perubahan Batas
Kawasan Hutan
7. Pertanian lahan kering yang - Penataan Batas untuk areal - Perpres PPTKH
menjadi sumber mata yang telah ditempati - P.44/Menhut-II/2012
pencaharian utama masyarakat dan/atau menjadi desa jo. P.62/Menhut-
setempat definitif II/2013
- Keputusan Perubahan Batas
Kawasan Hutan

Kegiatan-kegiatan yang diperlukan dalam rangka pelepasan kawasan hutan sebagai


sumber tanah obyek reforma agraria (TORA) per kriteria sebagaimana tabel berikut.
No. Kriteria Kegiatan

1 a. Alokasi 20% dari seluruh Pelepasan Kebun Evaluasi kawasan hutan yang dilepaskan khususnya untuk
(sejak pemberlakuan ketentuan alokasi 20% perkebunan
untuk masyarakat) - Analisis dan evaluasi kepastian penyediaan TORA
darikawasanhutan yang dilepaskanuntukperkebunansebesar
20%
- Verifikasi lapangan terhadap kawasan hutan yang dilepaskan
khususnya untuk perkebunandalamrangkapenyediaan TORA

b. Alokasi 20% dari permohonan yang telah Evaluasi persetujuan prinsip pelepasan kawasan hutan
memperoleh persetujuan prinsip pelepasan khususnya untuk perkebunan
untuk perkebunan - Pembahasanbersama para pihakterkaitimplementasialokasi
20% lahanuntuk TORA
2 Hutan Produksi yang dapat DiKonversi (HPK) Penyelesaian pelepasan kawasan hutan yang dilepaskan
berhutan tidak produktif untuk TORA
- Penelitian Tim Terpadu (penelitian lapangan, rapat,
3 Program pemerintah untuk pencadangan pemetaan)
pencetakan sawah baru - AnalisisdanpengkajianlintasK/L
- Penyiapan keputusan (rapat, pemetaan, konsep SK)

4 Permukiman Transmigrasi beserta fasos-fasumnya 1. Pemetaan pemukiman, fasum dan fasos dalam kawasan
yang sudah memperoleh persetujuan prinsip hutan
2. Penataan batas kawasan hutan untuk penyelesaian TORA
3. Penyelesaian pelepasan kawasan hutan yang dilepaskan
untuk TORA
- Pengkajiandanpengesahan hasil Tim Indentifikasi dan
Verifikasi (Inver)
- Penyiapan keputusan (rapat, pemetaan, konsep SK)
4. Pemutakhiran data dan peta TORA di Kawasan Hutan

8
No. Kriteria Kegiatan

5. Permukiman, fasos dan fasum 1. Pemetaan pemukiman, fasum dan fasos dalam kawasan
hutan
2. Dukungan penyelesaian TORA di kawasan Hutan
(penyediaan data dan informasi spasial LHK, Kajian
lingkungan hidup strategis, analisis dampak lingkungan, dll)
3. Indentifikasi dan Verifikasi obyek TORA dalam kawasan
hutan
6. Lahan garapan berupa sawah dan tambak rakyat 4. Penataan batas kawasan hutan untuk penyelesaian TORA
5. Penyelesaian pelepasan kawasan hutan yang dilepaskan
untuk TORA
- Pengkajiandanpengesahan hasil Tim Indentifikasi dan
Verifikasi (Inver)
- Penyiapan keputusan (rapat, pemetaan, konsep SK)
6. Pemutakhiran data dan peta TORA di Kawasan Hutan
7. Pertanian lahan kering yang menjadi sumber mata
- Pembuatan peta, laporan, dll
pencaharian utama masyarakat setempat
- Persiapanimplementasidanpenyelesaian TORA
(Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, NT,
Sulawesi, Maluku-Papua)

D. KURUN WAKTU PENCAPAIAN KELUARAN


Waktu pelaksanaan kegiatan dilakukan secara efektif selama 12 (dua belas) bulan
dari bulan Januari s/d Desember 2018 dengan rincian seperti tabel berikut.
Waktu (Bulan)
No. Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Evaluasi kawasan hutan yang
dilepaskan khususnya untuk
perkebunan
- Analisis dan evaluasi kepastian
penyediaan TORA dari kawasan
hutan yang dilepaskan untuk
perkebunan sebesar 20%
- Verifikasi lapangan terhadap
kawasan hutan yang dilepaskan
khususnya untuk perkebunan dalam
rangka penyediaan TORA.
2. Pemetaan pemukiman, fasum dan
fasos dalam kawasan hutan
3. Inventarisasi dan verifikasi obyek
TORA dalam kawasan hutan
4. Penataan batas kawasan hutan untuk
penyelesaian TORA
5. Penyelesaian pelepasan kawasan
hutan yang dilepaskan untuk TORA
- Penelitian Tim Terpadu
- Pengkajian dan pengesahan hasil Tim
Indentifikasi dan Verifikasi (Inver)
- Penyiapan keputusan (rapat,
pemetaan, konsep SK)
6. Pemutakhiran data dan peta TORA di
Kawasan Hutan
- Pembuatan peta, laporan, dll
- Persiapan implementasi dan
penyelesaian TORA

9
E. ANALISIS KELAYAKAN

Adapun kriteria/koridor terhadap proyek prioritas nasional dimaksud diatas antara lain:
Koridor/Kriteria Penjelasan Singkat
Merupakan kegiatan yang signifikan untuk mencapai Merupakan kegiatan yang signifikan untuk mencapai sasaran
sasaran RKP/RPJMN RKP/RPJMN dalam rangka arah kebijakan terkait peningkatan
kualitas tata kelola hutan dan sesuai arahan presiden
Bukan kegiatan rutin/berulang-ulang atau kegiatan Merupakan kegiatan yang harus selesai tahun 2019 dengan
yang bersifat administrative/operasional target sfesifik yaitu 4,1 juta hektar kawasan hutan untuk
TORA

Sesuai dengan Tusi & Kewenangan Penyelesaian pelepasan kawasan hutan untuk TORA
dilakukan antara lain melalui tahapan
penyiapan/pemutakhiran data dan peta, inventarisasi dan
verifikasi kawasan hutan yang akan dilepaskan, penataan
batas dan pelepasan kawasan hutan yang merupakan tugas
pokok dari Ditjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
(Direktorat Pengukuhan Kawasan Hutan dan BPKH) serta
dalam prosesnya melibatkan instansi terkait lain (ATR/BPN
dan pemerintah daerah)
Memiliki muatan proyek yang memiliki tahapan Identifikasi, inventarisasi dan verifikasi, pelaksanaan tata
(siklus) perencanaan – pelaksanaan – monev batas dan penelepasan kawasan hutan serta pelaporan

Bukan kegiatan yang selesai dilakukan dalam jangka Pelaksanaan kegiatan penyelesaian pelepasan kawasan hutan
sangat pendek (satu titik/waktu) untuk TORA merupakan kegiatan yang harus selesai pada
tahun 2019 sebanyak 4,1jutahektar.

F. ANALISIS KESIAPAN IMPLEMENTASI DI TAHUN 2018

Adapun kriteria/koridor terhadap proyek prioritas nasional dimaksud diatas antara lain:

Koridor/Kriteria Penjelasan Singkat


Terdapat desain program dan kegiatan/proyek terdapat tahapan pelaksanaan kegiatan
(didukung dengan background study) didukung oleh regulasi terkait kegiatan
dimaksud
TerdapatIndikator pemantauan dan evaluasi tercapainya Penetapan kawasan hutan yang
akan dilepaskan untuk Tanah Obyek Reforma
Agraria (TORA) 4,1 juta ha
Organisasi pelaksana kegiatan (manajemen pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh KLHK
proyek) dan identifikasi stakeholder yang bekerja sama dengan dinas kehutanan
terkait (Pusat, Daerah, provinsi dan kabupaten terkait, BPN, maupun
Swasta/BUMN/Masyarakat) instansi terkait lainnya
Terdapat Rencana umum pengadaan -
barang/jasa

G. USULAN ANGGARAN PELAKSANAAN PROYEK

Untuk melaksanakan proyek prioritas nasional kawasan hutan yang dilepaskan


untuk TORA yang terdiri dari 6 proyek rincian KL dibutuhkan biaya total sebesar
Rp.1.061.092.100.000,-.

10
Proyek
Anggaran
Prioritas Proyek Rincian KL Target Rincian Kegiatan dan Anggaran
(x Juta)
Nasional
- Pemutakhiran data dan peta TORA
Rp.3.399.700.000,-
Pemutakhiran data dan - Pembuatan dan penggandaan peta
peta TORA di Kawasan 26 provinsi Rp.2.100.140.000,- Rp.6.372,960
Hutan - Persiapan implementasi dan penyelesaian
TORA Rp. 873.120.000,-

- Pembentukan Tim Inver dan pendataan


awal TORA di Kabupaten melibatkan camat
Inventarisasi dan
dan kepala desa Rp.24.596.933.000 Rp.456.840,393
verifikasi Objek TORA 26 Provinsi
- Pelaksanaan Inver Rp.431.390.060.000
dalam Kawasan Hutan
- Analisis, Pemetaan dan penyusunan
rekomendasi hasil inver Rp.853.400.000

Pemetaan pemukiman, - Pemetaan dilakukan untuk seluruh provinsi


Rp. 3.487,300
fasum dan fasos dalam 34 provinsi terutama 26 provinsi yang menjadi target
kawasan hutan TORA 2018 Rp.3.487.300.000

Penataan batas kawasan Biaya tata batas (biaya termasuk untuk


hutan untuk 58.556 km persiapan, pelaksanaan lapangan dan Rp.531.685,948
Kawasan
penyelesaian TORA pembahasan) sebesar Rp.531.685.948.000
hutan yang
dilepaskan
- Analisis dan evaluasi bersama para pihak
untuk TORA
memastikan penyediaan TORA dari Kawasan
Hutan yang telah dilepaskan untuk
Evaluasi kawasan hutan
perkebunan (20%) sebesar Rp.
yang dilepaskan
13 Provinsi 1.214.950.000 Rp.7.150,209
khususnya untuk
- Verifikasi lapangan untuk memastikan
perkebunan
penyediaan TORA dari Kawasan Hutan yang
telah dilepaskan untuk perkebunan sebesar
Rp.5.935.259.000
- Biaya penelitian terpadu untuk penyelesaian
TORA untuk kriteria HPK tidak produktif dan
pencadangan pencetakan sawah di 26
provinsi x 2 M = 52.000.000.000
- Pengkajian dan pengesahan/persetujuan
Penyelesaian perubahan
hasil rekomendasi Tim Inver di 153
batas kawasan hutan 1.630.421 Ha Rp.55.555,290
kabupaten sebagai bahan perintah tata batas
untuk TORA
KH untuk TORA Rp.2.049.590.000
- Biaya penyiapan keputusan pelepasan
kawasan hutan
(Bahan pemetaan, pencetakan peta,
penggandaan dll) Rp.1.505.700.000
Total PP Reforma Agraria Rp.1.061.092,100

Rincian Anggaran untuk masing-masing proyek adalah sebagaimana terlampir.

H. LOKASI DAN TARGET PELAKSANAAN PROYEK

Lokus target pelaksanaan adalah sebagaimana terlampir.


Demikian Kerangka Acuan Kerja dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, April 2017


Direktur Pengukuhan dan Penatagunaan
Kawasan Hutan

Ir. Muhammad Said, MM


NIP. 19630318 198905 1 001

11
TARGET PENYELESAIAN TORA TAHUN 2018
KRITERIA

HPK yang belum ada


Program pemerintah
permohonan pelepasan dan Permukiman Transmigrasi Pertanian lahan kering yang
untuk pencadangan
tutupan lahannya merupakan Lahan garapan berupa sawah beserta fasos-fasumnya Permukiman, fasos dan menjadi sumber mata TOTAL
pencetakan sawah baru JUMLAH
No PROVINSI KABUPATEN pertanian lahan kering dan tambak rakyat yang sudah memperoleh fasum pencaharian utama
di Provinsi Kalteng, POLIGON
campur semak/kebun persetujuan prinsip masyarakat setempat
Kalbar dan Kaltim
campur serta semak belukar

Panjang Panjang Batas Panjang Batas Panjang Batas Panjang Batas Panjang Panjang
Luas (Ha) Luas (Ha) Luas (Ha) Luas (Ha) Luas (Ha) Luas (Ha) Luas (Ha)
Batas (km) (km) (km) (km) (km) Batas (km) Batas (km)
1 ACEH 2,667 75 5,463 252 2,304 57 144 20 337 27 - - 10,914 432 15
ACEH SINGKIL 2,667 75 150 24 1,313 32 144 20 337 27 4,611 178 8
ACEH TAMIANG 5,049 209 991 26 0 0 6,040 235 6
ACEH TENGGARA 264 19 264 19 1
2 BENGKULU 1,577 51 - - 4,172 116 148 24 238 21 - - 6,136 212 9
KAUR 3,287 72 25 4 6 1 3,318 77 3
MUKO-MUKO 1,577 51 42 7 1,620 58 3
SELUMA 885 44 81 13 233 20 1,198 77 3
3 GORONTALO 1,970 56 - - - - 50 11 1,668 139 - - 3,688 206 11
BONEBOLANGO 36 3 368 43 404 46 4
GORONTALO 1,970 56 15 8 1,300 96 3,284 160 7
4 JAMBI 2,944 127 - - 983 23 117 21 9,427 519 - - 13,471 691 26
BUNGO 802 48 983 23 1,785 71 2
KERINCI 2,407 93 2,407 93 1
MERANGIN 215 11 215 11 1
MUAROJAMBI 2,054 70 33 16 1,183 127 3,270 213 6
SAROLANGUN 724 21 724 21 3
TANJUNGJABUNG BARAT 80 8 0 1 4,504 227 4,584 236 7
TANJUNGJABUNG TIMUR 4 1 83 5 394 40 481 45 5
BATANGHARI 4 1 4 1 1
5 KALIMANTAN
BARAT 15,122 537 4,378 150 3,551 51 1,433 87 7,465 359 12,889 369 44,838 1,553 34
KAPUAS HULU 3,806 102 1,900 20 122 13 1,465 32 6,987 149 14,281 316 7
KETAPANG 7,105 274 16 3 10 11 1,056 55 3,084 111 5,902 220 17,174 675 11
KOTA SINGKAWANG 57 6 57 6 1
KUBURAYA 2,559 113 4,362 146 1,641 20 48 7 2,468 179 11,078 465 9
LANDAK 21 5 391 31 412 36 4
MELAWI 1,652 48 185 6 1,837 54 2
6 KALIMANTAN
SELATAN 16,389 404 13,666 562 8,012 172 11,885 386 66,069 1,477 0 1 116,021 3,002 65
BANJAR 1,724 33 849 31 2,766 44 115 13 16,985 272 22,438 393 12
BARITO KUALA 4,484 80 40 6 24 3 4,548 88 4
HULUSUNGAI SELATAN 1,237 90 1,796 55 3,683 108 6,716 253 6
HULUSUNGAI TENGAH 431 18 33 3 464 21 2
HULUSUNGAI UTARA 592 35 488 16 6,950 158 14,898 272 22,929 480 7
KOTA BANJARBARU 327 14 327 14 1
KOTABARU 12,512 222 7,564 413 3,900 79 2,565 118 28,369 696 54,911 1,528 18
TABALONG 324 24 443 25 427 16 419 35 2,076 124 0 1 3,688 225 15
7 KALIMANTAN
TENGAH 130,761 2,495 - - 8,196 186 599 59 18,824 669 5,499 175 163,880 3,584 25
BARITO TIMUR 9,589 359 437 19 306 35 4,405 202 2,943 109 17,680 724 14
BARITO UTARA 121,172 2,136 7,759 168 293 24 14,419 467 2,557 65 146,200 2,860 11
8 KALIMANTAN
TIMUR 38,302 583 1,147 99 18,012 229 1,949 65 562 33 - - 59,972 1,009 24
KOTA BONTANG 64 5 36 4 23 3 123 12 4
KUTAI BARAT 10,390 143 5,114 66 1,124 36 16,628 246 4
KUTAI TIMUR 27,848 435 1,111 95 12,898 163 802 26 562 33 43,221 752 16
9 KALIMANTAN
UTARA 4,052 201 2,647 142 - - 17,274 392 86 13 - - 24,059 747 21
MALINAU 3,707 182 3,045 101 76 11 6,828 295 13
NUNUKAN 346 19 2,647 142 14,229 291 9 1 17,231 452 8
10 KEPULAUAN
BANGKA BELITUNG
85 6 86 10 2,500 29 291 81 4,209 178 - - 7,171 305 20
BANGKA SELATAN 86 10 2,500 29 108 40 131 7 2,825 87 8
BANGKA TENGAH 30 19 51 9 81 28 4
BELITUNG 85 6 102 14 1,052 63 1,239 83 4
BELITUNG TIMUR 52 8 2,975 99 3,027 107 4
11 KEPULAUAN RIAU
35,460 1,747 372 14 4,387 89 4,802 434 10,617 596 - - 55,639 2,881 43
BINTAN 10,844 428 2,386 192 7,553 329 20,784 949 12
KEPULAUAN ANAMBAS 13,364 640 4,387 89 168 15 17,919 745 11
KOTA BATAM 7,680 486 372 14 1,000 137 2,073 169 11,125 806 14
KOTA TANJUNGPINANG 3,572 193 1,248 89 991 99 5,811 382 6
12 MALUKU 79,087 2,609 209 12 18,817 316 1,526 128 10,558 567 - - 110,197 3,633 28
KRITERIA

HPK yang belum ada


Program pemerintah
permohonan pelepasan dan Permukiman Transmigrasi Pertanian lahan kering yang
untuk pencadangan
tutupan lahannya merupakan Lahan garapan berupa sawah beserta fasos-fasumnya Permukiman, fasos dan menjadi sumber mata TOTAL
pencetakan sawah baru JUMLAH
No PROVINSI KABUPATEN pertanian lahan kering dan tambak rakyat yang sudah memperoleh fasum pencaharian utama
di Provinsi Kalteng, POLIGON
campur semak/kebun persetujuan prinsip masyarakat setempat
Kalbar dan Kaltim
campur serta semak belukar

Panjang Panjang Batas Panjang Batas Panjang Batas Panjang Batas Panjang Panjang
Luas (Ha) Luas (Ha) Luas (Ha) Luas (Ha) Luas (Ha) Luas (Ha) Luas (Ha)
Batas (km) (km) (km) (km) (km) Batas (km) Batas (km)
BURU 40,280 904 155 6 4,486 105 7,225 329 52,146 1,344 10
KEPULAUAN ARU 17,651 826 2,483 32 231 35 173 23 20,538 917 8
KOTA TUAL 575 27 30 4 605 30 2
MALUKU TENGAH 20,581 852 54 6 11,848 179 1,265 89 3,160 214 36,908 1,341 8
13 MALUKU UTARA 103,026 4,523 0 0 15,581 498 241 33 6,418 458 - - 125,266 5,513 40
HALMAHERA SELATAN 49,717 2,337 9,074 238 89 10 4,286 270 63,166 2,856 11
HALMAHERA TENGAH 7,585 406 152 23 32 5 659 57 8,428 490 9
HALMAHERA TIMUR 17,431 818 0 0 5,312 222 110 15 97 13 22,951 1,070 12
PULAU TALIABU 28,293 963 1,043 14 11 2 1,375 118 30,722 1,097 8
14 N T B - - - - 4,087 95 - - 944 21 - - 5,031 116 11
BIMA 751 18 751 18 3
DOMPU 864 22 944 21 1,808 43 4
SUMBAWA 2,471 55 2,471 55 4
15 N T T 8,016 260 241 10 4,603 74 13 6 993 47 - - 13,866 397 24
KUPANG 451 27 3 2 685 23 1,139 53 4
MANGGARAI 1,153 25 3 1 1,157 26 3
MANGGARAI TIMUR 989 23 4 2 993 24 3
NGADA 2,283 99 241 10 2 2 2,527 111 3
SUMBA TIMUR 3,139 86 4,603 74 299 20 8,041 180 8
ALOR 1 1 1 1 1
KOTAMADYA KUPANG 8 1 8 1 1
MANGGARAI BARAT 1 1 1 1 1
16 PAPUA 85,584 3,187 39 5 7,341 112 1,516 211 3,481 215 - - 97,960 3,731 50
BOVEN DIGOEL 12,301 400 4 1 194 53 941 63 13,440 518 11
DEIYAI 3,251 97 8 2 3,260 99 2
DOGIYAI 3,135 69 5 1 3,140 70 2
JAYAPURA 4,719 296 4,495 75 70 10 506 34 9,789 415 9
KEEROM 1,522 88 35 3 2,846 38 153 8 217 15 4,773 153 8
KEPULAUANYAPEN 2,712 156 2,712 156 1
KOTA JAYAPURA 1,125 54 23 5 837 37 1,985 96 5
MAMBERAMO TENGAH 18,975 358 18,975 358 1
MAMBERAMORAYA 92 9 10 3 103 13 3
MAPPI 37,751 1,660 1,052 127 980 66 39,783 1,853 8
17 PAPUA BARAT 49,322 2,239 - - 32,638 603 1,604 251 603 81 - - 84,167 3,173 51
MAYBRAT 6,045 417 299 80 7 2 6,350 500 5
PEGUNUNGANARFAK 35 5 35 5 1
RAJAAMPAT 4,772 319 82 26 4,854 345 7
SORONG 26,269 830 6,328 166 817 91 99 13 33,513 1,100 10
SORONG SELATAN 6,738 343 4,191 77 41 10 251 32 11,222 462 8
TAMBRAUW 3,859 196 112 14 3,971 210 3
TELUKBINTUNI 1,024 104 22,119 359 189 21 247 34 23,579 518 15
TELUKWONDAMA 616 29 28 4 643 33 2
18 RIAU 84,235 2,490 1,299 121 27,557 178 1,934 244 14,427 960 - - 129,451 3,994 50
INDRAGIRI HILIR 13,991 478 1,224 107 139 25 2,307 336 17,662 947 10
INDRAGIRI HULU 36,492 885 39 11 1,909 41 1,150 138 4,940 236 44,529 1,311 15
KEPULAUAN MERANTI 2,981 209 34 11 251 26 3,266 247 7
KOTA DUMAI 5,245 237 1 0 39 12 36 3 5,321 253 6
KUANTANSENGINGI 25,525 681 35 3 25,647 137 571 58 6,894 359 58,673 1,237 12
19 SULAWESI BARAT
8,744 176 5,953 500 3,427 110 114 37 13,069 1,353 - - 31,306 2,177 36
MAJENE 16 3 31 9 614 69 661 82 5
MAMASA 7 3 527 251 49 12 7,948 733 8,531 999 12
MAMUJU 8,736 173 5,410 245 3,427 110 34 16 4,507 551 22,114 1,096 19
KRITERIA

HPK yang belum ada


Program pemerintah
permohonan pelepasan dan Permukiman Transmigrasi Pertanian lahan kering yang
untuk pencadangan
tutupan lahannya merupakan Lahan garapan berupa sawah beserta fasos-fasumnya Permukiman, fasos dan menjadi sumber mata TOTAL
pencetakan sawah baru JUMLAH
No PROVINSI KABUPATEN pertanian lahan kering dan tambak rakyat yang sudah memperoleh fasum pencaharian utama
di Provinsi Kalteng, POLIGON
campur semak/kebun persetujuan prinsip masyarakat setempat
Kalbar dan Kaltim
campur serta semak belukar

Panjang Panjang Batas Panjang Batas Panjang Batas Panjang Batas Panjang Panjang
Luas (Ha) Luas (Ha) Luas (Ha) Luas (Ha) Luas (Ha) Luas (Ha) Luas (Ha)
Batas (km) (km) (km) (km) (km) Batas (km) Batas (km)
20 SULAWESI SELATAN
295 8 31,757 3,192 845 20 402 192 651 44 - - 33,950 3,456 57
BARRU 2,637 402 47 3 2,683 405 4
BONE 10,932 1,081 61 53 25 6 11,018 1,140 12
BULUKUMBA 2,374 118 2 1 2,375 119 5
ENREKANG 356 65 14 11 517 26 888 102 6
GOWA 295 8 6,383 909 845 20 291 113 62 9 7,876 1,059 15
JENEPONTO 2,699 296 18 6 2,717 303 8
LUWU 6,377 321 15 8 6,392 329 7
21 SULAWESI TENGAH
23,722 938 555 60 6,637 121 6,936 257 28,375 1,124 - - 66,226 2,500 68
BANGGAI KEPULAUAN 9,310 93 5,622 124 14,932 217 4
BUOL 2,198 147 3,189 55 9 2 3,717 176 9,113 379 8
DONGGALA 1,509 133 148 17 1,939 39 4,076 118 2,473 78 10,146 385 14
MOROWALI 2,311 161 29 4 742 12 344 30 801 37 4,229 243 8
MOROWALI UTARA 2,763 140 81 8 766 16 2,128 63 10,561 423 16,300 650 14
PARIGIMOUTONG 3,103 147 206 13 285 18 3,594 178 4
POSO 2,091 75 78 15 315 31 4,173 225 6,658 345 9
SIGI 435 41 12 2 64 13 742 44 1,254 101 7
22 SULAWESI
TENGGARA 46,996 1,495 6,214 536 21,551 628 5,956 188 25,957 1,177 - - 106,674 4,024 116
BOMBANA 3,960 148 706 136 1,684 54 1,291 29 6,591 174 14,232 541 16
BUTON 30 6 13 3 36 9 2,162 167 2,241 185 10
BUTON UTARA 2,407 148 0 0 6,115 137 488 10 252 27 9,262 323 12
KENDARI 320 22 320 22 1
KOLAKA 3,465 152 778 30 1,421 17 7,625 208 13,288 407 13
KOLAKA TIMUR 95 15 303 22 1,779 42 3,540 210 5,716 288 12
KOLAKA UTARA 9,507 141 90 28 505 23 4 1 101 11 10,207 204 9
KONAWE 2,311 184 46 7 736 21 325 19 1,909 156 5,327 387 12
KONAWE KEPULAUAN 15,319 266 28 3 1,866 72 216 21 17,429 362 6
KONAWE SELATAN 1,485 54 2,029 150 674 33 330 12 700 83 5,218 333 11
KONAWE UTARA 8,417 381 2,221 158 10,058 318 196 18 2,542 98 23,434 973 14
23 SULAWESI UTARA
1,348 83 236 35 783 18 581 31 10,611 498 - - 13,559 665 35
BOLAANGMONGONDOW 175 22 2 1 1,862 135 2,039 158 7
BOLAANGMONGONDOW
SELATAN 1,663 79 1,663 79 2
BOLAANGMONGONDOW TIMUR
2,115 64 2,115 64 2
BOLAANGMONGONDOW
UTARA 1,348 83 7 2 574 27 3,612 120 5,540 232 8
KEPULAUAN TALAUD 781 17 351 29 1,133 46 3
MINAHASA 11 2 434 15 444 17 3
MINAHASA SELATAN 17 4 6 3 74 8 97 16 6
MINAHASA UTARA 26 5 1 1 502 47 528 52 4
24 SUMATERA BARAT
23,686 940 1,720 286 8,965 206 1,119 113 15,901 1,021 - - 51,392 2,566 72
DHARMASRAYA 1,268 75 52 9 2,365 65 12 2 576 56 4,273 208 12
KEPULAUAN MENTAWAI 9,810 448 7 1 4,579 93 25 7 5,371 349 19,792 899 9
KOTA SAWAHLUNTO 3,513 49 61 19 374 21 210 23 4,159 111 7
LIMAPULUHKOTA 5,767 167 279 54 17 3 1,101 44 7,164 268 9
PADANGPARIAMAN 209 31 209 31 3
PASAMAN 1,616 105 385 69 409 28 2,410 202 9
PASAMAN BARAT 211 28 58 11 368 35 3,711 234 4,348 308 9
PESISIR SELATAN 1,501 67 670 91 2,021 48 323 45 4,523 288 9,039 539 14
KRITERIA

HPK yang belum ada


Program pemerintah
permohonan pelepasan dan Permukiman Transmigrasi Pertanian lahan kering yang
untuk pencadangan
tutupan lahannya merupakan Lahan garapan berupa sawah beserta fasos-fasumnya Permukiman, fasos dan menjadi sumber mata TOTAL
pencetakan sawah baru JUMLAH
No PROVINSI KABUPATEN pertanian lahan kering dan tambak rakyat yang sudah memperoleh fasum pencaharian utama
di Provinsi Kalteng, POLIGON
campur semak/kebun persetujuan prinsip masyarakat setempat
Kalbar dan Kaltim
campur serta semak belukar

Panjang Panjang Batas Panjang Batas Panjang Batas Panjang Batas Panjang Panjang
Luas (Ha) Luas (Ha) Luas (Ha) Luas (Ha) Luas (Ha) Luas (Ha) Luas (Ha)
Batas (km) (km) (km) (km) (km) Batas (km) Batas (km)
25 SUMATERA
SELATAN 19,080 550 34,977 708 2,083 36 6,786 624 58,378 1,933 - - 121,304 3,851 68
MUARAENIM 1,012 51 478 49 3,307 155 4,796 255 7
MUSIRAWAS 12,756 361 95 9 1,124 17 2,390 211 32,393 1,019 48,758 1,617 13
MUSIRAWAS UTARA 4,635 121 392 8 141 20 3,042 144 8,210 293 11
OGANKOMERING ILIR 678 17 34,284 656 567 11 2,678 199 13,438 320 51,645 1,203 15
OGANKOMERING ULU 169 16 218 27 1,027 61 1,414 104 7
OGANKOMERINGULU SELATAN
32 5 301 67 3,850 153 4,183 225 7
OGANKOMERINGULU TIMUR
396 21 533 45 284 30 1,214 96 5
PALI 13 2 1,037 51 1,051 53 2
PRABUMULIH 35 4 35 4 1
26 SUMATERA UTARA 9,208 203 9,695 757 9,044 144 563 67 105,774 2,966 - - 134,283 4,137 72
HUMBANGHASUNDUTAN 356 50 3,429 217 3,784 267 6
KARO 946 36 7,323 261 8,269 296 3
LABUHANBATU 14 2 2,047 113 2,061 114 2
LABUHANBATU SELATAN 5 2 2,271 88 2,276 90 3
LABUHANBATU UTARA 704 26 11,902 340 12,606 366 4
LANGKAT 4,216 323 175 33 13,865 382 18,256 737 9
MANDAILINGNATAL 8,440 169 148 26 4,250 74 17 5 3,802 192 16,657 466 11
NIAS 700 69 701 36 1,401 105 3
NIAS BARAT 557 52 5,136 82 5,693 134 4
NIAS SELATAN 1,336 99 5,654 122 6,989 221 4
NIAS UTARA 51 4 845 77 232 18 17,142 219 18,270 318 9
PADANGLAWAS 8 1 38 6 4,794 71 59 4 9,127 303 14,026 385 8
PADANGLAWAS UTARA 539 18 79 7 23,377 612 23,995 637 6
TOTAL 791,678 25,987 120,655 7,450 216,075 4,114 67,982 3,961 415,643 16,499 18,389 544 1,630,421 58,556 1,071

Anda mungkin juga menyukai