Oleh :
Arifah Mulyani
NIM. 4122217110002
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha esa atas berkat dan rahmatNya,
sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Hutan..
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung dan
memberikan bimbingan dalam penyusunan Laporan ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan. Penyusun dengan senang hati menerima kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan Laporan ini.
Semoga hasil dari penyusunan laporan ini dapat bermanfaat. Akhir kata melalui kesempatan ini
penyusun mengucapkan terima kasih.
Penyusun
Daftar Isi
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................................4
1.2 Tujuan Praktek Lapangan..................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................................5
2.1 Perencanaan Hutan.............................................................................................................................5
2.2 Kegiatan Perencanaan Hutan.............................................................................................................7
BAB III.....................................................................................................................................................14
Hasil dan Pembahasan............................................................................................................................14
BAB IV.....................................................................................................................................................16
PENUTUP................................................................................................................................................16
Kesimpulan..............................................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
c) Hutan Produksi : Kawasan hutan dengan fungsi pokok untuk memproduksi hasil hutan,
yaitu benda-benda hayati, non hayati dan turunannya, serta jasa yang berasal dari hutan.
Hutan Produksi dibedakan atas Hutan Produksi Terbatas, Hutan Produksi Biasa dan
Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi, dengan fungsi pokok masingmasing sebagai
berikut :
1. Hutan Produksi Terbatas : hutan produksi yang dapat dimanfaatkan secara terbatas (intensitas
tertentu), yaitu pada tingkat pemanfaatan yang masih meninggalkan keadaan tegakan hutan
dengan kualitas minimal tertentu yang dapat berfungsi dalam memberikan perlindungan terhadap
tata air, erosi tanah, dan pemeliharaan kesuburan tanah pada wilayah di sekitarnya.
2. Hutan Produksi Biasa : hutan produksi yang dapat dimanfaatkan secara maksimal pada tingkat
yang masih dapat menjamin kelestarian hutan.
3. Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi : hutan produksi yang dapat dimanfaatkan dan
dikonversi peruntukannya untuk keperluan di luar kehutanan, misalnya untuk perkebunan,
transmigrasi dll.
Fungsi-fungsi hutan yang uraikan di atas adalah fungsi-fungsi utama dari masingmasing
KPH sesuai dengan peruntukannya. Selain fungsi-fungsi utama tersebut, setiap KPH pada
dasarnya dituntut untuk memberikan fungsi-fungsi ekonomi, ekologi dan sosial secara simultan.
Sehubungan dengan itu, perumusan tujuan pengelolaan hutan pada hakekatnya diarahkan pada
optimalisasi fungsi ekosistem hutan, yang meliputi fungsi ekonomi, ekologi dan sosial.
2.2 Kegiatan Perencanaan Hutan
Perencanaan kehutanan meliputi kegiatan:
1. Inventarisasi hutan
4. Pemetaan Hutan
Peta adalah gambaran dari permukaan bumi pada suatu bidang datar yang dibuat secara
kartografis menurut proyeksi dan skala tertentu dengan menyajikan unsur-unsur alam dan buatan
serta informasi lain yang diinginkan. Jenis-jenis peta terdiri dari peta dasar, peta tematik dan peta
kehutanan.
Pemetaan adalah proses penggambaran informasi yang ada di permukaan bumi mulai dari
pengambilan data secara terestris maupun penginderaan jauh, pengolahan data dengan metode
dan acuan tertentu serta penyajian data berupa peta secara manual ataupun digital. Tujuan
pemetaan hutan adalah untuk membuta atau mengadakan peta dasar maupun peta tematik
sebagai salah satu dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian kegiatan khususnya
di bidang kehutanan. Salah satu teknologi untuk mendukung pemetaan adalah Sistem Informasi
Geografis (SIG). SIG digunakan untuk membentuk basis data kehutanan yang mantap sebagai
bahan pengambilan keputusan kebijakan yang berkaitan dengan areal atau kawasan hutan.
Dengan adanya SIG maka data daan informasi kehutanan baik yang bersifat deskriptif maupun
numerik/angka akan tertata dengan baik dan terpetakan secara rapi menggunakan teknologi
digital, serta mempergunakannya secara akurat dan cepat untuk keperluan analisis.
Prosedur input data secara digital dala SIG adalah:
1. Persiapan, yang meliputi pengecekan peta, pengecekan antar lembar peta,
mempersiapkan titik ikat beserta koordinat, pemilahan layer, menyiapkan kodifikasi
pada setiap layer, dan penyiapan sistematika penyimpanan coverage.
3. Edgematching atau penyambungan sisi peta yang satu dengan sisi peta lainnya.
4. Editing, untuk mengkoreksi poligon dan garis, penyusunan topologi, dan pengecekan
label error.
5. Pengaturan Produksi
Inti dari pengaturan produksi adalah penentuan etat. Etat adalah besarnya porsi
luas atau massa kayu atau jumlah batang yang boleh dipungut setiap tahun selama jangka
pengusahaan yang menjamin kelestarian produksi dan sumber daya.
Prinsip-pronsip yang harud diperhatikan dalam etat penebangan adalah:
Keterangan:
fp = faktor pengaman
fe = faktor eksploitasi
VF = virgin forest
Perhitungan etat dalam sistem silvikultur TPTI untuk HPH perpanjangan sama
dengan perhitungan etat dalam sistem silvikultur TPTI untuk SK HPH Addendum
penambahan/pengurangan. Perhitungan etat dalam sistem silvikultur hutan payau
(mangrove) HPH baru sama dengan perhitungan etat dalam sistem silvikultur TPTI untuk
HPH baru.
Perhitungan etat dalam sistem silvikultur hutan payau (mangrove) untuk SK HPH
Addendum penambahan/pengurangan sama dengan perhitungan etat dalam sistem
silvikultur TPTI untuk SK HPH Addendum penambahan/pengurangan. Perhitungan etat
dalam sistem silvikultur hutan payau (mangrove) untuk HPH perpanjangan sama dengan
perhitungan etat dalam sistem silvikultur TPTI untuk SK HPH Addendum
penambahan/pengurangan.
6. Tabel Volume Pohon
Perangkat pendugaan volume pohon (berupa model, rumus/persamaan, maupun tabel) adalah
salah satu perangkat penting dalam perencanaan pengelolaan hutan. Salah satu jenis data yang
diperlukan dalam pengelolaan hutan adalah dugaan potensi atau massa tegakan. Pengumpulan
massa tegakan dilakukan melalui kegiatan inventarisasi yang selalu melibatkan pendugaan
volume pohon per pohon. Karena bentuk pohon bervariasi menurut jenis atau kelompok jenis
dan dari satu lokasi ke lokasi lain, maka dalam penyusunan perangkat pendugaan volume pohon
perlu memperhatikan karakteristik tersebut.
Perangkat pendugaan volume pohon yang bersifat umum untuk berbagai jenis pohon dan
lokasi hutan dapat menyebabkan hasil dugaan yang kurang teliti, tidak akurat, dan bias sehingga
informasi massa tegakan yang dihasilkan menjadi over estimate atau under estimate.
Tujuan penyusunan tabel volume pohon adalah untuk menyediakan perangkat pendugaan
volume pohon berdiri untuk keperluan inventarisasi massa tegakan. Alat dan bahan yang
digunakan untuk penyusunan tabel volume pohon antara lain: tally sheet pengukuran pohon
contoh, laporan hasil cruising (LHC), cat atau kapur pohon, pohon contoh, chainsaw, kaliper
pohon, pita keliling (meetband), haga hypsometer atau christenmeter, meteran, sigmat (kaliper
kecil), parang dan kapak, alat tulis, alat hitung, komputer, kompas, peta kerja, obatobatan
(PPPK), dan peralatan kemping.
Kegiatan pengambilan data dari lapangan adalah pemilihan pohon contoh dan pengukuran
pohon contoh meliputi pengukuran diameter, tinggi pohon total, tinggi batang bebas cabang,
diameter proyeksi tajuk, dan tebal kulit pohon.
3.1 Hasil
Tata batas hutan merupakan salah satu unsur terpenting dalam pengelolaan hutan. Pal
batas merupakan suatu tanda pembatas kawasan hutan dengan areal penggunaan lain (APL),
yang berbentuk slinder dan terbuat dari bahan beton dengan rangka bertulang besi dengan
ukuran 10 cm x 10 cm x130 cm yang ditanamkan di tanah sedalam 60 cm dan tampak diatas
tanah 70 cm. Bagian atasnya sepanjang 20 cm di cat putih dan ditulisi huruf dan nomor pal.
Berdasarkan hasil praktek lapangan pemasangan pal batas, dapat diketahui ada 24 pal
batas yang berhasil di pasang di kawasan hutan jati tersebut, tetapi hanya 6 pal batas yang
dipasang menggunakan tanda pembatas beton, sisanya ditandai dengan cat merah disetiap batas
yang sudah ditentukan, dengan jarak terjauh yang diperoleh ada pada Nomor Pal A5 dengan
Azimut 310° dan jaraknya 45 meter.
Pal batas secara umum berfungsi sebagai tanda batas kawasan hutan dengan Area
Penggunaan Lainya (APL). Terjadinya pembangunan permukiman, tempat bercocok tanam, dan
penebangan liar oleh masyarakat sekitar hutan sering terjadi akibat ketidaktahuan masyarakat
terhadap batas mana mereka dapat beraktivitas. Dengan adanya pal batas maka batas kawasan
hutan dengan APL seperti perkebunan dan permukiman, masyarakat dapat mengetahui dengan
jelas batas-batas di sekitar wilayah mereka yang nantinya memudahkan kegiatan pengukuhan
kawasan hutan untuk dilakukan.
Pengukuhan kawasan hutan merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penataan
batas suatu wilayah yang telah ditunjuk sebagai wilayah hutan guna memperoleh kepastian
hukum mengenai status dan batasan kawasan hutan secara jelas. Oleh sebab itu, inventarisasi pal
batas sangat penting untuk dilakukan guna mengindari konflik anatara negara (perhutani) dengan
masyarakat sekitar kawasan hutan dengan cara pengecekan dan pemeliharaan pal batas dalam
proses pengukuhan kawasan hutan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktek lapangan ini dapat diketahui bahwa ada 24 batas yang sudah
ditentukan dan di pasang pal batas nya pada kawasan hutan jati tersebut, walaupun hanya 6 yang
benar dipasang menggunakan pal batas beton, dikarenakan jarak yang jauh dan SDM yang
sedikit, dengan jarak terjauh yang diperoleh ada pada Nomor Pal A5 dengan Azimut 310° dan
jaraknya 45 meter.
4.2 Saran
Seharusnya semua pal batas dipasang menggunakan tanda pembatas berbentuk slinder yang
terbuat dari bahan beton dengan rangka bertulang besi dengan ukuran 10 cm x 10 cm x130 cm,
tidak ada yang menggunakan cat, tetapi kerena kondisi dilapangan yang tidak memungkinkan
untuk membawa pal batas beton sebanyak 24 jadi sisanya harus menggunakan cat atau pilok
berwarna merah.
Dokumentasi