Anda di halaman 1dari 119

RENCANA STRATEGIS

2021 - 2024
Badan Restorasi Gambut dan Mangrove
RENCANA STRATEGIS
2021 – 2024
Foto Apnaeni Henry Winarcahyo
LAMPIRAN I
PERATURAN KEPALA BADAN RESTORASI GAMBUT
DAN MANGROVE
NOMOR: P.17/KaBRGM/2021
TENTANG
RENCANA STRATEGIS BADAN RESTORASI GAMBUT
DAN MANGROVE TAHUN 2021-2024
DAFTAR ISI

Kata Pengantar 1. Pendahuluan

5. Penutup 4. Target Kine


Pendanaan
2. Visi, Misi, Tujuan, dan
Sasaran BRGM

3. Arah Kebijakan, Strategi,


Kerangka Regulasi dan Kelembagaan
erja dan Kerangka
Foto Dokumentasi BRGM
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah dan Lokasi Sekat Kanal Terbangun 2017-2020
Tabel 2. Jumlah dan Lokasi Sumur Bor Terbangun 2017-2020
Tabel 3. Jumlah dan Lokasi Timbun Kanal Terbangun 2017-2020
Tabel 4. Jumlah dan lokasi demplot revegetasi 2017-2020
Tabel 5. Jumlah dan lokasi revitalisasi mata pencaharian 2017-2020
Tabel 6. Rehabilitasi Hutan Mangrove kurun waktu 2011-2020 oleh KLHK
Tabel 7. Profil Tematik Kesatuan Hidrologis Gambut
Tabel 8. Lahan Gambut Terbakar Pada 7 Provinsi Wilayah Kerja BRGM
Tabel 9. Sebaran kanal pada 408 KHG di 7 provinsi wilayah kerja BRG
Tabel 10. Simulai rehabilitasi mangrove berdasarkan variasi kondisi spesifik
lokasi
Tabel 11. Target kinerja BRGM Tahun 2021-2024 berdasarkan Sasaran Strategis
Tabel 12. Indikasi target proyek BRGM berdasarkan target proyek KLHK dalam PN
RPJMN 2020-2024
Tabel 13. Kerangka pendanaan restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove
2021-2024
Foto Dokumentasi BRGM
12
KATA PENGANTAR
Rencana Strategis Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (RENSTRA BRGM) Tahun 2021-2024 telah diselesaikan dan diharapkan
RENSTRA tersebut memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan RENSTRA periode sebelumnya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak internal yang telah berperan aktif memberikan ide dan gagasan dalam
penyusunan RENSTRA BRGM Tahun 2021-2024. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak (stakeholders)
lainnya atas masukan dan saran konstruktif untuk meningkatkan kualitas dan memperkaya isi RENSTRA BRGM Tahun 2021-
2024.

Penyusunan RENSTRA BRGM diawali dengan berbagai diskusi dan studi yang melibatkan seluruh unsur lingkup BRGM dan
stakeholder lainnya. Penyusunan RESNTRA BRGM juga mengacu pada RENSTRA KLHK 2020-2024, RPJMN 2020-2024, dan
Perpres 120 Tahun 2020. Mengingat isu dan permasalahan gambut dan mangrove sangat dinamis mengikuti perkembangan
target dan prioritas nasional, maka dokumen ini sewaktu-waktu dapat dilakukan penyesuaian sesuai dengan prioritas pemerintah
Indonesia dalam menjaga kedua ekosistem esensial.

Sasaran strategis yang telah disusun dan akan dicapai pada tahun 2021-2024 oleh BRGM adalah sebagai berikut:
1. Terfasilitasinya percepatan pelaksanaan restorasi gambut serta upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat pada areal kerja
restorasi gambut di 7 provinsi.
2. Terwujudnya percepatan rehabilitasi mangrove serta upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat pada areal kerja di 9 provinsi.
3. Terwujudnya tata kelola yang baik dalam penyelenggaraan fasilitasi percepatan restorasi gambut dan pelaksanaan percepatan
rehabilitasi mangrove.

Dengan disusunnya RENSTRA BRGM Tahun 2021-2024, pembangunan percepatan restorasi gambut, peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan percepatan rehabilitasi mangrove untuk 4 (empat) tahun ke depan telah memiliki arahan kebijakan dan strategi
yang jelas dalam rangka mendukung tercapainya target pembanguna n nasional serta visi Presiden dan Wakil Presiden, yaitu
“Terwujudnya Indonesia Maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong royong”.

Dengan kerendahan hati, kami sajikan buku RENSTRA BRGM Tahun 2021-2024 yang tentunya masih ada kekurangan dan semoga
segala sumbangsih dan kerja keras dalam menjaga gambut dan merehabilitasi mangrove dinilai sebagai amal ibadah oleh Allah
SWT, Tuhan yang maha Esa.
KepaoKepala Badan Restorasi Gambut dan Mangrove
Republik Indonesia

Ir. Hartono, M.Sc


1
BAB I
PENDAHULUAN

2
Foto Dokumentasi BRGM
3
BAB I
PENDAHULUAN

Rencana Strategis Kementerian/Lembaga merupakan 1. Bab I menjelaskan kondisi umum berupa program dan
dokumen perencanaan dari setiap Kementerian/Lembaga yang kegiatan yang telah dijalankan dan pencapaian kinerja
berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah berdasarkan Renstra sebelumnya serta tantangan dan
Nasional dan menjadi salah satu dasar bagi Kementerian/ permasalahannya. Pencapaian kinerja dan program
Lembaga dalam menggunakan Anggaran Pendapatan dan dukungan manajemen; perencanaan restorasi ekosistem
Belanja Negara. Lembaga adalah organisasi non Kementerian gambut; kontruksi, operasi dan pemeliharaan
dan instansi lain pengguna anggaran yang dibentuk untuk infrastruktur restorasi gambut; edukasi, sosialisasi,
melaksanakan tugas tertentu berdasarkan Undang-Undang partisipasi dan kemitraan restorasi gambut, dan
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 atau peraturan penelitian dan pengembangan restorasi gambut. Selain
perundang-undangan lainnya, termasuk di dalamnya Lembaga capaian, potensi, permasalahan dan tantangan yang
Pemerintah Non Kementerian, Lembaga Non Struktural, dan ditemui dan yang berpeluang akan muncul kedepan juga
Lembaga Tinggi. dikaji sebagai pertimbangan untuk pelaksanaan program
dan kegiatan selanjutnya.
Sebagai sebuah organisasi pemerintah yang menjalankan tugas
memfasilitasi percepatan restorasi gambut dan pelaksanaan Analisis terhadap tantangan global juga menjadi bagian
percepatan rehabilitasi mangrove dengan sasaran lokasi dan dalam penyusunan Renstra ini. Tantangan global yang
target yang ditetapkan, Badan Restorasi Gambut dan Mangrove dimaksudkan yaitu mengenai keikutsertaan dalam
(BRGM) sebagai Lembaga Non Struktural juga melakukan pemberian kontribusi terhadap pencapaian Tujuan
penyusunan dokumen Renstra dengan memperhatikan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/ Sustainable
arahan strategis yang terdapat dalam RPJMN 2020-2024 yang Development Goals (SDGs) dan komitmen mitigasi
disesuaikan dengan sasaran dan target yang ditetapkan Presiden perubahan iklim menurut Nationally Determined
melalui Peraturan Presiden No. 120 Tahun 2020 tentang BRGM. Contribution (NDC), khususnya mengenai target FOLU
Selanjutnya, Renstra BRGM akan menjadi acuan penyusunan Net Sink 2030.
Rencana Kerja (Renja) BRGM serta Rencana Kegiatan dan
Anggaran BRGM selama periode 2021 hingga 2024. 2. Bab II menjelaskan bagaimana BRGM mempersiapkan
kondisi internal yang diperlukan dalam menjawab potensi
Penyusunan Renstra BRGM 2021-2024 mengacu pada dan tantangan ke depan. Kesiapan BRGM diwujudkan
Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala dalam Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis BRGM
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Tentang Tata 2020-2024.
Cara Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga
Tahun 2020-2024. Adapun penjelasan masing-masing bagian 3. Bab III menjelaskan elemen-elemen pendukung untuk
dalam Renstra BRGM 2021-2024 sesuai sistematika yang telah memastikan pencapaian terhadap Visi, Misi, Tujuan, dan
ditetapkan dalam peraturan tersebut sebagai berikut: Sasaran Strategis yang dituangkan dalam Arah Kebijakan
dan Strategi sebagai pendekatan dalam memecahkan
permasalahan yang penting dan mendesak untuk segera
4
dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu
untuk memperlancar pelaksanaan mandat dan
tugas guna pencapaian visi, misi, tujuan sasaran
strategis dan target fasilitasi percepatan restorasi
gambut dan pelaksanaan percepatan rehabilitasi
mangrove yang telah ditetapkan dalam Perpres
No. 120 Tahun 2020 tentang BRGM. Bab ini juga
berisikan kerangka regulasi dan kelembagaan
berdasarkan kondisi existing dan kebutuhan
dalam rangka memastikan pencapaian Sasaran
Strategis.

4. Bab IV menjelaskan target kinerja yang akan


dicapai oleh BRGM dalam periode waktu
yang telah ditetapkan dan terkait kerangka
pendanaan yang merupakan detail penjabaran
strategi pendanaan program dan kegiatan untuk
mencapai target kinerja yang telah ditetapkan.

5. Bab V menjelaskan terkait arahan untuk


menjalankan rencana strategis yang telah
dituangkan dalam bab sebelumnya.

Secara substansi, Renstra BRGM 2021-2024


mengkombinasikan 3 (tiga) perspektif, yakni perspektif
stakeholder, perspektif internal, dan perspektif inovasi.
Perspektif stakeholder beroirientasi pada harapan
pemangku kepentingan. Perspektif internal berorientasi
pada mandat, tugas, fungsi, target, norma, standar,
prosedur, kriteria, dan kapasitas internal BRGM
sebagai lembaga pemerintah non struktural. Sementara
perspektif inovasi berorientasi pada terobosan-
terobosan yang dapat dilakukan untuk melakukan
fasilitasi percepatan restorasi gambut dan pelaksanaan
percepatan rehabilitasi mangrove agar hasil-hasil
capainnya lebih efektif. Foto Dokumentasi BRGM
5
Foto Dokumentasi BRGM

Kondisi Umum
Kondisi umum akan terbagi dalam 2 (dua) bagian. Pertama, kondisi umum restorasi gambut yang akan
mengupas gambaran ekosistem gambut Indonesia, program dan kegiatan serta capaian kinerja restorasi
gambut periode sebelumnya yang dilaksanakan oleh BRG. Kedua, kondisi umum rehabilitasi mangrove
akan mengupas gambaran ekosistem mangrove Indonesia yang dilengkapi dengan gambaran program
dan kegiatan serta capaian kinerja rehabilitasi mangrove sebelumnya yang dilaksanakan oleh K/L terkait.

6
Restorasi Gambut

Foto Dokumentasi BRGM

Lahan gambut tersebar di 175 negara, BBSDLP tahun 2011 disebutkan luas (KHG). KHG adalah ekosistem gambut
melingkupi 3% dari total daratan lahan gambut Indonesia sebesar 14,9 yang berada diantara dua sungai, diantara
bumi atau sekitar 400 juta hektar, dan juta hektar. Selanjutnya, pada tahun sungai dan laut, atau pada rawa. KHG
sekitar 11% diantaranya atau 42 juta 2019 BBSDLP sebagai wali data gambut merupakan dasar pendekatan dalam
hektar adalah gambut tropis. Luas mengeluarkan pembaruan data, tercatat pengelolaan ekosistem gambut. Seluruh
lahan gambut yang ada di Indonesia lahan gambut Indonesia menjadi 13,9 juta lahan gambut Indonesia terletak pada
berdasarkan perkiraan dari berbagai hektar. Penurunan luas lahan gambut ini 865 KHG dengan luas total KHG lebih
sumber sangat beragam. Pada awal disebabkan adanya pembatasan kriteria dari 24,2 juta hektar, yang di dalamnya
tahun 1980-an menurut Pusat lahan gambut, yakni lahan gambut terdapat lahan gambut dan lahan mineral.
Penelitian Tanah (sekarang berubah dengan ketebalan kurang dari 50 cm tidak Sebaran KHG di Indonesia antara lain di
nama menjadi Balai Besar Sumber Daya lagi dikategorikan sebagai lahan gambut. Sumatera sebanyak 207 KHG dengan luas
Lahan Pertanian - BBSDLP Kementan Dengan kepemilikan lahan gambut seluas 9.179.066 hektar (37,9%), Kalimantan
RI), luas lahan gambut mencapai itu, maka Indonesia menjadi pemilik sebanyak 190 KHG dengan luas 8.408.163
26,5 juta hektar yang sebagian besar lahan gambut tropis terluas di dunia, dan hektar (34,7%), Sulawesi sebanyak 3 KHG
tersebar di tiga pulau, yaitu Papua, urutan keempat pemilik lahan gambut dengan luas 60.168 hektar (0,2%) dan
Sumatera dan Kalimatan. Pada awal terluas dari total lahan gambut dunia Papua sebanyak 465 KHG dengan luas
tahun 1990-an, luas lahan gambut setelah Kanada 170 juta hektar, Rusia 6.571.094 hektar (27,2%). Penataan KHG
dari beberapa sumber diperkirakan 150 juta hektar, dan Amerika Serikat 40 dilakukan melalui pembagian fungsinya,
lebih rendah dari perkiraan BBSDLP juta hektar (Agus dan Subiksa, 2008). terdiri dari fungsi lindung ekosistem
Kementan RI yaitu berkisar antara 14 gambut seluas 12,1 juta hektar dan fungsi
sampai 20 juta hektar. Dalam Buku Untuk kepentingan pengelolaan, lahan budidaya ekosistem gambut seluas 12,1
State of Indonesia’s Forest (2018) gambut dipetakan dalam satuan lanskap juta hektar. Sementara menurut status
yang diterbitkan oleh Kementerian berdasarkan jaringan hidrologi yang lahannya, ekosistem gambut terletak pada
LHK, berdasarkan hasil analisis disebut Kesatuan Hidrologi Gambut kawasan hutan seluas 16,6 juta hektar dan

7
pada APL seluas 7,7 juta Ha. Kemudian menurut
izin pengelolaan, pada seluruh KHG terdapat
wilayah kerja konsesi kehutanan dan perkebunan
seluas 5,3 juta hektar dan sisanya seluas lebih dari 19
juta hektar belum dibebani izin usaha pemanfaatan.

Kerusakan lahan gambut terjadi secara terencana


dan tidak terencana. Kerusakan terencana disebakan
oleh pemanfaatan berdasarkan izin-izin usaha yang
diterbitkan pemerintah di masa lalu. Sementara Kerangka Kerja Umum Kegiatan Restorasi Gambut
kerusakan tidak terencana disebabkan oleh kegiatan
pemanfaatan tanpa disertai izin, baik oleh swasta
maupun masyarakat. Kegiatan pemanfaatan yang
merusak pada dasarnya adalah praktik pengolahan
lahan yang merubah tatanan hidrologi gambut Dukungan
dan menyebabkan gambut kering. Hampir seluruh Manajemen
kegiatan pemanfaatan, baik yang terencana maupun
tidak terencana, dilakukan dengan cara-cara
berbasis kanal untuk mengeringkan lahan gambut.
Tahapannya diawali land clearing, penyiapan lahan
dengan dibakar atau tanpa bakar, pembangunan
kanal-kanal drainase untuk mengeringkan gambut, Kegiatan Tapak:
Rewetting, Revegetasi,
dan selanjutnya dilakukan budidaya monokultur. Penelitian dan Revitalisasi Mata Pencaharian, Perencanaan
Dalam beberapa dekade terakhir, sebagian besar Pengembangan Partisipasi Masyarakat dan Desa
hutan gambut sudah dikonversi, terutama untuk Peduli Gambut
perkebunan dan hutan tanaman industri (Gunarso
et al., 2013; Boer, 2016; Murdiyarso et al. 2010).

Restorasi gambut dilaksanakan pada area gambut yang


rusak pada Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Sosialisasi
dan
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Edukasi
Selatan dan Papua. Upaya restorasi gambut untuk
mencapai tujuan terpulihkannya lahan gambut
yang rusak dan rawan terbakar dilakukan melalui
beberapa kegiatan tapak meliputi: pembasahan
kembali gambut yang kering, penanaman kembali
lahan gambut yang terbuka, revitalisasi mata
pencaharian masyarakat, dan pengembangan
kelembagaan tingkat tapak melalui penguatan
partisipasi masyarakat dan Desa Peduli Gambut
(DPG). Sementara kegiatan pendukungnya berupa
dukungan manajemen, perencanaan, sosialisasi
dan edukasi, penelitian dan pengembangan.
8
Pencapaian kinerja restorasi BRG merujuk provinsi tersebut terdapat 518 KHG dengan luas
pada standar yang diturunkan dari tugas BRG total mencapai 20.934.236 hektar. Luas lahan
berdasarkan Perpres No. 1 Tahun 2016. Tugas BRG gambut pada 518 KHG tersebut seluruhnya
adalah melaksanakan koordinasi dan fasilitasi mencapai 12,932,489 hektar atau sekitar 61,7%
restorasi gambut di Provinsi Riau, Jambi, Sumatera dari luas seluruh KHG di tujuh provinsi. Kondisi
Selatan, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan penutupan lahan pada lahan gambut tersebut
Selatan, Kalimantan Tengah, dan Papua dengan meliputi: areal dengan tutupan non hutan seluas
target seluas 2 juta hektar. Interpretasi terhadap 7,7 juta hektar dan tutupan hutan seluas 5,2 juta
tugas tersebut bahwa pelaksanaan kegiatan hektar. Pemanfaatan lahan pada kawasan hutan
restorasi gambut diarahankan oleh pihak berdasarkan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan
yang berdasarkan peraturan terkait memiliki Kayu (IUPHHK) di 7 provinsi wilayah kerja
tanggung jawab melaksanakan restorasi BRG mencakup 2,7 juta hektar, yang terdiri dari:
gambut. Sementara BRG ditugaskan melakukan IUPHHK-HA seluas 485 ribu hektar, IUPHHK-
koordinasi dan fasilitasi agar para penanggung HT atau HTI seluas 1,9 juta hektar dan IUPHHK-
jawab tersebut melaksanakan tanggung jawabnya RE seluas 342 ribu hektar. Sementara izin pada
dalam merestorasi gambut pada masing-masing Area Penggunaan Lain (APL) berupa HGU untuk
wilayahnya. Merujuk pada PP No. 57 Tahun perkebunan seluas 1 juta hektar. Pemanfaatan
2016 tentang Perlindungan dan Pengelolaan lahan di kawasan hutan maupun di APL yang
Ekosistem Gambut, para penanggung jawab tidak disertai izin terindikasi cukup banyak, baik
restorasi meliputi pemerintah pusat, pemerintah yang dilakukan oleh swasta maupun masyarakat.
daerah, dan pemegang izin pengusahaan hutan Temuan ini sejalan dengan studi-studi sebelumnya
dan lahan dengan pembagian wilayah kerja oleh beberapa pakar bahwa sebagian besar
restorasi gambut seperti pada gambar 3 di bawah. hutan gambut sudah dikonversi, terutama untuk
Sedangkan interpretasi terhadap target restorasi perkebunan dan hutan tanaman industri (Gunarso
gambut seluas 2 juta hektar pada provinsi-provinsi et al., 2013; Boer, 2016; Murdiyarso et al. 2010)
yang telah ditentukan dilakukan melalui analisis
spasial terhadap kondisi lahan gambut pada
seluruh Kawasan Hidrologis Gambut di provinsi-
provinsi yang telah ditentukan. Pada ketujuh

9
Hasil analisis tersebut menghasilkan Peta Indikatif Restorasi Gambut (PIR) dengan luas target intervensi restorasi
gambut seluas 2.676.601 hektar atau 21,64% dari total lahan gambut yang ada di 7 provinsi prioritas tersebut.
Lokasi target restorasi gambut tersebut terletak pada 106 KHG yang secara administratif tersebar di 54 kabupaten.
Berdasarkan tata ruang wilayah, target restorasi gambut tersebut berada pada kawasan lindung seluas 491.791
hektar, kawasan budidaya berizin seluas 1.784.353 hektar, dan kawasan budidaya tidak berizin seluas 400.458
hektar. Target yang menjadi prioritas pertama adalah lahan gambut terbakar yang teridentifikasi seluas 932.373
hektar. Dari sisi pelaksana, restorasi gambut pada areal target tersebut menjadi tanggung jawab pemegang izin
seluas 1.784.353 hektar, Pemerintah Daerah seluas 688.564 hektar, dan Pemerintah Pusat seluas 203.459 hektar.

Sebaran Target Berdasarkan Peta Indikatif Restorasi Gambut 2016-2020


Luas lokasi target
2.676.601 Ha
di 106 KHG, 54 Kabupaten

Kawasan Hutan Lindung

491.791 Ha
Kawasan Budidaya Berizin Pemerintah Pusat 8%
(Kawasan Konservasi) 1
1.784.453 Ha
Kawasan Budidaya Non Izin
Pemerintah Daerah 28%
(HP, HL dan APL tidak berizin) 2
400.458 Ha Pemegang izin 67%
(IUPHHK dan HGU) 3 PEMANGKU
KAWASAN

BRG melaksanakan kegiatan restorasi gambut pada areal seluas 892.023 hektar di wilayah kerja pemerintah pusat dan
pemerintah daerah, sementara di wilayah kerja pemegang izin harus dilakukan oleh perusahaan pemegang izin. Di sisi
lain, restorasi gambut di kawasan konsesi membutuhkan intervensi kebijakan dari Kementerian LHK untuk mendorong
kepatuhan pemegang izin dalam menyusun rencana dan melaksanakan restorasi gambut di wilayah konsesinya.

10
Secara umum pola koordinasi dan fasilitasi restorasi gambut yang menghubungkan pemerintah pusat, pemerintah daerah,
pemerintah desa, dan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan selain pemegang izin diperlihatkan pada gambar dibawah.

Pola Koordinasi dan Fasilitasi Restorasi Gambut 2016-2019

Dengan merujuk pada batasan tugas dan target BRG, maka 2. Pelaksanaan pemulihan ekosistem gambut yang
standar minimal kinerja restorasi gambut 2016-2020 dapat rusak seluas 2.000.000 ha pada 106 KHG yang
dikristalisasikan menjadi: “luas lahan gambut yang berhasil tersebar di 57 Kabupaten pada 7 provinsi prioritas;
dilakukan kegiatan restorasi oleh para penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan dengan melibatkan pemerintah 3. Peran aktif masyarakat dan para penanggung
daerah, desa dan masyarakat”. Sementara itu, dalam Renstra
jawab usaha dan/atau kegiatan serta kerjasama
BRG 2016-2020 disebutkan sasaran strategis BRG meliputi:
luar negeri dalam restorasi gambut; dan
1. Rencana Pemulihan Ekosistem Gambut pada
106 KHG yang tersebar di 57 Kabupaten 4. Sistem penyelenggaraan restorasi gambut yang
pada 7 provinsi prioritas wilayah kerja BRG; sistematis, terstruktur, terarah dan terpadu.

11
Sasaran strategis dalam Renstra BRG 2016-2020 telah menampung standar minimal kinerja restorasi
gambut sebagaimana dimandatkan dalam Perpres No. 1 Tahun 2016. Adapun penjelasan mengenai
capaian restorasi gambut berdasarkan sasaran strategis yang telah ditetapkan sebagai berikut:

1. Tersedia Rencana Pemulihan


Ekosistem Gambut

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2016 Sejak tahun 2017 hingga 2019, BRG telah melakukan
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut, kegiatan inventariasi karakteristik ekosistem gambut pada
perencanaan dalam perlindungan dan pengelolaan 28 KHG yang tersebar di 7 provinsi prioritas restorasi.
ekosistem gambut meliputi inventarisasi karakteristik Pada awal tahun 2017, BRG melakukan invetarisasi
ekosistem gambut, penataan fungsi ekosistem gambut, dengan dukungan pendanaan dari Pemerintah Norwegia
dan penyusunan rencana perlindungan dan pengelolaan dan sejak 2018 kegiatan inventarisasi dilakukan
ekosistem gambut (RPPEG). Tata cara inventarisasi menggunakan anggaran yang bersumber dari APBN.
ekosistem gambut diatur dalam Peraturan Menteri Seluruh hasil kegiatan inventarisasi tersebut telah
LHK No. P.14/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 diserahkan kepada Kementerian LHK melalui Direktorat
dan untuk pemulihan ekosistem gambut, khususnya Pengendalian Kerusakan Gambut, Direktorat Jenderal
pada wilayah konsesi diatur dalam Peraturan Menteri Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan.
LHK No. 16/ MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017.
Merujuk pada regulasi-regulasi tersebut, secara hierarki Dokumen-dokumen rencana sebagai dasar pelaksanaan
rencana restorasi gambut semestinya merupakan restorasi gambut mulai disusun sejak tahun 2017
bagian dari rencana pemulihan ekosistem gambut yang terdiri dari rencana kontingensi sebagai dasar
yang diturunkan dari RPPEG, baik RPPEG nasional pelaksanaan kegiatan restorasi gambut tahun 2017,
yang secara kewenangan disusun oleh Kementerian RREG nasional, Peta KHG Prioritas, Peta Prioritas
LHK maupun RPPEG tingkat provinsi dan kabupaten Restorasi, Peta Target Restorasi, RREG untuk masing-
yang disusun oleh pemerintah provinsi dan kabupaten masing provinsi wilayah kerja BRG, dan Rencana
sesuai kewenangannya. Namun demikian, karena pada Tindakan Tahunan (RTT) untuk setiap provinsi.
saat itu belum ada RPPEG yang ditetapkan, maka
BRG menyusun Rencana Restorasi Ekosistem Gambut
(RREG) sebagai dasar pelaksanaan kegiatan restorasi
gambut, sambil melakukan inventarisasi karakteristik
ekosistem gambut untuk bahan masukan penyusunan
RPPEG oleh para pihak sesuai kewenangannya.

12
2. Terlaksananya Kegiatan Restorasi Gambut
Upaya restorasi oleh BRG menggunakan tiga bentuk intervensi meliputi kegiatan pembasahan kembali gambut
yang terlanjur kering (rewetting), pemulihan tutupan lahan (revegetation), dan revitalisasi mata pencaharian
masyarakat (revitalization of local livelihood). Ketiganya dirumuskan dari tantangan nyata yang ada di lapangan,
memperbaiki kondisi fisik lahan gambut sambil mencari alternatif solusi untuk penataan ekonomi masyarakat lokal.

Capaian Kegiatan Rewetting, Revegetasi dan Revitalisasi 2016-2020


JUMLAH KEGIATAN 3R
Tahun 2016 - 2020
Kalimantan Barat Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan Sumur BOR (SBO) 13.869 Unit
R1.1 SBO 491 Unit R1.1 SBO 10.654 Unit
R1.1 SBO 629 Unit Sekat Kanal (KSE) 6.631 Unit
R1.2 KSE 634 Unit R1.2 KSE 2.930 Unit Kanal Timbun (KTI) 324 Unit
R1.2 KSE 135 Unit
R2 75 Hektar R1.3 KTI 115 Hektar Revegetasi (R2) 1.187 Ha
R2 42 Hektar Revitalisasi (R3) 801 Paket
R3 120 Paket R2 450 Hektar
R3 35 Paket
R3 198 Paket

Riau
R1.1 SBO 10.125 Unit
R1.2 KSE 1.509 Unit
R2 195 Hektar
R3 173 Hektar

Jambi
R1.1 SBO 666 Unit
Sumatera Selatan
R1.2 KSE 604 Unit Papua
R1.1 SBO 25 Unit
R1.3 KTI 152 Hektar R1.1 SBO - Unit
R1.2 KSE 233 Unit
R2 175 Hektar R1.2 KSE - Unit
R1.3 KTI 4 Unit
R3 97 Paket R2 - Hektar
R2 120 Hektar
R3 68 Paket
R3 44 Paket

13
Kegiatan rewetting antara lain dengan membangun
infrastruktur restorasi gambut yang diarahkan untuk A. Pembasahan kembali gambut yang
memperbaiki kerusakan tata air gambut agar tetap terlanjur kering (rewetting)
basah atau lembap sehingga terhindar dari proses
dekomposisi dan tidak mudah terbakar. Beberapa
tipe infrastruktur yang banyak digunakan untuk Jumlah dan Sebaran IPG Terbangun
restorasi hidrologi gambut, termasuk sekat kanal (canal
blocking), penimbunan kanal (canal backfilling), RIAU
APBN MITRA
KALBAR KALTENG
sumur bor (deep well). Sekat kanal dan penimbunan APBN MITRA APBN MITRA
1.125 294
kanal ditujukan untuk menahan air agar tidak terlalu 1.509 111
491 109 10.604 1.176
634
banyak keluar dari lahan gambut. Sedangkan sumur - 2
8 2.930 262
- - 115 122
bor dibangun pada lokasi bekas atau rawan kebakaran
yang jauh dari sumber air untuk kepentingan darurat
pembasahan jika terjadi atau terancam kebakaran.

Pembangunan Infrastruktur restorasi dilakukan pada


target restorasi gambut di luar area konsesi seluas
JAMBI
835.288 ha. Pada 2016 infrastruktur restorasi gambut APBN MITRA
mulai dibangun oleh mitra-mitra kerja BRG. Pada 666 54

tahun 2017 BRG mulai melakukan pembangunan 604 107


SUMSEL
infrastruktur restorasi gambut yang sebagian besar - 135
APBN MITRA KALSEL
dikerjakan swakelola yang bekerjasama dengan 331 65
APBN MITRA

kelompok masyarakat. Pada tahun 2018 pembangunan 824 17


629 50
130
infrastruktur restorasi gambut mulai dilakukan 57 -
-
- -
bersama pemerintah daerah dengan mekanisme Tugas
Pembantuan Restorasi Gambut untuk wilayah intervensi
selain kawasan konservasi. Kelompok masyarakat tetap
dilibatkan oleh pemerintah daerah melalui kerja sama Selain pembiayaan APBN, pembangunan infrastruktur restorasi
swakelola antara OPD yang menjadi Satuan Kerja Tugas gambut juga tetap dilakukan oleh mitra hingga tahun 2019. Para
Pembantuan dengan kelompok masyarakat. Sementara pihak yang menjadi mitra dalam pembangunan infrastruktur
pembangunan infrastruktur restorasi gambut di kawasan restorasi gambut antara lain Kementerian PUPR, perguruan
konservasi dikerjakan BRG bersama Balai/Balai Besar tinggi dan LSM yang secara resmi terjalin dalam perjanjian
Taman Nasional dan Konservasi Sumber Daya Alam kerja sama. Jenis, jumlah, sebaran infrastruktur restorasi
sesuai arahan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. gambut yang telah terbangun disajikan pada gambar di atas.

14
Untuk menjamin kondisi fisik dan fungsi infrastruktur restorasi gambut yang telah terbangun, BRG
melibatkan masyarakat dalam pengoperasian dan pemeliharaan infrastruktur restorasi gambut. Kelompok
masyarakat yang terlibat dalam pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan infrastruktur restorasi
gambut berjumlah 2.295 kelompok masyarakat yang beranggotakan sekitar 118.576 orang tersebar di 714 desa.

1) Sekat Kanal
Tabel 1. Jumlah dan Lokasi Sekat Kanal Terbangun 2017-2020

BRG MITRA BRG


PROVINSI TOTAL
2017 2018 2019 2020 2016 2017 2018 2019 2020
RIAU 309 816 297 87 10 - 32 69 1.620

JAMBI 122 321 146 15 - - 103 4 711

SUMATERA SELATAN - 544 230 50 - - 17 - 841

KALIMANTAN BARAT 200 279 84 71 - - 8 - 642

KALIMANTAN TENGAH 1.184 1.350 341 55 30 - 156 76 3.192

KALIMANTAN SELATAN 22 65 43 - - - - - 130

PAPUA - - - - - - - - -
1.837 3.375 1.141 278 40 0 316 149
TOTAL 6.631 505
7.136

Sekat kanal, merupakan infrastruktur restorasi gambut yang paling banyak


digunakan oleh berbagai pihak di Indonesia. Tipe sekat kanal cukup
bervariasi berdasarkan desain struktur, spesifikasi teknis, bahan, dan teknik
konstruksinya. Tipe-tipe sekat kanal tersebut ada yang sangat sederhana
sampai yang paling kompleks. Tujuan pembangunan sekat kanal adalah untuk
menahan laju air keluar dari gambut sehingga gambut tidak cepat kering.
Hingga tahun 2020 telah terbangun sekat kenal sebanyak 7.136 unit. Dari total
sekat kanal yang telah dibangun, sebanyak 4.968 unit telah dilakukan verifikasi
fisik menggunakan aplikasi SISFO BRG, terdiri dari 4.605 unit yang dibangun
melalui APBN dan 363 unit yang dibangun oleh mitra. Verifikasi mencakup
kesesuaian letak, kondisi fisik, dan keberfungsiannya. Hasil verifikasi
merupakan dasar BRGM untuk menentukan kelayakan pemeliharaan.

Dokumentasi BRGM
15
2) Sumur Bor

Sumur bor merupakan infrastruktur


restorasi gambut yang dibangun
pada lahan gambut yang jauh dari
sumber air. Fungsi sumur bor untuk
memompa cadangan air bawah tanah
(aquifer) dan memercikannya pada
lahan gambut yang memiliki tingkat
kebasahan dan kelembapannya rendah
pada musim kemarau, bahkan dapat
digunakan sebagai sumber air untuk
pemadaman api jika terjadi kebakaran
gambut di sekitarnya, sehingga sumur
bor sangat berguna untuk pencegahan
dan penanggulangan kebakaran. Foto Dokumentasi BRGM

Sejak tahun 2016 sumur bor telah


Tabel 2. Jumlah dan Lokasi Sumur Bor Terbangun 2017-2020
terbangun sebanyak 15.594, terdiri
dari 13.846 unit dibangun oleh BRG BRG MITRA BRG
dan 1.748 unit oleh mitra. Sumur bor PROVINSI TOTAL
2017 2018 2019 2020 2016 2017 2018 2019 2020
terbangun telah dilakukan verifikasi
fisik menggunakan aplikasi SISFO RIAU 400 325 400 150 - - 144 - 1.149

BRG. Verifikasi mencakup pengecekan JAMBI - 294 292 - - 4 50 - 640


kesesuaian letak, kondisi fisik, dan SUMATERA SELATAN - 99 232 - - 15 50 - 396
keberfungsiannya sehingga menjadi dasar 100 128 263 - - 60 49 - 600
KALIMANTAN BARAT
untuk merencanakan kegiatan operasi dan
KALIMANTAN TENGAH 5.275 4.325 1.004 200 - 616 360 - 11.780
pemeliharaannya. Dalam pengoperasian
dan pemeliharaannya, BRG bekerjasama KALIMANTAN SELATAN 125 354 150 50 - - - - 679

dengan masyarakat yang tergabung PAPUA - - - - - - - - 0


dalam kelompok-kelompok masyarakat 5.900 5.525 2.341 80 400 0 695 653 0
yang dibentuk dan dibina oleh BRG. TOTAL 13.846 1.748
15.594

16
3) Timbun Kanal
Timbun kanal, merupakan infrastruktur restorasi gambut yang ditujukan untuk menutup atau mematikan
kanal-kanal pada fungsi lindung ekosistem gambut. Hingga tahun 2020 kegiatan penimbunan kanal
dilaksanakan di empat provinsi dengan jumlah total sebanyak 431 unit, terdiri dari 172 unit dibangun
BRG menggunakan APBN dan 259 unit oleh mitra (Kementerian PUPR, MCAI, dan ICCTF). Dari total
timbun kanal yang dibangun oleh BRG, sebanyak 152 unit telah dilakukan verifikasi fisik menggunakan
aplikasi SISFO BRG. Sementara timbun kanal yang dibangun mitra telah diverifikasi sebanyak 215 unit.

Tabel 3. Jumlah dan Lokasi Timbun Kanal Terbangun 2017-2020

BRG MITRA BRG


PROVINSI TOTAL
2017 2018 2019 2020 2016 2017 2018 2019 2020
RIAU - - - - - 2 69 2

JAMBI - - - - - 135 4 135

SUMATERA SELATAN 10 18 9 20 - - - - 57

KALIMANTAN BARAT - - - - - - -
KALIMANTAN TENGAH 100 15 - - - 122 76 237

KALIMANTAN SELATAN - - - - - - -
PAPUA - - - - - - -
110 33 9 20 0 0 259 0
TOTAL 172 259
431

17
B. Revegetasi Lahan Gambut Bekas
Terbakar
Revegetasi lahan gambut dilakukan dalam bentuk
Demonstration Plot (Demplot) pada 31 lokasi
dengan luasan bervariasi. Secara keseluruhan
luas demplot revegetasi mencapai 1.760 hektar,
terdiri dari 1,187 hektar dibangun melalui
skema APBN dan 573 Ha dibangun oleh mitra.
Pelaksanaan revegetasi oleh BRG dilakukan melalui
skema kerja sama dengan beberapa lembaga
penelitian dan perguruan tinggi serta kelompok
masyarakat. Seluruh lokasi demplot sudah
dilakukan verifikasi menggunakan SISFO-BRG.

Foto Dokumentasi BRGM

Tabel 4. Jumlah dan lokasi demplot revegetasi 2017-2020

BRG MITRA BRG TOTAL


PROVINSI
2017 2018 2019 2016 2017 2018 2019 (HA)

RIAU - 120 75 10 - - 130 335

JAMBI - 125 50 - - 316 - 492

SUMATERA SELATAN - 150 100 - - - - 250

KALIMANTAN BARAT - - 75 - - - - 75

KALIMANTAN TENGAH - 350 100 40 - 2 75 567

KALIMANTAN SELATAN - 42 - - - - - 42

PAPUA - - - - - - - -
- 787 400 50 - 318 205
TOTAL 1,187 Ha 573 Ha
1.760
18
C. Revitalisasi Mata Pencaharian
Masyarakat
Salah satu yang diupayakan oleh BRG untuk meningkatkan
ekonomi masyarakat adalah melakukan revitalisasi mata
pencaharian berbasis ekosistem. Revitalisasi ekonomi
ini meliputi tiga aktivitas, yaitu: (i) berbasis lahan, (ii)
berbasis pemanfaatan sumber daya air dan perikanan, serta
(iii) berbasis jasa lingkungan. Program ini sangat sejalan
dengan program nasional untuk meningkatkan ketahanan
pangan. Contohnya pertanian ubi yang dikelola Pokmas
Tunas Karya di Desa Karya Indah, Kabupaten Kampar,
Riau. Pokmas Tunas Karya mampu memproduksi ubi
di lahan pertanian seluas 10 ha. Estimasi produksi ubi di
lahan ini mencapai 35 ton per hektar dengan masa produksi Foto Dokumentasi BRGM
8-10 bulan. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkat
kesejahteraan masyarakat yang secara langsung berdampak
pada menurunnya tekanan terhadap lahan gambut.

Tabel 5. Jumlah dan lokasi revitalisasi mata pencaharian 2017-2020

BRG Bantuan Ekonomi Produktif


2017 2018 2019 2020
PROVINSI TOTAL
2017 2018 2019 2020 (Mini
(BEP) (Mitra) (BEP) (Mitra)
Demplot)

RIAU 25 39 53 56 11 10 18 20 18 - 250

JAMBI 10 32 22 33 10 10 6 8 3 - 134

SUMATERA SELATAN 11 26 29 44 15 14 10 12 - - 161

KALIMANTAN BARAT 16 19 34 51 16 15 41 10 - - 202

KALIMANTAN TENGAH 24 73 47 54 82 11 12 17 7 - 327

KALIMANTAN SELATAN 13 10 6 6 14 10 - 6 - - 65

PAPUA - 10 21 37 - 5 - 2 - - 75
99 209 212 281 148 75 87 75 28 -
TOTAL 801 413
1.214

19
3. Peran Aktif Para Pihak Terkait
dan Kerjasama
Upaya mendorong peran aktif para pihak merupakan Pemerintah desa dan masyarakat juga telah
bentuk pengejawantahan tugas koordinasi dan menjadi bagian strategis dalam pelaksanaan
fasilitasi restorasi gambut sesuai Perpres No. 1 restorasi gambut 2016-2020. Upaya restorasi untuk
Tahun 2016. Peran para pihak terbagi menjadi menjaring dukungan, meningkatkan partisipasi dan
peran pemerintah daerah, desa, masyarakat dan pelembagaan restorasi di tingkat tapak dilaksanakan
para penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan. melalui kegiatan edukasi, sosialisasi, partisipasi
Sementara kerjasama pada pelaksanaannya tidak dan kemitraan yang berpusat pada desa (village
saja mencakup kerjasama luar negeri, tetapi centered development) melalui program inti yang
mencakup pula kerjasama dengan berbagai disebut Desa Peduli Gambut (DPG). Program DPG
komponen dalam negeri, termasuk perguruan mengusung paradigma restorasi gambut berbasis
tinggi, lembaga-lembaga penelitian, organisasi pembangunan desa dengan dua tujuan sekaligus.
kemasyarakatan, dan mitra pembangunan nasional. Pertama, menyiapkan masyarakat untuk mendukung
dan berpartisipasi dalam kegiatan restorasi gambut.
Sejak tahun 2018, fasilitasi restorasi gambut Kedua, memastikan keterpaduan dan keberlanjutan
terhadap pemerintah daerah provinsi mulai restorasi gambut melalui pengintegrasian kegiatan-
terlaksana secara konkrit. Bentuk fasilitasi terhadap kegiatan restorasi gambut dalam pembangunan
pemerintah daerah diselenggarakan melalui skema desa dalam rangka keberlanjutan perlindungan dan
Tugas Pembantuan dengan menetapkan 7 Satuan pengelolaan ekosistem gambut di tingkat tapak.
Kerja Tugas Pembantuan Restorasi Gambut di 7
provinsi yang menjadi sasaran restorasi gambut. Desa memiliki kedudukan strategis dalam restorasi
Pemerintah daerah memiliki dua peran sekaligus. gambut. Pertama, lahan gambut secara spasial dan
Pertama, pemerintah daerah provinsi sebagai sosial-ekonomi memiliki keterkaitan dengan desa.
regulator di tingkat daerah yang memiliki kewajiban Sekitar 4,6 juta hektar lahan gambut memiliki
dalam urusan lingkungan hidup sesuai dengan keterkaitan dengan desa dan masyarakatnya, dan
kewenangannya merujuk pada pembagian urusan seluas 1,4 juta hektar diantaranya termasuk ke
pemerintahan sebagaimana dijelaskan dalam dalam target restorasi gambut. Kedua, Desa sebagai
UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan unit pemerintahan terkecil yang berada langsung
Daerah. Kedua, pemerintah daerah provinsi dan sehari-harinya berinteraksi di tengah-tengah
sebagai penanggung jawab kegiatan restorasi masyarakat. Ketiga, Desa memiliki kedudukan yang
gambut pada hutan lindung dan hutan produksi kuat dalam pembangunan berdasarkan UU No. 6
berdasarkan UU No. 41 Tahun 1999 Tentang Tahun 2014 tentang Desa, apalagi pembangunan
Kehutanan dan PP No. 57 Tahun 2016 Tentang desa merupakan salah satu fokus pembangunan
Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut. dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo.

20
Keempat, sesuai UU Desa, semua program sektor yang Koperasi dan pertanian memperkuat dukungan
dilakukan dalam lingkup desa wajib dikoordinasikan pada DPG baik melalui pengembangan kapasitas
dan diintegrasikan dalam pembangunan desa. Kelima, pelaku UKM, bantuan alat/sarana produksi,
desa dan masyarakatnya memiliki pengetahuan dan fasilitasi pembibitan. Serupa dengan itu, di
mengenai lahan gambut dan mereka juga memiliki hak Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, Dinas
untuk hidup dan berpenghidupan di lahan gambut. Ketahanan Pangan dan Pertanian memberi bantuan
bibit kepada kelompok tani kader Sekolah Lapang
Untuk mendorong penguatan DPG diperlukan Peduli Gambut. Dinas Perindustrian, Perdagangan
peran pemerintah daerah tingkat kabupaten. Oleh dan UMKM bersama Dewan Kerajinan Nasional
karenanya, sepanjang 2016-2020 BRG secara intensif Daerah Kabupaten Kubu Raya melibatkan pengrajin
berkomunikasi dan berdialog dengan para pihak di DPG dalam beberapa programnya. Sedangkan
kalangan pemerintah daerah kabupaten dalam rangka Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
membangun kesepahaman dan komitmen bersama memperkuat BUMDes untuk dapat lebih progresif
untuk restorasi gambut. DPG diharapkan dapat dalam upaya pengelolaan lahan yang ramah gambut.
menjadi rumah belajar bersama restorasi gambut di
tingkat tapak. Upaya ini telah menghasilkan beberapa
praktik baik (best practices) di beberapa tempat
yang dapat menjadi rujukan untuk proses reflikasi.

Di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah,


sebanyak 6 Organisasi Perangkat Daerah bersepakat
mengintegrasikan kegiatan di sektor masing-masing
untuk mendukung kegiatan ketahanan pangan,
pemberdayaan ekonomi dan perlindungan ekosistem
gambut dan pencegahan karhutla. Di Bengkalis,
provinsi Riau, Dinas Pemberdayaan Masyarakat
Desa mengadopsi kegiatan pendampingan dan
pemberdayaan DPG ke dalam Rencana Kegiatan
dan Anggaran Tahun 2021, termasuk pembentukan
kawasan perdesaan yang melibatkan 10 DPG.

Di Provinsi Kalimantan Selatan, tepatnya di


Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Kabupaten
Balangan, Organisasi Perangkat Daerah yang
mengurusi Perindustrian, Perdagangan, UKM,

Foto Dokumentasi BRGM


21
Dibentuk
Desa Peduli
640 Gambut
Data per-Desember 2020
SUMSEL
88 DPG
APBN MITRA KALBAR
RIAU 55 33
109 DPG
153 DPG APBN MITRA
APBN MITRA 53 56
66 87

JAMBI
53 DPG
APBN MITRA
32 21
KALTENG
181 DPG
APBN MITRA
80 101

Infografis Desa Peduli Gambut 2016-2020

22
Total Luas Desa

+
- 7.458.405 ha

KALSEL
38 DPG
APBN MITRA
30 8
PAPUA
18 DPG
APBN MITRA
12 6

Sudah dilakukan edukasi


PLTB (Pengelolaan Lahan
Tanpa Bakar) melalui
Sekolah Lapang Petani
Gambut (SLPG)
542
Desa Peduli Gambut

23
Hingga tahun 2020, sebanyak 640 desa/kelurahan berhasil didampingi dengan kemajuan yang beragam. Integrasi restorasi
gambut dalam pembangunan desa ditandai dengan tercantumnya kegiatan restorasi gambut dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Desa (RPJMDes), Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDes), dan bahkan dalam Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa (APBDes). Melalui dokumen perencanaan ini, desa menunjukkan komitmen melanjutkan kegiatan restorasi
gambut secara mandiri. Alokasi anggaran sebesar total Rp.30,9 miliar telah diusulkan oleh 238 desa dalam RKP Desa 2019-2020.

Fasilitasi Pembentukan Produk Hukum Tingkat Desa 2019-2020

Kerja Sama Kelompok Masyarakat

7 Perjanjian
Kerja Sama 1 Peraturan Desa
(Perdes)

2 Rancangan
5 Peraturan Keputusan
Rancangan
16 Keputusan
Perdes Bersama
Kepala Desa 206 Kepala Desa
Kepala Desa

Perlindungan dan Pemanfaatan


Ekosistem Gambut (PPEG)

134 Peraturan
(Perdes)
Desa

49 Rancangan
Perdes 87 Keputusan
Kepala Desa

Peraturan Rancangan
1 Bersama Kepala 14 Keputusan
Kepala Desa
Desa
Perencanaan Desa Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes)
178 Peraturan
(Perdes)
Desa

60 Peraturan
(Perdes)
Desa

Rancangan
2 Rancangan
2 Keputusan
3 Rancangan
Perdes
Kepala Desa
Perdes RP 26 Keputusan
Kepala Desa

24 Keputusan
Kepala Desa
24
Di tingkat masyarakat, edukasi dan bentuk pemberdayaan masyarakat memperluas jejaring masyarakat
sosialisasi diperankan oleh fasilitator sekitar konsesi atau wilayah kerja dalam membangun dirinya sendiri
desa. Para fasilitator tinggal bersama mereka. Sejumlah LSM dan organisasi menuju kemandirian. Sementara
masyarakat selama 10 bulan setiap keagamaan juga melakukan kegiatan kerjasama restorasi gambut diarahkan
tahunnya, mereka menjadi edukator Sekolah Lapang bersama BRG. untuk menutup kesenjangan sekaligus
sekaligus tenaga penggerak restorasi Hingga 2020 telah ada 1.455 kader mewadahi peran-peran para pihak
gambut di tingkat desa. Sebanyak 576 sekolah lapang yang mengelola lainnya yang ingin berpartisipasi
anak muda menjalankan peran ini dan demplot PLTB secara swadaya. dalam pelaksanaan restorasi
31% diantaranya adalah perempuan. Selain bersama petani dan pemerintah gambut. Hingga tahun 2020 tercatat
Para fasilitator desa melakukan desa, BRG mengajak guru-guru SD sebanyak 66 naskah kerjasama telah
pendampingan mulai dari pembentukan untuk aktif mengenalkan kecintaan ditandatangani BRG dengan 58 mitra
dan penguatan kelompok masyarakat, pada ekosistem gambut kepada para kerjasama. Para pihak yang terlibat
memperkenalkan cara-cara Pengelolaan siswa. Pembelajaran sambil bermain dalam kerjasama tersebut antara
Lahan Tanpa Bakar (PLTB) dan menjadi metode utama di sini. Alat-alat lain 25 satuan Kerja Kementerian/
pertanian alami ramah lingkungan yang peraga diberikan kepada sejumlah SD/ Lembaga Pemerintah, 20 perguruan
diramu dari berbagai inovasi petani dan Madrasah. Para pemuka agama juga tinggi dalam dan luar negeri, 9 lembaga
peneliti, lalu dikembangkan melalui menjadi bagian dari kelompok yang non pemerintah, dan 4 swasta. Bidang
Sekolah Lapang Petani Gambut (SLPG). secara serius bekerja menyampaikan atau kegiatan yang dikerjasamakan
Sekolah ini dirintis pada akhir 2017 dan pesan restorasi gambut. BRG juga antara lain mencakup pendanaan
mulai dikembangkan secara meluas sejak memfasilitasi pembentukan paralegal dan teknis, misalnya pemetaan
2018. SLPG memberikan pengetahuan masyarakat gambut, dan mengorganisir dan perencanaan, pembangunan
kepada para petani untuk mempraktikan kelompok penggerak usaha ekonomi infrastruktur restorasi gambut,
pembuatan pupuk organik, pembenah mikro di tingkat desa. Lebih jauh lagi, pembangunan dan pendampingan
tanah dan pembuatan pestisida alami. BRG juga menggandeng akademisi DPG, pembangunan demplot
Para petani yang terlibat dalam SLPG dari perguruan tinggi, LSM, organisasi restorasi, budidaya komoditas lahan
diarahkan menjadi kader restorasi kemasyarakatan dan sektor swasta gambut, penelitian dan pengembangan
gambut yang dibekali kemampuan untuk mendukung restorasi gambut. teknologi restorasi, pendidikan
membangun organisasi kelompok dan pelatihan, supervisi restorasi
tani. Kini, SLPG ini diminati oleh Terkait kemitraan restorasi gambut, di kawasan konsesi, dan lain-lain.
berbagai perusahaan sebagai salah satu tujuan utamanya adalah untuk

Foto Dokumentasi BRGM

25
5,51% Program DPG dalam RKPDes 2019-2020
3,94%
an/
Pencegah an
ulang
Penangg Revitalisasi
7,64% Bencana
Ekonomi
onal
Operasi
MPA Peningkatan 10,99%
Kapasitas
Pokmas
Budidaya 1,54%
Lainnya
Pertanian/
22,89%
Perternakan

Pemeliharaan
6,13% IPG

Demplot
PLTB
Pembangunan 9,50%
IPG
BUMDes

10,40%
21,46%

26
4. Sistem Penyelenggaraan Restorasi Gambut Sistematis
dan Terpadu

Keterbatasan data, informasi, pengetahuan dari praktik restorasi kelayakan bisnis komoditas lokal, model
pengetahuan, teknologi yang dilaksanakan, BRG juga bisnis Payment for Ecosystem Services
menjadi salah satu penyumbang melakukan upaya-upaya akselerasi (PES) di lahan gambut, pengembangan
ketidakpastian dalam perlindungan penelitian dan pengembangan untuk plot show window restorasi gambut
dan pengelolaan ekosistem gambut. membangun modalitas jaringan secara tematik, perhitungan emisi
Di sisi lain, kompleksitas restorasi pengetahuan restorasi gambut. karbon di lahan gambut, dan lain-lain.
gambut juga terbilang cukup tinggi Kerjasama penelitian dilakukan
mengingat banyaknya kepentingan dengan beberapa perguruan tinggi Dari proses-proses di atas, BRG
dan keterlanjuran penggunaan ternama di provinsi-provinsi telah berhasil membangun konsep
lahan gambut yang tidak sejalan yang menjadi sasaran restorasi restorasi ekosistem gambut
kaidah-kaidah pelestarian ekosistem dan beberapa perguruan tinggi di sistematis dan terpadu yang siap
gambut, baik yang terencana maupun Pulau Jawa. Hingga tahun 2020 diujiterapkan. Paska penetapan
yang tidak terencana. Dengan sebanyak 17 perguruan tinggi dan BRGM, rekomendasi konsep tersebut
kondisi ini, restorasi gambut 2016- 10 lembaga riset terlibat dalam tentunya menjadi tanggung jawab
2020 baru dapat dilaksanakan penelitian restorasi gambut dengan BRGM untuk mengujiterapkannya.
secara parsial, cenderung bersifat jumlah keseluruhan paket penelitian
quick response dan trial and error. sebanyak 122 kegiatan. Beberapa
Pada akhir masa tugas di tahun 2020, tema penelitian dan pengembangan
BRG diharapkan dapat memberikan restorasi gambut yang dilakukan
rekomendasi berupa sistem restorasi antara lain: pengembangan Sistem
gambut yang lebih sistematis dan Pemantauan Tinggi Muka Air
terpadu berdasarkan pembelajaran, Tanah Lahan Gambut (SIPALAGA),
bukti-bukti (evidences based), dan perhitungan neraca air, penilaian
temuan-temuan yang releven selama dampak penyekatan terhadap kondisi
5 (lima) tahun melaksanakan restorasi neraca air, paludikultur dengan model
gambut. Untuk kepentingan ini, agroforestry dan agrosilvofishery,
selain melakukan upaya pengelolaan

27
Skenario Tahapan Penyelenggaraan Restorasi Gambut

2016 - 2020
Partial - Quick Response - Trial and
Error
Pembasahan kembali (rewetting)
Pemulihan tutupan lahan
(revegetation)
Revitalisasi mata pencaharian
Desa Mandiri Peduli Gambut
Penelitian dan Pengembangan

2021 - 2024
Partial - Quick Response - Trial and Error
- Pemodelan Restorasi Ekosistem Gambut
Sistematis dan Terpadu
Pembasahan kembali (rewetting)
Pemulihan tutupan lahan (revegetation)
Revitalisasi mata pencaharian
Desa Mandiri Peduli Gambut
Model Restorasi Ekosistem Gambut
Sistematis dan Terpadu

2025 - selanjutnya

Perlindungan dan Pengelolaan


Ekosistem Gambut Sistematis dan
Terpadu :
Pemulihan (Restorasi)
Ekosistem Gambut Terpadu dan
Sistematis

28
Rehabilitasi Mangrove

BRGM sebelumnya tidak diserahi tugas rehabilitasi mangrove. Namun sebagai dasar berpijak untuk
melaksanakan tugas baru, yaitu percepatan rehabilitasi mangrove, BRGM perlu melihat jejak rehabilitasi
sebelumnya. Upaya rehabilitasi ekosistem mangrove sudah lama dilakukan, utamanya oleh Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Dalam kurun waktu tahun 2011 hingga 2020 KLHK melalui
APBN telah merehabilitasi hutan mangrove seluas 49.215,88 ha dengan rincian disajikan pada Tabel 6. Pada
tahun 2020 KLHK menanam seluas 18.709 ha terdiri dari 17.704 ha melalui program Pemulihan Ekonomi
Nasional Padat Karya Mangrove dan 1.005 ha melalui program reguler Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL).

Tabel 6. Rehabilitasi Hutan Mangrove kurun waktu 2011-2020 oleh KLHK

Tahun
Kegiatan
2011 2013 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Rehabilitasi
Hutan
Mangrove
11.907,15 14.456,21 488,24 517,47 1.177,28 960,00 1.000,00 18.709,52
(Ha)

Sumber: Ditjen PDASRH

Tidak hanya pemerintah pusat, upaya rehabilitasi mangrove juga dilakukan oleh berbagai pihak lainnya, antara
lain pemerintah daerah, swasta dan komunitas masyarakat/pegiat lingkungan. Berbagai pengalaman rehabilitasi
mangrove memberikan pembelajaran penting untuk meningkatkan keberhasilan rehabilitasi, antara lain terkait
dengan kesesuaian lokasi, metode teknis, pelibatan masyarakat, dan kelembagaan dalam rehabilitasi. Pada saat
ini penentuan lokasi untuk rehabilitasi mangrove merujuk PP No. 26 Tahun 2020 tentang Rehabilitasi dan
Reklamasi Hutan. Peraturan ini menegaskan bahwa prioritas rehabilitasi dan reklamasi adalah lahan kritis,
yaitu lahan yang berada di dalam dan di luar kawasan hutan yang telah menurun fungsinya sebagai unsur
produksi dan media pengatur tata air Daerah Aliran Sungai (DAS). Rehabilitasi dilakukan melalui kegiatan
reboisasi, penghijauan, serta penerapan teknik konservasi tanah secara vegetatif, sipil teknis, dan kimiawi.

29
WILAYAH
KERJA BRGM
SUMUT KEPRI
Rehabilitasi Mangrove Rehabilitasi Mangrove
Target Restorasi Gambut

+ 1,2 juta Hektare BABEL


Rehabilitasi Mangrove
Target Rehabilitasi Mangrove

600 ribu Hektare

Potensi dan Permasalahan

Dalam pelaksanaan tugas fasilitasi RIAU


percepatan restorasi gambut dan Restorasi Gambut dan
pelaksanaan percepatan restorasi Rehabilitasi Mangrove
gambut, BRGM dihadapkan pada
berbagai permasalahan. Namun
demikian, BRGM dituntut untuk
mampu menggali potensi internal
sebagai sumber kekuatan dan peluang
eksternal untuk menutupi berbagai JAMBI
kelemahan guna memperlancar Restorasi Gambut
tugas fasilitasi percepatan rehabilitasi
mangrove dan pelaksanaan rehabilitasi
gambut dan mencapai target-target SUMSEL
yang telah ditetapkan secara efektif. Restorasi Gambut

30
Target dan sebaran wilayah kerja BRGM 2021-2024

KALBAR
Restorasi Gambut dan KALTARA
Rehabilitasi Mangrove Rehabilitasi Mangrove

KALTIM
Rehabilitasi Mangrove
PAPUA BARAT
Rehabilitasi Mangrove

PAPUA
KALSEL Restorasi Gambut dan
Restorasi Gambut Rehabilitasi Mangrove
KALTENG
Restorasi Gambut

31
Tantangan Global
Perubahan iklim merupakan isu global berkomitmen melakukan aksi business as usual (BAU) pada tahun 2030.
yang secara langsung memberikan iklim, bahkan dengan target yang Selang 5 tahun kemudian, Indonesia
dampak kepada Indonesia. Dari ambisius, melalui Komitmen memperkuat komitmen iklimnya melalui
sisi teknis, Indonesia memang Kontribusi Nasional (Nationally Updated NDC—yang diserahkan kepada
rentan terhadap resiko iklim karena Determined Contributions/NDC) UNFCCC pada 22 Juli 2021—dengan
merupakan negara kepulauan, yang ditingkatkan sebagai bagian target pengurangan emisi yang adil
sehingga perlu melengkapi diri dengan dari komitmen kepada Persetujuan dan memperkuat keselarasan antara
program adaptasi perubahan iklim Paris serta menetapkan target emisi tujuan iklim dan tujuan pembangunan
untuk mencapai masyarakat dan nol bersih (net zero emission). Di negara. Dalam updated NDC komitmen
ekosistem yang tahan terhadap risiko awal tahun 2021, sebanyak 59 negara untuk menurunkan target emisi
dan dampak perubahan iklim. Di sisi yang bertanggung jawab atas 53% gas rumah kaca (GRK) tanpa syarat
lain, Indonesia juga termasuk salah emisi gas rumah kaca (GRK) dunia menjadi 29% dan bersyarat (dengan
satu negara emitter. Menurut data telah menetapkan target untuk dukungan internasional) menjadi 41%
International Energy Agency (IEA), menurunkan emisi mereka hingga nol. dibandingkan dengan skenario business-
emisi karbon dunia pada 2021 paling Mayoritas dari mereka berkomitmen as-usual (BAU), masing-masing
banyak berasal dari Tiongkok, yakni untuk mencapai target ini pada tahun sebesar 834 Mt CO2e dan 1.185 Mt
mencapai 11,94 gigaton CO2. Negara 2050. Negara-negara ini mencakup CO2e, pada tahun 2030. Updated NDC
penyumbang terbesar selanjutnya setengah dari negara-negara G20. mencerminkan kemajuan di luar NDC
adalah Amerika Serikat dengan emisi Indonesia sendiri telah menyampaikan yang ada, terutama dalam peningkatan
karbon 4,64 gigaton CO2, diikuti Uni komitmen serupa, Pada Konferensi ambisi adaptasi, peningkatan kejelasan
Eropa 2,71 gigaton CO2, dan India 2,54 Para Pihak (COP) ke-15 pada tahun tentang mitigasi dengan mengadopsi
gigaton CO2. Sedangkan gabungan 2009, Indonesia menyampaikan buku aturan Persetujuan Paris (Paket
emisi karbon dari negara-negara komitmen untuk turut serta mengatasi Katowice), menyelaraskan konteks
lainnya berjumlah 14,4 gigaton CO2. perubahan iklim melalui janji Intended nasional yang berkaitan dengan kondisi
Jika ditotalkan, pada 2021 emisi karbon Nationally Determined Contribution yang ada, tonggak pencapaian seiring
skala global mencapai 36,3 gigaton CO2 (NDC) untuk mengurangi emisi dengan pembangunan nasional periode
dan menjadi rekor tertinggi sepanjang gas rumah kaca (GRK) sebesar 26% 2020-2024, dan jalur indikatif menuju
sejarah. Indonesia masuk dalam daftar (dengan upaya sendiri) dan sebesar 41% visi jangka panjang (Visi Indonesia 2045)
sepuluh negara dengan emisi gas rumah (jika menerima bantuan internasional) dan Long-Term Strategy on Low Carbon
kaca terbesar di dunia. Tercatat emisi gas pada tahun 2020. Komitmen Indonesia and Climate Resilient Development 2050
rumah kaca yang dihasilkan Indonesia diperkuat melalui dokumen NDC (LTS-LCCR 2050), serta menerjemahkan
mencapai 4% dari total emisi global pertama pada November 2016 dengan Buku Aturan Persetujuan Paris (Paket
dunia. Mayoritas emisi gas rumah kaca penetapan target tanpa syarat sebesar Katowice) ke dalam konteks Indonesia.
Indonesia berasal dari sektor energi. 29% dan target bersyarat hingga Komitmen tersebut diperkuat dan
Sejumlah negara yang telah 41% dibandingkan dengan skenario dilengkapi dengan program, strategi,

32
dan aksi yang bertujuan untuk mencapai ketahanan ekonomi, sosial, dan mata pencaharian, serta ekosistem dan
lanskap. Pemerintah juga telah menyampaikan aspirasi dan tekad, termasuk untuk meningkatkan ambisi penurunan
emisi melalui LTS, dimana sektor kehutanan dan lahan (Forestry and other Land Use /FOLU) akan mencapai
net sink pada tahun 2030. Ambisi atau target pada sector FOLU ini diperkenalkan sebagai FOLU Net Sink 2030

NDC Sektor Kehutanan

Restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove menjadi bagian penting dalam aksi mitigasi perubahan iklim, terutama
dalam komitmen FOLU Net Sink 2030. Signifikansi gambut dan mangrove dalam mitigasi perubahan iklim karena
dua hal. Pertama, karena tingginya kandungan karbon pada dua jenis ekosistem tersebut. Ekosistem gambut memiliki
kandungan karbon 2 kali lebih tinggi dibandingkan ekosistem daratan biasa, sementara ekosistem mangrove memiliki
kandungan karbon 4-5 kali dari hutan daratan biasa. Kedua, karena Indonesia memiliki luas lahan gambut dan mangrove
yang signifikan. Lahan gambut tersebar di 175 negara, melingkupi 3% dari total daratan bumi atau sekitar 400 juta
hektar, dan sekitar 11% diantaranya atau 42 juta hektar adalah gambut tropis. pada tahun 2019 BBSDLP sebagai wali
data gambut Indonesia mengeluarkan data terbaru mengenai lahan gambut, tercatat lahan gambut Indonesia menjadi
13,9 juta hektar. Dengan kepemilikan lahan gambut seluas itu, maka Indonesia menjadi pemilik lahan gambut tropis
terluas kedua di dunia setelah Kongo, dan urutan keempat pemilik lahan gambut terluas dari total lahan gambut dunia
setelah Kanada 170 juta hektar, Rusia 150 juta hektar, dan Amerika Serikat 40 juta hektar (Agus dan Subiksa, 2008).
33
Untuk mangrove, Indonesia memiliki mangrove lahan gambut yang dipandang sebagai sumber emisi
existing seluas 3.364.080 hektar dan potensi habitat utama. Kedua tujuan tersebut akan dicapai melalui
mangrove seluas 756.183 hektar. Mangrove existing restorasi gambut dan perbaikan tata air gambut.
Indonesia merupakan 20% dari total mangrove di Tahun 2030 merupakan garis waktu yang diidentifikasi
seluruh dunia yang meliputi luas permukaan bumi para ilmuwan sebagai peluang terakhir untuk
seluas 13,6 juta hektar, atau 54% dari luas mangrove mencegah bencana perubahan iklim. Menanggapi
asia. Dengan kepemilikan mangrove seluas itu, pandangan para ilmuwan tersebut, Majelis Umum PBB
Indonesia menjadi pemilik mangrove terluas di telah memproklamirkan Dekade PBB untuk restorasi
dunia. Berdasarkan penelitian Alongi et al. (2015), ekosistem merujuk pada proposal aksi yang berasal
karbon di dalam mangrove mencakup above ground lebih dari 70 negara anggota dari berbagai belahan
sebesar 159.1 Mg C ha-1; below ground sebesar 16.7 bumi. Dekade restorasi ekosistem yang ditetapkan PBB
Mg C ha-1, dan soil pool sebesar 774.7 Mg C ha- merupakan seruan global untuk memulihkan planet
1, sehingga total kandungan karbon storage dalam bumi, tujuannya untuk mencegah, menghentikan, dan
hutan mangrove sebesar 950.5 Mg C ha-1. Perkiraan mengembalikan degradasi ekosistem di setiap daratan
kandungan karbon dalam hutan mangrove Indonesia dan lautan di seluruh dunia untuk kemanfaatan manusia
secara nasional sebesar 3.0 Pg C dengan menggunakan dan alam. Restorasi ekosistem sejalan dengan tujuan
luas mangrove pada tahun itu (31,9 juta hektar). Jika global dalam menghentikan kemiskinan, memerangi
dijumlahkan dengan ekosistem padang lamun, maka perubahan iklim, dan mencegah kepunahan massal.
kandungan karbonnya diperkirakan sebesar 3.4 Pg C, Hanya dengan ekosistem yang sehat kita dapat
atau perkiran kasarnya 17% dari karbon biru dunia. meningkatkan penghidupan masyarakat, menangkal
Catatan Alongi et al. (2015) juga menyoroti tingkat perubahan iklim, dan menghentikan runtuhnya
emisi CO2 tahunan dikarenakan degradasi lahan keanekaragaman hayati. Dekade PBB mengenai
basah ini sebesar 29,040 Gg CO2 (eq.). Hasil kajian Restorasi Ekosistem dimulai sejak 2021 hingga 2030,
tersebut menggarisbawahi pentingnya perlindungan waktu yang sama dengan target waktu pencapaian
karbon biru dan rehabilitasi mangrove di Indonesia. Sustainable Development Goals. Itu semua akan berhasil
Sekitar 3.2% emisi tahunan Indonesia berasosiasi jika semua pihak mengambil bagian – no one left behind.
dengan konversi hutan dan lahan gambut. Diperkirakan
gambut yang didrainase di Indonesia berkontribusi
sekitar 58% dari emisi CO2, terutama apabila terjadi
kebakaran khususnya di tahun terjadinya El Nino. Oleh
karenanya, aksi mitigasi pada lahan gambut diarahkan
untuk mengurangi kebakaran dan dekomposisi

34
Arah Pembangunan Nasional
Indonesia telah menetapkan Visi Indonesia Maju di tahun 2045. Penguatan proses transformasi ekonomi
dalam rangka mencapai tujuan pembangunan tahun 2045 menjadi fokus utama dalam rangka pencapaian
infrastruktur, kualitas sumber daya manusia, layanan publik, dan kesejahteraan rakyat yang lebih baik. Dalam
scenario ini, Indonesia bertekad keluar dari kelompok negara middle income country pada tahun 2036 dan
menjadi lima besar kekuatan ekonomi dunia pada tahun 2045. Empat ciri utama kemajuan yang harus dicapai
pada tahun 2045 meliputi: (1) manusia Indonesia yang unggul, berbudaya, serta menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi; (2) ekonomi yang maju dan berkelanjutan; (3) pembangunan yang merata dan inklusif; dan (4)
negara yang demokratis, kuat, dan bersih. Keempat tujuan tersebut akan ditopang oleh empat pilar pembangunan
Indonesia 2045, dua diantaranya: pembangunan ekonomi berkelanjutan dan pemerataan pembangunan.
Pertumbuhan ekonomi pada periode 2016-2045 diskenariokan sebesar rata-rata 5,4% pada periode 2040-2045.

RPJMN 2020-2024 23.199


merupakan titik tolak 2036 PDB per Kapita
untuk mencapai sasaran Keluar dari (USD)
pada visi 2045
Middle Income Trap
16.877

2019/2020
Menjadi Negara
Upper-middle income
12.233
8.804
6.305
3.377 4.546

5,2% 6,0% 6,2% 5,9% 5,6% 5,4% Rata-rata Pertumbuhan

2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045

Target Pertumbuhan Menuju Indonesia Maju


(RPJMN 2020-2024)

35
Pembangunan Indonesia periode 2020-2024 sebagaimana diarahkan melalui RPJMN 2020-2024
merupakan titik tolak untuk mencapai sasaran Visi Indonesia 2045. Visi Presiden dan Wakil Presiden pada
pembangunan 2020-2024 adalah: “Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong Royong”. Visi tersebut selanjutnya dijabarkan dalam misi dan arahan Presiden
dan Wakil Presiden serta 7 (tujuh) agenda Pembangunan seperti diilustrasikan pada Gambar di bawah.

Kerangka Pikir Pembangunan 2020-2024


(RPJMN 2020-2024)

36
Restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove Dalam konteks ini, penanganan perubahan iklim
merupakan bagian dari Agenda Pembangunan tidak semata-mata menyangkut isu lingkungan,
Ke-6, yakni: “Membangun Lingkungan Hidup, namun juga terkait erat dengan pembangunan
Meningkatkan Ketahanan Bencana dan Perubahan ekonomi dari setiap negara sesuai dengan prinsip
Iklim. Penurunan kualitas lingkungan hidup serta pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu,
deplesi sumber daya alam sangat disadari berpotensi diperlukan transisi penanganan perubahan iklim
menghambat keberlanjutan pertumbuhan ekonomi dari semula hanya fokus pada upaya penurunan
Indonesia yang saat ini masih bertumpu pada emisi GRK menjadi penanganan yang lebih
sektor komoditas dan sumber daya alam. Selain holistik dengan tetap menjaga keberlanjutan
itu, Indonesia merupakan salah satu negara dan keselarasan antara pembangunan ekonomi,
yang rentan iklim atau memiliki resiko-resiko sosial-budaya, dan perbaikan lingkungan hidup
negatif dari perubahan iklim di masa mendatang melalui platform pembangunan rendah karbon.
apabila tidak diantisipasi dan ditangani dengan
baik. Memperhatikan kondisi tersebut, RPJMN Pembangunan rendah karbon (PRK) merupakan
2020-2024 memberikan prioritas terhadap upaya platform baru pembangunan yang bertujuan untuk
membangun lingkungan hidup, meningkatkan mempertahankan pertumbuhan ekonomi dan
ketahanan bencana, dan perubahan iklim. sosial melalui kegiatan pembangunan rendah emisi
Secara lebih spesifik, prioritas nasional tersebut dan mengurangi eksploitasi sumber daya alam yang
diuraikan ke dalam tiga kelompok kebijakan, berlebihan. Konsep PRK menekankan pada trade-
yakni: (1) meningkatkan kualitas lingkungan off kebijakan lintas sektor yang dibutuhkan untuk
hidup; (2) meningkatkan ketahanan bencana menyeimbangkan target pertumbuhan ekonomi dan
dan perubahan iklim; serta (3) menerapkan pengentasan kemiskinan dengan upaya penurunan
pendekatan pembangunan rendah karbon. emisi, serta mendorong tumbuhnya green investment
untuk pembangunan yang lebih berkelanjutan.
Seiring dengan dinamika di tingkat global maupun
nasional, upaya penanganan perubahan iklim Dalam sasaran dan indikator RPJMN 2020-2024,
didorong agar terintegrasi dengan program dan restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove mer-
pencapaian target-target pembangunan. Integrasi upakan bagian dari sasaran peningkatan kualitas
kebijakan penanggulangan perubahan iklim ke lingkungan hidup dan pembangunan rendah
dalam program pembangunan nasional sekaligus karbon.
juga sebagai amanat dari Article 3.4. UNFCCC.

37
Kontribusi BRGM dalam Visi Misi Presiden dan Prioritas Nasional

38
Isu Strategis
Badan Restorasi Gambut dan Mangrove mangrove dilihat dari perubahan tutupan gambut di 7 (tujuh) provinsi yang
memiliki peran strategis dalam pencapaian lahan. Merujuk dokumen RPJMN 2020- menjadi wilayah kerja BRGM. Dari
prioritas nasional mengenai Peningkatan 2024, tutupan hutan Indonesia termasuk 518 KHG dengan luas total mencapai
Kualitas Lingkungan Hidup dan didalamnya hutan di lahan gambut dan 20.934.236 ha terdapat lahan gambut
Pembangunan Rendah Karbon. Restorasi hutan mangrove, cenderung mengalami seluas 12,932,489 hektar atau sekitar
gambut dalam konteks ini merupakan salah pengurangan setiap tahunnya. Rata- 61,7% dari luas seluruh KHG di 7
satu kegiatan dalam upaya peningkatan rata laju deforestasi yang terjadi provinsi. Kondisi penutupan lahan
kualitas lingkungan hidup, namun memiliki pada tahun 1990-2017 mencapai 1 pada lahan gambut tersebut berupa
peranan signifikan dalam mendukung juta hektar per tahun. Meskipun laju areal dengan tutupan non hutan seluas
pencegahan dan penurunan emisi. deforestasi turun hingga menjadi 480 6,7 juta hektar dan tutupan hutan
Sedangkan rehabilitasi mangrove menjadi ribu hektar di tahun 2017, namun tanpa seluas 6,2 juta hektar. Sementara
bagian dari upaya pembangunan rendah kendali yang berarti, pengurangan berdasarkan Roadmap NDC yang
karbon karena signifikansinya dalam tutupan hutan akan terus terjadi akibat diterbitkan KLHK tahun 2019 dengan
pencegahan, penurunan dan penyerapan tekanan pembangunan. Tutupan hutan dasar hasil analisis spasial tahun 2017
karbon. Namun demikian, pelaksanaan diperkirakan berkurang dari 50 persen menyebutkan lahan gambut yang
restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove luas lahan total Indonesia di tahun 2017 masih dalam bentuk hutan alam hanya
nampaknya akan menghadapi beberapa menjadi sekitar 45 persen di tahun 2045. tinggal sekitar 6 juta ha dari total 14,3
permasalahan yang akan menjadi isu juta hektar yang ada. Diperkirakan
strategis selama 4 tahun ke depan. Data Direktorat Jenderal PPKL Tahun luas lahan gambut akan menurun
2017 menunjukkan seluas 13,7 juta akibat sering terbakar dan terus
Pertama, terkait dengan penggunaan lahan hektar dari seluruh luas total KHG mengalami dekomposisi. Dua kejadian
yang menimbulkan kerusakan ekosistem termasuk dalam kelas penutupan lahan ini merupakan penyebab langsung
gambut dan mangrove baik yang telah non hutan dan 10,6 juta hektar berupa emisi GRK dari lahan gambut.
terlanjur maupun di masa depan. Salah satu hutan. Selanjutnya BRGM melakukan
indikasi kerusakan ekosistem gambut dan analisis penutupan lahan pada lahan
Tabel 7. Profil Tematik Kesatuan Hidrologis Gambut
Fungsi Lindung E.G. Fungsi Budidaya E.G. Luas Total
Tematik
Luas (Ha) (%) Luas (Ha) (%) (Ha) (%)

Fungsi Ekosistem Gambut 12.068.931 50 12.233.727 50 24.302.658 100


Kawasan Hutan 9.590.622 58 7.035.490 42 16.626.112 100
APL 2.510.662 33 5.165.893 67 7.676.556 100
Izin 2.521.822 48 2.755.752 52 5.277.575 100
Non Izin 9.579.462 50 9.445.631 50 19.025.093 100
Perhutanan Sosial 1.576.079 59 1.115.235 41 2.691.314 100
Hutan 5.925.614 56 4.650.437 44 10.576.051 100
Non Hutan 6.175.670 45 7.550.947 55 13.726.616 100
Moratorium Gambut 2.953.866 56 2.339.793 44 5.293.659 100
Sumber: Direktorat Jenderal PPKL (2017) 39
Bentuk-bentuk penggunaan lahan yang aksi-aksi pemulihan biofisik di Kedua, peningkatan potensi dampak
menimbulkan kerusakan ekosistem tingkat tapak dapat dilaksanakan. dan resiko bencana hidrometeorologi
gambut dan mangrove terjadi baik secara akibat perubahan iklim. Dalam jangka
terencana (planned) maupun tidak BRGM dalam mengimplementasikan pendek peristiwa iklim ekstrem semakin
terencana (unplanned). Penggunaan lahan peran strategisnya, sesuai mandat, tugas, sering terjadi, sementara dalam jangka
terencana yang menimbulkan kerusakan fungsi dan target yang telah ditetapkan panjang temperatur permukaan bumi
ekosistem gambut dan mangrove antara diharuskan menggunakan proses- akan mengalami peningkatan yang
lain pemberian izin usaha dan kegiatan proses stakeholder melalui pendekatan signifikan dari kondisi saat ini. Tren
di masa lalu untuk budidaya tanaman partisipasi dan kerjasama. Hal ini kenaikan temperatur telah dirasakan
monokultur (perkebunan dan hutan diperlukan karena pelestarian gambut saat ini, dengan peningkatan mencapai
tanaman industri), pertambangan, memerlukan pendekatan lanskap 0,5°C di tahun 2020 dibanding rata-
dan infrastruktur untuk mendukung untuk menjamin adanya integritas rata temperatur tahun 2000. Jumlah
distribusi dan pusat-pusat pertumbuhan pengelolaan air. Lanskap ekosistem kejadian bencana hidrometeorologi
baru (jalan, pelabuhan, bangunan gambut yang secara spasial disebut yang dipicu faktor iklim jauh lebih besar
perkantoran, perumahan, dan lain-lain). Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) dan cenderung semakin meningkat
Penggunaan lahan tidak terencana yang didalamnya terdapat mosaik-mosaik dibandingkan bencana geologi. Selama
menimbulkan kerusakan ekosistem penggunaan lahan yang dikelola oleh kurun waktu 8 tahun (2010-2017) terjadi
gambut dan mangrove antara lain berbagai pihak dengan kepentingan peningkatan 887 kejadian bencana
penebangan liar, perambahan, dan alih yang berbeda-beda. Sehingga mungkin hidrometeorologi. Jenis bencana
fungsi lahan lainnya yang dilakukan tanpa adanya integritas pengelolaan air hidrometeorologi dengan peningkatan
disertai izin atau tidak sesuai prosedur. adalah keterpaduan antar stakeholder. jumlah kejadian terbesar selama kurun
waktu 2010-2017 adalah puting beliung
Keterlanjuran penggunaan lahan Pada tingkat akar rumput, restorasi (363 kejadian), kebakaran hutan dan
yang menimbulkan kerusakan gambut memerlukan partisipasi lahan (346 kejadian), tanah longsor (145
ekosistem gambut dan mangrove, masyarakat yang melembaga sehingga kejadian), banjir (105 kejadian), dan
baik yang terencana maupun tidak kerjasama dengan pemerintah desa gelombang pasang/abrasi (17 kejadian).
terencana, pada kenyataannya tidak sebagai unit terkecil pemerintahan yang
sederhana untuk diselesaikan. Motivasi sehari-hari berada di tengah masyarakat Dampak dan resiko bencana
pemenuhan kebutuhan ekonomi lokal, menjadi faktor kunci kelancaran dan hidrometereologi akibat perubahan iklim
keberlanjutan usaha padat modal, dan keberlanjutan restorasi gambut. Peran yang berkaitan dengan lahan gambut
peningkatan pendapatan atas dasar serta para penanggung jawab kegiatan dipicu oleh peningkatan temperatur
kesejahteraan rakyat, kepastian usaha, pengelolaan dan pemegang perizinan udara secara terus menerus. Kondisi
legalitas, dan otonomi daerah saling berusaha di lahan gambut juga mutlak ini menimbulkan peningkatan cuaca
berkaitan dan menjadi konstruksi diperlukan, sehingga kerjasama dengan ekstrem serta periode dan intensitas
masalah yang komplek dan harus diurai para pengelola dan pemegang izin tersebut kekeringan yang memicu resiko
kembali serta ditata ulang, sebelum harus terjalin juga secara melembaga. kebakaran lahan gambut. Hasil prediksi

40
Foto Dokumentasi BRGM
41
iklim dasawarsa untuk Indonesia menunjukkan Ketiga, penurunan emisi GRK dan peningkatan cadangan
bahwa di masa mendatang akan terjadi penurunan karbon untuk mendukung pembangunan rendah karbon.
curah hujan yang signifikan pada saat El Nino Menurut dokumen narasi RPJMN 2020-2024, penurunan
berlangsung, baik secara independen atau saat El emisi GRK dan intensitas emisi akan sangat tergantung dari
Nino berbarengan dengan fenomena Indian Ocean implementasi kebijakan di sektor energi, lahan dan gambut,
Dipole (IOD) positif. Prediksi dasawarsa juga industri, limbah, pertanian, serta pesisir dan kelautan (blue
menunjukkan kejadian iklim ekstrem kering akan carbon). Berkaitan dengan lahan gambut, pemerintah telah
lebih sering berpeluang di atas normal (AN), yang menerbitkan moratorium alih fungsi lahan gambut. Kebijakan
diprediksi meliputi sebagian besar wilayah Indonesia, tersebut diharapkan dapat menyelamatkan lahan gambut
terutama di Sumatera, Kalimantan dan Papua. dari ancaman kerusakan dan kebakaran, terutama jika
bersamaan dengan periode El Nino yang melanda Indonesia.
Sedangkan untuk kebakaran lahan dan hutan
yang berdampak pada gangguan asap terjadi Luas kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tertinggi terjadi
di Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Lampung, pada tahun 2015, kemudian menurun lagi pada tahun 2018,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, tetapi pada tahun 2019 kembali meningkat. Kejadian Karhutla
Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. di tahun 2019 dengan luasan 1.649.258 hektar, terdiri atas
Dampak dan resiko bencana hidrometeorologi akibat kebakaran lahan mineral seluas 1.154.807 hektar (70,02%) dan
perubahan iklim yang berkaitan dengan ekosistem kebakaran gambut seluas 494.450 hektar (29,98%), baik yang
mangrove dipicu oleh peningkatan temperatur terjadi dalam kawasan hutan maupun pada areal penggunaan
permukaan laut yang diproyeksikan naik 1o C dan 2o lain (APL). Pada tahun yang sama, kebakaran lahan gambut
C dibandingkan tahun 2000 dan 1961. Sementara itu, pada 7 (tujuh) provinsi wilayah kerja BRG 2016-2020 seluas
salinitas permukaan terus menurun dari 33,2 psu pada 492.613 hektar, atau 99,63% dari total luas lahan gambut
tahun 2000 menjadi 32,1 psu pada 2040. Kondisi lautan terbakar pada tahun 2019. Data kejadian kebakaran lahan
yang semakin panas dan asam memicu timbulnya gambut pada 7 (tujuh) provinsi wilayah kerja BRG 2016-2020
berbagai gangguan terhadap organisme laut, khususnya selama periode 2015-2020 disajikan pada tabel di bawah.
pemutihan terumbu karang. Diperkirakan luas
terumbu karang akan berkurang sebesar 70-90 persen
Tabel 8. Lahan Gambut Terbakar Pada 7 Provinsi Wilayah Kerja BRGM
hingga tahun 2030-2045 bila terdapat kenaikan 1,5o
C (IPCC, 2018). Perubahan temperatur permukaan
PROVINSI 2015 2016 2017 2018 2019 2020
laut juga menyebabkan peningkatan tinggi gelombang
laut, terutama pada Laut Banda, Laut Sulawesi, RIAU 104.299 6.560 5.469 33.366 63.016 11.233
Selatan Jawa, barat Sumatra dan bagian selatan Laut JAMBI 64.722 6.560 801 24.045
Tiongkok Selatan. Peningkatan tinggi gelombang 288.821 5.014 2.586 136.875 518
SUMATERA SELATAN
juga akan mendorong perubahan kemiringan lereng
pantai dan lingkungan pantai akibat banjir dan KALIMANTAN BARAT 31.811 5.304 3.930 15.688 60.487 1.467
perubahan suplai sedimen. Perubahan-perubahan KALIMANTAN TENGAH 335.194 2.234 623 33.452 194.049 1.259
ektrem tersebut secara langsung akan berdampak
KALIMANTAN SELATAN 12.739 834 40 9.902 11.942 152
pada keberlangsungan ekosistem mangrove
di Indonesia dan upaya-upaya pemulihannya. PAPUA 38.115 3.039 46 2.395 2.199 195
TOTAL 875.701 90.548 10.108 98.190 492.613 14.825

42
Kebakaran lahan gambut menjadi penyumbang signifikan emisi GRK. Pada tahun 2014 dan 2015 merupakan
tahun El Nino, terjadi emisi GRK yang sangat tinggi sampai 1.569,06 juta ton CO2e (hampir 200% tingkat
emisi BaU pada tahun 2015). Peningkatan emisi yang sangat signifikan ini terjadi akibat meluasnya kebakaran
gambut, dimana emisi dari kebakaran gambut sendiri pada tahun 2015 sebesar 802,87 juta ton CO2e, melebihi
emisi BaU total sektor lahan dan kehutanan pada tahun yang sama (sebesar 765,09 juta ton CO2e), dan mencapai
hampir empat kali lipat tingkat emisi kebakaran gambut pada tahun 2013 (sebesar 205,08 juta ton CO2e).

Perubahan yang signifikan kembali terjadi pada tahun 2016, dimana emisi dari kebakaran gambut
dapat ditekan hingga hampir 89% dibandingkan tahun sebelumnya, yakni dari 802,87 juta ton
CO2e menjadi 90,27 juta ton CO2e. Hal ini menyebabkan kembali terjadinya penurunan emisi GRK
sebesar 128,25 juta ton CO2e untuk total sektor lahan dan kehutanan. Selanjutnya pada tahun 2017
terjadi penurunan yang lebih tajam lagi pada emisi akibat kebakaran gambut sampai pada tingkat
12,51 juta ton CO2e. Sehingga secara total pada sektor lahan dan kehutanan, terjadi penurunan
emisi sebesar 506,65 juta ton CO2e jika dibandingkan dengan emisi BaU pada tahun tersebut.

Grafik Tingkat Emisi dari Dekomposisi Gambut 2013-2017

Tujuh faktor penyebab kenaikan luas Karhutla yang terjadi pada tahun 2019, yaitu: (1) terjadinya El Nino
di sejumlah provinsi rawan Karhutla di Indonesia, (2) hari tanpa hujan yang panjang dari 30 hari menjadi
120 hari, (3) adanya pergerakan uap panas dari Pasifik ke Asia Tenggara khususnya di kontinental Indonesia
(Pulau Kalimantan dan Sumatera), (4) Pola pembukaan lahan/pembersihan lahan oleh perorangan/
perusahaan yang belum seragam, (5) penumpukan bahan bakaran sejak tahun 2015, (6) Sulitnya sumber air
untuk melakukan pemadaman, dan (7) kesiapsiagaan dari semua pihak yang belum maksimal (KLHK, 2020).

43
Selama 2016-2020, BRG melakukan dua upaya dalam
konteks ini. Pertama, mendukung pencegahan kebakaran
melalui pengembangan teknologi pemantauan kuliatas
tinggi muka air tanah lahan gambut secara real time, Grafik Tingkat Emisi dari Dekomposisi Gambut
membangun sekat kanal dan penimbunan kanal untuk 2013-2017
menahan laju air yang keluar dari lahan gambut. Hingga
tahun 2020 BRG telah memasang sebanyak 154 unit Alat
Pemantau Tinggi Muka Air (APTM) yang terkoneksi
dengan platform digital SIPALAGA dan PRIMS. Kedua,
membangun infrastruktur pembasahan berupa sumur
bor di lokasi-lokasi rawan terbakar yang jauh dari sumber
air untuk dipergunakan dalam kondisi darurat. Operasi
sumur bor dilakukan secara regular dan insidental melalui
program Operasi Pembasahan Gambut Rawan Kebakaran
(OPGRK) dan Operasi Pembasahan Cepat Lahan
Gambut Terbakar (OPCLGT). Di samping itu, beberapa
sekat kanal yang berfungsi efektif menahan air telah
dipergunakan sebagai sumber air untuk mengoperasikan
pompa-pompa air dalam pemadaman kebakaran.
Emisi GRK dari lahan gambut juga dibabkan oleh
dekomposisi material gambut yang mengalami kekeringan.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal PPI kementerian
KLHK, emisi dari dekomposisi gambut selama periode atau kanal di 408 KHG, dan menemukan 178 KHG telah
2013-2017 tercatat sebesar 1.759,44 juta ton CO2e. berkanal. Total panjang kanal yang ditemukan mencapai
239.803,38 kilometer, hampir setara dengan 6 kali panjang
Gambut tropika terbentuk melalui proses paludifikasi keliling planet bumi. Pada sisi lain, pembuatan drainase pada
yaitu penebalan gambut karena tumpukan bahan lahan gambut juga dapat menyebabkan terganggunya sistem
organik dalam keadaan tergenang air. Bahan utama hidrologis secara keseluruhan khususnya kondisi kedalaman
gambut tropika adalah biomassa tumbuhan, terutama muka air tanah (water table), terjadinya penurunan muka
pohon-pohonan. Jika lahan gambut dalam kondisi tanpa air tanah setelah lahan gambut didrainase menyebabkan
tutupan, artinya pasokan bahan organik terhenti, sinar proses dekomposisi gambut meningkat dan mengemisikan
matahari langsung mencapai lantai hutan sehingga GRK khususnya CO2, sehingga dapat berdampak negatif
penguapan akan lebih tinggi, dan resiko gambut terhadap lingkungan sekitar dan global. Gambut kering juga
terdekomposisi karena kandungan airnya berkurang juga mengalami proses konsolidasi atau pemadatan, yang dicirikan
akan semakin tinggi. Dekomposisi gambut merupakan oleh terjadinya penurunan permukaan (subsidence).
salah satu penyebab emisi GRK dari lahan gambut.
Dengan alasan tersebut, para ahli dan pengambil
kabijakan beranggapan bahwa indikasi awal kerusakan
gambut dapat dilihat dari perubahan tutupan lahannya.
Selanjutnya pada tahun yang sama, tim Universitas
Gadjah Mada melakukan kajian saluran drainase
44
Upaya restorasi gambut selama 2016-2020 terhadap keberadaan kanal-kanal tersebut adalah dengan cara
membangun sekat kanal (canal blocking) dan penimbunan kanal (back filling) untuk menahan laju air keluar
dari lahan gambut. Pembangunan sekat kanal dan penimbunan kanal dilakukan secara parsial. Efektivitas sekat
kanal pada skala lokal cukup baik, tetapi dalam skala KHG masih memerlukan koordinasi dan kerjasama yang
lebih kuat dengan para pemegang hak guna usaha, izin usaha, dan stakeholder lainnya yang terlanjur berusaha
di lahan gambut.

Jumlah KHG Panjang Kanal Per Tipe (km)


Luas KHG Total Panjang
PROVINSI Tidak ada
Berkanal (Hektar) Primer Sekunder Tersier Kanal (km)
Kanal
RIAU 42 6 5.131.668,09 7.670,075 47.793,738 15.667,691 71.131,504

JAMBI 11 0 1.020.906,01 2.659,681 5.612,233 7.034,992 15.306,906

SUMATERA SELATAN 24 1 2.372.672,88 3.501,800 22.590,421 24.529,402 50.621,623

KALIMANTAN BARAT 67 23 3.024.285,36 3.879,009 26.343,166 22.089,862 52.312,037

KALIMANTAN TENGAH 25 6 4.520.916,08 4.386,478 16.842,072 18.686,205 39.914,755

KALIMANTAN SELATAN 4 0 319.614,95 2.046,202 6.813,124 728,271 9.587,597

PAPUA 5 194 5.540.656,92 12,989 652,877 263,087 928,953


178 230
JUMLAH 408
21.930.720,29 24.156,234 126.647,631 88.999,510 239.803,375

Tabel 9. Sebaran kanal pada 408 KHG di 7 provinsi wilayah kerja BRG

Sementara untuk blue carbon, salah satu upaya pemerintah adalah dengan mempercepat rehabilitasi
mangrove dan meningkatkan targetnya dari 6000 ha pada RJPMN 2020-2024 menjadi 600.000 ha
yang dibebankan pada Badan Restorasi Gambut dan Mangrove. Pelaksanaan rehabilitasi mangrove
dihadapkan pada permasalahan faktor alam antara lain peningkatan tinggi gelombang, perubahan pasokan
sedimen atau substrat dan salinitas yang dipicu oleh kenaikan suhu air laut akibat perubahan iklim.

45
BAB II
VISI, MISI, SASARAN, DAN TUJUAN BRGM

46
Foto Dokumentasi BRGM
47
BAB II
VISI, MISI, SASARAN, DAN TUJUAN BRGM

Visi

Presiden Joko Widodo pada sidang kabinet paripurna Dalam dokumen RPJMN 2020-2024 telah ditetapkan rumusan
tanggal 24 Oktober 2019 dan Sidang Kabinet Paripurna pernyataan Visi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden yaitu:
mengenai RPJMN tanggal 14 November 2019 menegaskan “Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri
bahwa setiap Menteri/Pimpinan Lembaga dalam dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”. Untuk
menjalankan tugas dan fungsinya wajib mengacu pada mewujudkan Visi tersebut, kemudian dijabarkan kedalam
Visi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden. Kementerian 9 (sembilan) Misi Pembangunan Nasional sebagai berikut:
PPN/Bappenas ditugaskan sebagai Clearing House
untuk memastikan konsistensi antara Renstra K/L, 1. Peningkatan kualitas manusia Indonesia,
RPJMN serta Visi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden. 2. Struktur ekonomi yang produktif, mandiri dan berdaya saing,
Selanjutnya, Kementerian PPN/Bappenas sesuai dengan 3. Pembangunan yang merata dan berkeadilan,
amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang 4. Mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan,
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), dan 5. Kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa,
memperhatikan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah 6. Penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat
Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan dan terpercaya,
Rencana Pembangunan, menerbitkan Peraturan Menteri 7. Perlindungan bagi segenap bangsa dan memberika rasa aman
PPN/Kepala Bappenas Nomor 5 Tahun 2019 tentang Tata pada seluruh warga,
Cara Penyusunan Renstra Kementerian/Lembaga yang 8. Pengelolaan pembangunan yang bersih, efektif dan terpercaya,
berfungsi sebagai panduan bagi Kementerian/Lembaga 9. Sinergi pemerintah daerah dalam kerangka negara kesatuan.
dalam penyusunan Renstra Kementerian/Lembaga. Selain
itu, Kementerian PPN/Bappenas mengeluarkan juga Surat Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) merupakan
Edaran Nomor: B. 899/M.PPN/SES/PP.03.02/12/2019, Lembaga Non Struktural yang dibentuk untuk menghadapi
tanggal 20 Desember 2019 Perihal Penyelarasan Visi perkembangan dan kompleksitas salah satu urusan pemerintahan.
dan Misi Presiden dan Wakil Presiden dalam Dokumen Dalam konteks ini adalah restorasi gambut dan rehabilitasi
Renstra Kementerian/Lembaga 2020-2024, diantaranya mangrove yang merupakan bagian dari urusan pemerintahan
mengenai teknis perumusan Visi dan Misi dalam dokumen yang menjadi kewenangan Kementerian Lingkungan Hidup
Renstra Kementerian/Lembaga, agar disusun sedemikian dan Kehutanan. Dengan demikian, selain harus sejalan
rupa, sehingga rumusannya selaras dengan Visi dan dengan Visi Presiden dan Wakil Presiden RI, rumusan Visi
Misi Presiden dan Wakil Presiden sebagaimana yang BRGM juga harus memiliki keterkaitan dengan Visi KLHK.
telah ditetapkan dalam dokumen RPJMN 2020-2024.

48
Dalam Rencana Strategis KLHK 2020-2024
disebutkan Visi KLHK yaitu: “Terwujudnya
Keberlanjutan Sumber Daya Hutan dan Lingkungan
Hidup untuk Kesejahteraan Masyarakat“ dalam
mendukung: “Terwujudnya Indonesia Maju yang
Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan
Gotong-Royong”. Selanjutnya, perumusan Visi dan
Misi BRGM dilakukan dengan mengacu kepada
mandat, tugas dan fungsi BRGM sebagaimana
tertuang dalam Perpres No. 120 Tahun 2020 tentang
BRGM, disamping harus dipastikan kedudukannya
sebagai bagian dari Visi Presiden dan Wakil
Presiden RI dengan mempertimbangkan visi KLHK.

Dengan pertimbangakan-pertimbangan tersebut


di atas, telah dirumuskan Visi BRGM sebagai
berikut: “Terwujudnya kualitas ekosistem
gambut dan mangrove melalui kemandirian dan
keberdayaan masyarakat” untuk mendorong
“Terwujudnya Keberlanjutan Sumber Daya Hutan
dan Lingkungan Hidup untuk Kesejahteraan
Masyarakat“ dalam mendukung “Terwujudnya
Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”

Foto Dokumentasi BRGM


49
Misi

Misi Presiden dan Wakil Presiden ke-4 yakni: “Mencapai Lingkungan Hidup yang Berkelanjutan” merupakan acuan dalam
perumusan Visi KLHK, yaitu:

Mewujudkan keberdayaan
Mewujudkan hutan yang lestari dan
masyarakat dalam akses kelola
lingkungan hidup yang berkualitas,
hutan, dan

Mengoptimalkan manfaat ekonomi


Mewujudkan tata kelola
sumber daya hutan dan lingkungan
pemerintahan yang baik
secara berkeadilan dan berkelanjutan,

Misi KLHK ke-1, yakni: “Mewujudkan hutan yang lestari dan lingkungan hidup yang berkualitas” dan ke-3, yakni:
“Mewujudkan keberdayaan masyarakat dalam akses kelola hutan” sejalan dengan tugas BRGM sebagaimana tertuang dalam
Perpres No. 120 Tahun 2020 tentang BRGM. Dengan argumentasi tersebut maka Misi BRGM ditetapkan sebagai berikut:

Mewujudkan peningkatan kualiatas


ekosistem gambut dan mangrove
Mewujudkan tata kelola yang
baik dalam penyelenggaraan
pelaksanaan restorasi gambut dan
Mewujudkan keberdayaan dan rehabilitasi mangrove
kemandirian masyarakat sekitar
lahan gambut dan mangrove

50
Tujuan
Tujuan dan sasaran strategis BRGM disusun berdasarkan hasil identifikasi isu strategis, potensi dan permasalahan yang
akan dihadapi dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi BRGM yang ditujukan untuk mendukung visi dan
misi Presiden dan Wakil Presiden dengan batasan tugas dan fungsi serta target sebagaimana tertuang dalam Peraturan
Presiden No. 120 Tahun 2020 tentang BRGM. Untuk periode 2021- 2024, BRGM menetapkan Tujuan sebagai berikut:

1. Memfasilitasi percepatan pelaksanaan restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove


Melalui tujuan ini BRGM melakukan upaya-upaya untuk mengakselerasi pelaksanaan restorasi gambut dan
rehabilitasi oleh para pihak yang menjadi penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan restorasi gambut dan
rehabilitasi mangrove sesuai kewenangan, tugas dan fungsi yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Pencapaian tujuan pertama ini akan diukur dengan indikator luas lahan gambut yang berhasil direstorasi dan
ekosistem mangrove yang berhasil direhabilitasi untuk diperbandingkan dengan target luas yang telah ditetapkan.

2. Meningkatkan pemberdayaan dan kemandirian masyarakat dalam upaya pemulihan dan perlindungan
ekosistem gambut dan mangrove
Melalui tujuan ini BRGM melakukan upaya-upaya untuk mendorong peran aktif masyarakat dalam pemulihan ekosistem
gambut dan mangrove secara melembaga, sehingga memerlukan integrasi dengan pembangunan desa. Hal ini juga
dimaksudkan untuk menjamin keberlanjutan pemulihan atau pelestarian ekosistem gambut dan mangrove secara mandiri
oleh masyarakat dan pemerintah desa. Pencapaian tujuan kedua ini akan diukur dengan indikator kelembagaan Desa
Mandiri Peduli Gambut dan Desa Mandiri Peduli Mangrove serta kegiatan usaha masyarakat sekitar lahan gambut dan
mangrove yang terbangun dan berjalan efektif.

3. Meningkatkan tata kelola yang baik dalam penyelenggaraan fasilitasi percepatan pelaksanaan restorasi
gambut dan pelaksanaan percepatan rehabilitasi mangrove
Melalui tujuan ini BRGM memastikan penyelenggaraan fasilitasi percepatan restorasi gambut dan
percepatan rehabilitasi mangrove memenuhi aspek-aspek tata kelola yang baik (good governanve).
Pencapaian tujuan ketiga ini akan diukur dengan indicator nilai akuntabilitas, tingkat kepuasan
internal dan eksternal, Kerjasama dan hubungan antar Lembaga, serta nilai maturitas pengendalian.

51
Sasaran Strategis

Sasaran strategis percepatan fasilitasi restorasi gambut dan pelaksanaan


percepatan rehabilitasi mangrove yang dilaksanakan BRGM adalah
kondisi yang ingin dicapai oleh BRGM pada akhir periode perencanaan
yakni suatu capaian indikator kinerja pada tataran dampak (impact)
sebagai akibat kumulatif dari terealisasinya berbagai kegiatan
restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove yang dilaksanakan
oleh seluruh unit kerja lingkup BRGM selama tahun 2021-2024.
Adapun rumusan sasaran strategis untuk tingkat BRGM adalah:

1. Terfasilitasinya percepatan pelaksanaan restorasi gambut serta


upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat pada areal kerja restorasi
gambut di Provinsi Riau, Provinsi Jambi, Provinsi Sumatera Selatan,
Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi
Kalimantan Selatan, dan Provinsi Papua dengan indikator yaitu:
(1) Lahan gambut yang direstorasi; (2) Model restorasi ekosistem
gambut sistematis dan terpadu; dan (3) Desa Mandiri Peduli Gambut.

2. Terwujudnya percepatan rehabilitasi mangrove serta upaya


peningkatan kesejahteraan masyarakat pada areal kerja di Provinsi
Sumatera Utara, Provinsi Riau, Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi
Bangka Belitung, Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan
Timur, Provinsi Kalimantan Utara, Provinsi Papua, Provinsi Papua
Barat, dan provinsi lainnya, dengan indikator yaitu: (1) Ekosistem
mangrove yang direhabilitasi; dan (2) Desa Mandiri Peduli Mangrove.

3. Terwujudnya tata kelola yang baik dalam penyelenggaraan


fasilitasi percepatan restorasi gambut dan pelaksanaan percepatan
rehabilitasi mangrove, dengan indikator: (1) Nilai Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP); dan (2)
Tingkat kepuasan layanan internal dan eksternal; (3) kerjasama
dan hubungan antar lembaga, dan (4) Nilai maturitas SPIP BRGM;

52
Keterkaitan antara Tujuan dan Sasaran Strategis BRGM

SASARAN STRATEGIS (SS) 1:


Terfasilitasinya percepatan pelaksanaan restorasi gambut serta
Tujuan 1 upaya peningkatan kesejahteraan masyrakat pada areal kerja
Memfasilitasi percepatan restorasi gambut
pelaksanaan restorasi gambut INDIKATOR SS 1:
dan rehabilitasi mangrove 1. Lahan gambut yang direstorasi
2. Model restorasi ekosistem gambut sistematis dan terpacu; dan
3. Desa Mandiri Peduli Gambut

Tujuan 2 SASARAN STRATEGIS (SS) 2:


Meningkatkan pemberdayaan Terwujudnya percepatan rehabilitasi mangrove serta upaya
dan kemandirian masyarakat peningkatan kesejahteraan masyarakat
dalam upaya pemulihan INDIKATOR SS 2:
dan perlindungan ekosistem 1. Ekosistem mangrove yang direhabilitasi; dan
gambut dan mangrove 2. Desa Mandiri Peduli Mangrove

SASARAN STRATEGIS (SS) 3:


Terwujudnya tata kelola yang baik dalam penyelenggaraan fasilitasi
Tujuan 3
percepatan restorasi gambut dan pelaksanaan percepatan rehabilitasi
Tata kelola yang baik dalam
mangrove
penyelnggaran fasilitasi
INDIKATOR SS 3:
percepatan pelaksanaan
1. Nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP);
restorasi gambut dan
2. Tingkat kepuasan layanan internal dan eksternal
pelaksanaan percepatan
3. Kerjasama dan hubungan antar lembaga, dan
rehabilitasi mangrove
4. Nilai maturitas SPIP BRGM

Sasaran strategis yang telah ditetapkan kemudian dikelompokkan menjadi 3 perspektif yakni stakeholder perspective,
internal process perspective, dan innovation perspective berdasarkan perspektif yang diadaptasi dari metode balanced
scorecard. Berikut ini Sasaran Strategis BRGM akan digambarkan dalam peta strategi BRGM, yang menunjukan bagaimana
sasaran-sasaran strategis saling terkait untuk mencapai visi, misi, dan tujuan yang telah ditetapkan, selaras dengan rencana
pembangunan nasional, program prioritas, dan dapat terukur dengan jelas menggunakan indikator kinerja yang tepat.

53
Sasaran Strategis BRGM yang ingin dicapai dalam tujuan terwujudnya birokrasi yang berkualitas, kapabel dan
berdaya saing digambarkan sebagai berikut

Hierarki Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja BRGM
2024-2024

Visi Presiden dan Wakil Presiden RI


“Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”

Visi KLHK
“Terwujudnya Keberlanjutan
Sumber Daya Hutan dan Visi BRGM
Lingkungan Hidup untuk “Terwujudnya
kualitas ekosistem gambut dan mangrove melalui
Kesejahteraan Masyarakat” kemandirian dan keberdayaan masyarakat”

Mewujudkan keberdayaan dan Mewujudkan tata kelola yang baik dalam


MISI Mewujudkan peningkatan kualiatas
kemandirian masyarakat sekitar lahan penyelenggaraan pelaksanaan restorasi
BRGM ekosistem gambut dan mangrove
gambut dan mangrove gambut dan rehabilitasi mangrove

Meningkatkan pemberdayaan dan Meningkatkan tata kelola yang baik dalam


Memfasilitasi percepatan
MISI kemandirian masyarakat dalam upaya penyelenggaraan fasilitas restorasi
pelaksanaan restorasi gambut dan
BRGM pemulihan dan perlindungan ekosistem gambut dan pelaksanaan percepatan
rehabilitasi mangrove
gambut dan mangrove rehabilitasi mangrove

Terfasilitasinya percepatan Terwujudnya tata kelola yang baik dalam


Terwujudnya percepatan rehabilitasi
SASARAN pelaksanaan restorasi gambut serta penyelenggaraan fasilitasi percepatan
mangrove serta upaya peningkatan
STRATEGIS upaya peningkatan kesejahteraan restorasi gambut dan pelaksanaan
kesejahteraan masyarakat
masyarakat percepatan rehabilitasi mangrove

Kerjasama &
Lahan Model REG Nilai Tingkat
Area mangrove Desa Mandiri Peduli Nilai hubungan
INDIKATOR gambut yang DMPG sistematis Maturitas kepuasan
yang direhabilitasi Mangrove SAKIP antar
direstorasi dan terpadu SPIP layanan
lembaga
1,2 juta Ha 300 Desa 6 KHG Model 600.000 Ha 200 Desa 80 poin Level 4 80 poin 70 poin

54
Foto Dokumentasi BRGM
55
BAB III
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA
REGULASI DAN KELEMBAGAAN

Foto Farhan Virga Aditama


56
57
BAB III
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI
DAN KELEMBAGAAN

Arah Kebijakan dan Strategi Nasional


Dalam RPJMN 2020-2024 telah ditetapkan empat pilar dari PN 6, yaitu: “Membangun lingkungan hidup,
pembangunan nasional yang diterjemahkan kedalam meningkatkan ketahanan bencana dan perubahan iklim”.
tujuh agenda pembangunan yang didalamnya terdapat Dalam Rencana Strategis KLHK disebutkan 3 (tiga) sasaran
program prioritas, kegiatan prioritas dan proyek prioritas pembangunan dalam Prioritas Nasional (PN) 6 yang terkait
nasional. Ketujuh agenda pembangunan dimaksud yaitu: dengan KLHK, dimana restorasi gambut dan rehabilitasi
mangrove termasuk dalam sasaran pembangunan ketiga
1. Memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yakni: “Pembangunan rendah karbon yang diupayakan
yang berkualitas dan berkeadilan (PN 1); dengan meningkatnya capaian penurunan emisi dan
2. Mengembangkan wilayah untuk mengurangi intensitas emisi GRK terhadap baseline”. Dalam sasaran
kesenjangan (PN 2); pembangun tersebut terdapat beberapa upaya yang terkait
3. Meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dengan tugas dan fungsi BRGM, yakni sebagai berikut:
dan berdaya saing (PN 3);
4. Revolusi mental dan pembangunan kebudayaan (PN 4); 1. Pemulihan lahan berkelanjutan dengan salah satu
5. Memperkuat infrastruktur untuk mendukung indikatornya: jumlah lahan gambut terdegradasi yang
pengembangan ekonomi dan pelayanan dasar (PN 5); dipulihkan dan difasilitasi restorasi gambut per tahun
6. Membangun lingkungan hidup, meningkatkan dari 122.833 hektar menjadi 330.000 hektar (2024);
ketahanan bencana dan perubahan iklim (PN 6); dan
7. Memperkuat stabilitas politik, hukum, pertanahan dan 2. Rendah karbon pesisir dan laut dengan indikatornya
keamanan, dan transformasi pelayanan public (PN 7). yaitu luas pemulihan ekosistem mangrove dan
pantai dari 1.000 hektar menjadi 5.000 hektar (2024)
Restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove merupakan
bagian dari bidang lingkungan hidup dan kehutanan Berdasarkan Perpres No. 120 Tahun 2020 tentang BRGM,
yang telah tertuang dalam Rencana Strategis KLHK 2020- target fasilitasi percepatan restorasi gambut seluas 1,2 juta
2024. Secara keseluruhan, program dan kegiatan pada hektar dan pelaksanaan percepatan rehabilitasi mangrove
bidang LHK berada pada 4 (empat) Prioritas Nasional seluas 600.000 hektar hingga tahun 2024. Oleh karenanya,
(PN) dari 7 (tujuh) Prioritas Nasional, yaitu: PN 1, PN indikator luas pada restorasi gambut dan rehabilitasi
2, PN 3 dan PN 6. Sementara untuk kegiatan restorasi mangrove dalam Renstra BRGM akan disesuaikan
gambut dan rehabilitasi mangrove menjadi bagian dengan Perpres No. 120 Tahun 2020 tentang BRGM.

58
Arah kebijakan dan strategi dalam Prioritas Nasional (PN) 6, yang terkait dengan BRGM
merupakan bagian dari KLHK terdiri dari: 1) peningkatan kualitas lingkungan hidup,
dan 2) pembangunan rendah karbon. Rincian masing-masing dijelaskan di bawah ini.

Strategi untuk mewujudkan arah kebijakan peningkatan Strategi untuk mewujudkan kebijakan pembangunan
kualitas lingkungan hidup yang terkait dengan rendah karbon yang terkait dengan BRGM
BRGM adalah pemulihan pencemaran dan kerusakan adalah pemulihan lahan yang berkelanjutan
sumber daya alam dan lingkungan hidup melalui: dan rendahnya karbon pesisir dan laut melalui:

a. Restorasi dan pemulihan lahan gambut dan areal a. Restorasi dan pengelolaan lahan gambut yang
bekas terbakar yang dilaksanakan dengan: dilaksanakan dengan: (1) fasilitasi penyusunan
(1) pembangunan, operasi, dan pemeliharaan rencana perlindungan dan pengelolaan ekosistem
infrastruktur fisik restorasi gambut; (2) regevetasi gambut provinsi dan kabupaten; (2) konsolidasi
lahan gambut; (3) revitalisasi mata pencaharian hasil-hasil restorasi gambut sebelumnya; dan
masyarakat gambut; (4) penguatan edukasi, (3) pembangunan model restorasi gambut
sosialisasi, partisipasi, dan kemitraan; dan (5) permanen yang sistematis dan terpadu;
pembedayaan ekonomi masyarakat gambut.
b. Inventarisasi dan rehabilitasi ekosistem pesisir
b. Pemulihan kerusakan ekosistem atau lingkungan dan laut yang dilaksanakan dengan: (1)
pesisir dan laut, termasuk ekosistem mangrove koordinasi pemutakhiran data mangrove
yang dilaksanakan dengan: (1) rehabilitasi nasional; dan (2) sinkronisasi rencana
mangrove terdegradasi beserta seluruh kegiatan dan pelaksanaan rehabilitasi mangrove.
pendukungnya; (2) penguatan edukasi, sosialisasi,
partisipasi, dan kemitraan; dan (3) pembedayaan
ekonomi masyarakat pesisir sekitar mangrove.

Foto Dokumentasi BRGM


59
Arah Kebijakan dan Strategi BRGM

Arah kebijakan dan strategi fasilitasi percepatan keputusan tersebut lahan gambut Indonesia seluruhnya
restorasi gambut dan pelaksanaan percepatan terletak pada 856 KHG. Pelaksanaan percepatan fasilitasi
rehabilitasi mangrove tahun 2021-2024 terdiri atas: restorasi gambut di 7 provinsi ditetapkan pada 106 KHG.
(1) arahan lokasi fasilitasi percepatan restorasi gambut Sementara arahan lokasi restorasi gambut berdasarkan
dan pelaksanaan percepatan rehabilitasi mangrove fungsi ekosistem gambut berpedoman pada SK Menteri
tahun 2021-2024; (2) arahan kebijakan dan strategi LHK No. 130/MenLHK/Setjen/PKL.0/2/2017 tentang
fasilitasi percepatan restorasi gambut dan pelaksanaan Peta Fungsi Eksositem Gambut Nasional. Dalam surat
percepatan rehabilitasi mangrove tahun 2021-2024. keputusan tersebut seluruh lahan gambut pada setiap
KHG terbagi dalam fungsi lindung ekosistem gambut
a. Arahan Lokasi Kegiatan Restorasi Gambut dan fungsi budidaya ekosistem gambut. Selanjutnya,
dan Percepatan Rehabilitasi Mangrove berdasarkan PP No. 57 Tahun 2017 tentang Perlindungan
Arahan lokasi kegiatan fasilitasi percepatan restorasi dan Pengelolaan Ekosistem Gambut ditentukan arahan
gambut dan pelaksanaan percepatan rehabilitasi mangrove kegiatan pengelolaan pada setiap fungsi ekosistem gambut.
tahun 2021-2024 disusun berdasarkan Peraturan Arahan tersebut menjadi pedoman pelaksanaan restorasi
Presiden No . 120 Tahun 2020 tentang BRGM, Keputusan gambut oleh BRGM, terutama untuk kegiatan utama berupa
Menteri LHK No. 129/MenLHK/Setjen/PKL.0/2/2017 pembangunan infrastruktur restorasi gambut,revegetasi
tentang Penetapan Peta Kesatuan Hidrologis Gambut dan revaitalisasi mata pencaharian masyarakat.
Nasional, Keputusan Menteri LHK No. 130/MenLHK/ Pada fungsi lindung ekosistem gambut, infrastruktur fisik
Setjen/PKL.0/2/2017 tentang Peta Fungsi Eksositem restorasi diutamakan berupa infrastruktur permanen
Gambut Nasional, Peta Mangrove Nasional, dan hasil untuk menutup kanal-kanal drainase. Sementara kegiatan
pembaharuan data mangrove nasional yang dilakukan revegetasi diutamakan dengan jenis-jenis tanaman hutan
secara simultan oleh Kementerian LHK. Arahan asli setempat. Pada fungsi budidaya ekosistem gambut,
Lokasi lokasi fasilitasi percepatan restorasi gambut dan infrastruktur fisik restorasi gambut dapat dilakukan
pelaksanaan percepatan rehabilitasi mangrove tahun 2021- dengan infrastruktur yang masih memungkinkan
2024 dikelompokkan kedalam 4 arahan sebagai berikut: fungsional kanal sebagai jalur tranfortasi masyarakat.
Kemudian untuk kegiatan revegetasi di fungsi budidaya
1. Arahan restorasi gambut berdasarkan kawasan ekosistem gambut dapat dilakukan melalui agroforestri.
hidrologis gambut dan fungsi ekosistem gambut. Pengembangan tanaman pertanian pada lahan gambut
Arahan lokasi restorasi gambut berdasarkan Kawasan yang terlanjur rusak dan dimanfaatkan masyarakat
Hidrologis Gambut (KHG) berpedoman kepada SK masih dimungkinkan melalui pengelolaan tanpa
Menteri LHK No. 129 Tahun 2017. Dalam surat bakar dengan tetap menjaga kebasahan lahan gambut.

60
2. Arahan restorasi gambut berdasarkan status dan fungsi kawasan dan pengelolaan hutan dan lahan.
Skema pelaksanaan kegiatan restorasi gambut dipengaruhi oleh status kawasan dan pengelolaannya. Sesuai PP
No. 56 Tahun 2017 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut, pemulihan ekosistem gambut
dilaksanakan oleh para penanggung jawab usaha/kegiatan. Pada kawasan hutan konservasi, restorasi gambut
dilaksanakan oleh Kementerian LHK sebagai penanggung jawab pengelola kawasan konservasi. Untuk restorasi
gambut di kawasan hutan produksi dan lindung, dilakukan oleh pemerintah daerah sebagai penanggung
jawab kegiatan pengelolaan hutan produksi dan lindung. Sementara pada kawasan hutan yang telah dibebani
hak atau izin usaha dilakukan oleh para penanggung jawab usaha, yaitu perusahaan-perusahaan pemegang
izin. Pelaksanaan kegiatan restorasi gambut di Areal Penggunaan Lain (APL) dilakukan oleh pemerintah
daerah, kecuali pada lahan yang telah diberikan hak pengusahaannya kepada perusahaan-perusahaan swasta.

Tugas fasilitasi percepatan pelaksanaan restorasi gambut pada dasarnya merupakan upaya sistematis yang dilakukan
BRGM agar para penanggung jawab usaha dan kegiatan melaksanakan kegiatan restorasi sesuai dengan kewenangan
atau tanggung jawabnya.

Penanggung Jawab Usaha/Kegiatan Restorasi Gambut

Hutan Produksi Areal Penggunaan


Kawasan Konservasi Hutan Lindung
Lain

UPT KSDA Non Konsesi/ Izin PS/ Konsesi Non Konsesi


Non Izin PS

UPT Taman Nasional Dinas Kehutanan Dinas Terkait


Provinsi Pemegang Izin

Masyarakat
UPT Taman Hutan dan Mitra
Raya

Masyarakat dan Mitra

61
3. Arahan lokasi rehabilitasi Lebih lanjut dijelaskan bahwa salah satu penerapan teknik konservasi tanah
mangrove di kawasan hutan. adalah kegiatan sipil teknis berupa bangunan struktur dan bangunan non struktur.
Berdasarkan UU 23 Tahun 2014 tentang Kegiatan rehabilitasi mangrove sesuai dengan kondisi spesifik penutupan lahan
Pemerintah Daerah, pelaksanaan rehabilitasi dan faktor-faktor penyebab dan ancamannya dapat disimulasikan secara sederhana
mangrove yang merupakan bagian dari sebagai berikut:
rehabilitasi hutan dan lahan terbagi dari
sisi pelaksana yang menjadi penanggung
jawabnya. Rehabilitasi hutan di kawasan Tabel 10. Simulai rehabilitasi mangrove berdasarkan variasi kondisi spesifik lokasi
hutan diselenggarakan oleh pemerintah pusat, FAKTOR
dalam hal ini Menteri LHK. Sedangkan di luar KELAS
KONDISI PENYEBAB/ KEGIATAN REHABILITASI
PERLAKUKAN
kawasan hutan dilakukan oleh pemerintah ANCAMAN
daerah. Sementara pada kawasan yang 1. Reboisai/ Penghijauan
telah dibebani hak atau izin pengusahaan, Manusia
2. Pemberdayaan Masyarakat
baik pada kawasan hutan maupun di luar
1. Reboisasi/ Penghijauan
kawasan hutan pelaksanaan rehabilitasi
mangrove oleh para pemegang izin tersebut. Kebijakan 2. Koordinasi dan Sinkronisasi Memulihkan
Terbuka - Jarang
Hal ini dipertegas dalam PP 26 Tahun Kebijakan
2020 tentang Rehabilitasi dan Reklamasi. Alam 1. Reboisasi/ Penghijauan
Berdasarkan PP 26 Tahun 2020 tentang (abrasi dan 2. Sipil Teknis Penahan Abrasi
Rehabilitasi dan Reklamasi, rehabilitasi sedimentasi) dan Sedimentasi
mangrove merupakan salah satu kegiatan 1. Reboisasi/ Penghijauan
Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL). Kegiatan Manusia
2. Pemberdayaan Masyarakat
RHL diarahkan pada lahan kritis yang
didefinisikan sebagai upaya untuk memulihkan, 1. Reboisasi/ Penghijauan
mempertahankan dan meningkatkan fungsi Kebijakan 2. Koordinasi dan Sinkronisasi Meningkatkan
Jarang - Sedang
hutan dan lahan guna meningkatkan daya Kebijakan
dukung, produktivitas dan peranannya 1. Reboisasi/ Penghijauan
Alam
dalam menjaga sistem penyangga kehidupan.
(abrasi dan 2. Sipil Teknis Penahan Abrasi
Kegiatan rehabilitasi hutan dilakukan di sedimentasi) dan Sedimentasi
dalam kawasan hutan dalam bentuk reboisasi
dan penerapan teknik konservasi tanah. Manusia 1. Pemberdayaan Masyarakat
Kegiatan rehabilitasi lahan dilakukan di Kebijakan
2. Koordinasi dan Sinkronisasi
luar kawasan hutan berupa penghijauan (Alokasi
Kebijakan
dan penerapan teknik konservasi tanah. Ruang/Lahan) Mempertahankan
Rapat
Alam
1. Sipil Teknis Penahan Abrasi
(Abrasi dan
dan Sedimentasi
Sedimentasi)
Tidak Ada

62
Potensi luasan untuk masing-masing kegiatan rehabilitasi mangrove berdasarkan klasifikasi kegiatan rehabilitasi
mangrove di atas ditunjukan melalui ilustrasi gambar di bawah.

Skema Rehabilitasi Magrove berdasarkan kondisi dan klasifikasi kegiatan

Kerangka kerja percepatan rehabilitasi mangrove melalui pemulihan mangrove yang terlanjur dalam
kondisi terbuka, mempertahankan mangrove yang masih baik, dan meningkatkan tutupan mangrove
pada lokasi-lokasi terdegradasi membutuhkan analisis terhadap faktor-faktor penyebab dan ancaman.
Selanjutnya, intervensi rehabilitasi tidak hanya diarahkan pada tindakan-tindakan biofisik, tetapi
memasukan tindakan-tindakan sosial, ekonomi dan kebijakan yang dianggap menjadi faktor penyebab
dan ancaman kerusakan mangrove. Kerangka kerja ini akan sangat efektif jika dalam pelaksanaannya
sinergis dengan upaya penguatan pengelolaan oleh para penanggung jawabnya masing-masing.

63
Skema Rehabilitasi Mangrove Berdasarkan Kondisi dan Klasifikasi Kegiatan

64
Arahan Kebijakan dan Strategi Restorasi Gambut
dan Rehabilitasi Mangrove

Arah Kebijakan dan Strategi Restorasi Gambut dan d) Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat sekitar
Rehabilitasi Mangrove dikelompokkan sebagai berikut: lahan gambut melalui: (1) pengembangan produk-
produk masyarakat sekitar lahan gambut; (2) membangun
1. Untuk mewujudkan sasaran strategis 1 (SS-1) yakni: platform pemasaran produk-produk masyarakat
Terfasilitasinya percepatan pelaksanaan restorasi gambut sekitar lahan gambut; dan (3) memfasilitasi kerjasama
serta upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat pada usaha antara masyarakat dengan dengan pihak lain.
areal kerja restorasi gambut di Provinsi Riau, Provinsi Jambi,
Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi 2. Untuk mewujudkan sasaran strategis 2 (SS-2) yakni:
Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan, dan Provinsi Terwujudnya percepatan rehabilitasi mangrove serta upaya
Papua, maka arah kebijakan dan strateginya mencakup: peningkatan kesejahteraan masyarakat pada areal kerja di
Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Riau, Provinsi Kepulauan
a) Penguatan basis perencanaan restorasi gambut yang Riau, Provinsi Bangka Belitung, Provinsi Kalimantan
dilaksanakan dengan strategi: (1) memfasilitasi penyusunan Barat, Provinsi Kalimantan Timur, Provinsi Kalimantan
atau evaluasi Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Utara, Provinsi Papua, Provinsi Papua Barat, dan provinsi
Ekosistem Gambut (RPPEG) provinsi dan kabupaten; dan lainnya, maka arah kebijakan dan strateginya mencakup:
(2) menetapkan rencana restorasi gambut 2021-2024; (3)
mengkonsolidasikan hasil-hasil restorasi gambut 2016-2020 a) Penguatan basis perencanaan percepatan rehabilitasi
melalui evaluasi efektivitas IPG 2016-2020 dan menetapkan mangrove yang dilaksanakan dengan strategi: (1)
rencana pemeliharaan, perbaikan dan peningkatan IPG memperkuat koordinasi dan kerjasama antar lembaga; (2)
terbangun 2016-2020 yang berfungsi efektif menjadi permanen; menyusun rencana rehabilitasi mangrove 2021-2024; (3)
dan (4) membangun sistem pemantauan restorasi gambut. membangun sistem pemantauan rehabilitasi mangrove.

b) Pelaksanaan konstruksi, operasi, dan pemeliharaan b) Pelaksanaan percepatan rehabilitasi mangrove


infrastruktur restorasi gambut yang dilaksanakan dengan yang dilaksanakan dengan strategi: (1) memulihkan
strategi: (1) membangun model restorasi sistematis dan tutupan hutan mangrove; (2) mempertahankan
terpadu pada beberapa KHG terpilih; (2) membangun, ekosistem mangrove yang relatif masih baik; dan
mengoperasikan dan memelihara infrastruktur fisik restorasi (3) meningkatkan fungsi ekosistem mangrove.
gambut dengan segala kelengkapannya; (3) merevegetasi
lahan gambut terdegradasi; dan (4) merevitalisasi c) Pelaksanaan edukasi, sosialisasi, partisipasi dan
mata pencaharian masyarakat sekitar lahan gambut. kemitraan rehabilitasi mangrove yang dilaksanakan
melalui: (1) sosialisasi rehabilitasi mangrove di tingkat
c) Pelaksanaan edukasi, sosialisasi, partisipasi dan provinsi dan kabupaten; (2) Kaderisasi rehabilitasi
kemitraan restorasi gambut yang dilaksanakan melalui: mangrove dari berbagai kalangan masyarakat; (3)
(1) sosialisasi restorasi gambut di tingkat provinsi dan melakukan edukasi rehabilitasi mangrove; dan
kabupaten; (2) Kaderisasi restorasi gambut dari berbagai (4) membangun Desa Mandiri Peduli Mangrove.
kalangan masyarakat; (3) melakukan edukasi restorasi
gambut; (4) membangun Desa Mandiri Peduli Gambut; dan
(5) membangun demplot pengolahan lahan tanpa bakar.
65
d) Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat sekitar
ekosistem mangrove melalui: (1) mengembangkan
kegiatan ekonomi produktif masyarakat sekitar lahan
gambut; (2) pengembangan produk-produk masyarakat
sekitar ekosistem mangrove; (3) membangun platform
pemasaran produk-produk masyarakat sekitar
ekosistem mangrove; dan (3) memfasilitasi kerjasama
usaha antara masyarakat dengan dengan pihak lain.

3. Untuk mewujudkan sasaran strategis 3 (SS-3) yakni:


Terwujudnya Tata Kelola yang baik dalam penyelenggaraan
restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove,
maka arah kebijakan dan strateginya mencakup:

a) Penguatan tata kelola penyelenggaraan fasilitasi


percepatan restorasi gambut dan pelaksanaan percepatan
rehabilitasi mangrove yang diupayakan dengan strategi:
(1) koordinasi kebijakan restorasi gambut dan rehabilitasi
mangrove dengan KLHK dan Kementerian terkait
lainnya dalam rangka pemenuhan kebutuhan NSPK; (2)
mempersiapkan kelembagaan/organisasi serta tata kerja
BRGM, (3) meningkatkan kepuasan pelayanan internal,
pelayanan publik dan kerjasama yang efektif dan efisien; (4)
peningkatan koordinasi dan layanan perencanaan program
dan anggaran restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove;
(5) peningkatan tertib pengelolaan administarsi keuangan
BRGM; (6) meningkatkan tertib administrasi layanan
umum, ketatausahaan, kerumahtanggaan, pengelolaan
kearsipan, perlengkapan dan barang milik negara yang
akuntabel serta layanan pengadaan barang dan jasa.

b) Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas


oprasional organisasi, yang diupayakan dengan strategi:
(1) melakukan evaluasi dan implementasi SAKIP dan
level maturitas SPIP untuk seluruh unit kerja lingkup
BRGM, (2) melakukan pengawasan terhadap kasus
pelanggaran yang berindikasi KKN, (3) memantau dan
mengevaluasi penerapan wilayah bebas korupsi dan zona
integritas sebagai upaya pencegahan korupsi di lingkungan
BRGM, dan (4) melakukan pengawasan yang profesional
atas mutu kinerja seluruh unit kerja lingkup BRGM.
Foto Dokumentasi BRGM
66
Kerangka Regulasi

Dalam rangka menyelenggarakan fasilitasi percepatan


restorasi gambut dan pelaksanaan percepatan rehabilitasi
mangrove selama tahun 2021- 2024, diperlukan kerangka
regulasi untuk mencapai sasaran strategis yang telah
ditetapkan. Kerangka regulasi pada umumnya diarahkan
untuk memfasilitasi, mendorong dan mengatur perilaku
masyarakat dan seluruh penyelenggara lingkup BRGM dan
mitra kerja untuk mencapai sasaran strategis yang telah
ditetapkan. Selain itu, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
rangka menyusun kerangka regulasi adalah: (1) regulasi
yang dihasilkan telah mempertimbangkan aspek manfaat
dan biaya, (2) regulasi yang dibentuk juga memperhatikan
asas-asas pembentukkan regulasi sebagaimana ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, (3) regulasi
yang dibutuhkan adalah yang mendukung kebijakan dalam
RPJMN 2020-2024, Renstra BRGM 2021-2024, RKP BRGM
selama periode 2021-2024, Renja BRGM serta arahan
Presiden, dan (4) proses pembentukan regulasi sesuai batasan
kewenangan dan tetap dikoordinasikan dengan KLHK.
Dalam Renstra BRGM Tahun 2021-2024, kerangka
regulasi yang disiapkan terbagi dalam dua kategori Foto Dokumentasi BRGM
sesuai jangkauan pengaturannya, yaitu sebagai berikut:

1. Regulasi pelaksanaan dan teknis restorasi gambut dan 2. Regulasi manajerial penyelenggaraan fasilitasi percepatan
rehabilitasi mangrove, untuk memfasilitasi, mendorong restorasi gambut dan pelaksanaan percepatan rehabilitasi
dan mengatur perilaku masyarakat dan seluruh mangrove, berupa pedoman-pedoman kerja untuk mengatur
pihak terkait dalam pelaksanaan fasilitasi percepatan prilaku seluruh penyelenggara lingkup BRGM agar terjadi
pelaksanaan restorasi gambut dan pelaksanaan percepatan keteraturan dan saling mendukung antar unit kerja BRGM
rehabilitasi mangrove. Regulasi ini akan dikoordinasikan dan antar BRGM dengan pihak lain yang bekerjasama dengan
dengan KLHK dalam penyusunan dan penetapannya. BRGM. Regulasi ini disusun dan ditetapkan oleh BRGM.

67
Kerangka Kelembagaan
Kerangka kelembagaan BRGM didasarkan pada Peraturan Presiden No. 120 Tahun 2020 tentang BRGM yang
dijabarkan dalam Organisasi dan Tata Kerja BRGM yang telah disetujui Kementerian PANRB dan ditetapkan oleh
Kepala BRGM. Struktur organisasi BRGM berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 20 tahun 2020 yang dijabarkan
melalui Peraturan Kepala BRGM Nomor P.6/KaBRGM/2001 Organisasi dan Tata Kerja BRGM, sebagai berikut:

Struktur Organisasi Badan Restorasi Gambut dan Mangrove

KEPALA

SEKRETARIAT BADAN

KELO MPOK KERJA KELO MPOK KERJA


KELO MPOK KERJA KELO MPOK KERJA UMUM KELO MPOK KERJA
PROGRAM DAN KERJASAMA, HUKUM DAN
KELOMPOK AHLI KEUANGAN DAN KEPEGAW AIAN PENGAWASAN INTERNAL
ANGGARAN HUBUNGAN MASYARAKAT

Sub Kelompok Kerja


Sub Kelompok Kerja Sub Kelompok Kerja Sub Kelompok Kerja Sub Kelompok Kerja
Peny usunan Program dan Kerjasama Administrasi Pengawasan
Perbendaharaan Kepegawaian
Anggaran

Sub Kelompok Kerja


Sub Kelompok Kerja Sub Kelompok Kerja Hukum Sub Kelompok Kerja Umum
Evaluasi dan Pelaporan Ak unt ansi dan Pelaporan
dan Hubungan Masyarakat dan Layanan Pengadaan
Keuangan

Sub Kelompok Kerja Tata


Usaha dan Barang Milik
Negara

DEPUTI BIDANG DEPUTI BIDANG EDUKASI DAN DEPUTI BIDANG PEMBERDAYAAN


DEPUTI BIDANG KONSTRUKSI,
PERENCANAAN DAN SOSIALISASI, PARTISIPASI DAN MASYARAKAT
OPERASI DAN PEMELIHARAAN
EVALUASI KEMITRAAN

KELOMPOK KERJA KELOMPOK KERJA KELOMPOK KERJA KELOMPOK KERJA KELOMPOK KERJA
KELOM POK KERJA
PERENCANAAN KELOMPOK KERJA KELOMPOK KERJA KELOMPOK KERJA
MONITORING, EVALUASI RESTORA SI GAM BUT KELOMPOK KERJA PARTISIPASI DAN REHABILITASI REHABILITASI MANGROVE
RESTORASI GAMBUT DAN RESTORASI GAMBU T EDUKASI DAN PENGEMBANGAN USAHA
DAN PENGEMBAN GAN W ILA YA H KALIMANTAN TEKNIK RESTORASI KEMITRAAN MAN GROVE WILAYAH WILAYAH K ALIMANTAN
REHABILITASI WILAYAH SUMATERA SOSIALISASI MASYARAKAT
DATA D AN PAPUA SUMATERA DAN PAPU A
MANGROVE

Sub Kelomp ok Kerja Sub Kelomp ok Kerja


Sub Kelomp ok Kerja Sub Kelomp ok Kerja Sub Kelomp ok Kerja Sub Kelomp ok Kerja Sub Kelomp ok Kerja
Monitoring d an Evaluasi Sub Kelomp ok Kerja Sub Kelomp ok Kerja Sub Kelomp ok Kerja Reh ab ilitasi Mangrove Reh ab ilitasi Mangrove
Perencan aan Restorasi Restorasi Gambut Restorasi Gambut Partisipasi Masyarakat Pengemb an gan d an Sumatera Utara dan Kalimantan Barat,
Restorasi Gambut dan Teknik Pembasah an Sosialisasi dan Pelatih an Pemasaran Produk Gambu t
Gambu t Riau Kalimantan Barat Perdesaan Riau Kalimantan Utara, dan
Reh ab ilitasi Mangrove
Kalimantan Timur

Sub Kelomp ok Sub Kelomp ok Kerja Sub Kelomp ok Kerja Sub Kelomp ok Kerja Sub Kelomp ok Kerja
Sub Kelomp ok Kerja Sub Kelomp ok Kerja Sub Kelomp ok Kerja Reh ab ilitasi Mangrove Sub Kelomp ok Kerja
Sub Kelomp ok Kerja Kerja Teknik Pengelolaan Penguatan Pengemb an gan d an
Perencan aan Restorasi Gambut Restorasi Gambut Kepu lauan Riau dan Reh ab ilitasi Mangrove
Pengemb an gan Data Revegetasi dan Pengetahuan dan Kelemb agaan dan Pemasaran Produk
Reh ab ilitasi Mangrove Jambi Kalimantan Tengah Kepu lauan Bangka Papua dan Papua Barat
Revitalisasi Dukungan Mas yarkat Kemitraan Mangrove
Belitu ng

Sub Kelomp ok Kerja Sub Kelomp ok Kerja Sub Kelomp ok Kerja


Restorasi Gambut Restorasi Gambut Pelayanan Konsultasi
Sumatera Selatan Kalimantan Selatan dan Pengaduan
Masyarakat
Sub Kelomp ok Kerja
Restorasi Gambut
Papua

68
Kerangka kelembagaan selanjutnya diterjemahkan dalam Proses Bisnis didefinisikan sebagai sekumpulan aktivitas
penataan tata laksana yang diartikan sebagai Proses Bisnis, yaitu kerja terstruktur dan saling terkait yang menghasilkan
salah satu area perubahan dari delapan area perubahan reformasi keluaran yang sesuai dengan kebutuhan pengguna.
birokrasi yang wajib dilaksanakan oleh setiap Kementerian/ Suatu Proses Bisnis dapat dipecah menjadi beberapa
Lembaga/Pemerintah Daerah. Hal ini sejalan dengan amanat pada sub proses yang masing-masing memiliki atribut
Pasal 79 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun sendiri tapi juga berkontribusi untuk mencapai tujuan
2015 tentang Organisasi Kementerian Negara yang menyatakan yang diharapkan. Analisis Proses Bisnis umumnya
bahwa Kementerian/Lembaga harus menyusun Peta Proses melibatkan pemetaan proses dan Subproses di
Bisnis yang menggambarkan tata hubungan kerja yang efektif dalamnya hingga tingkatan aktivitas atau kegiatan.
dan efisien antar unit organisasi di lingkungan Kementerian/ Target capaian dalam pemetaan Proses Bisnis Badan
Lembaga masing-masing. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Restorasi Gambut dan Mangrove adalah meningkatnya
Negara dan Reformasi Birokrasi telah mengeluarkan Peraturan efisiensi dan efektifitas proses manajemen serta
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi kinerja Badan Restorasi Gambut dan Mangrove. Oleh
Birokrasi Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pedoman Penataan karenanya peta proses bisnis Badan Restorasi Gambut
Tata Laksana (Business Prosess) sebagai dasar bagi setiap dan Mangrove harus diorientasikan pada pencapaian
Kementerian/Lembaga dan menyusun peta proses bisnisnya. tujuan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove.

Proses Bisnis Utama Badan Restorasi Gambut dan Mangrove

69
Pengarusutamaan

Pengarusutamaan (mainstreaming) dalam RPJMN


2020-2024 telah ditetapkan sebagai bentuk
pembangunan inovatif dan adaptif, sehingga
dapat menjadi katalis pembangunan untuk
menuju masyarakat sejahtera dan berkeadilan.
Pengarusutamaan ditujukan agar setiap pelaksanaan
pembangunan diberbagai sektor berjalan secara inklusif
dan berkelanjutan. Setiap kegiatan pembanguanan,
termasuk restorasi gambut dan mangrove seyogyanya
memberikan akses yang merata dan adil dengan tetap
memperhatikan prinsip-prinsip keberlanjutan. Sejalan
dengan Rencana Strategis KLHK, pada Rencana
Strategis BRGM 2021-2024 ini juga menetapkan 4
(empat) tema pengarusutamaan (mainsteaming),
dimana antara satu tema pengarusutamaan dengan
yang lainnya saling terkait dan saling mendukung.

1. Pengarusutamaan Tujuan Pembangunan


Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan mencakup 17 tujuan
yang saling terkait termasuk: kerentanan bencana dan
perubahan iklim, serta tata kelola pemerintahan yang
baik. RPJMN Tahun 2020-2024 telah mengarutamaan
118 target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG’s).
Pembangunan yang berkelanjutan pada dasarnya
adalah pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan
generasi masa kini tanpa mengorbankan generasi
masa depan, dengan mengedepankan kesejahteraan
yang mencakup tiga pilar yakni sosial, ekonomi dan
lingkungan. Oleh karenanya, walaupun restorasi
gambut dan rehabilitasi mangrove menekankan pada
perbaikan aspek lingkungan, tetapi dalam praktiknya
akan mengedepankan pendekatan partisipasi dan
kolaborasi semua pihak serta peningkatan kesejahteraan
Foto Dokumentasi BRGM masyarakat.
70
Sebagai bentuk perwujudan dari implementasi 3. Pengarusutamaan Modal Sosial dan Budaya
prinsip pembangunan berkelanjutan, BRGM akan Pengarusutamaan modal sosial dan budaya bertujuan
mengedepankan pendekatan restorasi gambut dan berorientasi pada penghargaan atas khazanah
dan rehabilitasi mangrove melalui integrasi dalam budaya masyarakat, sekaligus upaya pelestarian dan
pembangunan desa, dimana ukuran-ukurannya sejalan pemajuan kebudayaan bangsa. Di sisi lain, penggunaan
dengan konsepsi dan implementasi SDGs Desa yang pengetahuan tradisional (local knowledge), kearifan
dicanangkan oleh Kementerian Desa. Penerapan lokal (local wisdom), dan pranata sosial setempat
SDGs di tingkat desa akan lebih kongkrit dan terukur. disadari merupakan salah satu pendekatan dan
strategi penting guna kelancaran dan keberhasilan
2. Pengarusutamaan Gender (PUG) restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove.
Tujuan dari pengarusutamaan gender PUG adalah Pelaksanaan restorasi gambut dan rehabilitasi
menjamin terciptanya akses, partisipasi, kontrol, dan mangrove oleh BRGM mengedepankan peran
manfaat restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove bagi serta dan kemandirian masyarakat. Dengan
setiap masyarakat yang seimbang antara perempuan demikian, penggunaan modal sosial dan budaya,
dan laki-laki. Pengarusutamaan gender dalam kearifan lokal dan pengetahuan tradisional
penyelenggaraan restorasi gambut dan rehabilitasi yang dipadukan dengan kaidah-kaidah teknis
mangrove memang perlu dirancang sejak awal, perlindungan dan pengelolaan ekosistem
walaupun pada kondisi aktualnya, kesetaran gender gambut dan mangrove merupakan keniscayaan.
pada lokasi-lokasi yang menjadi target restorasi gambut
dan rehabilitasi mangrove relatif tidak ada masalah. 4. Pengarusutamaan Transformasi Digital
Untuk menjamin arah kebijakan PUG terimplementasi Salah satu cara meningkatkan efisiensi, kemudahan
dalam penyelenggaraan restorasi gambut dan rehabilitasi dan kecepatan dalam penyelenggaraan restorasi
mangrove akan diupayakan dengan strategi: (1) gambut dan rehabilitasi mangrove adalah melalui
mengurangi kesenjangan antara laki-laki dan perempuan penggunaan teknologi digital. Selain itu, penggunaan
dalam pelaksanaan restorasi gambut dan rehabilitasi teknologi digital juga akan mendorong berkembangan
mangrove, (2) memberikan manfaat yang sama, (3) teknologi serupa yang akan berdampak pada
penguatan pemahaman dan komitmen pemangku peningkatan daya saing bangsa dan pertumbuhan
kepentingan, koordinasi dalam pelaksanaan PUG, ekonomi Indonesia ke depan. Beberapa bentuk
baik pelaksanaan perencanaan dan penganggaran yang penggunaan teknologi digital misalanya dalam
responsive gender (PPRG) maupun penguatan kebijakan pengelolaan big data restorasi gambut dan rehabilitasi
dan regulasi yang responsif gender, (4) penyediaan dan mangrove, knowledge management system restorasi
pemanfaatan data terpilah serta sarana dan prasarana gambut dan rehabilitasi mangrove, monitoring kondisi
yang responsif gender, dan (5) pengembangan lahan gambut, monitoring dan pelaksanaan restorasi
inovasi untuk memudahkan pelaksanaan PUG. gambut dan rehabilitasi mangrove, dan lain-lain.

71
Foto Dokumentasi BRGM

72
BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA
PENDANAAN

73
BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

Foto Dokumentasi BRGM

Target Kinerja BRGM


Sasaran Strategis yang telah ditetapkan merupakan kondisi yang akan dicapai selama periode 4 (empat) tahun yang
akan datang sebagai akibat yang ditimbulkan oleh adanya hasil/dampak (outcome/impact) dari satu komponen atau
gabungan komponen kegiatan yang telah dilaksanakan oleh seluruh unit kerja lingkup BRGM bersama dengan para pihak
yang bekerjasama. Indikator kinerja dari masing-masing sasaran strategis BRGM 2021-2024 disajikan sebagai berikut:

74
Sasaran Strategis Target Kinerja 2021 - 2024
Baseline
IK dan Indikator Kinerja Satuan
2020
2021 2022 2023 2024
SS-1: Terfasilitasinya percepatan pelaksanaan restorasi gambut serta upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat
pada areal kerja restorasi gambut di Provinsi Riau, Provinsi Jambi, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Kalimantan
Barat, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan, dan Provinsi Papua
Lahan gambut yang
1 Hektar 835.288 300.000 300.000 300.000 300.000
direstorasi
Model restorasi gambut
2 permanen yang KHG - - 6 6 6
sistemaatis dan terpadu
Desa Mandiri Peduli
3 Desa 640 75 75 75 75
Gambut
SS-2: Terwujudnya percepatan rehabilitasi mangrove serta upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat pada areal
kerja di Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Riau, Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi Bangka Belitung, Provinsi Kalimantan
Barat, Provinsi Kalimantan Timur, Provinsi Kalimantan Utara, Provinsi Papua, Provinsi Papua Barat, dan provinsi lainnya
Hutan Mangrove yang
4 Hektar 17.000 43.000 180.000 225.000 152.000
direhabilitasi
Desa Mandiri Peduli
5 Desa - 50 50 50 50
Mangrove

SS-3: Terwujudnya tata kelola yang baik dalam penyelenggaraan fasilitasi percepatan restorasi gambut dan
pelaksanaan percepatan rehabilitasi mangrove

6 Nilai SAKIP BRGM Poin 74 76 78 80

Tingkat kepuasan
7 Poin 4 4 4 4
layanan
Kerjasama dan
8 Poin 60 70 70 70
hubungan antar lembaga
Nilai maturitas SPIP
9 Poin/Level 3 3 4 4
BRGM
Laporan Keuangan
10 BRGM yang tertib dan Dokumen 1 1 1 1
akuntabel

Tabel 11. Target kinerja BRGM Tahun 2021-2024 berdasarkan Sasaran Strategis

75
Indikasi Target Proyek BRGM dalam RPJMN 2020-2024
Kegiatan restorasi gambut dan mangrove dirancang untuk mendukung target proyek KLHK yang terkait dengan gambut dan
mangrove. Keterkaitan indikator target BRGM 2021-2024 dengan target KLHK tertuang dalam tabel di bawah.

Program/ Proyek Indikasi Target PN UKE 1 LHK/


No Proyek BRGM
KLHK RPJMN BRGM
2021 2024
Program Kualitas Lingkungan Hidup

Provinsi yang memiliki perencanaan perlindungan dan


1 2 6 06 PPKL/D1
pengelolaan ekosistem gambut (prov)

2 Perencanaan restorasi gambut di 7 Provinsi (dok) 9 21 06 PPKL/D1

Data, informasi dan sistem manajemen informasi restorasi


3 15 78 06 PPKL/D1
Luas lahan gambut yang gambut (paket)
difasilitasi restorasi gambut pada
4 7 provinsi rawan kebakaran Jumlah infrastruktur pembasahan gambut (unit) 700 2.800 06 PPKL/D2
hutan (1,2 juta Hektar)
Jumlah Kelompok masyarakat yang dilibatkan dan
5 220 895 06 PPKL/D2
ditingkatkan pendapatannya (pokmas)

Role model restorasi ekosistem gambut sistematis dan


6 0 6 06 PPKL/D2
terpadu (KHG)
Jumlah kegiatan usaha masyarakat sekitar lahan gambut yang
7 2 40 06 PPKL/D4
mandiri dan berkelanjutan

Luas lahan gambut (tutupan)


8 yang dipulihkan dari degradasi Jumlah demplot revegetasi lahan gambut terdegradasi (ha) 500 1.800 06 PPKL/D2
(Hektar)

9 Pembentukan DMPG di 7 Indeks persepsi publik mengenai restorasi gambut (poin) 70 85 06 PPKL/D3
provinsi prioritas restorasi
gambut (desa) Indeks Desa Mandiri Peduli Gambut (poin) 70 85 06 PPKL/D3
10
Program Pengelolaan Hutan Berkelanjutan
Perencanaan Percepatan Rehabilitasi Mangrove 2021 -2024 di
1 2 5 06 PDASRH/ D1
9 Provinsi (dok)
Data, informasi dan sistem manajemen informasi rehabilitasi
2 10 10 06 PDASRH/ D1
dan kondisi mangrove (paket)
3 Rehabilitasi hutan mangrove/ Indeks persepsi publik mengenai rehabilitasi mangrove (poin) 70 85 06 PDASRH/ D3
pantai (ha)
4 Indeks Desa Mandiri Peduli Mangrove (poin) 70 85 06 PDASRH/ D3

5 Luas area mangrove yang direhabilitasi (ha) 33.000 600.000 06 PDASRH/ D4


Jumlah kegiatan usaha masyarakat sekitar area mangrove
6 2 18 06 PDASRH/ D4
yang mandiri dan berkelanjutan (unit)

Tabel 12. Indikasi target proyek BRGM berdasarkan target proyek KLHK dalam PN RPJMN 2020-2024
76
Kerangka Pendanaan

Untuk melaksanakan arah kebijakan, strategi dan kegiatan fasilitasi percepatan restorasi gambut dan pelaksanaan
percepatan rehabilitasi mangrove serta untuk mencapai target kinerja sesuai dengan Indikator Kinerja dari
masing-masing sasaran strategis di atas, dibutuhkan dukungan kerangka pendanaan yang memadai, baik
yang bersumber dari APBN, dana hibah, dan sumber lainnya yang sah dan tidak mengikat. Pendanaan
yang berasal dari APBN akan diprioritaskan pada tercapainya sasaran kegiatan yang memberikan hasil/
dampak fisik pemulihan ekosistem gambut dan mangrove serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Adapun rencana alokasi anggaran kegiatan fasilitasi percepatan restorasi gambut dan pelaksanaan percepatan
rehabilitasi mangrove 2021-2024 sebesar Rp. 17.114.625.058.000,- (Tujuh Belas Triliun Seratus Empat Belas
Miliar Enam Ratus Dua Puluh Lima Juta Lima Puluh Delapan Ribu Rupiah) dengan rincian sebagai berikut.

Kegiatan Fasilitasi Percepatan


Total 2021 – 2024
No Restorasi Gambut Dan Pelaksanaan
(Rp. Ribu)
Percepatan Rehabilitasi Mangrove

1 Dukungan Manajemen 465.573.309

2 Perencanaan dan Evaluasi 268.965.194

3 Konstruksi, Operasi, Pemeliharaan 739.262.252


Edukasi, Sosialisasi, Partisipasi dan
4 120.510.000
Kemiteraan
5 Pemberdayaan Masyarakat 15.520.314.303

Total Rencana Alokasi Anggaran 2021-2024 17.114.625.058

Tabel 13. Kerangka pendanaan restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove 2021-2024

77
78
BAB V
PENUTUP

Foto Dokumentasi BRGM


79
PENUTUP
Rencana Strategis (Renstra) Badan Restorasi Gambut dan Mangrove
(BRGM) 2021-2024 adalah dokumen perencanaan penyelenggaraan
percepatan restorasi gambut dan pelaksanaan percepatan rehabilitasi
mangrove periode 2021-2024 yang merupakan bagian dari
pembangunan bidang lingkungan hidup dan kehutanan periode
2020-2024. Secara tidak langsung, Renstra BRGM 2021-2024
ini merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, sebagaimana diamanatkan
dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional.

Dalam Renstra BRGM 2021-2024 ini telah dirumuskan visi dan


misi, tujuan, sasaran strategis, hingga program dan kegiatan dengan
target kinerja terukur yang selaras dan mendukung Visi dan Misi
Kementerian LHK guna terwujudnya Visi dan Misi Presiden
dan Wakil Presiden, yaitu: “Terwujudnya Indonesia Maju yang
Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong
Royong”. Dengan kerangka pikir tersebut, serta mengacu pada
tugas dan fungsi yang dimandatkan kepada BRGM sebagaimana
telah ditetapkan dalam Peraturan Presiden No. 120 Tahun 2020
tentang Badan Restorasi Gambut dan Mangrove, maka rumusan
Visi BRGM adalah: “Mengembalikan kualitas ekosistem gambut
dan mangrove melalui kemandirian dan keberdayaan masyarakat”
untuk mendorong “Terwujudnya Keberlanjutan Sumber Daya Hutan
dan Lingkungan Hidup untuk Kesejahteraan Masyarakat“ dalam
mendukung: “Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri
dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong.

Pada pernyataan Visi BRGM di atas, terdapat tiga kata kunci,


yaitu kualitas ekosistem gambut dan mangrove, kemandirian, dan
keberdayaan masyarakat dengan makna sebagai berikut: (1) kualitas
ekosistem gambut dan mangrove berarti adanya kesimbangan,
stabilitas dan produktivitas ekosistem gambut dan mangrove dalam
mendukung kehidupan masyarakat dan pembangunan secara inklusif
berkelanjutan; (2) Kemandirian berarti adanya partispasi yang tingkat
tertinggi, yakni self-mobilization masyarakat dalam melindungi dan
mengelola ekosistem gambut dan mangrove secara berkelanjutan;
dan (3) keberdayaan masyarakat berarti adanya kemampuan atau
kapasitas masyarakat untuk melestarikan mangrove secara mandiri.
Foto Dokumentasi BRGM
80
Harapan yang ingin dicapai sekaligus ingin diubah dengan Visi BRGM untuk lima tahun yang akan datang, tercermin pada 4 pilar dari
perwujudan sasaran strategis BRGM sebagai berikut: (1) Pilar Lingkungan yakni kualitas ekosistem gambut dan mangrove yang mampu
diperbaiki, (2) Pilar Ekonomi yakni optimalisasi manfaat kegiatan restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove untuk masyarakat,
mengembalikan daya dukung ekosistem mangrove dan gambut untuk keberlangsungan kehidupan masyarakat dan pembangunan, serta
pengembangan kegiatan ekonomi produktif yang ramah lingkungan; (3) Pilar Sosial, yakni terjaminnya keberadaan masyarakat dan
penggunaan modal sosial budaya setempat dalam pelaksanaan restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove, dan (4) Pilar Tata Kelola yakni
tata kelola dan inovasi pembangunan yang semakin berdaya saing.

Harapan-harapan tersebut, diwujudkan melalui capaian kumulatif dari seluruh program pembangunan yang dilaksanakan oleh seluruh
unit kerja lingkup BRGM dengan efisien, efektif dan akuntabel. Oleh karena itu, keberhasilan pelaksanaan restorasi gambut dan rehabilitasi
mangrove sangat ditentukan oleh kapasitas dan kualitas kinerja seluruh unit kerja BRGM. Pada akhirnya, hanya dengan memohon rahmat
ALLAH SWT, semoga seluruh upaya pembangunan dan seluruh harapan yang telah diamanatkan kepada BRGM untuk diwujudkan selama
periode tahun 2021-2024 mendatang, kiranya mampu direalisasikan dengan optimal dan penuh tanggungjawab, sehingga hasil akhirnya
benar-benar sesuai dengan harapan.

KEPALA BADAN RESTORASI GAMBUT


DAN MANGROVE
REPUBLIK INDONESIA

ttd

HARTONO

Salinan sesuai dengan aslinya


KEPALA KELOMPOK KERJA KERJSAMA, HUKUM, DAN
HUBUNGAN MASYARAKAT

Ttd

DR. DIDY WURJANTO

81
IKU : Fasilitasi Percepatan Restorasi Gambut, Rehabilitasi Mangrove, serta Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat
pada Wilayah Kerja Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM).

82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107

Anda mungkin juga menyukai