Anda di halaman 1dari 243

PEMERINTAH KABUPATEN POHUWATO

DINAS KEHUTANAN, PERTAMBANGAN DAN ENERGI


KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL)
MODEL POHUWATO (UNIT III)
Jl. Kompleks Blok Plan Marisa Telp (0443) 210864

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN


JANGKA PANJANG
KPHL MODEL POHUWATO
(UNIT III)
DI KABUPATEN POHUWATO
PROVINSI GORONTALO

DISUSUN OLEH :
KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG MODEL POHUWATO (UNIT III)

MARISA, OKTOBER 2014


BUKU RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG
KPHL MODEL POHUWATO (UNIT III)

Digandakan dan dijilid oleh :


Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional IV
Tahun 2015
LEMBAR PENGESAHAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG


KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL) MODEL
UNIT III KABUPATEN POHUWATO
PROVINSI GORONTALO

DISUSUN OLEH :
KEPALA KPHP MODEL
UNIT III KABUPATEN POHUWATO,

( JUMADI GIONO, SP )
Nip. 19760123 200501 1007

DIKETAHUI OLEH :

KEPALA DINAS KEHUTANAN KEPALA DINAS KEHUTANAN


DAN ENERGI SUMBERDAYA MINERAL PERTAMBANGAN DAN ENERGI
PROVINSI GORONTALO, KABUPATEN POHUWATO,

( Dr. Ir. HUSEN HASNI, M.Si) ( ISKANDAR DATAU, S.Sos, M.Si )


Nip. 19600601 198803 1 001 Nip. 19681211 198902 1001

DISAHKAN
PADA TANGGAL :
OLEH :

An. MENTERI KEHUTANAN


KEPALA PUSAT PENGENDALIAN
PEMBANGUNAN KEHUTANAN REGIONAL IV,

Dr. Ir. MUHAMMAD FIRMAN, M.For.Sc


NIP. 19590225 198603 1 002
HALAMAN JUDUL

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG


KPHL MODEL POHUWATO (UNIT III)
DI KABUPATEN POHUWATO
PROVINSI GORONTALO

Merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari :

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA


Nomor : SK. 6523/Menhut-II/Reg.4-1/2014
Tanggal : 24 Oktober 2014
i

RINGKASAN EXECUTIVE

Kabupaten Pohuwato memiliki kawasan hutan yang relative cukup luas


dibandingkan dengan daerah lain yang ada di Propinsi Gorontalo. Memperhatikan
kondisi dan potensi hutan yang dimiliki, sejak tahun 2008 pemerintah Kabupaten
Pohuwato telah berinisiatif untuk membangun kesatuan pengelolaan hutan sebagai
wujud implementasi pengelolaan hutan ditingkat tapak. Hingga pada akhirnya secara
legal formal pada tahun 2010 Kementerian Kehutanan RI menetapkan KPHL unit III
Pohuwato sebagai KPH model. Penetapan KPHL unit III Pohuwato sebagai KPH
model dituangkan dalam SK Menteri Kehutanan nomor 334/Menhut-II/2010 tentang
pembentukan KPHL Kabupaten Pohuwato Propinsi Gorontalo seluas 116.625 ha
yang terdiri dari hutan lindung 59.301 ha, hutan produksi terbatas 43.369 ha dan
hutan produksi tetap seluas 13.605 ha. KPHL Unit III Pohuwato merupakan KPH
model pertama yang ditunjuk oleh Menteri Kehutanan di Pemerintah Provinsi
Gorontalo. Secara administrasi KPHL model unit III Pohuwato terletak di Kecamatan
Paguat, Kecamatan Dengilo, Kecamatan Buntulia, Kecamatan Patilanggio,
Kecamatan Taluditi dan Kecamatan Wanggarasi
Ketinggian lokasi KPHL model unit III Pohuwato berkisar antara 0 – 2064 mdpl
dengan tingkat kelerengan bervariasi mulai dari datar sampai dengan curam. Tingkat
kelerengan yang dominan adalah curam dimana luasnya mencapai 65915,67 ha.
Wilayah yang curam umumnya terdapat di wilayah bagian utara. Tipe Iklim menurut
kriteria Schmidt and Ferguson di wilayah KPHL model unit III Pohuwato adalah iklim
B atau iklim basah dimana curah hujan mencapai 1250-2750/tahun. Meskipun
memiliki curah hujan tinggi, tingkat kesuburan tanah tergolong rendah-sampai
sedang. Salah satu rendahnya tingkat kesuburan tanah bisa dilihat dari tipe jenis
tanah yang terdapat di wilayah KPHL model unit III Pohuwato. Berdasarkan peta
jenis tanah di KPHL Model Unit III Pohuwato terdapat beberapa jenis tanah yaitu,
aluvial, latosol, grumosol, litosol dan podzolik merah kuning. Berdasarkan hasil
analisis spatial tutupan lahan tahun 2012, tipe tutupan lahan yang dominan di KPHL
model unit III Pohuwato adalah hutan lahan kering primer seluas 45.885,02 ha dan
hutan lahan kering sekunder seluas 63.126,05 ha, jika melihat situasi ini maka
sebagian besar wilayah KPHL model unit III Pohuwato masih merupakan kawasan
hutan. Hal ini bisa dibuktikan masih ditemukan beberapa flora fauna endemik dan
dilindungi di kawasan KPHL model unit III Pohuwato. Hasil survei yang pernah di
lakukan oleh LIPI dan tim peneliti Universitas Gorontalo menemukan 33 jenis
tumbuhan yang tergolong dalam 23 famili. Sedangkan hasil survey yang dilakukan
oleh LIPI di empat titik sampel ditemukan 218 jenis pohon dan tiang (diameter >10
cm) dan 141 Family. Adapun jenis jenis pohon yang kedapatan melimpah adalah
Pterospermum celebicum, Pterospermum diversifolium, Castanopsis
acuminatissima, Celthis philippensis dan Gonocarium littorale. Beberapa suku yang
umum dijumpai adalahEuphorbiaceae (30 jenis), Meliaceae (12 jenis), Moraceae (12
jenis), Lauraceae (9 jenis), Myristicaceae (9 jenis), Myrtaceae (9 jenis), Sapotaceae
(8 jenis) dan Sterculiaceae (7 jenis). Jumlah ini akan semakin besar jika wilayah
survey diperluas dan hasil penelitian sebelumnya dari LIPI yang menginventarisir
jenis pohon dimasukkan. Pada umumnya kondisi vegetasi di lokasi survey relatif
masih baik. Hasil analisis terhadap status konservasi, hanya terdapat beberapa jenis
tumbuhan bawah yang dilindungi seperti Vitex parviflor (IUCN; VU), Madhuca betis
(IUCN; VU) dan tumbuhan Arenga Pinata (SK Mentan No 52 Tahun 1972). Di lokasi
survey juga ditemukan beberapa tumbuhan endemic pulau Sulawesi seperti
Pterospermum celebicum, Livistonia rotundifolia. Selain kekayaan flora/tumbuhan,
ii

wilayah KPHL model unit III Pohuwato juga memiliki potensi satwa. Hasil survey
menemukan 87 jenis burung dari 34 famili,dimana spesies kunci dari hutan di
wilayah KPHL Model Unit III Pohuwatoadalah babirusa. Satwa lain yang tidak kalah
menariknya adalah Tarsius dan Macaca hecki yang bisa dijumpai secara langsung.
Kedua satwa ini merupakan satwa endemic Sulawesi dan endemic Gorontalo. Hasil
penelusuran studi pustaka menunjukkan terdapat 9 jenis satwa yang termasuk
dilindungi berdasarkan kategori IUCN. Kategori IUCN pada umumnya berada pada
level vulnerable atau rentan terhadap kepunahan seperti Tarsius, Macaca hecki,
babirusa
Melihat potensi yang dimiliki maka pihak pengelola membuat sebuah dokumen
perencanaan pengelolaanyang sifatnya jangka panjang yaitu rencana pengelolaan
jangka panjang 10 tahun dimana tujuan adalah memberikan kerangkakerja yang
terpadu dan komprehensif bagi pengelola KPHL model unit III Pohuwato didalam
mewujudkan pengelolaanyang lebih efektif, efisien dan bermanfaat menuju
kelestarian pemanfaatan hutan. Untuk menuju kearah tersebut maka visi dan misi
yang dibangun oleh pengelola KPHL model unit III Pohuwato adalah “KPHL Model
Unit III Pohuwato yang mantap secara legal formal, profesional dan lestari
pengelolaannya serta bermanfaat bagi masyarakat dan pemerintah”. Visi ini
didasarkan pada visi pemerintah Kabupaten Pohuwato yang tertuang dalam rencana
pembangunan jangka panjang daerah (RPJPD) 2005-2025 yaitu Terwujudnya
Kesejahteraan Masyarakat Pohuwato Diatas Nilai Spritual Melalui Pembangunan
Sumber Daya Manusia Dan Pengembangan Ekonomi Kerakyatan. Untuk
mendukung visi pembangunan KPHL Model Unit III Pohuwato di Kabupaten
Pohuwato maka perlu dibuatkan misi konsep pembangunan KPHL Model Unit III
Pohuwato yaitu: 1) Penataan Blok dan Petak dalam rangka mengoptimalkan fungsi
hutan KPHL Model Unit III Pohuwato yang meliputi fungsi konservasi, fungsi
lindung dan fungsi produksi yang diimplementasikan dalam sistem blok pengelolaan,
2) Menyiapkan infrastruktur yang memadai bagi kelangsungan fungsi
hutanMenciptakan kesadaran masyarakat akan pentingnya kelestarian hutan bagi
kesinambungan pembangunan, 3) Meningkatkan kualitas Sumber Daya Aparatur
dan rekayasa teknologi bagi peningkatan daya dukung kehutanan untuk
kemaslahatan masyarakat disekitar kawasan hutan, 4) Mengoptimalkan
perlindungan hutan, pengamanan dan penegakan hukum di KPHL Model Unit III
Pohuwato, 5) Memanfaatkan seluruh potensi sumberdaya alam hutan di seluruh blok
KPHL secara lestari dan bermanfaat bagi masyarakat dan pemerintah. Untuk
mewujudkan visi dan misi tersebut maka langkah-langkah yang harus dilakukan
dalam mencapai tujuan pengelolaan KPHL model unit III Pohuwato yaitu: 1)
Mengupayakan terwujudnya tujuan dan embanan upaya pengelolaan hutan yang
lestari, 2) meningkatkan pendayagunaan potensi sumberdaya hutan untuk kegiatan
yang menunjang budidaya, 3) memberdayakan peranserta masyarakat sekitar KPHL
Model Unit III Pohuwato, 4) integrasi dan koodinasi, 5) evaluasi fungsi kawasan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka pengelolaan KPHL Model Unit III
Pohuwato mempunyai tujuan dalam pencapaian visi dan misi tersebut adalah
sebagai berikut: 1) Pemantapan aspek kelembagaan, 2) Penataan kawasan, 3)
Pemantapan kerjasama dan kolaborasi antara KPHL Model Unit III Pohuwato
dengan para pihak, 4) pemantapan perlindungan dan pengamanan, 5) pemanfaatan
sumberdaya alam hutan dan ekosistemnya
Dalam mengimplementasikan visi dan misi KPHL model unit III Pohuwato maka
dibuatlah serangkaian kegiatan yang meliputi : 1) inventarisasi berkala pada semua
blok pengelolaan. Kegiatan inventarisasi adalah kegiatan pengumpulan informasi
iii

berupa data mengenai potensi, karakteristik, bentang alam, kondisi sosial ekonomi,
serta informasi lainnya untuk tujuan tertentu. Berdasarkan hasil analisis spatial
jumlah plot inventarisasi di KPHL Model Unit III Pohuwato berjumlah 1220 titik,
dengan jumlah plot inventarisasi terbanyak terdapat di blok inti dengan jumlah 615
plot. 2) pemanfaatan wilayah tertentu. wilayah tertentu adalah wilayah hutan yang
situasi dan kondisinya belum menarik bagi pihak ketiga untuk mengembangkan
usaha pemanfaatannya. Karena kondisinya yang belum menarik investor, maka di
harapkan pihak pengelola KPHL Model unit III Pohuwato bisa mempromosikan
kawasan ini kepada pihak investor. Pengembangan usaha pada wilayah tertentu
bisa diarahkan kepada usaha di luar sektor kehutanan dengan tetap memperhatikan
prinsip-prinsip kelestarian dan skala ekonomis. Berdasarkan arahan strategis dan
kondisi lapangan maka pemanfaatan wilayah tertentu dapat dilakukan pada blok
pemanfaatan seluas total 6319,65 ha, blok pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan ,
HHBK seluas 2122,26 ha. Sehingga total arahan untuk pemanfaatan hutan wilayah
tertentu adalah 8441,91 ha. Saat ini beberapa investor telah memanfaatkan
kawasan yang berdekatan dengan wilayah tertentu terutama investor kelapa sawit.
Sedangkan investor lain yang berkeinginan untuk memanfaatkan kawasan hutan
adalah investor restorasi ekosistem hutan alam. Disamping pemanfaatan wilayah
tertentu, di KPHL model unit III Pohuwato juga dikembangkan untuk pemanfaatan
kayu skala besar dihutan alam seluas 35.517,61 dengan 421 petak tebangan.
Potensi tegakan rata-rata untuk pohon niagawi/komersil pada kelas diameter 20-49
cm sebanyak 14,94 batang/Ha dan kelas diameter lebih dari 50 cm sebanyak 6,56
batang/Ha. Hasil survey juga menunjukkan KPHL model unit III Pohuwato memiliki
potensi KEHATI yang tinggi sehingga sangat cocok untuk wilayah penelitian dan
ekowisata. Pengelolaan KPHL model unit III Pohuwato harus dapat dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat sehingga pengelola KPHL model unit III Pohuwato
menetapkan wilayah pemberdayaan masyarakat seluas 11.249,43. Salah satu
kegiatan yang bisa dilakukan di blok pemberdayaan adalah pembangunan hutan
tanaman rakyat. Besarnya potensi yang dimiliki oleh KPHL model unit III Pohuwato
membutuhkan pengawasan. Kegiatan pengawasan dapat dilakukan dengan
membangun pos dan jalan patroli. Jumlah pos yang ideal adalah 14 pos dan
panjang jalang patroli adalah 181,23 km. Seperti halnya kawasan hutan lain di
Indonesia, kawasan hutan di KPHL model unit III Pohuwato juga mengalami tekanan
berupa kerusakan hutan, sehingga perlu dipulihkan. Berdasarkan hasil identifikasi
citra landsat, luas wilayah yang akan direhabilitasi mencapai 5455,72 ha. Fungsi
hutan produksi merupakan lokasi RHL yang paling luas untuk direhabilitasi yaitu
3577,88 ha.
Luasnya wilayah kelola KPHL model unit III Pohuwato membutuhkan sentuhan
SDM yang profesional, pendanaan yang cukup melalui APBD dan APBN serta
peningkatan sapras pendukung kegiatan pengelolaan KPHL model unit III
Pohuwato. Beberapa kegiatan jangka panjang dalam program peningkatan
kapasitas personil antara lain : 1) Perbaikan jenjang pendidikan, 2) Pemetaan
kompetensi, 3) Diklat SDM Pengelola KPH, 4) Pertukaran kunjungan staf pengelola,
5) Studi banding, 6) Magang pegawai. Pengelolaan wilayah KPHL untuk jangka
iv

panjang membutuhkan sebuah rasionalisasi kawasan untuk mengantisipasi


perubahan-perubahan yang terjadi dalam pemanfaatan dan penggunaan kawasan
KPHL model unit III Pohuwato. Rasionalisasi pengurusan wilayah kelola mencakup 2
aspek yaitu: 1) aspek fisik (kawasan) yang mencakup aspek silvikultur, tata guna
hutan, eksplorasi potensi dan lainnya dan 2) aspek non teknis yang meliputi
rasionalisasi kelembagaan wilayah kelola hutan mulai dari tingkat blok sampai
dengan tingkat petak (organisasi, kewenangan dan personil). Rasionalisasi wilayah
kelola dari aspek fisik merupakan bentuk penilaian kembali terhadap kawasan blok
atau petak pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan yang mengalami
perubahan. Misalnya jika blok pemanfaatan kayu pada hutan alam sudah tidak
memiliki potensi yang signifikant maka perlu dirasionalisasi ke bentuk wilayah kelola
lain misalnya diarahkan ke pemanfaatan kayu hutan tanaman. Rasionalisasi
kawasan memberikan peluang terhadap investor untuk mengembangkan usahanya
agar tetap berkelanjutan. Bentuk pengembangan investasi di KPHL model unit III
Pohuwato adalah pengembangan ekowisata hutan tropis sulawesi, pemanfaatan
kawasan untuk pengembangan jasa lingkungan, pengembangan restorasi
ekosistem, pengembangan hutan tanaman dan pengembangan kayu di hutan alam.
Sebagai bentuk pengawasan dan evaluasi terhadap kinerja pengelolaan KHPL
model unit III Pohuwato maka dibutuhkan serangkaian kegiatan pembinaan,
pengawasan dan pengendalian. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
dan kapasitas pengelola KPHL model unit III Pohuwato. Pengawasan dan
pengendalian terhadap kinerja KPHL model unit III Pohuwato bisa dilakukan oleh
stakeholder yang mempunyai kepentingan dengan KPHL model unit III Pohuwato
v

KATA PENGANTAR

Sasaran utama penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang10 tahun


KPHL Model Unit III Pohuwato adalah mewujudkan rencanapengelolaan periode
tahun 2013-2022, yang pencapaiannya dilaksanakanoleh KPHL Model Unit III
Pohuwato sebagai pemegangkewenangan pengelolaan, bersama para pihak
pemangku kepentinganyang terkait dan bersinergi didalam pengelolaan.Rencana
Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato disusun secara
sistematis yang bertujuan untuk memberikanarah yang tepat didalam pelaksanaan
pengelolaan KPHL Model Unit III Pohuwato dalam kurun waktu 10 (sepuluh puluh)
tahun. Sehingga dengan rencana pengelolaantersebut KPHL Model Unit III
Pohuwato memiliki kerangkakerja yang terpadu dan komprehensif didalam
pelaksanaan pengelolaanyang lebih efektif, efisien dan bermanfaat menuju
kelestarian pemanfaatan hutan
Kelestarian hutan hanya akan tercapai apabila penyusunan rencana
pengelolaan jangka panjangdilakukan secara benar. Pengurusan hutan menurut UU
Nomor 41 Tahun1999, pasal 10 ayat 2 terdiri dari : a) perencanaan kehutanan; b)
pengelolaanhutan; c) penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan,
sertapenyuluhan kehutanan, dan d) pengawasan. Untuk mewujudkanpengelolaan
hutan lestari (PHL) maka Pemerintah membuat suatu kebijakanyaitu membagi habis
seluruh kawasan hutan di Indonesia ke dalam sejumlahKesatuan Pengelolaan Hutan
(KPH).
Kami sangat menyadari dokumen rencana pengelolaan KPHL Model Unit III
Pohuwato masih memerlukan beberapa masukan kongkrit dari semua pihak untuk
lebih menyempurnakan dokumen rencana pengelolaan ini. Ucapan terima kasih
kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan dokumen ini.

Gorontalo, April 2014


Kepala KPHL Pohuwato

JUMADI GIONO, SP
NIP. 19760123 200501 1 007
vi

DAFTAR ISI

RINGKASAN EKSEKUTIF i
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii

I. PENDAHULUAN........................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2. Tujuan .................................................................................................. 5
1.3. Maksud ................................................................................................. 5
1.4. Sasaran ................................................................................................ 5
1.5. Ruang lingkup ...................................................................................... 6
1.6. Pengertian ............................................................................................ 6
II. DESKRIPSI KAWASAN .............................................................................. 10
2.1. Letak dan Luas KPHL Model Unit III Pohuwato ................................. 10
2.2. Karakteristik Kabupaten Pohuwato .................................................... 11
2.3. Kondisi Bioekologi .............................................................................. 13
2.4. Iklim .................................................................................................... 21
2.5. Kualitas air di KPHL Model Unit III Pohuwato .................................... 25
2.6. Kesuburan Tanah ............................................................................... 27
2.7. Fungsi Kawasan KPHLModel Unit III Pohuwato ................................ 30
2.8. Ketinggian tempat .............................................................................. 32
2.9. Kelerengan ......................................................................................... 34
2.10. Jenis Tanah ........................................................................................ 35
2.11. Tutupan Lahan ................................................................................... 38
2.12. Daerah Aliran Sungai ......................................................................... 41
2.13. Hidrologi ............................................................................................. 42
2.14. Rawan Longsor .................................................................................. 44
2.15. Aksesibilitas ....................................................................................... 44
2.16. Posisi KPHL Model Unit III Pohuwato dalam Tata Ruang .................. 45
2.17. Aspek Sosial Ekonomi........................................................................ 48
vii

2.18. Ijin Pemanfaatan Kawasan di KPHL Model Unit III Pohuwato ............ 60
2.19. Permasalahan KPHL Model Unit III Pohuwato ................................... 67
III. KEBIJAKAN ................................................................................................ 71
3.1. Kebijakan Pengelolaan KPH .............................................................. 71
3.2. Kebijakan Pembangunan Kabupaten Pohuwato ................................ 80
IV. VISI DAN MISI ............................................................................................ 88
4.1. Visi ..................................................................................................... 88
4.2. Misi ..................................................................................................... 90
4.3. Tujuan Pengelolaan ........................................................................... 91
V. ANALISIS DAN PROYEKSI ........................................................................ 95
5.1. Analisis ............................................................................................... 95
5.2. Proyeksi ........................................................................................... 139
5.3. Proyeksi Perencanaan Sosial Ekonomi KPHL Pohuwato ................ 144
VI. RENCANA KEGIATAN ............................................................................. 154
6.1. Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola dan Penataan Hutan.............. 154
6.2. Pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu ....................................... 156
6.3. Kelas – Kelas Perusahaan pada Wilayah Tertentu .......................... 158
6.4. Pemberdayaan Masyarakat ............................................................. 166
6.5. Pembinaan dan pemantauan (Controlling) pada areal KPHL........... 171
6.6. Penyelenggaraan Rehabilitasi di KPHL............................................ 174
6.7. Pembinaan dan Pengawasan Pelaksanaan Rehabilitasi ................. 176
6.8. Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam .... 178
6.9. Penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang ijin . 179
6.10. Koordinasi dan sinergi dengan instansi dan stakeholders................ 181
6.11. Penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM .................................. 182
6.12. Penyediaan Pendanaan ................................................................... 183
6.13. Penyediaan Sarana dan Pra Sarana ................................................ 186
6.14. Pengembangan Data Base .............................................................. 188
6.15. Rasionalisasi Kawasan .................................................................... 189
6.16. Review Rencana Pengelolaan ......................................................... 189
6.17. Pengembangan Investasi ................................................................. 190
6.18. Kegiatan Lain Yang Relevan ............................................................ 197
VII. PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN ......................... 200
viii

7.1. Pembinaan ....................................................................................... 200


7.2. Pengawasan .................................................................................... 201
7.3. Pengendalian ................................................................................... 202
7.4. Organisasi Pembina, Pengawas dan Pengendalian KPHL .............. 203
VIII. PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN ................................ 207
IX. PENUTUP ........................................................................................... 210
ix

DAFTAR TABEL

1. Luas kecamatan dan Desa di KPHL Model Unit III Pohuwato .................. 12
2. Jenis tumbuhan bawah yang ditemukan di lokasi survey ......................... 18
3. Jenis satwa yang ditemukan di lokasi survey ........................................... 21
4. Rataan temperature di lokasi KPHL Model Unit IIIPohuwato ................... 22
5. Rataan kelembaban di lokasi KPHL Model Unit IIIPohuwato ................... 23
6. Rataan Kecepatan Angin di Lokasi KPHL Model Unit IIIPohuwato .......... 24
7. Rataan Lamanya Penyinaran di Sekitar Lokasi KPHL Pohuwato ............. 26
8. Hasil Uji Kimia Air di beberapa Lokasi KPHL Model Unit IIIPohuwato...... 27
9. Fungsi Kawasan Hutan di KPHL Model Unit III Pohuwato ....................... 31
10. Ketinggian tempat Kawasan Hutan KPHL Model Unit III Pohuwato ......... 33
11. Kelerengan Kawasan Hutan KPHL Model Unit III Pohuwato .................... 34
12. Jenis tanah di KPHL Model Unit III Pohuwato .......................................... 38
13. Tutupan lahan berdasarkan fungsi kawasan di KPHL Pohuwato ............. 40
14. Nama dan Panjang Sungai-Sungai di Kabupaten Pohuwato ................... 43
15. Lokasi Inventarisasi Sosbud dan Ekonomi ............................................... 50
16. Sejarah, Biofisik dan Demografi Desa Lokasi Inventarisasi ...................... 50
17. Persepsi dan Pengetahuan Masyarakat tentang Hutan ........................... 52
18. Pola Penguasaan Lahan di Sekitar Lokasi KPHL Model Unit III ............... 53
19. Kegiatan Ekonomi Masyarakat di Desa Lokasi Inventarisasi.................... 54
20. Potensi Rata-rata Tegakan di dalam Kelompok Hutan Popayato-Paguat
Provinsi Gorontalo .................................................................................... 62
21. Identifikasi faktor internal dan eksternal KPHL Model Unit IIIPohuwato ... 97
22. Kombinasi Faktor Lingkungan Internal dan Eksternal ............................ 120
23. Strategi Kombinasi Strength dan Opportunity Dalam Analisis SWOT .... 121
24. StrategiKombinasi Weakness dan OpportunityDalam Analisis SWOT ... 125
25. Strategi Kombinasi Strengh dan Threat Dalam Analisis SWOT ............. 130
26. Strategi Kombinasi Weakness dan Threat Dalam Analisis SWOT ........ 134
27. Koherensi Visi, Misi, Tujuan, Strategi dan Sasaran Program Indikatif .... 140
28. Proyeksi Perencanaan Sosial Ekonomi 10 Tahun Blok Perlindungan ... 144
29. Proyeksi Perencanaan Sosial Ekonomi 10 Tahun Blok Jasling dan
HHBK .................................................................................................... 146
x

30. Proyeksi Perencanaan Sosial Ekonomi 10 Tahun Blok HHK-HA .......... 147
31. Proyeksi Perencanaan Sosial Ekonomi 10 Tahun Blok HHK-HT .......... 149
32. Proyeksi Perencanaan Sosial Ekonomi 10 Tahun
Blok Pemberdayaan Masyarakat ............................................................ 150
33. Proyeksi Pendapatan Per Kapita Masyarakat di KPHL Pohuwato ......... 151
34. Jumlah Plot Inventarisasi di KPHL Model Unit III Pohuwato ................... 154
35. Pembagian blok untuk pemanfaatan hutan wilayah tertentu .................. 157
36. Jenis tanaman yang ditanaman dilokasi HTR......................................... 169
37. Luas lahan yang akan direhabilitasi disetiap blok ................................... 175
38. Peranan Stakeholder dalam pembinaan, pengawasan dan
Pengendalian kinerja KPHL Model Unit IIIPohuwato .............................. 204
39. Bentuk interaksi stakeholder dalam proses pembinaan, pengawasan
dan pengendalian kinerja KPHL Model Unit IIIPohuwato ................205
40. Rencana program dan kegiatan selama 10 Tahun di Blok Inti.......212
41. Rencana program dan kegiatan selama 10 Tahun di Blok
Perlindungan ..................................................................................214
42. Rencana program dan kegiatan selama 10 Tahun di Blok Pemanfatan
Kawasan, Jasa Lingkungan dan Wilayah Tertentu ........................217
43. Rencana program dan kegiatan selama 10 Tahun di Blok
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu .....................................................220
44. Rencana program dan kegiatan selama 10 Tahun di Blok
Pemanfaatan Hasil Hutan Tanaman ..............................................222
45. Rencana program dan kegiatan selama 10 Tahun di Blok
Pemberdayaan Masyarakat............................................................224
xi

DAFTAR GAMBAR
1. Lokasi KPHL Model Unit III Pohuwato ...................................................... 11
2. Jumlah species dan family tumbuhan ....................................................... 15
3. Jumlah species semak, paku, palem, kayu dan buah .............................. 16
4. Status konservasi tumbuhan .................................................................... 17
5. Jumlah Satwa Jenis Amphibia, Reptilia dan Mamalia .............................. 19
6. Status Konservasi Satwa .......................................................................... 20
7. Babi hutan (Sus celebenisis) dan ular berbisa Trimeresorus albolabris ... 21
8. Sebaran Curah Hujan di KPHL Model Unit IIIPohuwato ........................... 25
9. Fungsi hutan di KPHL Model Unit III Pohuwato ........................................ 31
10. Sebaran ketinggian tempat di KPHL Model Unit III Pohuwato .................. 33
11. Peta Kelas Lereng di KPHL Model Unit III Pohuwato ............................... 35
12. Sebaran jenis tanah di KPHL Model Unit III Pohuwato ............................. 38
13. Tutupan Lahan di KPHL Model Unit IIIPohuwato ..................................... 40
14. Sebaran DAS di KPHL Model Unit IIIPohuwato........................................ 42
15. Aksesibilitas di KPHL Model Unit IIIPohuwato .......................................... 45
16. Sarana dan Pra Sarana Pendidikan ......................................................... 57
17. Jumlah Sarana Rumah Ibadah.......................................................................58
18. Jumlah Sarana dan Pra Sarana Ekonomi...........................................................59
19. Calon lokasi ijin HTR dan HKM di KPHL Model Unit IIIPohuwato ............ 60
20. Lokasi Rencana Pemanfaatan Kayu Hutan Alam ..................................... 64
21. Rencana Plot Inventarisasi di KPHL Model Unit III Pohuwato ................ 155
22. Peta Pembagian Blok dan Petak Untuk Pemanfaatan Hutan Wilayah
Tertentu .................................................................................................. 157
23. Lokasi pengembangan ekowisata di KPHL Model Unit III Pohuwato ..... 159
24. Potensi Ekowisata dan PLTMH di KPHL POHUWATO .......................... 160
25. Lokasi Rencana blok Penelitian dan Pendidikan .................................... 164
26. Lokasi HTR di Blok Pemberdayaan Masyarakat ....................................... 167
27. Lokasi Rencana Pembangunan Jalan Pemeriksaan .............................. 172
28. Lokasi Rencana Pembangunan Pos Pemeriksaan................................. 172
29. Lokasi Rencana RHL di KPHL Pohuwato ............................................... 176
30. Rencana Lokasi Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam .................. 180
31. Bentuk koordinasi dan sinergi dalam pengelolaan KPHL ....................... 182
xii

+DAFTAR LAMPIRAN

1. Rencana Program dan Kegiatan Tahunan selama 10 Tahun


di Blok Inti .............................................................................................. 213
2. Rencana Program dan Kegiatan Tahunan selama 10 Tahun
di Blok Perlindungan ............................................................................... 215
3. Rencana Program dan Kegiatan Tahunan selama 10 Tahun
di Blok Pemanfaatan Kawasan, Jasa Lingkungan dan Wisata Tertentu. 218
4. Rencana Program dan Kegiatan Tahunan selama 10 Tahun
di Blok Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam . ........................... 221
5. Rencana Program dan Kegiatan Tahunan selama 10 Tahun
di Blok Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman ....................... 223
6. Rencana Program dan Kegiatan Tahunan selama 10 Tahun
di Blok Pemberdayaan Masyarakat ........................................................ 225
xiii

DAFTAR LAMPIRAN PETA

1. Peta Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHL) Unit III


Pohuwato Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo ........................... 227
2. Peta Penutupan Lahan KPHL Unit IIIPohuwato
Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo ............................................... 228
3. Peta Daerah Aliran Sungai KPHL Unit III Pohuwato
Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo ............................................... 229
4. Peta Sebaran Potensi KPHL Unit III Pohuwato
Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo . ............................................. 230
5. Peta Aksesibilitas KPHL Unit III Pohuwato
Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo . ............................................. 231
6. Peta Tata Hutan KPHL Unit III Pohuwato
Kabupaten PohuwatoProvinsi Gorontalo . .............................................. 232
7. Peta Penggunaan Lahan KPHL Unit III Pohuwato
Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo . ............................................. 233
8. Peta Lokasi Pemanfaatan dan Pengunaan Kawasana Hutan
KPHL Unit III PohuwatoKabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo . ....... 234
9. Peta Jenis Tanah KPHL Unit III Pohuwato
Kabupaten PohuwatoProvinsi Gorontalo . .............................................. 235
10. Peta Curah Hujan KPHL Unit III Pohuwato
Kabupaten PohuwatoProvinsi Gorontalo . .............................................. 236
11. Peta Geologi KPHL Unit III Pohuwato
Kabupaten PohuwatoProvinsi Gorontalo . .............................................. 237
12. Peta Wilayah Tertentu KPHL Unit III Pohuwato
Kabupaten PohuwatoProvinsi Gorontalo . .............................................. 238
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Laju kerusakan hutan di Indonesia yang saat ini sangat memprihatinkan

dan telah menyita banyak perhatian, tidak hanya pemerintah tetapi juga

masyarakat, dunia usaha, akademisi, LSM dan sebagainya, baik dari dalam

maupun luar negeri. Masing-masing pihak telah memberikan respon yang

diimplementasikan ke dalam berbagai bentuk sesuai dengan posisi dan

peran masing-masing. Sinergi dari berbagai bentuk upaya tersebut

diharapkan dapat memberikan percepatan dalam upaya mencapai

pengelolaan hutan lestari. Pemerintah sesuai dengan tugas dan fungsinya

telah mengeluarkan berbagai regulasi (kebijakan) dalam bentuk peraturan

perundangan, yang diharapkan dapat menekan laju kerusakan hutan dan

mengarahkan upaya pencapaian pengelolaan hutan lestari.

Untuk lebih mendorong pemanfaatan hutan yang lebih berkelanjutan

dan berkeadilan, pemerintah dalam hal ini Kementerian Kehutanan telah

mencanangkan program pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan di

Setiap Provinsi. Dalam Undang-undang No 41 Tahun 1999 tentang

Kehutanan menyebutkan terdapat 3 bentuk KPH yaitu Kesatuan Pengelolaan

Hutan Konservasi (KPHK) yaitu KPH pada kawasan hutan konservasi,

Kesatuan Pembangunan Hutan Lindung (KPHL) yaitu KPH pada

kawasan hutan lindung dan Kesatuan Pembangunan Hutan Produksi

(KPHP) yaitu Kesatuan Pengelolaan Hutan yang arahan pengelolaannya

untuk produksi hasil hutan kayu maupun non kayu. Yang dimaksud dengan

unitpengelolaan adalah kesatuan pengelolaan hutanterkecil sesuai fungsi

1
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

pokok dan peruntukannya,yang dapat dikelola secara efesien dan lestari,

yangkemudian disebut KPH, antara lain dapat berupakesatuan pengelolaan

hutan lindung (KPHL),kesatuan pengelolaan hutan produksi (KPHP),

dankesatuan pengelolaan hutan konservasi (KPHK).

Seluruh kawasan hutan di Indonesia terbagihabis dalam wilayah KPH.

Dalam satu wilayahKPH dapat terdiri lebih dari satu fungsi pokokhutan yang

penamaannya ditentukan oleh fungsihutan yang luasnya dominan. KPH

dikelola olehorganisasi pemerintah yang menyelenggarakanfungsi

pengelolaan hutan.KPH berperan sebagai penyelenggara pengelolaanhutan

di lapangan atau di tingkat tapak yang harusmenjamin bahwa pengelolaan

hutan dilakukansecara lestari sesuai dengan fungsinya. KeberadaanKPH

menjadi kebutuhan Pemerintah danPemerintah Daerah sebagai “pemilik”

sumberdayahutan sesuai mandat Undang-undang, dimanahutan dikuasai

negara dan harus dikelola secaralestari. Dalam prakteknya,

penyelenggaraanpengelolaan hutan pada tingkat tapak olehKPH bukan

memberi ijin pemanfaatan hutanmelainkan melakukan pengelolaan hutan

sehari-hari, termasuk mengawasi kinerja pengelolaanhutan yang dilakukan

oleh pemegang ijin. Sebagai implementasi keinginan yang kuat tersebut

maka pemerintah Kabupaten Pohuwato membentuk KPH sebagai bagian

dari pengelolaan hutan di tingkat tapak.

Berdasarkan keterangan di atas pemerintah pusat dalam hal Menteri

Kehutanan RI telah menetapkan KPHL Model Unit III Pohuwato sesuai SK

Menhut 334/Menhut-II/2010 tentang pembentukan KPHL Kabupaten

Pohuwato Propinsi Gorontalo seluas 116.625 ha yang terdiri dari hutan

lindung 59.301 ha, hutan produksi terbatas 43.369 ha dan hutan produksi

2
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

tetap seluas 13.605 ha. KPHL Model Unit III Pohuwato merupakan KPH

pertama yang ditunjuk oleh Menteri Kehutanan di Pemerintah Provinsi

Gorontalo

Dengan demikian, KPH menjadi pusat informasimengenai kekayaan

sumberdaya hutan dan menatakawasan hutan menjadi bagian-bagian yang

dapat dimanfaatkan oleh berbagai ijin dan/atau dikelolasendiri

pemanfaatannya, melalui kegiatan yangdirencanakan dan dijalankan sendiri.

Apabilaperan KPH dapat dilakukan dengan baik, makaKPH menjadi garis

depan untuk mewujudkanharmonisasi pemanfaatan hutan oleh

berbagaipihak dalam kerangka pengelolaan hutan lestari.

Sesuai dengan Pasal 9 Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 2007 jo.

Peraturan Pemerintah No. 3Tahun 2008, yang dijabarkan dalam

PeraturanMenteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor:P.6/Menhut-II/2010

Tentang Norma, Standar,Prosedur dan Kriteria Pengelolaan Hutan

padaKPHL dan KPHP, secara eksplisit fungsi kerjaKPH dalam

penyelenggaraan pengelolaan hutan ditingkat tapak dapat dijabarkan secara

operasionalsebagai berikut:

1. Melaksanakan penataan hutan dan tata batasdi dalam wilayah KPH.

2. Menyusun rencana pengelolaan hutan ditingkat wilayah KPH, termasuk

rencanapengembangan organisasi KPH.

3. Melaksanakan pembinaan, monitoring danevaluasi kinerja pengelolaan

hutan yang dilaksanakan oleh pemegang ijin pemanfaatanhutan dan

penggunaan kawasan hutan,termasuk dalam bidang rehabilitasi

danreklamasi hutan, serta perlindungan hutandan konservasi alam

4. Melaksanakan rehabilitasi dan reklamasihutan

3
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

5. Melaksanakan perlindungan hutan dankonservasi alam

6. Melaksanakan pengelolaan hutan di kawasantertentu bagi KPH yang

telah menerapkanpola pengelolaan keuangan Badan LayananUmum

(BLU) atau Badan Layanan UmumDaerah (BLUD).

7. Menjabarkan kebijakan kehutanan menjadiinovasi dan operasi

pengelolaan hutan.

8. Menegakkan hukum kehutanan, termasukperlindungan dan pengamanan

kawasan

9. Mengembangkan investasi guna mendukungtercapainya tujuan

pengelolaan hutan lestari.

Berdasarkan fungsi kerja di atas, dalam konteksregulasi kehutanan dan

pembagian urusanpemerintahan antara pemerintah dan pemerintah daerah,

kebijakan KPH telah menimbulkan tafsiryang beragam. Beberapa aspek

penting yangdisajikan pada sub bab berikut diharapkan dapatmengklarifikasi

keragamanan tafsir tentang KPH,sekaligus memberikan gambaran mengenai

ruanglingkup KPH.Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwakeberadaan

KPH akan lebih memastikandiketahuinya potensi hutan, perubahan-

perubahanyang terjadi maupun kondisi masyarakat yangtergantung pada

manfaat sumberdaya hutan.

Selain itu, sangat dipahami bahwa berbagairagam fungsi hutan pada

faktanya terletak dalamhamparan bentang alam yang secara

manajemenlebih memungkinkan efisiensi dan efektivitaspengelolaan hutan

lestari. Dalam hal ini KPHdapat dimaknai sebagai pihak yang

menghimpuninformasi sumberdaya hutan untuk melakukanpengelolaan

4
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

hutan yang saat ini tidak dijalankansecara langsung oleh Kementerian

Kehutanan atauDinas Kehutanan.

1.2. Tujuan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Kesatuan Pengelolaan Hutan

KPHL UnitIIIPohuwato bertujuan untuk menata dan mengatur wilayah KPH

Model Unit III sesuai dengan kaidah – kaidah kelesestarian lingkungan

dengan pemberdayaan masyrakat disekitar wilayah KPHLdalam rangka

peningkatan kesejahteraan sehingga diharapkan dalam kurun waktu 10

(sepuluh) tahunpelaksanaan pengelolaan hutan lebih efektif, efisien dan

bermanfaat

1.3. Maksud

Maksud dari penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL

Model Unit III Pohuwato adalah mewujudkan rencana pengelolaan 10

(sepuluh) tahun, yang pencapaiannya dilaksanakan oleh kepalaKPHL Model

Unit III Pohuwato sebagai pemegang kewenangan pengelolaan, bersama

para pihak pemangku kepentingan yang terkait dan bersinergi didalam

pengelolaan.

1.4. Sasaran

Sasaran yang akan dicapai dalam penyusunan Rencana Pengelolaan

KPHL Model Unit III Pohuwato adalah tersusunnya suatu kerangka formal

pengelolaan untuk sepuluh tahun ke depan yang menjadi acuan bagi

rencana pengelolaan jangka pendek (1 tahun) dalam mewujudkan

kelestarian fungsi dan manfaat dari kawasan KPHL Model Unit III Pohuwato,

serta memberikan kontribusi terhadap pelaksanaan program pembangunan

daerah melalui pemanfaatan sumber daya alam guna pengembangan

5
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

ekonomi pembangunan. Diharapkan 10 tahun mendatang wilayah KPHL

telah dikelola sesuai peruntakannya dalam artian bahwa pengelolaan telah

sesuai dengan blok – blok pengelolaan sehingga memberikan dampak

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Pohuwato

khususnya bagi masyarakat di sekitar KPHL Model Pohuwato serta

perbaikan kondisi lingkungan yang llebih baik dari kondisi saat ini.

1.5. Ruang Lingkup

Penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit

III Pohuwato ditetapkan untuk jangka sepuluh tahun berdasarkan kajian

aspek ekologi, ekonomi dan sosial budaya dengan memperhatikan

partisipasi, aspirasi, budaya masyarakat dan rencana pembangunan

daerah/wilayah. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang ini menjadi dasar

bagi penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Pendek yang selanjutnya

akan diwujudkan kembali dalam bentuk strategi pengelolaan yang memuat

program-program dan usulan kegiatan operasional

1.6. Pengertian

Beberapa istilah yang perlu dipahami dan disepakati bersama dalam

hal berkaitan dengan rencana pengelolaan 10 tahun untuk pengelolaan KPH

antara lain :

1. Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) adalah adalah wilayah

pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat

dikelola secara efisien dan lestari.

2. Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Model adalah Model atau contoh

pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat

6
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

dikelola secara efisien dan lestari yang di tetapkan berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia.

3. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (RPJP) KPH adalah rencana

atau target pengelolaan hutan diwilayah KPH dalam kurun waktu

10 tahun.

4. Wilayah tertentu adalah suatu wilayah hutan yang situasi dan

kondisinya belum menarik bagi pihak ketiga untuk mengembangkan

usaha pemanfaatannya Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang

ditetapkan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya

sebagai hutan tetap.

5. Hutan Produksi yang dapat dikonversi yang selanjutnya disebut HPK

adalah kawasan hutan yang secara ruang dicadangkan untuk

digunakan bagi pembangunan di luar kehutanan.

6. Hutan Produksi Tetap yang selanjutnya disebut HP adalah kawasan

hutan dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah dan intensitas

hujan setelah masing-masing dikalikan dengan angka penimbang

mempunyai jumlah nilai dibawah 125, di luar kawasan lindung, hutan

suaka alam, hutan pelestarian alam dan taman buru.

7. Hutan Produksi Terbatas yang selanjutnya disebut HPT adalah

kawasan hutan dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah dan

intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan dengan angka

penimbang mempunyai jumlah nilai antara 125-174, di luar kawasan

lindung, hutan suaka alam, hutan pelestarian alam dan taman buru.

8. Hutan Lindung yang selanjutnya disebut HL adalah kawasan hutan

yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga

7
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan

erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.

9. Hutan Konservasi yang selanjutnya disebut HK adalah kawasan hutan

dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok pengawetan

keanekaragam tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.

10. Hutan Tetap adalah kawasan hutan yang akan dipertahankan

keberadaannya sebagai kawasan hutan, terdiri dari hutan konservasi,

hutan lindung, hutan produksi terbatas dan hutan produksi tetap.

11. Areal Penggunaan Lain yang selanjutnya disebut APL adalah areal

bukan kawasan hutan.

12. Tata Guna Hutan Kesepakatan yang selanjutnya disebut TGHK adalah

kesepakatan bersama para pemangku kepentingan di tingkat Provinsi

untuk menentukan alokasi ruang kawasan hutan berikut fungsinya yang

diwujudkan dengan membubuhkan tanda tangan di atas peta.

13. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi yang selanjutnya disebut

RTRWP adalah strategi operasionalisasi arahan kebijakan dan strategi

pemanfaatan ruang wilayah nasional pada wilayah provinsi.

14. Paduserasi TGHK dan RTRWP adalah harmonisasi fungsi kawasan

hutan dan Areal Penggunaan Lain berdasarkan TGHK yang berbeda

dengan fungsi kawasan hutan dan Areal Penggunaan Lain menurut

RTRWP sehingga diperoleh fungsi kawasan hutan dan Areal

Penggunaan Lain yang disepakati bersama.

15. Pelepasan kawasan hutan adalah perubahan status kawasan hutan

produksi yang dapat dikonversi menjadi bukan kawasan hutan oleh

Menteri.

8
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

16. Persetujuan prinsip pencadangan adalah persetujuan pencadangan

pelepasan kawasan hutan untuk pengembangan transmigrasi,

permukiman, pertanian, dan perkebunan yang diberikan oleh Menteri

Kehutanan.

17. Surat keputusan pelepasan kawasan hutan adalah surat keputusan

penetapan pelepasan kawasan hutan untuk digunakan bagi

pengembangan transmigrasi, permukiman, pertanian, dan perkebunan

yang ditetapkan oleh Menteri Kehutanan.

18. Tukar Menukar Kawasan Hutan adalah suatu kegiatan melepaskan

kawasan hutan produksi tetap untuk kepentingan pembangunan di luar

sektor kehutanan yang diimbangi dengan memasukkan tanah bukan

kawasan hutan menjadi kawasan hutan oleh Menteri.

19. Izin pemanfaatan hutan adalah izin yang diterbitkan oleh pejabat yang

berwenang yang terdiri dari izin usaha pemanfaatan kawasan, izin

usaha pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil

hutan kayu dan / atau bukan kayu, dan izin pemungutan hasil hutan

kayu dan / atau bukan kayu pada areal hutan yang telah ditentukan.

20. Izin penggunaan kawasan hutan adalah izin kegiatan dalam kawasan

hutan yang diberikan oleh Menteri untuk kepentingan pembangunan di

luar kegiatan kehutanan tanpa merubah status dan fungsi kawasan

hutan.

9
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

BAB II.
DESKRIPSI KAWASAN

2.1. Letak dan Luas KPHL Model Unit III Pohuwato

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia

Nomor SK. 65/Menhut-II/2010 tanggal 28 Januari 2010 tentang Penetapan

Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan

Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Provinsi Gorontalo dimana Kabupaten

Pohuwato dibagi menjadi 3 Unit KPH yaitu :

1. Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Unit I (KPHP Unit I) Kabupaten

Pohuwato dengan luas 53.058 Ha, terdiri dari hutan lindung 18.104 Ha,

hutan produksi terbatas 18.870 Ha dan hutan produksi 16.084 Ha.

2. Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Unit II (KPHL Unit II) Kabupaten

Pohuwato dengan luas 90.885 Ha, terdiri dari hutan lindung 58.624 Ha,

hutan produksi terbatas 20.380 Ha dan hutan produksi 11.881 Ha.

3. Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Unit III (KPHL Unit III) Kabupaten

Pohuwato dengan luas 116.275 Ha, terdiri dari hutan lindung 59.301 Ha,

hutan produksi terbatas 43.369 Ha dan hutan produksi 13.605 Ha.

Pada Tahun 2010 Menteri Kehutanan RI telah menetapkan KPHL unit

III Pohuwato sebagai KPH Model sesuai SK Menhut 334/Menhut-II/2010

tentang pembentukan KPHL Model unit III Kabupaten Pohuwato Propinsi

Gorontalo seluas 116.625 ha yang terdiri dari hutan lindung 59.301 ha, hutan

produksi terbatas 43.369 ha dan hutan produksi tetap seluas 13.605 ha

10
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Gambar 1. Lokasi KPHL Model Unit III Pohuwato

2.2. Karakteristik Kabupaten Pohuwato

Pada awalnya, Kabupaten Pohuwato merupakan bagian administratif

pemerintahan Kabupaten Pohuwato dimana hal ini berlangsung dari tahun

1999 – Mei 2003. Sejak tahun 2002 terdapat keinginan kuat dari

masyarakatMarisa, Lemito, Randangan, dan Popayato untuk mendirikan satu

kabupaten definitif. Berbagai upaya dilakukan oleh tokoh pemuda, tokoh

masyarakat dan komponen lainnya hingga akhir terbitlah Undang-Undang

No. 6 tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Pohuwato dan Bone

Bolango yang disahkan melalui sidang paripurna Dewan Perwakilan Rakyat

Republik Indonesia tanggal 6 Mei 2003. Keluarnya undang-undang ini

merupakan titik klimaks dari rangkaian perjuangan seluruh komponen

masyarakat untuk membentuk satu kabupaten tersendiri, sehingga hal ini

perlu disyukuri oleh seluruh masyarakat di Kabupaten Pohuwato dengan

11
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

cara berpartisipasi dan menjaga keberlanjutan pembangunan di Kabupaten

PohuwatoBerdasarkan perjalanan sejarah ini, akhirnya setiap tanggal 6 Mei

ditetapkan sebagai hari ulang tahun Kabupaten Pohuwato dimana setiap

tahunnya pemerintah daerah dan masyarakat merayakannya sebagai rasa

terima kasih dan rasa syukur atas terbentuknya daerah ini menjadi satu

daerah otonom baru di wilayah Provinsi Gorontalo.

Kabupaten Pohuwato merupakan kabupaten yang berada di ujung

Barat Provinsi Gorontalo yang berbatasan dengan dengan Kabupaten Buol

(Sulawesi Tengah) disebelah utara, sebelah Selatan berbatasan dengan

Teluk Tomini, sebelah Barat berbatasan dengan kabupaten Parigi Moutong

(Sulawesi Tengah) dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten

Pohuwato.Luas wilayah adalah 4.244,31 Km2 atau 36,77% dari luas wilayah

Provinsi Gorontalo dengan wilayah administrasi mencakup 13 kecamatan,

100 desa, 2 UPT dan 3 Kelurahan. Nama kecamatan, jumlah desa dan Luas

wilayah dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas Wilayah Kecamatan dan Jumlah Desa Kabupaten Pohuwato


Tahun 2012

LUAS JML
No NAMA KECAMATAN KETERANGAN
(Km2) Desa/Kel.
1 Paguat 560,93 11 Induk
2 Dengilo 242,39 5 Pemekaran 2008
3 Marisa 34,65 8 Induk
4 Buntulia 375,64 7 Pemekaran 2008
5 Duhiadaa 39,53 8 Pemekaran 2008
6 Taluditi 159,97 6 Pemekaran 2003
7 Lemito 619,5 8 Induk
8 Wanggarasi 188,08 7 Pemekaran 2008
9 Popayato 90,92 10 Induk

12
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

10 Popayato Barat 578,24 7 Pemekaran 2008


11 Popayato Timur 723,74 7 Pemekaran 2008
12 Randangan 331,9 13 Pemekaran 2003
13 Patilanggio 298,82 6 Pemekaran 2003
Jumlah 4.244,31 103
Sumber : RPJMD Kabupaten Pohuwato, 2012

Wilayah Kabupaten Pohuwato berada pada ketinggian antara 0 sampai

sedikit di atas 2.000 m dari permukaan laut. Meskipun demikian, relevansi di

atas 2.000 m dpl hanya ditemukan di daerah perbatasan dengan Sulawesi

Tengah (bagian buol dan Toli-toli). Dengan perbedaan ketinggian seperti itu,

wilayah Kabupaten Pohuwato memiliki suhu udara yang bervariasi cukup

besar. Implikasinya adalah wilayah Kabupaten Pohuwato memiliki potensi

(keragaman kesesuaian) usaha budidaya (usaha tani) yang besar pula. Bila

dimanfaatkan dan dikelola secara tepat, kondisi ini merupakan faktor

kekuatan (strength) dari pengembangan kabupaten. Walaupun demikian,

aspek penentu lain, seperti topografi, iklim dan tanah juga turut menentukan

dan perlu dievaluasi.

2.3. Kondisi Bioekologi

a. Tipe Ekosistem

Berdasarkan tipe ekosistem hutan yang adakawasan KPHL Model

Unit III Pohuwatodibagi ke dalam tiga tipe ekosistem utama, yaituekosistem

hutan dataran rendah danekosistem hutan pegunungan bawah dan

ekosistem pantai. Batas ketiga tipe ekosistem inisangat jelas,hutan dataran

rendah memiliki topografi datar sampai berbukit, sertakondisi ekosistem

hutan pegunungan yang ditandai oleh bentuk relief yangterjal atau terkadang

bergelombang. Sedangkan ekosistem pantai didominasi oleh wilayah yang

datar

13
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Pada kawasan KPHL Model Unit III Pohuwato disebelah utara

didominasi oleh hutan pegunungan bawah, sedangkan disebelah selatan

didominasi oleh hutan dataran rendah

b. Kondisi Flora

Hasil survei yang pernah di lakukan oleh LIPI dan tim peneliti

Universitas Gorontalo menemukan 33 jenis tumbuhan yang tergolong dalam

23 familihanya diblok eks HPHsaja yang masuk dalam blok pemanfaatan

jasa lingkungan dan blok inti/perlindungan KPHL Model Unit III Pohuwato. .

Sedangkan hasil survey yang dilakukan oleh LIPI di empat titik sampel

ditemukan 218 jenis pohon dan tiang (diameter >10 cm) dan 141 Family.

Adapun jenis jenis pohon yang kedapatan melimpah adalah Pterospermum

celebicum, Pterospermum diversifolium, Castanopsis acuminatissima,

Celthis philippensis dan Gonocarium littorale. Beberapa suku yang umum

dijumpai adalahEuphorbiaceae (30 jenis), Meliaceae (12 jenis), Moraceae

(12 jenis), Lauraceae (9 jenis), Myristicaceae (9 jenis), Myrtaceae (9 jenis),

Sapotaceae (8 jenis) dan Sterculiaceae (7 jenis). Jumlah ini akan semakin

besar jika wilayah survey diperluas dan hasil penelitian sebelumnya dari LIPI

yang menginventarisir jenis pohon dimasukkan. Pada umumnya kondisi

vegetasi di lokasi survey relatif masih baik. Tipe vegetasi merupakan

perpaduan dari hutan sekunder tua terutama diblok tarsius dan blok pakel

(blok tarsius dan blok pakel mengikuti penamaan yang sering digunakan

masyarakat setempat). Adapun di blok Kuala ular dan lembah Taiwi

(mengikuti penamaan yang sering digunakan masyarakat setempat)

didominasi oleh hutan sekunder muda dimana vegetasinya didominasi oleh

campuran pohon-pohon yang berdiameter sedang dan kelompok semak

14
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

belukar. Hal ini karena lokasi ini merupakan bekas konsesi HPH yang sudah

tidak beroperasi lagi. Jumlah jenis dan family tumbuhan bawah di sajikan

dalam grafik dibawah ini

35 33

30

25 23

20

15

10

0
SPECIES FAMILY

Gambar 2.. Jumlah species dan family tumbuhan (data


(data primer setelah diolah)

Jenis jenis tumbuhan bawah yang ditemukan pada umumnya dari

jenis semak, paku pakuan dan palem antara lain Asplenium nidus,
nidus

Dicranopteris linealis Calamus zollingeri, Calamus innops, sedangkan

tumbuhan bawah berkayu antara lain terdiri dari Elmerillia ovalis, Pangium

edule, Drypetes globosa, Jenis tumbuhan lain yang ditemukan adalah dari

jenis tumbuhan yang menghasilkan buah antara lain: Pangium edule,

Ananas comosus, Areca catechu, Aglaia argantea. Tumbuhan berbuah ini

pada umumnya dikonsumsi oleh satwa


sat seperti Macaca hecki, Babi rusa dan

lain lain. Adapun jumlah jenis tumbuhan bawah yang dtemukan di 4 lokasi

survey disajikan dalam gambar grafik di bawah ini

15
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

18 17
16
14
14
12
10
8
6
6
4
2
0
SEMAK, PAKU & PALEM KAYU BUAH

Gambar 3.. Jumlah species semak, paku, palem, kayu dan buah ((sumber:
data primer setelah diolah)
diola

. Hasil analisis terhadap status konservasi, hanya terdapat beberapa

jenis tumbuhan bawah yang dilindungi seperti Vitex parviflor (IUCN; VU),

Madhuca betis (IUCN; VU) dan tumbuhan Arenga Pinata (SK Mentan No 52

Tahun 1972). Di lokasi survey juga ditemukan beberapa tumbuhan endemic

pulau Sulawesi seperti Pterospermum celebicum, Livistonia rotundifolia.

Untuk diketahui daun Livistonia rotundufolia sering digunakan oleh

masyarakat sebagai pembungkus makanan pengganti daun pisang. Untuk

melihat lebih jelas jumlah jenis tumbuhan bawah berdasarkan status

konservasinya dapat dilihat pada gambar grafik dibawah ini

16
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

5
5

4
4

1 1
1

0
0
PP NO 7/1999 CITES KEPMEN 54/1972 IUCN ENDEMIK

Gambar 4.. Status konservasi tumbuhan (sumber:


( Tim Universitas Gorontalo
Gorontalo)

Sedangkan status konservasi untuk jenis pohon, terdapat beberapa

jenis endemic dan dilindungi seperti Astronea gracilis, Dilenia serrata,

Horsfieldia lancifolia, Pigaffeta filaris, Arenga pinnata dan jenis yang

termasuk Appendix II CITES adalah Aqularia filarial,


ilarial, Cyathea sp dan

Gonystylus macrophyllus. Disebutkan dalam penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh LIPI bahwa diperkirakan bahwa sebagian besar jenis pohon di

daerah rencana pembangunan KPHL Model Unit III Pohuwatomenghasilkan


menghasilkan

buah dan biji sebagaii pakan burung. Secara keseluruhan kawasan hutan di

wilayah KPHL Model Unit III Pohuwato mempunyai nilai diversitas sedang

sampai tinggi dengan indeks berkisar 1,30 - 1,87.Meskipun demikian jika

dibandingkan dengan diversitas SM Nantu yang mencapai 2,1 mak


maka

diversitas KPHL Model Unit III Pohuwato masih rendah

17
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Tabel 2. Jenis tumbuhan bawah yang ditemukan di lokasi survey

Status Konservasi
No Nama Lokal Nama Ilmiah FAMILI CITES IUCN PP NO
7/1999
1 Calamus Palmae - - -
Rotan batang
zollingeri
2 Korthalsia Palmae - - -
Rotan ronti
celebica
3 Rotan tohiti Calamus innops Palmae - - -
4 Bintangur Calophyllum sp Guttiferae - LC -
5 Pangi Pangium edule Salicaceae - - -
6 Anggrek hutan Dendrobium spp Orchidaceae App I E -
7 Sirih hutan Piper aduncum Piperaceae - - -
8 Nenas hutan Ananas comosus Agavaceae - - -
9 Pinang Areca catechu Palmae - - -
10 Bambu hijau Bambusa spinosa Bambusaceae - - -
11 Paku sarang Asplenium nidus Aspleniaceae - - -
burung sp
12 Pandan Pandanus spp Pandanaceae - - -
13 Dicranopteris Pteridaceae - - -
Pakis kawat linealis
14 Colocasia Euphorbiaceae - - -
Talas esculenta
15 Rumput teki Killinga brevifolia Cyperaceae - - -
16 Panicum Poaceae - - -
Rumpu gajah maximum
17 Pterospermum Sterculiaceae - - -
Boyuhu celebicum
18 Kenanga Cananga odorata Annonaceae - - -
19 Walongo Elmerillia ovalis Magnoliaceae - - -
20 Artocarpus Moraceae - - -
Tohupo elasticus
21 Butungale Pometia pinata Sapindaceae - - -
22 Namu-namu Planchonia valida Lecythidaceae - - -
23 Mallotus Euphorbiaceae - - -
Mataputih floribundus
24 Tolotio Drypetes globosa Euphorbiaceae - - -
25 Ailantus Simaroubaceae - - -
Pongoli integrifolia
26 Wolato Vitex parviflora Verbenaceae - VU -
27 Hulupahu - - - -
28 Langsat hutan Aglaia argantea Meliaceae - - -
29 Seho Arenga spp Palmae - - -
30 Palem kipas Licualla flabelum Palmae - - -
31 Livistonia Palmae - - -
Woka rotundifolia
31 Sarai Caryota mitis Palmae - - -
33 Lamumu Madhuca betis Sapotaceae - Vu -
Sumber: Tim Peneliti Universitas Gorontalo (2010)

c. Kondisi Fauna

Hasil pengamatan terhadap keberadaan satwa menunjukkan terdapat

17 jenis mamalia, 6 jenis reptilia dan 3 jenis ampibia yang bisa ditemukan di

18
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

empat lokasi survey di KPHL Model Unit III Pohuwato.. Tujuh belas jenis

mamalia yang tersebar di wilayah tersebut merupakan hasil kompilasi

beberapa survey yang telah dilakukan oleh berbagai.. Hasil survey dari Tim

LIPI juga menemukan 87 jenis burung dari 34 famili. Adapun spesies kunci

dari hutan di wilayah KPHL Model Unit III Pohuwatoadalah


adalah babir
babirusa. Satwa

lain yang tidak kalah menariknya adalah Tarsius dan Macaca hecki yang bisa

dijumpai secara langsung. Kedua satwa ini merupakan satwa endemic

Sulawesi dan endemic Gorontalo

100
90 87

80
70
60
50
40
30
20 17

10 6
3
0
AMPHIBIA REPTILIA MAMALIA BURUNG

Gambar 5.. Jumlah Satwa Jenis Amphibia,


Amphibia, Reptilia dan Mamalia ((sumber:
data primer setelah diolah)

Dibandingkan dengan status konservasi tumbuhan bawah, status

konservasi fauna jumlahnya relatif banyak. Hasil penelusuran st


studi pustaka

menunjukkan terdapat 9 jenis satwa yang termasuk dilindungi berdasarkan

kategori IUCN. Kategori IUCN pada umumnya berada pada level vulnerable

atau rentan terhadap kepunahan seperti Tarsius, Macaca hecki, babirusa

dan rusa timor. Meskipun rusa timor


timor bukan merupakan hewan ende
endemik

Sulawesi tetapi satwa ini bisa ditemukan diwilayah KPHL Model Unit III

19
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Pohuwato.. Hasil penelitian yang pernah dilakukan


an oleh peneliti dari

Universitas Gorontalo,rusa timor


timor juga bisa ditemukan di kawasan Suaka

Margasatwa Nantu yang berjarak puluhan kilometer


kilometer dari wilayah KPHL

Model Unit III Pohuwato.


Pohuwato Rusa timor merupakan satwa yang umum dijumpai

hampir diseluruh kawasan hutan Sulawesi. Sedangkan jenis Bubalus

depressicornis atau anoa dataran rendah berada pada kategori endangered

atau kritis, artinya jika habitatnya tidak segera diperbaiki maka diperkirakan

anoa yang juga merupakan satwa endemic Sulawesi akan mengalami

kepunahan. Disamping kategori IUCN, status konservasi


konservasi satwa dilokasi

survey juga mengacu pada CITES dan peraturan pemerintah RI yaitu PP No

7 tahun 1999. Berdasarkan hasil studi pustaka ditemukan 6 satwa yang

termasuk dalam status dilindungi berdasarkan CITES terutama appendix I

dan II serta dilindung


ng berdasarkan peraturan pemerintah. Appendix 1 artinya

bahwa jenis satwa ini tidak boleh diperdagangkan. Adapun jumlah jenis

satwa dilindungi tersebut bisa dilihat pada gambar grafik di bawah ini

10
9
9
8
7
6 6
6
5
4
4
3
2
1
0
ENDEMIK PP NO 7/1999 CITES IUCN

Gambar 6.. Status Konservasi Satwa (sumber:


( Tim Universitas Gorontalo
Gorontalo)

20
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Gambar 7. Babi hutan atau Sus celebenisis (kiri) dan sejenis ular hijau berbisa
Trimeresorus albolabris (kanan) (Foto: Tim PSL-UG)

Tabel 3. Jenis satwa yang ditemukan di lokasi survey


Status Konservasi
No Nama Lokal Nama Ilmiah CITES IUCN (2010) PP NO
(2010) 7/1999
1 Babi Rusa Babyrousa babyrussa App I VU D
2 Monyet Hitam App II VU D
Sulawesi Macaca heckii
3 Rusa Carvus timorensis - VU D
4 Babi Hutan Sus celebensis - NT -
5 Kelelawar Cynepterus sp. - - -
6 Anoa Bubalus depressicornis App I E D
7 Tarsius Tarsius spectrum App II VU D
8 Kadal Mabuya multifasciata - - -
9 Biawak Varanus indicus App II LC D
10 Tikus Rattus spp LC
11 Tupai Tupaia spp - - -
12 Bajing Petinomys leucomus - - -
13 Kura-Kura Geomyda yuwonoi - - -
14 Katak Rana spp - - -
15 Kodok Bufo melanostictus - - -
16 Ular hitam Boiga dendrophila - - -
17 Ular hijau Trimeresorus albolabris - - -
18 Ular piton Pyton reticultus App II - -
19 Ular air Enhydris enhydris - LC -
Sumber: Tim Universitas Gorontalo 2010

2.4. Iklim

1. Iklim

Parameter iklim seperti suhu udara, kelembaban udara, penyinaran

matahari dan kecepatan angin di lokasi studi dan sekitarnya diperoleh dari

data yang tersedia Stasiun Badan Meteorologi dan Geofisika Bandara

21
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Jalaludin. Data ini merupakan data rata rata selama 10 tahun terakhir mulai

dari tahun 2000 sampai dengan 2010. Data rataan selama 10 tahun sangat

penting untuk menentukan trend iklim dilokasi restorasi ekosistem dan

sangat menentukan dalam pengelolaan pola tanam. Berdasarkan klasifikasi

Schmidht and Ferguson, KPHL Model Unit III Pohuwatomemilikitipe iklim D.

a. Suhu Udara

Keadaan suhu udara tahunan di lokasi KPHL Model Unit III Pohuwato

berada pada kisaran 27,1 – 32,2 0C, dan termasuk pada kategori temperatur
0
sedang. Temperatur tertinggi terjadi pada bulan Oktober yaitu 33,1 C

sedangkan terendah terjadi pada bulan September 22,3 0C

Tabel 4. Rataan temperature di lokasi KPHL Model Unit III Pohuwato


TEMPERATUR
BULAN
Rataan Max Min
Januari 26,9 31,6 23,7
Februari 28,6 31,1 23,6
Maret 27,0 32,3 23.7
April 27,2 32,6 23,9
Mei 22,2 32,4 25,3
Juni 26,8 32,0 23,4
Juli 26,4 31,2 22,7
Agustus 26,7 31,9 22,5
September 26,9 32,8 22,3
Oktober 28,0 33,6 23,3
Nopember 27,3 33,1 23,6

Desember 27,0 32,2 23,8


RATA-RATA 27,1 32,2 23,5
Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Bandara Jalaluddin 2011

b. Kelembaban Udara

Kelembaban udara tidak terlalu penting bagi pertumbuhan tanaman,

namun perlu mendapatkan perhatian utama dalam kaitannya dengan

pertumbuhan dan perkembangan hama penyakit. Kelembaban yang terlalu

22
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

tinggi bisa menyebabkan virus dan jamur tertentu dapat berkembang dengan

baik. Kelembaban udara di lokasi KPHL Model Unit III Pohuwato dan

sekitarnya sebesar 70,7-83,7 % dengan rata-rata 79,7%. Kelembaban udara

tertinggi tercatat bulan Desember sedangkan kelembaban terendah terjadi

pada bulan September. Kelembaban udara ini berkaitan dengan curah hujan,

angin dan suhu udara yang berpengaruh terhadap evapotranspirasi

Tabel 5. Rataan kelembaban di lokasi KPHL Model Unit III Pohuwato


BULAN Kelembaban Rata-Rata
Januari 82,4
Februari 82,3
Maret 81,1
April 82,9
Mei 81,6
Juni 81,2
Juli 80,1
Agustus 74,8
September 70,7

Oktober 74,8
Nopember 80,8

Desember 83,7
RATA-RATA 79,7
Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Bandara Jalaluddin 2011

c. Kecepatan Angin

Kecepatan angin pada wilayah KPHL Model Unit III Pohuwato

tergolong rendah karena masih berada dikisaran 13.2 – 17.6 km/jam dengan

rata-rata bulanan 15.5 km/jam. Kecepatan angin tertinggi terjadi pada bulan

Agustus dan Maret, meskipun demikian kecepatan angin ini masih tergolong

sangat rendah, sedangkan terendah berada pada bulan Mei.Adapun data

kecepatan angin di KPHL Model Unit III Pohuwato dapat dlihat pada tabel di

bawah ini:

23
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Tabel 6. Rataan Kecepatan Angin di Lokasi KPHL Model Unit III Pohuwato
BULAN Kecepatan Angin
Januari 14,4
Februari 17,2
Maret 17,6
April 14,4
Mei 13.2
Juni 14,8
Juli 16,2
Agustus 17,6
September 16,2

Oktober 16,0
Nopember 13,6
Desember 14,4
RATA-RATA 15,5
Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Bandara Jalaluddin 2011

d. Curah Hujan

Berdasarkan data rata-rata curah hujan tahunan dari BMKG Bandara

Jalaludin, curah hujandi KPHL Model Unit III Pohuwatoberkisar antara 1250-

2750/tahun. Rata rata curah hujan bulanan sebesar 166,9 mm dengan rata

rata hari hujan 16 hari. Curah hujan maksimum terjadi pada bulan Mei

sebesar 252 mm dengan 21 hari hujan, sedangkan curah hujan minimum

83,6 mm terjadi pada bulan agustus.

Menurut criteria Schmidt and Ferguson distribusi curah hujan ini

termasuk pada tipe B, yaitu dengan karakteristik terdapat 11 bulan basah

(CH > 100 mm. Berdasarkan tipe Koppen (Klasifikasi untuk perkebunan dan

kehutanan) areal survey termasuk dalam tipe Ef yaitu tidak memiliki bulan

kering dan rata-rata curah hujan tahunan < 2500 mm/tahun. Menurut

Klasfikasi Oldeman, areal rencana restorasi ekosistem termasuk dalam zone

Agroklimat E1 yaitu memiliki 1 bulan kering pada bulan Agustus dan 3 bulan

basah tidak berturut turut yaitu pada bulan Maret, Mei, dan Nopember.

24
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Sistem klasfikasi Oldeman digunakan untuk melihat hubungan antara iklim

dengan pertanian, dimana pertumbuhan dan produksi tanaman merupakan

sasaran utama dari kepentingan klasfikasi ini.

Gambar 8. Sebaran Curah Hujan di KPHL Model Unit III Pohuwato

e. Lamanya Penyinaran Matahari

Radiasi matahari merupakan unsur iklim yang sangat menentukan laju

fotosintesis pada tanaman. Rata rata lama penyinaran yang dibutuhkan

tanaman berkisar antara 4 – 7 jam/hari. Di lokasi rencana KPHL Model Unit

III Pohuwato penyinaran matahari rata rata 75,6 jam per bulan dengan

intensitas penyinaran rata rata per hari per tahun adalah 65,2% atau 6,3 jam

per hari. Penyinaran tertinggi umumnya terjadi pada bulan Oktober yaitu

238,7 jam dengan intensitas rata rata per hari adalah 74,5% sedangkan

terendah terjadi pada bulan Desember yakni 161,2 jam dengan intensitas

54,9%. Intensitas penyinaran matahari ini sangat berguna untuk membantu

25
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

pertumbuhan vegetasi terutama pada kawasan-kawasan yang akan

direhabilitasi atau ditanami, karena kebutuhan sinar matahari untuk

pertumbuhan optimalnya 6 jam per hari

Tabel 7. Rataan Lamanya Penyinaran diKPHL Model Unit III Pohuwato


Rata-rata Penyinaran Matahari
BULAN
% Jam
Januari 62,2 5,9
Februari 58,3 5,8
Maret 64,8 6,6
April 63,1 6.1
Mei 66,2 6,3
Juni 63,1 6,3
Juli 61,1 6,3
Agustus 74,6 6,3
September 76,6 7,7
Oktober 74,5 7,7
Nopember 62,3 5,4
Desember 54,9 5,2
JUMLAH 75,6
RATA-RATA 65,2 6,3
Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Bandara Jalaluddin 2011

2.5. Kualitas Air di KPHL Model Unit III Pohuwato

Ketergantungan makhluk hidup akan air, merupakan alasan bahwa

sumberdaya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan untuk

berbagai keperluan, baik generasi sekarang maupun yang akan datang.

Selain kuantitas, kualitas air juga sangat penting, yang mencakup aspek fisik,

kimia dan biologi. Kualitas mempengaruhi ketersediaan air, baik untuk

pemenuhan kebutuhan hidup manusia, rekreasi, pertanian, industri, dan

pemanfaatan lainnya.

Hasil analisis sampel air terhadap parameter yang diamati dalam

penelitian ini, dapat dilihat pada hasil pemeriksaan Nomor:

26
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

PS.02.02/XI.9/005/2011 tanggal 25 Januari 2011 sebagaimana terlihat pada

tabel dibawah ini

Tabel 8. Hasil Uji Kimia Air di beberapa Lokasi KPHL Model Unit III
Pohuwato
LOKASI

M IA
UJI KIMIA (SUNGAI
MAKARTI MK IA
PJ IA (SUNGAI PJ IB (SUNGAI SUMUR JAYA (ANAK
TALUDITI 1 TALUDITI 2 PUNCAK SUMUR DALAM SUNGAI
PUNCAK JAYA) PUNCAK JAYA) JAYA MAKARTI HUTAN) MAKARTI)

a. pH 7.14 6.9 5.17* 5.6* 6.62 7.22

b. NH3 0.16 0.33 0.26 0.56 0.13 0.24

c. Chlorida 2.95 2.95 6.89 8.06 2.95 2.95

d. Sulfat 0.3131 0.5413 0.0788 0.0954 0.05 0.2260

e. Merkuri 0.0015 0.0008 0.0010 0.0015 0.0012 0.0014

f. BOD5 3.9* 10.9* 0.1 0.7 0.4 0.4

g. COD 8.3 23.3 2.4 1.4 2.2 1


Sumber: data hasil uji sampel di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan
Penyakit Menular Kelas I Manado(Sumber: PSL Universitas Gorontalo)
Tanda (*) menunjukkan kondisi kualitas air berada di bawah baku mutu

2.6. Kesuburan Tanah

Secara umum hasil analisis contoh tanah menunjukkan kelima contoh

tanah tersebut mempunyai tingkat kesuburan tanah rendah-sedang

(berdasarkan kriteria yang digunakan Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat

Bogor. Hal ini ditunjukkan dengan nilai pH tanah (ekstrak 1:2,5 H2O,

kandungan bahan organic (%) (Walkley & Black), nilai kapasitas tukar kation

(KTK), basa-basa dapat tukar, kandungan N (Kjeldahl) dan P tanah (Olsen).

Contoh tanah disekitar camp pakel menunjukkan pH 4,70 yang berarti

tanah tersebut tergolong masam. Hal ini terjadi karena proses pelapukan di

hutan alam berjalan cepat. Nilai pH masam akan sangat mempengaruhi

ketersediaan unsur hara termasuk unsur N, P, Ca, Mg, K, Na. Hal ini sejalan

dengan hasil analisis contoh tanah yang menunjukkan bahwa kandungan

27
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

unsur-unsur hara tersebut berada dalam kisaran rendah-sedang.

Kandungan C organic tanahnya sebesar 2,23 % (sedang), N sebesar 0,22 %

(sedang), P2O5 11,99 ppm (sedang), KTK tanah 24,25 cmol(+)/kg (sedang),

Ca 2,25 cmol(+)/kg (rendah), Mg 0,56 cmol(+)/kg (rendah), K 0,22 cmol(+)/kg

(rendah), 0,12 cmol(+)/kg (rendah). Tekstur tanah tergolong liat berdebu

dengan kandungan liat mencapai 56 % dan debu 41%. Tingkat kesuburan

tanah dilokasi camp pakel berada pada level sedang artinya ketersediaan

unsur hara makro masih dalam kondisi yang memadai untuk menopang

pertumbuhan tanaman.

Contoh tanah disekitar bekas konsesi HPH menunjukkan pH 5,23

yang tergolong agak masam. Kandungan C organic 2,07% (sedang), P2O5

11,15 ppm (sedang), KTK 23,88 cmol(+)/kg (sedang), Mg 0,42 cmol(+)/kg

(rendah), Ca 2,85 cmol(+)/kg (rendah), K 0,24 cmol(+)/kg (rendah), dan Na

0,11 cmol(+)/kg (rendah). Tekstur tanah tergolong liat dengan kandungan

liat 62% dan debu 32%. Hal ini menandakan bahwa tanah dilokasi ini

mempunyai potensi terbentuk drainase kurang baik yang akan ditandai

adanya genangan di permukaan akibat adanya lapisan yang mengandung

liat cukup tinggi di permukaan. Jika dilihat dari kondisi kesuburan tanah,

semua jenis tanaman bisa hidup dengan baik dilokasi ini.

Contoh tanah cabang bulu (berada di wilayah bagian bawah pada

lokasi pengamatan) mempunyai pH 6,15 yang berarti tanah tersebut

tergolong agak masam. Kandungan C organic tanah A1 sebesar 1,89 %

(rendah), N sebesar 0,15 % (rendah), P2O5 10,58 ppm (rendah), KTK tanah

25,62 cmol(+)/kg (sedang), Ca 3,52 cmol(+)/kg (rendah), Mg 1,25 cmol(+)/kg

(sedang), K 0,16 cmol(+)/kg (rendah), 0,14 cmol(+)/kg (rendah). Tekstur

28
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

tanah tergolong liat berdebu dengan kandungan liat mencapai 54 %, pasir 5

% dan debu 41%. Kondisi kesuburan tanah dilokasi ini masih mampu

menunjang pertumbuhan tanaman keras ataupun tanaman semusim.

Contoh tanah km 43 dekat konsesi HPH pH 6,16 yang berarti tanah

tersebut tergolong agak masam. Kandungan C organik tanah sebesar 1,83

% (rendah), N sebesar 0,11 % (rendah), P2O5 10,79 ppm (rendah), KTK

tanah 24,88 cmol(+)/kg (sedang), Ca 3,45 cmol(+)/kg (rendah), Mg 1,19

cmol(+)/kg (sedang), K 0,32 cmol(+)/kg (rendah), 0,12 cmol(+)/kg (rendah).

Tekstur tanah A1 tergolong liat berdebu dengan kandungan liat mencapai 48

% dan debu 48%. Tanah ini mempunyai karakteristik warna merah

menunjukkan kandungan besi-besi oksida cukup tinggi. Tingginya besi

oksida dapat menjadi petunjuk bahwa tanah tersebut telah mengalami

proses pelapukan lanjut sehingga mineral-mineral yang mudah lapuk telah

habis dan tersisa mineral yang sulit lapuk. Hal ini berarti tanah yang

terbentuk mempunyai tingkat kesuburan yang tergolong rendah dan

memerlukan input yang tinggi untuk memperbaiki kesuburannya.

Penambahan bahan organik dan pupuk serta kapur diperlukan untuk

memperbaiki sifat tanah. Dilihat dari jenis tanaman, hampir semua jenis

tanaman masih bisa tumbuh hanya saja di awal pertumbuhannya masih

memerlukan input terutama pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan

tanah. Tanah di lokasi tambang mempunyai pH 5,10 yang berarti tanah

tersebut tergolong masam. Nilai pH masam akan sangat mempengaruhi

ketersediaan unsur hara termasuk unsur N, P, Ca, Mg, K, Na dan KTK tanah.

Hal ini sejalan dengan hasil analisis contoh tanah yang menunjukkan bahwa

kandungan unsur-unsur hara tersebut berada dalam kisaran rendah-sedang.

29
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Kandungan C organic sebesar 1,88 % (rendah), N sebesar 0,10 % (rendah),

P2O5 10,62 ppm (rendah), KTK tanah 26,21 cmol(+)/kg (sedang), Ca 3,07

cmol(+)/kg (rendah), Mg 0,14 cmol(+)/kg (rendah), K 0,18 cmol(+)/kg

(rendah), 0,13 cmol(+)/kg (rendah). Tekstur tanah A1 tergolong liat dengan

kandungan liat mencapai 62 % dan debu 31%. Kandungan liat tinggi

dimungkinkan karena wilayah ini adalah wilayah tambang yang

menyebabkan lapisan bawah (subsoil) telah tersingkap ke bagian atas.

Lapisan bawah umumnya mengandung liat lebih tinggi akibat proses

pencucian dan liat terakumulasi di lapisan bawah. Jika dilihat dari kondisi

kesuburan tanah dilokasi ini, maka lokasi ini memerlukan perlakuan khusus

agar tingkat kesuburannya bisa pulih mengingat lokasi ini merupakan areal

pertambangan tradisional. Adapun tanaman yang dipilih ada beberapa jenis

tanaman yang tahan terhadap kondisi kesuburan tanah yang rendah seperti

dari jenis leguminosa, trembesi dan lainnya. Pembangunan KPHL Model Unit

III Pohuwato diharapkan bisa mempercepat proses pemulihan kondisi

kesuburan tanah

2.7. Fungsi Kawasan Hutan KPHL Model Unit III Pohuwato

Berdasarkan fungsinya kawasan hutan diKPHL Model Unit III

Pohuwatodibagi menjadi beberapa tipe yaitu hutan lindung, hutan produksi

dan hutan hutan produksi terbatas. Ketiga hutan ini memiliki fungsi yang

berbeda-beda. Hutan lindung berfungsi sebagai perlindungan sistem

penyangga kehidupan, sedangkan hutan produksi adalah hutan yang

diperuntukkan gunaproduksi hasil hutan untuk memenuhi keperluan

masyarakat padaumumnya, pembangunan, industri, dan ekspor. Hutan

produksi dibagi menjadi 3 kategori yaitu hutan produksi tetap (HP), hutan

30
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

produksi terbatas (HPT) dan hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK).

Kriteria penentuan HL, HP dan HPT didasarkan pada sistem skoring HL

memiliki skoring > 175 sedangkan HPT mempunyai skoring 125-174 dan HP

memiliki skoring < 124. Sebaran fungsi kawasan hutan di KPHL Model Unit

III Pohuwato dapat dilihat pada tabel. Adapun sebaran fungsi kawasan hutan

dan luasannya di KPHL Model Unit III Pohuwato dapat dilihat pada gambar

dan tabel di bawah ini

Gambar 9. Fungsi hutan di KPHL Model Unit III Pohuwato

Tabel 9. Fungsi Kawasan Hutan di KPHL Model Unit III Pohuwato


NO FUNGSI HUTAN LUAS (HA)
1 HUTAN LINDUNG 59.301
2 HUTAN PRODUKSI 13.605
3 HUTAN PRODUKSI TERBATAS 43.369
GRAND TOTAL 116.625
Sumber: Hasil Olahan

31
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

2.8. Ketinggian tempat (Altitude)

Ketinggian (elevasi atau Altitude) adalah posisi vertikal (ketinggian)

suatu objek dari suatu titik tertentu (datum). Datum yang biasa digunakan

adalah permukaan laut dan permukaan geoidWGS-84 yang digunakan oleh

GPS. Oleh karena itu, altitudo seringkali dinyatakan sebagai ketinggian dari

permukaan laut (biasa disingkat dpl), dengan satuan meter. Menurut para

ahli iklim banyak diubah oleh ketinggian tempat. Bagian-bagian yang lebih

tinggi dari suat daerah umumnya lebih banyak kena pasir daripada bagian-

bagian yang lebih rendah. Pada elevasi-elavasi yang lebih tinggi radiasi

matahari selama cuaca terang adalah lebih terik daripada elevasi-elevasi

yang lebih rendah. Angin yang lebih keras meniup pada elevasi-elevasi yang

tinggi daripada elevasi-elevasi yang lebih rendah. Temperatur tanah

menurun dengan meningkatnya ketinggian. Atmosfer kurang rapat pada

elevasi-elevasi yang lebih tinggi karena itu kurang dapat mengabsorbsi dan

memegang panas. Lembah-lembah dan jurang-jurang dapat lebih banyak

terkena bahaya hawa dingin dibandingkan lereng-lereng didekatnya yang

berada beberapa ratus meter lebih tinggi.

Selanjutnya beberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan

memberikan kesimpulan bahwa ketinggian tempat mempunyai efek-efek

tidak langsung terhadap riap dan bentuk pohon-pohon hutan. Efek tidak

langsung dari bertambahnya ketinggian terhadap pohon-pohon sebagai

individu adalah sebagai berikut :

1. Pertumbuhan tinggi menurun secara teratur,

2. Riap total lambat laun akan menurun,

32
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

3. Waktu pengembangan diperpanjang, yaitu pohon memerlukan waktu

lebih lama untuk menjadi dewasa.

4. Perkembangan tajuk lambat laun menjadi lebih rendah dan lebih

mendekati tanah

Tabel 10. Ketinggian tempat Kawasan Hutan KPHL Model Unit III Pohuwato
No Altitude Grand Total
1 0 - 500 m dpl 54218,49
2 500 - 1000 m dpl 13317,89
3 1000 - 1500 m dpl 2634,75
4 > 2000 m dpl 119,19
Sumber: Hasil Olahan

Gambar 10. Sebaran ketinggian tempat di KPHL Model Unit III Pohuwato

Berdasarkan hasil perhitungan, kawasan KPHL Model Unit III Pohuwato

umumnya terletak pada ketinggian 0 – 500 mdpl yang tersebar pada

kawasan HL, HP dan HPT.

33
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

2.9. Kelerengan (Slope)

Landsekap di kawasan KPHL Model Unit III Pohuwato bervariasidari

datar, bergelombang, sampai dengan curam. Bagiankawasan yang

bergunung terletak pada sisi utara. Puncak tertinggi terletak pada ketinggian

2064 m.dpl disebelah Utara KPHL Model Unit III Pohuwato. Sisi ini dicirikan

olehkenampakan topografi relief tinggi, bentuk lereng yang terjal dan

teksturtopografi yang kasar.Daerah perbukitan dicirikan oleh bentuk relief

dan tekstur topografihalus sampai sedang, bentuk lereng sedang sampai

rendah, bentuk bukityang tumpul dengan lembah yang sempit sampai

melebar. Kawasan dengan topografi dataran dicirikanoleh bentuk permukaan

lahan yang datar sampai sedang dan sedikitbergelombang.Adapun

kelerengan di KPHL Model Unit III Pohuwato dapat dilihat pada tabel 11

Tabel 11. Kelerengan Kawasan Hutan KPHL Model Unit III Pohuwato
No Slope JUMLAH
1 Slop > 40% 25331,96
2 Slop 0 - 2% 2828,92
3 Slop 15 - 25% 16479,7
4 Slop 2 - 8% 2672,7
5 Slop 25 - 40% 65915,67
6 Slop 8 - 15% 3396,58
Grand Total 116.625,53
Sumber: Data hasil olahan spatial

34
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Gambar 11. Peta Kelas Lereng di KPHL Model Unit III Pohuwato

2.10. Jenis tanah

Tanah merupakan bagian terluar kulit bumi, tanah terbentuk dari hasil

pelapukan batuan dan bercampur dengan batuan organik. Pelapukan yang

terjadi adalah pelapukan tanaman atau hewan yang telah berumur tua dan

mengendap. Hasil endapan inilah yang membentuk tanah

Jenis tanah merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan

tanaman karena perbedaan jenis tanah mempengaruhi sifat-sifat dari tanah

tersebut. Untuk memahami hubungan antara jenis tanah , diperlukan

pengetahuan yang mampu mngelompokkan tanah secara sistematik

sehingga dikenal banyak sekali sistem klasifikasi yang berkembang. Untuk

mempel ajari hubungan antar jenis tanah maka sistem klasifikasi tanah

dibagi menjadi sistem klasifikasi alami dan sistem klasifikasi teknis

Berdasarkan peta jenis tanah di KPHL Model Unit III Pohuwato terdapat

beberapa jenis tanah yaitu, aluvial, latosol, grumosol, litosol dan podzolik

35
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

merah kuning.Beberapa pakar mengemukakan, tanah Aluvial merupakan

tanah subur yang cocok digunakan untuk sistem pertanian intensif. Tanah

aluvial adalah tanah muda yang dalam proses pembentukannya masih

terlihat campuran antara bahan organik dan bahan mineral. Tanah Alluvial

berwarna kelabu muda bersifat fisik keras dan pijal jika kering dan lekat jika

basah. Kaya akan fosfat yang mudah larut dalam sitrat 2% mengandung 5%

CO2 dan tepung kapur yang halus dan juga berstruktur pejal yang dalam

keadaan kering dapat pecah menjadi fragmen berbetuk persegi sedang sifat

kimiawinya sama dengan bahan asalnya (Munir, 1996). Sarief (1987)

menyatakan bahwa tanah Aluvial berwarna kelabu sampai kecoklat-coklatan.

Tekstur tanahnya liat atau liat berpasir, mempunyai konsistensi keras waktu

kering dan teguh pada waktu lembab. Kandungan unsur haranya relatif kaya

dan banyak tergantung pada bahan induknya. Reaksi tanahnya dari asam,

netral sampai basa. Berdsarkan bahan induknya terdapat tanah Aluvial pasir,

lempung, kapur, basa,asam dan lain-lain. Tanah Aluvial hanya meliputi lahan

yang sering atau baru saja mengalami banjir, sehingga dapat dianggap

masih muda dan belum ada diferensiasi horison. Endapan aluvial yang

sudah tua dan menampakkan akibat pengaruh iklim dan vegetasi tidak

termasuk aluvial

Suatu hal yang mencirikan pada pembentukan aluvial ialah bahwa

bagian terbesar bahan kasar akan diendapkan tidak jauh dari sumbernya.

Tekstur bahan yang diendapkan pada waktu tempa yang sama akan lebih

seragam, makin jauh dari sumbernya makin halus butir yang diangkut.

Karena itu terbentuk akibat banjir di musim hujan, maka sifat bahan –

bahannya juga tergantung pada kekuatan banjir dan asala serta macam

36
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

bahan yang diangkut, sehingga menampakkan ciri morfologi berlapis – lapis

atau berlembaran –lembaran yang bukan horison karena bukan hasil

perkembangan tanah.

Tanah Alluvial pada proses pembentukannya sangat tergantung dari

bahan induk asal tanah dan topografi, punya tingkat kesuburan yang

bervariasi dari rendah sampai tinggi, tekstur dari sedang hingga kasar, serta

kandungan bahan organic dari rendah sampai tinggi dan pH tanah berkisar

masam, netral, sampai alkalin, kejenuhan basa dan kapasitas tukar kation

juga bervariasi karena tergantung dari bahan induk.

Jenis tanah Aluvial di KPHL Model Unit III Pohuwato yang terdapat di

HL, HP dan HPT seluas 53 ha atau yang paling kecil dari total luas wilayah

KPH. Jenis tanah lainnya yang terdapat di KPHL Model Unit III Pohuwato

adalah Podsolik seluas 42417 ha. Jenis tanah ini merupakan jenis tanah

yang kurang subur karena telah mengalami pencucian lanjut. Dilihat dari

tingkat kemasaman tanah maka tanah jenis tanah podsolik merupakan tanah

masam.

Tanah podsolik merupakan tanah yang memiliki tingkat kesuburan

sedang. Tanahnya berwarna merah atau kekuning-kuningan. Tanah podsolik

mempunyai karakteristik tekstur yang lempung atau berpasir dengan pH

rendah serta memiliki kandungan unsur aluminum dan besi yang tinggi.

Karakteristik lain yang dapat ditemui pada tanah podsolik adalah daya

simpan unsur hara sangat rendah karena bersifat lempung sehingga tidak

memadai untuk tanaman semusim, kadar bahan-bahan organik rendah dan

hanya terdapat di permukaan tanah saja, dan penyimpanan air sangat

rendah sehingga mudah mengalami kekeringan. Tanah podsolik pada

37
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

umumnya terletak pada daerah yang memiliki iklim basah dengan curah

hujan lebih dari 2500 mm per tahun dan banyak terdapat di daerah-daerah

dengan topografi pegunungan. Sebaran jenis tanah dan luasannya di KPHL

Model Unit III Pohuwato dapat dilihat pada gambar dan tabel

Tabel 12. Jenis tanah di KPHL Model Unit III Pohuwato


No Jenis Tanah Jumlah
1 Aluvial Hodromorf,Glei Humus 1.973,61
2 Aluvial,Aluvial,Aluvial 1.923,43
3 Latosol, Latosol, Latosol 5.562,39
4 Latosol, Latosol, Litosol 613,85
5 Mediteran Merah Kuning, Mediteran Merah Kuning 28.805,57
6 Podsolik Merah KUning, Podsolik Merah Kuning 77.746,69
Grand Total 116.625,54
Sumber: Hasil olahan spatial

Gambar 12. Sebaran jenis tanah di KPHL Model Unit III Pohuwato

2.11. Tutupan lahan

Landuse(penggunaan lahan)danlandcover(penutupan lahan) sering

digunakan secara bersama-sama. Kedua terminologi tersebut

berbeda. Menurut Lillesand dan Kiefer pada tulisan mereka tahun 1979

38
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

kurang lebih berkata: penutupan lahan berkaitan dengan jesis kenampakan

yang ada di permukaan bumi, sedangkan penggunaan lahan berkaitan

dengan kegiatan manusia pada obyek tersebut. Townshend dan Justice

pada tahun 1981 juga punya pendapat mengenai penutupan lahan, yaitu

penutupan lahan adalah perwujudan secara fisik (visual) dari vegetasi, benda

alam, dan unsur-unsur budaya yang ada di permukaan bumi tanpa

memperhatikan kegiatan manusia terhadap obyek tersebut. Sedangkan

Barret dan Curtis, tahun 1982, mengatakan bahwa permukaan bumi

sebagian terdiri dari kenampakan alamiah (penutupan lahan) seperti

vegetasi, salju, dan lain sebagainya. Dan sebagian lagi berupa kenampakan

hasil aktivitas manusia (penggunaan lahan)

Berdasarkan peta tutupan lahan Propinsi Gorontalo, jenis tutupan lahan

di KPHL Model Unit III Pohuwato berbeda-beda. Tutupan lahan di KPHL

Model Unit III Pohuwato didominasi oleh hutan sekunder lahan kering..

Tutupan lahan ini dapat disaksikan langsung di lapangan dimana perbukitan

yang mengelilingi KPHL Model Unit III Pohuwato didominasi oleh hutan

sekunder. Sebaran hutan sekunder terbesar terdapat di hutan produksi.

Sebaran tipe penutupan lahan di KPHL Model Unit III Pohuwato dapat dilihat

pada gambar dan tabel dibawah ini

39
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Gambar 13. Tutupan Lahan di KPHL Model Unit III Pohuwato

Tabel 13. Tutupan lahan berdasarkan fungsi kawasan di KPHL Model Unit III
Pohuwato

No Jenis Tutupan Lahan Luas


1 Hutan lahan kering primer 45.885,02
2 Hutan lahan kering sekunder 63.126,05
3 Hutan mangrove sekunder 2.153,86
4 Hutan rawa sekunder 3,02
5 Perkebunan 447,51
6 Pertanian lahan kering 364,65
7 Pertanian lahan Kering Campur Semak 2.952,80
8 Sawah 30,03
9 Semak / belukar 990,78
10 Tambak 508,73
11 Tanah terbuka 86,5
12 Tubuh Air 76,58
Grand Total 116.625,54
Sumber: Hasil olahan data spatial

40
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

2.12. Daerah Aliran Sungai

Seorang pakar menyebut bahwa DAS sebagai “A river of drainage

basin in the entire area drained by a stream or system of connecting streams

such that all stream flow originating in the area discharged through a single

outlet”. Sementara itu IFPRI menyebutkan bahwa “A watershed is a

geographic area that drains to a common point, which makes it an attractive

unit for technical efforts to conserve soil and maximize the utilization of

surface and subsurface water for crop production, and a watershed is also an

area with administrative and property regimes, and farmers whose actions

may affect each other’s interests”. Selanjutnya Asdak (1995) mengemukakan

bahwa daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang menerima,

menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkan ke laut

atau danau melalui satu sungai utama. Dengan demikian suatu DAS akan

dipisahkan dari wilayah DAS lain di sekitarnya oleh batas alam (topografi)

berupa punggung bukit atau gunung. Dengan demikian seluruh wilayah

daratan habis berbagi ke dalam uni-unit Daerah Aliran Sungai (DAS).

Kawasan pengelolaan hutan lindung (KPHL) Pohuwato terdiri dari 3

DAS yaitu DAS Randangan, DAS Paguyaman dan DAS Tilamuta.

Berdasarkan kriteria BPDAS Bone Bolango, ketiga DAS ini merupakan DAS

prioritas karena memegang penting sebagai penyuplai air sekaligus memiliki

tingkat kerusakan yang relatif tinggi. Adapun sebaran DAS di KPHL Model

Unit III Pohuwato dapat dilihat pada gambar dan tabel di bawah ini.

41
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Gambar 14. Sebaran DAS di KPHL Model Unit III Pohuwato

2.13. Hidrologi

Kawasan hutan di KPHL Model Unit III Pohuwato merupakanbagian

dari hulu beberapa sungai besar di Propinsi Gorontalo. Sisi sebelah Utara

antara lain merupakan hulu Sungai Randangan, Sungai Taluditi, Sungai

Lemito, Sungai Popayato dan Hulu Sungai Paguyaman yang merupakan

salahsatu sungai yang mempengaruhi sistem irigasi di Kabupaten Pohuwato.

Sungai Randangan adalah merupakan sumber pengairan persawahan di

Kabupaten Pohuwatoyang meliputi Taluditi dan Lemito dan Randangan.

Sungai Randangan juga dimanfaatkan untuk pemenuhan air bersih bagi

masyarakat dibeberapa kecamatan yang dilewati oleh sungai

Randangan.Disamping itu, juga ditemukan beberapa mata air dan sungai-

sungai kecil. Fluktuasi debit air sungai-sungai besar dari dalam kawasan

42
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

KPHL Model Unit III Pohuwato sampai saat ini masih relatif stabil

sepanjangtahun.

Sungai Randangan meliputi wilayah seluas ± 290.000 ha dengan

panjang sungai utama 95,8 km. Mayoritas (sekitar 80 %) dari wilayah Sungai

Randangan ini berada pada daerah dengan topografi berbukit-dan

bergunung dengan tingkat kemiringan/kelerengan > 40 %. Sementara untuk

Sungai Popayato meliputi wilayah seluas ± 80.000 ha dengan panjang

sungai utama 40,6 km. Sebagian besar wilayah Sungai Popayato ini berada

pada daerah dengan topografi datar dan berbukit, dimana banyak terdapat

permukiman, perkebunan, dan pertanian lahan basah dan lahan kering.

Tabel 14. Nama dan Panjang Sungai-Sungai di Kabupaten Pohuwato


No. NAMA SUNGAI PANJANG DAERAH YANG DILALUI
ALIRAN
(km)
1 Popayato 40,6 Popayato
2 Lemito 26,4 Lemito
3 Malango 91,5 Popayato, Lemito,
4 Randangan 95,8 Randangan
5 Marisa 38,0 Marisa, Randangan
6 Paguat 17,3 Paguat, Marisa
Paguat
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Pohuwato

Potensi hidrologi di KPHL Model Unit III Pohuwato juga dipergunakan

sebagai sumber daya air permukaan ini juga merupakan sumber air baku air

bersih yang dikelola oleh PDAM “Tirta Maleo” Kabupaten Pohuwato

meskipun belum optimal. Data yang ada menunjukkan bahwa sampai tahun

2010 ini besarnya potensi sumber daya air permukaan yang dimanfaatkan

sebagai sumber air baku air bersih PDAM Kabupaten Pohuwato adalah baru

sebesar 25 liter/detik dengan sumber air baku yang berasal dari empat

sungai, masing-masing di Paguat (10 lt/dtk), Popayato (10 lt/dtk), dan Lemito

(5 lt/dtk).

43
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

2.14. Rawan Longsor

Dalam RTRW Provinsi Gorontalo disebutkan bahwa kawasan yang

diidentifikasi berpotensi rawan bencana alam di wilayah Kabupaten

Pohuwato menurut prioritas penanganannya meliputi antara lain berupa

kawasan rawan banjir, tsunami, dan kawasan rawan gempa bumi (sangat

rendah).Berdasarkan hasil analisis peta geologi lembar Tilamuta, di wilayah

Kabupaten Pohuwato terdapat dua zona rawan gempa bumi yaitu tergolong

sangat rendah terdapat di wilayah Kecamatan Lemito, dan Popayato.

Sedangkan yang tergolong rendah terdapat di wilayah Kecamatan

Randangan, Taluditi, Patilanggio, Marisa dan Paguat.Sementara untuk

kawasan rawan bencana alam banjir di Kabupaten Pohuwato lebih banyak

dipengaruhi oleh faktor alam, seperti kondisi fisik topografi, alur aliran air,

curah hujan yang tinggi, peresapan air yang rendah, pendangkalan dan

penyempitan alur sungai, dan pendangkalan muara sungai. Daerah-daerah

yang diidentifikasi merupakan daerah rawan bencana alam banjir, meliputi

wilayah yang sebagian besar merupakan kawasan hilir sungai-sungai, baik

sungai besar maupun sungai kecil yang meliputi : Kecamatan Marisa,

Duhiadaa, Randangan, Dengilo, Wanggarasi, Lemito, Popayato Timur,

Popayato, dan Popayato Barat

2.15. Aksesibilitas

Lokasi KPHL Model Unit III Pohuwato tersebar di dua wilayah yaitu

disebelah utara dan Selatan Selatan Kabupaten Pohuwato. Kesatuan

Pengelolaan Hutan LindungPohuwatoyang terletak disebelah utaradapat

dicapai dari arah selatan melalui Marisa Ibukota Pohuwato dan dari arah

barat melalui Kecamatan Pohuwato. Cara pencapaian lokasi dari Kota

44
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Gorontalo ke menggunakan jalur darat sepanjang 160 km yang ditempuh

selama 3-4jam Sedangkan dari arah Kabupaten Pohuwato ditempuh selama

1-2 jam. Kondisi jalan pada umumnya sudah diaspal dan sebagian kecil

merupakan jalan logging eks HPH yang pernah beroperasi di kawasan KPHL

Model Unit III Pohuwato.Perjalanan ke lokasi KPHL Model Unit III

Pohuwatodari arahPopayato ditempuh kurang lebih 2 jam.

Gambar 15. Aksesibilitas di KPHL Model Unit III Pohuwato

2.16. Posisi KPHL Model Unit III Pohuwato dalam Rencana Tata Ruang

Kabupaten Pohuwato

Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Pohuwato merupakan rencana

distribusi peruntukan ruang dalam wilayah Kabupaten Pohuwato yang

meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana

peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.

Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Pohuwato berfungsi :

45
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

a. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi

masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah

Kabupaten Pohuwato.

b. Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang.

c. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah

lima tahunan untuk dua puluh tahun, dan

d. Sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah

Kabupaten Pohuwato.

Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Pohuwato dirumuskan dengan

kriteria :

a. Merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWN beserta

rencana rincinya.

b. Merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRW Provinsi

Gorontalo beserta rencana rincinya.

c. Mengakomodasi kebijakan pengembangan kawasan andalan nasional

yang berada di wilayah Kabupaten Pohuwato.

d. Memperhatikan rencana pola ruang wilayah kabupaten yang berbatasan

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN; PP/26/2008)

menetapkan salah satu kawasan andalan nasional berada di Kabupaten

Pohuwato, yakni Kawasan Andalan Marisa untuk kegiatan pertanian,

perkebunan, dan perikanan. Nilai strategis nasional dari sebuah kawasan

andalan meliputi kemampuan kawasan untuk memacu pertumbuhan

ekonomi kawasan dan wilayah disekitarnya serta mendorong pemerataan

perkembangan wilayah. Selain itu, kawasan Pohuwato dan sekitarnya

sesuai dengan arahan kebijakan dan strategi pengembangan wilayah

46
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

provinsi dari sudut kepentingan percepatan pertumbuhan ekonomi di

kawasan barat Provinsi Gorontalo sesuai dengan keunggulan komparatif dan

kompetitif masing-masing kawasan yang meliputi antara lain : letak geografis

kawasan, serta dukungan ketersediaan prasarana dan sarana ekonomi yang

berskala pelayanan regional, menetapkan Kawasan Paguat sebagai

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) provinsi. Perwujudan pengimplementasian

kebijakan tersebut secara bertahap telah terealisir, diantaranya

menempatkan Kawasan Peruntukan Industri dan Pergudangan regional di

kawasan Paguat, pengembangan Pelabuhan Penumpang dan Pelabuhan

Barang Bumbulan, disertai dengan peningkatan intensitas ektifitas ekonomi

oleh pelaku swasta dan masyarakat secara luas.

Berdasarkan hasil overlay dengan arahan pengembangangan yang

tercantum dalam RTRW Pohuwato, pengembangan KPHL Model Unit III

Pohuwato diarahkan untuk kawasan lindung, kawasan budidaya dan

kawaasan wisata. Sebaran hutan lindung di wilayah Kabupaten Pohuwato

sebagian besar terdapat di wilayah bagian utara pada areal lahan yang

bertopografi 500 – 1.500 m dpl dengan tingkat kelerengan sebagian besar

berada pada kelas lereng 25 – 40 %. Hutan lindung dengan karakteristik

areal tersebut umumnya tersebar pada wilayah Kecamatan Taluditi,

Wanggarasi, Buntulia, Lemito, Patilanggio, Popayato, Popayato Timur, dan

Popayato Barat. Hasil overlay dengan peta tutupan lahan menunjukkan

bahwa sebagian areal hutan lindung telah mengalami bukaan vegetasi yang

cukup luas, seperti menjadi tegalan, semak belukar, terutama pada wilayah

Kecamatan Taluditi dan Wanggarasi.Sebaran hutan lindung atau kawasan

lindung lainnya adalah sempadan sungai randangan utamanya di wilayah

47
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

bagian utara Kecamatan Wanggarasi dan Kecamatan Taluditi di daerah hulu

sungai tersebut, dan hutan mangrove yang penyebarannya meliputi

beberapa kecamatan, seperti Kecamatan Marisa, Duhiadaa, Lemito, Paguat,

Patilanggio, Popayato, Popayato Barat, Popayato Timur, dan Kecamatan

Randangan. Kawasan merupakan kawasan hutan lindung karena

diperlukan untuk menjaga kelestarian ekosistem wilayah pantai dan

meredam abrasi pantai dari hantaman gelombang laut.

Arahan pengembangan KPHL Model Unit III Pohuwatolainnya adalah

sebagai wilayah budidaya terutama budidaya sektor kehutanan. Sesuai

dengan Kepmenhut No. SK.433/Menhut-II/2009 wilayah Hutan Produksi

Terbatas (HPT) di wilayah KPHL Model Unit III Pohuwatoseluas 80.083 ha,

Hutan Produksi Tetap seluas 40.920 ha. Hutan produksi terbatas ini

merupakan kawasan yang memproduksi kayu dan hasil hutan lainnya, tetapi

eksploitasinya hanya dapat dengan sistem tebang pilih dan tanam. Hanya

saja hingga saat ini produksi kayu yang dihasilkan di kawasan hutan

produksinya volumenya sudah menurun, bahkan beberapa ijin HPH di

kawasan ini sudah dicabut ijinnya oleh Menteri Kehutanan RI

2.17. Aspek Sosial Ekonomi

Inventarisasi sosial budaya masyarakat di dalam/sekitar hutan

merupakan salah satu komponen dalam inventarisasi hutan terestris.

Menurut Undang – Undang Republik Indonesia nomor 41 tahun 1999 tentang

Kehutanan pasal 13, disebutkan bahwa inventarisasi hutan dilaksanakan

untuk mengetahui dan memperoleh data dan informasi tentang sumber daya,

potensi kekayaan alam hutan, serta lingkungannya secara lengkap.

Inventarisasi sosial budaya di dalam/sekitar hutan dilakukan dengan survei

48
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

mengenai status dan keadaan fisik hutan, flora dan fauna, sumberdaya

manusia, serta kondisi sosial masyarakat di dalam dan di sekitar hutan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.67/Menhut-II/2006

tentang Kriteria dan Standar Inventarisasi Hutan pasal 6 (4), disebutkan

bahwa pelaksanaan inventarisasi hutan pada suatu wilayah,

penyelesaiannya diprioritaskan dalam satu kesatuan pengelolaan hutan, Sub

DAS, atau DAS pada wilayah yang bersangkutan.

Secara fungsi dan administratif, KPHL Model Unit III Pohuwato

merupakan kawasan yang didominasi oleh hutan lindung dan berada di

Kabupaten Pohuwato, dengan luas ± 116.625 Ha (menurut SK. Menteri

Kehutanan No. 65/Menhut-II/2010 tentang Penetapan KPHP dan KPHL

Provinsi Gorontalo). KPHL Model Unit III Pohuwato ditetapkan sebagai KPHL

Model menurut SK. Menteri Kehutanan No. 334/Menhut-II/2010 tanggal 25

Mei 2010. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.6/Menhut-

II/2010 tentang Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria Pengelolaan Hutan

pada KPHL dan KPHP pasal empat, kegiatan awal dalam rangka

penyusunan rencana kelola KPH adalah Inventarisasi hutan, dimana di

dalamnya termasuk inventarisasi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat di

sekitar KPH dimaksud. Hal tersebut yang menjadi dasar pelaksanaan

kegiatan inventarisasi sosial budaya masyarakat di dalam/sekitar KPHL

Model Unit III Pohuwato. Pelaksanan kegiatan ini merupakan lanjutan dari

inventarisasi sosial budaya di lokasi KPH yang telah dilaksanakan pada

tahun 2011.Adapun lokasi inventarisasi KPHL Model Unit III Pohuwato dapat

dilihat pada tabel di bawah ini

49
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Tabel 15. Lokasi Inventarisasi Sosbud dan Ekonomi di KPHL Model Unit III
Pohuwato
No. Kecamatan Desa Kawasan Hutan Ket.
1. Taluditi UPT Marisa VI HPT, HL Lokasi inventarisasi tahun 2012
(Desa Persiapan
Puncak Jaya)
Makarti Jaya HPT, HL Lokasi inventarisasi tahun 2012
Malango HPT, HL Lokasi inventarisasi tahun 2011
2. Buntulia Hulawa HPT, HL Lokasi inventarisasi tahun 2012
3. Patilanggio Balayo HPT Lokasi inventarisasi tahun 2012
Iloheluma HPT
Manawa HL (mangrove) Lokasi inventarisasi tahun 2012
Dudepo HL, HPT
4. Paguat Molamahu HPT
Bunuyo HPT
5. Randangan Imbodu HL (mangrove)
Siduwonge HL (mangrove)
6. Dengilo Karya Baru HL, HPT
7. Duhiadaa Duhiadaa HL (mangrove)
Mootilango HL (mangrove)

Desa lokasi inventarisasi sosial budaya masyarakat di dalam/sekitar

lokasi KPHL Unit III Pohuwato berdasarkan sejarahnya, 3 (tiga) desa

merupakan desa hasil pemekaran, yaitu Desa Hulawa, Desa Balayo dan

Desa Manawa; 1 (satu) desa merupakan desa definitif yang sebelumnya

berupa Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT) yaitu Desa Makarti Jaya, serta

1 (satu) desa persiapan karena sebagian besar wilayahnya pemukimannya

berada di kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) sehingga belum

ditetapkan menjadi desa definitif, yaitu UPT Marisa VI (Desa Persiapan

Puncak Jaya). Secara biofisik, desa lokasi inventarisasi terdiri dari bentang

lahan beragam, berupa dataran, lereng/punggung bukit, serta berada di

daerah pantai. Sejarah, biofisik dan demografi desa lokasi inventarisasi

secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 16. Sejarah, Biofisik dan Demografi Desa Lokasi Inventarisasi


No. Desa Sejarah Biofisik Demografi
(Data Desa)
1. Hulawa Hasil pemekaran dari Pegunungan, Jmlh Penduduk : 1.618 Jiwa
Desa Taluduyunu, terdapat Jmlh KK : 429 KK
menjadi desa definitif tambang emas Tgkt Pend :

50
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

No. Desa Sejarah Biofisik Demografi


(Data Desa)
tahun 1995 Mayoritas tamat SD
2. Balayo Hasil pemekaran dari Dataran dan Jmlh Penduduk : 1530 Jiwa
Desa Buntulia Utara, perbukitan, Jmlh KK : 395 KK
menjadi desa definitif terdapat Tgkt Pend :
tahun 1995 tambang emas Mayoritas tamat SD
3. Manawa Hasil pemekaran dari Daerah pantai, Jmlh Penduduk : 2032 Jiwa
Desa Duhiadaa, menjadi kawasan Jmlh KK : 498 KK
desa definitif tahun 1995 hutan Tgkt Pend :
mangrove. tidak tersedia data
4. UPT Desa persiapan Puncak Pegunungan, Jmlh Pend. :
Marisa Jaya, belum definitif terdapat tidak tersedia data
VI tambang emas Jmlh KK : 307 KK
Tgkt Pend :
Mayoritas tamat SD
5, Makarti Eks UPT Marisa V, Dataran dan Jmlh Pend : 1001 Jiwa
Jaya menjadi desa definitif pegunungan Jmlh KK : 204 KK
tahun 2002 Tgkt Pend :
Mayoritas tamat SD
Luas : ± 9,07 km2
Sumber : Pengolahan data primer, 2012
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa desa dengan

penduduk tertinggi adalah Desa Manawa (2032 jiwa), sedangkan desa

dengan penduduk terendah adalah Desa Makarti Jaya (1001 Jiwa). Tingkat

pendidikan masyarakat di desa lokasi inventarisasi tergolong rendah, yaitu

mayoritas tamat SD, serta terdapat penduduk yang tidak mengenyam

pendidikan di beberapa desa lokasi inventarisasi, yaitu di Desa Balayo (± 7,7

% dari total penduduk desa), UPT Marisa VI, serta Desa Makarti Jaya.

Rendahnya tingkat pendidikan berpengaruh terhadap kelestarian kawasan

hutan, karena dengan rendahnya tingkat pendidikan maka kesempatan kerja

di sektor lain yang membutuhkan keahlian/keterampilan sangat terbatas,

sehingga masyarakat akan mencari nafkah di hutan.

Kelembagaan pada desa lokasi inventarisasi pada umumnya hanya

terbentuk tetapi kurang berfungsi dengan baik. Lembaga yang telah berjalan

dengan baik sesuai fungsinya pada umumnya hanya lembaga resmi desa,

misal LPM dan BPD. Sedangkan lembaga yang berkaitan langsung dengan

51
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

masyarakat, misalnya kelompok tani dan kelompok ternak hanya terbentuk

jika ada kepentingan/program pemerintah, dan tidak berlanjut jika program

telah selesai. Hal tersebut terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat

akan pentingnya suatu kelembagaan, yang disebabkan oleh rendahnya

tingkat pendidikan sehingga kader – kader untuk menjalankan fungsi

kelembagaan juga kurang. Untuk selanjutnya, desa- desa di sekitar lokasi

KPHL Model Unit III Pohuwato memerlukan adanya lembaga maupun

kelompok khusus untuk bidang kehutanan, misalnya kelompok tani hutan

(KTH) yang pembentukannya dilaksanakan secara partisipatif, sehingga

berfungsi dengan baik.

Persepsi dan pengetahuan masyarakat di setiap desa lokasi

inventarisasi mengenai kawasan hutan, hak dalam kawasan hutan, manfaat

serta dampak kegiatan masyarakat dalam kawasan hutan pada umumnya

masih kurang, sehingga dibutuhkan penyuluhan/sosialisasi khususnya

mengenai kawasan hutan, tata batas, serta kegiatan-kegiatan yang dapat

dilakukan masyarakat dalam kawasan hutan. Berikut tabel persepsi dan

pengetahuan masyarakat di desa lokasi inventarisasi mengenai manfaat

hutan serta pengetahuan mengenai kawasan hutan.

Tabel 17. Persepsi dan Pengetahuan Masyarakat tentang Hutan


Pengetahuan mengenai
No. Desa Persepsi mengenai manfaat hutan
kawasan hutan
Sebagai penunjang kebutuhan hidup : Pengetahuan mengenai kawasan
penghasil kayu, lokasi tambang emas, hutan cukup, sedangkan
1. Hulawa
penyedia lahan pertanian, sumber pengetahuan mengenai hak dalam
mata air, dan pengendali erosi. kawasan hutan kurang
Sebagai penunjang kebutuhan hidup : Pengetahuan mengenai kawasan
2. Balayo menambang emas, mengambil kayu, hutan serta hak dalam kawasan
mencari rotan, menahan erosi. hutan cukup.
Sebagai tempat mata pencaharian Pengetahuan mengenai kawasan
utama (bagi petambak), sebagai hutan kurang, sedangkan hak
3. Manawa
penunjang, sebagai pelindung lahan dalam kawasan hutan sangat
pertanian dari abrasi air laut kurang
4. UPT Sebagai penunjang kebutuhan hidup : Pengetahuan mengenai kawasan

52
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Marisa VI penghasil kayu, kayu bakar, rotan dan hutan cukup, sedangkan
daun woka; lokasi tambang emas, pengetahuan mengenai hak dalam
penyimpan air, penahan erosi kawasan hutan kurang.
Desa Menghasilkan kayu, rotan, bambu, Pengetahuan mengenai kawasan
5. Makarti kayu bakar; mencegah banjir dan hutan dan hak dalam kawasan
Jaya longsor. hutan cukup.
Sumber : pengolahan data primer, 2012.
Pola penguasaan lahan pada sebagian besar desa lokasi inventarisasi

adalah berupa warisan orang tua, membeli dan membuka lahan di hutan

dengan luas bervariasi antara 0,75 hingga 4 Ha. Adanya pembukaan lahan

di hutan hingga seluas empat hektar merupakan indikasi kekurangan lahan

olahan bagi masyarakat. Terjadinya jual beli kawasan hutan lindung (hutan

mangrove) di Desa manawa hingga seluas 50 (lima puluh) hektar

menunjukkan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai kawasan

hutan, kurangnya pengawasan instansi terkait, serta terjadi karena belum

adanya tata batas di kawasan tersebut. Penempatan transmigran baru di

UPT Marisa VI B pada akhir tahun 2011 dalam jangka waktu menengah

dapat berpotensi konflik jika dari awal tidak ada koordinasi antarpihak terkait,

yaitu antara Dinas Transmigrasi dengan Dinas Kehutanan, serta BPKH

Wilayah XV Gorontalo, karena lokasi UPT marisa V B berdekatan dengan

lokasi perusahaan sawit serta pembagian lahan antar transmigran yang

belum jelas. Aksesbilitas menuju lokasi KPH pada umumnya ditempuh

dengan jalan kaki, serta jalan yang biasanya dilalui masyarakat menuju ke

hutan. Berikut rincian mengenai pola penguasaan lahan di sekitar lokasi KPH

serta aksesbillitas menuju lokasi KPH.

Tabel 18. Pola Penguasaan Lahan di Sekitar Lokasi KPHLModel unit


IIIPohuwato dan Aksesbilitas menuju Lokasi
No. Desa Pola Penguasaan Lahan Aksesbilitas pada lokasi KPH
Warisan, membeli, menyewa, Dengan jalan kaki, melalui lokasi
membuka hutan hingga 2 Ha tambang: Ilota, Ponelo, Alamotu,
1. Hulawa
Botudulango, Dam, Baginite dan
Gn. Pani (bisa menggunakan

53
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

motor & mobil tertentu)


Berupa kapling-kapling yang belum Melalui Dusun Totopo, Dusun
2. Balayo disertai SKPT dan tanpa, Karya Baru, dan Dusun
pemberitahuan pemerintah desa Pilalanga dengan jalan kaki.
Membeli hutan mangrove antara 5 – Dengan katinting, lalu
3. Manawa
50 Ha. dilanjutkan dengan jalan kaki.
Pembagian dari Disnakertrans: 1 Ha;
4. UPT Marisa VI
membuka hutan 1 – 5 Ha
Pembagian dari Disnakertrans : 2
5. Makarti Jaya
Ha; membuka hutan 0,5 – 4 Ha
Sumber : pengolahan data primer, 2012
Kegiatan ekonomi masyarakat di desa lokasi inventarisasi mayoritas

bermata pencaharian utama sebagai petani, dengan mata pencaharian

penunjang yang terkait dengan hutan mayoritas sebagai penarik kayu.

Pendapatan dari usaha bertani jagung bagi sebagian responden bernilai

negatif (minus), karena pada umumnya petani tidak mempunyai modal usaha

sehingga mereka mendapatkan pinjaman modal dari tengkulak yang

biasanya berupa bibit, pupuk dan obat-obatan dengan harga tinggi, lalu hasil

panen mereka dibeli tengkulak dengan harga rendah, sehingga sistem

tersebut cukup merugikan petani. Sedangkan kegiatan ekonomi masyarakat

yang dilakukan di dalam/sekitar hutan pada umumnya hanya merupakan

mata pencaharian penunjang yang tidak memerlukan modal dan ketrampilan

khusus, kecuali bagi warga yang bermata pencaharian sebagai operator

chainsaw. Di bawah ini merupakan tabel rincian mata pencaharian utama

dan penunjang pada desa-desa lokasi inventarisasi, sebagai gambaran

kegiatan ekonomi masyarakat di desa lokasi inventarisasi.

Tabel 19. Kegiatan Ekonomi Masyarakat di Desa Lokasi Inventarisasi


Mata Matapencaharian
No. Desa pencaharian penunjang (yang Keterangan
utama terkait dengan hutan)
Pengolah kayu, Berpotensi konflik antar
1. Hulawa Penambang penarik kayu, penarik beberapa pihak berkepentingan.
rotan
Berpotensi konflik horisontal
Petani Penambang, pengolah
2. Balayo antara penduduk setempat
jagung kayu.
dengan penambang pendatang.
3. Manawa Petani Mencari ikan Berpotensi konflik horisontal

54
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

jagung antara penduduk setempat


dengan pendatang
Sebagian besar wilayah
Petani Operator chainsaw,
UPT Marisa pemukiman berada pada
4. jagung, penambang, pengolah
VI kawasan HPT, ada indikasi
kakao kayu.
kekurangan lahan olahan
Ada indikasi kekurangan lahan
Makarti Penarik kayu/rotan,
5. Petani kakao olahan yang cukup besar,
Jaya operator chainsaw.
hingga 4 Ha.
Sumber : Pengolahan Data Inventarisasi, 2012.
Di sekitar lokasi KPHL Unit III Pohuwato cukup banyak pihak yang

berkepentingan terhadap kawasan hutan, sehingga berpotensi konflik.

Potensi konflik tersebut antaralain sebagai berikut :

a. Desa Hulawa.

Adanya beberapa pihak yang berkepentingan di lokasi tambang Desa

Hulawa khususnya di Gunung Pani, menyebabkan adanya potensi konflik

di lokasi tambang Gunung Pani, yaitu :

• Antara masyarakat pengolah lahan di kawasan HPT dengan pihak

KUD Dharma Tani Marisa, disebabkan adanya pembangunan pos

jaga yang berada di sekitar lokasi lahan yang dikelola masyarakat

(jauh dari lokasi Izin KUD), sehingga masyarakat harus meminta izin

pada pihak KUD jika akan menuju lokasi lahannya. Sebab lainnya

yaitu pembuatan jalan pengerasan oleh KUD Dharma Tani Marisa

menuju lokasi pertambangan sepanjang ± 6 km, yang dibuat dengan

memperpanjang jalan tani yang telah dibuat PNPM, tanpa konfirmasi

dengan pihak PNPM.

• Antara pengelola tambang rakyat dengan pihak KUD Dharma Tani

Marisa, karena lokasi tambang yang sama.

55
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

b. Desa Balayo

Dengan ditemukannya lokasi tambang (emas) baru yang berada di Desa

Balayo, dengan lokasi yang mudah terjangkau maka akan menimbulkan

dampak banyaknya warga dari luar desa yang mencari nafkah sebagai

penambang di lokasi tambang tersebut. Jika dibiarkan, hal tersebut akan

berpotensi menjadi konflik horisontal antara penduduk asli Desa Balayo

yang mayoritas (± 81,34 %) bermata pencaharian sebagai petani, dengan

penambang yang berasal dari luar desa, karena penduduk asli kehilangan

lahan pertanian.

c. Desa Manawa

Sejak dibukanya hutan mangrove di kawasan hutan lindung, masyarakat

merasakan dampak negatif sehingga jika dibiarkan hal ini akan berpotensi

konflik. Konflik tersebut yaitu :

• Antara warga yang memiliki lahan pertanian dengan pembeli tambak.

Warga yang memiliki lahan pertanian di sekitar lokasi hutan lindung

yang kini telah menjadi tambak dirugikan karena lahan pertanian

mereka banjir dan gagal panen.

• Adanya beberapa bukti kepemilikan lahan pada hutan lindung

berpotensi konflik antara negara dengan pembeli lahan.

56
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Seperti yang dikemukakan sebelumnya, umumnya kapasitas SDM di

desa-desa sekitar KPHL Model Unit III Pohuwato sangat rendah yaitu hanya

tamatan SD dan hanya sedikit yang tamatan sekolah menengah. Minimnya

SDM ini disebabkan oleh minimnya sarana dan pra sarana pendidikan.

Jumlah sarana pendidikan umum yang ada di enam desa sampel

menunjukkan diseluruh desa sudah terdapat


terdapat sarana dan pra sarana sekolah

dasar (SD). Untuk tingkat SMP terdapat 2 sekolah yang terdapat di desa

Lembah Permai dan desa Kalimas. Sedangkan untuk sekolah menengah

atas (SMA) belum tersedia diseluruh desa. Berdasarkan informasi dari hasil

survey, untuk melanjutkan ke tingkat SMA para siswa harus melanjutkan

pendidikan tersebut di ibukota kecamatan dan jika belum tersedia para siswa

ini akan melanjutkan SMA di wilayah kecamatan terdekat dengan wilayah

desanya

SD SMP SMA

Gambar 16.. Sarana dan Pra Sarana Pendidikan (Sumber:


Sumber: data monography desa)

Di samping sarana pendidikan yang disebutkan diatas, di desa sampel

juga memiliki sarana pendidikan untuk tingkat PAUD dan TK. Secara umum

57
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

sarana dan pra sarana pendidikan masih sangat minim terutama dari segi

SDM.. Berdasarkan informasi yang didapatkan dari lapangan jumlah tenaga

pengajar yang mengajar mulai dari tingkat SD dan SMP masih kurang

memadai

Heterogenitas masyarakat yang terdapat pada enam lokasi sampel

memungkinkan tumbuhnya berbagai macam agama. Heterogenitas


Heterogenitas ini timbul

karena pada umumnya lokasi survey merupakan lokasi transmigrasi yang

dilakukan sejak zaman orde baru. Secara umum keberadaan agama di

wilayah survey dipengaruhi oleh latar belakang suku. Suku Gorontalo

biasanya menganut agama Islam sedangkan


sedangkan agama Kristen dianut oleh

sebagian besar suku Minahasa. Untuk membina mental dan spiritual

masyarakat, di wilayah survey terdapat beberapa sarana peribadatan. Total

jumlah masjid di wilayah survey mencapai 20 unit dan gereja berjumlah 10

unit.

20

10

MASJID GEREJA

Gambar17.. Jumlah Sarana Rumah Ibadah (Sumber: PSL UG 2011)

58
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Untuk menunjang aktivitas perekonomian di desa, terdapat beberapa

toko dan kios. Toko dan kios ini sering menjadi tumpuan masyarakat untuk

membeli berbagai keperluan sehari hari. Menurut masyarakat perb


perbedaan

antara toko dan kios terletak pada kelengkapan bahan kebutuhan sehari hari.

Toko pada umumnya lebih lengkap menyediakan barang keperluan sehari

hari dibandingkan dengan kios. Hanya terdapat 1 pasar di lokasi survey

yakni terdapat di desa Kalimas. Pasar


Pasar pada wilayah ini hanya beroperasi hari

hari tertentu saja, pada umumnya setiap minggu.

100
90 86

80
70
60
50
40
30
20
8
10
1
0
Pasar Toko Kios

Gambar18. Jumlah Sarana dan Pra Sarana Ekonomi ((sumber; PSL UG 2011)
2011

Barang yang diperdagangkan dipasar tradisional pada umumnya

merupakan bahan pangan dan sandang. Para pedagang pun biasanya

merupakan pedagang keliling yang berasal dari luar kampong. Berdasarkan

hasil survey terdapat 86 kios, 8 toko dan 1 pasar yang tersebar di enam desa

lokasi survey

59
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

2.18. Ijin Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan KPHL Model Unit III

Pohuwato

Saat ini terdapat 3 ijin pinjam pakai kawasan hutan untuk

pertambangan emas dan ikutannya diantaranya PT. Suma Heksa Sinergi

Seluas 8.349 Ha, PT. Gorontalo Sejahtera Maining seluas 2.359,24 Ha dan

KUD Darma Tani Marisa seluas 100 Ha. Selain itu ada 2 ijin usaha

pertambangan emas yaitu PT Hendrix seluas 5.160 Ha dan PT Reno

Resorce seluas 15.918 ha.

Disamping hal tersebut di atas juga adabeberapa kelompok masyarakat

sedang mengajukan ijin HTR dan HKM di kawasan KPHL Model Unit III

Pohuwato. Usulan ijin tersebut meliputi HTR 20 Ha di Desa Padengo Kec.

Dengilo, HKM 150 ha di Desa Balayo Kec. Patilanggio. Adapun sebaran

permohonan ijin di KPHL Model Unit III Pohuwato dapat dilihat pada gambar

di bawah ini.

Gambar19. Calon lokasi ijin HTR dan HKM di KPHL Model Unit III Pohuwato
60
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Pemanfaatan hasil hutan kayu dalam kawasan di dalam blok

pemanfaatan kayu hutan alam KPHL Model Unit III Pohuwato diarahkan

pada IPHHK skala menengah dan skala besar serta untuk kebutuhan

masyarakat. Terdapat 2 alasan mengapa pemanfaatan kayu diarahkan pada

pemanfaatan IPHHK: 1) masih tingginya permintaan kayu untuk kepentingan

rakyat. Berdasarkan peta RKTN, wilayah hutan produksi di Kabupaten

Pohuwato termasuk dalam pengembangan hutan skala besar

Pemanfaatan hasil hutan kayu dalam hutan alam dan hutan kayu hutan

tanaman pada hutan produksi dapat dilakukan dengan satu atau lebih sistem

silvikultur, sesuai dengan karakteristik sumber daya hutan dan

lingkungannya. Usaha pemanfaatan meliputi kegiatan pemanenan,

pemasaran hasil, pengayaan, penanaman, pemeliharaan sesuai dengan

rencana pengelolaan hutan yang telah ditetapkan.

Pemanfaatan kayu hutan alam di KPHL Model Unit III Pohuwato

dikelola melalui sistem pengelolaan hutan produksi lestari (PHPL). Konsep

PHPL menekankan pada usaha pemanfaatan kayu dengan

mempertimbangkan kelestarian fungsi produksi, ekologi dan fungsi sosial

secara terus menerus. Ketiga fungsi tersebut harus terkait satu sama lain

dan harus dikelola secara proporsional dan terintegrasi.

Meskipun sebagian besar wilayahnya terletak di hutan lindung, akan

tetapi potensi kayu pada fungsi kawasan hutan produksi relatif besar. Potensi

tegakan rata-rata kayu komersil di KPHL Model Unit III Pohuwato mencapai

16,07 meter kubik/ha sedangkan untuk diameter < 50 cm mencapai 12,20

meter kubik/ha seperti yang terlihat pada tabel

61
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Tabel 20. Potensi Rata-rata Tegakan di dalam Kelompok Hutan Popayato -


Paguat, Provinsi Gorontalo
Kelas Diameter
No Jenis 20 – 49 Cm Up 50 Cm up
N/Ha V/Ha N/Ha V/Ha
I JENIS KOMERSIL 5.27 4.35 2.91 7.64
1 Kelompok Kayu Meranti 5.27 4.35 2.91 7.64
2 Kelompok Kayu Indah 2.85 2.36 1.19 2.65
3 Kelompok Rimba Campuran 6.83 5.48 2.46 5.77
Sub Jenis Komersil 14.95 12.20 6.56 16.07

II JENIS NON KOMERSIL 24.52 18.06 10.19 25.59


TOTAL 39.47 30.26 16.75 41.66
Sumber: LIPI, Burung Indonesia dan PSL UG 2011
Potensi tegakan rata-rata untuk pohon niagawi/komersil pada kelas

diameter 20-49 cm sebanyak 14,94 batang/Ha dan kelas diameter lebih dari

50 cm sebanyak 6,56 batang/Ha. Secara umum, dari hasil analisa sementara

menunjukkan bahwa Kelompok Hutan Popayato-Paguat terdiri dari hutan

tidak produktif dan kurang produktif

Kegiatan pengelolaan dan pengembangan kayu hutan alam di dalam

kawasan KPHL diarahkan pada :

1. Peningkatan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Pohuwato pada

umumnya dan masyarakat disekitar wilayah KPHL pada khususnya;

2. Peningkatan pelayanan publik terutama pada penyediaan kayu

konstruksi bagi masyarakat sekitar KPHL dan untuk kepentingan

pembangunan

3. Peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung

pelayanan dan pendayagunaan jasa lingkungan;

62
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

4. Pengembangan ekonomi kerakyatan dengan melihat potensi pasar

pengembangan jasa lingkungan

5. Pengembangan kerjasama dengan masyarakat luas dalam upaya

pemanfaatan potensi jasa lingkungan, yang diarahkan pada upaya

peningkatan penyediaan lapangan kerja dan peluang berusaha bagi

masyarakat sekitar kawasan.

Dalam pengembangan pemanfaatan kayu hutan alam di kawasan

KPHL Model Unit III Pohuwato, diperlukan strategi, regulasi dan langkah-

langkah seperti :

a. Analisis sosial ekonomi dan budaya masyarakat.

b. Pemetaan dan analisis kelayakan dari pengembangan pemanfaatan kayu.

c. Pemetaan dan analisis kecenderungan pasar, termasuk identifikasi

kelompok sasaran atau pihak-pihak yang merupakan penerima manfat

dan keuntungan komersial dari potensi kayu.

d. Analisis kebijakan dalam penyelenggaraan pemanfaatan kayu

e. Konsep atau model kerjasama pengelolaan pemanfaatan kayu yang akan

dikembangkan

f. Sistem mekanisme pelibatan dan partisipatif dari para pihak dalam

penyelenggaraan pemanfaatan kayu hutan alam

g. Mekanisme pelibatan stakeholders dalam penyelenggaraan pemanfaatan

kayu hutan alam, termasuk desain kerangka kelembagaan kolaboratif

dalam pengelolaan jasa lingkungan.

h. Kontribusi pemanfaatan kayu hutan alam bagi pemberdayaan masyarakat

lokal.

63
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

i. Mekanisme pembagian manfaat dan keuntungan antara KPHL Model Unit

III Pohuwato dengan para pihak yang terlibat dalam penyelenggraan

pemanfaatan kayu hutan alam di dalam kawasan KPHL Model Unit III

Pohuwato.

Para pihak yang terlibat dalam kerjasama ini antara lain: PHKA,

Pemerintah Provinsi, Bappeda, Dinas Kehutanan, Dinas Pekerjaan Umum,

Dinas Koperasi, Dinas Pariwisata dan Kebudaayan, Badan Penanaman

Modal, Badan Lingkungan Hidup, Camat, Kepala Desa, Kelompok

Masyarakat Adat, Kelompok Masyarakat Lainnya, Lembaga Swadaya

Masyarakat dan Lembaga Penelitian dan Pendidikan. Adapun lokasi

kegiatan pemanfaatan kayu hutan alam di hutan produksi kawasan KPHL

Model Unit III Pohuwato dapat dilihat pada gambar di bawah ini

Gambar 20. Lokasi Rencana Pemanfaatan Kayu Hutan Alam

Pengusahaan kegiatan pemanfaatan kayu hutan alam di KPHL Model

Unit III Pohuwato ditujukan untuk mengoptimalkan fungsi pemanfaatan

64
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

sumber daya alam di kawasan KPH, menjamin keberlanjutan upaya

pelestarian ekosistem di dalam kawasan KPHL Model Unit III Pohuwato

melalui mekanisme sharing benefit antara KPHL Model Unit III Pohuwato

dengan stakeholders. Disamping itu, kegiatan kegiatan pemanfaatan kayu

hutan alam diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal

melalui penciptaan lapangan kerja dan peluang usaha bagi masyarakat,

menciptakan sumber pendanaan alternatif bagi KPHL Model Unit III

Pohuwato, dengan harapan dana yang terhimpun dapat digunakan untuk

membiayai operasional pengelolaan KPHL Model Unit III Pohuwato.

Salah satu faktor yang menjadi daya tarik investor adalah adanya

kejelasan regulasi dari pihak pengelola KPHL Model Unit III Pohuwato yang

dapat menjamin keberlanjutan dan kenyamanan berusaha dari para investor.

Persyaratan administratif dan legal harus dipenuhi investor yang hendak

terlibat dalam pengusahaan pemanfaatan jasa lingkungan di kawasan KPH.

Dalam pengembangan kegiatan pemanfaatan kayu hutan alam, KPHL

Model Unit III Pohuwato perlu mendorong terbitnya program dan kegiatan

Pemerintah Kabupaten Pohuwato di bidang pemanfaatan kayu, yang

berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal dan

pemanfaatan Sumber Daya Alam di KPHL Model Unit III Pohuwato secara

lestari.

Pihak pemrakarsa kegiatan pemanfaatan kayu hutan alam harus

mendapatkan layanan yang optimal agar pemanfaatan SDH dapat

berkembang secara optimal, hal tersebut dapat dicapai melalui upaya-upaya

kemudahan untuk mendapatkan informasi mengenai sistem insentif yang

disediakan oleh KPHL Model Unit III Pohuwato, kejelasan Informasi

65
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

mengenai produk kayu yang dikemas secara menarik, apik, lengkap dan

mudah dimengerti. Transparansi regulasi dan perangkat pelaksanaan

penyelenggaraan pemanfaatan kayu serta bentuk layanan yang disediakan

KPHL Model Unit III Pohuwato bagi pemrakarsa kegiatan pemanfaatan kayu

hutan alam dengan dukungan ketersediaan sarana, prasarana dan fasilitas

pendukung lainnya

Pengelolaan kegiatan pemanfaatan kayu hutan alam termasuk

membangun kerangka kelembagaan dan model kerjasama kolaboratif antara

KPHL Model Unit III Pohuwato dengan para pihak dalam pengusahaan kayu.

Penyusunan strategi dan program untuk menjaring pengusaha berinvestasi

di KPHL Model Unit III Pohuwato dengan mekanisme komunikasi antara

KPHL Model Unit III Pohuwato dengan pengusaha kayu skala menengah

dan skala besar serta meningkatkan kepercayaan publik terhadap KPHL

Model Unit III Pohuwato dalam pengusahaan jasa lingkungan. Beberapa

kegiatan jangka panjang untuk mensukseskan program ini, antara lain

1. Menyusun strategi dan regulasi pengusahaan kegiatan

pemanfaatan kayu hutan alam

2. Pengembangan produk hasil hutan kayu

3. Peningkatan investasi pengusahaan kegiatan pemanfaatan kayu

hutan alam

4. Peningkatan pelayanan dan pengelolaan kegiatan pemanfaatan

kayu hutan alam

5. Pengembangan jaringan pengusahaan

6. Membangun mekanisme kontribusi pemanfaatan kayu di hutan alam

66
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

7. Membangun sarana dan prasarana pengembangan kegiatan

pemanfaatan kayu hutan alam

8. Pengembangan sistem informasi pelayanan publik

2.19. PermasalahanKawasan KPHL Model Unit III Pohuwato

Berbagai permasalahan masih menyelimuti upaya-upaya pengelolaan

kawasanKPHL Model Unit III Pohuwato. Permasalahan-permasalahan

tersebutpada dasarnya merupakan dampak dari upaya pembangunan

ekonomi yang belum berpihak kepada upaya pelestarian dan pemanfaatan

kawasan hutan secara bekelanjutan dan dampak dari populasi dan semakin

tingginyakebutuhan manusia akan sumber daya alam hayati, lemahnya

koordinasi di kalanganpemerintah serta masih lemahnya kelembagaan KPHL

Model Unit III Pohuwato.

Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh KPHL Model Unit III

Pohuwato diuraikan sebagai berikut :

1. Kawasan-kawasan hutan yang kemudian diubah fungsinya menjadi

KPHL Model Unit III Pohuwato,masih terdapattumpang tindih

penggunaan atau kepemilikan lahan di dalam kawasan.Menurut data

pemerintah (Bappeda) Kabupaten Pohuwato, ada beberapa IUP yang

langsung bersinggungan langsung dengan kawasan KPHL Model Unit

III Pohuwato. Bahkanterdapat beberapa IUPtelah berada di wilayah

KPHL Model Unit III Pohuwato. Disamping masalah IUP, terdapat juga

beberapa pemukiman yang berada di batas dan didalam KPHL Model

Unit III Pohuwato, dimana pemukiman tersebut telah ada jauh

sebelum pemerintah menetapkan kawasan tersebut sebagai kawasan

67
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

hutan. Lahanlahan dalam kawasan KPHL Model Unit III

Pohuwatotersebut antara lain telah berubah fungsi menjadi kawasan

pemukiman, lahan pertanian dan perkebunan serta areal yang

ditumbuhisemak belukar. Beberapa tahun sebelum penetapan KPHL

Model Unit III Pohuwato, telah diupayakan pelaksanaan

sosialisasikepada masyarakat dan aparat pemerintah daerah untuk

mencari solusi ataspermasalahan tersebut. Sampai saat ini belum

terdapat solusi atas tumpang tindih KPHL dengan peruntukkan lain.

2. Penataan batas kawasan KPHL Model Unit III Pohuwato belumtemu

gelang. Sampai dengan tahun 2011, realisasi tata batas belum

mencapai target yang diinginkan. Penataan batasdirencanakan akan

dirampungkan hingga temu gelang. Karenabelum terselesaikannya

penataan batas maka penetapan kawasan juga belumdapat

dilakukan. Dengan demikian, status hukum kawasan belum bersifat

finaldan pada umumnya kalangan awam belum paham tentang proses

pengukuhankawasan hutan (termasuk pula sebagian aparat

pemerintah). Sebagian aparatpemerintah menganggap bahwa dengan

belum adanya penetapan kawasanmaka perubahan fungsi -atau

bahkan pelepasan kawasan- masih dapatdilakukan.

3. Masih terkait dengan batas, hasil tata batas sebagian kawasan KPHL

Model Unit III Pohuwato yang dilaksanakan sebelumnya, telah

mengalami banyak perubahan. Pada tahun2010

dilaksanakanrekonstruksi batas kawasan dan banyak ditemukan

tumpang tindih penggunaanlahan di sekitar batas kawasan. Terkait

dengan batas-batas kawasan dilapangan, sementara waktu ini sedang

68
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

dilakukan identifikasi lahan-lahan bermasalah di sekitar batas untuk

kemudian akan diupayakan untuk review/reposisi batas apabila

memungkinkan.

4. Di dalam kawasan KPHL Model Unit III Pohuwato terdapat tanaman

semusim berupa jagung yang bagi masyarakat, jagung sebagai salah

satu bahan makanan pokok. Tanaman lain yang ditemukan adalah

tanaman Jati(Tectona grandis). Tanaman ini pada umumnya berada di

dalam kawasan yangsebelumnya berfungsi lindung dan produksi.

Masyarakat di sekitar kawasanmengakui jati tersebut sebagai milik

mereka walaupun diakuiberada di dalam kawasan hutan. Karena

klaim kepemilikan tersebut, kelompok-kelompokmasyarakat ini

menuntut untuk dapat memanfaatkan hasilnya.

5. Data dan informasi potensi kawasan KPHL Model Unit III

Pohuwatomasih minim. Untuk itu, sampai dengan tahun 2012 telah

diupayakan untuk terusmenghimpun data dan informasi yang ada

serta terus diupayakan untukmelaksanakan eksplorasi secara

langsung di lapangan.

6. Terkait dengan data dan informasi potensi kawasan yang masih

terbatas, makaperancangan blok pengelolaan kawasan KPHL Model

Unit III Pohuwatobelum sempurna. Untuk sementara

waktu,pelaksanaan pengelolaan kawasan didasarkan pada fungsi

kawasan hutansebelum penunjukan sebagai kawasan KPHL Model

Unit III Pohuwato. Dengan demikian makapelaksanaan pemanfaatan

kayu dan bukan kayuakan dilakukan padawilayah-wilayah yang

mempunyai potensi kayu dan non kayu.

69
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

7. Bentang alam kawasan KPHL Model Unit III Pohuwato yangsebagian

besar adalah kawasan berbukit bukit menyebabkan sulitnya

aksesibilitas kedalam kawasan untuk berbagai keperluan, terutama

untuk identifikasi daninventarisasi potensi serta kondisi aktual

kawasan. Penggunaan teknologipenginderaan jauh untuk keperluan

ini telah dilakukan namun belum dapatmemberikan gambaran yang

detail tentang kondisi aktual kawasan. Untukkeperluan ini dibutuhkan

inventarisasi potensi yang mencakup kawasan yang luas.

8. Fenomena alam berupa daya tarik wisata sangat khas dan unik khas

pulau Sulawesi atau khas Gorontalo belum semua dapat diekplorasi

karena keterbatasan sumberdaya.

9. Pengelolaan secara kolaboratif KPHL Model Unit III Pohuwatobelum

sepenuhnya berjalan dengan baik.

10. Kelembagaan KPHL Model Unit III Pohuwato belum mapan.SDM yang

ada masih sangat terbatas, sarana dan prasarana pengelolaan

jugademikian adanya. Selain itu, struktur organisasi yang ada belum

mampumendukung kebutuhan pengelolaan.

70
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

BAB III.
KEBIJAKAN
3.1. Kebijakan Pengelolaan Kesatuan Pengelolaan Hutan

Jika melihat sejarah, pembangunan KPH sebenarnya telah dimulai

pada tahun 1991 yaitu dengan pembentukanKesatuan Pengusahaan Hutan

Produksi,yang sekaligus berfungsi sebagai KesatuanPerencanaan

Pengusahaan Hutan Produksidiatur dengan diterbitkannya SuratKeputusan

Menteri Kehutanan No. 200/Kpts/1991. Pembaharuan Undang-UndangPokok

Kehutanan (UU No.5/1967) menjadiUndang-Undang Kehutanan (UU No.

41/1999)telah mengubah dasar hukum pembentukanKesatuan Pengusahaan

Hutan Produksi diatasmenjadi Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH)yang tidak

hanya mencakup pembentukanKPH di kawasan hutan produksi,

tetapimeliputi seluruh kawasan dan fungsi hutan.Namun demikian, hingga

tahun 2007, mandatpembentukan KPH praktis terbengkalai,tenggelam dalam

dinamika percaturan politiklahan dan politik ekonomi kehutanan, yangtelah

menggeser prioritas pemantapan kawasanhutan menjadi pemanfaatan hutan

melaluipemberian izin yang membagi habis seluruhkawasan hutan produksi.

Akibatnya mulaiterasa manakala orang dikejutkan denganangka-angka

deforestasi yang fantastis padaperiode 1997-1998. Ketegasan

pembangunanKPH didorong pula oleh para pembuatkeputusan yang secara

nyata melihat urgensipembangunannya setelah melihat situasilemahnya

pengelolaan kawasan hutan negaradi lapangan (de facto open

access).TerbitnyaPeraturanPemerintahNo.6Tahun2007joPP.No.3Tahun2008

tentang Tata Hutan,Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta

71
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Pemanfaatan Hutan telah menandaiorientasi baru pembangunan kehutanan

yang menyelamatkan fungsi publik hutandan mewujudkan mimpi kawasan

hutan yangakan dipertahankan sebagai hutan tetap, sertamenjadi dasar

pengelolaan hutan lestari.

Menurut Kartodihardjo dan Putro (2012) Sumberdaya hutan dapat

digolongkan menjadi bentang alam berupa stock atau modal alam (natural

capital) pada satu sisi dan barang atau komoditas dan jasa seperti kayu,

rotan, air dan berbagai bentuk jasa lingkungan pada sisi lainnya. Kedua

bentuk sumberdaya hutan saling berkait erat dan menimbulkan saling

ketergantungan antara dua kelompok, yaitu pengelola hutan yang bertujuan

menghasilkan barang-barang yang bisa diekspor dan pengguna jasa

lingkungan khususnya yang merupakan barang publik.

Kegiatan pengelolaan hutan yang bertujuan memproduksi hasil hutan

umumnya melibatkan kegiatan-kegiatan seperti inventarisasi hutan, tata

hutan dengan membentuk blok dan petak, pelaksanaan silvikultur, seperti

penanaman, penjarangan, pemotongan, dll. Didalam sebuah KPH (Kesatuan

Pengelolaan Hutan), manajemen sumberdaya hutan tidak terbatas pada

kegiatan-kegiatan tersebut, karena di dalam KPH dimungkinkan adanya

perusahaan mandiri dan kelompok masyarakat pengelola hutan. Manajemen

sumberdaya hutan dalam lingkup KPH dimulai dengan penetapan rencana

jangka panjang. Tujuan dalam rencana jangka panjang tersebut akan

diselaraskan dengan tujuan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan

Kabupaten/Kota. Dalam rencana jangka panjang ini akan dipastikan arah

jangka panjang para pemegang izin, dan pengelolaan hutan lainnya dalam

KPH tersebut, serta kebijakan dan strategi penanganan masalah yang

72
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

dihadapi dalam mewujudkan rencana jangka panjang tersebut. Dalam

prakteknya, pengelola KPH perlu mempertimbangkan kebutuhan bersama

semua pihak di dalam KPH, seperti aksesibilitas dan infrastruktur, tenaga

kerja, penyelesaian konflik, pendampingan, dll. Itulah sebabnya berbagai

instansi pemerintah, pemegang izin (jika ada), masyarakat yang berada di

dalam dan di sekitar hutan, lembaga swadaya masyarakat dan akademisi

perlu dilibatkan dalam penyusunan rencana jangka panjang dan rencana

kerja tahunan. Partisipasi mereka diharapkan meningkatkan peluang

terjadinya sinergi kegiatan semua pihak dalam KPH tersebut.

Pengelola KPH adalah pihak yang paling mengetahui kondisi

kehutanan di lapangan. Oleh karena itu, meskipun proses administrasi

perizinan berada ditangan Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai

kewenangannya, namun pengelola KPH memegang peranan penting dalam

menentukan bagaimana masyarakat dapat siap menerima dan

mengimplementasikan izin tersebut atau bagaimana para pengusaha aman

menjalankan usahanya setelah menerima izin. Dalam konteks demikian itu,

pengelola KPH dapat disebut sebagai lembaga yang secara sosial politik

mendapat legitimasi dari masyarakat, dengan kewenangan teknis dan

fungsional untuk melakukan pengelolaan hutan di tingkat tapak, namun

memiliki posisi strategis dalam mewujudkan pengelolaan hutan secara adil

dan aman.

Untuk kepentingan pengelolaan hutan agarterwujud keberlangsungan

fungsi ekonomi,lingkungan dan sosial, seluruh kawasan hutanakan dibagi

menjadi unit-unit kewilayahan dalamskala manajemen dalam bentuk KPH

73
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

(Pasal 17UU Nomor 41 Tahun 1999). Kegiatan pengelolaanhutan yang

dilakukan KPH meliputi:

1. Tata hutan dan penyusunan rencanapengelolaan hutan,

2. Pemanfaatan hutan dalam hal pemantauandan pengendalian

terhadap pemegang izin,

3. Pemanfataan hutan di wilayah tertentu,

4. Rehabilitasi hutan dan reklamasi, dan

5. Perlindungan hutan dan konservasi alam.

Dengan penjelasan bahwa pengelolaan hutandilaksanakan dengan

dasar akhlak mulia untuksebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dengan

demikian, pelaksanaan setiap komponenpengelolaan hutan harus

memperhatikan nilainilaibudaya masyarakat, aspirasi dan

persepsimasyarakat serta memperhatikan hak-hak rakyat,dan oleh karena itu

harus melibatkan masyarakatsetempat.Unit-unit Pengelolaan Hutan terdiri

dari KesatuanPengelolaan Hutan Konservasi (KPHK), KesatuanPengelolaan

Hutan Lindung (KPHL), dan KesatuanPengelolaan Hutan Produksi (KPHP)

tergantungpada fungsi hutan dominan yang terdapat dalamkawasan. Pada

setiap Kesatuan Pengelolaan Hutandibentuk institusi pengelola. Menteri

Kehutananmenetapkan organisasi KPHK, sedangkan untukKPHP dan KPHL

ditetapkan berdasarkan PeraturanMenteri Dalam Negeri No. 61 Tahun 2010.

UntukKPHP dan KPHL yang penetapan wilayahnya lintasKabupaten

ditetapkan berdasarkan PeraturanDaerah Provinsi dan bertanggung jawab

kepadaGubernur, sedangkan untuk KPHP dan KPHLyang berada dalam

wilayah Kabupaten ditetapkanberdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten

danbertanggungjawab kepada Bupati.Pembangunan dan

74
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

pendanaanKPHdilaksanakan oleh Pemerintah, PemerintahProvinsi dan

Pemerintah Kabupaten/Kotasesuai kewenangannya. Dana

pembangunanKPH bersumber dari: APBN, APBD dan/ataudana lain yang

tidak mengikat sesuai peraturanperundangan.Pelaksanaan tugas pokok dan

fungsi KPH yaitu pada penyelenggaraan manajemen pengelolaan hutan di

tingkat tapak/lapangan, sedangkan tugas pokok dan fungsi Dinas Kehutanan

yaitu penyelenggaraan pengurusan/administrasi kehutanan. Pemanfaatan

hutan diselenggarakan berdasarkan rencana pengelolaan hutan yang

disusun oleh KPH. Hal ini juga berlaku bagi semua pengajuan atau

perpanjangan izin di dalam KPH. Untuk wilayah tertentu, Menteri dapat

menugaskan kepala KPH untuk menyelenggarakan pemanfaatan hutan,

termasuk melakukan penjualan tegakan. Organisasi semacam ini harus

menerapkan sistem manajemen Badan Layanan Umum (BLU). Selanjutnya

Menteri akan mengalokasikan dan menetapkan wilayah tertentu untuk

pengembangan Hutan Tanaman Rakyat (HTR), Hutan Kemasyarakatan

(HKm) dan Hutan Desa (HD) berdasarkan pengajuandari KPH. Diharapkan

dengan penetapan KPH, proses pemanfaatan dan rehabilitasi hutandapat

menjadi efisien, karena orientasi kerja pengelolaan hutan dalam wilayah KPH

adalahmenyiapkan prakondisi bagi izin maupun kegiatan pengelolaan hutan

lainnya. KPHdiharapkan dapat menyelenggarakan tugas penyiapan kawasan

dalam hal memperoleh legitimasi bagi penentuan lokasi dari berbagai

pemangku kepentingan (untuk memenuhipersyaratan bahwa kawasan

tersebut bebas konflik), dan untuk meningkatkan kapasitasmasyarakat lokal,

karena proses ini harus diselesaikan sebelum proses administrasi

Pemberdayaan masyarakat lokal merupakan kewajiban Pemerintah,

75
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Pemerintah Provinsidan Pemerintah Kabupaten/Kota dan

penyelenggaraannya menjadi tanggung jawab KPH. Menteri dapat

menetapkan area kerja HKm dan HD setelah adanya rekomendasi dari

bupati/walikota dan masyarakat berdasarkan kriteria yang ditentukan dalam

rencana pengelolaan KPH. Kepala KPH (atau pejabat yang ditunjuk),

bersama dengan lembagadesa sebagai pengelola hutan desa, akan

menyiapkan rencana pengelolaan hutan desa sebagai bagian dari rencana

pengelolaan hutan KPH.

Dalam rangka mengoptimalkan pengelolaan KPH serta upaya

konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dapat dilakukan

dalam bentuk kerjasama dengan berbagai pihak. Pengaturan kerjasama ini

bisa dilakukan oleh pengelola KPH atau pemerintah daerah dengan semua

stakeholders. Bentuk kerjasama harus menjabarkan bahwa pihak yang

menjadi mitra dalam kerjasama pengelolaan KPH adalah Instansi

Pemerintah, Lembaga Swasta, Koperasi, Badan Usaha Milik Negara dan

Badan Usaha Milik Swasta. Dengan kerjasama ini terlihat jelas bahwa ada

ruang bagi peran serta masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya hutan

sekaligus melaksanakan konservasi sumber daya alam hayati dan

ekosistemnya.

Selain bentuk kerjasama seperti yang diuraikan di atas, pelibatan

pengelolaan kawasan pelestarian alam juga dapat dilakukan bersama

multipihak dalam suatu kerangka kolaborasi. Pengelolaan ini melibatkankan

lembaga Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Swadaya

Masyarakat, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah,

Perguruan Tinggi, Perorangan maupun Masyarakat Internasional dan

76
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Lembaga Pendidikan. Kolaborasi dalam rangka pengelolaan KPH adalah

proses kerjasama yang dilakukan oleh para pihak yang bersepakat atas

dasar prinsip-prinsip saling menghormati, saling menghargai, saling percaya

dan saling memberikan kemanfaatan.

Kolaborasi dimaksudkan sebagai acuan umum dan pedoman bagi

berbagai pihak yang mempunyai kepentingan dalam membantu

meningkatkan efektivitas pengelolaan KPH. Sedangkan tujuannya adalah

terwujudnya persamaan visi dan misi, langkah-langkah strategis dalam

mendukung, meningkatkan dan memperkuat pengelolaan KPH sesuai

dengan kondisi fisik, sosial budaya dan aspirasi masyarakat setempat. Lebih

lanjut tentang kolaborasi pengelolaan ini bisa mengacu pada peraturan yang

berkaitan dengan proses-proses kolaborasi di dalam kawasan hutan

Berbagai Undang-undang dan peraturan yang menjadi dasar kebijakan

pengelolaan KPHL Model Unit III Pohuwato dalam kerangka penyusunan

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang 10 (sepuluh) tahun, antara lain

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok

Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960

Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 2013);

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

Keanekaragaman Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia 3419);

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997

Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3699);

77
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

4. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia 3888);

5. Undang-Undang Nomor 50 Tahun 1999 tentang Pembentukan

Kabupaten Pohuwato (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1999 Nomor 178, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3899);

6. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi

Gorontalo (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor

258, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4060);

7. Undang Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4377);

8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4437) sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang No 12 Tahun 2008 tentang

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

4844);

9. Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4725);

78
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

10. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan

Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

146, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4452)

11. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan Dan

Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Serta Pemanfaatan Hutan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4696);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia 4737);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi

Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007

Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4741);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4833);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2008 tentang Pengelolaan

Sumberdaya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4858);

16. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.13/Menhut-II/2005 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kehutanan, sebagaimana telah

79
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

beberapa kali disempurnakan terakhir dengan Nomor P.64/Menhut-

II/2008 (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2008);

17. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 6/Menhut-II/2009 tentang

Pembentukan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) (Berita

Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2009;

18. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 6 Tahun 2010 tentang Norma,

Standar, Prosedur Dan Kriteria Pengelolaan Hutan Pada Kesatuan

Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Dan Kesatuan Pengelolaan Hutan

Produksi (KPHP).

19. Surat Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor

334/Menhut-II/2010 tentang Penetapan wilayah kesatuan pengelolaan

hutan lindung (KPHL) Model Pohuwato (Unit III) yang terletak di

Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo

3.2. Kebijakan Pembangunan Kabupaten Pohuwato

Pemerintah Kabupaten Pohuwato telah menetapkan empat tujuan

strategis Pembangunan Daerah yakni 1) Mewujudkan pemerintahan yang

akuntabel, 2) Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia, 3) Membangun

infrastruktur secara merata dan 4) Menumbuh-kembangkan ekonomi rakyat..

KPH sebagai instrumen legal dapat menjadi bagian dari rencana strategis

Pemerintah Kabupaten Pohuwato untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, menjamin kelestarian ekosistem yang menunjang

pembangunan dan menjamin eksistensi institusi pengelola hutan di lapangan

Dalam penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang 10 tahun

KPHL Model Unit III Pohuwato, secara seksama harus memperhatikan

keterkaitannya dengan pembangunan daerah yang perencanaan maupun

80
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

pelaksanaannya menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintahan

kabupaten. Keterhubungan ini perlu dikembangkan, mengingat secara

geografis KPHL Model Unit III Pohuwato merupakan bagian dari wilayah

KabupatenPohuwato dan keberadaannya selalu berinteraksi dengan

penduduk yang secara yuridis berada dalam kewenangan pemerintah

daerah.

Untuk meminimalkan masalah yang mungkin muncul, pengelolaan KPH

harus memperhatikan tata ruang di luar kawasan, khususnya yang

berdekatan atau berbatasan langsung dengan KPHL Model Unit III

Pohuwato. Dalam penentuan dan pembagian blok kawasan, harus

melakukan sinkronisasi dengan peruntukan kawasan di sekitarnya. Misalnya

blok pemanfaatan tradisional dalam kawasan bisa berbatasan langsung

dengan perkebunan atau perladangan. Sebaliknya posisi blok inti

seharusnya di dalam kawasan atau bila ditepi kawasan hanya bisa

berbatasan dengan kawasan hutan lindung, suaka alam atau kawasan

konservasi lainnya dan tidak sepantasnya berbatasan langsung kawasan

pertanian, perkebunan dan perladangan. Disamping itu, apabila terjadinya

permasalahan yang dihadapi KPHL Model Unit III Pohuwatoakan lebih

mudah ditanggulangi, jika dilakukan bersama-sama dengan pemerintah

daerah dan masyarakat setempat. Gambaran mengenai kebijakan

pemerintah Kabupaten Pohuwato terhadap pembangunan KPHL Model Unit

III Pohuwato dipaparkan sebagai berikut

Dalam Rencana Pengelolaan Jangka Menengah (RPJMD) Kabupaten

Pohuwatotahun 2010-2015 tercantum visi kepala daerah pembangunan yang

berbunyi

81
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

“Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Pohuwato diatas Nilai Spritual

Melalui Pembangunan Sumber Daya Manusia dan Pengembangan Ekonomi

Kerakyatan”.

Visi tersebut mempunyai makna bahwa diperlukan perubahan yang

mendasar terhadap strategi kebijakan pembangunan di Kabupaten

Pohuwato dengan mengedepankan peningkatan kualitas sumber daya

manusia yang berlandaskan dan menjunjung tinggi religi serta memberikan

ruang bagi tumbuhnya ekonomi kerakyatan yang pada girilirannya diyakini

mampu mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Secara detail misi yang diemban adalah sebagai berikut :

1. Wujudkan birokrasi yang menjunjung tinggi nilai-nilai akuntabilitas dan

transparansi

2. Mengembangkan masyarakat madani yang berakhlak mulia,

berbudaya, menghormati pluralitas dan kesetaraan gender.

3. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan penerapan

program pendidikan gratis dan layanan kesehatan yang terjangkau bagi

masyarakat

4. Memberikan akses dan ruang bagi tumbuhnya ekonomi kerakyatan

yang berbasis sumber daya local

5. Mengembangkan investasi dengan mengedepankan prinsip

pembangunan berkelanjutan serta mengembangkan kerjasama

ekonomi regional.

82
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

6. Melakukan percepatan pembangunan infrastruktur strategis dan

infrastruktur pedesaan yang mampu menggerakkan roda perekonomian

masyarakat pedesaan.

7. Menegakkan supremasi hukum dan tata pelayanan publik yang lebih

berkeadilan dan rasa aman bagi masyarakat.

Visi misi diatas setelah melalui musrenbang dan dilokakaryakan pada

bulan November 2010 dan dipadukan dengan Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah Provinsi Gorontalo tahun 2007 – 2012 dan juga

mengacu pada Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Daerah (RPJPD) Kabupaten Pohuwato tahun 2009 – 2025 serta RPJM

Nasional 2009 – 2014 sebagai amanah UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, maka tanpa mengurangi cita-

cita, nilai, tujuan dan semangat dari Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah, maka visi dan misi diatas dijabarkan, dirumuskan kembali dan

ditetapan menjadi Visi, Misi, tujuan dan agenda Pembangunan Daerah.

Visi dan misi kepala daerah telah disesuaikan dengan visi dan misi

daerah yang tercantum dalam RPJP yaitu

“TERWUJUDNYA KESEJAHTERAAN MASYARAKAT POHUWATO


DIATAS NILAI SPRITUAL MELALUI PEMBANGUNAN SUMBER
DAYA MANUSIA DAN PENGEMBANGAN EKONOMI
KERAKYATAN”.

Pada visi tersebut terkandung 2 kata kunci yakni Sejahtera dan Spritual

yang memiliki arti yakni :

Sejahtera mengandung arti suatu cita-cita, sikap, dan tindakan serta

orientasi dari pemerintahan daerah Kabupaten Pohuwato untuk

meningkatkan kualitas hidup manusia melalui pemenuhan kebutuhan

83
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

sandang, pangan dan papan, pemenuhan kebutuhan pendidikan serta

pemenuhan kebutuhan kondisi kesehatan yang baik.

Spritualmengandung makna suatu orientasi sikap yang menjunjung tinggi

nilai-nilai agama sebagai dasar etika dan panduan perilaku dalam

melaksanakan pembangunan Daerah Kabupaten Pohuwato.

Untuk mencapai visi tersebut, maka telah ditetapkan misi daerah yakni

“MEMBANGUN KEMITRAAN PEMERINTAHAN DAN MASYARAKAT


YANG KUAT, MAJU DAN BERAKHLAK MULIA”.

Pada misi tersebut terkandung nilai bahwa visi diatas akan bisa diwujudkan

melalui kemitraan pemerintah dan masyarakat yang kuat dan mayarakat

pohuwato yang maju serta masyarakat pohuwato yang berakhlak mulia.

Adapun Tujuan Strategis yang akan dicapai melalui melalui pelaksanaan

Visi dan Misi Kabupaten Pohuwato tahun 2010 – 2015 tersebut adalah :

1. Mewujudkan pemerintahan yang akuntabel.

2. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia.

3. Membangun infrastruktur secara merata.

4. Menumbuh-kembangkan ekonomi rakyat.

Berdasarkan tujuan tersebut, maka telah ditetapkan sasaran-sasaran

pembangunan tahun 2010 – 2015 yakni sebagai berikut :

1. Tujuan pertama, mewujudkan pemerintahan yang akuntabel.

Sasarannya adalah :

a. Seluruh desa menerapkan sistem pemerintahan desa yang tertib

dan akuntabel

84
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

b. Menejemen pemerintahan (perencanaan, pelaksanaan, pelaporan,

pengendalian) dilaksanakan secara terintegrasi dan tepat waktu

berdasarkan data yang akurat dan terkini;

c. Seluruh SKPD memiliki sumber daya aparatur kompeten sesuai

kebutuhan serta mencapai target kinerjanya dengan administrasi

yang akuntabel;

d. Pelayanan publik terintegrasi secara online serta memenuhi

standar pelayanan prima dan mampu menjangkau seluruh

masyarakat;

e. Masyarakat memiliki kepastian hukum dalam melaksanakan

aktivitasnya secara tertib dan harmonis;

2. Tujuan Kedua, meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia,

sasarannya adalah :

a. Anak usia sekolah menyelesaikan pendidikan SLTA dan memiliki

keterampilan agribisnis, komputer, bahasa inggris, dan religius;

b. Pemuda dan pemudi Pohuwato meraih prestasi regional, nasional

dan internasional di bidang olah raga, sosial budaya dan iptek

c. Keluarga cukup gizi dan ikut KB;

d. Seluruh desa menjadi Desa Siaga;

e. Rumah sakit, Puskesmas dan jaringannya memenuhi standar mutu

serta mampu menjangkau/dijangkau oleh masyarakat di

wilayahnya;

f. Masyarakat usia produktif menjadi tenaga kerja produktif dan

bebas buta aksara;

85
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

3. Tujuan ketiga, membangun infrastruktur secara merata,

sasarannya adalah :

a. Seluruh sentra produksi memiliki akses transportasi, air, listrik,

telekomunikasi dan sanitasi yang handal

b. Kawasan pemukiman yang memiliki tranportasi dan infrastruktur

dasar yang memenuhi syarat

c. Seluruh pembagunan dilaksanakan secara berkelanjutan dan

ramah lingkungan sesuai RTRW

4. Tujuan keempat, menumbuh-kembangkan ekonomi rakyat,

sasarannya adalah :

a. Seluruh desa memiliki kelompok usaha yang mandiri dan mampu

memajukan potensi desanya;

b. Setiap kecamatan memiliki produk unggulan yang menerapkan

teknologi pengolahan yang tepat guna;

c. Setiap kecamatan memiliki pasar yang mampu memfasilitasi

penjualan produk unggulannya serta mampu menjamin

ketersediaan bahan pokok dan sarana produksi dengan harga

terjangkau;

d. Sentra-sentra produksi perikanan menjadi mata rantai produksi

yang terintegrasi dalam kawasan minapolitan.

e. Pohuwato menjadi tujuan utama investasi di Provinsi Gorontalo;

Untuk mencapai visi, misi dan tujuan strategis pembangunan daerah

Kabupaten Pohuwato 2010 - 2015, maka disusun empat agenda pokok

pembangunan daerah yakni :

86
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

1. Reformasi Birokrasi Dan Tata Kelola Kepemerintahan Yang

Baikyang diarahkan dalam peningkatan kualitas Pelayanan

pembangunan, kemasyarakatan dan pemerintahan.

2. Pengembangan Sumber Daya Manusia Yang Handal, Kreatif,

Inovatif Dan Religiusyang diwujudkan dalam pembangunan

pendidikan yang berorientasi pada kemandirian yang didukung dengan

kualitas kesehatan dan kualitas moral yang baik.

3. Penyediaan Infrastruktur Strategis Secara Meratayang akan

diwujudkan dalam Pembangunan infrastruktur yang menunjang

pengembangan ekonomi daerah dan peningkatan pelayanan public.

4. Pengembangan Ekonomi Rakyat Berbasis Desa yang diarahkan

untuk meningkatkan kinerja sektor unggulan daerah dalam menunjang

produktivitas yang bertumpu pada desa

87
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

BAB IV.
VISI DAN MISI
4.1. Visi

Keberhasilan pengelolaan KPHL Model Unit III Pohuwato sebagai KPH

model, sangat didukung dengan adanya kebijakan – kebijakan yang ada

baik dari pemerintah pusat sendiri dalam hal ini Departemen Kehutanan

maupun kebijakan dari pemerintah daerah setempat. Pada hakekatnya,

rencana pengelolaan KPHL Model Unit III Pohuwato merupakan suatu

rangkaian upaya yang dilakukan terus menerus untuk mencapai suatu

tingkat pengelolaan hutan yang lebih optimal. Upaya dimaksud dilakukan

melalui pemanfaatan potensi yang dimiliki, manusia yang berkualitas,

kemampuan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang

kehutanan serta memperhatikan tantangan perkembangan global. KPHL

Model Unit III Pohuwato sebagai salah satu unit model pengelolaan hutan di

Propinsi Gorontalo akan terus melakukan perencanaan untuk diaplikasikan

pada tingkat tapak

Konsep pembuatan rencana pengelolaan KPHL Model Unit III

Pohuwato disusun tentunya tidak terlepas dari visi dan misi yang dibangun

oleh Departemen Kehutanan dan pemerintah daerah setempat yang

dibangunmelalui prinsip-prinsip partisipatif, akuntabilitas, transparansi dan

tanggap atau responsive terhadap tuntutan zaman dan masyarakat serta taat

pada azas pertanggungjawaban publik. Peran KPHL Model Unit III Pohuwato

di Propinsi Gorontalo menghendaki adanya visi, misi, tujuan dan strategi

pembangunan KPH yang mampu mengakomodasi semua kepentingan

88
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

secara terpadu. Konflik kepentingan yang muncul, khususnya dalam

menentukan prioritas pembangunan, hendaknya dapat dieliminir karena

dapat menghambat pencapain tujuan pembangunan KPH model

Dengan kondisi dan permasalahan kehutanan saat ini, maka tugas-

tugas pengelola KPHL Model Unit III Pohuwato dalam penyelenggaraan

pengelolaan hutan lestari dan pengembangan kehidupan sosial-ekonomi

dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat menjadi semakin

kompleks. Oleh karena itu untuk memberikan arah pengembangan yang

lebih jelas bagi para pengelola KPHL dan yang berkepentingan dengan

pembangunan KPHL Model Unit III Pohuwato maka disusunlah Rencana

Pengelolaan (RP) KPHL Model Unit III Pohuwato. Pembuatan RP KPHL

Model Unit III Pohuwato dimaksudkan untuk memacu penyelenggaraan

pembangunan kehutanan di Propinsi Gorontalo yaitu pemulihan dan

pemantapan basis sosial dan ekonomi untuk perbaikan taraf kehidupan

masyarakat melalui pengelolaan hutan yang optimal, efisien dan

berkelanjutan

Guna menyamakan persepsi tentang arah dan kebijakan umum

pembangunan, perlu dirumuskan visi dan misi pembangunan KPHL Model

Unit III Pohuwato, sehingga terbangun komitmen yang kuat dari pemerintah,

sektor swasta dan warga Gorontalo untuk bersama membangun daerahnya.

Di sisi lain visi dan misi ini juga menjadi acuan dalam merumuskan program-

program pembangunan.

89
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Visi Pembangunan KPHL Model Unit III Pohuwato:

“KPHL Model Unit III Pohuwato yang mantap secara legal formal,

profesional dan lestari pengelolaannya serta bermanfaat bagi

masyarakat dan pemerintah

Pemahaman terhadap visi tersebut adalah sebagai berikut:

a. KPHL Model Unit III Pohuwato sebagai KPH model hendaknya

memiliki kawasan yang mantap dari segi hukum dan didukung oleh

seluruh stakeholder.

b. KPHL Model Unit III Pohuwato hendaknya dikelola oleh para

professional yang berbudaya dan berdisiplin tinggi, produktif serta

memiliki kecintaan dan komitmen untuk berpartisipasi dalam

pengelolaan hutan yang lestari.

c. KPHL Model Unit III Pohuwato hendaknya mampu memberikan

manfaat ekonomis dan ekologis bagi masyarakat dan pemerintah”

d. KPHL Model Unit III Pohuwato hendaknya menjadi sebuah institusi

yang mandiri dan dijalankan secara profesional

Untuk mendukung visi pembangunan KPHL Model Unit III Pohuwato di

Kabupaten Pohuwato maka perlu dibuatkan misi konsep pembangunan

KPHL Model Unit III Pohuwato yaitu

4.2. Misi

1. Penataan Blok dan Petak dalam rangka mengoptimalkan fungsi

hutan KPHL Model Unit III Pohuwato yang meliputi

90
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

fungsi konservasi, fungsi lindung dan fungsi produksi yang

diimplementasikan dalam sistem blok pengelolaan

2. Menyiapkan infrastruktur yang memadai bagi kelangsungan fungsi hutan

3. Menciptakan kesadaran masyarakat akan pentingnya kelestarian hutan

bagi kesinambungan pembangunan

4. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Aparatur dan rekayasa teknologi

bagi peningkatan daya dukung kehutanan untuk kemaslahatan

masyarakat disekitar kawasan hutan.

5. Mengoptimalkan perlindungan hutan, pengamanan dan penegakan

hukum di KPHL Model Unit III Pohuwato

6. Memanfaatkan seluruh potensi sumberdaya alam hutan di seluruh blok

KPHL secara lestari dan bermanfaat bagi masyarakat dan pemerintah

4.3. Tujuan Pengelolaan

Tujuan pengelolaan pembangunan KPHL Model Unit III Pohuwato yang

akan ditempuh yaitu mewujudkan kemantapan kawasan hutan terukur

terhadap masyarakat sekaligus pemenuhan hak hak dasar warga

masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, maka langkah-langkah

yang ditempuh yaitu sebagai berikut :

1. Mengupayakan terwujudnya tujuan dan embanan upaya pengelolaan

hutan yang lestari.

Kebijakan penetapan dan pengelolaan KPH ditujukan terutama untuk

mengoptimalkan pengelolaan hutan dalam rangka peningkatan

kesejahteraan dan mutu kehidupan manusia. Sesuai fungsinya, upaya

pencapaian tujuan tersebut haruslah selalu dikaitkan dengan tiga

91
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

embanan upaya konservasi, yaitu; perlindungan sistem penyangga

kehidupan; pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa

beserta ekosistemnya; serta pemanfaatan secara lestari sumber daya

hutan dan ekosistemnya.

2. Meningkatkan pendayagunaan potensi sumberdaya hutan untuk

kegiatan yang menunjang budidaya.

Dalam UU No.41 tahun 1999 dan UU No 5 tahun 1990 bahwa

pemanfaatan kawasan hutan, haruslah dalam bentuk pemanfaatan

yang dikategorikan menunjang budidaya

3. Memberdayakan peranserta masyarakat sekitar KPHL Model Unit III

Pohuwato.

Pelaksanaan pembangunan KPHL Model Unit III Pohuwato sama sekali

tidak dapat mengabaikan kepentingan masyarakat, khususnya mereka

yang berada di sekitar kawasanKPHL. Tanpa dukungan dari

masyarakat di sekitarnya, sebaik apapun kebijakan pengelolaan yang

dilaksanakan tidak akan berhasil sesuai tujuan yang diharapkan.

4. Integrasi dan koodinasi

Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pembangunan

nasional, pembangunan dan pengelolaan kawasan konservasi dalam

pelaksanaannya haruslah diintegrasikan dan dikoordinasikan dengan

kegiatan pembangunan di sektor lainnya yang terkait. Keberhasilan

integrasi dan koordinasi akan menciptakan suatu harmoni

pelakasanaan kegiatan yang selaras, sehingga antar kegiatan di

92
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

masing-masing sektor yang berkaitan akan saling menunjang dan tidak

bertentangan.

5. Evaluasi fungsi kawasan

Evaluasi diperlukan untuk menentukan keberhasilan pelaksanaan

pengelolaan yang dilaksanakan sampai dengan saat ini, apakah sudah

mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan. Selain itu evaluasi

fungsi kawasan juga dapat dijadikan dasar melakukan rehabilitasi dan

pemulihan terhadap suatu kawasan dalam kondisi sudah rusak

dan/atau pemanfaatannya menyimpang dari fungsi utamanya. Dalam

kondisi tertentu, jika berdasarkan hasil evaluasi fungsinya tidak

mungkin lagi dipulihkan, maka sebagian atau seluruh kawasan tersebut

dapat dirubah fungsinya ke dalam fungsi lainnya sesuai dengan

ketentuan dan peraturan yang berlaku

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka pengelolaan KPHL Model

Unit III Pohuwato mempunyai tujuan dalam pencapaian visi dan misi tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Pemantapan aspek kelembagaan ditujukan untuk mempersiapkan

aparatur pengelola dalam pelayanan publik, menyusun struktur,

fungsi, wewenang, tugas dan tanggung jawab serta tata hubungan

yang efektif dan efisien dalam optimalisasi pengelolaan KPHL Model

Unit III Pohuwato.

2. Penataan kawasan ditujukan untuk memperoleh kepastian hukum dan

kejelasan status, menghindari sengketa yang bersumber dari tumpang

tindihnya perizinan dan areal kawasan disamping untuk menyediakan

93
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

ruang bagi masyarakat dalam melakukan berbagai kegiatan baik

dalam rangka mendukung program KPHL Model Unit III Pohuwato

maupun untuk mendukung peningkatan ekonomi masyarakat dan

peningkatan perekonomian daerah

3. Pemantapan kerjasama dan kolaborasi antara KPHL Model Unit III

Pohuwato dengan pihakswasta, kelompok masyarakat dan LSM

ditujukan untuk upaya pemberdayaan, memperbaiki kinerja,

menciptakan daya saing, memperluas jangkauan pelayanan serta

meminimalisir terjadinya konflik.

4. Pemantapan perlindungan dan pengamanan ditujukan untuk menjaga

fungsi perlindunganan, pelestarian dan pengawetan keanekaragaman

hayati beserta ekosistemnya.

5. Pemanfaatan sumberdaya alam hutan dan ekosistemnya ditujukan

untuk pengendalian fungsi pemanfaatan secara lestari dengan

mengatur segala bentuk kegiatan di kawasan KPHL Model Unit III

Pohuwato

94
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

BAB V.
ANALISIS DAN PROYEKSI
5.1. Analisis

Analisis SWOT telah seringkali digunakan oleh para pengambil

kebijakan dalam merumuskan berbagai tujuan yang akan dicapai dan

strategi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam

kerangka kompetisi global, seorang pemimpin daerah dituntut untuk mampu

mengidentifikasi keunikan daerahnya, baik yang disebabkan faktor internal

maupun faktor eksternal. Analisis SWOT adalah instrument perencanaaan

strategis yang klasik. Denganmenggunakan kerangka kerja kekuatan dan

kelemahan dan kesempatan ekternal danancaman, instrument ini

memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaikuntuk

melaksanakan sebuah strategi. Instrumen ini menolong para perencana apa

yangbisa dicapai, dan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh mereka.

Analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan

kondisi danmengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang

berdasarkan faktor internal(dalam) dan faktor eksternal (luar) yaitu Strengths,

Weakness, Opportunities dan Threats.Metode ini paling sering digunakan

dalam metode evaluasi bisnis untuk mencari strategiyang akan dilakukan.

Analisis SWOT hanya menggambarkan situasi yang terjadi bukansebagai

pemecah masalah.

Analisis SWOT KPHL Model Unit III Pohuwato terdiri dari empat faktor, yaitu:

a. Strengths (kekuatan), merupakan kondisi kekuatan yang terdapat

dalam organisasi KPHL Model Unit III Pohuwato, Kekuatan yang

95
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi,

proyek atau konsep KPHL itu sendiri.

b. Weakness (kelemahan)merupakan kondisi kelemahan yang terdapat

dalam organisasi, proyek ataukonsep KPHL Model Unit III Pohuwato

yang ada.Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat

dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep pembangunan KPHL

Model Unit III Pohuwato.

c. Opportunities (peluang)merupakan kondisi peluang berkembang di

masa datang yang terjadi. Kondisiyang terjadi merupakan peluang dari

luar organisasi, proyek atau konsep pembangunan KPHL. kebijakan

pemerintah dan kondisi lingkungan sekitar.

d. Threats (ancaman)merupakan kondisi yang mengancam dari luar.

Ancaman ini dapat menggangguorganisasi, proyek atau konsep

pembangunan KPHL.

Bila keempat hal tersebut diidentifikasikan maka akan terlihat faktor-

faktor yang akan membantu dan menghambat KPHL Model Unit III Pohuwato

untuk mencapai tujuan. Analisa ini menghasilkan strategi pencapaian tujuan

dengan memaksimalkanStrengths (kekuatan) dan Opportunities (peluang),

namun secara bersamaan meminimalkan Weaknesses (kelemahan) dan

Threats (ancaman). Dengan begitu akan dapat ditentukan berbagai

kemungkinan alternatif strategi yang dapat dijalankan

Dari hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan oleh KPHL Model

Unit III Pohuwato beserta para pihak, telah diidentifikasikan faktor internal

dan eksternal dengan hasil sebagai berikut:

96
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Tabel21. Identifikasi faktor internal dan eksternal KPHL Model Unit III
Pohuwato
Faktor Internal Faktor Eksternal
Strength Weaknes Opportunity Threats
(Kekuatan) (Kelemahan) (Peluang) (Ancaman)
1. Tidak didukung 1. Perangkat 1. Tumpang tindih
oleh SDM yang kebijakan regulasi.
memadai internatonal yang
mendukung 2. Kegiatan illegal
2. Kurangnya pengelolaan hutan logging
Sosisalisasi KPHL ditingkat tapak
1. Wilayah kelola 3. Tingginya
3. Jumlah Personil 2. Adanya partisipasi degradasi
KPHL yang sangat terbatas dan tidak
luas masyarakat dalam sumberdaya di
sebanding dengan
mendukung KPHL Model Unit
wilayah
2. Memiliki (SOP) keberadaan KPHL III Pohuwato
pengelolaan.
pengelolaan KPHL Model Unit III
sesuai peraturan 4. Koordinasi para Pohuwato 4. Penyerobotan
pemerintah pihak yang rendah 3. Pengembangan lahan untuk
jasa lingkungan kegiatan
3. Memiliki Struktur 5. Pendanaan belum (carbon trade, perladangan
Organisasi yang mencukupi. pariwisata,
jelas penelitian, DAS, air 5. Rendahnya
bersih) yang pendidikan dan
6. Data potensi didukung dengan taraf hidup
4. Mempunyai kawasan belum kebijakan masyarakat di
legalitas hukum lengkap pemerintah. sekitar kawasan
kawasan dan 4. Berada di kawasan 6. Rendahnya
kelembagaan pencadangan ekonomi
hutan Kabupaten masyarakat dan
Pohuwato tingginya angka
5. Adanya potensi 7. Penataan batas
jasa lingkungan 5. Dukungan para kemiskinan
kawasan belum pihak (pemerintah
(carbon trade, selesai
pariwisata, pusat-propinsi- 7. Berbatasan dengan
8. Sarana dan
peneltian, DAS, air kab/kota, privat lahan-lahan milik
prasarana belum
bersih) sektor, LSM, masyarakat
memadai
Masyarakat 8. Masih maraknya
6. Memiliki potensi 9. Kewenangan 6. Berkembangnya Perburuan satwa
sumberdaya alam pengelola masih bentuk-bentuk liar
yang besar terbatas. kerjasama dengan 9. Masih maraknya
pihak lain dalam pembakaran lahan
7. Tingginya potensi pengelolaan hutan 10. Konflik pengelolaan
keaneka ragaman 10. Akses (letak) dalam rangka kawasan KPHL
hayati kawasan sulit kemandirian KPH
dicapai 7. Besarnya minat
8. Berfungsi sebagai peneliti untuk
penyangga melakukan
kehidupan penelitian di KPH
/penyeimbang 8. Adanya progam
ekosistem
peningkatan
kapasitas staff dari
9. Catchment area
lembaga lain
dari 3 DAS Prioritas 9. Telah masuk
dalam Arahan
pembangunan
jangka panjang
sesuai RTRW
10. Termasuk dalam
wilayah
pengembangan
ekonomi nasional

97
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

1. Faktor Internal

a. Kekuatan (Strength)

1. Wilayah kelola yang luas

Sesuai SK Menteri Kehutanan No 334/Menhut-II/2010 luas KPHL

Model Unit III Pohuwato adalah 116.625 ha dan merupakan wilayah

KPH terluas di Propinsi Gorontalo. Potensi wilayah kelola yang luas

memungkinkan wilayah KPHL dipergunakan untuk berbagai

kepentingan pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan yang bisa

meningkatkan perekonomian masyarakat dan daerah serta menunjang

kegiatan pembangunan di KPHL Model Unit III Pohuwato

2. Memiliki SOP pengelolaan KPH

KPHL Model Unit III Pohuwato telah memiliki SOP pengelolaan KPH

sesuai Permenhut 6/Menhut-II/2010 tentang Norma, Standar, Prosedur

Dan Kriteria Pengelolaan Hutan Pada Kesatuan Pengelolaan Hutan

Lindung (KPHL) Dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP).

Aturan ini lebih dioperasionalkan lagi dalam Peraturan Dirjen yang

menegaskan bentuk-bentuk kegiatan dalam pengelolaan KPHL. Situasi

ini akan lebih memudahkan pengelola KPHL untuk melaksanakan

pengelolaan ditingkat tapak

3. Memiliki struktur organisasi yang jelas

Kesatuan pengelolaan hutan lindung(KPHL) Pohuwato merupakan

merupakan unit pelaksana teknis hutan yang dikelola dengan struktur

organisasi yang jelas berdasarkan Perbup Pohuwato, dengan model

organisasi Tipe B (Permendagri No 61/2010) dipimpin seorang Kepala

KPH (Eselon III-A) yang dibantu oleh tiga pejabat eselon IV yaitu

98
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala resort KPHP dan KPHL.

Struktur ini dilengkapi pula dengan dukungan personil fungsional

Pegawai Negeri Sipil yang terdiri dari kelompok Fungsional Umum dan

Fungsional Khusus (Polisi Kehutanan dan Pengendali Ekosistem Hutan

serta Penyuluh Kehutanan).

4. Mempunyai status hukum kelembagaan dan kawasan

Kesatuan pengelolaan hutan lindung (KPHL) Pohuwato ditunjuk

sebagai KPHL Model Unit III Pohuwato yang penunjukannya melalui

Surat Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor

402/Menhut-II/2011 tentang Penetapan wilayah kesatuan pengelolaan

hutan lindung (KPHL) Model Pohuwato (Unit III), dengan luas ±

116.275ha. Pengelolaan kawasan ini awalnya berada pada Dinas

Kehutanan Pertambangan dan Energi Kabupaten Pohuwato, kemudian

pada tahun 2011berubah menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT)

menjadi KPHL Model Unit III Pohuwato(Eselon III), yang berada

langsung dibawah Dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi

Kabupaten Pohuwato.

5. Adanya potensi jasa lingkungan (carbon trade, pariwisata, penelitian,

DAS, air bersih)

Potensi jasa lingkungan merupakan potensi besar yang dapat

dikembangkan sebagai sumber pendapatan untuk mewujudkan KPH

yang mandiri. Dana dari luar bisa masuk melalui mekanisme

pembayaran jasa lingkungan (payment for environmental services)

seperti misalnya daya serap karbon, keindahan landscape, perlindungan

99
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Daerah Aliran Sungai (DAS) dan tata air. Potensi ekowisata yang

dikelola dengan baik dapat pula memberikan kontribusi signifikan pada

konservasi kawasan maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat di

sekitar kawasan. Atraksi fauna yang menyebar di seluruh kawasan KPHL

Model Unit III Pohuwato merupakan daya tarik tersendiri dalam

pariekowisata dan penelitian. Sungai-sungai yang membelah kawasan

merupakan bukti bahwa Daerah Aliran Sungai banyak terdapat di dalam

kawasan dan merupakan sumber air bersih yang potensial. Potensi ini

dapat digunakan secara optimal untuk memperkuat pengelolaan KPHL

Model Unit III Pohuwato

6. Tingginya potensi keanekaragaman hayati

Kawasan KPHL Model Unit III Pohuwato memiliki sumber daya alam

hayati dan ekosistemnya yang tinggi khas pulau Sulawesi seperti yang

dilaporkan para peneliti dari Burung Indonesia, Tim PSL Universitas

Gorontalo dan tim survey BPKH XV Gorontalo. Laporan-laporan ilmiah

selalu mengindikasikan kemungkinan adanya spesies langka bila

penelitian dilakukan lebih intensif. Potensi ini dapat digunakan secara

optimal untuk memperkuat pengelolaan taman KPHL Model Unit III

Pohuwato, memberdayakan masyarakat sekitar hutan dan

mengembangkan ekonomi wilayah.

7. Memiliki spesies langka/endemik

Berdasarkan survey yang dilakukan tim PSL Universitas Gorontalo, di

dalam kawasan KPH ditemukan beberapa spesies dilindungi dan

endemik. Sebagai contoh, misalnya ditemukan jejak babi rusa,

dihe/monyet hitam Sulawesi dan lainnya. Khusus jenis monyet hitam

100
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

sulawesi (Macaca heckii), satwa ini merupakan satwa endemik

Gorontalo. Di Pulau Sulawesi terdapat 5 jenis monyet hitam Sulawesi.

Spesies lain adalah burung rangkong atau alo. Sejauh ini beberapa

species yang disebutkan diatas diperkirakan masih bisa ditemukan

didalam kawasan hutan primer KPHL Model Unit III Pohuwato. Banyak

spesies langka lainnya baik flora maupun fauna hidup di kawasan ini. Hal

ini merupakan kekuatan untuk mempromosikan kawasan KPHL Model

Unit III Pohuwato

8. Berfungsi sebagai penyangga kehidupan/penyeimbang ekosistem

Keberadaan hutan sebagai bagian dari sebuah ekosistem yang besar

memiliki arti dan peran penting dalam penyangga system kehidupan.

Berbagai manfaat besar dapat diperoleh dari keberadaan hutan melalui

fungsinya sebagai penyedia sumberdaya air bagi manusia dan

lingkungan, kemampuan penyerapan karbon, pemasok oksigen di udara,

penyedia jasa wisata dan mengatur iklim global.

9. Catcment area untuk 3 DAS

KPHL Model Unit III Pohuwato merupakan daerah perhuluan dari anak-

anak sungai yang mengalir di dua Kabupaten, yaitu sungai Randangan

dari Sungai Marisa dan Sungai Popayato. Kawasan pegunungan di

KPHL Model Unit III Pohuwato merupakan ”Menara air” bagi dua

kabupaten tersebut, oleh karena itu sangat penting posisinya dalam

wilayah kelola tata air. Kerusakan pada KPHL Model Unit III Pohuwato

akan secara langsung membawa dampak negatif terhadap kualitas

lingkungan hidup di Kabupaten Pohuwato dan Gorontalo. Kebutuhan

101
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

akan air masih dapat dipenuhi oleh keberadaan sungai di kawasan KPHL

Model Unit III Pohuwato yang debit airnya selalu tersedia sepanjang

tahun.

10. Memiliki tipe ekosistem yang beragam

Kawasan KPHL Model Unit III Pohuwato memiliki tipe ekositem yang

lengkap dari hutan hujan dataran rendah hingga hutan pegunungan

bawah. Meskipun hutan ini terletak di Kabupaten Pohuwato namun ini

memiliki fungsi penting sebagai penyangga kehidupan dan penyeimbang

ekosistem di kabupaten lain seperti Kabupaten Gorontalo. Sehingga

kerusakan pada KPHL Model Unit III Pohuwato akan secara langsung

membawa dampak negatif terhadap kualitas lingkungan hidup di

Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Pohuwato. Dengan demikian

kawasan ini harus dipertahankan sehingga tetap dapat berfungsi dan

bermanfaat secara lestari

b. Kelemahan

1. Tidak didukung oleh SDM yang memadai

Sumberdaya manusia merupakan salah satu penentu keberhasilan

operasionalisasi KPHL Model Unit III Pohuwato. Jumlah personilKPHL

Model Unit III Pohuwato hanya berjumlah 9 orang dan masih dibantu

oleh beberapa tenaga personil dari Dishuttamben Pohuwato. Jumlah

inipun belum memadai karena luasan wilayah KPHL yang sangat

besar. Dari segi kapasitas tenaga Dishuttamben pun masih didominasi

tenaga teknis non kehutanan. Padahal tenaga teknis yang berlatar

belakang pendidikan dibidang kehutanan sangat diperlukan dalam

operasional kegiatan KPHL ditingkat tapak. Kegiatan pendidikan

102
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

singkat oleh personil KPHL Model Unit III Pohuwato juga sangat jarang

diikuti, padahal pendidikan dan pelatihan sangat diperlukan dalam

rangka meningkatkan pelayanan dan kualitas kerja dilingkungan KPHL

Model Unit III Pohuwato.

2. Kurangnya Sosialisasi KPHL

Sosialisasi KPHL Model Unit III Pohuwato adalah unsur penting untuk

mendapatkan pengakuan dari pemangku kepentingan terhadap

keberadaan KPHL Model Unit III Pohuwato. Kurangnya sosialisasi

KPHL Model Unit III Pohuwato kepada pemangku kepentingan

menyebabkan lemahnya pemahaman para pihak terhadap arti

pentingnya KPHL Model Unit III Pohuwato. Lemahnya pemahaman

disebabkan karena lemahnya strategi komunikasi yang dibangun oleh

pihak pemerintah daerah. Hal ini bisa menimbulkan perbedaan persepsi

antara masyarakat dan pengelola KPHL Model Unit III Pohuwato.

Akibat lebih jauhnya adalah lemahnya keterpaduan program antar

pemangku kepentingan dengan misi dan visi yang dibangun oleh KPHL

3. Jumlah Personil masih terbatas tidak sebanding dengan luasan

KPHL

Wilayah kesatuan pengelolaan hutan lindung(KPHL) Pohuwato dengan

luas kawasan 116.625 ha. Berdasarkan luasan ini, idealnya KPHL

Model Unit III Pohuwato harus memiliki jumlah personil 116 orang

dengan asumsi 1 orang : 1000 Ha. Kondisi saat ini jumlah personil

KPHL Model Unit III Pohuwato masih 9 orang yang terdiri dari 1 orang

kepala KPHL dan dibantu oleh 2 orang kepala seksi serta 6 orang staf.

Sehingga kebutuhan tenaga pengelola KPHL Model Unit III

103
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Pohuwatomasih sangat kurang sejalan dengan makin dinamisnya

pembangunan di Kabupaten Pohuwato

4. Koordinasi para pihak yang rendah

Lemahnya koordinasi para pihak terjadi karena belum ada wadah

dan mekanisme koordinasi yang disepakati antara pengelola KPHL dan

para pihak. Masing-masing lembaga yang diharapkan bisa membantu

dan mendorong kegiatan KPHL masih terpaku pada Tupoksi masing-

masing. Akibat lemahnya koordinasi para pihak, penyelesaian isu-isu

penting terkait pengelolaan KPHL seperti adanya perambahan liar,

pemukiman di dalam kawasan KPHL, PETI, rendahnya ekonomi dan

pendidikan masyarakat menjadi tidak tertangani dengan baik. Padahal

isu-isu tersebut hanya bisa diselesaikan dengan kolaborasi para pihak

5. Pendanaa belum mencukupi

Saat ini operasional KPHL Model Unit III Pohuwato masih

bergantung kepada anggaran Departemen Kehutanan Republik

Indonesia dan APBD Kabupaten Pohuwato melalui DIPA Dinas

Kehutanan pertambangan dan energi. Masih belum terdapat lembaga

donor yang yang membiayai operasional KPHL Model Unit III

Pohuwato, sehingga pelaksanaan pengelolaan kawasan belum

maksimal dan menyeluruh baik pada kawasan maupun pada kegiatan

di sekitar kawasan termasuk pemberdayaan masyarakat. Selama ini

banyak kegiatan yang menjadi prioritas tidak seluruhnya mampu

diakomodir dalam DIPA, terutama terkait dengan berbagai faktor antara

lain : luas kawasan, aksesibilitas, jumlah lokasi kegiatan dan jumlah

104
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

kelompok sasaran target kegiatan. Faktor-faktor tersebut

mengakibatkan tingginya biaya yang dikeluarkan

6. Data potensi kawasan belum lengkap

Data dan informasi tumbuhan dan satwa liar sebagai jenis

unggulan, species kunci, species baru masih sangat minim. Kegiatan

inventarisasi keragaman hayati pada umumnya dilakukan hanya di

bagian terluar kawasan KPHL Model Unit III Pohuwato dan belum

mengidentifikasi ditengah kawasan KPHL Model Unit III Pohuwato,

padahal beberapa kawasan di wilayah KPH Pohuwato masih memilki

potensi yang tinggi. Potensi lain yang belum teridentifikasi secara detail

adalah potensi kayu yang bernilai ekonomis tinggi. Dengan demikian

belum tersedia peta potensi kayu dan peta potensi keragaman hayati

yang mewakili kawasan secara keseluruhan. Ketidaktersediaan data

tersebut mengakibatkan pemanfaatan kayu dan non kayubelum

optimal. Sampai sekarang potensi kayu dan keanekaragaman hayati

hanya mengandalkan hasil inventarisasi yang dilakukan oleh tim yang

dibentuk oleh BPKH XV Gorontalo

7. Tata batas kawasan belum selesai

Berdasarkan hasil penelusuran informasi di BPKH XV Gorontalo

Kawasan KPHL Model Unit III Pohuwato belum memiliki tata batas

yang temu gelang dan banyak pal batas yang rusak dan tidak jelas di

lapangan. Rekonstruksi batas telah dilakukan oleh BPKH Wilayah

XVGorontalo untuk wilayah Gorontalo. Hasil rekonstruksi ini masih

menyisakan masalah karena masih tumpang tindihnya kawasan

pengelolaan KPHL Model Unit III Pohuwato dengan peruntukkan

105
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

lainnya dan berubahnya peraturan menteri kehutanan tentang

penetapan kawasan hutan di Propinsi Gorontalo serta belum selesainya

RTRW di Kabupaten Pohuwato

8. Sarana dan pra sarana belum memadai

Dalam mendukung pengelolaan KPHL Model Unit III Pohuwato

sangat dibutuhkan sarana dan prasarana yang dapat menunjang

pelaksanaan kegiatan baik berupa Jalan setapak (trail) untuk

kepentingan patroli maupun wisata, bangunan/gedung, sarana

transportasi, sarana penelitian dan pengunjung, alat komunikasi serta

sarana dan prasarana lainnya. Jika dibandingkan dengan luas kawasan

maka sarana dan prasarana dalam pengelolaan masih sangat terbatas.

Saat ini sarana dan prasarana KPHL Model Unit III Pohuwato masih

meminjam/menggunakan fasilitas yang terdapat di kantor Dinas

Kehutanan Pertambangan dan Energi Kabupaten Pohuwato. Alokasi

anggaran pada DIPA untuk sarana parasarana baik untuk penambahan

maupun perbaikan belum ada. Sarana dan prasarana yang mendesak

yang dibutuhkan oleh pengelola KPHL Model Unit III Pohuwato adalah

kantor dan peralatan kantor, beberapa kendaraan darat roda empat dan

kendaraan roda dua untuk mempermudah operasional kegiatan di

lapangan. Sarana lain yang dibutuhkan adalah stasiun penelitian

lapangan yang dilengkapi dengan pemondokan dan peralatan riset

yang memadai

9. Kewenangan pengelola masih terbatas

Pengelolaan KPHL Model Unit III Pohuwato belum otonom dan

domainnya masih dikendalikan oleh pemerintah daerah sehingga

106
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

berakibat pada tidak kreatifnya pengelola dalam mengembangkan

usaha di dalam kawasan KPHL Model Unit III Pohuwato. Kewenangan

yang terbatas dirasakan menghambat kelancaran pengelolaan,

misalnya pengurusan surat ijin pemanfaatan kawasan masih menjadi

kewenangan Dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi, belum dapat

dilakukan di KPHL Model Unit III Pohuwato. Pelimpahan kewenangan

yang saat ini domainnya berada di tingkat pemerintah daerah kepada

Manajer KPH diharapkan mampu untuk memperpendek birokrasi dan

memperlancar kegiatan pengelolaan di lapangan. Pelimpahan

wewenang ini menjadi salah satu prasarat untuk menuju pengelolaan

KPH yang lebih mandiri

10. Akses masih sulit dicapai

Belum terbukanya akses jalan dari pusat kota Pohuwato ke wilayah

desa-desa terpencil yang berbatasan dengan kawasan KPH

menyebabkan masih sulit jaringan jalan menuju kawasan KPHL Model

Unit III Pohuwato. Akses dari ibukota kabupaten lebih banyak melalui

jalan eks logging membelah kawasan yang saat ini dibeberapa lokasi

sangat sulit dilalui. Hambatan dalam aksesibilitas telah menghambat

pengelolaan KPHL Model Unit III Pohuwato karena banyaknya wilayah

yang sulit terjangkau. Untuk membuka akses memerlukan dana yang

besar dan tergantung Pemerintah Daerah masing-masing. Hambatan

akses juga telah menyebabkan banyaknya lokasi dan potensi kawasan

yang belum dapat di eksplorasi. Pihak KPHL Model Unit III Pohuwato

selama ini telah melakukan upaya pendekatan dan memberi masukan

kepada pemerintah daerah untuk membuka akses jalan ke desa-desa

107
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

sekitar kawasan KPHL Model Unit III Pohuwato yang selama ini masih

terisolir

2. Faktor Eksternal

a. Peluang (Opportunity)

1. Perangkat kebijakan internasional yang mendukung pengelolaan

hutan di tingkat tapak

Saat ini terdapat beberapa lembaga international termasuk lembaga

donor yang sangat mendukung pengelolaan hutan ditingkat tapak.

Dukungan ini telah di implementasikan oleh lembaga donor

international seperti GIZ yang mendanai kegiatan penguatan kapasitas

KPH Model Berau di Kalimantan Timur. Dukungan ini juga dilakukan

oleh GIZ dengan mendanai kegiatan workshop tata hutan yang dihadiri

oleh pakar di 30 KPH diseluruh Indonesia. Isu-isu dalam pengelolaan

KPH yang mengarah pada sebuah harapan pengelolaan hutan lestari

diharapkan dapat menggerakkan kebijakan lembaga international untuk

mendukung keberadaan pengelolaan hutan ditingkat tapak.

2. Adanya partisipasi masyarakat terhadap keberadaan KPHL Model

Unit III Pohuwato

Keberadaan KPHL Model Unit III Pohuwato sedikit banyak mulai

diakui oleh masyarakat khususnya yang tinggal di sekitar kawasan.

Telah ada kesadaran sebagian masyarakat untuk tidak memasuki

kawasan. Masyarakat pada umumnya menghormati pada aturan yang

ditetapkan oleh pemerintah. Partisipasi, keterlibatan dan dukungan

masyarakat terhadap perlindungan dan pengelolaan KPHL Model Unit

III Pohuwato adalah komponen penting dalam kawasan KPH. Bila

108
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

kawasan KPH dianggap sesuatu yang mendatangkan manfaat bagi

masyarakat sekitar, maka masyarakat menjadi pendukung dalam upaya

pelestarian kawasan KPH tersebut.

3. Pengembangan jasa lingkungan (carbon trade, pariwisata, penelitian,

DAS, air bersih) yang didukung dengan kebijakan pemerintah

Perdagangan carbon (carbon trade) terkait dengan REDD (Reducing

Emissions from Deforestation and Degradation in developing countries)

yaitu sebuah mekanisme internasional yang dimaksudkan untuk

memberikan insentif yang bersifat positif bagi negara berkembang yang

berhasil mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan. REDD

hanya salah satu skema untuk memberi insentif terhadap upaya

perlindungan atau pelestarian hutan. Pemberian kompensasi ini terkait

dengan pengurangan pelepasan karbon (carbon release reduction),

penyimpanan karbon (carbon storage) dan penyerapan karbon (carbon

sequestration). Carbon trade ini merupakan salah satu potensi jasa

lingkungan yang perlu dimanfaatkan

Peluang lainnya adalah pengembangan ekowisata di kawasan KPHL

Model Unit III Pohuwato. Ekowisata di kawasan KPH diharapkan mampu

memberikan kontribusi pada pemanfaatan dan konservasi kawasan

maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan.

Kawasan sebagai daerah tangkapan air, banyaknya sungai-sungai dan

beberapa air terjun yang mengalir dari hulu kawasan KPH, membuat

suatu daya tarik tersendiri. Disamping itu potensi air yang dapat

dimanfaatkan disamping untuk menunjang pariwisata, juga dapat

dikemas menjadi air konsumsi .

109
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

4. Dukungan para pihak (Pemerintah pusat-provinsi/kabupaten/kota,

privat sektor, LSM, Masyarakat)

Pemerintah baik pusat maupun daerah (propinsi kabupaten kota)

mendukung keberadaan KPHL Model Unit III Pohuwato. Pemerintah

Kabupaten Pohuwato sangat diuntungkan dengan adanya KPH,

sehingga pemerintah daerah sangat mendukung keberadaan KPH yang

berada pada wilayah administratifnya. Demikian pula dengan lembaga-

lembaga non pemerintah baik dari dalam maupun luar negeri, menaruh

perhatian khusus pada upaya-upaya pemanfaatan dan konservasi

seperti KPHL Model Unit III Pohuwato

5. Berkembangnya bentuk-bentuk kerjasama dalam pemanfaatan jasa

lingkungan dalam rangka kemandirian

Pengelolaan kawasan bisa dilakukan bersama dengan melibatkan

pihak luar. Oleh karena itu pengembangan kerjasama atau kolaborasi

pengelolaan kawasan perlu dipertimbangkan. Pemerintah pusat melalui

Departemen Kehutanan dan pemerintah daerah bisa mengatur kebijakan

dalam hal kerjasama dan kolaborasi pengelolaan kawasan KPH sesuai

dengan peraturan perundangan yang berlaku. Untuk hal ini diperlukan

serangkaian upaya-upaya promosi kepada pihak luar, disamping kajian

untuk mengidentifikasi investor potensial untuk bermitra dalam

pengelolaan KPHL Model Unit III Pohuwato.

6. Besarnya minat ilmuan untuk melakukan penelitian di KPHL Model

Unit III Pohuwato

Minat peneliti yang ingin datang dan melakukan penelitian di KPHL

Model Unit III Pohuwato sangat signifikan mengingat kawasan KPH ini

110
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

memiliki potensi keragaman hayati yang sangat beragam. Peneliti yang

datang biasanya datang dari kalangan akademisi, LSM dan lembaga

penelitian yang tertarik untuk melakukan kerjasama penelitian dalam

kawasan KPH. Beberapa peneliti yang melakukan penelitian adalah

dosen dan mahasiswa dari Universitas Gorontalo dan Universitas Negeri

Gorontalo serta dari LSM Burung Indonesia. Peluang ini harus ditangkap

oleh KPHdengan menyediakan stasiun riset di dalam kawasan KPH yang

dikelola secara profesional.

7. Berada dalam kawasan pencadangan hutan Provinsi Gorontalo

Keberadaan kawasan KPHL Model Unit III Pohuwato yang terletak di

areal pencadangan kawasan hutan Propinsi Gorontalomerupakan hal

yang strategis. Hampir seluruh kawasan KPHL dalam wilayah KPH

diperuntukkan sebagai kawasan pemanfaatan hutan kayu hutan alam

dan hutan kayu hutan tanaman. Pemanfaatan hutan kayu hutan alam

umumnya terletak disebelah barat sedangkan pengembangan hutan

tanaman umumnya terletak disebelah selatan. Berdasarkan hasil survey

yang dilakukan oleh Tim BPKH potensi kayu yang terdapat di kawasan

KPHL Model Unit III Pohuwato rata-rata diatas 80 m3/ha. Dengan

demikian ini merupakan sebuah peluang yang dapat bisa diraih dalam

mendukung pengelolaanKPHL Model Unit III Pohuwato

8. Adanya program peningkatan kapasitas untuk staf KPH dari lembaga

lain

Berbagai bentuk peningkatan kualitas bagi tenaga pengelola KPH

seperti pelatihan peningkatan ketrampilan pengelolaan KPH dan peluang

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi melalui beasiswa

111
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

dan sponsor serta berbagai bentuk program edukasi telah diprogramkan

oleh Departemen Kehutanan melalui Pusat dan Balai Diklat Kehutanan.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) akan berdampak

pada kualitas pengelolaan, artinya untuk mengatasi jumlah tenaga

pengelola yang masih kurang dan belum sebanding dengan konflik dan

luas kawasan kelolanya, maka ditempuh dengan peningkatan

kualitasnya. Adanya program peningkatan kapasitas staff yang

ditawarkan oleh lembaga di luar KPH merupakan peluang-peluang yang

harus dimanfaatkan

9. Telah masuk dalam arahan pembangunan jangka panjang RTRW

Penetapan fungsi hutan dalam kawasan KPHL oleh RTRW sebagai

kawasan lindung dan kawasan pemanfaatan untuk tujuan kehutanan.

Keputusan ini membuat posisi KPHL Model Unit III Pohuwato memiliki

legitimasi kuat yang sifatnya jangka panjang. Seperti diketahui dokumen

RTRW merupakan dokumen perencanaan wilayah yang sifatnya jangka

panjang sekitar 25 tahun, sehingga keberadaan KPHL diwilayah

administrasi Kabupaten Pohuwatoakan memperkuat basis pengelolaan

KPHL. Manfaat lain dari dituangkannya KPHL dalam RTRW adalah

sebagai acuan lokasi investasi dalam daerah yang dilakukan pemerintah,

masyarakat dan swasta dan pedoman untuk penyusunan rencana rinci

tata ruang di wilayah kabupaten serta menjadi dasar pengendalian

pemanfaatan ruang yang meliputi penetapan peraturan zonasi, perijinan,

pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi

112
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

10. Termasuk dalam pengembangan ekonomi nasional

Berdasarkan sistem tata ruang nasional Kabupaten Pohuwato

termasuk dalam wilayah pengembangan ekonomi nasional. Penetapan ini

didasarkan pada kenyataan bahwa Kabupaten Pohuwato merupakan

salah satu kabupaten di Indonesia yang memiliki pertumbuhan yang cepat

karena adanya perkembangan ekonomi yang menarik terutama bagi

investor. Situasi ini sangat menguntungkan posisi KPHL untuk

mengembangkan pola-pola kerjasama memanfaatkan semua potensi

yang ada didalam KPHL Model Unit III Pohuwato. Sinergitas antara

pertumbuhan ekonomi daerah dan kegiatan pemanfaatan kawasan KPHL

diharapkan dapat menciptakan sebuah kemandirian KPHL

b. Ancaman (Threat)

1. Tumpang tindih regulasi

Kawasan KPHL Model Unit III Pohuwatomerupakan kawasan hutan

negara yang kewenangannya berada di pemerintah Kabupaten

Pohuwato, sesuai UU 41 tahun 1999 tentang kehutanan. Meskipun

demikian kawasan KPHL Model Unit III Pohuwato sudah terbagi habis

dalam wilayah administrasi daerah kabupaten, kecamatan bahkan

sampai desa. Pada tingkat ini seharusnya secara hukum wilayah KPHL

harus bebas dari pemukiman penduduk. Disisi lain, keberadaan

penduduk di KPHL diatur oleh pemerintah daerah. Penduduk didalam

kawasan KPHL mendapat pengakuan dari pemerintah daerah dengan

terbitnya KTP. Situasi ini menggambarkan terdapatnya konflik regulasi

khususnya antara regulasi yang mengatur eksistensi KPHL dengan

regulasi kependudukan dan pembangunan desa

113
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

2. Kegiatan illegal logging

Aktivitas pencurian kayu masih sering ditemukan di bagian hulu

KPHL Model Unit III Pohuwato. Hasil kayu curian ini umumnya diangkut

melalui jalan darat dan jalur sungai. Walaupun pernah dilakukan

penumpasan dan penghancuran peralatan melalui kegiatan Operasi

Khusus yang melibatkan TNI, Kepolisian, Satpol Pamong Pradja,

bersama Polhut Dishuttamben Pohuwato. Kegiatan pencurian kayu di

dalam kawasan KPH umumnya didanai oleh cukong dari luar pemukiman

bahkan ada yang berasal dari kota Gorontalo. Dampak dari aktivitas

illegal logging ini telah menimbulkan kerusakan lingkungan dan air

sungai yang dulunya jernih sebagai sumber air minum, namun sekarang

sudah berubah menjadi keruh. Aktivitas illegal logging juga telah

menyebabkan banjir dibeberapa lokasi akibat meluapnya sungai

Randangan dan Sungai Popayato

3. Tingginya degradasi sumberdaya di KPHL Model Unit III Pohuwato

Beberapa lokasiKPHL Model Unit III Pohuwatomerupakan bekas

areal HPH terutama di kawasan hutan produksi sedangkan wilayah

lainnya adala lokasi pertambangan rakyat. Kedua kegiatan ini memicu

terjadinya degradasi sumberdaya mulai dari pencemaran sungai akibat

PETI atau menurunnya kualitas sumberdaya lahan. Menurunnya kualitas

sumberdaya lahan memicu menurunnya produktivitas lahan. Hal ini

memicu terjadinya sistem peladang berpindah. Petani yang tinggal diluar

kawasan KPHL Model Unit III Pohuwato akan mencari lahan-lahan

didalam kawasan untuk berkebun karena lahan-lahan yang berada diluar

kawasan sudah tidak produktif lagi. Berdasarkan hasil penelitian dari

114
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Universitas Gorontalo dan Burung Indonesia, kualitas air sungai

randangan mulai tercemar. Pencemaran ini bukan saja dipicu oleh

aktivitas PETI tetapi oleh aktivitas masyarakat yang membuang limbah di

sungai Randangan

4. Penyerobotan lahan untuk kegiatan perladangan

Berdasarkan hasil analisis citraresolusi tinggitahun 2011 yang

dilakukan oleh BPKH XV Gorontalo, di dalam kawasan KPHL Model Unit

III Pohuwato terdapat Lahan pertanian/ladang. Terhadap aktivitas ini

telah dilaksanakan kegiatan operasi oleh Petugas Polhut Dishuttamben

Pohuwato, namun belum mampu mengatasi masalah dengan tuntas.

Penyerobotan lahan untuk ladang ini mungkin terkait dengan

peningkatan jumlah penduduk yang berakibat pada peningkatan

kebutuhan akan pangan. Kebutuhan pangan dicukupi dengan membuka

lahan baru. Penyerobotan lahan untuk perladangan merupakan salah

satu ancaman terhadap kelestarian kawasan KPHL Model Unit III

Pohuwato.

5. Rendahnya pendidikan dan taraf hidup masyarakat sekitar kawasan

Sarana pendidikan masyarakat lokal di sekitar KPHL Model Unit III

Pohuwato, umumnya hanya ada pada tingkat Sekolah Dasar (SD) saja

dan ini pun tidak terdapat di setiap desa. Untuk melanjutkan pendidikan

ke jenjang berikutnya masyarakat harus keluar dari kampung/desa dan

biasanya hanya terdapat di ibukota kecamatan. Hal ini cukup sulit untuk

dilaksanakan terkait dengan biaya pendidikan yang cukup tinggi bagi

masyarakat setempat. Rendahnya taraf pendidikan juga ikut

menyumbang dan sangat berpengaruh kepada pemahaman dan

115
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

persepsi masyarakat terhadap KPH, disamping kurangnya penyuluhan

untuk masyarakat. Rendahnya tingkat pendidikan berkolerasi kepada

taraf hidup masyarakat sekitar kawasan, sehingga dapat menjadi

ancaman terhadap kelestarian dan upaya-upaya pelestarian KPH. Taraf

hidup dan tingkat pendapatan rendah berakibat pada tingkat

ketergantungan dan ancaman terhadap hutan menjadi tinggi.

6. Rendahnya perekonomian berpotensi menambah masyarakat miskin

Keuangan dan penghasilan masyarakat sebagian besar didapat dari

penjualan hasil bumi seperti jagung, padi ladang dan lain sebagainya.

Hasil dari penjualan ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup,

biaya pendidikan dan kesehatan. Hasil bumi yang didapatkan dari ladang

umumnya tidak bisa menutupi kebutuhan hidup, misalnya harga harga

jagung hanya dihargai Rp. 2.500,- per kilogramnya, hasil jagung per ha

hanya mencapai 100 kg. Sehingga pendapatan per kapita dari hasil

ladang hanya mencapai Rp 416.000, masih jauh dari hidup layak.

Masyarakat lokal yang hidup dengan ukuran pendapatan per kapita

rendah akan semakin tertekan jikatidak tersedia lapangan kerja lain yang

dapat menghasilkan uang di desa/kampung. Situasi ini diperparah oleh

harga-harga kebutuhan pokok ikut naik oleh karena semakin tingginya

biaya yang diperlukan untuk mendapatkan barang-barang tersebut.

Tekanan akan kebutuhan hidup bagi masyarakat di sekitar kawasan

akan menimbulkan ancaman terhadap kelestarian kawasan. Disamping

tingginya tingkat ketergantungan masyarakat lokal terhadap kawasan

hutan.

116
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

7. Berbatasan dengan lahan-lahan milik masyarakat

Di wilayah KPHL Pohuwato terdapat beberapa wilayah hutan yang

berbatasan langsung dengan kebun/ladang milik masyarakat. Dari sisi

tata batas kawasan tentu saja bisa menimbulkan potensi konflik dengan

masyarakat yang memiliki ladang didekat kawasan KPH. Hadirnya KPH

juga bertujuan untuk membuka isolasi daerah, namun akses yang mudah

setelah ada KPH juga sering menjadi pintu masuk untuk illegal logging,

perburuan liar dan aktivitas ilegal lainnya

8. Perburuan satwa liar

Potensi satwa liar yang ada di dalam kawasan sering menjadi daya

tarik pihak luar untuk melakukan perburuan. Terdapat indikasi

sekelompok orang yang dengan sengaja berburu babi rusa (Babirusa

babiroussa) dan babi hutan untuk tujuan komersil. Disamping mamalia

seperti babi, terdapat kasus perburuan beberapa jenis burung yang biasa

diperdagangkan secara diam-diam di daerah sekitar KPHL Model Unit III

Pohuwato yaitu burung rangkong dan tekukur. Burung-burung tersebut

diambil dari hutan, burung yang diambil adalah burung yang masih

anakan lalu dibawa dan dipelihara. Informasi yang diperoleh dari

masyarakat di sekitar kawasan KPH, perburuan satwa seperti babi

meningkat menjelang perayaan natal. Cukong perburuan satwa

umumnya pedagang yang datang dari Sulawesi Utara yang mayoritas

penduduknya beragama nasrani. Kegiatan perburuan ini dilakukan

secara hati-hati sekali sehingga tidak diketahui oleh pihak yang

berwenang, sementara untuk masyarakat sekitar sendiri jarang

melakukan kegiatan tersebut

117
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

9. Masih maraknya pembakaran lahan

Kebiasaan bagi masyarakat lokal yang hidup di sekitar kawasan

dalam membuka lahan untuk berladang adalah dengan cara membakar

lahannya yang sebelumnya telah ditebas dan dibiarkan beberapa waktu

sampai tebasan itu kering oleh sinar matahari sehingga mudah termakan

api. Potensi kebakaran hutan yang timbul dari kegiatan ini adalah sangat

besar, karena api dapat pula menjalar sampai ke dalam kawasan. Terjadi

juga kebiasaan lain bagi masyarakat yang memelihara ternak, yakni

aktivitas membakar padang ilalang, dimana setelah dibakar akan tumbuh

ilalang muda yang bertujuan untuk mendapatkan pakan ternak. Tidak

jarang akibat dari aktivitas ini dapat menimbulkan kebakaran menjadi

meluas dan terjadi sampai berhari-hari. Walaupun aktivitas seperti ini

terjadi di luar kawasan KPHL Model Unit III Pohuwato, namun berpotensi

mengancam kelestarian sumber daya alam yang berbatasan langsung

dengan KPHL Model Unit III Pohuwato dan kebakaran semacam ini

terjadi hampir setiap tahun.

Dalam beberapa tahun terakhir, kebakaran hutan menjadi fenomena

tahunan di Indonesia. Kawasan KPHL Model Unit III Pohuwato

seharusnya sudah memilki satgas kebakaran yangdidukung dengan

sarana prasarana dan anggaran pengendalian kebakaran hutan. KPHL

Model Unit III Pohuwato juga belum memiliki peta secara detail tentang

kerawanan kebakaran kawasan.

10. Konflik pengelolaan KPHL

Maraknya pemukiman dalam kawasan hutan yang diikuti oleh sistem

pembukaan lahan dan berkembangnya PETI di dalam kawasan KPHL

118
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Model Unit III Pohuwato berpotensi menimbulkan konflik pengelolaan.

Konflik merupakan situasi karena adanya perbedaan nilai atau norma

dalam masyarakat. Dalam banyak kasus konflik bisa diselesaikan

dengan jalan mengintensifkan komunikasi antara pengelola KPHL dan

para pihak yang berkepentingan. Akan tetapi konflik bisa mengarah

kepada hal-hal yang sifat destruktif misalnya perusakan kawasan hutan.

Ketidakpastian hak dalam pengelolaan KPHL merupakan salah satu

pemicu terjadinya konflik pengelolaan hutan

Untuk menyusun perencanaan strategis masa depan, dilakukan

kombinasi diantara dua faktor sehingga menghasilkan empat macam strategi

sebagai berikut:

1. Strategi Strength Opportunity (SO) yaitu strategi dengan

memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan

peluang sebesar-besarnya.

2. Strategi Strength Threat (ST) adalah strategi dengan menggunakan

kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman.

3. Strategi Weakness Opportunity (WO) adalah meminimalkan

kelemahan untuk meraih peluang atau strategi yang memanfaatkan

peluang yang ada dengan meminimalkan kelemahan yang dimiliki.

4. Strategi Weakness Threat (WT) adalah strategi yang bersifat defensif

dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari

ancaman.

119
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Kombinasi dari faktor-faktor lingkungan internal dan lingkungan

eksternal dalam analisis SWOT akan menghasilkan strategi-strategi. Model

kombinasi tersebut disajikan pada tabulasi sebagai berikut :

Tabel 22. Kombinasi Faktor Lingkungan Internal dan Eksternal

INTERNAL Peluang Ancaman


(Opportunity) (Threath)
EKSTERNAL

Kekuatan
(Strength)
Kelemahan
(Weakness)

120
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Tabel 23. Strategi Kombinasi Strength (Kekuatan) dan Opportunity (Peluang) Dalam Analisis SWOT
Opportunity Perangkat Adanya Pengembanga Berada di Dukungan para Berkembangn Besarnya Adanya Telah Termasuk
(Peluang) kebijakan partisipasi n jasa lingkung kawasan pihak ya bentuk- minat ilmuwan program masuk dalam
internatonal masyarakat (carbon trade, pencadangan pemerintah bentuk untuk peningkatan dalam
wilayah
yang mendukung pariwisata, kawasan pusat-propinsi- kerjasama melakukan kapasitas arahan
mendukung KPHL Model penelitian, hutan kab/kota,privat, dalam penelitian di staff dari pembangun pengemban
pengelolaan Unit III DAS, air Kabupaten sektor LSM, pemanfaatan KPHL Model lembaga lain an jangka gan ekonomi
hutan Pohuwato bersih) yang Pohuwato masyarakat jasa Unit III panjang nasional
Kekuatan ditingkat didukung lingkungan Pohuwato sesuai
(Strength) tapak dengan dalam rangka RTRW
kebijakan kemandirian
pemerintah KPHL
Pohuwato
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1. Wilayah kelola Dukungan Wilayah Dukungan Wilayah Wilayah Wilayah Wilayah Wilayah
KPHL yang masyarakat kelola yang para pihak kelola yang kelola yang kelola yang kelola kelola
sangat luas memperkuat luas lebih luas luas akan luas yang luas Membuka
legitimasi mendorong memudahka pengemban mengundan membuka akan peluang
kawasan diversifikasi n operasional gan g berbagai peluang semakin adanya
KPHL yang usaha kegiatan mendorong ilmuwan staf KPHL mantap diversifikasi
luas pemanfaatan KPHL kerjasama dari untuk karena investasi
jasa pemanfaata berbagai menimba telah
lingkungan n jasa latar untuk ilmu mendapat
melalui lingkungan riset di berdasarka pengakua
kerjasama melalui KPHL n potensi n dalam
dengan para kerjasama yang besar RPJP
mitra dan dengan
investor para mitra
2. Memiliki SOP Adanya Adanya SOP Adanya SOP Adanya Adanya
sesuai SOP dapat dapat SOP SOP dapat
peraturan pemerintah mendorong meningkatka memperlan memperlan
pemerintah dan peningkatan n car car usaha
dan lembaga lembaga partisipasi pengembang kegiatan investasi
international internationa masyarakat an jasa penelitian dalam
l dalam dalam lingkungan kawasan

121
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

pengelolaa pengelolaan KPHL


n hutan di KPHL
tingkat
tapak dapat
meningkatk
an kinerja
pengelolaa
n hutan
lestari
3. Memiliki Struktur Pemantapan Struktur
Struktur organisasi struktur organisasi
Organisasi yang jelas organisasi yang jelas
yang jelas mendorong KPHL Model mendorong
pengembang Unit III pengemban
an Pohuwato gan
pemanfaatan dalam upaya pemanfaata
jasa meningkatka n jasa
lingkungan n dukungan lingkungan
melalui para pihak melalui
kerjasama kerjasama
dengan para dengan
mitra dan para mitra
investor dan
investor
4. Mempunyai Menjaga Memantapka Mempertah Memperk
status hukum status hukum n status ankan uat status
kelembagaan kelembagaan hukum status hukum
dan kawasan dan kawasan kelembagaan hukum KPHL
dengan dan kawasan kelembaga dalam
menigkatkan dengan an dan jangka
partisipasi meningkatka kawasan panjang
masyarakat n dukungan dapat
dalam para pihak meningkatk
mendukung an minat
keberadaan para

122
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

KPHL Model ilmuwan


Unit III
Pohuwato

5. Adanya Adanya jasa Adanya Adanya Adanya Adanya


potensi jasa lingkungan potensi jasa potensi potensi potensi
lingkungan mendorong lingkungan jasa jasa jasa
(carbon partisipasi mendorong lingkungan lingkungan lingkungan
trade, masya rakat pengembang dapat meningkatk dapat
pariwisata, dalam an jasa mendorong an minat memberika
penelitian, mengelola lingkungan kerjasama ilmuwan n kontribusi
DAS, air potensi jasa KPHL Model dalam untuk terhadap
bersih) lingkungan Unit III bentuk melakukan perekonomi
Pohuwato kemitraan penelitian an daerah
dalam di KPHL dan
mengelola Model Unit nasional
potensi III
jasa Pohuwato
lingkungan
6. Memiliki Perangkat Adanya Potensi Potensi
potensi kebijakan potensi SDA sumberdaya sumberdaya
sumberdaya internationa yang besar lama yang alam yang
alam yang l mendorong besar akan besar
besar mendukung masyarakat membutuhka membutuhka
pengelolaa untuk n legilitas n dukungan
n berpartisipasi pencadanga dari daerah,
sumberday dalam n kawasan propinsi dan
a alam pengelolaan pusat
KPHL
7. Tingginya Menjaga Menjaga Mejaga Menjaga
potensi kelestarian kelestarian kelestarian kelestarian
keanekaraga potensi potensi potensi potensi
man hayati keanekaraga keanekaraga keanekarag keanekarag
man hayati man hayati aman aman

123
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

yang tinggi yang tinggi hayati yang hayati yang


dengan degan tinggi tinggi untuk
partisipasi melibatkan melalui meningkatk
masyarakat dukungan kerjasama an minat
dalam lembaga dalam para
mendukung international pemanfaata ilmuwan
keberadaan n jasa melakukan
KPHL lingkungan penelitian
di KPHL
8. Berfungsi Kebijakan Menjaga Menjaga
sebagai internasion fungsi fungsi
penyangga al penyangga penyangga
kehidupan/p mendukung kehidupan kehidupan
enyeimbang kawasan dengan dalam
ekosistem hutan meningkatka kerangka
sebagai n partisipasi Pembanguna
sistem masyarakat n kehutanan
penyangga dalam di daerah
kehidupan mendukung
keberadaan
KPHL
9. Catcment Menjaga Menjaga Menjaga Menjaga
area 3 DAS fungsi fungsi fungsi fungsi
Prioritas daerah tangkapan tangkapan tangkapan
tangkapan air melalui air melalui air dengan
air dengan pengembang dukungan membangu
meningkatka an potensi Program n bentuk-
n partisipasi jasa pemerintah bentuk
masyarakat lingkungan dan lembaga kerjasama
air lain para pihak
dalam
pemanfaata
n jasa
lingkungan

124
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Tabel 24. StrategiKombinasi Weakness (Kelemahan) dan Opportunity (Peluang) Dalam Analisis SWOT
Opportunity Perangkat Adanya Pengembang Berada di Dukungan Berkembangn Besarnya Adanya Telah masuk Termasuk
(Peluang) kebijakan partisipasi an jasa kawasan para pihak ya bentuk- minat program dalam dalam
internaton masyarak lingkung pencadang (pemerintah bentuk ilmuwan peningkat arahan wilayah
al yang at (carbon an pusat-propinsi- kerjasama untuk an pembanguna pengemban
mendukun terhadap trade, kawasan kab/kota,privat dalam melakukan kapasitas n jangka gan
g KPHL pariwisata, hutan ,sektor LSM, pemanfaatan penelitian di staff dari panjang ekonomi
pengelolaa Model Unit penelitian, kabupaten masyarakat) jasa KPHL Model lembaga sesuai nasional
n hutan III DAS, air Pohuwato lingkungan Unit III lain RTRW
ditingkat Pohuwato bersih) yang dalam rangka Pohuwato
Weakness tapak didukung kemandirian
(Kelemahan) dengan KPHL Model
kebijakan Unit III
pemerintah Pohuwato
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Tidak didukung Kebijakan Partisipasi Pengelola Ilmuwan Tersedia
SDM yang internasion masyarak KPHL dapat yang skema
memadai al yang at akan bekerjasama melaksanaka pelatihan
mendukun menutupi dengan pihak n penelitian dan
g kelemaha lain untuk sangat melanjutk
pengelolaa n meningkatkan memungkink an
n hutan di kekuranga kapasitas an untuk pendidika
tingkat n SDM SDM KPHL mentransfer n yang
tapak ilmu kepada diselengg
memungki personil arakan
nan KPHL pihak lain
bantuan
internasion
al
membantu
meningkat
kan
kapasitas
LSM
Kurangnya Pengembang Dukungan Publikasi

125
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

sosialisasi an jasa para pihak hasil riset di


KPHL lingkungan secara tidak KPHL Model
akan langsung Unit III
mendorong dapat Pohuwato
tersosialisasi mensosialisasi akan
nya KPHL kan mensosialisa
keberadaan sikan KPHL
KPHL
Jumlah Personil Kebijakan Jumlah Dapat Peningkat
KPHL Model internasion personil memohonkan an
Unit III al yang yang tambahan kapasitas
Pohuwato mendukun kurang personil personil
terbatas g terbantu kepada dengan
tidaksebanding pengelolaa dengan pemkab memanfa
dengan luas n hutan di adanya Pohuwato dan atkan
kawasan tingkat partisipasi Pemprov pogram
tapak masyarak Gorontalo peningkat
memungki at an
nan kapasaita
bantuan s staff
internasion dari
al lembaga
membantu lain
meningkat
kan
kapasitas
LSM
Koordinasi Adanya Dukungan Berkembangn
para pihak partisipasi para pihak ya bentuk
yang rendah masyarak akan lebih kerjasama
at dapat mendorong dapat
meningkat koordinasi mendorong
kan dengan para koordinasi
koordinasi pihak dengan para
dengan pihak

126
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

pihak lain
Pendanaan Mengemban Meningkatkan Menggalang
belum memadai gkan dukungan para kerjasama
program pihak dalam dengan
ecowisata penggalangan lembaga-
dan sumber- lembaga donor
demonstrasi sumber dana yang concern
REDD untuk alternatif yang dan
memobilisasi dapat mengembangk
dana dimanfaatkan an program
dalam payment
mendukung environmental
pengelolaan services untuk
KPHL Model mendukukng
Unit III pendanaan
Pohuwato KPHL Model
Unit III
Pohuwato
Data potensi Menggala Menggalang Memanfaatk
kawasan belum ng kerjasama an hasil-hasil
lengkap partisipasi dengan penelitian
masyarak lembaga riset untuk
at dalam seperti melengkapi
mendukun Universitas data potensi
g untuk kawasan
pengumpu menggali
lan data potensi yang
potensi dimiliki oleh
kawasan KPHL Model
Unit III
Pohuwato
Penataan batas Menggala Meningkatkan
kawasan belum ng koordinasi
selesai partisipasi dengan para
masyarak pihak,

127
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

at dalam terutama
penyelesai dengan pihak
an batas BPKH Wilayah
kawasan Gorontalo
dalam
penyelesian
penataan
batas kawasan
Sarana dan Perangkat Meningkatkan Memungkin
Prasarana kebijakan dukungan para akan
belum memadai internasion pihak dalam membangu
al dapat pengadaan n sapras
dimanfatka dan karena
n untuk peningkatan KPHL
menghimp sarana dan menjadi
un dana prasarana bagian
untuk pengemban
membang gan
un sapras ekonomi
nasional
Kewenangan Adanya Meningkatkan
pengelola partisipasi koordinasi
masih terbatas masyarkat dengan para
akan pihak terutama
meningkat pemerintah
kan pusat dalam
bergaining perluasan
dalam kewenangan
meningkat
kan
kapasitas
kewenang
an
pengelola
an KPHL

128
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Akses masih Pengembang Menggalang Masuk


sulit dicapai jasling dapat dukungan para dalam
mendorong pihak dalam wilayah
dibukanya upaya pengemban
akses mempermuda gan
h akses ke ekonomi
kawasan nasional
KPHL Model memungkin
Unit III kan
Pohuwato pembangun
an akses
ke wilayah
yang
berpotensi
di KPHL

129
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Tabel 25. Strategi Kombinasi Strengh (Kekuatan) dan Threat (Ancaman) Dalam Analisis SWOT

Threat Tumpan Kegiatan Tingginya Penyerobot Rendahnya Rendahnya Bebatasan Masih Masih Konflik
(Ancaman) g tindih illegal degradasi di an lahan pendidikan ekonomi dengan lahan maraknya maraknya pengelolaan
regulasi logging KPHL untuk dan taraf masyarakat lahan perburuan pembakaran KPHL
kegiatan hidup dan tingginya masyarakat satwa liar lahan
perladangan masyarakat di kemiskinan
sekitar
kawasan
Strength
(Kekuatan)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Wilayah kelola Wilayah Wilayah kelola Wilayah
yang luas kelola yang luas kelola yang
yang luas memungkinka luas
mendoro n masyarakat memungkink
ng bisa an wilayah
pemanfa mengelola dibagi
atan berbagai menjadi
kayu potensi SDH di kawasan
sesuai KPHL untuk peruntukkan
blok dan meningkatkan sesuai
petak perekonomian dengan
pemanfa keinginan
atan para pihak
sesuai
dengan
potensi
kayu
untuk
meminim
alisir
illegal
logging
Memiliki SOP SOP Adanya Adanya SOP Adanya Adanya SOP Adanya SOP
sesuai peraturan yang SOP dapat SOP dapat dapat dapat
pemerintah dan dimiliki dapat mengurangi mencegah mencegah mencegah
lembaga oleh mendoro tindakan terjadinya aksi terjadinya

130
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato
internasional KPHL ng penyerobota perburuan pembakaran konflik di
dapat pencega n lahan satwa liar lahan wilayah
memperk han KPHL
ecil aktivitas
terjadiny illegal
a logging
tumpang
tindih
regulasi
Memiliki Struktur Membera Memberanta Peningkatan Memberant Konsistensi
Organisasi yang ntas s kegiatan pemahaman as penegakan
jelas kegiatan penyerobota dan kegiatan peraturan/
illegal n lahan pengetahuan perburuan kebijakan
logging untuk masyarakat satwa liar kehutanan
dengan kegiatan tentang untuk dengan
struktur perladangan struktur kegiatan struktur
organisa dengan organisasi perladanga organisasi
si yang struktur KPHL Model n dengan yang jelas
jelas organisasi Unit III struktur
yang jelas Pohuwato organisasi
yang jelas
Mempunyai status Status Pembera Pemberanta Memberikan Penegakan Setiap
hukum hukum ntasan san kegiatan pengetahuan hukum pengambilan
kelembagaan dan yang kegiatan penyerobota kepada untuk keputusan
kawasan jelas illegal n lahan oleh masyarakat memberant dalam
dapat logging masyarakat tentang status as pembuatan
mencega melalui melalui hukum perburuan kebijakan
h penegak penegakan kawasan satwa liar kehutanan
timbulnya an hukum KPHL Model dapat
tumpang hukum Unit III mengakomo
tindih Pohuwato dir saran dan
regulasi kepentingan
stakeholder
terbawah
Adanya potensi Meningkatkan Mengurangi Mengurang Mengurangi
jasa lingkungan taraf hidup masyarakat i kegiatan kegiatan
(carbon trade, masyarakat miskin melalui perburuan pembakaran
pariwisata, sekitar melalui kegiatan satwa liar lahan
penelitian, DAS, air kegiatan pemanfaatan dengan berladang

131
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato
bersih) pemanfaatan jasa melibatkan dengan
jasa lingkungan masyaraka melibatkan
lingkungan t didalam masyarakat
kegiatan di dalam
pemanfaat kegiatan
an jasa pemanfaatan
lingkungan jasa
lingkungan
Memiliki potensi Potensi SDA
SDA yang besar yang besar
dapat
mendorong
perekonomian
masyarakat
disekitar
wilayah KPHL
Tingginya potensi Mengelola Mengurangi Mencegah
keanekaragaman potensi tingkat terjadinya
hayati keanekaragam kemiskinan kegiatan
an hayati masyarakat pembkaran
untuk melalui lahan
meningkatkan pemanfaatan berladang di
taraf hidup dan potensi dalam/
tingkat keanekaragam sekitar
pendidikan an hayati kawasan
masyarakat secara agar potensi
sekitar terbatas keanekaraga
kawasan man hayati
tetap terjaga
Berfungsi sebagai Meningkatkan Mengurangi Menjaga Mencegah Konsistensi
penyangga pengetahuan, tingkat dan dan peraturan/
kehidupan/penyei pendidikan kemiskinan menanggul menanggula kebijakan
mbang ekosistem pemahaman sehingga angi ngi kehutanan
dan taraf hidup fungsi dan perburuan pembakaran untuk
masyarakat keberadaan satwa liar lahan untuk mendukung
sekitar untuk kawasan tetap sehingga berladang fungsi
mengurangi terjaga fungsi (didalam/ kawasan
tekanan kawasan sekitar
terhadap tetap kawasan)

132
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato
kawasan terjaga sehingga
dalam fungsi
meningkatkan kawasan
fungsi KPHL tetap terjaga
penyangga
kehidupan/
penyeimbang
ekosistem
Catcment area 3 Meningkatkan Mengurangi Mencegah Konsistensi
DAS Prioritas taraf hidup dan tingkat dan peraturan/
pendidikan, kemiskinan menanggula kebijakan
pengetahuan sehingga ngi kehutanan
dan fungsi pembakaran untuk
pemahaman kawasan lahan untuk mendukung
masyarakat sebagai berladang (di fungsi
sekitar untuk daerah dalam/ kawasan
menjaga tangkapan air sekitar sebagai
fungsi tetap terjaga kawasan) daerah
kawasan sehingga tangkapan
sebagai fungsi air
daerah kawasan
tangkapan air sebagai
daerah
tangkapan
air tetap
terjaga

133
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Tabel 26. Strategi Kombinasi Weakness (Kelemahan) dan Threat (Ancaman) Dalam Analisis SWOT

Threat Tumpang Kegiatan Tingginya Penyerobota Rendahnya Rendahnya Bebatasan Masih Masih Konflik
(Ancaman) tindih illegal degradasi n lahan untuk pendidikan ekonomi dengan maraknya maraknya pengelolaan
regulasi logging hutan di kegiatan dan taraf masyarakat lahan lahan Perburua pembakara KPHL
KPHL perladangan hidup dan masyarakat n satwa n lahan
masyarakat tingginyakem liar
Weakness di sekitar iskinan
(Kelemahan) kawasan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Tidak Peningkat Peningkata Peningkatan Peningkatan Peningkat Peningkata Peningkatan
didukung oleh an n kapasitas kapasitas kapasitas an n kapasitas kapasitas
SDM yang kapasitas SDM KPHL SDM KPHL SDM KPHL kapasitas SDM dapat SDM dapat
memadai SDM dapat dapat dapat SDM mencegah mencegah
KPHL mencegah meningkatka meningkatka dapat Kegiatan konflik
dapat degradasi n taraf hidup n ekonomi mencega pembakara pengelolaan
mencega hutandi masyarakatdi masyarakatdi h n lahandi di KPHL
h KPHL KPHL KPHL Kegiatan KPHL
Kegiatan illegal
illegal hunting di
logging di KPHL
KPHL
Kurangnya Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan
sosialisasi sosialisasi sosialisasi sosialisasi sosialisasi sosialisasi sosialisasi sosialisasi
KPHL pengelola pengelolaa pengelolaan pengelolaa pengelola pengelolaa pengelolaan
an KPHL n KPHL KPHL dapat n KPHL an KPHL n KPHL KPHL dapat
dapat dapat mencegah dapat dapat dapat mencegah
mencega mencegah kegiatan meningkatk mencega mencegah konflik
h degradasi penyerobota an h kegiatan
kegiatan hutan n lahan kesadaran kegiatan pembakara
illegal bagi illegal n lahan
logging masyarakat hunting
yang
tinggal
disekitar

134
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

KPHL
Jumlah Membera Memberanta Meningkatk Meningka Mencegah
Personil KPHL ntas s kegiatan an jumlah tkan dan
Model Unit III kegiatan penyerobota personil jumlah menanggul
Pohuwato illegal n lahan dan personil angi
(jumlah logging dengan kapasitas dan kegiatan
personil & dengan meningkatka untuk kapasitas pembakara
kapasitas meningka n jumlah mengawasi untuk n lahan
dibanding tkan personil dan kawasan mencega untuk
dengan luas jumlah kapasitas KPHL h dan berladang
kawasan) personil Pohuwato menguran (di dalam/
dan yang gi sekitar
kapasitas berbatasan kegiatan kawasan)
dengan perburuan dengan
lahan lahan liar meningkatk
masyarakar an jumlah
pesonil dan
kapasitas

Koordinasi Memperj Peningkat Koordinasi


para pihak elas an dengan para
rendah regulasi koordinasi pihak dapat
dapat para mencegah
mendoro pihak timbulnya
ng dapat konflik
terciptan mencega
ya h aktivitas
koordina illegal
si logging
parapiha
k
Pendanaan Pendanaa Pendanaan Pendanaan Pendanaan Pendanaan Pendanaa Pendanaan Pendanaan
belum n yang yang yang yang yang n yang yang yang
memadai memadai memadai memadai memadai memadai memadai memadai memadai
untuk untuk untuk untuk untuk untuk untuk untuk

135
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

mengatas mengatasi mengatasi mengatasi mengatasi mengatas mengatasi mengatasi


i seluruh seluruh seluruh seluruh seluruh i seluruh seluruh seluruh
ancaman ancaman ancaman ancaman ancaman ancaman ancaman ancaman
yang yang yang yang yang yang yang yang
dihadapi dihadapi dihadapi dihadapi dihadapi dihadapi dihadapi dihadapi

Data potensi Dibutuhk Penguata Penguatan Penguatan Penguatan Penguatan Penguata Penguatan Penguatan
kawasan an n data data potensi data potensi data potensi data n data data data potensi
belum lengkap Regulasi potensi kawasan kawasan kawasan potensi potensi potensi kawasan
yang kawasan untuk untuk untuk kawasan kawasan kawasan untuk
jelas untuk menunjang menunjang menunjang untuk untuk untuk menunjang
dapat menunjan kegiatan kegiatan kegiatan menunjang menunjan menunjang kegiatan
untuk g penanganan penanganan penanganan kegiatan g kegiatan penanganan
memperk kegiatan berbagai berbagai berbagai penangana kegiatan penangana berbagai
uat basis penangan ancaman ancaman ancaman n berbagai penangan n berbagai ancaman
data an yang dihad yang yang dihad ancaman an ancaman yang dihad
berbagai dihadapi yang dihad berbagai yang dihad
ancaman ancaman
yang yang
dihadapi dihad
Penataan Regulasi Penyeles Penyelesaian Penyelesaian Penyelesaian Penyelesai Penyeles Penyelesai Penyelesaian
batas kawasan yang aian penataan penataan penataan an aian an penataan
belum selesai jelas penataan batas batas batas penataan penataan penataan batas
mendoro batas kawasan kawasan kawasan batas batas batas kawasan
ng kawasan untuk untuk untuk kawasan kawasan kawasan untuk
penataan untuk memberikan memberikan memberikan untuk untuk untuk memberikan
kawasan memberik kepastian kepastian kepastian memberika memberik memberika kepastian
an hukum yang hukum yang hukum yang n kepastian an n kepastian hukum yang
kepastian jelas dalam jelas dalam jelas dalam hukum kepastian hukum jelas dalam
hukum menangani menangani menangani yang jelas hukum yang jelas menangani
yang jelas segala segala segala dalam yang jelas dalam segala
dalam ancaman ancaman ancaman menangani dalam menangani ancaman
menanga segala menanga segala
ni segala ancaman ni segala ancaman
ancaman ancaman

136
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Sarana dan Penyedia Penyediaan Penyediaan Penyediaan Penyediaan Penyedia Penyediaan Penyediaan
Prasarana an sarana sarana dan sarana dan sarana dan sarana dan an sarana sarana dan sarana dan
belum dan prasarana prasarana prasarana prasarana dan prasarana prasarana
memadai prasarana yang yang yang yang prasarana yang yang
yang memadai memadai memadai memadai yang memadai memadai
memadai dalam dalam dalam dalam memadai dalam dalam
dalam mengatasi mengatasi mengatasi mengatasi dalam mengatasi mengatasi
mengatas ancaman ancaman ancaman ancaman mengatas ancaman ancaman
i yang yang yang yang i yang yang
ancaman dihadapi dihadapi dihadapi dihadapi ancaman dihadapi dihadapi
yang yang
dihadapi dihadapi
Kewenangan Penguata Penguatan Penguatan Pelimpahan
pengelola n koordinasidi koordinasid kewenangan
masih terbatas koordinasi dalam i dalam pengelolaan
di dalam penyelesaian penyelesai sampai ke
penyelesa masalah an masalah tingkat tapak
ian illegal illegal dapat dapat
masalah logging, logging meredam
illegal penyerobota penyerobot konflik
logging, n lahan, dan an lahan, pengelolaan
penyerob batas dan batas
otan dengan dengan
lahan, lahan lahan
dan batas masyarakat masyarakat
dengan
lahan
masyarak
at
Akses masih Perencan Pembukaan Perencan
sulit dicapai aan dan akses dapat aan dan
koordinasi meningkatka koordinasi
yang baik n ekonomi yang baik
dalam masyarakat dalam
penangan penangan

137
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

an illegal an illegal
logging, logging
dan dan
perburuan perburuan
satwa liar satwa liar
menginga menginga
t sulitnya t sulitnya
akses akses
menuju menuju
lokasi lokasi
pelanggar pelanggar
an an
tersebut tersebut

138
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

5.2. Proyeksi

SWOT merupakan perangkat umum yang digunakan sebagai langkah

awal dalam proses pembuatan keputusan dan perencanaan strategis dalam

berbagai terapan. Analisis SWOT menjawab dua pertanyaan dimana

organisasi saat ini dan ke arah mana organisasi ini akan dibawa. Jadi

analisis SWOT dapat memproyeksikan situasi masa depan dan membantu

organisasi dalam menentukan strategi yang tepat untuk memanfaatkan

kemampuannya dalam meraih atau merespon peluang dan meminimalkan

ancaman dalam mencapai tujuan. Analisis SWOT merupakan alat bantu

analisis dalam menstrukturkan masalah dengan melakukan analisis terhadap

lingkungan strategis, yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal.

Kombinasi dari faktor-faktor dalam lingkungan internal kepada faktor-faktor

dalam lingkungan eksternal, akan menghasilkan strategi makro dalam

pencapaian misi perencanaan jangka panjang. Strategi merupakan langkah-

langkah yang berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan

misi. Masing-masing misi akan memiliki tujuan yang memuat manfaat dan

hasil capaian masa depan sehingga mengapa misi tersebut diperlukan.

Cara-cara untuk pencapaian misi tersebut akan dirumuskan dalam strategi

yang berisikan kebijakan. Kebijakan adalah arah atau tindakan yang diambil

untuk mencapai tujuan dengan sasaran yang berisikan program-program

indikatif jangka panjang. Program adalah instrumen kebijakan yang berisi

satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai sasaran dan

tujuan serta memperoleh alokasi anggaran maupun waktu pentahapan

pekerjaan. Logika keterhubungan semua komponen tersebut, disajikan

dalam tabulasi sebagai berikut

139
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Tabel 27. Koherensi Antara Visi, Misi, Tujuan, Kombinasi Faktor (Strategi) dan Sasaran Program Indikatif
VISI MISI TUJUAN KOMBINASI FAKTOR SASARAN PROGRAM
(STRATEGI)
1 2 3 4 5
KPHL Model Unit III 1. Menjamin keberadaan Memantapkan kawasan a. Dukungan para pihak memperkuat legitimasi 1. Memperkuat
Pohuwato yang hutan di KPHL Model KPHL dalam luasan yang KPHL dan lebih memudahkan operasional dukungan para pihak
mantap secara legal Unit III Pohuwato dengan cukup melalui kegiatan KPHL dalam pengelolaan
formal, profesional luasan yang cukup dan pembenahan b. Membentukstruktur organisasi KPHL dalam KPHL
dan lestari sebaran yang kelembagaan, rangka mendorong pengembangan dan 2. Pemantapan struktur
pengelolaannya proposional. memperjelas struktur, pembangunan KPHL organisasi Unit
serta bermanfaat fungsi, wewenang, tugas c. Memperjelas TUPOKSI personil KPHL untuk Pelaksana Teknis
bagi masyarakat dan tanggung jawab serta mencegah dan mengurangi kegiatan perburuan KPHL Model Unit III
dan pemerintah tata hubungan yang efektif liar serta mengawasi kawasan KPHL yang Pohuwato
dan efisien berbatasan dengan lahan-lahan masyarakat 3. Pemantapan status
d. Peningkatan kapasitas personil dengan legal formal terhadap
memanfaatkan program peningkatan kapasitas kelembagaan dan
staff dari lembaga lain kawasan
e. Pemantapan status hukum kelembagaan & 4. Meningkatkan
kawasan dengan meningkatkan partisipasi kapasitas personil
masyarakat dan dukungan para pihak serta untuk mengelola
meningkatkan minat para ilmuwan untuk kawasan KPHL
melakukan penelitian dalam mendukung personil lapangan
keberadaan KPHL Model Unit III Pohuwato 5. Penyiapan SOP
f. Menyediakan SOP dalam pengelolaan KPHL TUPOKSI
dalam upaya mencegah permasalahan yang 6. Peningkatan sarana
timbul dan peningkatan pemahaman, dan prasarana
pengetahuan dan partisipasi masyarakat penunjang
meningkatkan pengembangan jasa lingkungan kelembagaan
serta dukungan kegiatan penelitian akan
keberadaan KPHL Model Unit III Pohuwato
g. Meningkatkan koordinasi dengan para pihak
terutama pemerintah daerah dan pemerintah
pusat dalam pengelolaan KPHL
h. Setiap pengambilan keputusan dalam
pembuatan kebijakan kehutanan dapat

140
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

mengakomodir saran dan kepentingan


stakeholder terbawah
i. Penyediaan sarana dan prasarana yang
memadai dalam mengatasi ancaman yang
dihadapi

2. Mengoptimalkan fungsi Optimalisasi fungsi a. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam 1. Melaksanakan


hutan KPHL Model Unit kawasan kawasan memanfaatkan potensi yang terdapat dalam pengelolaan KPHL
III Pohuwato yang ditujukan untuk kawasan KPHL berdasarkan tata
meliputi menyediakan ruang bagi b. Meningkatkan koordinasi dengan para pihak, hutan yang telah
fungsi konservasi, fungsi masyarakat dalam terutama dengan pihak BPKH Gorontalo dalam dibuat
lindung dan fungsi melakukan berbagai penyelesaian penataan batas kawasan 2. Penyelesaian trayek
produksi yang kegiatan sesuai fungsi, c. Penguatan data potensi kawasan untuk tata batas kawasan
diimplementasikan dalam blok dan petak di wilayah menunjang kegiatan pemanfaatan dan berdasarkan blok
sistem blok pengelolaan KPHL penggunaan kawasan hutan di KPHL pemanfaatan
d. Penyelesaian penataan batas dan penetapan 3. Penataan blok KPHL
blok kawasan untuk memberikan kepastian Model Unit III
hukum yang jelas dalam menangani segala Pohuwato
ancaman 4. Membangun bank
data/ database KPHL
3. Mencapai Pemanfaatan sumberdaya 1. Menjadi bagian dari
a. Memanfaatakan seluruh potensi sumberdaya
manfaat lingkungan , alam hayati dan Program
hutan yang terdapat di dalam kawasan KPHL
social, budaya, dan ekosistemnya ditujukan Pengelolaan Hutan
Model Unit III Pohuwato dengan prinsip-prinsip
ekonomi, yang untuk pengendalian fungsi Produksi Lestari
PHPL
seimbang dan lestari pemanfaatan secara (PHPL)
b. Mengatur semua bentuk pemanfaatan dan
serta terjaminnya lestari dengan mengatur 2. Menggalang
penggunaan SDH di KPHL Model Unit III
distribusi manfaat yang segala bentuk kegiatan di partisipasi dan
Pohuwato
berkeadilan bagi kawasan KPHL Model Unit koordinasi program
c. Menjaga fungsi penyangga kehidupan,
seluruh lapisan III Pohuwato dari para pihak
kelestarian potensi dan spesies langka/ endemik
masyarakat dalam
dalam Kerangka Program pembangunan
memanfaatkan
berkelanjutan
semua potensi yang
d. Menjaga fungsi penyangga kehidupan,
terdapat dalam
kelestarian spesies langka/ endemik melalui
KPHL menjamin
kerjasama dalam pemanfaatan jasa lingkungan,
distribusi
meningkatkan minat para ilmuwan melakukan

141
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

penelitian di KPHL Model Unit III Pohuwato sumberdaya secara


e. Meningkatkan dukungan para pihak dalam adil
pengelolaan, pemanfaatan dan penggunaan 3. Menggalang sumber
kawasan KPHL dana alternative
f. Penguatan koordinasi dan perencanaan didalam dalam rangka
penyelesaian masalah illegal logging, perburuan pengelolaan,
satwa liar, penyerobotan lahan dan batas pemanfaatan dan
dengan lahan-lahan milik masyarakat penggunaan
g. Mengurangi masyarakat miskin melalui kegiatan kawasan KPHL
pemanfaatan jasa lingkungan 4. Kolaborasi
pemanfaatan jasa
lingkungan
5. Program bersama
dalam penyelesaian
konflik
4. Mengoptimalkan Peningkatan kemampuan a. Pemantapan Struktur Organisasi, pengamanan 1. Pemberian hak
perlindungan hutan, personil KPHL kawasan dan penegakan hukum dan konservasi akses kepada
pengamanan dan membangun kemampuan di KPHL dalam upaya perlindungan dan masyarakat lokal
penegakan hukum; personil dalam rangka konservasi di KPHL Model Unit III Pohuwato dalam
perlindungan hutan, b. Meningkatkan jumlah dan kapasitas personil memanfaatkan
pengamanan dan untuk membantu meningkatkan kapasitas potensi KPHL
penegakan hukum. masyarakat dalam pengelolaan KPHL sekaligus 2. Mengatur
mencegah dan mengurangi kegiatan yang pemanfaatan
mengancamkeberadaan KPHL kawasan KPHL oleh
c. Penyediaan SOP dalam pengembangan masyarakat
perlindungan dan pengamanan berbasis 3. Melaksanakan
masyarakat pengendalian
d. Melaksanakan pendampingan kepada para pemanfaatan
pihak dalam memanfaatkan dan menggunakan kawasan KPHL
kawasan KPHL.
e. Sosialisasi keberadaan flora fauna dan
ekosistem yang dilindungi di KPHL Model Unit III
Pohuwato
f. Pendanaan yang memadai untuk mengatasi
seluruh ancaman yang dihadapi

142
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

g. Meningkatkan pengetahuan, pendidikan,


pemahaman dan taraf hidup masyarakat sekitar
untuk mengurangi tekanan terhadap konservasi
kawasan dalam menjaga fungsi penyangga
kehidupan dan penyeimbang ekosistem

5. Memanfaatkan seluruh Mendorong kemandirian a. Mendorong bentuk-bentuk kerjasama dalam 1. Membangun Pusat
potensi sumberdaya KPHL, memperbaiki bentuk kemitraan antara pengelolaa dan para research and
alam hutan di seluruh kinerja pengelolaan dan pihak dalam pengembangan potensi jasa development KPH
blok KPHL secara menciptakan daya saing lingkungan dalam mendukung
lestari dan bermanfaat produk dan jasa KPHL b. Menjaga kelestarian potensi keanekaragaman kinerja pengelolaan
bagi masyarakat dan hayati dengan partisipasi masyarakat dan KPHL Model Unit III
pemerintah kerjasama serta mengakomodir kearifan lokal Pohuwato
masyarakat 2. Menggali potensi
c. Menggalang minat penelitian dan partisipasi kayu yang memiliki
masyarakat dalam medukung pengumpulan data nilai ekonomis tinggi
potensi kawasan yang mempunyai nilai 3. Penggalian potensi
ekonomis tinggi SDH yang menjadi
d. Mengelola potensi jasa lingkungan secara core pengelolaan
profesional untuk meningkatkan taraf hidup, KPHL
tingkat pendidikan dan mengurangi tingkat 4. Pengembangan
kemiskinan masyarakat sekitar kawasan potensi SDH yang
berekonomitinggi
dblok pemberdayaan
masyarakat
5. Peningkatan upaya-
upaya
pemberdayaan
masyarakat

143
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

5.3. Proyeksi Sosial Ekonomi di KPHL Model Unit III Pohuwato

1. Blok Perlindungan pada KPHL Model Unit III Pohuwato

Blok perlindungan pada KPHL Model Unit III Pohuwato merupakan blok

yang difungsikan sebagai perlindungan tata air dan perlindungan lainnya

serta direncanakan untuk tidak dimanfaatkan. Kriteria blok perlindungan ini

antara lain: (1) termasuk dalam criteria kawasan lindung, dan (2) dalam

RKTN/RKTP/RKTK dimungkinkan masuk dalam kawasan untuk

perlindungan hutan alam dan lahan gambut atau untuk kawasan rehabilitasi

atau kawasan hutan untuk pengusahaan hutan skala besar atau kecil.

Proyeksi ekonomi perencanaan 10 tahun untuk blok perlindungan, dijelaskan

pada Tabel 27

Tabel 28. Proyeksi Ekonomi Perencanaan 10 Tahun Blok Perlindungan


No Program Sasaran Strategis Kegiatan
1 Inventarisasi kawasan 1. Tersedianya data potensi 1. Inventarisasi potensi
blok perlindungan dan hutan pada kawasan blok hutan pada kawasan
tata batas kawasan perlindungan blok perlindungan
pada KPHL unit III 2. Terdefinisikanya masing- 2. Tata batas dan
Pohuwato masing peruntukan pemasangan pal batas
kawasan blok perlindungan pada kawasan blok
beserta batas-batasnya perlindungan
pada kawasan KPHL unit III 3. Pemetaan dan
Pohuwato dokumentasi hasil
3. Adanya fakta bahwa blok inventarisasi dan tata
perlindungan pada KPHL batas kawasan blok
masih terlindungi dengan perlindungan
baik dan lestari
2 Pengukuhan kawasan 1. Terwujudnya kawasan blok 1. Penetapan aturan
blok perlindungan perlindungan yang tetap tentang larangan
pada KPHL unit III terjaga dari pemanfaatan kawasan
Pohuwato pemanfaatannya, baik blok perlindungan
secara ekonomi, sosial dan dalam KPHL oleh
budaya masyarakat dan
2. Terwujudnya tertib kawasan perusahaan
blok perlindungan yang 2. Mengupayakan
dapat menjamin kepastian kepastian hukum
hukum bagi masyarakat mengenai status, batas
agar tidak memanfaatkan dan luas wilayah
kawasan blok perlindungan kawasan blok
pada kawasan KPHL unit perlindungan pada
IIIPohuwato kawasan KPHLunit III
pohuwato

144
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

3 Penyusunan regulasi Terdapatnya regulasi yang Menyusun dan


daerah yang mengikat bagi masyarakat mensosialisasikan
mengatur kawasan agar tidak memanfaatkan regulasi pelestarian blok
perlindungan pada kawasan perlindungan untuk perlindungan kepada
kawasan KPHL unit III usaha pertambangan rakyat masyarakat dan kepada
Pohuwato pengusaha kehutanan
4 Perencanaan dan 1. Terdapatnya peta 1. Menyusun master plan
penyelenggaraan perencanaan dan penyelenggaraan
rehabilitasi lahan rehabilitasi kawasan blok rehabilitasi lahan kritis
kawasan blok perlindungan yang dijadikan pada kawasan blok
perlindungan pada dasar pengelolaan kawasan perlindungan di
KPHL unit III blok perlindungan, baik KPHLunit III Pohuwato
Pohuwato secara ekonomi, sosial dan 2. Penetapan prioritas
budaya rehabilitasi kawasan
2. Terdapatnya pengaturan blok perlindungan dan
produksi pada kawasan mendesain model
blok perlindungan yang rehabilitasinya
direncanakan sesuai daya 3. Mensosialisasikan hasil
dukung kawasan KPHL rehabilitasi lahan kritis
1. Terehabilitasinya lahan- kepada masyarakat di
lahan kritis pada kawasan sekitar kawasan KPHL
blok perlindungan dengan unit III Pohuwato
berbagai jenis pohon
unggulan lokal dan
komersial.

2. Blok Pemanfaatan Kawasan, Jasa Lingkungan dan HHBK

padaKPHL Model Unit III Pohuwato

Blok pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan dan HHBK merupakan

blok yang telah ada izin pemnafaatan kawasan, jasa lingkungan dan HHBK

dan yang akan difungsikan sebagai areal yang direncanakan untuk

pemanfataan kawasan, jasa lingkungan dan HHBK sesuai dengan potensi

kawasan yang telah dihasilkan dari proses inventarisasi. Dalam blok ini

diupayakan berintegrasi dengan solusi konflik atau upaya pemberdayaan

masyarakat melalui pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan dan HHBK.

Kriteria blok ini, antara lain: (1) mempunyai potensi jasa lingkungan, wisata

alam, potensi hasil hutan non kayu, terdapat izin pemanfaatan kawasan, jasa

lingkungan, hasil hutan non kayu, dan (3) dalam RKTN/RKTP/RKTK

dimungkinkan masuk dalam kawasan untuk perlindungan hutan alam dan

145
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

lahan gambut atau untuk kawasan rehabilitasi atau kawasan hutan untuk

pengusahaan hutan skala besar atau kecil. Proyeksi ekonomi perencanaan

10 tahun untuk blok pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan dan HHBK,

dijelaskan pada Tabel 28

Tabel 29. Proyeksi Ekonomi Perencanaan 10 Tahun Blok Pemanfaatan


Kawasan, Jasa Lingkungan dan HHBK
No Program Sasaran Strategis Kegiatan
1 Memantapkan 1. Tersedianya dokumen 1. Inventarisasi potensi
penetapan fungsi peta dan data base kawasan hutan, jasa
pemanfaatan secara lengkap lingkungan dan HHKBpada
kawasan, jasa menyangkut batas, luas, kawasan KPHL unit III
lingkungan dan potensi serta status blok Pohuwato
HHKB untuk areal pemanfaatan kawasan, 2. Tata batas dan
kelola KPHL unit III jasa lingkungan dan pemasangan pal batas
Pohuwato bagi HHKB pada kawasan kawasan hutan, jasa
masyarakat KPHLunit III Pohuwato lingkungan dan HHKB
2. Mantapnya status blok pada kawasan KPHL unit
pemanfaatan kawasan, III Pohuwato
jasa lingkungan dan 3. Pemetaan dan
HHBK yang dokumentasi hasil
proporsional dan inventarisasi dan tata batas
mempertahankan hutan kawasan hutan, jasa
utuh dengan luas lingkungan dan HHKB
minimal 30% yang pada kawasan KPHL unit
menyebar merata di III Pohuwato
seluruh DAS dalam
wilayah KPHL unit III
Pohuwato
2 Peningkatan 1. Berkembangnya unit- 1. Pembentukan unit usaha
pemanfaatan hasil unit usaha masyarakat HHBK masyarakat disetiap
hutan bukan kayu di bidang pengolahan Desa pada kawasan KPHL
pada blok kawasan, HHBK pada kawasan unit III Pohuwato
jasa lingkungan dan KPHL unit III Pohuwato 2. Pelatihan pemungutan dan
HHBK pada 2. Berkembangnya Industri pengolahan hasil hutan
kawasan KPHL unit Pengolahan Bukan bukan kayu bagi
III Pohuwato Kayu (IUPHHBK) pada masyarakat
kawasan KPHL unit III 3. Penyediaan dan diseminasi
Pohuwato data potensi kayu dan
HHBK
4. Penyederhanaan regulasi
prosedur perizinan dan
kepastian usaha IUPHHBK
5. Penyediaan infrastruktur
yang memadai
3 Peningkatan fungsi Berkembangnya kawasan 1. Penyediaan sarana dan
hutan sebagai jasa wisata alam yang prasarana wisata alam
lingkungan untuk berfungsi untuk menjaga yang memadai
kawasan wisata kelestarian hutan pada 2. Pembentukan kelompok
alam wilayah KPHL pengelola hutan wisata
yang berwawasan
lingkungan

146
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

4 Rasionalisasi jumlah Tercapainya 1. Rasionalisasi kuota


dan kapasitas keseimbangan antara pemanfaatan hutan dan
produksi kapasitas produksi hasil hutan berdasarkan
perusahaan perusahaan sektor potensi blok kawasan jasa
kehutanan dan kehutanan dengan luas lingkungan dan HHBK
industri hasil hutan kawasan produktif dan 2. Rasionalisasi perijinan
agar dapat potensi hasil hutan pengusahaan hutan dan
beroperasi secara unggulan pada blok pemanfaatan hasil hutan
sehat dan kawasan, jasa lingkungan berdasarkan asas
berkelanjutan tanpa dan HHBK pada kawasan pemerataan, berkeadilan
dampak negatif KPHL unit III Pohuwato dan berkelanjutan pada
terhadap kelestarian blok kawasan, jasa
blok kawasan, jasa lingkungan dan HHBK
lingkungan dan
HHBK

3. Blok Pemanfaatan HHK-HA pada KPHL Model Unit III Pohuwato

Blok pemanfaatan HHK-HA merupakan blok yang telah ada izin

pemanfaatan HHK-HA dan yang akan difungsikan sebagai areal yang

direncanakan untuk pemanfaatan HHK-HA sesuai dengan potensi kawasan

yang telah dihasilkan dari proses tata hutan. Kriteria blok ini antara lain: (1)

dalam RKTN/RKTP/RKTK diarahkan sebagai kawasan hutan untuk

pengusahaan hutan skala besar, (2) mempunyai potensi hasil hutan kayu

cukup tinggi, (3) terdapat izin pemanfaatan HHK-HA, dan (4) dalam

RKTN/RKTP/RKTK dimungkinkan masuk dalam kawasan hutan untuk

pengusahaan hutan skala besar. Proyeksi ekonomi perencanaan 10 tahun

untuk blok pemanfaatan HHK-HA dijelaskan pada Tabel 29

Tabel30. Proyeksi Ekonomi Perencanaan 10 Tahun Blok Pemanfaatan HHK-


HA
No Program Sasaran Strategis Kegiatan
1 Peningkatan 1. Berkembangnya unit- 1. Pembentukan unit usaha
pemanfaatan HHK- unit usaha masyarakat HHK-HA masyarakat
HA yang sesuai di bidang pengolahan disetiap Desa
kemampuan kawasan HHK-HA 2. Pelatihan pemungutan dan
KPHL unit III 2. Berkembangnya Industri pengolahan hasil hutan
Pohuwato Pengolahan Hasil Hutan kayu bagi masyarakat
Kayu (IUPHHK) 3. Menyusun aturan yang
3. Berkembangnya spesifik lokasi bagi
investasi yang pengembangan investasi

147
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

mengelola HHK-HA pengelolaan HHK-HA pada


berdasarkan aturan kawasan KPHL unit III
yang ada Pohuwato
2 Penanaman areal Semakin meningkatnya 1. Penetapan aturan tentang
bekas tebangan kualitas tegakan dan keharusan menanam jenis
dengan jenis pohon produktifitas areal bekas pohon komersil unggulan
komersial unggulan tebangan atau minimal sama dengan
(minimal sama jenis yang ditebang pada
dengan yang areal bekas tebangan
ditebang) pada blok 2. Pengawasan dan
pemanfaatan HHK- penegakan pelaksanaan
HA pada kawasan aturan kegiatan No. 1
KPHL unit III
Pohuwato
3 Rasionalisasi jumlah Tercapainya 1. Rasionalisasi kuota
dan kapasitas keseimbangan antara pemanfaatan hutan dan
produksi perusahaan kapasitas produksi hasil hutan berdasarkan
kehutanan dan hasil perusahaan sektor potensi blok pemanfaatan
hutan agar dapat kehutanan dan dengan HHK-HA
beroperasi secara luas kawasan produktif 2. Rasionalisasi perizinan
sehat, berkelanjutan dan potensi hasil hutan pengusahaan hutan dan
tanpa dampak negatif unggulan pada blok pemanfaatan hasil hutan
terhadap kelestarian pemanfaatan HHK-HA dan perkebunan
hutan pada blok pada kawasan KPHL unit berdasarkan asas
pemanfaatan HHK- III Pohuwato pemerataan yang keadialan
HA pada kawasan secara berkelanjutan pada
KPHL unit III blok pemanfaatan HHK-HA
Pohuwato

4. Blok Pemanfaatan HHK-HT pada KPHL Model Unit III Pohuwato

Blok pemanfaatan HHK-HT merupakan blok yang telah ada izin

pemanfaatan HHK-HT dan yang akan difungsikan sebagai areal yang

direncanakan untuk pemanfaatan HHK-HT sesuai dengan potensi kawasan

yang telah dihasilkan dari proses tata hutan. Kriteria blok ini antara lain: (1)

dalam RKTN/RKTP/RKTK diarahkan sebagai kawasan hutan untuk

pengusahaan hutan skala besar, (2) mempunyai potensi hasil hutan kayu

rendah, (3) merupakan areal yang tidak berhutan, dan (4) terdapat izin

pemanfaatan HHK-HT. Proyeksi ekonomi perencanaan 10 tahun untuk blok

pemanfaatan HHK-HT dijelaskan pada Tabel 30

148
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Tabel31. Proyeksi Ekonomi Perencanaan 10 Tahun Blok Pemanfaatan HHK-


HT
No Program Sasaran Strategis Kegiatan
1 Peningkatan 1. Berkembangnya unit- 1. Pembentukan unit usaha
pemanfaatan HHK-HT unit usaha masyarakat HHK-HT masyarakat
yang sesuai di bidang pengolahan disetiap kampung
kemampuan kawasan HHK-HT 2. Pelatihan pemungutan dan
pada KPHL unit III 2. Berkembangnya Industri pengolahan hasil hutan
Pohuwato Pengolahan Hasil Hutan kayu bagi masyarakat
Kayu (IUPHHK)
2 Penanaman areal Semakin meningkatnya 1. Penetapan aturan tentang
bekas tebangan kualitas tegakan dan keharusan menanam jenis
dengan jenis pohon produktifitas areal bekas pohon komersil unggulan
komersial unggulan tebangan atau minimal sama dengan
(minimal sama dengan jenis yang ditebang pada
yang ditebang) pada areal bekas tebangan
blok pemanfaatan 2. Pengawasan dan
HHK-HA pada penegakan pelaksanaan
kawasan KPHL unit III aturan kegiatan No. 1
Pohuwato
3 Mengurangi laju Meningkatnya Pelatihan dan
pembukaan hutan produktifitas dan pendampingan penerapan
untuk areal ladang keberlanjutan ladang teknik agroforestry bagi
berpindah masyarakat berpindah masyarakat masyarakat pada kawasan
pada blok yang tidak merusak KPHL unit III Pohuwato
pemanfaatan HHK-HA kawasan KPHL unit III
Pohuwato

4 Rasionalisasi jumlah Tercapainya 1. Rasionalisasi kuota


dan kapasitas produksi keseimbangan antara pemanfaatan hutan dan
perusahaan kehutanan kapasitas produksi hasil hutan berdasarkan
dan hasil hutan agar perusahaan sektor potensi blok pemanfaatan
dapat beroperasi kehutanan dan dengan HHK-HT
secara sehat, luas kawasan produktif 2. Rasionalisasi perizinan
berkelanjutan tanpa dan potensi hasil hutan pengusahaan hutan dan
dampak negatif unggulan pada blok pemanfaatan hasil hutan
terhadap kelestarian pemanfaatan HHK-HT dan perkebunan
hutan pada blok pada kawasan KPHL unit berdasarkan asas
pemanfaatan HHK-HT III Pohuwato pemerataan yang keadialan
pada kawasan KPHL secara berkelanjutan pada
unit III Pohuwato blok pemanfaatan HHK-HT

5. Blok Pemberdayaan Masyarakat pada KPHL Model Unit III

Pohuwato

Blok pemberdayaan masyarakat merupakan blok yang telah ada upaya

pemberdayaan masyarakat, antara lain: hutan kemasyarakatan, hutan desa,

dan HTR yang akan difungsikan sebagai areal yang direncanakan untuk

upaya pemberdayaan masyarakat sesuai dengan potensi kawasan yang


149
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

telah dihasilkan dari proses tata hutan. Kriteria blok ini, antara lain: (1) dalam

RKTN/RKTP/RKTK diarahkan sebagai kawasan hutan untuk pengusahaan

hutan skala kecil, (2) mempunyai potensi hasil hutan kayu rendah, (3)

merupakan areal yang tidak berhutan, (4) terdapat izin pemanfaatan hutan

untuk HKm, Hutan Desa, HTR, (5) Arealnya dekat masyarakat di dalam dan

sekitar hutan, (6) dalam RKTN/RKTP/RKTK dimungkinkan masuk kawasan

rehabilitasi atau kawasan hutan untuk pengusahaan skala besar atau kecil.

Proyeksi ekonomi perencanaan 10 tahun untuk blok pemberdayaan

masyarakat dijelaskan pada Tabel31

Tabel 32. Proyeksi Ekonomi Perencanaan 10 Tahun Blok Pemberdayaan


Masyarakat
No Program Sasaran Strategis Kegiatan
1 Membentuk dan Terbentuknya kelompok- 1. Membentuk kelompok-
membina kelompok- kelompok usaha kelompok usaha
kelompok usaha masyarakat mandiri masyarakat sesuai
masyarakat di bidang sesuai komoditas komoditas unggulan
kehutanan dan unggulan setempat dalam setempat
perkebunan berbasis upaya memanfaatkan blok 2. Membina dan
kampung/marga pemberdayaan memberdayakan
masyarakat kelompok-kelompok
usaha masyarakat untuk
dapat mandiri dan terus
berkembang
2 Pelatihan dan Meningkatnya 1. Pelatihan manajemen
pendampingan kemampuan manajerial dan permodalan usaha
pengelolaan komoditas dan teknis masyarakat 2. Pelatihan dan
kehutanan dan dalam pengelolaan pendampingan
perkebunan serta komoditas pengelolaan komoditas
penanganan pasca kehutanan dan kehutanan dan
panennya perkebunan untuk perkebunan untuk
meningkatkan meningkatkan
produktifitas dan kualitas produktifitas dan
produk kualitas produk
3 Peremajaan tanaman Meningkatnya 1. Penyediaan bibit
perkebunan produktifitas dan kualitas tanaman perkebunan
masyarakat pada produk lahan perkebunan yang berkualitas
kawasan KPHL unit III masyarakat pada blok 2. Pelatihan dan
Pohuwato pemberdayaan pendampingan
masyarakat penanaman dan
pengelolaan komoditas
perkebunan

150
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Permintaan masyarakat terhadap hasil hutan setiap tahun terus

meningkat searah dengan perkembangan pembangunan masyrakat.

Permintaan hasil hutan berupa Hasil Hutan Kayu (HHK) dan Hasil Hutan

Bukan Kayu (HHBK) untuk pemenuhan bahan jadi dan bagunan akan

berdampak pada peningkatan pendapatan perkapita masyarakat pada

kawasan KPHL Model Unit III Pohuwato seperti yang terlihat pada tabel 33

Tabel 33. Proyeksi Pendapatan Perkapita Masyarakat


Rata-Rata Proyeksi
Harga Patokan
Pendapatan Pendapatan
Uraian Barang (Rp/satuan
Masyarakat Masyarakat
kayu)
(Rp/tahun) (%)
Kayu Bulat
1. Kelompok Meranti dan
Rimba Campuran
a) Kelompok meranti 1,270,000/m3 3,500,000 36,3
b) Kelompok rimba campuran 953,000/m3 3,500,000 27,2
2. Selain Meranti dan Rimba
Campuran
a) Palapi 1,750,000/m3 3,500,000 50
b) Nyatoh 1,750,000/m3 3,500,000 50
c) Binuang 1,750,000/m3 3,500,000 50
Kayu Bulat Kecil
a) Diameter <30 cm 550,000/m3 3,500,000 15,7
b) Arang :
- Bakau + Meranti 3,650,000/ton 3,500,000 104
- Rimba Campuran 3,400,000/ton 3,500,000 97,1
c) Kayu Bakar 60,000/sm 3,500,000 1,71
Bukan Kayu
Rotan
a) Rotan pulut merah 17,750,000/ton 3,500,000 507,14
b) Rotan pulut putih 18,000,000/ton 3,500,000 514,29
c) Rotan sega air (ronti) 7,250,000/ton 3,500,000 207,14
d) Rotan tohiti diameter s/d 4 6,625,000/ton 3,500,000
mm 189,29
e) Rotan tohiti diameter 25 mm
s/d 30 mm 6,820,000/ton 3,500,000 194,86
Bambu Hutan
a) Bambu apus 9,000/btg 3,500,000 0.26
b) Bambu petung 25,000/btg 3,500,000 0.71
c) Bambu milah 13,000/btg 3,500,000 0.37
Sumber : Harga patokan adalah Peraturan Menteri Perdagangan RI No.
12/M-DAG/PER/3/2012

151
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Berdasarkan Tabel32di atas, maka proyeksi peningkatan pendapatan

perkapita masyarakat pada kawasan KPHL Model Unit III Pohuwato jangka

waktu 10 tahun cukup bervariasi untuk berbagai jenis Hasil Hutan Kayu

(HHK) dan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Proyeksi pendapatan perkapita

masyarakat tersebut berdasarkan pada harga patokan kayu sesuai

Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor. 12/M-DAG/PER/3/2012. Untuk

pendapatan perkapita masyarakat didasarkan pada pendapatan perkapita

masyarakat tertinggi pada kawasan KPHL Model Unit III Pohuwato, yaitu Rp.

3,500,000/tahun.

Peningkatan pendapatan perkapita masyarakat pada kawasan KPHL

Model Unit III Pohuwato yang bersumber dari Hasil Hutan Kayu (HHK)

berupa kayu bulat kelompok meranti dan rimba campur proyeksi untuk 10

tahun berkisar antara 27,1% - 36,3%. Sedangkan peningkatan pendapatan

perkapita masyarakat yang bersumber dari kayu bulat selain meranti dan

rimba campuran untuk 10 tahun rata-rata 50%. Pendapatan perkapita

masyarakat yang bersumber dari kayu bulat kecil untuk proyeksi 10 tahun

berkisar antara 1,71% - 104%. Untuk pendapatan perkapita masyarakat yang

bersumber dari Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) pada kawasan KPHL Model

Unit III Pohuwato yang, antara lain: pendapatan perkapita masyarakat dari

hasil rotan rata-rata proyeksi untuk 10 tahun mencapai 189,29% -514,29%,

sedangkan pendapatan perkapita masyarakat dari hasil bambu untuk

proyeksi 10 tahun, yaitu: 0,26% - 0,71%.

Berdasarkan penjelas tersebut, maka ketergantungan pendapatan

perkapita masyarakat pada Hasil Hutan Kayu (HHK) pada kawasan KPHL

Model Unit III Pohuwato untuk 10 tahun yang akan datang masih lebih tinggi

152
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

jika dibandingkan dengan pendapatan perkapita dari Hasil Hutan Bukan

Kayu (HHBK). Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat yang berada pada

kawasan KPHL Model Unit III Pohuwato akan lebih mengintesifkan

pengelolaan Hasil Hutan Kayu (HHK) dalam meningkatkan ekonomi

keluarga. Pengelolaan HHK tersebut akan lebih terarah pada pengolahan

kayu tersebut menjadi barang jadi, seperti lemari, kursi (sofa) maupun

produk meubel lainnya, selain untuk keperluan bagunan gedung yang setiap

saat permintaan masyarakat selalu meningkat dari tahun ke tahun, baik di

dalam Provinsi Gorontalo maupun di luar Provinsi Gorontalo.

153
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

BAB VI.
RENCANA KEGIATAN
6.1. Inventarisasi berkala wilayah kelola serta penataan hutannya.

Kegiatan inventarisasi adalah kegiatan pengumpulan informasi berupa

data mengenai potensi, karakteristik, bentang alam, kondisi sosial ekonomi,

serta informasi lainnya untuk tujuan tertentu. Dalam konteks pembangunan

KPHL Model Unit III Pohuwato, inventarisasi ditujukan untuk mendapatkan

data dan informasi yang berkaitan dengan potensi sumberdaya hutan.

Potensi sumberdaya hutan ini meliputi sumberdaya biofisik dan sosial

ekonomi. Pelaksanaan kegiatan inventarisasi harus dilakukan disemua blok

dan petak. Metode inventarisasi menyesuaikan dengan tujuan inventarisasi

tersebut.

Kegiatan inventarisasi pada seluruh kawasan KPHL Model Unit III

Pohuwatodilakukan diseluruh blok pengelolaan. Berdasarkan hasil analisis

spatial jumlah plot inventarisasi di KPHL Model Unit III Pohuwato berjumlah

1220 titik, dengan jumlah plot inventarisasi terbanyak terdapat di blok inti.

Ukuran setiap plot pengamatan umumnya 1x1 km. Adapun lokasi

inventarisasi dan banyaknya plot dapat dilihat pada tabel 33 dan gambar 20

Tabel34. Jumlah plot inventarisasi hutan disetiap blok pengelolaan KPHL


Nama Blok HL HP HPT Jumlah
Blok Inti 441 441
Blok Pemanfaatan 174 174
Blok Pemanfaatan kawasan,
Jasa Lingkungan, HHBK 130 282 412
Blok Pemberdayaan
Masyarakat 10 106 116
Blok Perlindungan 77 77
Grand Total 615 140 465 1220
Sumber: Data hasil olahan spatial 2012

154
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Gambar 21. Rencana Plot Inventarisasi di KPHL Model Unit III Pohuwato

Dalam melaksanakan inventarisasi maka diperlukan survei lapangan untuk

mengumpulkan data dan informasi secara spesifik dari komponen-komponen

penyusun sumber daya alam hayati dan ekosistem, yang mencakup

pengukuran atas jenis, populasi, penyebaran, sex-ratio,

kerapatan/kelimpahan populasi, status kelangkaan, permasalahan dan

sebagainya dari potensi dan kekayaan sumber daya alam hayati dan

ekosistem, termasuk sosial ekonomi budaya masyarakat di dalam dan di

sekitar kawasan KPHL Model Unit III Pohuwato. Kegiatan survei lapangan

pada seluruh kawasan sebaiknya diselesaikan bertahap maksimal dalam tiga

tahun dengan selang waktu tiga tahun sekali.

Inventarisasi potensi umumnya dilakukan melalui tahapan

kegiataneksplorasi dan survei lapangan.Praktek kegiatan eksplorasi, survei,

inventarisasi, evaluasi/penilaiandan monitoring mencakup pengetahuan dan

155
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

keterampilan yang berhubungandengan penggunaan metoda dan teknik

dalam pelaksanaan kegiatan.

Berdasarkan hasil analisis spatial jumlah plot inventarisasi di KPHL

Pohuwato mencapai 1220 plot, dengan asumsi setiap 2 regu mampu

menyelesaikan 1 plot inventarisasi dengan alokasi waktu 21 hari maka

selama 1 bulan dibutuhkan 21 regu inventarisasi. Jika asumsi ini terpenuhi

maka pada tahun ke 10 seluruh blok dan petak telah mempunyai data dan

informasi terkait dengan potensi tegakan, volume kayu, volume kayu

komersil, kondisi flora dan fauna, kondisi ekosistem dan kondisi lahan hutan.

6.2. Pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu.

Berdasarkan Permenhut No 6 tahun 2010 tentang Norma, Standar,

Prosedur Dan Kriteria Pengelolaan Hutan Pada Kesatuan Pengelolaan

Hutan Lindung (KPHL) Dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP),

wilayah tertentu adalah wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum

menarik bagi pihak ketiga untuk mengembangkan usaha pemanfaatannya.

Karena kondisinya yang belum menarik investor, maka di harapkan pihak

pengelola KPHL Model unit III Pohuwato bisa mempromosikan kawasan ini

kepada pihak investor. Pengembangan usaha pada wilayah tertentu bisa

diarahkan kepada usaha di luar sektor kehutanan dengan tetap

memperhatikan prinsip-prinsip kelestarian dan skala ekonomis

Pengembangan wilayah tertentu diarahkan sebagai salah satu wilayah

usaha unggulan yang mendatangkan keuntungan finansial bagi KPHL model

unit III Pohuwato. Keuntungan finansial yang yang didapatkan akan

mempercepat kemandirian KPHL model unit III Pohuwato. Berdasarkan

arahan strategis dan kondisi lapangan maka pemanfaatan wilayah tertentu

156
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

dapat dilakukan pada blok pemanfaatan seluas total 6.319,64 ha dan blok

pemanfaatan Kawasan, jasa lingkungan dan HHBK seluas 2.122,24 ha.

Sehingga total arahan untuk pemanfaatan hutan wilayah tertentu adalah

8.441,88 ha. Saat ini beberapa investor telah memanfaatkan kawasan yang

berdekatan dengan wilayah tertentu terutama investor kelapa sawit.

Sedangkan investor lain yang berkeinginan untuk memanfaatkan kawasan

hutan adalah investor restorasi ekosistem hutan alam. Adapun sebaran

wilayah tertentu disajikan pada gambar dan tabel berikut

Gambar 22. Peta Pembagian Blok dan Petak Untuk Pemanfaatan Hutan
Wilayah Tertentu

Tabel 35. Pembagian blok untuk pemanfaatan hutan wilayah tertentu


Fungsi
Nama Blok kawasan Luas (Ha)
Blok Pemanfaatan Hutan Lindung 6.319,64
Blok Pemanfaatan kawasan, Jasa Lingkungan, Hutan Produksi
HHBK Terbatas 2.122,24
Grand Total 8.441,88

157
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Kelas perusahaan yang akan dikembangkan pada wilayah tertentu meliputi :

1. Rencana pemanfaatan jasa lingkungan pada blok pemanfaatan (HL)

seluas 1.692,14 ha dan pada blok pemanfaatan kawasan, jasa

lingkungan, HHBK (HPT) seluas 554,15 ha.

2. Rencana pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) pada blok

pemanfaatan (HL) seluas 4.176,46 ha dan pada blok pemanfaatan

kawasan, jasa lingkungan, HHBK (HPT) seluas 1.337,77 ha.

3. Rencana pemanfaatan kawasan pada blok pemanfaatan (HL) seluas

451,04 ha dan pada blok pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan, HHBK

(HPT) seluas 230,32 ha.

6.3. Kelas - Kelas Perusahaan pada wilayah tertentu.

1. Klas Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Pemanfaatan


ekowisata

1.1. Pemanfaatan Ekowisata

Merupakan upaya pendayagunaan potensi obyek ekowisata dengan

tetap memperhatikan prinsip keseimbangan antara kepentingan

pemanfaatan dan pelestarian alam. Kegiatan pariekowisata dan rekreasi di

dalam kawasan KPHL Model Unit III Pohuwato diarahkan pada beberapa

kegiatan berikut

(1) Inventarisasi dan identifikasi obyek dan daya tarik ekowisata dalam

kawasan KPHL Model Unit III Pohuwato;

(2) Inventarisasi, identifikasi dan analisis sosial ekonomi dan budaya

masyarakat, kecenderungan pasar, kebijakan sektor kepariwisataan

158
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

daerah, dan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung yang

berada di sekitar kawasan;

(3) Pengembangan obyek ekowisata tetap memperhatikan aspek sosial

ekonomi dan budaya masyarakat, kecenderungan pasar, kebijakan

sektor kepariwisataan daerah, dan ketersediaan sarana dan prasarana

pendukung di sekitar kawasan;

(4) Pengembangan kerjasama dengan masyarakat luas dalam upaya

pemanfaatan potensi obyek ekowisata kawasan KPH, dan diarahkan

pada upaya peningkatan penyediaan lapangan kerja dan peluang

berusaha bagi masyarakat sekitar kawasan dan pihak investor

Beberapa lokasi ekowisata potensial yang bisa dikembangkan diKPHL

Model Unit III Pohuwato adalah air terjun Sungai Taluditi yang berjarak 7 km

dari Desa Puncak Jaya seperti yang terlihat pada gambar di bawah. Potensi

ekowisata di lokasi ini sangat unik karena mempunyai air terjun dengan

ketinggian ± 30 meter yang dikelilingi oleh hutan tropis khas Sulawesi.

Potensi air terjun ini bisa dimaksimalkan untuk kepentingan lain seperti

pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) atau PLTA jika ditemukan

debit air yang lebih besar dan potensi airnya tersedia sepanjang tahun yang

bisa dipergunakan oleh masyarakat yang tinggal disekitar KPHL Model Unit

III Pohuwato

159
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Gambar 23. Lokasi pengembangan ekowisata di KPHL Model Unit III


Pohuwato

Adapun bentuk landscape air terjun pemanfaatan kawasan untuk

kepentingan ekowisata dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 24. Potensi air terjun untuk kegiatan ekowisata dan PLTMH
160
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Pengembangan ekowisata di kawasan KPHL Model Unit III Pohuwato

diharapkan mampu memberikan kontribusi yang signifikan pada pengelolaan

kawasan maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar

kawasan. Inventarisasi dan identifikasi potensi ekowisata di dalam kawasan

KPHL Model Unit III Pohuwatoperlu dilakukan sebagai langkah awal untuk

pengembangan lebih lanjut. Selanjutnya hal yang perlu dilakukan adalah

kajian sosial budaya masyarakat sekitar kawasan, kajian pasar untuk

mengidentifikasi potensi pengunjung, kajian pengembangan kerjasama

dengan investor dan masyarakat lokal, promosi dan pemasaran usaha

ekowisata.

Pengembangan ekowisata perlu dilakukan secara bertahap dan hati-

hati karena kehadiran pengunjung akan memberikan dampak pada lokasi

yang dikunjungi. Oleh kerena itu perlu adanya regulasi untuk memberi

rambu-rambu agar kegiatan ekowisata di kawasan KPH tidak menimbulkan

kerusakan ekositem dan lingkungan sehingga mengganggu fungsi

pelestarian dan pengawetan alam di KPHL Model Unit III Pohuwato. Oleh

karena itu, dalam membuat regulasi harus mempertimbangkan aspek

ekologi, estetika, partisipasi dan pemberdayaan masyarakat lokal. Regulasi

juga bisa diarahkan untuk mangatur kontribusi usaha ekowisata untuk

pengelolaan KPHL Model Unit III Pohuwato. Paket wisata yang

dikembangkan sebaiknya mengintegrasikan potensi dan aktivitas budaya

masyarakat serta pendidikan lingkungan untuk pengunjung. Agar ekowisata

dapat berkembang maksimal, para pengunjung harus mendapatkan layanan

yang optimal dan memuaskan. Layanan yang perlu disediakan bagi

pengunjung antara lain kemudahan untuk mendapatkan informasi mengenai

161
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

objek ekowisata, ketersediaan media informasi mengenai objek dan lokasi

ekowisata yang dikemas secara lengkap, menarik dan mudah dimengerti,

pelayanan akomodasi yang memadai, pelayanan pemanduan yang

profesional dan menarik dilengkapi petunjuk keselamatan bagi pengunjung

yang mengunjungi suatu objek atau lokasi ekowisata dalam kawasan serta

ketersediaan sarana, prasarana dan fasilitas pendukung lainnya.

Dalam pengusahaan ekowisata, KPHL Model Unit III Pohuwato perlu

mendorong pemerintah daerah untuk mewujudkan paket wisata yang yang

terintegrasi antara objek wisata daerah dan objek ekowisata di KPHL Model

Unit III Pohuwato sehingga keberadaan KPHL Model Unit III Pohuwato

mendapat support dari Pemerintah Kabupaten Pohuwato. Perlu dilakukan

penyusunan strategi dan regulasi pengusahaan ekowisata yang mencakup

inventarisasi dan identifikasi potensi ekowisata di KPHL Model Unit III

Pohuwato, analisis sosial, ekonomi dan budaya masyarakat, analisis pasar

yaitu identifikasi kelompok atau sasaran atau pengunjung potensi ekowisata

dan kebutuhannya, pengembangan kerjasama dengan masyarakat lokal,

promosi dan pemasaran usaha ekowisata yang dikukung oleh sistem

managemen usaha wisata serta mekanisme pelibatan para pihak dalam

penyelenggaraan usaha ekowisata. Adanya regulasi dalam penyelenggaraan

ekowisata untuk memberi rambu-rambu agar kegiatan ekowisata di kawasan

KPHL Model Unit III Pohuwato tidak memnggangu fungsi pelestarian dan

pengawetan alam di KPHL Model Unit III Pohuwato, tidak menyebabkan

kerusakan ekosistem dan lingkungan di kawasan KPHL Model Unit III

Pohuwato dan tidak menggangu keberlanjutan penghidupan masyarakat

setempat. Regulasi penyelenggraan ekowisata mencakup adanya aturan

162
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

yang menjamin pelayanan, kenyamanan dan keselematan pengujung,

kelestarian dan keselamatan ekosistem di sekitar objek ekowisata dengan

mekanisme pelibatan para pihak dan desain kerangka kelembagaan

kolaboratif dalam pengelolaan usaha ekowisata. Kontribusi usaha ekowisata

bagi pemberdayaan masyarakat lokal di sekitar objek ekowisata yang

dikembangkan dengan dukungan mekanisme pembagian manfaat dan

keuntungan antara KPH Pohuwato dan para pihak yang terlibat dalam

penyelenggraan ekowisata di kawasan KPHL Model Unit III Pohuwato.

Pengembangan produk ekowisata diarahkan untuk membangun

ekowisata yang berkelanjutan, yaitu ekowisata yang berbasiskan masyarakat

serta mempunyai orientasi pada aspek konservasi lingkungan, peningkatan

kesejahteraan masyarakat lokal termasuk peningkatan ekonomi, penciptaan

lapangan kerja dan peluang usaha bagi masyarakat lokal. Disamping itu,

diupayakan juga pendidikan publik, peningkatan pendapatan daerah.

Pengembangan produk ekowisata perlu disesuaikan dengan karakteristik

objek dan lokasi ekowisata, kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat

setempat dan kelompok sasaran yang menjadi target pasar dari usaha

ekowisata itu sendiri. Manajemen pengelolaan ekowisata termasuk

pengembangan kerangka kelembagaan dan model kerjasama kolaboratif.

Kegiatan-kegiatan jangka panjang dalam program ini, mencakup antara

lain :

1. Menyusun strategi dan regulasi pengusahaan ekowisata

2. Pengembangan produk dan pelatihan ekowisata

3. Pengembangan rambu-rambu dan jalur interpretasi

4. Peningkatan investasi pengusahaan

163
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

5. Peningkatan pelayanan dan pengelolaan ekowisata

6. Pengembangan jaringan ekoturisme

7. Penyebaran informasi, promosi dan publikasi

8. Membangun fasilitas sarana dan prasarana ekowisata

2. Pemanfaatan kawasan pendidikan dan penelitian

Meliputi kegiatan yang berhubungan dengan upaya

untukmengakomodir kepentingan fungsi kawasan KPHL Model Unit III

Pohuwatountuk kegiatanpenelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Hasil kegiatan penelitianperlu diarahkan dan diselaraskan dengan kebutuhan

dan perkembanganilmu pengetahuan dan teknologi yang ada dan

berkembang.

Kegiatan penelitian terapan umumnya diarahkan untuk

memberikandukungan bagi upaya membantu penyelesaian masalah

pengelolaankawasan KPHL Model Unit III Pohuwato, dan penelitian murni

umumnya dilakukan dandiarahkan kepada upaya untuk pengembangan lebih

lanjut dari ilmupengetahuan, yang dapat dilangsungkan dalam kawasan

KPHL Model Unit III Pohuwato. Adapun lokasi rencana penelitian dan

pendidikan di KPHL Model Unit III Pohuwato dapat dilihat pada gambar di

bawah:

164
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Gambar24. Lokasi Rencana blok Penelitian dan Pendidikan

Penetapan rencana lokasi blok penelitian dan pendidikan didasarkan

pada tingginya keanekaragaman. Berdasarkan hasil kajian LIPI, Burung

Indonesia dan PSL Universitas Gorontalo ditemukan 2 species amfibia di

dalam kelompok hutan merupakan endemik Sulawesi. Sedangkan klas

reptilia tercatat dua jenis masuk dalam Apendiks II CITES, dan dua jenis

termasuk endemik Sulawesi. Pada klas burung, tercatat 36 jenis merupakan

endemik Sulawesi. Pada klas mamalia, tercatat sepuluh jenis diantaranya

termasuk jenis endemik Sulawesi. Tujuh jenis burung yang ditemukan di di

dalam kelompok hutan ini menyandang status Near Threatened. Dua puluh

satu jenis burung masuk dalam daftar yang dilindungi oleh Pemerintah RI

dan 16 jenis terdaftar dalam Appendix II CITES. Sementara itu terdapat

enam jenis mamalia yang termasuk dalam kategori keterancaman IUCN

(Empat jenis Vulnerable, satu jenis Near Threatened dan satu jenis

Endangered) dan empat jenis termasuk yang dilindungi oleh Pemerintah RI.

165
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Terdapat juga empat jenis mamalia yang terdaftar dalam Appendix I dan II

CITES

Diharapkan penetapan blok penelitian dan pendidikandapat menunjang

pemanfaatan, meliputi :

(1) Penelitian yang hasilnya untuk mendukung dan diperlukan

untukmenunjang pemanfaatan jenis dan satwa serta budidaya di luar

kawasan, seperti penelitian dalam menunjang pengawetan

danpenangkaran jenis.

(2) Penelitian yang hasilnya untuk menunjang pemanfaatan dan

budidaya,ditujukan terhadap seleksi jenis tumbuhan dan satwa yang

karenakandungan unsur kimia maupun sifat genetiknya dapat

dimanfaatkan, misalnya untuk :Industri obat-obatan, zat pewarna, dan

lain-lain, benih atau bibit unggul dalam menunjang peningkatan

produksipangan, sandang dan papan, perbanyakan dan peningkatan

kualitas jenis melalui rekayasagenetik.

Ketentuan tentang kegiatan penelitian di kawasan KPHL Model Unit III

Pohuwatodiatur lebih lanjut dengan keputusan Menteri dan dilakukan sesuai

denganperaturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu ketentuan

yangmengatur tentang tata cara dan instansi yang berwenang

memberirekomendasi dan/ atau izin untuk melaksanakan penelitian.

Kewenanganyang terkait dengan penelitian pada saat ini dikoordinasikan

oleh Lembaga

Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), tidak mengurangi kewenangan Menteri

Kehutanan yang bertanggung jawab untuk mengatur tata cara pelaksanaan

166
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

penelitian yang sasaran penelitiannya berlokasi di KPHL Model Unit III

Pohuwato.

Untuk mendukung pelayanan kegiatan penelitian, pengelola KPHL Model

Unit III Pohuwato antara lain melaksanakan :

(1) Identifikasi obyek penelitian mengenai tumbuhan, satwa,

ekosistem,sosial, ekonomi dan budaya masyarakat setempat.

(2) Penyiapan sistem pelayanan dan materi kegiatan penelitian.

(3) Ketersediaan dan dukungan berupa penyediaan stasiun penelitian.

(4) Penyiapan sistem data dasar informasi kegiatan penelitian.

(5) Penyusunan rencana dan skala prioritas program penelitian.

(6) Pengembangan bentuk kerjasama dalam penelitian.

(7) Pengembangan sistem dokumentasi, publikasi dan promosi hasil-

hasilkegiatan penelitian maupun referensi yang terkait

6.4. Pemberdayaan masyarakat.

6.4.1. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Hutan Tanaman Rakyat

Sebagian besar masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan

masih tergantung pada sumber daya alam di dalam kawasan KPHL

Model Unit III Pohuwato. Untuk itu, pihak pengelola perlu membimbing

masyarakat untuk dapat mengusahakan pengambilan sumber daya

alam yang berkelanjutan melalui peningkatan kapasitas kelembagaan

masyarakat. Dengan demikian maka kawasan dapat dikelola

sekaligus memberikan aliran hasil alam dan jasa secara berkelanjutan

kepada masyarakat. Sementara itu pengembangan usaha alternatif

perlu dikembangkan untuk membatasi pengambilan sumber daya

alam Beberapa program yang dapat dilakukan adalah penanaman

167
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

dan pengayaan species jenis rotan, kayu bakar, buah-buahan,

gaharu, obat-obatan, dan tanaman berguna lainnya di areal bekas

pembalakan atau di wilayah-wilayah rehabilitasi.

Salah satu kegiatan yang bisa dilakukan di blok pemberdayaan

adalah pembangunan hutan tanaman rakyat. Alasan ditetapkannya

kawasan ini sebagai wilayah HTR karena 1) lokasi ini sudah tidak

berhutan, 2) dekat dengan pemukiman warga 3) terletak di hutan

produksi. Analisis kebutuhan harus disesuaikan dengan daya dukung

kawasan. Adapun lokasi HTR di KPHL Model Unit III Pohuwato dapat

dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar25. Lokasi HTR di Blok Pemberdayaan Masyarakat

Tabel 36. Luas Blok HTR di KPHL Model Unit III Pohuwato
No Blok HP HPT Luas (Ha) Prosentase
F1
F2
F3 268,58 268,58 30,92
F4 599,98 599,98 69,08
F5
Grand Total 868,55 868,55 100

168
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Untuk mendukung kegiatan HTR maka diperlukan kajian

mendalam tentang etno botani dan potensi tanaman yang dapat

dikembangkan secara komersial. Perlu dipikirkan pengembangan

tanaman yang berdaya jual tinggi, ringan dan awet, sehingga

memudahkan transportasi dan pengiriman dari wilayah yang terpencil,

misalnya bumbu, ekstrak tanaman obat dan lain-lain. Hal ini bisa

dikembangkan dengan menjalin kerjasama dengan berbagai pihak

Masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan pada umumnya adalah

masyarakat peladang berpindah. Sistem pertanian ini dapat

diterapkan secara effisien dan murah pada saat penduduk masih

sedikit dan lahan pertanaian tersedia luas. Untuk masa kini sistim

pertanian ini sudah tidak sesuai lagi mengingat pertambahan

penduduk dan segmentasi areal pertanian, sehingga memaksa masa

bera yang semakin singkat sehingga kesuburan tanah semakin

menurun. Oleh karena itu para peladang berpindah sudah seharusnya

mengubah ke sistem pertanian menetap. Sayangnya sistem pertanian

modern ini memerlukan modal yang lebih tinggi sehingga masyarakat

belum berdaya untuk menerapkannya. Dukungan pemerintah dan

LSM diperlukan untuk memberdayakan masyarakat peladang untuk

menerapkan pertanian modern. Berdasarkan hasil analisa data jenis

tanaman yang dapat ditanam dilokasi HTR adalah sebagai berikut

169
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Tabel 37. Jenis tanaman yang ditanam di lokasi HTR

No Jenis Tanaman Nama botani Waktu Panen


1 Sengon Paraserianthes falcataria 6 Tahun
2 Mahoni Swietenia macrophylla 10 Tahun
3 Cempaka Cempaka 10 Tahun
4 Jabon Anthocepalos cadamba 5 Tahun
5 Gamelina Gmelina arborea 8 tahun
6 Aren Arenga Pinata 5 Tahun
7 Langsat Lansium domesticum 6 Tahun
8 Durian Durio zibethinus 8 tahun
9 Matoa Pometia pinnata 7 tahun
10 Rambutan Nephelium lappaceum 7 tahun

Masyarakat pada saat ini memiliki pendapatan alternatif dari

berkebun jagung dan komoditi lainnya. Upaya penanaman jagung

yang ditumpangsarikan (agroforestry) dengan tanaman pertanian dan

kehutanan seperti jenis tanaman lainnya perlu didorong untuk

diversifikasi pertanian. Salah satu tantangan untuk memajukan

agroforestry adalah menyediakan bibit unggul yang murah sehingga

hasil yang diperoleh akan lebih meningkat. Demikian juga dengan

rotan pernah menjadi primadona pendapatan bagi masyarakat

setempat. Sejak ekspor rotan mentah dilarang, komoditi ini kehilangan

peran dalam ekonomi masyarakat setempat padahal keberadaan

rotan tetap potensial di hutan Gorontalo.Guna mendukung program

pemberdayaan ini, maka kegiatan-kegiatan makro jangka panjang

dapat mencakup :

1. Peningkatan taraf hidup masyarakat melalui pengembangan usaha-

usaha ekonomi

2. Pendampingan, pendidikan dan pelatihan masyarakat

170
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

3. Menyusun perencanaan dan kebutuhan desa melalui participatory rural

appraisal

4. Pelibatan masyarakat dalam perencanaan dan pengambilan kebijakan

publik

5. Koordinasi dan sinkronisasi program dengan lembaga dan instansi lain

6.4.2. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Hutan Kemasyarakatan

Masih rendahnya ekonomi masyarakat dan keterbatasan lahan

untuk usaha pertanian serta minimmya pemahaman masyrakat

berdampak pada perambahan kawasan hutan untuk usaha pertanian.

kondisi rill dilapangan bahwa lahan – lahan pertanian / perkebunan

yang masuk dalam kawasan hutan khususnya diwilayah KPHL Unit III

Pohuwato cukup luas. Hal tersebut tentunya menjadi permasalahan

tenurial yang berdampak pada menurunya fungsi hutan. sementara disatu

sisi hal tersebut merupakan mata pencaharian pokok dalam rangka

pemenuhan ekonomi bagi sebagian masyarakat di sekitar kawasan hutan.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah pemberdayaan

masyarakat melalui program hutan kemasyarakatan seluas 150 ha

(HPT/HP). Melalui program rehabilitasi hutan dan lahan yang bersumber

dari dana Dana Alokasi Khusus Bidang Kehutanan dan APBD Kabupaten

Pohuwato, maka lahan lahan masyarakat yang masuk dalam kawasan

hutan direhabilitasi dengan sistim tumpang sari antara tanaman

kehutanan dan perkebunan. Disamping hal tersebut masyarakat diberikan

stimulan berupa bantuan modal untuk usaha peternakan sehingga

masyarakat produktif.

171
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Terlepas dari hal tersebut masyarakat berkewajiban menjaga

kawasan hutan disekitar areal perkebunan mereka dan tidak menambah

luasan areal yang diberikan izin melalui hutan kemasyarakatan.

6.5. Pembinaan dan pemantauan (Controlling) pada areal KPH.

Blok pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan di KPHL Model Unit

III Pohuwato merupakan bagian tidak terpisahkan dari kawasan KPHL Model

Unit III Pohuwato, karena keberadaanya menjaga keberlangsungan

pengelolaanKPHL Model Unit III Pohuwato. Para calon pemegang ijin

maupun yang telah memegang ijin pemanfaatan dan penggunaan kawasan

hutan di KPHL Model Unit III Pohuwato harus dilakukan pembinaan dan

pemantauan secara terus-menerus, pembinaan dan pemantauan tersebut

mengacu kepada model pembelajaran bersama dan kesetaraan, sehingga

partisipasi dan asimilasi antara KPH dan masyarakat calon pemegang ijin

pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan terjalin hubungan yang cukup

baik. Salah satu implementasi pembinaan dan pemantauan terhadap

kawasan dan kepada calon pemegang ijin adalah dengan mendirikan pos

pemantauan dan jalan pemeriksaan di dalam KPHL Model Unit III Pohuwato

seperti yang terlihat pada gambar. Jumlah pos pemantauan yang dibangun

di kawasan KPHL Model Unit III Pohuwato adalah 14pos pengamanan

dengan panjang jalan 181,23 km

172
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Gambar 26. Lokasi Rencana Pembangunan Jalan Pemeriksaan

Gambar 27. Lokasi Rencana Pembangunan Pos Pemeriksaan

173
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Proses pembinaan dan pengawasan terhadap calon pemegang ijin

pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan tidak lepas dari peran dan

interaksi staf KPHL Model Unit III Pohuwato dengan para pemegang ijin,

semakin tinggi peran dan interaksi dijalankan maka semakin tinggi pola

hubungan yang terbangun antara masyarakat pemegang ijin dan Staf KPHL

Model Unit III Pohuwato, sehingga jika terjadi masalah yang berada di

wilayah ijindapat dipecahkan bersama.

Peran-peran dan kemampuan pihak lain seperti pemerintah daerah,

swasta, dan LSM sangat signifikan dalam membantu pembinaan dan

pengawasan terhadap masyarakat pemegang ijin, sehingga sinergi program

antar lembaga dalam pemberdayaan masyarakat lebih menghadirkan nilai

yang bermanfaat bagi masyarakat. Kegiatan jangka panjang untuk

mengakomodir program pembinaan dan pengawasan terhadap masyarakat

pemegang ijin mencakup :

1. Review Rencana Pengelolaan para pemegang ijin

2. Identifikasi permasalahan yang akan muncul dalam pemanfaatan dan

penggunaan kawasan hutan

3. Legalitas daerah pemanfaatan kawasan hutan melalui surat penetapan

4. Koordinasi dan sinkronisasi program pembinaan dan pengawasan blok

pemanfaatan

Pembinaan dan pemantauan bagi pemegang ijin dilakukan oleh staf KPHL

Unit III Pohuwato secara rutin dan berkala. Disamping hal tersebut

pembinaan dan pemantauan juga dilakukan setiap triwulan oleh tim terpadu

yang terdiri dari unsur Dinas Kehutanan Provinsi, BPKH, BP- DAS, Denas

Kehutanan kabupaten dan KKPHL Unit III Pohuwato.

174
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

6.6. Penyelenggaraan rehabilitasi pada areal KPHL Model Unit III

Pohuwato.

Upaya rehabilitasi ekosistem dikawasan KPHL Model Unit III

Pohuwato diawali dengan pelaksanaan identifikasi dan inventarisasi

kerusakan habitat dan ekosistem di dalam kawasan KPH. Identifikasi ini

ditujukan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan ekosistem di dalam

kawasan. Apabila ditemukan kerusakan-kerusakan yang terjadi di dalam

ekosistem, faktor penyebabnya serta sejauh mana dampaknya terhadap

keseluruhan proses ekologis di dalam kawasan, maka akan dihasilkan

rekomendasi tentang bentuk-bentuk intervensi pengelola yang perlu

dilakukan untuk permasalahan tersebut. Pemetaan penutupan vegetasi dan

batas-batas ekosistem serta sebaran keanekaragaman species menjadi

penting sebagai dasar untuk menentukan tindakan intervensi yang

dibutuhkan.

Selain identifikasi dan inventarisasi kondisi habitat dan ekosistem,

monitoring habitat dan populasi jenis di dalam kawasan juga perlu dilakukan

identifikasi tanaman yang cocok untuk ditanam di lokasi RHL. Hasil dari

kegiatan ini juga berperan dalam menentukan tindakan apa yang

akandilakukan dalam rangka pengelolaan kawasan, pembinaan habitat dan

populasi di dalam kawasan.Berdasarkan hasil identifikasi citra landsat, luas

wilayah yang akan direhabilitasi mencapai 5.455,71 ha. Fungsi hutan

produksi merupakan lokasi RHL yang paling luas untuk direhabilitasi dan

luasannya dapat dilihat pada gambar dan tabel di bawah ini:

175
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Tabel 38. Luas lahan yang akan direhabilitasi disetiap blok


Luas Lahan Tidak Berhutan
Nama Blok
HL HP HPT Jumlah
Blok Inti 1.310,54 1.310,54
Blok Pemanfaatan 36,56 36,56
Blok Pemberdayaan
Masyarakat 530,73 3.577,88 4.108,61
Grand Total 1.347,10 530,73 3.577,88 5.455,71
Sumber: Data spatial tahun 2012

Jika mengacu pada luas lahan yang direhabilitasi jumlah bibit yang

dibutuhkan dalam rangka RHL adalah 6.546.000 bibit dimana alokasi untuk

HL sebanyak 1.6164.00 batang dan HP sebanyak 4.929.600 batang. Adapun

antara ratio tanaman non MPTS dan MPTS untuk HL 60% : 40%, sedangkan

untuk kawasan HP 80%:20%

Gambar28. Lokasi Rencana RHL di KPHL Model Unit III Pohuwato

Rehabilitasi kawasan yang akan dilaksanakan sebaiknyadengan

terlebih dahulu telah melalui kajian yang seksama tentang kondisi ekosistem,

176
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

perkembangan suksesi ekosistem dan jenis di dalam ekosistem serta

kesejarahanproses geologi dan edafologi kawasan.

6.7. Pembinaan dan pemantauan (controlling) pelaksanaan

rehabilitaasi

Proses pembinaan dan pemantauan dalam pelaksanaan RHL dilakukan

dalam 2 kegiatan. Kegiatan pertama adalah memberikan juknis RHL sebagai

bentuk pembinaan dan kegiatan kedua adalah membangun pusat

pemantauan RHL berupa gubuk kerja di lokasi RHL sebagai bentuk

pemantauan. Berdasarkan luasannya maka jumlah gubuk yang akan

dibangun berjumlah 54 gubuk kerja. Gubuk kerja didirikan disetiap 100 ha

wilayah yang akan di rehabilitasi

Pembinaan merupakan pemberian pedoman/juklak/juknis,bimbingan,

pelatihan, arahan dan supervisi. Dalam konteks pembinaan pelaksanaan

rehabilitasi dan reklamasi terhadap blok yang sudah ada ijin pemanfaatan

dan penggunaan kawasan diarahkan untuk pembinaan teknis dan

administrasi. Pembinaan teknismenyangkut hal-hal yang berkaitan dengan

ketentuan teknis pelaksanaankegiatan, sedangkan pembinaan adminsitrasi

menyangkut hal-hal yangberkaitan dengan ketentuan administrasi keuangan.

Pelaksanaan pembinaan terhadap para pemegang ijin dilaksanakan oleh

organisasi sebagai berikut :

1. Menteri Kehutanan c.q Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan

danPerhutanan Sosial dibantu oleh Kepala Balai Pengelolaan

DASsetempat, melaksanakan pembinaan teknis.

2. Bupati dibantu Kepala Dinas Kehutanan Pertambangan Pohuwato

yang membidangi Kehutanan

177
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

3. Kepala KPH yang dibantu oleh kepala resort setiap blok pemanfaatan.

Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan maka proses pembinaan

dan pengawasan meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Pembinaan dan pengawasan terhadap sipil teknis RHL yang

dilakukan oleh pemegang ijin

2. Pembinaan dan pengawasan terhadap tata cara rehabilitasi dan

reklamasi berdasarkan juknis yang ditetapkan oleh

pemerintah/pengelola KPH

3. Pembinaan dan pengawasan terhadap tata cara pelaporan RHL oleh

pemegang ijin administrasi keuangan;

4. Pembinaan dan pengawasan terhadap diseminasi kemajuan RHL

kepada semua stakeholder di KPHL Model Unit III Pohuwato

Dalam proses pemantauan terhadap kegiatan RHL dan reklamasi maka

perlu melibatkan beberapa pihak seperti

1. Monitoring pelaksanaan RHL dilakukan oleh KPHL Model Unit III

Pohuwato sesuai lokasi dan jenis kegiatan. Kegiatan ini meliputi

pengumpulan data numerik, spasial danvisual (dokumentasi) setiap

tahapan kegiatan RHL untuk kegiatanperencanaan, persiapan

lapangan, pembibitan, penanaman dan pemeliharaan;

2. Evaluasi hasil kegiatan RHL dilaksanakan oleh Tim Penilai Pekerjaan

(TPP)atau Lembaga Penilai Independen (LPI) yang ditetapkan oleh

KPA. Susunankeanggotaan TPP terdiri dari unsur pelaksana kegiatan,

Tim Pembina RHLKabupaten/Kota dan pihak lain yang dianggap

perlu. LPI adalah lembagakonsultan penilai yang kompeten dan telah

diakreditasi oleh lembagaberwenang.

178
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

6.8. Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam.

Rencana kegiatan perlindungan dan konservasi sumber daya alam

terdiri dari 3 fokus kegiatan, yaitu pengendalian kebakaran hutan,

pengelolaan kawasan inti/blok perlindungan sebagai kawasan konservasi,

pengelolaan keanekaragaman hayati. Fokus kegiatan pengendalian

kebakaran hutan dimaksudkan untuk mencegah, memadamkan kebakaran

hutan yang terjadi di dalam kawasan KPHL Model Unit III Pohuwato serta

melakukan tindakan-tindakan penanganan pasca kebakaran hutan. Upaya ini

dilaksanakan baik secara internal maupun dengan melatih dan melibatkan

masyarakat yang ada di dalam dan sekitar kawasan KPHL Model Unit III

Pohuwato. Pengendalian kebakaran hutan dan lahan difokuskan pada lahan-

lahan masyarakat yang berada di dalam kawasan KPHL maupun yang

berbatasan dengan KPHL

Pengelolaan konservasi alam dimaksudkan sebagai upaya untuk

mewujudkan pengelolaan kawasan KPHL Model Unit III Pohuwatoyang

didasarkan pada status hukum yang kuat, pengelolaan data dan

informasiyang berbasiskan kawasan, mengembangkan pembinaan

keanekaragamanhayati dan ekosistemnya, serta meningkatkan peran serta

masyarakat dalampengelolaan sumber daya alam.Pengelolaan

keanekaragaman hayati dan produk-produk tumbuhan dansatwa liar

dimaksudkan untuk menjaga, mengawetkan dan mempercepatpemulihan

jenis dan populasi di dalam kawasan. Pemanfaatan jasa lingkungandan

ekowisata ditujukan untuk mengembangkan pemanfaatan produk-produkjasa

lingkungan, memacu pengembangan pemanfaatan kawasan untuk

tujuanwisata dan lain sebagainya.Justifikasi penetapan blok perlindungan

179
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

dan konservasi hutan di kawasan KPHL didasarkan pada: 1) wilayah ini

merupakan hulu dari 4sungai besar yaitu Sungai Paguyaman, Sungai

Malango, Sungai Taluditi dan Sungai Wanggahulu 2) Wilayah tersebut

merupakan wilayah penyangga dan sangat penting peranannya dalam

memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat seperti sumber air irigasi lahan

pertanian, dan dimasa yang akan datang dapat dimanfaatkan sebagai

sumber pembangkit listrik tenaga air, seperti yang saat ini sedang

dikembangkan di beberapa lokasi.

Gambar 29. Rencana Lokasi Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam

6.9. Penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang ijin.

Koordinasi (coordination) adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan

dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (dinas, departemen

atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan

180
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

organisasi secara efisien.Untuk memudahkan KPH dalam pengelolaan ijin

pemanfaatan disetiap blok maka KPHL Model Unit III Pohuwatomaka

diperlukan koordinasi dan sinkronisasi antara pengelola KPH dengan para

calon pemegang ijin pemanfaatan. Koordinasi dan sinkronisasi merupakan

bagian integral dari perencanaan pembangunanKPH. Proses koordinasi dan

sinkronisasi hendaknya dimusyawarahkan dan dikomunikasikan mulai dari

tingkat petak sampai dengan blok pengelolaan KPH. Koordinasi sangat

diperlukan untuk menyamakan visi dan misi pengelolaan serta menghindari

konflik antara pengelola dan pemegang ijin. Dengan proses koordinasidan

sinkronisasi demikian, maka tujuan pembangunan kehutanan di KPHL Model

Unit III Pohuwato yangdiselenggarakan dengan azas manfaat yang lestari,

kerakyatan, keadilan,keterbukaan dan ketepaduan dalam pencapaian tujuan

pengembanganekonomiterwujudkan.

Proseskoordinasi dilaksanakan oleh KPH mulai dari tingkat tapak (blok

dan petak) yang dikoordiniroleh kepala resort/kepala divisi.Untuk blok

pemberdayaan, blok inti/blok perlindungan KPH dapat mensosialisasikan

rencana program dan kegiatan tahunan dan lima tahunan ke tingkat desa

dan kecamatan dalam musrenbang tingkat desa/kecamatan melalui tenaga

pendamping lapangan. Usulan-usulan program dan kegiatan kampung sektor

kehutanan diakomodir dalam program dan kegiatan yang bersesuaian

dikoordinasikan dan disinkronisasikan dengan sektor lain agar tidak terjadi

tumpang tindih kegiatan dan penganggaran. Dengan proses koordinasi

teknis demikian diharapkan dapat terjadi integrasi program akomodatif dan

terpadu. Sedangkan untuk blok pemanfaatan, semua program KPH

disosialisasikan kepada para stakeholder yang berkepentingan

181
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

6.10. Koordinasi dan sinergi dengan instansi dan pemangku

kepentingan.

Pengembangan program bersama akan tercapai jika koordinasi dan

sinergi antar pihak berjalan dengan baik. Koordinasi dan sinergi mengambil

peran yang signifikan dalam mengontrol berjalan atau tidaknya pencapaian

program, baik di internal maupun di eksternal KPHL Model Unit III Pohuwato.

Koordinasi dan sinergi di internal lebih mengacu kepada standar operasional

prosedur (SOP) atau prosedur kerja yang ada saat ini, sedangkan koordinasi

dan sinergi di eksternal dapat dilakukan berdasarkan kesepakatan-

kesepakatan antar pihak. Bentuk koordinasi yang bisa dilakukan dapat

digambarkan pada gambar flowchart berikut ini.

Gambar 30. Bentuk koordinasi dan sinergi dalam pengelolaan KPHL Model
Unit III Pohuwato (diadopsi dari: Kartodihardjo dkk, 2012)

182
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Untuk menjamin koordinasi dan sinergi lebih baik, maka diperlukan

kegiatan antara lain:

(1) Membentuk kelembagaan kolaboratif yang melibatkan para pihak

Kelembagaan yang kolaboratif dan melibatkan para pihak seperti

masyarakat, pemerintah pusat, NGO/LSM dan pihak lain yang relevan,

merupakan langkah yang baik dan memudahkan koordinasi dan sinergi antar

pihak. Kelembagaan kolaboratif berdasarkan kesetaraan masing-masing

pihak dalam mengakomodir kepentingan dan keinginan bersama yang

tertuang dalam perencanaan bersama. Perencanaan dan implementasi

kegiatannya, juga harus dibangun berdasarkan kepentingan bersama

sehingga proses koordinasi dan sinergi terus berjalan.

(2) Membangun kolaborasi pengelolaan blok pemanfaatan dan blok

pemberdayaan antar pihak

Blok pemanfaatan dan pemberdayaan masyarakat merupakan bagian

yang harus menjadi perhatian dalam pengelolaan, karena ada interaksi

manusia pada wilayah tersebut. Disatu sisi, mengurangi tekanan terhadap

kawasan dan sisi yang lain bermanfaat langsung kepada masyarakat.

Pengelolaan blok pemanfaatan dan blok pemberdayaan masyarakat

diharapkan dapat menjembatani kepentingan semua pihak seperti investor

ataupun pihak swasta dengan masyarakat sehingga meredam konflik

sumber daya alam yang ada di masyarakat.

6.11. Penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM.

Pengelolaan kawasan KPHL Model Unit III Pohuwato sangat

membutuhkan dukungan dan kemampuan personil yang memadai.

Kapasitas personil menentukan berhasil tidaknya pengelolaan. Untuk itu

183
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

diperlukan pengembangan dan peningkatan bagi personil dari segi

pengetahuan berupa pendidikan, pelatihan-pelatihan penunjang berupa

keahlian pada bidang-bidang tertentu, dan penggalian informasi dari luar

yang dapat menambah pengalaman dan wawasan.Beberapa upaya yang

telah dilaksanakan dalam peningkatan kapasitas staf KPHL Model Unit III

Pohuwato saat ini, antara lain perbaikan jenjang pendidikan ke Strata-1

maupun S-2 yang dilakukan secara mandiri maupun program beasiswa.

Disamping itu, mengikut sertakan beberapa staf dalam program pendidikan

dan pelatihan, baik itu di Pusat atau Balai Diklat Kehutanan maupun ke

lembaga-lembaga lain serta menyertakan petugas untuk terlibat pada

berbagai program dan kegiatan di kabupaten yang terkait dalam upaya

pengelolaan KPH. Beberapa kegiatan jangka panjang dalam program

peningkatan kapasitas personil antara lain :

(1) Perbaikan jenjang pendidikan

(2) Pemetaan kompetensi

(3) Diklat SDM Pengelola KPH

(4) Pertukaran kunjungan staf pengelola

(5) Studi perbandingan

(6) Magang pegawai

6.12. Penyedian pendanaan.

Pendanaan pengelolaan KPHL Model Unit III Pohuwato dipenuhi dari

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), Anggaran Pendapatan

Belanja Negara (APBN). Pengelolaan KPHL Model Unit III Pohuwato yang

optimal membutuhkan dana yang cukup besar mengingat wilayah kelola

KPH sangat luas. Dana tersebut tidak mungkin dicukupi hanya dari

184
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

keuangan negara. Oleh karena itu, keterlibatan pihak lain seperti pemerintah

provinsi untuk menyediakan dana bagi KPHL Model Unit III Pohuwato

sebagai bagian dari desentralisasi kekuasaan politik, anggaran dan

administrasi bisa menjadi alternatif pendanaan. Cara pendanaan yang paling

mudah dilakukan untuk melengkapi dana APBN adalah bermitra dengan

LSM misalnya WWF, CI, FFI dan lain-lain yang sering mendapatkan bantuan

dana internasional untuk melakukan aktivitas konservasi di KPHL Model Unit

III Pohuwato

Pendanaan lainnya bisa dengan “menjual” kekayaan KPHL Model Unit

III Pohuwato. KPHL Model Unit III Pohuwato kaya akan ragam ekosistem

hutan yang mengandung keragaman hayati, potensi kayu, memiliki banyak

sumber mata air yang mengalir di dua provinsi dan dan juga mengandung

mineral sebagai wujud potensi sumber daya alam yang sangat tinggi. Namun

demikian potensi ini belum sepenuhnya digunakan secara optimal untuk

memperkuat pengelolaan KPHL Model Unit III Pohuwato, memberdayakan

masyarakat sekitar hutan, mengembangkan ekonomi wilayah. Beberapa

potensi yang dimiliki KPHL Model Unit III Pohuwato ini dapat dikembangkan

untuk bisa mendatangkan dana melalui mekanisme pembayaran jasa

lingkungan (payment for environmental services) seperti misalnya daya

serap karbon, keindahan landscape, perlindungan DAS dan tata air serta

kekayaan keragaman hayati. Daya serap karbon dapat diujudkan dengan

mekanisme pembayaran rehabilitasi dan restorasi ekosistem di areal yang

perlu direhabilitasi seperti bekas penyerobotan lahan, eks areal HPH yang

telah dibalak, bekas perambahan hutan, bekas kebakaran dan kerusakan

185
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

hutan lainnya. Skema perdagangan karbon juga bisa direalisasikan melalui

pengembangan program pengelolaan hutan berbasis masyarakat.

Pembayaran jasa lingkungan lainnya yang dapat dikembangkan adalah

konservasi keragaman hayati dan perlindungan tata air. KPHL Model Unit III

Pohuwato merupakan hulu banyak sungai dan anak sungai yang mengalir di

dua Kabupaten, Pohuwato dan Gorontalo. Kemungkinan pemanfaatan air

baku untuk masyarakat luas dan pengembangan perusahaan air minum

dalam kemasan juga layak untuk dipikirkan. Sumber lainnya mungkin dapat

diperoleh dari mengembangkan sumber pendapatan innovative, misalnya

pajak dari perusahaan yang melakukan pengambilan yang lestari hasil hutan

non-kayu dari blok tetentu di dalam kawasan KPHL Model Unit III Pohuwato.

Keragaman hayati, keunikan species flora dan fauna, keindahan bentang

alam dan sosial budaya masyarkat lokal dapat dikemas dalam paket wisata

yang memilik nilai tinggi. Produk-produk yang dihasilkan dari budidaya

masyarakat lokal juga dapat dikemas dan diberi label konservasi untuk

diperdagangkan di pasar hijau. Untuk mendukung program ini, dipersiapkan

kegiatan umum untuk jangka panjang yang mencakup

1. Membangun mekanisme penggalangan dana.

Proses dan skema pendanaan lain dapat ditempuh dengan penggalangan

bersama melalui mekanisme yang baik dan menguntungkan antar pihak.

Secara sederhana mekanisme ini dapat berupa aturan-aturan yang sangat

memungkinkan dilaksanakan dan tidak menyimpang dari regulasi yang

sudah disepakati bersama. Selain itu mekanisme ini juga dibangun diatas

kebijakan yang berlaku

186
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

2. Penyusunan proposal dukungan pendanaan

Proposal dukungan pendanaan terbangun berdasarkan kemampuan

KPHL Model Unit III Pohuwato saat ini dan dibandingkan dengan kekurangan

(gap) yang ada. Gap yang terjadi ini diupayakan sebagai langkah

penyusunan proposal untuk memperoleh dukungan pendanaan pihak lain. Di

beberapa pemberi dana biasanya melihat dana pendamping yang

dikeluarkan oleh pihak lain dalam implementasi program. Kekurangan yang

ada baru disusun melalui proposal yang diinginkan. Penyusunan proposal

dan mencari dukungan pendanaan dapat dilakukan dan bersama pihak-pihak

lain seperti konsultan ataupun NGO/LSM, BUMN, Swasta.

3. Membangun perencanaan program bersama

Perencanaan program bersama merupakan salah satu langkah

strategis dalam menyikapi penggalangan pendanaan bersama. Penyusunan

perencanan ini lebih melihat kerjasama dengan pihak lain di luar KPHL

Model Unit III Pohuwato, pihak lain tersebut berupa program-program di

pemerintah daerah (Pemda) melalui musyawarah perencanaan

pembangunan (Musrenbang) baik di tingkat desa maupun di kabupaten,

ataupun penyusunan program bersama NGO maupun pihak swasta yang

tertarik dan berminat dengan sesuatu issue ataupun obyek tertentu.

Penyusunan program ini akan berjalan dengan sharing pendanaan atau

sumber daya masing-masing pihak

6.13. Penyediaan sarana dan prasarana.

Dalam kegiatan pengelolaan, sarana dan prasarana berfungsi untuk

menunjang kelancaran kegiatan. Agar pengelolaan berjalan lebih efektif dan

efisien maka dukungan sarana dan prasarana yang memadai disesuaikan

187
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

dengan jenis dan jumlah kebutuhan yang diperlukan. Sarana dan prasarana

di KPHL Model Unit III Pohuwato terdiri dari sarana prasarana perkantoran

pada kesekretariatan Balai, Satuan Pengelolaan Wilayah, sarana prasarana

penunjang pengelolaan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, serta

sarana prasarana kegiatan dalam menunjang perlindungan dan pengamanan

kawasan.

Kelengkapan sarana dan prasarana yang diperlukan diperoleh dengan

pengadaan baru maupun pemeliharaan yang telah ada. Sarana prasarana

diperoleh dari pengusulan dalam setiap tahun anggaran kegiatan. Kebutuhan

sarana prasarana penunjang pengelolaan KPHL Model Unit III Pohuwato

mencakup :

1. Pembangunan Kantor KPHL Model Unit III Pohuwato.

2. Pembangunan rumah jabatan dan mess lapangan.

3. Pembangunan kantor resort lapangan berdasarkan fungsi kawasan

hutan, pondok kerja, pondok jaga dan pos jaga.

4. Pengadaan kendaraan roda 4 dan 2.

5. Peningkatan peralatan kantor.

6. Peningkatan perlengkapan kerja personil

7. Pengadaan peralatan komunikasi lapangan

8. Penyediaan sarana penunjang dan pelayanan pengelolaan ekowisata

9. Pembangunan mini hidro dan instalasi air bersih

10. Pemeliharaan, perbaikan dan rehabilitasi sarana dan prasarana

188
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

6.14. Pengembangan database.

Data base yang lengkap dan tidak kadaluwarsa sangat berguna untuk

pengambilan keputusan dalam pengelolaan KPHL Model Unit III Pohuwato.

Selain itu data base juga bermanfaat bagi pihak luar yang membutuhkan

informasi tentang KPHL Model Unit III Pohuwato seperti misalnya para

peneliti dari un

iversitas atau lembaga penelitian, LSM, instansi pemerintah dan

individu.

Oleh karena itu dalam organisasi KPHL Model Unit III Pohuwato,

sebaiknya dibuat unit khusus yang mengelola data base yang bertanggung

jawab dalam pengumpulan, penyimpanan, pengolahan dan penyajian data

ke dalam informasi yang siap digunakan. Data dan informasi dapat

dikumpulkan dari unit-unit pengelola di lapangan dan juga dari luar. Tentu

saja tidak setiap data dapat begitu saja diberikan untuk pihak luar. Dalam

pemberian atau pertukaran data dan informasi khususnya dengan pihak luar

harus diikat oleh standar operasional prosedur. Data yang dikumpulkan

dapat berupa analog atau manual (peta, dokumen, laporan, data penelitian

dan lain-lain), juga dapat berupa data digital (dokumen-dokumen, data GIS

dan data digital lainnya). Unit yang secara khusus mengelola data base ini

merupakan division support system atau pendukung sistem organisasi KPHL

Model Unit III Pohuwato yang diperlukan untuk pengambilan keputusan dari

tingkat KPH hingga hingga unit terkecil. Beberapa kegiatan pendukung

dalam membangun program ini antara lain:

1. Pelatihan staf data base.

2. Penyiapan perangkat data base

189
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

3. Penyusunan dan pengelolaan sistem data base

4. Membangun manajemen sistem pusat informasi

6.15. Rasionalisasi wilayah kelola.

Pengelolaan KPHL Model Unit III Pohuwato dimasa yang akan datang

menghadapi tantangan yang berat. Tantangan terberat adalah bertambahnya

populasi penduduk sekitar kawasan KPH yang dapat mempengaruhi

ekosistem hutan di KPHL Model Unit III Pohuwato. Hal ini menuntut pihak

pengelola KPH untuk melakukan kalkulasi yang scientific based yang dapat

dipertanggungjawabkan. Rasionalisasi pengurusan wilayah kelola mencakup

2 aspek yaitu: 1) aspek fisik (kawasan) yang mencakup aspek silvikultur, tata

guna hutan, eksplorasi potensi dan lainnya dan 2) aspek non teknis yang

meliputi rasionalisasi kelembagaan wilayah kelola hutan mulai dari tingkat

blok sampai dengan tingkat petak (organisasi, kewenangan dan personil)

Rasionalisasi wilayah kelola dari aspek fisik merupakan bentuk

penilaian kembali terhadap kawasan blok atau petak pemanfaatan dan

penggunaan kawasan hutan yang mengalami perubahan. Misalnya jika blok

pemanfaatan kayu pada hutan alam sudah tidak memiliki potensi yang

signifikant maka perlu dirasionalisasi ke bentuk wilayah kelola lain misalnya

diarahkan ke pemanfaatan kayu hutan tanaman. Perubahan wilayah kelola

juga akan mempengaruhi operasional personil dilapangan

6.16. Review Rencana Pengelolaan (minimal 5 tahun sekali).

Review rencana pengelolaan 5 tahun merupakan kegiatan evaluasi terhadap

rencana kegiatan yang telah dilakukan selama 5 tahun. Review rencana

pengelolaan dilakukan mulai dari tingkat blok pengelolaan sampai dengan

petak pengelolaan. Maksud dilakukannya review terhadap rencana

190
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

pengelolaan adalah untuk mewujudkan tatanan pengelolaan hutan secara

efisien dan lestari, melalui evaluasi terhadap seluruhkegiatan di unit-unit

pengelolaan hutan tingkat tapak (blok dan petak), dan membentuk lembaga

pengelola yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pengurusan

hutan mencakup penyelenggaraan kehutanan, pengelolaan hutan, penelitian

dan pengembangan, pendidikan dan latihan serta penyuluhan dan

pengawasan. Adapun tujuan dari dilaksanakan kegiatan ini adalah :

1. Mengetahui dan menganalisis semua data dasar yang dipergunakan

dalam proses perencanaan terkait dengan pengelolaan kawasan

hutan di KPHL Model Unit III Pohuwato.

2. Mengevaluasi efektivitas tata guna kawasan hutan di KPHL Model

Unit III Pohuwatodan kemungkinan untuk menggali potensi kawasan

hutan lainnya yang dikembangkan.

3. Membuat arahan terbentuknya blok pengelolaan/resort yang baru

sesuai dengan potensi di KPHL Model Unit III Pohuwato.

4. Menganalisis kinerja organisasi KPHL Model Unit III Pohuwatodi

tingkat tapak (Blok dan tapak) dan dinamika kelembagaan KPHL

Model Unit III Pohuwato

6.17. Pengembangan investasi.

Pengembangan investasi berguna untuk mewujudkan

kesejahteraan rakyat melaluikegiatan pembangunan yang dilakukan

atas dasar prinsip saling menguntungkan, nyata dan bertanggung jawab,

akuntable, transparandan demokratis.Hal ini sesuai dengan prinsip

pengelolaan investasi yang dianut yaitutransparancy participation, quick

disbursement accountability sustainability dansimplicity.

191
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Konsistensi pada prinsip ini akan menjadi daya tarik sendiri dalam

proses percepatan investasi di KPHL Model Unit III Pohuwato. Berdasarkan

pengalaman dalam berbisnis sumberdaya alam yang saling menguntungkan,

pola kemitraan dalam berinvestasi di KPHL Model Unit III Pohuwato

merupakan pola yang tepat. Prosedur kemitraan yang dianut dalam

pengembangan investasi di KPHL Model Unit III Pohuwato adalah

memposisikan KPH, menjadi fasilitator danadministrator pengelolaan

pembangunan di KPH. Kemitraan dalammembangun investasi di KPHL

Model Unit III Pohuwato sangat penting untuk dilakukan mengingat dua hal:

1. Kemitraan merupakan wujud nyata dari partisipasi masyarakat dan

swastadalam proses pembangunan.

2. Kemitraan merupakan cara efektif untuk mengefisienkan belanja

KPHL Model Unit III Pohuwato disektor pembangunan.

Adapun pengembangan investasi di KPHL Model Unit III Pohuwato

diarahkan pada sektor sebagai berikut

1. Pengembangan investasi pada hasil hutan bukan kayu/jasa

lingkungan

Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)/jasa lingkungan

mempunyai peluang yang cukup besar dan menjanjikan serta

kompetitif di wilayah KPHL Model Unit III Pohuwato. HHBK/Jasling

merupakan sumber bahan pangan (alternatif), sumber bahan obat-

obatanan, penghasil serat, penghasil getah-getahan dan benda-benda

hayati, non hayati dan turunannya, serta jasa yang berasal dari hutan

yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut

192
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

sejalan dengan kebijakan nasional dalam mengembangkan dan

meningkatkan produksi HHBK. Berdasarkan Peraturan Menteri

Kehutanan No P.35/Menhut-II/2007 telah ditetapkan jenis-jenis HHBK

yang terdiri dari 9 kelompok HHBK yang terdiri dari 557 spesies

tumbuhan dan hewan. Untuk memberikan arah, kebijakan serta

gambaran pengembangan HHBK kepada pelaku usaha, para pihak

dan masyarakat yang akan mengembangkan usaha HHBK telah

diatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.19/Menhut-

II/2009 tentang Strategi Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu

Nasional. Penyusunan Grand Strategi ini sekaligus sebagai acuan

mulai dari perencanaan sampai pasca panen bagi pelaku usaha, para

pihak dan masyarakat luas dalam pengembangan HHBK. Sebagai

acuan dalam penetapan jenis HHBK unggulan serta menyamakan

pemahaman dan langkah dalam upaya pengembangan HHBK untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat telah diatur dalam Peraturan

Menteri Kehutanan Nomor P.21/Menhut-II/2009 tentang Kriteria dan

Indikator Penetapan Jenis Hasil Hutan Bukan Kayu Unggulan.

Penetapan kriteria dan indikator tersebut bertujuan tersedianya jenis-

jenis HHBK unggulan yang akan dikembangkan secara lebih terfokus

dan terarah menjadi komoditas yang mempunyai nilai ekonomi tinggi

baik di tingkat nasional maupun daerah.

Adapun bentuk investasi HHBK di KPH adalah

a. Pemanfaatan air untuk pembangkit listrik mikro hidro (PLTMH)

b. Pemanfaatan ekowisata

c. Pengembangan REDD

193
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

d. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu

2. Investasi Hutan Tanaman Rakyat.

Hutan Tanaman Rakyat yang selanjutnya disingkat HTR adalah hutan

tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok

masyarakat untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi

dengan menerapkan silvikultur dalam rangka menjamin kelestarian

sumber daya hutan (PP 6/2007)

Sejalan dengan reforma agraria yang telah diwacanakan Departemen

Kehutanan telah merespon dengan upaya memberikan akses lebih

kepada masyarakat dalam memberikan akses lebih kepada

masyarakat dalam HTR juga telah dipayungi produk hukum. Peraturan

Pemerintah (PP) No. 6/2007 telah mengatur tentang HTR khususnya

pasal 40 dan 41. Pada pasal ini diatur mengenai penatapan areal

untuk HTR, akses ke lembaga keuangan, dan penetapan harga dasar

kayu HTR untuk melindungi dan memberikan akses pasar kepada

masyarakat.

Konsep pemberian akses yang lebih luas kepada masyarakat dalam

pembangunan hutan tanaman, disusun dari proses pembelajaran

Departemen Kehutanan atas program maupun proyek Pemberdayaan

Masyakat yang selama ini ada, misalnya program Bina Desa, program

kemitraan seperti Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat

(PHBM)/Mengelola Hutan Bersama Masyarakat (MHBM)/Hutan

Rakyat Pola Kemitraan (HRPK) oleh HPH/IUPHHK-HA/HT, proyek-

proyek kerjasama teknik luar negeri seperti Social Forestry Dephut-

GTZ di Sanggau Kalimantan Barat, Multistakeholders Forestry

194
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Programme Dephut-DFID dan beberapa proyek pemberdayaan

masyarakat yang ada di Departemen Kehutanan. Hasil pembelajaran

tersebut memberikan kerangka filosofis atas pemberdayaan ekonomi

masyarakat untuk mengatasi kemiskinan melalui pemberian akses

yang lebih luas ke hukum (legalitas), ke lembaga keuangan dan ke

pasar. Selain kerangka filosofisnya, diperoleh pula prinsip-prinsip

pemberdayaan masyarakat (the principles) yaitu :

1. Prinsip pertama adalah masyarakat mengorganisasikan dirinya

berdasarkan kebutuhannya (people organized themselves based

on their necessity) yang berarti pemberdayaan hutan beserta

masyarakatnya ini bukan digerakkan oleh proyek ataupun bantuan

luar negeri karena kedua hal tersebut tidak akan membuat

masyarakat mandiri dan hanya membuat “kebergantungan”

masyarakat.

2. Prinsip kedua adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat harus

bersifat padat karya (labor-intensive) sehingga kegiatan ini tidak

mudah ditunggangi pemodal (cukong) yang tidak bertanggung

jawab.

3. Prinsip ketiga adalah Pemerintah memberikan

pengakuan/rekognisi dengan memberikan aspek legal sehingga

kegiatan masyarakat yang tadinya informal di sektor kehutanan

dapat masuk ke sektor formal ekonomi kehutanan/ekonomi lokal,

nasional dan global sehingga bebas dari pemerasan oknum

birokrasi dan premanisme pasar.

195
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

3. Pengembangan investasi kayu di hutan alam

Bisnis kayu adalah salah satu bisnis jangka panjang dengan

kemungkinan keuntungan yang sangat tinggi, selama beberapa abad

terakhir permintaan kayu selalu meningkat seiring dengan

meningkatnya populasi dunia. Perubahan ekonomi seperti China dan

India yang sekarang menjadi negara konsumen (consumer market)

dalam beberapa tahun terakhir karena hal tersebut dampaknya pada

pasar kayu yang semakin meningkat. Hal ini mengkonfirmasi bahwa

ada hubungan antara pertambahan populasi dengan permintaan kayu.

Tidak ada prediksi adanya penyusutan permintaan kayu dengan

melihat penduduk dunia dalam 30-60 tahun mendatang. Di sisi lain

tidak ada keraguan bahwa produksi dari hutan alam tropis akan

menurun, menurut REDD dikarenakan adanya insentif untuk tidak

menebang kayu dari Badan Organisasi Dunia, penegakan hukum,

reboisasi. Tetapi pelestarian hutan di seluruh dunia tidak akan bisa,

karena volume dan penanaman tidak akan mampu mengimbangi

permintaan seiring dengan cepatnya pertambahan populasi dunia,

sebab kompensasi penanaman hutan bisa dipanen dalam jangka

waktu 25-30 tahun. Kayu adalah komoditas terbesar ketiga yang

diperdagangkan di dunia setelah minyak mentah dan gas ( € 200

milyar/ tahun). Disaat produksi gas mentah menjadi langka, banyak

peluang berinvestasi di bidang kehutanan. Index Harga Komoditas

Bank Dunia menunjukkan, bahwa hanya ada 3 komoditi yang

meningkat nilai jualnya selama kurun waktu 10, 20, dan 100 tahun

terakhir: Emas, Minyak dan Kayu. Walaupun emas saat ini masih

196
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

memiliki kinerja yang sangat bagus, akan tetapi kinerja Emas tidak

terlalu baik pada rentang waktu yang panjang yaitu, antara tahun 1979

sampai 2004. Serta harga minyak cenderung sering berfluktuasi

karena spekulasi di masa yang akan datang. Perbandingan HTRG

menggarisbawahi, investasi kayu dengan kualitas terbaik

mengalahkan performa S & P 500 dalam setengah abad terakhir, baik

dari segi keuntungan maupun volatilitas. Dan portofolio yang

digabungkan dengan kayu bekerja lebih baik dari pada portofolio

tanpa kayu. Seiring waktu, kayu tumbuh dengan bertambahnya

volume; volume yang bertambah ini tumbuh menjadi beberapa

kategori yang berharga (dari biomassa mejadi HTI-Hutan Tanaman

Industri kayu yang sudah digergaji menjadi kayu lapis) dan setiap unit

dari kategori tersebut anda dapat menikmati kenaikan harga dalam

jangka waktu yang lama. Ketika seseorang beternak domba dia akan

mendapatkan anak domba secara terus menerus dari waktu ke waktu,

tetapi mereka tidak akan berubah menjadi sapi dan harga domba

mungkin akan tetap. Emas tidak akan berubah menjadi platinum

ataupun bertambah beratnya). Kayu adalah satu satunya investasi

yang tumbuh dengan sendirinya, yang tumbuh secara alami, dan tidak

terpengaruh terhadap setiap situasi ekonomi. Oleh karena itu saham

kayu cenderung dalam performa terbaik ketika saham dan obligasi

umumnya mengalami depresi. Dan bahkan harga kayu tidak terlalu

berpengaruh oleh kemerosotan ekonomi dibandingkan kebanyakan

aset lainnya.

197
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Berdasarkan perspektif di atas maka usaha pengembangan investasi

kayu di KPHL Model Unit III Pohuwato memiliki prospek yang cerah.

Prinsip dasar yang dianut oleh KPHL Model Unit III Pohuwato dalam

pengembangan investasi kayu adalah:

1. Investasi kayu harus ditujukan untuk kesejahteraan rakyat sekitar

hutan khususnya dan rakyat Kabupaten Pohuwato secara umum

2. Investasi kayu harus dilakukan dengan prinsip-prinsip pengelolaan

hutan lestari.

Dengan demikian maka arahan pengembangan investasi kayu di

KPHL Model Unit III Pohuwato adalah

1. Pengembangan hutan tanaman rakyat sebagai bentuk

pemberdayaan kepada masyarakat sekaligus pro kepada

kesejahteraan rakyat

2. Pengembangan hutan kayu pada hutan alam melalui pemberian

ijin kepada masyarakat/koperasi dan pengembangan investasi

melalui restorasi ekosistem sebagai wujud dari pengelolaan hutan

secara lestari

6.18. Kegiatan lain yang relevan.

1. Perlindungan Kawasan dari Aktivitas Illegal

Perlindungan kawasan dilakukan dalam rangka pengamanan

kawasan dari berbagai bentuk ancaman terhadap kelestarian kawasan.

Ancaman perlindungan kawasan dapat berasal dari proses alam dan aktifitas

manusia. Gangguan keamanan kawasan terbesar adalah akibat dari aktifitas

manusia dapat berupa perambahan kawasan, penyerobotan lahan,

pencurian kayu, penambangan emas tanpa ijin di dalam kawasan, perburuan

198
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

atau penangkapan satwa liar, perusakan fasilitas dan lain-lain. Usaha

pencegahan dan penanggulangan gangguan dilaksanakan sesuai dengan

bentuk gangguannya.

Pencegahan dilakukan sebagai langkah awal untuk tidak munculnya

gangguan kawasan dari aktifitas yang bersifat illegal. Yang lebih diutamakan

dalam pencegahan adalah pendekatan terhadap masyarakat yang berada di

sekitar kawasan agar timbul suatu pemahaman bahwa perlindungan

kawasan menjadi tanggung jawab bersama. Disamping pencegahan,

perlindungan kawasan dilakukan dengan penanggulangan apabila terjadi

pelanggaran hukum di dalam kawasan. Kegiatan penanggulangan dilakukan

dengan melibatkan aparat pemerintah setempat bersama-sama dengan

aparat penegak hukum lainnya.

Pengamanan kawasan dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan

dalam bentuk dan pelaksanaan yang berbeda-beda. Untuk mendukung

program ini, beberapa kegiatan umum untuk jangka panjang dapat ditempuh

dengan :

1. Patroli rutin.

2. Operasi illegal logging

3. Operasi illegal mining/ PETI

4. Operasi perambahan kawasan

5. Operasi perladangan liar

6. Operasi perburuan satwa liar

7. Operasi mandiri dan gabungan

8. Koordinasi perlindungan dan pengamanan

199
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

2. Penyuluhan kehutanan

Proses penyampaian informasi kepada masyarakat dapat dilakukan

dengan penyuluhan kehutanan. Proses penyuluhan kehutanan adalah

proses pengembangan pengetahuan, sikap dan prilaku kelompok

masyarakat sasaran agar mereka tahu, mau dan mampu memahami,

melaksanakan dan mengelola usaha-usaha kehutanan untuk meningkatkan

pendapatan dan kesejahteraan, sekaligus mempunyai kepedulian dan

berpartisipasi aktif dalam pelestarian hutan dan lingkungannya.

Melalui proses penyuluhan yang diperoleh, masyarakat mendapat

pemahaman dari tidak tahu menjadi tahu akan pentingnya menjaga keutuhan

kawasan hutan, sehingga masyarakat mampu melakukan aktifitas sebagai

pemenuhan kebutuhan hidup dengan menerapkan kegiatan alternatif yang

ditawarkan tanpa menimbulkan dampak yang negatif terhadap kelestarian

sumber daya hutan. Penyuluhan sebaiknya dilakukan pada waktu yang tepat

dan materi yang singkat dan mudah dimengerti oleh masyarakat.

Pelaksanaan program penyuluhan kehutanan dapat dilakukan melalui

kegiatan sebagai berikut :

1. Penyusunan program penyuluhan

2. Sosialisasi peraturan perundangan

3. Sosialisasi kawasan konservasi

4. Fokus group diskusi

5. Anjangsana

200
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

BAB VII.
PEMBINAAN, PENGAWASAN
DAN PENGENDALIAN.
7.1. Pembinaan

Pembinaan adalah kegiatan untuk memberikan pedoman dalam

perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian agar KPHL Model Unit III

Pohuwato dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara berdaya guna

dan berhasil guna. Pembinaan dilakukan terhadap sumber daya manusia

pelaksana pengelolaan dan masyarakat di sekitar kawasan KPHL Model Unit

III Pohuwato. Dalam rangka pembinaan tersebut perlu dilakukan upaya-

upaya sebagai berikut :

a. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia pengelola KPHL

Model Unit III Pohuwato dalam penyelenggaraan kegiatan pengelolaan

KPHL Model Unit III Pohuwato, baik berupa pendidikan formal ke

jenjang yang lebih tinggi maupun pendidikan non formal berupa

pendidikan dan pelatihan lainnya yang dapat meningkatkan

penguasaan ilmu pengetahuan dan keahlian guna mendukung jalannya

pengelolaan.

b. Terbentuknya suatu kondisi yang dapat menguatkan kerangka

semangat kerjasama diantara pihak pengelola, SKPD, mitra dan

masyarakat dalam pelaksanaan pengelolan KPHL Model Unit III

Pohuwato.

c. Pengembangan sistem informasi yang baik agar dapat menyajikan hal-

hal baru yang bermanfaat bagi semua pihak di dalam pengelolaan.

201
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

d. Pembinaan dalam rangka meningkatkan kesadaran dan pemahaman

masyarakat mengenai arti pentingnya pengelolaan kawasan KPHL

Model Unit III Pohuwato, mengingat masyarakat di sekitar kawasan

KPHL Model Unit III Pohuwato merupakan bagiandari pengelolaan. Hal

ini dapat dilhat dari adanya pembagian peran terhadap masyarakat.

7.2. Pengawasan

Pengawasan adalah seluruh proses kegiatan penilaian terhadap

kinerja KPHL Model Unit III Pohuwato agar dapat melaksanakan tugas dan

fungsinya dengan baik. Pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan

KPHL Model Unit III Pohuwato dilakukan oleh pihak internal pengelola

maupun para pihak yang berkompeten dan dilakukan secara langsung agar

pelaksanaan pengelolaan sesuai dengan perencanaan yang dibuat. Maksud

dan tujuan pengawasan adalah untuk menjamin kelancaran pelaksanaan

kegiatan sesuai dengan rencana pengelolaan.

Fungsi dari pengawasan dalam hal ini adalah sebagai penghimpun

informasi yang nantinya bermanfaat dalam penilaian, sehingga dapat

diketahui perubahan-perubahan yang terjadi terhadap fungsi dan kelestarian

kawasan KPHL Model Unit III Pohuwato serta perubahan pada sosial

ekonomi masyarakat. Disamping sebagai penghimpun informasi,

pengawasan juga dapat berfungsi pemeriksaan terhadap ketepatan dan

kesesuaian sasaran pengelolaan. Pada pemeriksaan dimungkinkan

dilakukannya perubahan-perubahan terhadap sasaran dan program yang

tidak tepat.

202
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

7.3. Pengendalian

Pengendalian adalah segala upaya untuk menjamin dan mengarahkan

agar kegiatan yang dilaksanakan dapat mencapai sasaran sesuai dengan

rencana yang telah ditetapkan. Didalam instansi pemerintahan, pengaturan

pengendalian terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor : 60 Tahun 2008

Tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Sistem Pengendalian

Intern (SPI) menurut peraturan ini adalah proses yang integral pada tindakan

dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan

seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya

tujuan organisasi yang efektif dan efisien, kehandalan pelaporan keuangan,

pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-

undangan. Sedangkan yag dimaksud dengan Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah (SPIP) adalah Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan

secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintahan

daerah. Unsur Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terdiri dari lingkungan

pengendalian, penilaian resiko, kegiatan pengendalian, informasi dan

komunikasi dan pemantauan pengendalian intern. Kegiatan pengendalian

yang diterapkan dalam suatu instansi pemerintah dapat berbeda dengan

pengendalian yang diterapkan pada instansi pemerintah lain. Perbedaan

penerapan ini antara lain disebabkan oleh perbedaan visi, misi,lingkungan,

sejarah dan latar belakang budaya dan resiko yang dihadapi oleh instansi itu

sendiri.

Untuk menjadikan pengelolaan KPHL Model Unit III Pohuwato berjalan

dengan baik sesuai dengan perencanaan, tersedianya informasi yang

terbuka pada tingkat manajemen KPHL Model Unit III Pohuwato, mitra

203
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

pengelolaan, pemerintah daerah dan masyarakat, maka perlu dilakukan

pengendalian pada unit pengelola sehingga tujuan dari pengelolaan tercapai

dan menjamin seluruh proses pengelolaan berjalan sesuai dengan aturan

yang berlaku. Lingkup pengendalian dilakukan pada tingkat pimpinan

manajemen KPHL Model Unit III Pohuwato sampai kepada pelaksana di

lapangan sehingga tanggung jawab didalam pelaksanaan pengelolaan

berjalan berdasarkan prosedur operasional dan tata kerja organisasi KPHL

Model Unit III Pohuwato.

7.4. Organisasi Pembina, Pengawas dan Pengendali Kinerja KPHL

Untuk melihat keefektifan pembinaan, pengawasan dan

pengendalikinerja pengelolaan KPHL III Pohuwato maka salah satu satunya

bisa dikaji melalui pola interaksi antar institusi. Interaksi yang dimaksud

adalah pola koordinasi yang dilakukan oleh para pihak. Hal ini sesuai dengan

pendapat Uphoff (1986) yang menyatakan bahwa kinerja suatu institusi

dapat diukur melalui bagaimana institusi dapat menyelesaikan tugas

pokoknya antara lain dengan koordinasi. Identifikasi interaksi stakeholder

dilakukan dengan metode 4R’s (Rights, Responsibility, Reward dan

Relationship). Pola interaksi ini hanya dibatasi pada stakeholder kunci yang

mempunyai pengaruh dan kepentingan tinggi terhadap pengelolaan KPHL

Model Unit III Pohuwato. Mengacu kepada kajian SWOTyang telah

diungkapkan sebelumnya stakeholder kunci dalam pengelolaan KPHL

adalah sebagai berikut:

204
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Tabel39. Peranan Stakeholder dalam pembinaan, pengawasan dan


pengendalian kinerja Pembangunan KPHL
Rencana Kegiatan Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo
BAPPEDA Provinsi, BPKH
BAPPEDAPohuwato, Dinas
Wilayah XV Gorontalo, Dinas
KegiatanTata Hutan Kehutanan dan Pertambangan
Kehutanan dan Pertambangan
Energi, DPRD, Kepala Desa
Energi Provinsi, DPRD Propinsi
Kegiatan Dinas Kehutanan dan
Dinas Kehutanan dan
pemanfaatan HHBK Pertambangan Energi, PDAM,
Pertambangan Energi, BP-DAS
dan Jasa LSM/NGO lingkungan, BLH,
Bone Bolango, DPRD Propinsi
Lingkungan DPRD, Kepala Desa
Dinas Kehutanan dan Dinas Kehutanan dan
Kegiatan
Pertambangan Energi, Pertambangan Energi Provinsi,
pemanfaatan hasil
LSM/NGO lingkungan, DPRD, BP-DAS Bone Bolango,
hutan kayu HA
BLH Kepala Desa BALIHRISTI, DPRD Propinsi
Dinas Kehutanan dan
Dinas Kehutanan dan
Kegiatan Pertambangan Energi, Dinas
Pertambangan Energi Provinsi,
Pemberdayaan Pertanian, Perkebunan dan
BP-DAS Bone Bolango,
Masyarakat Tanaman, Pangan, Dinas PU
BALIHRISTI, DPRD Propinsi
dan Kepala Desa

Berdasarkan hasil identifikasi seperti pada tabel di halaman sebelumnya

maka stakeholder yang berperan dalam pembinaan,pengawasan dan

pengendalian KPHL Model Unit III Pohuwato adalah stakeholder subyek,

stakeholder kuncidan stakeholder pendukung.Kelompok stakeholder subyek

adalah stakeholder yang terkena langsung baik positif maupun negatife oleh

suatu rencana atau proyek serta mempunyai kaitan kepentingan langsung

dengan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian KPHL Model

Unit III Pohuwato. Stakeholder yang termasuk dalam kelompok ini meliputi

kepala desa dan masyarakat lokal. Kelompok stakeholder kunci adalah

kelompok yang memiliki kewenangan dalam hal pengambilan keputusan.

Dalam penyusunan dokumen,stakeholder kunci diidentifikasi berdasarkan

kewenangannya dalam mengambil keputusan terkait dengan proses

pengelolaan KPHL. Stakeholder yang termasuk dalam kelompok ini adalah,

Kementerian kehutanan, Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XV,

Dinas Kehutanan dan Pertambangan Energi Pohuwato dan Provinsi

205
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Gorontalo, Kepala KPHL Model Unit III Pohuwato DPRD Pohuwato, Badan

Lingkungan Hidup. Sedangkan stakeholder pendukung adalah stakeholder

yang tidak memiliki kepentingan langsung terhadap proyek tapi memiliki

kepedulian. Mereka dapat menjadi intermediaries atau fasilitator dalam

proses dan cukup berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Kelompok

yang termasuk dalam stakeholder ini adalah Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Dinas Pekerjaan Umum, Badan

Lingkungan Hidup, Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan, Dinas

Transmigrasi dan Tenaga Kerja, Badan Penyuluh Pertanian, PDAM,

perguruan tinggi, LSM dan Lembaga Donor. Adapun pembagian hak dan

kewajiban stakeholder dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel40. Bentuk dan interaksi antar stakeholder dalam proses pembinaan,


pengawasan dan pengendalianKPHL Model Unit III Pohuwato
Stakeholder Rights Responsibility Rewards Relationship

Subyek • Menikmati • Ikut memelihara • Meningkatnya • Terlibat dalam


sumberdaya dan menjaga
kesejahteraan kegiatan
yang kawasan hutan
dihasilkan dari gangguan masyarakat di teknis
oleh KPHL dan perusakan
dalam dan disekitar kehutanan
MODEL UNIT • Melakukan
III pengawasan kawasan KPHL melalui
POHUWATO terhadap
MODEL UNIT III dukungan
• Memperoleh pelaksanaan
izin pembangunan POHUWATO tenaga kerja
pemanfaatan kehutanan
• Mendapatkan • Dapat
• Mengetahui • Melakukan
rencana kegiatan teknis keuntungan menyiapkan
peruntukkan yang menunjang dengan penjualan dukungan
hutan, pemanfataan
pemanfaatan KPHL MODEL hasil hutan bukan dana
hasil hutan UNIT III
kayu • Menyediakan
• Memberi POHUWATO
informasi dan • Mendapatkan informasi
pertimbangan
pengetahuan baru yang
dalam
pengelolaan melalui kegiatan berkaitan
KPHL Model riset dengan
Unit III
Pohuwato pengelolaan
KPHL
MODEL UNIT

206
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

III
POHUWATO
Kunci • Memberi dan • Melakukan • Meningkatnya PAD • Menyiapkan
mencabut izin pengelolaan
norma,
pemanfaatan hutan secara • Terwujudnya visi
• Melakukan lestari misi organisasi standar,
pengelolaan • Melaksanakan pedoman dan
• Menikmati kualitas
terhadap kewenangan
kawasan otonomi daerah lingkungan hidup kriteria
KPHL dalam rangka
yang dihasilkan pengelolaan
MODEL UNIT pelaksanaan
III tugas oleh KPHL MODEL KPHL MODEL
POHUWATO desentralisasi
UNIT III UNIT III
• Melakukan dibidang
pengawasan, kehutanan POHUWATO POHUWATO
penilaian dan • Melaksanakan
• Menyiapkan
memfasilitasi kebijakan
program pengelolaan dukungan
KPHL MODEL
dana
UNIT III
POHUWATO
• Berupaya
mewujudkan
program
pemulihan
kawasan KPHL
MODEL UNIT
III POHUWATO
• Memberi
dukungan
penuh terhadap
segala bentuk
kegiatan
pengelolaan
hutan

207
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

BAB VIII
PEMANTAUAN, EVALUASI DAN
PELAPORAN
Dalam pengelolaan KPHL Model Unit III Pohuwato pemantauan dan

evaluasi kegiatan merupakan hal yang sangat penting dilakukan agar seluruh

kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan target yang

ditetapkan. Kegiatan pemantauan, evaluasi dan pelaporan dimasudkan untuk

melihat sejauh mana tingkat pencapaian dan keberhasilan dari suatu

pengelolaan yang dilaksanakan.

Pemantauan adalah kegiatan pengamatan secara terus menerus

terhadap pelaksanaan suatu tugas dan fungsi satuan organisasi. Kegiatan

pemantauan yang dilanjutkan dengan evaluasi dapat dilakukan oleh unsur

internal KPHL Model Unit III Pohuwato maupun unsur eksternal baik oleh

instansi pemerintah maupun masyarakat. Pemantauan atau monitoring

terhadap jalannya pengelolaan kawasan dilaksanakan oleh KPHL Model Unit

III Pohuwato bersama-sama dengan instansi terkait dan pihak Lembaga

Swadaya Masyarakat sebagai mitra. Pemantauan dilaksanakan dengan

melakukan penilaian terhadap seluruh komponen pengelolaan. Hasil yang

diperoleh dari pemantauan akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan

dalam evaluasi pengelolaan. Jangka waktu pemantauan dapat dilakukan

secara berkala Evaluasi dilakukan dengan melihat ukuran kuantitatif dan

kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan, yang

dikategorikan kedalam kelompok masukan (inputs), keluaran (outputs) , hasil

208
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

(outcomes), dan manfaat (benefits). Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi

mencakup :

1. Pemantauan dan evaluasi oleh internal KPHL Model Unit III Pohuwato.

2. Pemantauan dan evaluasi oleh institusi lain.

3. Pemantauan dan evaluasi oleh masyarakat.

Evaluasi keberhasilan program pengelolaan KPHL Model Unit III

Pohuwato dapat diukur dari :

1. Tingkat perambahan terhadap kawasan KPHL Model Unit III

Pohuwato semakin menurun.

2. Timbulnya kesadaran dan meningkatnya peran aktif masyarakat

terutama yang disekitar kawasan untuk menjaga dan melindungi

kawasan KPHL Model Unit III Pohuwato dari gangguan keamanan

kawasan serta berkembangnya nilai-nilai kearifan lokal masyarakat

dalam mendukung pengelolaan kawasan.

3. Berhasilnya program pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan

sebagai upaya alternatif dalam peningkatan perekonomian

masyarakat.

4. Meningkatnya pengelolaan kawasan oleh seluruh stakeholder terkait

yang memiliki kepedulian terhadap kawasan KPHL Model Unit III

Pohuwato yang dimulai dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,

KPHL Model Unit III Pohuwato sebagai Unit Pelaksana Teknis

pengelolaan dan pihak mitra pendukung.

5. Tersedianya datadan informasi mengenai potensi kawasan Pelaporan

merupakan bentuk pertanggungjawaban kegiatan mulai dari

perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, monitoring dan evaluasi.

209
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Pada instansi pemerintah, pelaporan seluruh kegiatan yang

dilaksanakan disampaikan dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah (LAKIP). Pelaporan kinerja dimaksudkan untuk

mengkomunikasikan capaian kinerja dari suatu instansi pemerintah

dalam satu tahun anggaran, yang dikaitkan dengan pencapaian tujuan

dan sasarannya. Penyampaian laporan disampaikan kepada pihak

yang memiliki hak atau yang berkewenangan meminta keterangan

atau pertanggungjawaban.

Pada kegiatan pelaporan, KPHL Model Unit III Pohuwato melaporkan

hasil akhir dari seluruh kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh KPHL

Model Unit III Pohuwato sesuai dengan fungsi dan tugasnya secara berkala.

Acuan yang digunakan dalam pelaporan adalah berdasarkan standar

prosedur operasional yang berlaku. Pelaporan disusun dengan mengacu

kepada Prosedur Kerja KPHL Model Unit III Pohuwato. Tahapan dari

penyampaian laporan dimulai dari penyiapan format laporan, penyusunan

bahan laporan dan resume telaahan bahan laporan sampai ke pada tahap

penyusunan Laporan Bulanan, Laporan Triwulanan, Laporan Semesteran,

dan Laporan Tahunan. Seluruh laporan yang telah tersusun ditandatangani

oleh Kepala KPH dan disampaikan kepada Kepala Dinas Kehutanan

Pertambangan dan Energi Kabupaten Pohuwato

210
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

BAB IX
PENUTUP

Rencana pengelolaan jangka panjang KPHL Model Unit III Pohuwato ini

merupakan pedoman dan arahan pelaksanaan pengelolaan yang masih

bersifat makro dan indikatif. Karena sifat dan cakupan dari rencana ini, maka

untuk selanjutnya masih diperlukan penjabaran lebih lanjut ke dalam

rencana-rencana yang lebih rinci dan cakupan masa perencanaannya

pendek.

Rencana pengelolaan yang telah disusun ini diharapkan dapat

dipedomani dengan baik, diaplikasikan secara konsisten serta terus

dimonitor pencapaian pelaksanaanya. Perlu disadari bahwa masa

perencanaan ini cukup panjang sedangkan kebijakan pemerintah akan terus

berubah dan mengarah kepada perbaikan-perbaikan di masa yang akan

datang. Review terhadap rencana ini perlu terus dilakukan agar tetap sinkron

dengan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah

211
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

LAMPIRAN

212
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Tabel 41.Rencana Program dan Kegiatan Selama 10 Tahun di Blok Inti


No Program Kegiatan OUTPUT WAKTU RENCANA BIAYA
2013-2017 2018-2022
1 Inventarisasi kawasan Inventarisasi potensi Tersedianya data Rp. 600.000.000
blok inti dan tata hutan pada kawasan blok base potensi hutan
batas kawasan pada inti pada blok inti
KPHL unit III Tata batas dan Selesainya tata batas Rp. 1.500.000.000
Pohuwato pemasangan pal batas dan pemasangan pal
pada kawasan blok inti batas pada kawasan
blok inti
Pemetaan dan Tersedianya data Rp. 300.000.000
dokumentasi hasil base peta hasil
inventarisasi dan tata inventarisasi dan
batas kawasan blok inti dokumentasnyai di
blok inti
2 Pengukuhan kawasan Penetapan aturan tentang Ditetapkannya Rp. 250.000.000
blok inti pada KPHL pemanfaatan terbatas peraturan pemerintah
unit III Pohuwato pada blok inti daerah yang
mengatur pengelolaan
blok inti sehingga
tetap terjaga dari
pemanfaatannya, baik
secara ekonomi,
sosial dan budaya
Mengupayakan kepastian Penetapan kawasan Rp. 300.000.000
hukum mengenai status, blok inti dalam bentuk
batas dan luas wilayah peraturan pemerintah
kawasan blok inti pada daerah yang dapat
kawasan KPHLunit III menjamin kepastian
pohuwato hukum bagi
masyarakat agar tidak
memanfaatkan

213
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

No Program Kegiatan OUTPUT WAKTU RENCANA BIAYA


2013-2017 2018-2022
kawasan blok inti
3 Pengembangan Pohuwato Pembentukan Rekrutmen tenaga Rp. 600.000.000
Organisasi satuan tugas pengamanan
Kelembagaan KPHL pengamanan yang sebanyak 20 personil
Model Unit III melindungi kawasan blok selama 10 tahun
inti
Peningkatan kapasitas Meningkatnya Rp. 1.000.000.000
personil pengamanan skill/teknik
kawasan pengamanan 20
personil pengamanan
Pengiriman personil KPHP Personil KPHL telah Rp. 1.000.000.000
untuk mengikuti Pendidikan memiliki gelar S1
jenjang S1 dan S2 sebesar 80% dan
tenaga S2 50%
Penyusunan dokumen Tersedianya dokumen Rp. 50.000.000
arahan tugas pokok dan arahan TUPOKSI
fungsi personil KPHL
Model Unit III Pohuwato
4 Perbaikan ekosistem Penetapan prioritas Terdapatnya wilayah Rp. 300.000.000
di blok inti rehabilitasi kawasan blok prioritas yang
inti dan mendesain model direhabilitasi pada
rehabilitasinya kawasan blok inti

214
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

No Program Kegiatan OUTPUT WAKTU RENCANA BIAYA


2013-2017 2018-2022
Melakukan rehabilitasi Terehabilitasinya Rp. 7.500.000.000
lahan kritis di blok lahan-lahan kritis
perlindungan pada kawasan blok
perlindungan dengan
berbagai jenis pohon
unggulan lokal dan
tanaman MPTs yang
bernilai ekonomis
tinggi seluas 1000 ha

Tabel 42. Rencana Program dan Kegiatan Selama 10 Tahundi Blok Perlindungan
No Program Kegiatan OUTPUT WAKTU RENCANA BIAYA
2013-2017 2018-2022
1 Inventarisasi kawasan Inventarisasi potensi Tersedianya data Rp. 600.000.000
blok perlindungan dan hutan pada kawasan blok base potensi hutan
tata batas kawasan perlindungan pada blok
pada KPHL unit III perlindungan
Pohuwato Tata batas dan Selesainya tata batas Rp. 1.500.000.000
pemasangan pal batas dan pemasangan pal
pada kawasan blok batas pada kawasan
perlindungan blok perlindungan
Pemetaan dan Tersedianya data Rp. 300.000.000
dokumentasi hasil base peta hasil
inventarisasi dan tata inventarisasi dan
batas kawasan blok dokumentasnyai di
perlindungan blok perlindungan

215
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

2 Pengukuhan kawasan Penetapan aturan tentang Ditetapkannya Rp. 250.000.000


blok perlindungan larangan pemanfaatan peraturan daerah
pada KPHL unit III kawasan blok yang mengatur
Pohuwato perlindungan dalam KPHL pengelolaan blok
oleh masyarakat dan perlindungan
perusahaan sehingga tetap terjaga
dari pemanfaatannya,
baik secara ekonomi,
sosial dan budaya
Mengupayakan kepastian Terwujudnya tertib Rp. 300.000.000
hukum mengenai status, kawasan blok
batas dan luas wilayah perlindungan yang
kawasan blok dapat menjamin
perlindungan pada kepastian hukum bagi
kawasan KPHLunit III masyarakat agar tidak
pohuwato memanfaatkan
kawasan blok
perlindungan pada
kawasan KPHL unit
IIIPohuwato
3 Penyusunan regulasi Menyusun dan Terdapatnya regulasi Rp. 200.000.000
daerah yang mensosialisasikan yang mengikat bagi
mengatur kawasan regulasi pelestarian blok masyarakat agar tidak
perlindungan pada perlindungan kepada memanfaatkan
kawasan KPHL unit III masyarakat dan kepada kawasan
Pohuwato pengusaha kehutanan perlindungan untuk
usaha pertambangan
rakyat
4 Perencanaan dan Menyusun master plan Tersusunnya master Rp. 400.000.000
penyelenggaraan penyelenggaraan plan perencanaan dan
rehabilitasi lahan rehabilitasi lahan kritis rehabilitasi kawasan
kawasan blok pada kawasan blok blok perlindungan
perlindungan pada perlindungan di KPHLunit yang dijadikan dasar

216
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

KPHL unit III III Pohuwato pengelolaan kawasan


Pohuwato blok perlindungan,
baik secara ekonomi,
sosial dan budaya
Penetapan prioritas Terdapatnya wilayah Rp. 300.000.000
rehabilitasi kawasan blok prioritas yang
perlindungan dan direhabilitasi pada
mendesain model kawasan blok
rehabilitasinya perlindungan
Melakukan rehabilitasi Terehabilitasinya Rp. 7.500.000.000
lahan kritis di blok lahan-lahan kritis
perlindungan pada kawasan blok
perlindungan dengan
berbagai jenis pohon
unggulan lokal dan
tanaman MPTs yang
bernilai ekonomis
tinggi seluas 1000 ha

217
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Tabel 43. Rencana Program dan Kegiatan Selama 10 Tahun Blok Pemanfaatan Kawasan, Jasa Lingkungan dan Wilayah
Tertentu
NO PROGRAM KEGIATAN OUTPUT WAKTU RENCANA BIAYA
2013-2017 2018-2022
Inventarisasi potensi Tersedianya dokumen Rp. 600.000.000
kawasan hutan, jasa peta dan data base
lingkungan dan secara lengkap
HHKBpada kawasan menyangkut batas, luas,
KPHL unit III Pohuwato potensi serta status blok
pemanfaatan kawasan,
jasa lingkungan dan
HHKB pada kawasan
KPHLunit III Pohuwato
Tata batas dan Mantapnya status blok Rp. 1.500.000.000
Memantapkan pemasangan pal batas pemanfaatan kawasan,
penetapan fungsi kawasan hutan, jasa jasa lingkungan dan
pemanfaatan lingkungan dan HHKB HHBK yang proporsional
kawasan, jasa pada kawasan KPHL dan mempertahankan
1 lingkungan dan unit III Pohuwato hutan utuh dengan luas
HHKB untuk areal minimal 30% yang
kelola KPHL unit menyebar merata di
III Pohuwato bagi seluruh DAS dalam
masyarakat wilayah KPHL unit III
Pohuwato
Pemetaan dan Tersusunya data base Rp. 300.000.000
dokumentasi hasil hasil dokumentasi
inventarisasi dan tata inventarisasi potensi pada
batas kawasan hutan, blok pemanfataan dan
jasa lingkungan dan wilayah tertentu
HHKB pada kawasan
KPHL unit III Pohuwato

218
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

NO PROGRAM KEGIATAN OUTPUT WAKTU RENCANA BIAYA


2013-2017 2018-2022
Pembentukan unit Terbentuknya unit-unit Rp. 100.000.000
usaha HHBK usaha masyarakat di
masyarakat disetiap bidang pengolahan HHBK
Desa pada kawasan pada kawasan KPHL unit
KPHL unit III Pohuwato III Pohuwato
Pembentukan unit Terbentuknya Industri Rp. 100.000.000
usaha HHBK Pengolahan Bukan Kayu
masyarakat disetiap (IUPHHBK) pada
Desa pada kawasan kawasan KPHL unit III
KPHL unit III Pohuwato Pohuwato
Pelatihan pemungutan Meningkatnya skill Rp. 100.000.000
Peningkatan dan pengolahan hasil masyarakat dalam
pemanfaatan hasil hutan bukan kayu bagi mengelola hasi hutan
hutan bukan kayu masyarakat bukan kayu
pada blok Penyediaan dan Tersusunnya database Rp. 200.000.000
2 kawasan, jasa diseminasi data potensi tentang potensi kayu dan
lingkungan dan kayu dan HHBK HHBK termasuk komidti
HHBK pada pertanian dan perkebunan
kawasan KPHL Penyederhanaan Tersusunya regulasi yang Rp. 200.000.000
unit III Pohuwato regulasi prosedur sistem insentif untuk
perizinan dan berusaha di wilayah blok
kepastian usaha pemanfaatan dan wilayah
IUPHHBK tertentu
Penyediaan Membangun infrastruktur Rp. 10.000.000.000
infrastruktur yang jalan primer dan tersier di
memadai blok pemanfaatan jasa
lingkungan dan HHBK
serta pada wilayah
tertentu

219
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

NO PROGRAM KEGIATAN OUTPUT WAKTU RENCANA BIAYA


2013-2017 2018-2022
Penyediaan sarana Terbangunya kawasan Rp. 5.000.000.000
dan prasarana wisata wisata alam seperti
alam yang memadai shelter, pemondokan
Peningkatan
wisatawan, pos
fungsi hutan
pengamanan, kesehatan
sebagai jasa
3 dan lain-lain
lingkungan untuk
Pembentukan Terbentuknya Rp. 200.000.000
kawasan wisata
kelompok pengelola kelompok/unit pengelola
alam
hutan wisata yang hutan wisata
berwawasan
lingkungan
4 Rasionalisasi Rasionalisasi kuota Tercapainya Rp. 100.000.000
jumlah dan pemanfaatan hutan keseimbangan antara
kapasitas produksi dan hasil hutan kapasitas produksi
perusahaan berdasarkan potensi perusahaan sektor
kehutanan dan blok kawasan jasa kehutanan dengan luas
industri hasil hutan lingkungan dan HHBK kawasan produktif dan
agar dapat potensi hasil hutan
beroperasi secara unggulan pada blok
sehat dan kawasan, jasa
berkelanjutan lingkungan dan HHBK
tanpa dampak pada kawasan KPHL
negatif terhadap unit III Pohuwato
kelestarian blok Rasionalisasi perijinan Dievaluasinya Rp. 100.000.000
kawasan, jasa pengusahaan hutan rasionalisasi blok
lingkungan dan dan pemanfaatan hasil pemanfaatan jasa
HHBK hutan pada blok jasa lingkungan dan wilayah
lingkungan dan HHBK tertentu
serta wilayah tertentu
5 Pengembangan Melakukan kerjasama Terbangunnya kerjasama Rp. 100.000.000
wilayah tertentu dengan pihak investor antara pihak KPHL dan

220
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

NO PROGRAM KEGIATAN OUTPUT WAKTU RENCANA BIAYA


2013-2017 2018-2022
untuk kepentingan untuk pengembangan pihak investor melalui
diluar sektor komoditi diluar sektor MOU
kehutanan kehutanan

Tabel 44. Rencana Program dan Kegiatan Selama 10 Tahun di Blok Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
NO PROGRAM KEGIATAN OUTPUT WAKTU RENCANA BIAYA
2013-2017 2018-2022
1 Peningkatan Pembentukan unit usaha Terbentuknya unit-unit Rp 100.000.000
pemanfaatan HHK- HHK-HA baik yang usaha masyarakat dan
HA yang sesuai dikelola masyarakat pihak swasta di bidang
kemampuan maupun pihak swasta pengolahan HHK-HA
kawasan KPHL unit Pelatihan pemungutan Meningkatnya skill Rp 100.000.000
III Pohuwato dan pengolahan hasil masyarakat sekitar KPHL
hutan kayu bagi Pohuwato dalam
masyarakat mengelola hasil hutan
kayu
Menyusun aturan yang Disahkannya perda/ Rp. 250.000.000
spesifik lokasi bagi aturan tentang model
pengembangan investasi pengembangan
pengelolaan HHK-HA pengelolaan HHK-HA
pada kawasan KPHL unit
III Pohuwato
2 Pemulihan Rehabilitasi hutan dan Terehabilitasinya lahan Rp. 15.000.000.000
ekosistemdi blok lahan di Blok kritis dan tidak
HHK-HA dengan pemanfaatan HHK-HA bervegetasi seluas 200
jenis pohon ha/tahun dengan tanaman
komersial unggulan MPTs dan Tanaman

221
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

NO PROGRAM KEGIATAN OUTPUT WAKTU RENCANA BIAYA


2013-2017 2018-2022
(minimal sama Berkayu lokal yang
dengan yang memiliki nilai ekonomis
ditebang) tinggi

Pengawasan dan Terbentuknya organisasi Rp. 50.000.000


penegakan pelaksanaan pengawasan RHL dan
aturan kegiatan Pemanfaatan di Blok
pengelolaan di Blok HHK- HHK-HA
HA

3 Pengembangan Melakukan kerjasama Tercapainya kesepakatan Rp. 100.000.000


proyek restorasi antara pihak KPHL dan pengembangan RE Hutan
ekosiistem HA investor restorasu Alam di KPHL Pohuwato.
melalui skema ekosistem HA
REDD+ Melakukan pemetaan Ditetapkannya lokasi Rp. 200.000.000
lokasi pengembangan RE pengembangan RE seluas
hutan alam 5.000 ha

222
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Tabel 45. Rencana Program dan Kegiatan Selama 10 Tahun di Bloka Pemanfaatan Hasil Hutan Tanaman
NO PROGRAM KEGIATAN OUTPUT WAKTU RENCANA BIAYA
2013-2017 2018-2022
1 Peningkatan Pembentukan unit usaha Berkembangnya unit-unit Rp. 100.000.000
pemanfaatan HHK-HT HHK-HT masyarakat dan usaha masyarakat dan
yang sesuai pihak swasta pihak swasta di bidang
kemampuan kawasan pengolahan HHK-HT
pada KPHL unit III Pelatihan pemungutan Meningkatnya skill Rp. 200.000.000
Pohuwato dan pengolahan hasil Pengolahan Hasil Hutan
hutan kayu bagi Kayu (IUPHHK) hutan
masyarakat tanaman di kalangan
masyarakat yang
mengusahakan hutan
tanaman
2 Penanaman areal Penetapan wilayah Peta-peta penetapan Rp. 250.000.000
dengan jenis pohon peruntukkan hutan wilayah penanaman hutan
fast growing species tanaman bagi masyarakat tanaman untuk
yang mempunyai nilai dan swasta masyarakat dan swasta
komersial tinggi Penanaman areal hutan Tertanamnya wilayah blok Rp. 100.000.000.000
tanaman dengan tanaman pemanfaatan hutan
fast growing species tanaman seluas 1000
seperti jabon dan sengon ha/tahun
3 Mengurangi laju Melakukan Pelatihan dan Meningkatnya Rp. 200.000.000
pembukaan hutan pendampingan penerapan produktifitas dan
untuk areal ladang teknik agroforestry bagi keberlanjutan ladang
berpindah masyarakat masyarakat pada berpindah masyarakat
pada blok kawasan KPHL unit III yang tidak merusak
pemanfaatan HHK-HA Pohuwato kawasan KPHL unit III
Pohuwato
4 Pengembangan produk Melakukan kerjasama Terbangunnya pabrik pulp Rp. 200.000.000
hasil hutan tanaman untuk pengembangan and paper
pulp and paper
Rasionalisasi perizinan Evaluasi terhadap kinerja Rp. 350.000.000

223
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

NO PROGRAM KEGIATAN OUTPUT WAKTU RENCANA BIAYA


2013-2017 2018-2022
pengusahaan hutan dan pengusahaan hutan
pemanfaatan hasil hutan tanaman
dan perkebunan
berdasarkan asas
pemerataan yang
keadialan secara
berkelanjutan pada blok
pemanfaatan HHK-HT

224
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

Tabel 46.Rencana Program dan Kegiatan Selama 10 Tahun di Blok Pemberdayaan Masyarakat
NO PROGRAM KEGIATAN OUTPUT WAKTU RENCANA BIAYA
2013-2017 2018-2022
1 Membentuk dan Membentuk kelompok- Terbentuknya kelompok- Rp 100.000.000
membina kelompok- kelompok usaha kelompok usaha
kelompok usaha masyarakat sesuai masyarakat mandiri
masyarakat di bidang komoditas unggulan sesuai komoditas
kehutanan dan setempat unggulan setempat dalam
perkebunan berbasis upaya memanfaatkan blok
kampung/marga pemberdayaan
masyarakat

Membina dan Kelompok yang dibentuk Rp 300.000.000


memberdayakan semakin mandiri dan terus
kelompok-kelompok berkembang dilihat dari
usaha masyarakat untuk sisi usaha
dapat mandiri dan terus
berkembang
2 Pelatihan dan Pelatihan manajemen dan Meningkatnya Rp. 500.000.000
pendampingan permodalan usaha kemampuan mengelola
pengelolaan komoditas keuangan
kehutanan dan
perkebunan serta
penanganan pasca
panennya
Pelatihan dan Meningkatnya Rp. 500.000.000
pendampingan kemampuan manajerial
pengelolaan komoditas dan teknis masyarakat
kehutanan dan dalam pengelolaan
perkebunan untuk komoditas
meningkatkan kehutanan dan
produktifitas dan kualitas perkebunan untuk
produk meningkatkan

225
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Model Unit III Pohuwato

NO PROGRAM KEGIATAN OUTPUT WAKTU RENCANA BIAYA


2013-2017 2018-2022
produktifitas dan kualitas
produk
3 Peremajaan tanaman Melakukan penanaman Meningkatnya Rp. 1.500.000.000
perkebunan kembali komoditi produktifitas dan kualitas
masyarakat pada perkebunan produk lahan perkebunan
kawasan KPHL unit III masyarakat pada blok
Pohuwato pemberdayaan
masyarakat

226

Anda mungkin juga menyukai