Anda di halaman 1dari 16

MODUL KULIAH LAPANGAN

PENGELOLAAN SATWA LIAR (PSL)


BW-4102
DI CA/TWA PANANJUNG PANGANDARAN
29-30 NOVEMBER 2018

OLEH:
DR. ACHMAD SJARMIDI
ADITYA DIMAS PRAMUDYA
EVITA IZZA DWIYANTI

PROGRAM STUDI REKAYASA KEHUTANAN


SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2018
PENDAHULUAN
Pengelolaan adalah adalah suatu upaya yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan yang
ditetapkan dengan cara-cara tertentu (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian)
melibatkan manusia dan sumberdaya penunjang yang tersedia (5M). Pengelolaan Satwa Liar adalah
suatu upaya untuk menjaga dan mempertahankan keberadaan satwa liar baik yang hidup bebas
maupun yang dipelihara manusia dengan menggunakan kaidah ilmu pengetahuan (knowledge and
science).
Berdasarkan UU No 5/1990 tentang Konservasi Sumberdaya Hayati dan Ekosistemnya:
1. Konservasi sumber daya alam hayati adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang
pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan
persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan
nilainya.
2. Satwa adalah semua jenis sumber daya alam hewani yang hidup di darat, dan atau di air, dan
atau di udara.
3. Satwa liar adalah semua binatang yang hidup di darat, dan atau di air,dan atau di udara yang
masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang dipelihara oleh
manusia.
4. Habitat adalah lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup dan berkembang
secara alami.
5. Kawasan suaka alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di
perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman
tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem
penyangga kehidupan.
6. Suaka margasatwa adalah kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas berupa
keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya dapat
dilakukan pembinaan terhadap habitatnya.
7. Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya berasaskan pelestarian kemampuan
dan pemanfaatan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya secarserasi dan seimbang.
8. Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya bertujuan mengusahakan
terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya
sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu
kehidupan manusia.
9. Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya merupakan tanggung jawab dan
kewajiban Pemerintah serta masyarakat
Hal paling penting bagi pengelola satwa liar adalah mengumpulkan informasi yang diperlukan agar
pengelolaan dapat dilakukan secara terencana dan terukur. Kegiatan pengumpulan data primer dan
sekunder yang diperlukan bagi pengelolaan populasi dan habitatnya menyangkut : potensi kawasan,
kondisi populasi satwa, kondisi fisik (geomorfologi, kelerengan, jaringan jalan, jaringan sungai,
bukaan lahan, dll), kondisi biotik (populasi, perilaku, habitat, dll), dan kondisi sosial-budaya
(demografi, mata pencarian, aktivitas utama, adat istiadat dll). Pengumpulan data tersebut dapat
dikaitkan dengan keberadaan, fungsi, proses, dan gangguan untuk pemecahan masalah pengelolaan
yang ada.
2
TANTANGAN PENGELOLAAN SATWA LIAR DI CA/TWA PANGANDARAN
Permasalahan utama yang muncul dalam pengelolaan satwa di CA/TWA Pananjung
Pangandaran adalah banyaknya satwa liar yang keluar dari kawasan CA/TWA. Rusa (Cervus
timorensis) keluar dari kawasan untuk mencari makan tambahan, bahkan beberapa rusa ada yang
menetap di luar kawasan karena memang homerange alami rusa sangat luas dan kawasan CA/TWA
tidak mampu menyediakan hal tersebut. Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) akan keluar
dari kawasan ketika pengunjung sepi karena monyet ekor panjang di CA/TWA Pangandaran telah
mengalami perubahan perilaku dan sangat bergantung dari pakan pemberian pengunjung. Lutung
(Trachypithecus auratus) juga keluar dari kawasan karena sudah tidak ditemukan lagi pohon pakan
ketapang dan butun. Di sisi lain, pengelola kawasan CA/TWA Pangandaran memiliki keterbatasan
sarana dan sumberdaya jika harus mengatur pergerakan satwa yang keluar masuk kawasan. Telah
dilaporkan juga terdapat predasi non-alami satwa oleh manusia dan anjing.
Permasalahan kedua bagi pengelolaan satwa di CA/TWA Pangandaran adalah sampah.
Pengelola kawasan tidak sanggup untuk mengendalikan sampah yang berada di luar kawasan. Selain
itu, terjadi penyimpangan perilaku satwa, yaitu monyet dan rusa, yang memakan sampah. Sehingga
banyak ditemukan satwa yang mati karena terlalu banyak sampah yang terakumulasi di tubuh
mereka. Pada saat ini, belum tersedia metode dan perangkat pengendalian satwa yang handal, dan
belum tersedia perangkat monitoring dan evaluasi pengelolaan satwa yang sistematis dan integratif
dengan pengelolaan CA/TWA.

Rusa memakan sampah Rusa keluar dari kawasan CA/TWA


Sumber: SwaraPangandaran.com Sumber: www.radartasikmalaya.com

Perilaku menyimpang monyet Tumpukan sampah di kawasan


Sumber: www.mypangandaran.com Sumber: http://www.seputarjabar.com

3
METODOLOGI
A. P ENGAMATAN P OPULASI

NO METODE OBJEK KETERANGAN LOGISTIK


1 Inventarisasi
a. Cruising Hewan dan Cruising adalah salah satu metode untuk • Kamera
aktivitas melakukan inventarisasi kawasan, baik unsur • Stopwatch
antropogenik biotik atau abiotik. Namun kali ini, fokus cruising • Binokuler
adalah pengamatan dan pencatatan aktivitas • Tallysheet
antropogenik. Langkah-langkahnya adalah: • Alat tulis
• Peserta dibagi ke dalam 8 kelompok kecil • McKinnon
dimana tiap kelompok akan menelusuri track
berbeda selama kurang lebih 2 jam dan
direkam dengan menggunakan GPS apabila
memungkinkan;
• Jelajahi lintasan tersebut dengan kecepatan
konstan (<3km/jam) sehingga masih
memungkinkan untuk mengamati dan mencatat
objek-objek penting
• Lakukan pengamatan secara tertib
•Catatlah jenis satwa beserta jumlahnya melalui
perjumpaan langsung. Apabila memungkinkan
catat pula lokasi perjumpaannya;
•Catatlah tanda-tanda keberadaan satwa, seperti
jejak, bekas cakaran, kotoran, ataupun lainnya.
Apabila menemukan jejak kaki, buatlah cetakan
dari jejak kaki tersebut dengan menggunakan
metode plastercast
• Catat tanda-tanda kehadiran manusia (aktivitas
manusia, jalan, alat, bangunan, dll)
• Catat dan deskripsikan lingkungan fisik dari
lokasi pengamatan (geologi, vegetasi, dll)
Amatilah selama sekurangnya 2 jam.
b. Plaster Cast Mamalia Plaster cast merupakan salah satu metode survey • Plaster of
jejak kaki mamalia. Survey jejak kaki bertujuan Paris
untuk membuktikan keberadaan binatang di suatu • Wadah
kawasan. Cara membuat plaster cast adalah: • Pengaduk
• Cari dan tentukan footprint yang akan dicetak. • Kuas
Kemudian bersihkan dari kotoran dan serasah pembersih
menggunakan kuas pembersih. Pastikan • Gunting
footprint yang akan dicetak memiliki bentuk • Air
yang cukup jelas • Ring plastik
• Ambil gambar footprint yang akan dicetak • Koran
• Letakkan ring plastik hingga posisi footprint • Plastik
berada di tengah. Tekan ring plastik hingga • Spidol
sedikit masuk ke dalam tanah. permanen

4
• Buat adonan plaster cast:
o Masukkan air dan plaster dengan
komposisi 1:2 ke dalam wadah (sesuaikan
dengan ukuran footprint yang akan
dicetak)
o Segera aduk (bukan dikocok) 3-5 menit
hingga tidak ada gelembung udara dan
adonan mirip seperti adonan pancake
o Ketuk-ketuk bagian dasar wadah ke tanah
untuk menghilangkan gelembung udara
yang terakumulasi di dalam adonan.
• Tuang plaster kedalam cetakan. Tuang ke
bagian tanah terlebih dahulu dan biarkan
adonan mengalir hingga mengisi footprint.
Pastikan adonan telah mengisi bagian detail
dari footprint. Tuang hingga cetakan tebal

• Biarkan plaster mengeras hingga 1 jam


• Angkat cetakan dengan cara bersihkan cetakan
dari tanah di sekitarnya (seperti gambar).
Secara perlahan, angkat cetakan menggunakan
tangan.

• Bersihkan cast dari kotoran dengan kuas


pembersih
• Lapisi cetakan dengan koran

5
• Masukkan ke dalam plastik dan beri
keterangan: Tanggal, tempat ditemukan,
pembuat
• Jika perlu, keringkan cetakan di bawah sinar
matahari
• Identifikasi footprint dengan literatur
(USGS Education, 2011)
(Saskatchewan, 2013)
c. Camera trap & Mamalia Inventarisasi satwa juga dapat dilakukan dengan • Camera
CCTV bantuan beberapa peralatan, seperti perangkap trap
kamera ataupun CCTV. Peralatan dapat digunakan • GPS
ketika pengamatan langsung tidak dapat • Infraboard
dilakukan. Selain itu, kelebihan lainnya adalah (ukuran
waktu pengamatan yang dilakukan relatif panjang. A6)
Penggunaan perangkat tersebut juga ditujukan • Tali rafia
untuk dapat menghindari adanya dampak
keberadaan pengamat pada satwa yang diamati.
Tahapan metode:
• Siapkan camera trap
• Tentukan lokasi strategis pemasangan camera
trap, kemudian tandai dengan GPS dan
penanda waterproof
• Tentukan lokasi pemasangan camera trap
berdasarkan beberapa pertimbangan, seperti
lokasi dengan potensi perjumpaan satwa
tertinggi (e.g., jalur satwa, sumber air, dan lain-
lain)
• Camera trap dipasang pada batang pohon
dengan ketinggian 30-70 cm. dengan tujuan
agar dapat menangkap gambar satwa yang
melintas (i.e., diasumsikan tinggi satwa
berkisar antara angka tersebut sehingga dapat
memicu sensor camera trap). Sementara itu,
CCTV dapat dipasang sesuai kebutuhan dengan
pertimbangan arah dan luas area yang akan
terekam;
• Aturlah perangkat tersebut sesuai kondisi yang
dibutuhkan. Camera trap dapat diatur untuk
mengambil gambar (i.e., 1-3 foto untuk sekali
pengambilan gambar) ataupun video dengan
interval dan durasi yang telah ditentukan.
Sementara itu, CCTV dapat diatur untuk dapat
merekam video secara kontinyu. (TEAM
Network, et al., 2014 dalam Putri, et al., 2017)
• Tentukan waktu awal pemasangan, periode
sampling yang ditentukan adalah 24 jam
• Setiap foto diidentifikasi jenis spesies dan
individunya
• Jika foto tidak jelas, maka foto tersebut diberi
keterangan unidentified picture
2 Populasi
a. Strip Census Mamalia dan Strip census adalah metode untuk mengestimasi • Tallysheet
Burung jumlah populasi satwa liar di suatu area dengan • Alat tulis
6
menghitung individu-individu sepanjang jalur • Binokuler
lintasan yang telah ditentukan. Pada kuliah • GPS
lapangan kali ini, pengamatan difokuskan pada
taksa burung (tidak perlu diideterminasi) dan
mamalia, seperti rusa, monyet ekor panjang,
lutung, dan lain-lain.
Metode Kerja:
• Peserta dibagi ke dalam 8 kelompok kecil
dimana tiap kelompok akan melakukan
pengamatan di track yang berbeda
menggunakan belt-transect dengan panjang
100 meter dan lebar 30 meter (i.e., 15 meter
di tiap sisi). Panjang transek dapat
disesuaikan dengan kondisi di lapangan;
• Catat koordinat titik awal dan akhir dengan
menggunakan GPS;
• Catatlah jenis hewan beserta jumlahnya
melalui perjumpaan langsung. Apabila
memungkinkan catat pula lokasi
perjumpaannya; dan
• Tentukan kelimpahan dan kerapatan masing-
masing jenis hewan yang dijumpai.
b. Faecal Mamalia Faecal Accumulation Rate (FAR) adalah metode • Pasak (12
Accumulation (rusa) tidak langsung yang digunakan untuk buah)
Rate (FAR) memperkirakan kepadatan populasi satwa dari • Infraboard
kotoran di tanah/feses satwa yang ditemukan di (ukuran A6)
tanah. Metode FAR didasarkan pada prinsip bahwa • Spidol
laju buang air besar satwa adalah konstan dalam permanen
suatu spesies. Pada kuliah lapangan kali ini, • Latex gloves
pengamatan difokuskan pada taksa mamalia, yaitu • Tallysheet
rusa. Rusa memproduksi kotoran sebagai butiran-
butiran pellet yang dideposit secara periodic
menjadi pellet group, baik berupa tumpukan atau
garis (jika mereka sambil bergerak). Pellet group
adalah kumpulan dari enam atau lebih pellet yang
diproduksi pada saat
yang sama.
Metode Kerja:
• Peserta dibagi ke dalam 8 kelompok kecil
dimana tiap kelompok akan melakukan
pengamatan di track yang berbeda;
• Buatlah transek dengan panjang 100 meter.
Panjang transek dapat disesuaikan dengan
kondisi di lapangan;
• Catat koordinat titik awal dan akhir dengan
menggunakan GPS;
• Pengamatan dilakukan di tiap 5 meter dengan
radius sekitar 1 meter;
• Catatlah jumlah pellet group di dalam area
pengamatan. Kotoran dihitung sebagai satuan
kelompok jika lebih dari 50% bagian kotoran
tersebut berada di dalam area pengamatan;

7
• Catat dan deskripsikan rona lingkungan
pengamatan, seperti tipe ekosistem,
persentase penutupan tajuk; dan lainnya; dan
• Lakukan perhitungan kepadatan populasi rusa
dengan persamaan sebagai berikut:
𝑛1−𝑠
𝐼𝑃 =
𝑆
Keterangan:
IP: Indeks populasi
𝑛1−𝑠 : Jumlah keseluruhan kelompok kotoran
dari tiap plot
S: Jumlah keseluruhan plot
(Jessop, Imansyah, Purwandana, Ariefiandy, &
Rudiharto, 2007)
Tugas:
Cari dan cermatilah bentuk fisik dari kotoran rusa
(Cervus timorensis) di internet!
c. Distance Mamalia & Distance sampling adalah salah satu metode yang • Pasak (2)
Sampling burung digunakan untuk mengetahui ukuran populasi • Roll meter
suatu agen biologi. Pertama, hitung dan • GPS
gambarkan luas area penelitian, kemudian pilih Essential
satu garis transek yang melintasi area tersebut • Tallysheet
dipilih secara acak. Pengamat kemudian berjalan • Alat tulis
di transek. Jarak pengamat ke objek yang terlihat
kemudian diukur untuk mengestimasi ukuran
suatu populasi. Khusus untuk taksa burung, tidak
perlu dideterminasi.
Metode kerja:
• Peserta dibagi ke dalam 8 kelompok kecil
dimana tiap kelompok akan melakukan
pengamatan di track yang berbeda;
• Buat garis transek di dalam wilayah tersebut
sepanjang 100 m, tembak dengan GPS dan
tandai dengan pasak. Panjang transek dapat
disesuaikan dengan kondisi di lapangan
• Pengamat berjalan di jalur transek yang telah
dibuat dengan kecepatan konstan (<3 km/jam)
• Amati di sepanjang transek jika terlihat satwa
di sepanjang, atau di kanan dan kiri transek.
Lakukan pengamatan secara tenang dan tidak
gaduh
• Ukurlah jarak tegak lurus antara lokasi satwa
dengan transek. Jika satwa tepat di garis
transek, maka dihitung 0 meter. Sementara itu,
apabila satwa dijumpai di atas pohon, maka
ukurlah jarak tegak lurusnya tepat di bawah
titik satwa tersebut;

8
• Tulis di tallysheet
• Lakukan analisis data:
o Estimasi populasi dihitung menggunakan
persamaan Hayne berikut:
𝑛 1 1
𝐷ℎ = [ ∑ ]
2𝐿 𝑛 𝑟𝑖
Keterangan:
𝐷ℎ : Estimasi kepadatan populasi
n: Jumlah satwa terlihat
L: Total jarak transek
𝑟𝑖 : Jarak satwa ke-i dari transek
o Perhitungan kepadatan populasi
berdasarkan persamaan tersebut dapat
dilakukan melalui software Distance yang
dapat diunduh secara gratis pada alamat
http://www.ruwpa.st-
and.ac.uk/distance/.
(Jessop, Imansyah, Purwandana, Ariefiandy, &
Rudiharto, 2007)
(Richardson, 2007)
d. Capture Mark Serangga dan Metode ini digunakan untuk mengestimasi • Sweeping
Recapture mamalia populasi suatu satwa yang cenderung selalu net
(CMR) bergerak ataupun bersembunyi. Asumsi yang • Tip-x kuas
digunakan pada metode ini antara lain adalah • Stopwatch
satwa yang diamati menunjukkan populasi yang • Kamera
tertutup. Populasi tertutup adalah populasi yang • Tallysheet
ukurannya tidak berubah (tidak ada kelahiran, • Alat tulis
kematian, imigrasi atau emograsi) selama periode
penelitian, sedangkan populasi terbuka adalah
populasi yang ukurannya berubah selama periode
penelitian. Pada kuliah lapangan kali ini,
pengamatan difokuskan pada taksa mamalia, yaitu
rusa dan serangga, yaitu belalang.
Metode Kerja:
• Peserta dibagi ke dalam 8 kelompok kecil
dimana tiap kelompok akan melakukan
pengamatan di area yang berbeda;
• Buatlah plot dengan panjang 100 meter dan
lebar 30 meter;
• Lakukan pencuplikan dalam periode 30 menit.
Pada jangkrik, pencuplikan dilakukan dengan
menggunakan sweeping net. Sementara itu,
pencuplikan pada rusa hanya dilakukan
melalui pencatatan individu yang telah
terlebih dahulu dikenali melalui ciri
khususnya;
• Catat jumlah satwa yang tertangkap dan
kemudian ditandai. Pada jangkrik, satwa
ditandai dengan menambahkan penanda
pada bagian dorsal thoraxnya (i.e., gunakan
tip-x kuas secukupnya). Pada rusa, catat ciri-
ciri khusus tiap individunya;

9
• Setelah 20 menit, lakukan kembali
pencuplikan untuk periode kedua;
• Catat satwa yang tercuplik secara terpisah
antara individu baru dan individu yang sudah
pernah tertangkap di periode sebelumnya;
• Lakukan analisis data dengan rumus:
𝐶
𝑁=𝑀 ×
𝑅
Keterangan:
N: Estimasi jumlah populasi satwa
M: Jumlah individu yang ditandai pada
penangkapan pertama
C: Jumlah individu yang ditangkap pada
penangkapan kedua
R: Jumlah individu yang ditandai pada
penangkapan kedua
(Ecology Lab University of Miami, 2002)
(Kingsolver)
3 Pengamatan
Perilaku
a. Focal Animal - Mamalia Focal animal sampling merupakan suatu teknik • Kamera
Instantaneous dalam mengambil sampel dengan pengamatan • Tallysheet
Sampling secara langsung untuk mengamati semua • Binokuler
penampakan aksi spesifik dari satu individu • Alat tulis
tertentu berdasarkan waktu periode pengamatan • Stopwatch
yang telah ditentukan. Metode ini ditujukan untuk • GPS
dapat melihat perilaku dari satu individu satwa.
Luaran dari metode ini adalah frekuensi dan durasi
dari perilaku yang ditujukan suatu individu.
Pencuplikan data diambil secara terus menerus
dengan melibatkan pengukuran frekuensi
perilaku, durasi, latensi dan waktu awal dan
berakhirnya suatu perilaku. Pencuplikan data bisa
menjadi bias jika individu yang sedang diamati
tiba-tiba hilang dari pandangan pengamat.
Langkah-langkah:
• Tentukan individu satwa yang akan diamati
(e.g., individu jantan, betina, maupun anakan);
• Catat dan dokumentasikan ciri khusus dari tiap
individunya sebagai pengenal;
• Ikuti individu tersebut secara kontinyu,
usahakan jangan sampai individu tersebut
hilang dari pandangan
• Catat perilaku yang muncul tiap periode (i.e.,
durasi 5 menit dan interval 5 menit) selama 60
menit (i.e., 6 periode pengamatan)
• Catat koordinat GPS setiap 30 menit, ambil
gambar perilaku hewan setiap 15 menit
• Bagi kategori perilaku hewan menjadi:
o Makan dan minum
o Bergerak
o Istirahat
o Sosial
10
o Membuang kotoran
o Lain-lain
• Jika individu tidak terlihat, tulis “n” di
tallysheet
• Lakukan pengamatan secara tertib dan tidak
gaduh, sehingga perilaku individu yang diamati
alami dan tidak terpancing kehadiran
pengamat
• Analisis perilaku tiap periodenya, baik frekuensi
maupun durasi (i.e., dalam bentuk proporsi tiap
periode pengamatan).
b. Scan Mamalia Metode scan sampling dilakukan pada objek • Kamera
Sampling kelompok hewan, bukan hanya satu individu. • Tallysheet
Metode ini ditujukan untuk dapat melihat variansi • Binokuler
perilaku dari satu populasi/ kelompok satwa. • Alat tulis
Luaran dari metode ini adalah komposisi perilaku • Stopwatch
kelompok (Behavior synchronization).
Metode Kerja:
• Tentukan perilaku yang akan dicatat
berdasarkan referensi yang ada (e.g., makan,
minum, istirahat, dan lain-lain). Apabila
terdapat perilaku lain di luar daftar tersebut
disaat pengamatan, maka dapat ditambahkan
pada lembar data;
• Catat dan dokumentasikan perilaku
menggunakan turus dengan interval
pencatatan 5 menit selama 60 menit (i.e., 12
titik pencatatan perilaku); dan
• Analisis komposisi perilaku yang muncul dari
kelompok satwa tersebut di tiap periode.
c. Ad Libitum Mamalia Metode ini ditujukan untuk dapat melakukan • Kamera
Sampling inventarisasi perilaku dari suatu populasi satwa. • Tallysheet
Luaran dari metode ini antara lain adalah daftar • Binokuler
perilaku, deskripsi perilaku, dan juga dokumentasi • Alat tulis
perilaku. Hasil dari pengamatan ini adalah
pembuatan ethogram.
Langkah-langkah:
• Tentukan satwa yang akan diamati (i.e.,
pengamatan dapat dilakukan pada individu atau
kelompok satwa); dan
• Amati dan catat perilaku yang muncul selama 60
menit. Dokumentasikan tiap unit perilakunya
(e.g., foto ataupun video).
• Gambarkan postur tubuh dari suatu aktivitas
diskrit dari hewan
• Deskripsikan dengan sangat rinci
• Buatlah daftar gambaran seluruh perilaku yang
teramati dan terdeskripsikan

11
B. M ANAJEMEN

NO METODE KETERANGAN LOGISTSIK


1 Wawancara Pengelola Lakukanlah wawancara dengan petugas dan pengelola • Tallysheet
CA/TWA Pangandaran dengan pokok-pokok pertanyaan: • Alat tulis
• Tujuan pengelolaan
• Mekanisme pengelolaan satwa
• Hambatan yang terjadi saat ini
Anda diharapkan dapat mengembangkan pertanyaan
tersebut menjadi lebih rinci.
Kumpulkanlah semua informasi yang tersedia dari
pengelola dalam berbagai bentuk (contoh: peta, cetakan,
leaflet, CD, poster, dll)
2 Wawancara Lakukanlah wawancara dengan warga lokal di sekitar • Tallysheet
Pengunjung CA/TWA Pangandaran. Kembangkanlah pertanyaan dari • Alat tulis
pokok-pokok berikut:
• Pengetahuan dan persepsi warga lokal tentang
konservasi dan pengelolaan satwa di CA/TWA
Pangandaran
• Kontribusi wilayah CA/TWA terhadap masyarakat lokal
• Keinginan dan harapan untuk pengelolaan satwa
• Saran warga lokal terkait pengelolaan dan keberadaan
satwa di CA/TWA Pangandaran

12
JADWAL KEGIATAN
No. Waktu Kegiatan
Kamis, 29 November 2018
1. 00.00 – 00.30 Persiapan perjalanan
2. 00.30 – 07.30 Perjalanan
3. 07.30 – 08.00 Persiapan Pengamatan
4. 08.00 – 09.30 Cruising + Strip Census
5. 09.30 – 10.00 Istirahat
6. 10.00 – 10.15 Mobilisasi ke spot pengamatan
7. 10.15 – 11.15 Distance sampling
8. 11.15 – 12.00 Faecal count hutan
9. 12.00 – 12.15 Mobilisasi ke basecamp
10. 12.15 – 13.15 ISHOMA
11. 13.15 – 13.30 Mobilisasi ke spot pengamatan
12. 13.30 – 14.30 Pengamatan perilaku
13. 14.30 – 14.45 Mobilisasi ke spot pengamatan
14. 14.45 – 16.15 CMR hutan + padang rumput
15. 16.15 – 16.30 Mobilisasi ke basecamp
16. 16.30 – 18.30 ISHOMA
17. 18.30 – 20.00 Diskusi + Instalasi CT dan CCTV
18. 20.00 – 04.00 Istirahat
Jumat, 30 November 2018
19. 04.00 – 05.00 Persiapan pengamatan
20. 05.00 – 05.15 Mobilisasi ke spot pengamatan
21. 05.15 – 06.30 Pengamatan burung
22. 06.30 – 07.15 Faecal count padang rumput
23. 07.15 – 07.30 Mobilisasi ke basecamp
24. 07.30 – 08.00 Istirahat
25. 08.00 – 08.30 Mobilisasi ke spot pengamatan
26. 08.30 – 10.00 Diskusi pengelola
27. 10.00 – 10.15 Mobilisasi ke spot pengamatan
28. 10.15 – 11.45 Wawancara masyarakat
29. 11.45 – 13.00 ISHOMA
30. 13.00 – 13.30 Persiapan kepulangan
31. 13.30 – 20.30 Perjalanan pulang

13
DAFTAR LOGISTIK
L OGISTIK INDIVIDU

NO LOGISTIK KETERANGAN
1 Tas carrier Maksimal 45 liter
2 Daypack Usahakan bewarna gelap dan dilengkapi dan raincover
3 Sepatu lapangan Bukan sepatu olahraga/running shoes
4 Matras
5 Sleeping bag
6 Pakian bewarna gelap Dipakai pada hari pertama dan hari kedua (untuk ganti)
7 Pakaian ganti Untuk istirahat
8 Topi Optional
9 Botol minum refill (min. 15 l) Berisi air
10 Ponco/jas hujan/payung
11 Headlamp + battery cadangan
12 Obat-obatan pribadi
13 Insect repellant Optional
14 Papan dada
15 Alat tulis Wajib membawa pensil
16 Alat ibadah Optional
17 Alat mandi
18 TOR dan tallysheet Hardcopy
19 Jaket
20 Sandal Optional
21 Snack Secukupnya

L OGISTIK K ELOMPOK

NO LOGISTIK JML UNIT KETERANGAN


1 Infraboard 2 lembar Ukuran A6
2 Tali rafia 2 meter Dipotong per 1 meter
3 Kamera 1 buah Bukan kamera hp
4 Plaster of Paris/gipsum 1 kg
5 Botol plastik 1.5 2 buah Diisi dan dibawa dari penginapan
6 Wadah plastik 1 buah Diameter minimal 20 cm
7 Spatula pengaduk 1 buah Spatula/sendok plastik/ranting kokoh
8 Kuas pembersih 1 buah
9 Gunting 1 buah
10 Botol bekas minuman cola 1/2 buah Dipotong menjadi tiga bagian sama besar (±5 cm)
besar (3.1 liter)

11 Koran 1 eksemplar
12 Spidol permanen 1 buah
13 Stopwatch 1 buah Boleh menggunakan hp
14 Pasak bambu 14 buah 12 untuk FAR, 2 untuk distance sampling
15 Latex gloves 5 pasang
16 GPS Essential 2 software Minimal 2 software per kelompok
17 Tip-x kuas 1 Buah

14
DAFTAR KELOMPOK DAN SUB KELOMPOK
Kelompok Besar
1 (1&2) 2 (3&4) 3 (5&6) 4 (7&8)
Sub Kelompok
1 3 5 7
Afriansyah D. Kevin Bardan Reksa Manggala Arvel Rafi Deriza
Rekhsa Angkasawan Hidayat Mawawi Bayu Prakoso M. Aldi Nurdiansyah
Jehuda Christ Wahyu Rafi Ndari Ardianto Gede Darma Putra Sony Saefulloh
Dinda Safira Fauziah Annissa Balqisani Kurnia Selly Surya Siti Rahmah Husnul K.
Annisa Marwah Z. Syntia Ayu Kartika Zahra Humanira Silvia Ferdayanti Laoli
Olga Fatriana Fitri Nurul Kamila Nabil Rafifin Sukainah
2 4 6 8
Fakhri Akmalluddin Damario Abdalla Diva Muhammad A. Alvianto Roeseno
Fahmi Akbari Mureen Dengganni S. Arief Awaluddin R. Fauzan Fadhil Mufid
Nur Akmar Fauzan Diva Citra Ambarita Albi Arjani Eric Liduan
Saniyah Yusrachmasari Hasan Nashrullah Agustina Kristin H. Anggun Nurul Fatimah
Shinta Palupi Nadya Fauziyah Faras Ghaziya Susi Handayani
Agnes Rumenta S.S. Hafi Auliya Nurhayati
: Ketua kelompok

15
DAFTAR PUSTAKA
Ecology Lab University of Miami. (2002). Butterfly Population Size Estimation. Retrieved November
7, 2018, from
http://www.bio.miami.edu/ecosummer/eco2002/groups/work/caterpillar/eco2002_cate
rpillar_lab.htm
Jessop, T. S., Imansyah, M. J., Purwandana, D., Ariefiandy, A., & Rudiharto, H. (2007). Panduan Teknis
Pemantauan Ekologi dan Hidupan Liar di Taman Nasional Komodo, Indonesia.
Kingsolver, D. R. (n.d.). Estimating Population Size: Mark-Recapture. Retrieved from
http://www.cee.org/tep-lab-bench/pdf/PopulationSize.Worksheet.pdf
Putri, R. A., Mustari, A. H., & Ardiantiono. (2017). Keanekaragaman Jenis Felidae Menggunakan
Camera Trap di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Jurnal Penelitian Hutan dan
Konservasi Alam, XIV(1), 21-34.
Richardson, A. (2007). An Active Tutorial on Distance Sampling. Journal of Statistics Education, XV(1),
2-13.
Saskatchewan. (2013). Sustainable Agriculture & Animal Tracking. Canada: Agriculture Council of
Saskatcewan Inc.
Sjarmidi, A. (2017). Kuliah Lapangan Pengelolaan Satwa Liar (PSL) BW-4102 Cagar Alam/Taman
Wisata Alam Pananjung Pangandaran. Bandung: Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati,
Institut Teknologi Bandung.
The Deer Initiative. (2008). Surveys: Dung Counting. Retrieved November 7, 2018, from
http://www.thedeerinitiative.co.uk/uploads/guides/175.pdf
USGS Education. (2011, September 29). Save Animal Tracks as Plaster Casts. Retrieved November
7, 2018, from https://education.usgs.gov/kids/assets/tracks.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai