Anda di halaman 1dari 13

BUDIDAYA SATWA HARAPAN ULAT SUTERA

(Makalah Mata Pelajaran Prakarya)

Disusun Oleh :

1. Verlyta Dewi Cahyani


2. Heris Antama
3. Leska Yunata
4. Raissa Zelda Aburohim
5. Rehandi Saputra
6. Revi Clara
7. Risky Aditia

SMP NEGERI 1 BATU KETULIS LAMPUNG BARAT

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang sudah memberikan kesehatan jasmani
dan rohani sehingga kita masih bisa menikmati indahnya Alam ciptaan-Nya. Sholawat serta
salam penulis haturkan kepada teladan kita semua Nabi Muhammad Shallallahu `alaihi Wa
Sallam yang telah memberitahu kepada kita jalan yang benar berupa ajaran agama yang
sempurna serta menjadi rahmat bagi seluruh alam. Sangat bersyukur karena penulis dapat
menyusun makalah dengan judul ”Budidaya Satwa Harapan Ulat Sutra”. Selain itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang sudah membantu sampai makalah ini
dapat terselesaikan. Akhir kata, penulis sangat memahami apa bila makalah ini tentu jauh dari
kata sempurna, maka dari itu saya butuh bimbingan, kritik dan saran yang bertujuan untuk
menyempurnakan makalah ini.

Batu Kebayan, 06 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i

DAFTAR ISI .................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................................1

1.2 Identifikasi Masalah…………...................................................................................................1

1.3 Tujuan........................................................................................................................................2

1.4 Manfaat......................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Satwa Harapan.........................................................................................................3

2.2 Budidaya Satwa Harapan Ulat Sutera........................................................................................3

2.3 Manfaat Budidaya Satwa Harapan Ulat Sutera.........................................................................6

KESIMPULAN............................................................................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................8

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ulat sutera termasuk serangga yang selama hidupnya. Mengalami masa metamorfosa sempurna
yaitu di mulai dari telur, ulat (larva), kepompong (pupa) kupu-kupu. Bombyx mori L. Tergolong
edoterigota yaitu serangga yang perkembangan sayapnya terjadi di dalam badan dan fase
pradewasa. Berbeda dengan fase dewasa, baik dalam prilaku, makanan maupun bentuknya. Bagi
masyarakat Indonesia, persutraan alam bukan merupakan kegiatan yang baru apalagi asing.
Tercatat bahwa kegiatan persutraan alam telah dilakukan sejak permulaan abad ke-18 di
beberapa daerah di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatra Barat dan Sulawesi selatan dalam suatu
bentuk usaha sampingan dalam lingkungan yang terbatas.

Ulat sutra bernilai ekonomis tinggi bagi manusia, karena di akhir larva instar lima ulat dapat
menghasilkan serat sutra. Serat sutra yang membentuk kokon ulat sutra merupakan bahan utama
industri tekstil, benang bedah, parasut dan lainnya. Serat ulat sutra memiliki keistimewaan yang
sampai saat ini belum tergantikan oleh serat sutra buatan (Nuraeni & Beta Putranto, 2007).
Selain itu, ulat sutra juga telah dipelajari dan dimanfaatkan di berbagai bidang seperti produk
kosmetik, suplemen makanan olahan, produk perawatan kesehatan dan sebagainya.

Jumlah telur yang dapat dihasilkan betina ngengat sutra antara 400 sampai 500 butir. Telur-telur
tersebut umumnya menetas setelah 7 hari masa inkubasi. Stadia larva ulat sutra berlangsung
selama ±19 hari dan terdiri dari lima instar, instar I sampai instar III disebut ulat kecil dan instar
IV dan V disebut ulat besar. Umur ulat dihitung sampai akhir instar kelima sesudah mengalami
masa empat kali tidur. Pada akhir instar kelima, ulat tidak mengalami pergantian kulit lagi, tetapi
mulai membentuk kokon sebagai tempat berlindung saat membentuk pupa. Setelah ulat sutra
membuat kokon, ulat sutra akan berubah menjadi pupa selama ±14 hari. Lalu pupa akan menjadi
ngengat dan hidup selamaha 4-5 hari.

1.2 Rumusan Masalah

1
1. Apa yang dimaksud dengan satwa harapan?

2. Bagaimana budidaya satwa harapan ulat sutera?

3. Apa saja manfaat dari budidaya satwa harapan ulat sutera?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami tentang satwa harapan

2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana budidaya satwa harapan ulat sutera

3. Untuk mengetahui dan memahami manfaat dari budidaya ulat sutera

1.4 Manfaat

Manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu penulis dan pembaca mengetahui satwa harapan, cara
budidaya satwa harapan ulat sutera, serta manfaat dari budidaya tersebut.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Satwa Harapan

Dalam Undang-Undang Nomor 6/1967 tentang Ketentuan- ketentuan Pokok Peternakan dan
Kesehatan Hewan, disebutkan bahwa yang dimaksud ternak adalah hewan piara yang
kehidupannya yakni mengenai tempat, perkembangbiakannya serta manfaatnya diatur dan
diawasi oleh manusia serta dipelihara khusus sebagai penghasil bahan dan jasa yang berguna
bagi kepentingan hidup manusia. Sedangkan yang dimaksud hewan piara adalah hewan yang
cara hidupnya sebagian ditentukan oleh manusia untuk maksud tertentu.

Berdasarkan definisi ternak di atas, maka setiap usaha pengembangbiakan dengan pemeliharaan
secara intensif (terkurung) terhadap ternak konvensional maupun non konvensional, komersial
mau maupun non komersial, semestinya dapat dikategorikan sebagai usaha peternakan. Dengan
demikian, meneliti dan menggali potensi satwa-satwa non konvensional kearah budidaya serta
pemanfaatannya juga menjadi tugas dan kewajiban kita yang berkecimpung di bidang
peternakan. Aneka satwa liar di daerah tropis yang berpotensi dikembangkan melalui upaya
budidaya untuk tujuan memperluas pemanfaatan, perlu mendapatkan wadah dalam mata ajaran
di pendidikan-pendidikan formal.

Satwa harapan adalah binatang atau satwa selain binatang yang dipelihara atau diternakan dan
diharapkan jika diusahakan akan menghasilkan bahan dan jasa seperti ternak. Dengan kata lain,
satwa harapan merupakan satwa liar yang dapat memberikan manfaat ekonomis dan non
ekonomis jika dipelihara atau diternakan.

2.2 Budidaya Sawta Harapan Ulat Sutera

Ulat sutera (Bombyx mori L.) merupakan salah satu jenis serangga yang dapat menghasilkan
benang dengan kualitas yang sangat baik yang kemudian diolah menjadi salah satu kain
unggulan. Sutera yang sangat berkelas yakni kain sutera. Berkat kualitas dan popularitasnya,

3
harga kain sutera ini tergolong mahal. Padahal, pasokan benang sutera saat ini masih belum
mencukupi permintaan dari konsumen sehingga pemerintah masih mengandalkan impor untuk
memenuhi pasokan benang sutera. Tidak mengherankan apabila prospek budidaya ulat sutera
dinilai cukup menjanjikan untuk dikembangkan.

Ulat sutera adalah salah satu serangga anggota famili Bombycidar, yang dalam siklus
kehidupannya dapat dihasilkan suatu komoditas serat sutera alam yang bernilai ekonomi tinggi.
Tiga alasan mengapa budidaya ulat sutera tetap masih memberikan harapan besar di Indonesia
bila dikelola dengan serius.

a. jumlah populasi dunia yang semakin bertambah tentu sejalandengan kebutuhan serat sutera
alam.

b. pengadaan energi terutama minyak yang semakin menurun tentu akan membatasi produksi
serat sintetis.

c. dengan kecenderungan pengembangan ekologi di dunia, tentu akan bertambah orang yang
beralih menyukai serat sutera alam.

Ulat sutera yang dipelihara di Indonesia untuk produksi kokon umumnya bersifat bivoltin, dan
merupakan hasil persilangan atau hibrid dari ras Jepang dan ras Cina. Ulat ini memiliki karakter
4 kali pergantian kkulit. Pertumbuhan ulat sutera sangat dipengaruhi oleh ras, musim, kondisi
pemeliharaan, mutu genetik dan pakan. Kondisi klimat seperti temperatur, kelembaban, cahaya,
sirkulasi udara juga sangat mempengaruhi pertumbuhan ulat sutera. Pakan alami ulat sutera
adalah daun murbei (Morus, sp.), jenis tanaman yang dapat tumbuh di daerah sub tropis maupun
daerah tropis, di dataran rendah maupun dataran tinggi.

Di negara Jepang telah lama dikembangkan pakan buatan untuk mengatasi keterbatasan lahan
kebun murbei, serta ketiadaan daun murbei pada musim dingin. Dengan pakan buatan, tenaga
kerja pemelihara juga jauh berkurang sehingga lebih efisien. Pakan buatan ulat sutera tetap
menggunakan murbei sebagai bahan dasar, tetapi dalam bentuk tepung.Di Indonesia, upaya
pembuatan pakan buatan sudah dilakukan sejak tahun 1989, namun hingga saat ini belum
diaplikasikan di lapangan, sehingga belum menjadi produk komersial. Pakan buatan belum
memasyarakat di kalangan petani ulat sutera di Indonesia.

4
a. Penanganan telur ulat sutera

Telur ulat diletakan pada tempat yang datar dan disebar secara merata di kotak penetasan. Pada
kotak tersebut dipasang kasa/kertas putih tipis. Apabila pada telur tersebut sudah mulai nampak
telur yang berwarna transparan dan terlihat titik biru, maka diadakan perlakuan penutupan telur
dengan kain berwarna hitam/gelap (umunya 1-2 hari). Tujuan adanya perlakuan penggelapan
tersebut agar telur menetas secara merata dan dalam waktu yang relative bersamaan. Setelah 80-
90% telur sudah terlihat transparan dan terdapat titik biru, maka kain hitam tersebut dibuka
sampai seluruh telur menetas sempurna.

b. Pemeliharaan ulat sutera

- Pemeliharaan ulat kecil (Instar I-III)

Ulat yang baru keluar dari telur kelihatan kecil kehitam-hitaman atau coklat gelap dengan kepala
besar, serta badannya masih tertutup rambut. Pada fase ini ulat sudah bisa diberi makan irisan
tipis daun murbei muda. Pada hari kedua, tubuhnya menjadi gemuk, warnanya kehijau-hijauan
dan rambutnya seolah-olah rontok. Setelah itu, ulat akan berhenti makan untuk memasuki masa
istirahat dan diakhiri dengan pergantian kulit. Fase diatas disebut dengan instar I. Setelah
berganti kulit, larva ulat mulai memasuki instar II dan selanjutnya memasuki instar III yang
biasanya didahului masa istirahat dan berganti kulit. Lama tiap instar tidak sama, pada umumnya
masa yang terpendek ialah instar II, I dan III dengan masa istirahat lebih kurang satu hari.
Peralihan tiap instar ditandai dengan berhentinya makan (ulat istirahat) dan terjadinya pergantian
kulit. Pada fase pemeliharaan ulat kecil ini pada umumnya selama 12 hari.

- Pemeliharaan ulat besar (Instar III-V)

Ulat terus bertumbuh besar, irisan daun murbei semakin besar dan kebutuhan pakan ulat semakin
banyak. Pada instar IV umur ulat 4-5 hari, sedangkan pada instar V umur ulat 6-7 hari. Pada
akhir instar V sudah tidak terjadi pergantian kulit, tubuh ulat terlihat transparan dan ulat berhenti
makan. Pada fase ini ulat sudah mulai mengeluarkan serat sutera dan memasuki fase pengokonan
(ulat sudah matang). Lama fase pemeliharaan ulat besar ini pada umumnya selama 13 hari.
Namun, pada lokasi dengan kelembaban rendah membuat umur ulat relative panjang.

c. Proses pengokonan

5
Periode hidup mulai dari telur menetas sampai proses pengokonan kurang lebih satu bulan.
Setelah akhir instar V, ulat mulai proses pengokonan dengan mengeluarkan serat sutera yang
dihasilkan oleh kelenjar sutera (silk gland) yang berada di mulut larva ulat. Selanjutnya, ulat
akan berubah menjadi pupa didalam kokon selama 2-3 hari dan akan berubah menjadi kupu
setelah 8-9 hari. Pemanenan kokon ulat sutera dilakukan sebelum kupu keluar dari ujung
kepompong.

d. Panen dan seleksi kokon

Waktu panen kokon dilakukan 6-7 hari sejak proses. Panen kokon terlalu awal dapat merusak
pupa yang masih muda yang akibatnya kokon dapat membusuk dan menimbulkan kokon cacat
pintal (inside soiled cocoon).Sebaliknya jika terlambat dipanen, pupa sudah berubah menjadi
kupu yang akan menerobos kulit kokon, sehingga tidak dapat dipintal.pada tahap pemanenan.
Seleksi kokon dilakukan untuk menentukan kualitas kokon dan berpengaruh pada harga kokon.

Pisahkan kokon normal (tidak penyok dan berwarna putih bersih) dengan kokon cacat (kokon
dobel, kokon tipis, kokon berlubang, bentuk tidak normal, kokon pipih, dan kokon kotor).
Setelah proses seleksi, kokon dikeringkan dengan cara pengovenan pada suhu 90 derajat celcius
selama 2 jam, kemudian 75 derajat celcius selama 1,5 jam dan suhu 55 derajat celcius selama 2,5
jam. Pengeringan kokon dilakukan sampai harus betul-betul kering, sehingga beratnya kira-kira
hanya tinggal 40% dari berat kokon basah (fresh cocoon).

2.3 Manfaat Budidaya Satwa Harapan Ulat Sutera

Manfaat ulat sutra yang sampai saat ini telah diketahui adalah

1. Penghasil benang sutra untuk kebutuhan industri tekstil yang diambil dari kepompongnya
2. Dijadikan obat tradisional di Cina karena ulat ini mengandung banyak protein
3. Dipercaya untuk merawat kulit wajah sehingga banyak digunakan di klinik kecantikan
4. Dijadikan Obat Tradisional Ulat sutra ternyata sudah digunakan sejak zaman dahulu kala
oleh masyarakat Tiongkok sebagai obat tradisional yang tentunya berkhasiat bagi tubuh.
Terdapat beberapa khasiat dari ulat sutra yang dijadikan obat tradisional, seperti
meredakan kejang-kejang, mengobati masuk angin, dan mengencerkan dahak.

6
5. Menjadi Komponen Bahan Suplemen Penambah Stamina Kandungan protein yang tinggi
pada larva ulat sutra ternyata dapat dijadikan salah satu komponen bahan untuk suplemen
penambah stamina. Kandungan protein dalam larva ulat sutra dapat memberikan efek
yang baik bagi tubuh.
6. Bernilai ekonomi tinggi.

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Berdasarkan dari makalah ini kesimpulan yang didapatkan yaitu

1. Satwa harapan adalah binatang atau satwa selain binatang yang dipelihara atau diternakan
dan diharapkan jika diusahakan akan menghasilkan bahan dan jasa seperti ternak.
2. Pertumbuhan ulat sutera sangat dipengaruhi oleh ras, musim, kondisi pemeliharaan, mutu
genetik dan pakan. Kondisi klimat seperti temperatur, kelembaban, cahaya, sirkulasi
udara juga sangat mempengaruhi pertumbuhan ulat sutera. Pakan alami ulat sutera adalah
daun murbei (Morus, sp.), jenis tanaman yang dapat tumbuh di daerah sub tropis maupun
daerah tropis, di dataran rendah maupun dataran tinggi. Budidaya ulat sutera dimulai dari
penanganan telur ulat, pemeliharaan ulat, proses pengokonan, hingga panen dan seleksi
kokon.
3. Manfaat dari budidaya ulat sutera diantaranya, mampu menghasiloan benang sutra,
bernilai ekonomi tinggi, dapat merawat kulit wajah, hingga berguna di bidang kesehatan.

SARAN

Kami menyadari dalam proses pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu kami membutuhkan bimbingan serta masukan dari guru mata
pelajaran pengampu, jika ada kesalahan maka kami berharap mohon dimaklumi dan
dimaafkan.

7
DAFTAR PUSTAKA

Andadari, Lincah, dkk. Budidaya Murbei dan Ulat Sutera. 2013. Forda Press. Bogor.

Widyaningrum, P. 2008. Satwa Harapan Tropis (Jangkrik, Ulat Sutera, dan Lebah Madu).
Semarang University Press.Semarang

Anda mungkin juga menyukai