kawasan hutan di Kabupaten Seram Bagian Barat terdiri dari hutan konservasi
22.213,14 ha, hutan lindung 122.796,23 ha, hutan produksi tetap 10.768,13 ha,
lima kawasan terdiri dari CA Gunung Sahuwai, CA Tanjung Sial, SM Pulau Kasa,
daratan Pulau Kasa, ditunjuk sebagai kawasan hutan konservasi berdasarkan Surat
1978. Selanjutnya hasil tata batas oleh Balai Pemantapan Kawasan Hutan IX
Ambon pada Tahun 1982 kawasan hutan Pulau Kasa dengan luasan 52,89 Ha
Secara geografis Pulau Kasa terletak pada posisi 128°7’ - 128°8’ BT dan
3°17’ - 3°19’ LS, berada dalam di Teluk Piru yang berbentuk memanjang dengan
panjang pulau sekitar 1,7 km dan lebar rata-rata 300 m. Pulau Kasa di sebelah
31
Utara berhadapan dengan Teluk Latira, sebelah Barat dengan perairan desa Loki
dan Ketapang, serta sebelah Selatan dengan perairan laut Hitu dan sebelah timur
Pulau Kasa seluas 1.100 ha ditunjuk sebagai kawasan taman wisata alam laut.
32
Kawasan hutan atau daratan Pulau Kasa di kelilingi oleh gosong pasir dan
karang kering (drying reef) yang cukup luas, dan akan tampak pada saat air laut
Kawasan Suaka Margasatwa Pulau Kasa dapat dicapai dari kota Ambon
dengan kendaraan rute Ambon – Liang – Kairatu – Piru – Desa Ketapang dan
dengan waktu tempuh lebih kurang 7 – 8 jam. Selain itu dapat pula ditempuh dari
Ambon – Desa Leihitu dan dilanjutkan dengan speedboat sewaan dengan waktu
cukup kuat, sehingga menimbulkan dampak berupa tingkat abrasi yang cukup
Garis pantai yang ada dari tahun ke tahun semakin terkikis dan dalam
beberapa tahun terakhir ada tempat-tempat tertentu di Pulau Kasa yang terabrasi
sampai sejauh 3-4 meter ke daratan (Balai Konservasi Sumber Daya Alam
Maluku, 2010).
bertekstur pasir pada seluruh pulau. Batuan yang terdapat di Pulau Kasa
merupakan batu karang (Balai Konservasi Sumber Daya Alam Maluku, 2010).
33
3.4. Hidrologi
Pulau Kasa merupakan sebuah pulau kecil, di pulau ini tidak terdapat
sungai, saluran drainase dan sumber air tawar. Kondisi tanah yang bertekstur
pasir, menyebabkan air akan dengan cepat meresap kedalam tanah. Satu-satunya
sumur yang terdapat di Pulau Kasa menghasilkan air payau. Hal ini mungkin
disebabkan kecilnya luasan dan sifat tekstur tanah dari daratan Pulau Kasa
3.5. Iklim
Pulau Kasa terletak di perairan Teluk Piru yang memiliki tipe iklim laut
tropis dan iklim musim. Ada empat musim yang mempengaruhi wilayah ini yaitu
34
Berdasarkan data meteorologi lima tahunan, suhu udara rata-rata berkisar
dari 20,2 – 33,8 °C dengan rata-rata 26,2 – 26,3 °C. Jumlah Curah Hujan rata-rata
kategori Zone II.6 yakni curah hujan tahunan 2.500 – 4.000 mm dan Zone B2 (7 –
Tipe hutan Pulau Kasa yaitu hutan pantai, kondisi vegetasi di kawasan
hutan Pulau Kasa masih dalam kondisi baik. Jenis vegetasi yang dapat dijumpai
di kawasan hutan Pulau Kasa antara lain belo (Diospyros pilosanthera), besi
Salamuli (Cordia subcordata), kayu tali, aimina, aiyall, hanet dan kayu angin
jenis satwa lainnya seperti burung pombo dada putih (Ducula bicolor), burung
pombo hijau (Ducula forstenii), elang laut (Haliastur indus), trinil pantai (Actitis
35
(Halcyon spp.), walet (Collocalia infuscata), elang laut (Haliaeetus leucogaster),
soa soa (Hydrosaurus spp.), biawak (Varanus spp.), ular sanca batik (Phyton
Kaibobo., sedangkan Desa/Negeri yang berada di sekitar Pulau Kasa antara lain
Negeri Kaibobo, Negeri Ariate, Negeri loki, Dusun Ketapang, Dusun Sahuwai,
Kehidupan adat istiadat masih dipegang cukup erat oleh masyarakat sekitar
atau biasa dikenal dengan sebutan Negeri dipimpin oleh seorang Raja.
Kedudukan raja sama dengan kepala desa dalam pemerintahan desa. Selain itu,
raja juga memiliki kedudukan penting dalam kelembagaan adat. Selain raja
dalam kelembagaan adat, terdapat Saniri Adat. Posisi Saniri Adat juga penting
kelembagaan adat. Saniri Adat ini terdiri atas perwakilan soa yang ada di Negeri
atau Dusun.
yang dikenal dengan SASI. Sasi yang diterapkan oleh masyarakat sekitar
kawasan Suaka Margasatwa Pulau Kasa terdiri atas Sasi Laut untuk pengaturan
pemanfaatan sumberdaya laut seperti penggunaan alat tangkat, wilayah dan waktu
36
pengambilan/penangkapan ikan , sedangkan Sasi Darat untuk pemanfaatan
sumberdaya darat seperti hasil hutan, kebun dan pengaturan petuanan tanah adat.
adalah petani dan nelayan. Selain itu terdapat juga masyarakat yang memiliki
kegiatan sebagai peramu atau pengumpul hasil hutan. Hasil hutan yang
dikumpulkan antara lain berupa getah damar, kayu bakar dan satwa liar.
Letak Pulau Kasa di Teluk Piru memiliki akses terbuka sering dijadikan
persinggahan oleh nelayan baik dari negeri atau dusun di sekitar kawasan maupun
dari daerah luar seperti Bugis, Buton dan Madura. Hal ini berdasarkan informasi
dari masyarakat, bahkan ditandai dengan adanya beberapa makam nelayan dari
ekologis agar kelestarian alamnya tetap terjaga (Balai KSDA Maluku, 2010).
Namun karena letaknya di Teluk Piru dan keindahan daya tarik obyek
membangun sarana prasarana yang tidak sesuai dengan peruntukan kawasan yang
sarana prasarana ini berupa dua stasiun pengamatan/penelitian perikanan, dua unit
37
homestay (rumah tinggal), satu unit rumah generator dan satu unit instalasi
penyulingan air payau/asin untuk dijadikan air tawar Instalasi ini berupa satu buah
bak penampungan, satu buah sumur, satu unit menara air, satu unit rumah
koordinasi dan ijin dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Maluku sebagai
Gambar 6. Homestay (1), Stasiun Pengamatan Perikanan (2), jalan setapak (3)
dan instalasi penyulingan air tawar (4) di dalam Kawasan Suaka
Margasatwa Pulau Kasa
38