Anda di halaman 1dari 8

GAMBARAN UMUM

3.1. Status dan Luas Kawasan

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 415/Kpts-

II/1999 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan di Provinsi Maluku,

kawasan hutan di Kabupaten Seram Bagian Barat terdiri dari hutan konservasi

22.213,14 ha, hutan lindung 122.796,23 ha, hutan produksi tetap 10.768,13 ha,

hutan produksi dapat dikonversi 171.276,14 ha dan hutan produksi terbatas

158.184,97 ha. Kawasan konservasi di Kabupaten Seram Bagian Barat sebanyak

lima kawasan terdiri dari CA Gunung Sahuwai, CA Tanjung Sial, SM Pulau Kasa,

TWAL Pulau Marsegu dan TWAL Pulau Kasa.

SM Pulau Kasa merupakan kawasan hutan pantai yang menutupi seluruh

daratan Pulau Kasa, ditunjuk sebagai kawasan hutan konservasi berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 653/Kpts/Um/10/1978 tanggal 12 Oktober

1978. Selanjutnya hasil tata batas oleh Balai Pemantapan Kawasan Hutan IX

Ambon pada Tahun 1982 kawasan hutan Pulau Kasa dengan luasan 52,89 Ha

ditetapkan sebagai Suaka Margasatwa berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Kehutanan Nomor : 14/Menhut-II/2006 tanggal 18 Januari 2006 (Balai

Konservasi Sumber Daya Alam Maluku, 2010).

3.2. Letak dan Luas

Secara geografis Pulau Kasa terletak pada posisi 128°7’ - 128°8’ BT dan

3°17’ - 3°19’ LS, berada dalam di Teluk Piru yang berbentuk memanjang dengan

panjang pulau sekitar 1,7 km dan lebar rata-rata 300 m. Pulau Kasa di sebelah

31
Utara berhadapan dengan Teluk Latira, sebelah Barat dengan perairan desa Loki

dan Ketapang, serta sebelah Selatan dengan perairan laut Hitu dan sebelah timur

dengan perairan Hatusua. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian

Nomor : 653/Kpts/Um/10/1978 tanggal 12 Oktober 1978, perairan di sekeliling

Pulau Kasa seluas 1.100 ha ditunjuk sebagai kawasan taman wisata alam laut.

Gambar 4. Peta Kawasan Suaka Margasatwa Pulau Kasa

32
Kawasan hutan atau daratan Pulau Kasa di kelilingi oleh gosong pasir dan

karang kering (drying reef) yang cukup luas, dan akan tampak pada saat air laut

mengalami pasang surut.

Kawasan Suaka Margasatwa Pulau Kasa dapat dicapai dari kota Ambon

dengan kendaraan rute Ambon – Liang – Kairatu – Piru – Desa Ketapang dan

dilanjutkan dengan speedboat atau perahu tradisional (belang) ke Pulau Kasa

dengan waktu tempuh lebih kurang 7 – 8 jam. Selain itu dapat pula ditempuh dari

Ambon – Desa Leihitu dan dilanjutkan dengan speedboat sewaan dengan waktu

tempuh 4 – 5 jam (Balai Konservasi Sumber Daya Alam Maluku, 2010).

3.3. Topografi, Geologi dan Tanah

Suaka Margasatwa Pulau Kasa merupakan sebuah pulau kecil dengan

ketinggian 0 – 4 dpl dan kelerengan rendah . Kondisi arus laut di sekitarnya

cukup kuat, sehingga menimbulkan dampak berupa tingkat abrasi yang cukup

tinggi terjadi di sepanjang pantai Pulau Kasa.

Garis pantai yang ada dari tahun ke tahun semakin terkikis dan dalam

beberapa tahun terakhir ada tempat-tempat tertentu di Pulau Kasa yang terabrasi

sampai sejauh 3-4 meter ke daratan (Balai Konservasi Sumber Daya Alam

Maluku, 2010).

Pulau Kasa merupakan sebuah pulau karang yang telah mengalami

pelapukan selama jutaan atau ratusan tahun, sehingga menghasilkan tanah

bertekstur pasir pada seluruh pulau. Batuan yang terdapat di Pulau Kasa

merupakan batu karang (Balai Konservasi Sumber Daya Alam Maluku, 2010).

33
3.4. Hidrologi

Pulau Kasa merupakan sebuah pulau kecil, di pulau ini tidak terdapat

sungai, saluran drainase dan sumber air tawar. Kondisi tanah yang bertekstur

pasir, menyebabkan air akan dengan cepat meresap kedalam tanah. Satu-satunya

sumur yang terdapat di Pulau Kasa menghasilkan air payau. Hal ini mungkin

disebabkan kecilnya luasan dan sifat tekstur tanah dari daratan Pulau Kasa

sehingga air laut masih dapat merembes/instrusi ke wilayah daratan.

Gambar 5. Sumur di dalam Kawasan Suaka Margasatwa Pulau Kasa

3.5. Iklim

Pulau Kasa terletak di perairan Teluk Piru yang memiliki tipe iklim laut

tropis dan iklim musim. Ada empat musim yang mempengaruhi wilayah ini yaitu

musim barat (Desember – Februari), musim Pancaroba I (Maret – Mei), musim

Timur (Juni – Agustus) dan musim Timur (September – November). Setiap

musim memiliki karakteristik berbeda-beda yang ditunjukan dengan suhu udara,

pola angin, curah hujan dan faktor cuaca lainnya.

34
Berdasarkan data meteorologi lima tahunan, suhu udara rata-rata berkisar

dari 20,2 – 33,8 °C dengan rata-rata 26,2 – 26,3 °C. Jumlah Curah Hujan rata-rata

tahunan berkisar dari 10,9 – 18,0 mm, penyinaran matahari 54 – 61 % dan

kelembaban udara nisbi 72 – 92 % dengan rata-rata 87 %. Berdasarkan

klasifikasi data iklim menurut Oldeman (1980), pengelompokan curah hujan

berdasarkan zone agroklimat, wilayah Kabupaten Seram Bagian Barat masuk

kategori Zone II.6 yakni curah hujan tahunan 2.500 – 4.000 mm dan Zone B2 (7 –

9 BB, < 2 BK) (Statistik Daerah Seram Bagian Barat, 2011)

3.6. Flora dan Fauna

Tipe hutan Pulau Kasa yaitu hutan pantai, kondisi vegetasi di kawasan

hutan Pulau Kasa masih dalam kondisi baik. Jenis vegetasi yang dapat dijumpai

di kawasan hutan Pulau Kasa antara lain belo (Diospyros pilosanthera), besi

pantai (Pongamia pinata), cemara pantai (Casuarina equisetifolia), kayu besi

(Intsia bijuga), kayu nani (Metrisideros vera), kayu papua (Leptospermum

vravscens), kayu pepaya (Scapium nodosis), langsa hutan (Langsium

domesticum), manggabrabu (Cerbera manghas), petai hutan (Parasianthes spp.),

Salamuli (Cordia subcordata), kayu tali, aimina, aiyall, hanet dan kayu angin

(Balai Konservasi Sumber Daya Alam Maluku, 2010).

Selain burung gosong maluku (Euliphoa wallacei) dan burung gosong

kelam (Megapodius freycinet), di kawasan hutan Pulau Kasa ditemukan jenis-

jenis satwa lainnya seperti burung pombo dada putih (Ducula bicolor), burung

pombo hijau (Ducula forstenii), elang laut (Haliastur indus), trinil pantai (Actitis

hipoleucos), camar (Stercorarius pomarinus), dara laut (Sterna hirundo), pekaka

35
(Halcyon spp.), walet (Collocalia infuscata), elang laut (Haliaeetus leucogaster),

soa soa (Hydrosaurus spp.), biawak (Varanus spp.), ular sanca batik (Phyton

reticulatus), kadal (Gecko spp.), kepiting dan jenis-jenis serangga (Balai

Konservasi Sumber Daya Alam Maluku, 2010).

3.7. Sosial Ekonomi dan Budaya

Pulau Kasa merupakan wilayah petuanan (hak ulayat) dari Negeri

Kaibobo., sedangkan Desa/Negeri yang berada di sekitar Pulau Kasa antara lain

Negeri Kaibobo, Negeri Ariate, Negeri loki, Dusun Ketapang, Dusun Sahuwai,

Dusun La Ala, Dusun Olas dan Dusun Sia Putih.

Kehidupan adat istiadat masih dipegang cukup erat oleh masyarakat sekitar

kawasan Suaka Margasatwa Pulau Kasa. Terdapat dua macam sistem

kelembagaan yaitu kelembagaan pemerintahan desa dan kelembagaan adat. Desa

atau biasa dikenal dengan sebutan Negeri dipimpin oleh seorang Raja.

Kedudukan raja sama dengan kepala desa dalam pemerintahan desa. Selain itu,

raja juga memiliki kedudukan penting dalam kelembagaan adat. Selain raja

dalam kelembagaan adat, terdapat Saniri Adat. Posisi Saniri Adat juga penting

dalam kelembagaan adat. Pendapat Saniri Adat sangat berpengaruh dalam

kelembagaan adat. Saniri Adat ini terdiri atas perwakilan soa yang ada di Negeri

atau Dusun.

Selain itu dikenal pulaadanya hukum adat dalam pengelolaan sumberdaya

yang dikenal dengan SASI. Sasi yang diterapkan oleh masyarakat sekitar

kawasan Suaka Margasatwa Pulau Kasa terdiri atas Sasi Laut untuk pengaturan

pemanfaatan sumberdaya laut seperti penggunaan alat tangkat, wilayah dan waktu

36
pengambilan/penangkapan ikan , sedangkan Sasi Darat untuk pemanfaatan

sumberdaya darat seperti hasil hutan, kebun dan pengaturan petuanan tanah adat.

Mata pencaharian masyarakat di sekitar Suaka Margasatwa Pulau Kasa

adalah petani dan nelayan. Selain itu terdapat juga masyarakat yang memiliki

kegiatan sebagai peramu atau pengumpul hasil hutan. Hasil hutan yang

dikumpulkan antara lain berupa getah damar, kayu bakar dan satwa liar.

Letak Pulau Kasa di Teluk Piru memiliki akses terbuka sering dijadikan

persinggahan oleh nelayan baik dari negeri atau dusun di sekitar kawasan maupun

dari daerah luar seperti Bugis, Buton dan Madura. Hal ini berdasarkan informasi

dari masyarakat, bahkan ditandai dengan adanya beberapa makam nelayan dari

daerah luar yang meninggal dan dimakamkan di Pulau Kasa.

3.8. Sarana dan Prasarana

Pulau Kasa yang telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi, maka

pengelolaannya didasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang

konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Pembangunan yang

dilaksanakan di kawasan ini harus mempertimbangkan keberlangsungan proses

ekologis agar kelestarian alamnya tetap terjaga (Balai KSDA Maluku, 2010).

Namun karena letaknya di Teluk Piru dan keindahan daya tarik obyek

wisata di sekitarnya, Pemerintah Kabupaten Seram Bagian Barat telah

membangun sarana prasarana yang tidak sesuai dengan peruntukan kawasan yang

telah ditetapkan sebagai kawasan suaka margasatwa. Pelaksanaan pembangunan

sarana prasarana ini berupa dua stasiun pengamatan/penelitian perikanan, dua unit

37
homestay (rumah tinggal), satu unit rumah generator dan satu unit instalasi

penyulingan air payau/asin untuk dijadikan air tawar Instalasi ini berupa satu buah

bak penampungan, satu buah sumur, satu unit menara air, satu unit rumah

generator dan perlengkapan penyulingan air laut. Pelaksanaan

pembangunanannya oleh Pemerintah Kabupaten Seram Bagian Barat tidak atas

koordinasi dan ijin dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Maluku sebagai

pemangku kawasan (Balai Konservasi Sumber Daya Alam Maluku, 2010).

Gambar 6. Homestay (1), Stasiun Pengamatan Perikanan (2), jalan setapak (3)
dan instalasi penyulingan air tawar (4) di dalam Kawasan Suaka
Margasatwa Pulau Kasa

Bangunan-bangunan tersebut dihubungkan oleh jalan setapak yang

terletak di dalam kawasan hutan Suaka Margasatwa Pulau Kasa.

38

Anda mungkin juga menyukai