Alhamdulillah, puji dan syukur team survey panjatkan ke hadirat Tuhan yang
Maha Esa atas segala nikmat, karunia dan kuasa-Nya sehingga Team Survey dapat
menyusun Laporan Kegiatan Survey Burung Kakatua Tanimbar (Cacatua goffini) Di
Kawasan Suaka Margasatwa Pulau Tanimbar. Penyusunan laporan dibuat sebagai
tanggungjawab kegiatan telah dilaksanakan dengan baik.
Pada kesempatan ini, kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih
kepada :
1. Ir. Yunus Rumbarar yang telah memberikan bantuan, arahan, nasehat dan
bimbingan dalam pembuatan Laporan Survey Burung Kakatua Tanimbar
(Cacatua goffini) Di Kawasan Suaka Margasatwa Pulau Tanimbar.
2. Keluarga Besar BKSDA Maluku yang telah memberikan doa, dan restu serta
pengorbanan baik moral maupun material kepada team.
3. Temen-temen satu team yang telah bekerjasama atas selesainya pembuatan
laporan ini.
Semoga Laporan Pelaksanaan Kegiatan Survey Burung Kakatua Tanimbar
(Cacatua goffini) Di Kawasan Suaka Margasatwa Pulau Tanimbar ini dapat
memberikan informasi yang akurat dan bermanfaat bagi pembaca.
Team Survey
Lampiran 1. Foto tim survey burung Kakatua tanimbar (Cacatua goffini) BKSDA
Maluku
Lampiran 2. Foto tim survey burung Kakatua tanimbar (Cacatua goffini) BKSDA
Maluku melakukan pengamatan menggunakan kamera dan binokuler
Lampiran 3. Foto tim survey burung Kakatua tanimbar (Cacatua goffini) BKSDA
Maluku melakukan perencanaan lapangan
Lampiran 4. Foto burung Kakatua tanimbar (Cacatua goffini)
Lampiran 5 . Foto burung Bangau Bluwok
Lampiran 6. Foto tim survey burung Nuri Tanimbar
Lampiran 7. Foto tim survey burung Pombo (Ducula bicolor)
Lampiran 8. Foto tim survey burung gagak
Lampiran 10. Foto Cicak Tanimbar
Lampiran 11. Foto tim survey perjalanan menuju lokasi pengamatan
Lampiran 12. Foto tim survey membuat jalur transek dan pengamatan vegetasi
Lampiran 13. Foto tim survey di dalam kawasan SM. Pulau Tanimbar
Lampiran 13. Foto-foto pilihan Kakatua Tanimbar (Cacatua goffini)
2.1. Hutan
Pengertian hutan adalah suatu kumpulan atau asosiasi pohon-pohon yang
cukup rapat dan menutup areal yang cukup luas sehingga akan dapat membentuk
iklim mikro yang kondisi ekologis yang khas serta berbeda dengan areal luarnya.
Undang-Undang No 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, mendefinisikan hutan
sebagai suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam
hayati yang didominasi jenis pepohonan dalam persekutuan dengan lingkungannya,
yang satu dengan lain tidak dapat dipisahkan.
Dalam suatu ekosistem hutan terdapat suatu hubungan timbal balik antara
komponen-komponen didalamnya, dimana dalam ekosistem yang utuh sudah
terbentuk suatu kesetimbangan antara komponen. Terganggunya satu komponen
akan menyebabkan komponen lain dalam hutan terpengaruh sehingga ekosistem
akan bergerak mencari kesetimbangan yang baru, sebagai contoh adalah
pembukaan hutan yang seenaknya akan menyebabkan berkurangnya populasi
orang utan sebagai akibat kurangnya tempat tinggal dan makanan, sampai
terbentuknya kesetimbangan baru. Hutan merupakan tempat tinggal satwa yang
mutlak dan berbanding lurus atau berpengaruh besar terhadap kebelangsungan
hidup bagi satwa.
Dalam penelitian yang dipimpin Alex Kacelnik dan Alice Auersperg, tim
peneliti membuat sebuah kotak yang dilengkapi lima kunci yang berurutan. Kunci-
kunci ini digunakan untuk mengunci makanan burung (sejenis kacang) yang
tersimpan dalam kotak, dengan pintu yang terbuat dari plastik bening
3.4. Pendanaan
Kegiatan Survey Burung Kakatua Tanimbar (Cacatua goffini) Di Kawasan
Suaka Margasatwa Pulau Tanimbar dilaksanakan dengan menggunakan sumber
D= n
2L
w = lebar transek
PD = A x n
2 L WD
Dimana :
Pd = Jumlah populasi
w = lebar transek
A = luas kawasan
D = Σ y dilokasi penelitian
L wilayah pengamatan
dimana :
D = kepadatan (ekor/ha)
L = luas
P = n Σ Xi
Keterangan :
P = Populasi
INP = KR + DR + FR
pasat tenggara atau angin timuran dari Australia yang dingin dan relatif
Selama periode Oktober – Maret, angin pasat timur laut dari lautan pasifik
dan Asia yang lembab dan panas bertiup secara dominan dan konvergen
menuju ekuator dan berubah arah menjadi barat laut atau angin baratan
menuju bagian selatan ekuator, diantaranya melewati laut Banda yang cukup
luas. Angin tersebut banyak mengandung uap air yang tercurah sebagai
hujan di wilayah Maluku Tenggara Barat. Curah hujan cukup tinggi pada
Sumber : Stasiun Meteorologi Saumlaki dalam Tanimbar Utara Dalam Angka 2011
tertinggi 28,7°C dengan kelembaban sekitar 85%. Dalam satu tahun terdapat dua
musim, yaitu musim hujan dan kemarau. Bulan Juni merupakan bulan dengan
curah hujan paling tinggi dan bulan Agustus curah hujannya paling rendah.
Tabel 2. Keadaan Arah Angin dan Kecepatan Angin di Kecamatan Tanimbar Utara,
Kab. Maluku Teggara Barat
Angin
Kecepatan Arah Kecepatan
Bulan Arah
Rata-rata Terbanyak Terbesar
(Knot) (°) (Knot) (°)
Januari 7 280 25 300
Mei 7 100 20 90
Sumber : Stasiun Meteorologi Saumlaki dalam Tanimbar Utara Dalam Angka 2011
Kepulauan Tanimbar adalah bagian dari gugus pulau di provinsi Maluku yang
terletak di bagian selatan. Secara astronomis, kepulauan tanimbar terletak pada 60
– 8030’ Lintang Selatan dan 125045’ – 1330 Bujur Timur.
Posisi Kepulauan Tanimbar secara jelas dapat dilihat pada gambar – gambar
berikut ini:
Gambar 7. Posisi Kep. Tanimbar-Kab. Maluku Tenggara Barat (Sumber: Google Earth)
Gugus pulau Tanimbar terdiri dari 174 pulau baik yang berpenghuni maupun
tidak berpenghuni . Dari total pulau tersebut, hanya 1 pulau yang tergolong pulau
besar sekaligus sebagai daratan utama (mainland) yakni Pulau Yamdena,
sedangkan sisanya tergolong sebagai Pulau Kecil (≤ 2000 km2) sebagaimana
kriteria yang terdapat dalam UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Panjang garis pantai kepulauan Tanimbar adalah 1623,2695 km.
Secara administratif, kepulauan Tanimbar secara keseluruhan merupakan wilayah
Kabupaten Maluku Tenggara Barat, sehingga ketika kita menyebut Kabupaten
Maluku Tenggara Barat (selanjutnya ditulis MTB) maka ingatan kita secara otomatis
adalah kepulauan Tanimbar. Wilayah Kabupaten MTB pada awalnya meliputi
beberapa gugus pulau lain di bagian barat kep Tanimbar, yaitu Kep. Babar, Lemola
(Leti Moa Lakor) dan Pulau – pulau terselatan. Namun seiring dengan tuntutan
pemekaran daerah, maka ketiga gugus kepulauan tersebut telah berdiri sendiri
sebagai satu wilayah otonom baru dengan nama kabupaten Maluku Barat Daya
(MBD) berdasarkan UU no 13 tahun 2008. Dengan demikian secara de facto,
Laporan Survey burung Kakatua Tanimbar (Cacatua goffini) 25
Kabupaten MTB hanya terdiri dari kepulauan Tanimbar. Mencermati proses
pemekaran yang terjadi, maka nama kabupaten MTB sebenarnya tidak tepat lagi.
Nama Kabupaten Kepulauan Tanimbar semestinya menjadi pertimbangan untuk
mengganti Nama Kabupaten MTB karena lebih bersifat site spesifik (spesifik lokasi).
Dengan pemekaran tersebut, saat ini secara administrasi pemerintahan,
Kabupaten MTB yang meluputi seluruh gugus pulau Tanimbar mempunyai luas
keseluruhan 53.251.20 km2 yang terdiri dari wilayah daratan seluas 6 192 Km2
(11.63%) dan wilayah perairan seluas 47.059,20 Km2 (88.37%). Luasnya wilayah
perairan seperti tersebut diatas menunjukan bahwa wilayah kepulauan Tanimbar
memiliki potensi sumberdaya pesir dan laut yang sagat kaya yang dapat berguna
untuk pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat Tanimbar.
Dikepulauan Tanimbar terdapat 9 kecamatan antara lain Kecamatan
Kormomolin, Kecamatan Nirunmas, Kecamatan Selaru, Kecamatan Tanimbar
Selatan, Kecamatan Tanimbar Utara, Kecamatan Wermaktian, Kecamatan
Wertamrian, Kecamatan Wuarlabobar dan Kecamatan Yaru dengan 70 desa, 15
anak desa dan 1 kelurahan. Nama dan ibu kota kecamatan jumlah pulau, jumlah
desa, anak desa dan kelurahan di setiap kecamatan secara lengkap dapat dilihat
pada tabel 3 berikut
Tabel 3. Nama dan ibu kota kecamatan jumlah pulau, jumlah desa, anak desa
dan kelurahan di setiap kecamatan
Gambar 9. ken-ametelling.blogspot.com
Bahasa yang dipakai oleh masyarakat ini adalah bahasa Fordata yang amat
terpengaruh oleh bahasa Kei. Sebagian dari mereka menggunakan bahasa
Yamdena, terutama yang mendiami daerah bagian timur Pulau Yamdena dan Pulau
Selaru. Bahasa ini dianggap masih sekerabat dengan bahasa Tetun di Pulau Timor
(Timor Leste). Mata pencaharian masyarakat ini adalah berladang dan menangkap
ikan. Tanaman pokoknya adalah ubi jalar, ubi kayu, jagung dan sedikit padi. Protein
hewani mereka peroleh dari hasil tangkapan ikan dan binatang laut lainnya.
Orang Tanimbar menganut sistem kekerabatan yang berdasarkan garis
keturunan ayah (patrilineal). Keluarga intinya disebut tabil dalam. Namun mereka
lebih suka mengelompok dalam kesatuan keluarga batih patrilineal yang disebut das
dalam. Hubungan kekerabatan dibedakan atas awai merwan (saudara dekat) dan
4.5. Aksesibilitas
Untuk mencapai kawasan, dapat ditempuh dengan rute:
Ambon – Saumlaki :
Saumlaki – SM Tanimbar :
tempel)
atau
4.6. Potensi
Berdasarkan Peta Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Maluku skala 1 :
250.000 (Keputusan Menteri Kehutanan No. 415/Kpts-II/1999 tanggal 15 Juni 1999)
kawasan hutan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat menurut luas dan fungsinya
dapat dilihat pada tabel 4 berikut.
Tabel 4. Luas dan Fungsi Kawasan Hutan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat
Kayu Torem (Manilkara sp.), Kayu Besi (Instia sp.), Lingua (Pterocarpus
indicus), Mangrove, Anggrek Larat, dan berbagai jenis Palma
Fauna
Kakatua Tanimbar (Cacatua goffini), Nuri Tanimbar (Eos reticulata), Kipasan
Tanimbar (Rhidupa opistherythra), Kus-kus (Phalanger sp.), Biawak, Piton
Tanimbar, dll
4.6.2 Potensi Nonhayati
Jasa Lingkungan
5.2. Habitat
Pemahaman hubungan antara habitat dan jenis burung sangat mendasar bila
ingin mengetahui status konservasinya. Pendekatan penelaahan habitat ini antara
lain berguna untuk mendapatkan pemahaman mengenai sifat hubungan antara
burung dan habitatnya dan memprediksikan kemungkinan-kemungkinan akibat
perubahan tata guna lahan dimasa yang akan datang.
Pohon Bringin (Ficus sp.), Ketapang (Terminalia catappa), pohon Kedondong
Hutan (Spondias sp.) dan pohon runun merupakan pohon sumber makanan dan
tempat bermain bagi burung Kakatua tanimbar (Cacatua goffini) yang jumlahnya di
kawasan Suaka Margasatwa Pulau Tanimbar sangat banyak ditemui sehingga turut
mempengaruhi kebutuhan makanan burung Kakatua tanimbar (Cacatua goffini) .
Tersediannya sumber makanan dan tempat berkembang biak yang aman membuat
burung-burung tersebut menempati habitat yang mempunyai sumber pakan yang
cukup untuk berkembang biak.
Kakatua tanimbar (Cacatua goffini) dijumpai di hutan dataran rendah dekat
perkebunan masyarakat. Pada kegiatan survey di kawasan Suaka MargasatwA
Pulau Tanimbar dilakukan pengamatan pada hutan dataran rendah dengan
ketinggian antara 0 s/d 300 m di atas permukaan air laut.
Salah satu data dasar yang harus dimiliki dalam rangka kegiatan survey
populasi burung Kakatua tanimbar (Cacatua goffini) di kawasan konservasi Suaka
Margasatwa Pulau Tanimbar adalah dengan mengetahui kondisi vegetasi yang ada.
Kondisi vegetasi merupakan komponen yang sangat penting karena berpengaruh
terhadap karakteristik habitat tempat berkembang biak burung Kakatua tanimbar
(Cacatua goffini). Pengumpulan data vegetasi di Suaka Margasatwa Pulau
Tanimbar dilakukan dengan mengikuti panjang jalur transek pengamatan, analisis
yang digunakan adalah analisis vegetasi berdasarkan nilai INP yang diperoleh.
Untuk mencari nilai indeks penting tumbuhan atau INP, dalam tiap petak ukur
yang dibuat akan dicari tinggi dan diameter pada tiap jenisnya, hal ini dilakukan
pada tingkat pohon dan tiang. Jenis vegetasi yang memiliki nilai relatif INP besar
akan menjadi jenis yang paling berpengaruh atau paling tidak mempengaruhi dalam
Dari tabel di atas diketahui vegetasi tingkat semai yang mendominasi kawasan
SM Pulau Tanimbar dengan nilai tertinggi yaitu pada jenis pohon Pala Hutan
(Myristica fragrans) dengan nilai INP 72.16 atau 36.08 % dan jenis Kayu besi (Intsia
bijuga) dengan INP 9.43 atau sekitar 29.71 %. Untuk vegetasi tingkat semai yang
mempunyai nilai INP paling kecil adalah jenis pohon runun dengan nilai INP 5.44
atau 2.72 % dan jenis Gnemo (Gnetum gnemo) dengan nilai INP sebesar 4.80 atau
sekitar 2.4 %.
Untuk menghitung nilai INP pada tingkat pancang diperoleh dari perhitungan
parameter seperti dalam perhitungan pada tingkat semai yaitu menghitung nilai
Kerapatan Relatif dan Frekuensi Relatif. Hasil perhitungan pada tingkat semai dapat
dilihat pada Tabel 7 .
Dari perhitungan nilai INP vegetasi tingkat tiang di kawasan konservasi SM.
Pulau Tanimbar diperoleh jenis pohon Kayu Besi (Intsia bijuga) mendominasi
kawasan dengan nilai INP sebesar 122.07 atau 40.69 % Sedangkan untuk vegetasi
tingkat tiang yang mempunyai nilai paling kecil adalah jenis Torem (Manilkara sp.)
dengan nilai INP sebesar 26.29 atau 8.76 %.
Untuk vegetasi tingkat pohon penghitungan nilai INP masih menggunakan
tiga parameter perhitungan seperti penghitungan pada tingkat tiang yaitu Kerapatan
Relatif, Frekwensi Relatif dan Dominasi Relatif. Untuk hasil penghitungan dapat
dilihat pada tabel 9 dibawah ini:
Dari perhitungan nilai INP diatas diperoleh nilai untuk vegetasi tingkat pohon
jenis Kayu Besi (Intsia bijuga) mendominasi kawasan dengan nilai INP 125.18 atau
41.72 %, sedangkan untuk vegetasi pohon yang mempunyai nilai paling kecil adalah
jenis pohon Beringin (Ficus sp.) dengan nilai INP sebesar 8.23 atau 2.75 %.
Dalam penghitungan nilai INP nilai parameter terakhir yang sering digunakan
adalah nilai dominasi vegetasi. Dominasi di peroleh dengan cara mencari nilai total
luas bidang dasar dari suatu tumbuhan di bagi dengan total luasan sampel yang
dicari. Nilai dominasi mencerminkan besarnya luas penutupan bidang dasar
tumbuhan terhadap kawasan atau habitat. Dengan melihat nilai dominasi dan nilai
kerapatan pohon dapat digunakan untuk melakukan kegiatan penilaian potensi
khususnya untuk potensi kayu. Jika suatu vegetasi memiliki nilai kerapatan kecil
tetapi nilai dominasi besar dapat diketahui bahwa jenis vegetasi tersebut memiliki
rata-rata kayu dengan diameter besar.
Gambar 11. Penebangan pohon habitat satwa liar di SA. Gunung Sahuwai
6.1. Kesimpulan
6.2. Saran
http://www.profauna.net/id/pengenalan-jenis-satwa-liar/lorius-
domicellus#.VXkvhiyTzQk
http://www.tanimbarpress.net/id/ken-ametelling.blogspot.com
Lampiran 2. Foto tim survey burung Kakatua tanimbar (Cacatua goffini) BKSDA
Maluku melakukan pengamatan menggunakan kamera dan binokuler
Lampiran 12. Foto tim survey membuat jalur transek dan pengamatan vegetasi