ZOOLOGI INVERTEBRATA
(Identifikasi Hewan Kelompok Invertebrata di Kawasan
Kali Biru Bungkutoko)
KELOMPOK : I ( SATU ) A
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat taufik dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan praktikum
lapangan Zoologi Invertebrata dalam rangka memenuhi salah satu syarat kelulusan
dan untuk mengikuti ujian praktikum Zoologi Invertebrata.
Penyusunan laporan ini tentunya terdapat berbagai kesulitan dan hambatan
dalam proses praktikum yang telah dilalui, tetapi atas dorongan dan upaya yang
keras terutama adanya bantuan dari berbagai pihak sehingga laporan praktikum
lapangan ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada kepala Laboratorium Jurusan
Pendidikan Biologi Dra. Asmawati Munir, M.Si. dan dosen penanggung jawab
mata kuliah Zoologi Ivertebrata Dr. H. M, Sirih M.Si serta dosen penanggung
jawab praktikum Dwi Nurhidayah Z, S.Pd., M.Sc. juga kepada koordinator
asisten atas nama Ulviyardes Dondan dan Tim Asisten Zoologi InvertebrataT.A
2022 yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan
bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan kegiatan
praktikum serta sampai penyusunan laporan ini.
Laporan ini secara pribadi dianggap masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu, kami selaku praktikan mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembaca, demi perbaikan praktikum serta penyusunan laporan ini di masa
mendatang. Demikian, penulis mengucapkan banyak terima kasih, Wabilalahitaufik
Walhidayah, Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Invertebrata merupakan sekelompok hewan yang tidak memiliki tulang
belakang, invertebrata merangkum 95% hwean yang diketahui. Invertebrata
menempati hampir setiap habitat bumi hampir dari mendidih yang dilepaskan
oleh lubang sembur hidrotermal laut dalam hingga ketanah antartika yang
berbatu dan beku. Invertebrata beraberadaptasi dengan sangat bervariasi dengan
sangat, sehingga menghasilkan keanekaragaman bentuk yang luar biasa, dari
spesies yang hanya terdiri dari sel sel lapis ganda yang pipih hingga spesies
spesies laindengan kelenjar pemintal sutra, duri duri yang berputar, lusinan kaki
yang berbuku atau tentakel, tang diitutupi dengan mangkuk penghisap
(Rahmadina, 2019: 2).
Hewan invertebrata diklalsifikasikan kedalam sembilan filum yaitu
protozoa, porifera, coelenterata, platyhelminthes, nemathelminthes, annelida,
molllusca, ertrophoda, dan echinodermata. Filum protozoa di bedakan menjadi
dua kelas yaiyu kelas cilliata dan suctoria. Filum porifera dibedakan menjadi tiga
kelas yaitu kelas calcarea, kelas hexatinelida, dan kelas demospongia. Filum
coelenterata terbagi menjadi mrnjadi empat kelas yaitu kelas hydrozoa, kelas
skypozoa, kelas anthozoa dann kelas cubozoa. Filum platyhelminthes ternabi
menjadi tiga kelas yaitu kelas turbelaria kelas trematoda dan kelas cestoda. Filum
nemathelminthes terbagi menjadi dua kelas yaitu kelasnematoda dan kelas
nematoforma. Kelas annelida terbagi mennjadi tiga kelas yaitu kelas polychaeta,
kelas oligochaeta, dan kelas hirudinae. Filum molllusca terbagi menjadi lima
kelas yaitu kelas gastropoda, kelas bivalvia, kelas polyplacophora, kelas
schapopoda, dan kelas cephalopoda. Filim artropoda terbagi menjadi empat kelas
yaitu kelas crustaceae, kelas insecta, kelas arachinoidea, dan kelas myriapoda.
Terakhir filum echinidermata yang terbagi menjadi lima kelas yaitu kelas
1
asteroidea, kelas echinoidea, kelas ophiuroidea, kelas crinoidea, dan kelas
holothuroidea (Maya, 2020: 1-116).
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari praktikum lapangan ini yaitu :
1. Jenis spesies invertebrata apasaja yang ada di kawasan kali biru Bungkutoko?
2. Bagaimana ciri-ciri umum dan ciri-ciri khusus dari spesies invertebrata yang
ada di kawasan kali biru Bungkutoko?
3. Bagaimana cara membuat awetan basah spesies invertebrata yang ada di
kawasan kali biru Bungkutoko?
4. Bagaimana peranan spesies invertebrata yang ada di kawasan kali biru
Bungkutoko?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum lapangan ini yaitu :
1. Jenis spesies invertebrata apasaja yang ada di kawasan kali biru Bungkutoko?
2. Bagaimana ciri-ciri umum dan ciri-ciri khusus dari spesies invertebrata yang
ada di kawasan kali biru Bungkutoko?
3. Bagaimana cara membuat awetan basah spesies invertebrata yang ada di
kawasan kali biru Bungkutoko?
4. Bagaimana peranan spesies invertebrata yang ada di kawasan kali biru
Bungkutoko?
D. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh setelah melakukan praktikum lapangan
iniadalah :
1. Manfaat teoritis
a) Praktikum lapangan ini dapat memberikan informasi dan menambah
pengetahuan dari permasalahan melalui data data yang diperoleh tentang
jenis jenis spesies hewan invertebrata.
2
b) Memberikan tambahan reverensi materi zoologi invertebrata pada kajian
materi jenis, ciri ciri, dan habitat mamsingn masing filum.
2. Manfaat Praktis
a) Sebagai acuan referensi ilmiah bagi praktikan selanjutnya yang ingin
melakkukakn penelitian yang relevan.
b) Sebagai prenerapan disiplin ilmu yabg pernnah diperoleh terkait bidang
zoologi invertebrata jurusan pendidikan biologi.
c) Praktikum ini dapat membantu masyarakat disekitar Kali Biru
Bungkutoko untuk mengetahui jenis jenis spesies hewan invertebrata
dikawasan tersebut.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
Zoologi berasal dari dua suku kata Yunani diantaranya “ zion “ yang
artinya adalah hewan sedangkan “ logos “ yang artinya “ pengetahuan “. Jadi
dapat disimpulkan bahwa defenisi zoology adalh salah satu ilmu yang
mempelajari tentang hewan seperti perkembangan embrio, evolusi, distribusi
energy, perilaku serta klasifikasi hewan. Sedangkan invertebrata adalah hewan
yang tidak bertulang belakang, tidak memiliki kerangka internal yang terbuat dari
tulang.s sehingga dapat disimpulkan bahwa zoology invertebrata adalah ilmu
yang mempelajari tentang hewan tanpa tulang belakang (Maya, dkk, 2020: 1).
Zoologi invertebrate memiliki delapan filum yakni porifera,,
coelenterata,Platyhelminthes, nemathelmintes, annelilda, mollusca, artropoda, dan
echinodermata. Pembagian kelas ini dikakukan berdasarkan pada kesamaan ciri
ciri yang ada pada setip jenis spesies. Pengklasifikasian ini bertujuan untuk
mempermudah pemahan kita terhadap setiap filum yang ada. Setiap filum juga
dibagi menjadi beberapa kelas. Contohnya seperti kelas insect pada filum
artropoda yang merupakan salah satu jenis spesies dengan jumlah terbanyak
(Setiawan, dkk 2019:193) .
Spons atau porifera adalah salah satu hewan dari filum prifera yang
merupakan salah satu hewan primitife yang hidup menetap dan bersifat filter
feeder sebagai bahan makanan. Secara ekologi sponge merupakank salah satu
penyusun pada ekosistem pesisir dan laut terutama pada ekosistem teumbu karang
dan padang lamun yang umumnya dijumpai diperaieran tropik dan subtropik.
Porifera dikenal juga sebagai hewan berpori (spons) dikarnakan susunan
tubuhnya memiliki pori pori. Tubuh porifera memiliki dua lapis sel yaitu
endoderm dann eksoderm. Filum ini terbagi menjadi tiga kelas yaitu Calcarea,
Heksatingiuda dan Demospongia (Haris, 2014: 36).
4
Filum berikutnya itu coelenterate. Coelenterate merupakan hewan yang
memiliki rongga, termasuk hewan dipoblastik, tubuh simetri radial, lapsan selnya
terdiri dari endoderm dan eksoderm. Antara endoderm dan eksoderm terdapat
mesoglea.. pada bagiann atas terdapat mulut yang dikelilingi tentakel. Pada
permukaan tentakel terdapat kaihobias ( sel penyenat / nematosis). Hidup di air
tawar maupun air laut dengan tubuh yang dapat melekat didasar perairan.
Coelenterate di klasifkasikan menjadi beberapa kelas yaitu Hydrozoa, Skipozoa,,
dan anthozoa (Hartoni,dkk 2013:7).
Plathyhelminthes merupakan salah satu filum dari hewan invertebrata,
termasuk sekelompok hewan yang biasa disebut cacing pipih karena memiliki
bentuk pipih. Ciri umum dari platyhelminthes adalah tubunya pipih memanjang,
tidak bersegmen, tidak memiliki sistem peredaran darah , tidak memiliki anus ,
serta bersifat hematrofit. Hewan ini dinamakan kelompok cacing pipih karena
bentuknya yang pipih dari atas ke bawah. Tubuhnya tripoblastik, dan mulutnya
terletak pada bagian bawah tengah tubuhnya, bukan diujung tubuhnya seperti
kebanyakan hewan lainnya. Kelompok platyhelminte sada yang hidup parasite
pada hewan laut, dan ada juga yang hidup bebas di air tawar maupun air laut.
Platyhelminthes di klasifikaksikan menjadi ( Sianipar, 2021: 54 ).
Nemathelminthes merupakan salah satu filim dari hewan invertebrate
yang mana tidak lagi tergolong polifolatik yakni memiliki organ yang terbentuk
siliner dan memanjang sehingga dengan nemathelminthes yang berarti cacing
benang. Cacing dari filum ini memiliki tubuh yang tidak beruas ruas (logam ).
Tubuh filum nemathelmintes berbentuk silinderis dan panjang lebih kurang satu
milimeter hingga dari satu sentimeter, bentuknya meruncing di ujung porterior
tumpul di ujung anterior. Tubuhnya berlapiskan kartikula yanmg tumpul keras
yang dapat lepas sewaktu waktu dan kartikulanya mmenjadi ukuran yang lebih
besar (Rahmadina, dkk 2020: 95).
5
Filum berikutnya yaitu annelida. Annelida berasal dari istilah bahasa
Yunani yaitu “annulus“ yang artinya cincin kecil dan “oidos” yang artinya
bentuk. Cacing cacing yang termasuk kedalam filum ini tubuhnya bersegmen
segmen, tripoblastik dengan rongga tubuh sejati, atau hewan selomata, dan sistem
pernapasannya lewat kulit. Umumnya annelida hidup bebas, ada yang hidup
dalam liang yang bersifat komersial dengan hewan aquatik, ada juga yang bersifat
parasite pada hewan vertebrata (Rahmadina, 2018: 1).
Mollusca merupakan filum dari hewan invertebrata. Mollusca adalah
hewan lunak yang lunak yang mempunyai cangkang. Mollusca dapat
diklasifikasikakn menjadi lima kelas yaitu Bivalvia, Gastropoda, Cephalopoda,
Polyplacophora, dan Scahopoda. Mollusca banyak ditemukan diekosistem
mangrove yang hidup dipermukaan substrat maupun didalam substrat menempel
pada pohon mangrove kebanyakan mollusca yang hidup di ekosistem mangrove
adalah spesies dari kelas gastropoda dan bivalvia. Tubuh dari Mollusca terdiri
dari tiga yaitu kepala, otot kaki, dan mantel. Mollusca termasuk hewan yang
hidup secara heterotrof dengan peranan ganggang udang, ikan ataupum sisa
organisme lainnya (Hartoni, dkk. 2013: 7).
Artropoda merupakan kelompok terbesar yang menghuni tanah yang
dibandingkan dengan takson lainnya, yaitu sekitar 65% dari fauna tanah. Manfaat
artropoda khususnya artropoda tanah adalah berperan dalam dekomposisi bahan
organic. Tipe vegetasi mempengaruhi jumlah artropoda. Tipe vegetasi
berpengaruh pada keadaan lantai ( tebal, lembat )dan keanekaragaman artropoda
yang mempengaruhinya. Filum ini terbagi menjadi empat kelas yaitu Insecta,
Crustaceae, Arachinoidea, dan Myrapoda. Ciri utama dari artropoda yaitu
tubuhnya yang beruas ruas. Artropoda terdiri dari dada kepala dan abdomen ( Ali,
dkk 2020: 42).
Echinodermatamerupakan hewan laut yang memiliki kulit berduri atau
berbintil. Hewan hewan ini dibagi menjadi lima kelas yaitu teripangn, bintang
6
laut, bintang ular, nilu babi dan lili laut. Hewan ini sangat umum dijumpai
diterumbu karang. Di Indonesia dan sekitarnya terdapat biota teripang kurang
lebih 141 jenis, bintang laut 87, bintang ular 142jenis, bulu babi 84 jenis, dan lili
laut 91 jenis. Peranan Echinodermata adalah untuk menjaga keseimbanngan
ekosistem laut sebagai pembersih limbah dan sampah (Jumanta 2020: 40).
7
BAB III
METODE PRAKTIKUM
B. Objek Pengamatan
Objek pengamatan dalam praktikum ini adalah semua jenis hewan yang
tergolong kelompok invertebrata.
C. Defenisi Operasional
Jenis hewan invertebrata adalah jenis hewan yang tidak mempunyai tulang
belakang.
8
D. Instrumen Praktikum dan Prosedur Pengumpulan Data
1. Instrumen Praktikum
a. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Daftar Alat
4 Tempat penyimpanan
10. Toples sementara spesies yang
ditemukan
9
b. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 3.2
Tabel 3.2. Daftar Bahan
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Spons(Spongia sp)
a. Gambar
1 Keterangan:
1. Spongosol
2 2. Cabang
3. Ostium
3
11
2. Bintang Laut Berduri (Astropecten duplicatus)
a. Gambar
1 Keteranga:
1. Tentakel
2
2 2. Mulut
3 3. Duri
3 4. Anus
4
12
3. Bekicot (Achantina fulica)
a . Gambar
1 Keterangan:
2 1. Tentakel
2 2. Mata
3
3. Cangkang
4 4. Kepala
5. Kaki
5
Gambar 4.3. Achantina fulica
b . Klaifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Class : Gastropoda
Ordo : Achantinidae
Family : Sylomatorpha
Genus : Achantina
Species : Achantina fulica
(Rahmadina, 2021: 54)
c . Deskripsi
Bekicot adalah jenis spesies yang berasal dari filum Mollusca, kelas
Gastropoda. Tubuh bekicot tertutup cangkang sebagai eksoskeleton.
Cangkang bekicot kerang berbetuk kerucut, berwarna kuning kecoklatan
dengan garis garis memanjang coklat tua ataupun coklat kehitaman. Bekicot
berdaging lunak dengan warna cokelat kehitaman dan terdapat antena pada
kepalanya. Hewan ini bisa berbeda beda tergantung lingkungannya.
Cangkang bekicot berguna sebagai tempat berlindung dan beristirahat
(Rahmadina, 2021: 54).
13
4. Chiton (Chiton Sp)
a . Gambar
1 Keterangan:
1. Kepala
2
2. Kulit/Mantel
3. Kaki
3
4. Anus
4
.
Gambar 4.4. Chiton sp.
b . Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Class : Polyplacophora
Ordo : Aruphineura
Family : Chitondae
Genus : Chiton
Species : Chiton sp.
(Maya, dkk 2020: 95).
c. Deskripsi
Chiton sp memiliki struktur yang sesuai dengan kebiasaan melekat
pada batu karang dan cangkang mirip hewan lainnya. Apabila disentuh, akan
melekat erat pada batu karang. Hewan ini merayap perlahan-lahan pada
dasar laut di batu-batuan yang lunak. Sendi-sendi yang dimilikinya dapat
dibengkokkan sehingga tubuhnya dapat dibulatkan seperti bola. Habitat
Chiton sp ini adalah di laut, di daerah pantai sampai kedalaman sedang, dan
memakan rumput laut dan mikro organisme dari batu karang (Maya, dkk
2020: 95).
14
5. Bintang Mengular (Ophiocoma erinaceus)
a . Gambar
1 Keterangan:
1. Mulut
2 2. Lengan
3. Cakram
3
4. Duri
15
6. Dolar Pasir (Echinarchnius parma)
a . Gambar
1 Keterangan:
1. Mulut
2
2. Ambukral
3 3. Interamnukral
4. Anus
4
16
7. Keong Laut (Pila ampullacea)
a . Gambar
1 Keterangan:
1. Kaki
2 2. Garis pertumbuhan
3. Cangkang
3
4. Umbo
17
8. Kepiting ( Portunus sexdentalus)
a . Gambar
1 Keterangan:
1. Mata
2 2. Kaki jalan
3. Kaki renag
3 4. Karapaks/cangkang
18
9. Kerang laut (Pitar tumens)
a . Gambar
1 Keterangan:
1. Umbo
2. Garis pertumbuhan
2
3. Cangkang
3 4. Kaki/ligamen
4
Gambar 4.9. Pitar tumens
b. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phyllum: Mollusca
Classis : Bivalvia
Ordo: Venerida
Family: Veneridae
Genus : Pitar
Species : Pitar tumens
(Sitompul, 2020: 12).
c. Deskripsi
Kerang laut (Pitar tumens) memiliki panjang maksimal kerang pitar
tumens adalah 5-6 cm. Panjang umum untuk jenis kerang ini adalah 4 cm.
Tidak memiliki kepala (juga otak) dan hanya simping yang memiliki mata.
Organ yang dimiliki adalah ginjal, jantung, mulut, dan anus. Kerang laut
dapat bergerak dengan "kaki" berupa semacam organ pipih yang dikeluarkan
dari cangkang sewaktu-waktu atau dengan membuka-tutup cangkang secara
mengejut (Sitompul, 2020: 12).
19
10. Belalang Kayu (Valanga nigricornis)
a . Gambar
1 Keterangan:
1. Kepala
2
2. Antena
3
3. Mata
4 4. Kaki
5. Sayap
5
20
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum lapangan yang telah dilaksanakan di
kawasan Kali Biru Bungkutoko pada 11 Juni 2022, ditemukan 10 spesies dari 3
filum yang berbeda. Pada filum arthropoda ditemukan 2 spesies yaitu kepiting
(Portunus sexdantalus) dan belalang kayu (Valanga nigricornis). Terdapat 3
spesies dari filum Echinodermata yaitu bintang mengular (Ophiocoma erinaceus),
bintang laut berduri (Astropecten duplicatus), dan dolar pasir ( Echinarchinus
parma). Selain itu, ditemukan pula spesies dari filum Mollusca. Spesies tersebut
adalah keong laut (Pilla ampullacea), Bekicot (Achantina fulica), Chiton sp. dan
kerang laut (Pitar tumens).Spsies-spesies tersebut ditemukan di dasar perairan
dangkal area Kali Biru dan melekat pada bebatuan.
Spons (Spongia sp.) ditemukan di dasar dangkal area Kali Biru . Banyak
tersebar spesies spos yang beragan di area tersebut. Ada yag berwarna merah,
hijau, hitam dan jingga. Namun, haa satu spesies yang dikumpulkan untuk
dijadikan awetan basah. Spons merupakan hewan inverebrata yang berasal dari
primitif yang hidup menetap (sedentaire) dan bersifat non selective filter feeder
(menyaring apa yang ada). Spons tampak sebagai hewan yang sederhana, tidak
memiliki jaringan, sedikit otot safar maupun organ dalam. (Subagio, 2013: 159).
Bintang laut (Astropecten duplicatus) ditemukan di dasar laut dagka Kali
Biru. Bintang laut tersebut berwarna putih dengan ukuran kecil. Bintang laut dapat
hidup pada semua kedalaman dari initertidal sampaiabisal dan bisa ditemukan
diseluruuh perairan dunia tereutama didaerah atlantik tropis dan wilayah Indo-
pasific. Asterooidea merupakan biota yang cukup komersial, yaitu sebagai biota
yang dipelihara dalam akuarium. Secara ekonomi, Asteroidea memiliki peranan
penting sehubungan dengan perannya sebagai pemakan kerang yang dibudidaya
(Zamani, dkk 2020: 42
Bekicot (Achantina fulica) ditemukan di tempat lembab di atas tanah.
Hewan ini biasanya bergerombol dan bekas persebarannya ditandai dengan adanya
21
kotoran yang mereka keluarkan berwarna hijau. Tubuh bekicot tertutup cangkang
sebagai eksoskeleton. Cangkang bekicot kerang berbetuk kerucut, berwarna
kuning kecoklatan dengan garis garis memanjang coklat tua ataupun coklat
kehitaman. Bekicot berdaging lunak dengan warna cokelat kehitaman dan terdapat
antena pada kepalanya. Hewan ini bisa berbeda beda tergantung lingkungannya.
Cangkang bekicot berguna sebagai tempat berlindung dan beristirahat
(Rahmadina, 2021: 54).
Chiton sp. ditemukan melekat pada bebatuan dipinggir area Kali Biru.
Ukurannya sangat kecil dengan kulit atau cangkang bermotif garis-garis. Chiton
memiliki struktur yang sesuai dengan kebiasaan melekat pada batu karang dan
cangkang mirip hewan lainnya. Apabila disentuh, akan melekat erat pada batu
karang. Hewan ini merayap perlahan-lahan pada dasar laut di batu-batuan yang
lunak. Sendi-sendi yang dimilikinya dapat dibengkokkan sehingga tubuhnya dapat
dibulatkan seperti bola. Habitat Chiton sp ini adalah di laut, di daerah pantai
sampai kedalaman sedang, dan memakan rumput laut dan mikro organisme dari
batu karang (Maya, dkk 2020: 95).
Bintang mengular (Ophiocoma erinaceus) diemuka melekat pada spons.
Hewan ini memilii baya jenis warna. Jika diamati peampakannya sangat cantik.
Bintang mengular memilki lima lengan panjang. Lima lengan ini juga bisa
digerakkan sehingga menyerupai ular. Oleh karena itu sering disebut bintang ular.
Tidak mempunyai anus, sehingga sisa makanan atau kotorannya dikeluarkan
dengan cara dimuntahkan melalui mulutnya. Hidup dilaut dangkal atau dalam,
biasanya bersembunyi disekitar batu karang, rumput laut, atau mengubur diri
dilumpur/pasir. Tubunya dipenuhi duri tajam, duri tersusun dari zat kapur. Bintang
mengular tegolong hewan detritus sebagai pemakan sampahyag mengandung
bahan organik ( Setiawan, 2019: 192).
Sand dollar atau dollar pasir ditemukan di dasar dangkal area Kali Biru.
Dollar pasir merupakan biota yang berangka keras dan tersusun dari lempeng
22
kalsium karbonat. Pada permukaan tubuh bagian atas terdapat pola berbentuk
bunga dengan 5 kelopak yang sering disebut dengan petals. Peristome terletak di
tengah-tengah permukaan bawah tubuhnya dan di dalamnya terdapat mulut. Letak
periproct bervariasi ada yang di permukaan bawah mulai dari tengah sampai ke
pinggiran tubuh dan ada yang tepat di pinggiran tubuhnya. Anus
Keong Laut (Pila ampullacea) ditemukan melekat pada akar-akar
tumbuhan dan memiliki bentuk yang unik. Hewan ini memiliki bentuk seperti
kerucut membulat bagian tengah dan menegerucut kedua ujungnya dengan warna
hijau-kecoklatan atau kuning kehijauan. Puncak cangkang agak runcing dan
seperti ada garis bergelombang, tepi cangkang menyiku tumpul. Tersebar di air
dangkal bersama kerang-kerangan lainnya. Warna cangkang bagian dalam
berwarna putih (Rahmadina, 2019: 56).
Kepiting (Portunus sexdentalus) banyak ditemukadipnggiran Kali Biru
menyebar dibebatuan. Hewan ini bersembunyi disela-sela bebatuan saat hendak
ditangkap. Kepiting mempunyai 5 pasang kaki. Fungsinya adalah digunakan
berjalan. Dengan posisi kaki yang unik, kepiting pun tak bisa berjalan ke depan
atau ke belakang namun hanya ke samping.Sepasang kaki paling depan kepiting
disebut capit yang secara fungsional tidak dipergunakan berjalan namun
digunakan sebagai senjata.capit ini berfungsi melindungi kepiting dan sebagai alat
untuk makan atau untuk meremukkan makanan (Purnama, 2021: 166).
Kerang laut (Pitar tumens) banyak bersebara pada dasar dangkal Kal Biru.
Namun, hanya sedikit yang ditemukan masih hidup, kebanyakan diteukan
cangkang yang sudah terbuka. Hewan inimemiliki panjang maksimal kerang pitar
tumens adalah 5-6 cm. Panjang umum untuk jenis kerang ini adalah 4 cm. Tidak
memiliki kepala (juga otak) dan hanya simping yang memiliki mata. Organ yang
dimiliki adalah ginjal, jantung, mulut, dan anus. Kerang laut dapat bergerak
dengan "kaki" berupa semacam organ pipih yang dikeluarkan dari cangkang
23
sewaktu-waktu atau dengan membuka-tutup cangkang secara mengejut (Sitompul,
2020: 12).
Belalang Kayu (Valanga nigricornis) ditemukan berterbangan dan
bertengger diatar rerumputan. Belalang memiliki tubuh tersusun atas caput
(kepala), toraks (dada), dan abdomen (perut). Perut terdiri 11 segmen, pada
segmen ke-9 dan 10 terdapat alat kelamin, yaitu ovopositor yang dipergunakan
untuk meletakkan telur. Sistem peredaran darah terbuka dan alat ekskresi berupa
badan malphigi. Belalang kayu berwarna cokelat kekuningan, kekuningan atau
hijau dengan corak warna biru gelap terutama di bagian sayap..Bagian sayap
belakang biasanya terlihat saat terbang dan berwarna merah (Maya, dkk 2020:
110).
24
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut
1. Spesies yang ditemukan di Kali Biru Bungkutoko ada 6 spesies dari 3
filum. Spsies tersebut yaitu kepiting ( Portunus sexdentalus) dan belalang
kayu (Valanga nigricornis) dari filum Arthropoda, Bintang mengular (
Ophiocoma erinaceus), dan dolar pasir ( Echinarchinus parma) dari filum
Echinodermata, serta keong laut ( Pula ampullacea), kerang laut ( Putar
tumens) dari filum Mollusca.
2. Ciri umum hewan invertebrata yaitu tidak bertulang belakang dan tidak
memiliki kerangka internal yang terbuat dari tulang. Ciri khususpada spons
tampak sebagai hewan yang sederhan, tidak memiliki jaringan, sedikit otot
safar maupun organ dalam. Kerang laut (Pitar tumens) memiliki panjang
maksimal kerang pitar tumens adalah 5-6 cm. Belalang Kayu (Valanga
nigricornis) tubuh tersusun atas caput (kepala), toraks (dada), dan abdomen
(perut). Keong Laut (Pila ampullacea) memiliki bentuk seperti kerucut
membulat bagian tengah dan menegerucut kedua ujungnya dengan warna
hijau-kecoklatan atau kuning kehijauan. Kepiting (Portunus sexdentalus)
mempunyai 5 pasang kaki. Fungsinya adalah digunakan berjalan. Tubuh
Ophiocoma erinaceus memilki lima lengan panjang. Lima lengan ini juga
bisa digerakkan sehingga menyerupai ular. Sand dollar atau dollar pasir
merupakan biota yang berangka keras dan tersusun dari lempeng kalsium
karbonat. Pada permukaan tubuh bagian atas terdapat pola berbentuk bunga
dengan 5 kelopak yang sering disebut dengan petals
3. Berikut langkah-langkah pembuatan awetan basah
a. Mengumpulkan hewan invertebrata yang akan dijadikan awetan basah.
25
b. Menyiapkan wadah untuk setiap spesies dan formalin sebagai bahan
pengawetan.
c. Membersihkan spesies yang akan diawetkan menggunakan air bersih,
jika perlu disikat.
d. Memisahkan setiap spesies ke dalam wadah tertutup(toples).
e. Menuangkan formalin ke dalam toples yang telah berisi spesies yang
akan diawetkan.
f. Menutup rapat wadah tersebut agar tidak menguap.
g. Memberi kabel nama spesies pada wadah spesies awetan.
4. Peranan spesies hewan invertebrata yaitu sponsuntuk mandi, kerangka
porifera hiasan, dan zat kimia yang dihasilkan sebagai bahan obat penyakit
kanker. Bintang laut sebagai salah satu sumber penghasil senyawa bioaktif.
Bekicot bisa menjadi sumber asam lemak dan omega 3 yang baik untuk
jantung. Selain itu komponen ini juga dapat membantu menurunkan
tekanan darah, mengurangi resiko terbentuknya gumpalan darah di
pembuluh, dan menjaga detak jantung tetap stabil.Chito sp. sebagai
makanan bagi spesies yang ukurannya lebih besar dan makanan hewan
ternak dam hewan air lainnya. Fungsi ekologis bintang mengular yaitu
memegang peran penting dalam rantai makanan yang menopang suatu
bentuk ekosistem di laut. Sand dolar sebagai hiasan /pajangan Kepiting
dapat dikonsumsi. Belalang sangat banyak mengandung protein dan
mineral, belalang bisa dijadikan lauk pengganti ikan atau daging sebagai
penyedia protein yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Kerang lau dapat
dikonsumsi.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan mengenai praktikum ini adalah
memperbanyak literatur mengenai hewan invertebrata sehingga dapat dengan
mudah mengenali spesies hewan invertebrata dilingkungan sekitar dan saling
menjaga lingkungan agar hewan invertebrata tidak punah
26
DAFTAR PUSTAKA
Ali., Asri, M., Zulfikar., dan Muhammad, K. 2020. Dasar Penetapan Hierarki
Taksonomi Hewan. Yogyakarta: Andi.
Dian, A., Retno, H., dan Ambariyanto. Identifikasi dan Karakteristik Habitatnya di
Pulau Cemara Besar, Kepulauan Karimun Jawa Jepara. Jurnal Ilmu
Kelautan. Vol. 10 (1). Hal: 1.
Dian, A., Retno, H., dan Ambariyanto. Identifikasi dan Karakteristik Habitatnya di
Pulau Cemara Besar, Kepulauan Karimun Jawa Jepara. Jurnal Ilmu
Kelautan. Vol. 10 (1). Hal: 1.
Jummanta. 2020. Buku Pintar Hewan. Jakarta : PT. Eler Media Komputindo.
Maya, S., dan Nurhidayah. 2020. Zoologi Invertebrata. Bandung. Widina Bhakti
Persabda Bandung.
Omar, A.B.S., Destrila, D., Sri, W.F., Busse, S.P., dan Moh, T.U. 2020.
Keanekaragaman Echinodermata di Kepulauan Tenyaman. Jurnal Nasional
Kelautan dan Pertanian. Vol.5 (1). Hal: 108.
Purnama, M.F. 2021. Buku Ajar Avertebrata Air. Kota baru: Yayasan Pendidkan
Cendekia Muslim.
27
Setiawan, F., Fresha, A.U., dan Santi., I. 2019. Inventarisasi Spesies Bintang
Mengular di Pantai Bilik, Taman Nasional Beluran, Jawa Timur. Jurnal
Kelautan. Vol. 2 (2). Hal: 193.
Zamani, N.P., Beginer, S., Meutia, S.I., dan Hawis, M. 2020. Buku Panduan
Praktikum Biologi Laut Edisi Revisi. Bogor: IPB Press.
28
LAMPIRAN
29