BUCEROTIDAE)
DI SUB DAS MENDALAM DUSUN PADUA MENDALAM CAGAR
BIOSFER BETUNG KERIHUN KAPUAS HULU
OLEH
WITRI APRIANTI
H1041171030
KERJA PRAKTEK
OLEH
WITRI APRIANTI
H1041171030
KERJA PRAKTEK
Kerja praktek disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana sains pada
Program Studi Biologi
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek
berjudul “Identifikasi Jenis Burung Rangkong (Famili Bucerotidae) di Sub DAS
Mendalam Dusun Padua Mendalam Cagar BIOSFER Betung Kerihun Kapuas
Hulu”. Laporan ini disusun berdasarkan hasil kerja praktek selama satu bulan
yaitu tanggal 13 Juli-13 Agustus 2020 di Balai Besar Taman Nasional Betung
Kerihun dan Danau Sentarum, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kerja praktek banyak pihak yang
telah membantu, untuk itu penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada ;
1. H. Afghani Jayuska, S.Si., M.Si. selaku Dekan Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura.
2. Dr. Kustiati S.Si., M.Si. selaku Ketua Program Studi Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura.
3. Ir. Arief Mahmud, M.Si selaku Kepala Balai Besar Taman Nasional
Betung Kerihun dan Danau Sentarum.
4. Fery A.M Liuw, S.Hut,T., M.Sc selaku Kepala Bidang Pengelolaan Taman
Nasional Wilayah II Kedamin.
5. Hery Gunawan, S.Hut selaku Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional
Wilayah III Padua Mendalam .
6. Tri Rima Setyawati S.Si., M.Si selaku dosen pembimbing kerja praktek.
7. Nanding Sarjoko, S.Hut selaku pembimbing lapangan dalam kegiatan kerja
praktek.
8. Karalus Ipin selaku pendamping penulis saat di lapangan
9. Orang tua, keluarga dan rekan kerja praktek yang telah memberikan
dukungan, motivasi dan doa.
Semoga laporan kerja praktek ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Penulis
menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis
i
menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan menuju lebih
baik. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Pontianak, 2021
Witri Aprianti
NIM H1041171030
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
DAFTAR TABEL...................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1.Latar Belakang...................................................................................................1
1.2.Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3.Tujuan………......................................................................................................
2
1.4.Manfaat……........................................................................................................
2
BAB II KEADAAN UMUM INSTANSI................................................................3
2.1. Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum...................................3
2.2. Visi dan Misi ....................................................................................................5
2.2.1. Visi…... ................................................................................................5
2.2.2.Misi…... ................................................................................................5
2.4. Struktur Organisasi...........................................................................................7
BAB III TINJAUAN PUSTAKA............................................................................8
3.1. Klasifikasi dan Morfologi................................................................................8
3.2. Penyebaran ....................................................................................................9
3.3 Habitat Keluarga Burung Rangkong (Bucerotidae)........................................11
3.4 Ekologi Pakan..................................................................................................12
BAB IV METODE PENELITIAN........................................................................13
4.1. Waktu dan Tempat..........................................................................................13
4.2. Deskripsi Tempat Penelitian...........................................................................13
4.3. Bahan dan Alat................................................................................................14
4.4. Prosedur Kerja.................................................................................................14
4.5.Analisa Data ..................................................................................................15
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................16
5.1 Hasil……….. ..................................................................................................16
5.2. Pembahasan....................................................................................................19
5.2.1.Kangkareng Hitam atau Antracoceros malayanus..............................19
5.2.2. Enggang Klihingan atau Anorrhinus galeritus...................................20
iii
5.2.3. Rangkong Badak (Buceros rhinoceros)..............................................20
5.2.4. Enggang Gading (Rhinoplax vigil).....................................................22
BAB VI PENUTUP...............................................................................................24
6.1. Simpulan….. ..................................................................................................24
6.2. Saran………...................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25
LAMPIRAN ..........................................................................................................27
iv
DAFTAR GAMBA
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun dan
Danau Sentarum .................................................................................7
Gambar 3. 1 Tipe paruh dan casque jantan dan betina genus Anthracoceros.......9Y
Gambar 4.1 Peta Dijumpai Burung Rangkong........................................................1
Gambar 5.1 Kangkareng Hitam (Antracoceros malayanus) Jantan......................18
Gambar 5.2 Kangkareng Hitam (Antracoceros malayanus) Betina......................19
Gambar 5.3 Enggang Klihingan (Anorrhinus galeritus).......................................20
Gambar 5.4 Rangkong Badak (Buceros rhinoceros).............................................21
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Bulu berwarna coklat, hitam, putih, atau hitam dan putih. Kulit dan bulu disekitar
tenggorokan berwarna terang, sayap kuat, ekor panjang, kaki pendek, jari-jari kaki
besar dan sindaktil (MacKinnon et al., 2010).
Taman Nasional Betung Kerihun (TNBK) merupakan taman nasional yang
tergolong baru. Penunjukkannya didasarkan SK Menteri Kehutanan No.
467/Kpts-II/95 dengan luas 800.000 hektar. Kawasan ini merupakan hulu dari
sungai yang menjadi bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Kapuas yang
meliputi seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Barat, sehingga kawasan ini
memiliki nilai yang sangat penting bagi ekosistem yang ada.
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
Manfaat dari kegiatan kerja praktek ini adalah, memberikan informasi bagi
pembaca dan masyarakat tentang jenis burung enggang yang terdapat di sub DAS
Mendalam, Cagar Biosfer Betung Kerihun beserta ciri-cirinya.
3
BAB II
KEADAAN UMUM INSTANSI
2.1.1. Visi
A. Taman Nasional Betung Kerihun
“Mewujudkan Taman Nasional Betung Kerihun Sebagai Pusat Pelestarian
Keanekaragaman Hayati pada Kawasan Konservasi Lintas Batas di Jantung
Kalimantan (Heart of Borneo) “.
B. Taman Nasional Danau Sentarum
“Mewujudkan Taman Nasional Danau Sentarum sebagai pusat pelestarian
keanekaragaman hayati Ramsar Site dan destinasi ekowisata unggulan di Jantung
Borneo (Heart of Borneo)”.
2.1.2. Misi
a. Taman Nasional Betung Kerihun
Misi Taman Nasional Betung Kerihun , yaitu;
1. Meningkatkan kualitas data keanekaragaman hayati yang benar (valid),
dapat dipertanggungjawabkan (reliable) dan mutakhir (up – to – date)
serta menyediakan informasi keanekaragaman hayati yang akurat
(accurate), tepat waktu (timelines) dan relevan (relevance),
2. Membangun perencanaan kelola keanekaragaman hayati yang dapat
dicapai (realistis), menghindari pemborosan sumberdaya (economis),
6
Gambar 2. 1 Struktur Organisasi Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau
Sentarum (Sumber: BBTNBKDS)
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Bucerotidae ada yang memiliki lekuk pemisah antara paruh dengan casque.
Keadaan permukaan casque ada yang bergaris ada yang polos, sedangkan panjang
paruh ada yang lebih dari 15 cm dan ada yang kurang dari 15 cm. Tonjolan
permukaan casque ada yang berbentuk silindris dan ada yang agak datar,
sedangkan ujung casque ada yang runcing dan ada yang tumpul.
Gambar 3. 1 Tipe paruh dan casque jantan dan betina genus Anthracoceros
10
3.2. Penyebaran
tinggi. Kriteria pohon besar menurut Poonswad (1993) adalah pohon dengan
diameter lebih dari 40 cm atau yang memiliki keliling lebih dari 125 cm.
Rangkong papan (Buceros bicornis) biasanya menempati habitat hutan
primer yang selalu hijau sepanjang tahun, hutan Dipterocarpaceae, dan hutan
gugur yang lembab, dan terutama pada hutan dataran rendah di bawah 1000 mdpl.
(Kemp & Poonswad 1993). Menurut Kemp (1995) Aceros corrugatus menghuni
hutan primer dataran rendah yang hijau sepanjang tahun, khususnya hutan rawa
yang dekat dengan pesisir/pantai, sedangkan Buceros rhinoceros juga menghuni
hutan primer dataran rendah kecuali pada hutan rawa (Holmes 1969 dalam Kemp
1995), namun Madrim (1998) menyebutkan bahwa habitat yang disukai oleh
kangkareng perut putih justru bukan hutan lebat seperti yang biasa digunakan oleh
kerabat burung rangkong lainnya, melainkan daerah terbuka, hutan sekunder,
bahkan hutan tanaman.
14
15
binokuler untuk perjumpaan secara visual dan voice recorder untuk perjumpaan
secara audio. Waktu perjumpaan burung enggang dicatat berdasarkan waktu yang
sesuai dengan penunjuk waktu.
Data dari kegiatan kerja praktek ini dianalisis secara deskriptif dengan
melihat karakter-karakter morfologi.Untuk identifikasi jenis burung berdasarkan
vocal atau audio dianalisis rekaman suara yang direkam. Data ditampilkan dalam
bentuk gambar dan tabel, dengan mencantumkan nama ilmiah dan nama lokal.
17
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
Perjumpaan
Jumlah
Lokasi Pagi Siang Sore
Visual Audio Visual Audio Visual Audio Visual Audio
Sungai
Mendalam 2 2 4 0 1 0 7 2
Sungai Gasa 0 0 2 0 2 0 4 0
Trail Mentibat 0 3 3 6 0 1 3 10
19
Status
Nama Spesies Nama Lokal Lokasi
IUCN CITES
E
Anorrhinus galeritus nggang Sungai Gasa NT Appendix II
Klihingan
Sungai
Kangkareng V
Antracoceros malayanus Mendalam Appendix II
Hitam U
Sungai Gasa
Sungai
Mendalam V
Buceros rhinoceros Enggang Cula Appendix II
Trail U
Mentibat
Rangkong Trail
Rhinoplax vigil CR Appendix I
Gading Mentibat
atau Buceros rhinoceros berjumlah empat individu sedang terbang pada pukul
13.59 WIB. Kemudian ditemukan jenis kangkareng hitam atau Antracoceros
malayanus jenis kelamin jantan berjumlah satu individu sedang bertengger di
dahan pohon pada pukul 10.48 WIB. Kemudian ditemukan jenis enggang cula
atau Buceros rhinoceros berjumlah satu individu sedang terbang pada pukul 16.26
WIB.
5.2. Pembahasan
mencapai 110 - 120 cm, dengan satu atau dua bulu ekor diperpanjang 20 - 30 cm
di luar pangkal ekor (Kinnaird dan O’Brien, 2007).
Enggang gading telah dianggap penting bagi manusia selama berabad-
abad. Bulu ekor, kepala, dan balungnya telah digunakan sebagai dekorasi, dan
selama upacara oleh masyarakat adat. Setelah mencapai status mistis, enggang
gading juga dihormati dan sangat terkait dengan kehidupan setelah kematian, dan
merupakan lambang provinsi Kalimantan Barat, Indonesia (Bennett et al., 1997).
BAB VI
PENUTUP
6.1 Simpulan
6.2 Saran
25
DAFTAR PUSTAKA
Beehler, Bruce M., dkk. 2001. Burung-Burung di Papua. Bogor: LIPI-Seri Panduan
Lapangan.
Fachrul MF. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Holmes DIS, Suwelo & B Van Balen. 1993. The Distribution and status of Hornbills
in Indonesia. Bangkok
Holmes D, Suwelo IS, Balen BV. 1993. The Distribution and Status of Hornbills in
Indonesia. Di dalam : Poonswad P & Kemp AC, Editor. Manual to the
Conservation of Asian Hornbills. Bangkok: Faculty of Science Mahidol Univ.
Hlm 316-331.
Kemp AC. 1995. The Hornbills : Bucerotiformes (Bird Families of the World).
London: Oxford University Press.
Kinnaird, M. F., & O’Brien T. G. (2007). The ecology adn conservation of Asian
hornbill : farmers of the forest. Chicago: University of Chicago Press. hlm.
315.
Lee RJ, Riley J, Merril R. 2001. Keanekaragaman Hayati dan Konservasi di Sulawesi
Bagian Utara. Jakarta: Prima Centra.
MacKinnon J.,K. Philips dan B. Van Balen. 2010. Burung-burung di sumatera, Jawa,
Bali, dan Kalimantan. Buku. Puslitbang Biologi-LIPI. Bogor.
Mackinnon, John. 2000. Burung-Burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan
(Termasuk Sabah, Serawak dan Brunei Darussalam). Bogor: LIPI-Seri
Panduan Lapangan.
26
Madrim D. 1990. Studi Habitat Kangkareng Perut Putih (Anthracoceros coronatus
convexus) di Taman Wisata dan Cagar Alam Pananjung Pangandaran Ciamis
Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas
Kehutanan IPB.
Noerdjito M. 2005. Seri Nama Baku Fauna Indonesia, Seri kesatu Anatidae &
Bucerotidae. Bogor: Bidang Zoologi, Puslit Biologi – LIPI.
Poonswad, P. 1993. Aspect of the Biology And Ecology of Some Asian Hornbills.
Manual to the Conservation of Asian Hornbills. Hornbills Project Thailand.
Bangkok.
Smythies, B.E. 1981. The Birds of Borneo. 3rd ed. The Sabah Society with the
Malayan Nature Society, Sabah.
Sutedja IGNN, Indrabrata MY. 1992. Mengenal Lebih Dekat Satwa yang Dilindungi,
Burung. Jakarta: Biro Hubungan Masyarakat Sekretariat Jenderal
Departemen Kehutanan.
27
Lampiran 1.
28
Lampiran 2.
Surat Tugas
29
Lampiran 3.
30