Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

DI BALAI KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BATURRADEN


BANYUMAS

IDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN PAKU


TERESTRIAL DI KEBUN RAYA BATURRADEN

Disusun oleh:

Nama : Mahendra Noor Febriyanto

NIM : 4411413019

Jurusan/Prodi : Biologi/Biologi

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

TAHUN 2016
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) telah disyahkan oleh Balai Konservasi
TmbuhanKebun Raya Baturraden dan jurusan Biologi Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

Hari :

Tanggal :

Dosen Pembimbing Pembimbing Lapangan

Dr. Enni Swarsi Rahayu, M.Si. Ita Kusumawati, S.Hut., M.Sc.


NIP. 196009161986012001 NIP.197012041998032004

Mengetahui, Mengetahui,
Ketua Jurusan Biologi Kepala BKT Kebun Raya Baturraden
FMIPA Unnes

Dra. Endah Peniati, M.Si. Ammy Rita Manalu, S.Hut, M.Si.


NIP. 196511161991032001 NIP. 197003181994032005

ii
Abstrak
Mahendra Noor Febriyanto
Identifikasi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Paku Terestrial di Kebun
Raya Baturraden
Biologi, S1 – Biologi
Universitas Negeri Semarang
Tahun 2016
Kebun Raya Baturraden merupakan sebuah lembaga pusat konservasi
tumbuhan dibawah naungan Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah. Kebun Raya
Baturraden memiliki koleksi tumbuhan dari pegunungan yang ada di Pulau Jawa.
Koleksi tumbuhan tersebut terdiri dari berbagai famili termasuk paku-pakuan
(Pteridophyta). Pteridophyta diketahui mempunyai banyak spesies. Di Indonesia
diperkirakan terdapat sekitar 1300 spesies. Dikarenakan wilayah Kebun Raya
cukup luas dan dikhawatirkan masih ada paku-pakuan yang belum tereksplorasi dan
masuk buku Koleksi Tumbuhan Paku. Data diambil dengan melakukan eksplorasi,
identifikasi, dan inventarisasi tumbuhan paku terestrial. Eksplorasi dilakukan di tiga
Vak, yaitu Vak I A, VAk V A, dan Vak V E. Ketiga Vak ini dipilih karena dianggap
dapat mewakili seluruh kawasan Kebun Raya Baturraden. Proses identifikasi
dilakukan dengan menggunakan sumber pustaka yaitu buku Koleksi Tumbuhan
Paku Kebun Raya Baturaden dan buku Jenis Paku Indonesia. Dari hasil
inventarisasi didapatkan 41 spesies tumbuhan paku terestrial. Dari 41 spesies
tersebut diketahui 25 spesies teridentifikasi, 16 spesies tidak teridentifikasi, dan 5
belum masuk dalam buku Koleksi Tumbuhan Paku Kebun Raya Baturaden.

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah yang telah melimpahkan rahmat,
dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan kegiatan dan laporan Praktik
Kerja Lapangan yang telah dilaksanakan di Balai Konservasi Tumbuhan Kebun
Raya Baturraden, dengan judul “Identifikasi Keanekaragaman Tumbuhan Paku
Terestrial di Kebun Raya Baturraden”. Kegiatan dan penyelesaian laporan ini dapat
terselesaikankarena bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu saya
mengungkapkan rasa terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Semarang


2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang
3. Ketua Jurusan Biologi Universitas Negeri Semarang
4. Kepala Balai Konservasi Tumbuan Kebun Raya Baturraden
5. Dr. Enni Suwarsi Rahayu, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan selama penyusunan laporan PKL
6. Ita Kusumawati, S.Hut., M.Sc. selaku pembimbing lapangan dari Kebun
Raya Baturraden yang telah membimbing selama pelaksanaan PKL
7. Seluruh jajaran staff dan teknisi Kebun Raya Baturraden yang telah
membantu dan membimbing selama pelaksanaan PKL
8. Seluruh anggota Tim PKL Kebun Raya Baturraden yang telah mendukung
kegiatan PKL
9. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan do’a sehingga kegiatan
PKL berjalan lancar dan laporan PKL dapat terselesaikan tepat waktu
Saya menyadari bahwa laporan PKL ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kritik dan saran dari pembaca sangat saya harapkan demi perbaikan di
kemudian hari. Akhir kata semoga laporan kerja praktek lapangan ini dapat
memberikan banyak manfaat bagi kita semua.

Semarang, 2016

Mahendra Noor Febriyanto

iv
Daftar Isi

HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii

ABSTRAK ........................................................................................................iii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv

DAFTAR ISI ...................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................viii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1


B. Tujuan dan Manfaat Laporan ........................................................................ 2
C. Tempat Pelaksanaan PKL ............................................................................. 2
D. Pengumpulan Data ........................................................................................ 2

BAB II PAPARAN LAPORAN ....................................................................... 3

A. Landasan Teori .............................................................................................. 3


B. Pekerjaaan ..................................................................................................... 5
1. Pekerjaan Secara Umum ......................................................................... 5
2. Pekerjaan Spesifik ................................................................................... 5
C. Hasil Pekerjaan.............................................................................................. 6
D. Pembahasan ................................................................................................... 7

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 13

v
A. Simpulan ..................................................................................................... 13
B. Saran ............................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 14

vi
Daftar Tabel

Nomor Judul Halaman

1 Daftar spesies teridentifikasi 6

2 Daftar spesie tifak teridentifikasi 8

vii
Daftar Gambar

Nomor Judul Halaman

1 Genus dubius 1 8

2 Genus dubius 2 8

3 Genus dubius 3 8

4 Genus dubius 4 8

5 Genus dubius 5 8

6 Genus dubius 6 8

7 Genus dubius 7 8

8 Genus dubius 8 8

9 Genus dubius 9 8

10 Genus dubius 10 8

11 Genus dubius 11 9

12 Genus dubius 12 9

13 Genus dubius 13 9

14 Genus dubius 14 9

15 Genus dubius 15 9

16 Genus dubius 16 9

17 Adiantum Caudatum 9

viii
18 Gleichcenia linearis 10

19 Selaginella intermedia 11

20 Selaginella plana 11

21 Trichomanes javanicum 12

ix
Daftar Lampiran

No. Nama Lampiran Halaman

1. Uraian kegiatan lain selama PKL 15

2. Log Book Kegiatan PKL 16

3. Surat Permohonan kegiatan PKL 17

4. Surat Penerimaan dari Instansi (LIPI) 18

5. Surat Penyerahan Mahasiswa PKL 19

6. Surat Penarikan Mahasiswa PKL 20

7. Surat Tugas Dosen 21

8. Surat Tugas Pembimbing Lapangan 22

9. Dokumentasi Kegiatan PKL 23

10. Formulir Daftar Hadir Kegiatan PKL 24

11. Uraian Kegiatan PKL 25

x
xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebun Raya Baturraden terletak di kaki Gunung Slamet bagian
selatan yang secara administratif terletak di Desa Kemutug Lor, Kecamatan
Baturraden, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Kebun Raya
Baturraden berada di ketinggian 702-1076 m dpl. Kondisi topografi berupa
daerah pegunungan yang bergelombang dan berbukit-bukit dengan
kemiringan antara 20% sampai 70%. Kebun Raya menjalankan beberapa
fungsi utama antara lain pendidikan, penelitian, rekreasi, dan fungsi
utamanya konservasi. Kebun Raya Baturraden juga memiliki fungsi
demikian sehingga berbagai aktivitas di dalamnya tidak jauh dari keempat
fungsi yang telah disebutkan tadi. Banyak sekolah dari dalam maupun luar
kabupaten melakukan kegiatan praktek lapangan pada kawasan tersebut.
Selain itu berbagai penelitian khususnya mengenai keanekaragaman hayati
dan pembudidayaan suatu spesies di fasilitasi dengan baik. Kebun Raya
Baturraden memiliki kelembapan dan curah hujan yang cukup tinggi.
Kondisi ini membuat kawasan Kebun Raya Baturraden banyak ditumbuhi
tumbuhan yang membutuhkan kelembaban tinggi seperti tumbuhan paku.
Paku merupakan salah satu kelompok tumbuhan yang mempunyai
banyak jenisnya. Di muka bumi ini tumbuh sekitar 10.000 jenis paku. Dari
jumlah tersebut diperkirakan sekitar 1.300 jenis ada di Indonesia. Jumlah
ini bila dibandingkan dengan anggrek yang tumbuh di kawasan yang dama
memang tidak terlalu banyak, tetapi paku lebih mudah dijumpai dari pada
anggrek.
Sampai saat ini menurut data yang sudah ada, kebun raya baturraden
telah mengoleksi tumbuhan paku yang terdiri dari 18 suku, 39 marga, dan
47 koleksi belum teridentifikasi, serta 4 nomor masih genus dubius. Koleksi
tersebut didapatkan hasil hasil eksplorasi di beberapa kawasan pegunungan

1
jawa diantaranya, Gunung Slamet, Gunung Ciremai, Gunung Prau, Gunung
Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Lawu, dan Gunung Ungaran.

B. Tujuan dan Manfaat Laporan


1. Tujuan
Tujuan dari Praktik Kerja Lapangan ini yaitu untuk mengidentifikasi
keanekaragaman jenis tumbuhan paku yang ada di Kebun Raya
Baturraden.
2. Manfaat
Hasil kegiatan PKL ini diharapkan dapat melengkapi data Kebun Raya
Baturraden yang sudah ada dan dapat menambah referensi untuk
penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan Tumbuhan paku.
C. Tempat Pelaksanaan PKL
PKL dilaksanakan di Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Baturraden,
Banyumas.
D. Pengumpulan Data
Data diambil dengan menggunakan metode inventarisasi, yaitu setiap
tumbuhan paku terestrial yang ditemui di wilayah Kebun Raya Baturraden
diambil, dicatat dan diidentifiksi. Secara garis besar kegiatan pengambilan
data dibagi mejadi tiga yaitu: survey, ekplorasi, dan identifikasi.

2
BAB II
PAPARAN LAPORAN

A. Landasan Teori
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki banyak
daerah pegunungan, terutama di pulau Jawa. Kondisi iklim di pegunungan
Jawa rata-rata mempunyai curah hujan dan kelembapan yang relatif tinggi,
begitu pula dengan di daerah Gunung Slamet.
Kebun Raya Baturraden merupakan sebuah kawasan yang terletak
di lereng Gunung Slamet sebelah selatan yang memiliki kelembapan dan
curah hujan yang cukup tinggi. Kondisi ini membuat kawasan Kebun Raya
Baturraden banyak ditumbuhi tumbuhan yang membutuhkan kelembapan
tinggi seperti tumbuhan paku.
Paku merupakan salah satu devisi tumbuhan yang mempunyai
banyak jenisnya. Di muka bumi ini tumbuh sekitar 10.000 jenis paku. Dari
jumlah tersebut diperkirakan sekitar 1.300 jenis ada di Indonesia. Jumlah
ini bila dibandingkan dengan anggrek yang tumbuh di kawasan yang dama
memang tidak terlalu banyak, tetapi paku lebih mudah dijumpai dari pada
anggrek (Sastrapradja et al., 2105).
Tumbuhan paku (Pteridophyta) tergolong Cormophyta karena sudah
memiliki akar, batang, dan daun sejati. Kelompok tumbuhan paku memiliki
cara hidup yang bermacam-macam, ada yang epifit, saprofit, terrestrial, dan
aquatic. Sepeti halnya lumut, tumbuhan paku juga mengalami metagenesis,
tetapi berbeda pada fase dominannya. Pada tumbuhan lumut fase sporofit
lebih dominan dibandingkan fase gametofit, sehingga tumbuhan paku yang
terlihat sehari-hari merupakan fase sporofit (Kusumawati et al., 2015).
Tumbuhan paku memiliki ciri-ciri daun muda menggulung, terdapat
spora dibawah permukaan daun, daun terdiri atas stipe, rachis, dan lamina.
Selain itu, bentuk daun tumbuhan muda biasannya sangat berbeda dengan
daun tumbuhan dewasa. Beberapa jenis tumbuhan paku terrestrial memiliki
batang yang tumbuh sejajar dengan permukaan tanah. Pada daun muda dan

3
rimpang biasanya tertutup oleh rambut sisik yang berfungsi sebagai
pelindung akar serabut (Sastrapradja et al, 1979).
Berdasarkan bentuk, ukuran, dan susunan daummya, daun
tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
1. Daun mikrofil: berbentuk seperti rambut atau sisik, tidak bertangkai dan
bertulang daun serta belum memperlihatkan diferensiasi sel.
2. Daun makrofil: berukuran besar, bertangkai, bertulang daun, dan
bercabang-cabang serta sel-selnya sudah terdiferensiasi dengan baik.
Berdasarkan fungsinya, daun tumbuhan paku dapat dibedakan
menjadi 2 macam, yaitu: Daun tropofil: daun yang berfungsi sebagi tempat
berlangungnya proses fotosintesis. Daun sporofil: daun yang berfungsi
sebagai penghasil spora.
Spora dibentuk dalam sporangium yang terkumpul di suatu badan
ynag disebut sorus yang terletak dibawah permukaan daun sporofil. Saat
masih muda sorus dilindungi oleh selaput tipis yang disebut indisium.
Tumbuhan paku dibagi 3 golongan berdasarkan jenis spora yang
dihasilkannya, yaitu: paku homospora, paku heterospora, dan paku
peraliahan.
Beberapa tumbuhan paku memiliki nilai ekonomis bagi kehidupan
manusia diantaranya yaitu sebagai tanaman hias (suplir, paku ekor kuda),
Sayuran, bahan obat-obatan, pupuk hijau dan lain-lain.
Menurut Kusumawati et al. (2015) Kebun Raya Baturraden telah
mengoleksi tumbuhan paku yang terdiri dari 18 suku, 39 marga, dan 47
koleksi belum teridentifikasi, serta 4 nomor masih genus dubius. Koleksi
tersebut didapatkan dari hasil eksplorasi di beberapa kawasan pegunungan
jawa diantaranya, Gunung Slamet, Gunung Ciremai, Gunung Prau, Gunung
Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Lawu, dan Gunung Ungaran
(Kusumawati et al., 2015).
Namun melihat dari jumlah jenis tumbuhan paku yang sangat
banyak, dikhawatirkan ada beberapa jenis tumbuhan paku yang ada di
wilayah kebun raya yang belum masuk daftar koleksi.

4
B. Pekerjaan
1. Pekerjaan Secara Umum
Pekerjaan dilakukan sesuai dengan kegiatan yang ada di Kebun
Raya Baturraden. Kegiatan tersebut sama dengan kegiatan rutin
kawasan konservasi khususnya BKT (Balai Konservasi Tumbuhan)
pada umumnya yaitu inspeksi tumbuhan dan eksplorasi tumbuhan.
Kegiatan inspeksi dilakukan dengan mencatat kondisi tumbuhan koleksi
dari mulai pendataan awal ketika ada di Kebun Raya hingga tumbuhan
tersebut mulai menua dan mati pada kawasan tersebut. Sedangkan
eksplorasi merupakan kegiatan yang dilakukan dengan cara menjelajahi
suatu kawasan atau wilayah tertentu dengan tujuan mencari tumbuhan
baru untuk dijadikan koleksi Kebun Raya Baturraden.
Kegiatan pembibitan juga dilakukan untuk menunjang kegiatan
Balai konservasi Tumbuhan Kebun Raya Baturraden. Kegiatan ini
dilaksanakan sebagai perawatan koleksi hasil eksplorasi dari gunung ke
gunung atau dari hutan satu ke hutan yang lainnya dimana tumbuhan
hasil tadi menjadi koleksi baru Kebun Raya Baturraden.
2. Pekerjaan Spesifik
Pekerjaan spesifik yang telah dilakukan adalah identifikasi
keanekaragaman jenis tumbuhan paku terrestrial yang ada di Kebun
Raya Baturraden. Secara garis besar pekerjaan spesifik ini dibagi
menjadi tiga kegiatan yaitu survey, eksporasi dan inventarisasi, serta
identifikasi.
Survey dilakukan untuk mengetahui kondisi wilayah serta
memberikan gambaran persebaran tumbuhan paku yang ada diwilayah
tersebut. Setelah dilakukan survey, ditetapkan wilayah yang akan
dilakukan eksplorasi dan inventarisasi yaitu Vak I A, Vak V A, Vak V
E. Selanjutnya wilayah tersebut dilakukan eksplorasi dan inventarisasi,
tumbuhan yang ditemui dicatat nama spesiesnya (baik nama ilmiah atau
daerah), informasi dasar tumbuhan tersebut dan foto dokumentasinya.

5
Kegiatan yang terakhir adalah identifikasi. Identifikasi dilakukan
apabila dalam kegiatan sebelumnya tidak diketahui nama spesiesnya
atau hanya diketahui nama daerahnya. Identifikasi dilakukan dengan
cara menyamakan daa yang diperoleh dengan berbagai sumber pustaka.
Apablia masih ada yang tidak teridentifikasi maka diberi nama Genus
dubius atau biasa disingkat menjadi Gendub.

C. Hasil Pekerjaan
Dari inventarisasi yang telah dilakukan, ditemukan sebanyak 41 spesies
dimana 25 spesies berhasil teridentifikasi dan 16 lainnya tidak
teridentifikasi.
Tabel 1. Daftar spesies teridentifikasi
No. Nama Spesies Tempat
1 Adiantum caudatum I A, V A, V E
2 Blechnum orientale IA
3 Carnopteris opaca VA
4 Cyathea contaminans I A, V A, V E
5 Cyathea junghuhniana VA
6 Cyathea squamulata I A, V A, V E
7 Deparia petersenii IA
8 Diplazium bantamense I A, V A, V E
9 Diplazium cordifolium I A, V A, V E
10 Diplazium esculentum IA
11 Diplazium pallidum VE
12 Gleichenia linearis I A, V E
13 Histiopteris insica I A, V E
14 Marattia sp VE
15 Nephrolephis hirsutula IA
16 Nephrolepis falcate VA
17 Plechnemia irregularis IA
18 Polypodium sp I A, V A, V E
19 Polypodium vulgare IA
20 Selaginella intermedia I A, V A
21 Selaginella plana VA
22 Selaginella sp I A, V A, V E
23 Sphenomeris chinensis IA

6
24 Tectaria sp IA
25 Trichomanes javanicum IA

D. Pembahasan
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa dari 25 spesies yang
berhasil teridentifikasi hanya 7 spesies yang dapat ditemukan ditiga Vak.
Hal ini menunjukkan bahwa 7 spesies tersebut mampu beradaptasi dengan
baik sehingga dapat hidup di tiga Vak yang memiliki kondisi fisik yang
berbeda. Spesies yang paling dominan dari ketiga Vak adalah Polypodium
sp. Dari ketiga Vak yang dilakukan inventarisasi, Vak I A ditemukan jumlah
spesies terbanyak. Hal ini dikarenakan Vak I A merupakan Vak dengan
wilayah yang paling luas dan tegakan yang ada di Vak I A tidak terlalu rapat
apabila dibandingkan dengan Vak yang lainnya. Betty et al. (2015)
mengatakan bahwa pertumbuhan suatu tumbuhan dipengaruhi oleh kondisi
tempat tumbuh. adanya perbedaan jumlah jenis tumbuhan paku terestrial
yang ditemukan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tempat tumbuh yang
berbeda. Tumbuhan paku pada umumnya sangat menyukai daerah-daerah
terbuka untuk pertumbuhannya.
Spesies yang tidak berhasil di identifikasi berjumlah 16 spesies. Hal ini
dikarenakan pada saat eksplorasi dan inventarisasi dilakukan tumbuhan
paku yang ditemukan masih muda dan belum terdapat sorusnya sehingga
mempersulit identifikasi. Selain itu, kurangnya sumber pustaka yang
tersedia sehinga masih banyak yang tidak teridentifikasi. Tidak terawatnya
Taman Paku yang ada di Kebun Raya Baturraden juga mempersulit proses
identifikasi, karena sulit untuk membandingkan spesies yang diperoleh saat
eksplorasi dengan spesies koleksi yang ada. Spesies yang tidak teridentifiksi
tersebut selanjutnya disebut dengan Gendub 1, Gendub 2, Gendub 3, dan
seterusnya.
Berikut adalah 16 spesies yang tidak teridentifikasi:
Tabel 2. Daftar spesies tidak teridentifikasi

7
Gambar 1. Genus dubius 1 Gambar 2. Genus dubius 2

Gambar 3. Genus dubius 3 Gambar 4. Genus dubius 4

Gambar 5. Genus dubius 5 Gambar 6. Genus dubius 6

Gambar 7. Genus dubius 7 Gambar 8. Genus dubius 8

Gambar 9. Genus dubius 9 Gambar 10. Genus dubius 10

8
Gambar 11. Genus dubius 11 Gambar 12. Genus dubius 12

Gambar 13. Genus dubius 13 Gambar 14. Genus dubius 14

Gambar 15. Genus dubius 15 Gambar 16. Genus dubius 16

Dari hasil inventarisasi ini ada beberapa Spesies yang belum


dimasukkan dalam buku koleksi. Diantarnya adalah Adiantum caudatum,
Gleichenia linearis, Selaginella intermedia, Selaginella plana,
Sphenomeris chinensis, dan Trichomanes javanicum.
Berikut adalah deskripsi dari lima spesies yang tersebut diatas.
1. Adiantum caudatum

Gambar 17. Adiantum caudatum


Adiantum caudatum memiliki ciri-ciri rimpangnya pendek, tegak dan
bersisik, panjang rimpangnya hingga 5 mm. Dikarenakan rimpangnya
yang pendek, anaknya tumbuh bergerombol membentuk rumpun
seolah-olah menjadi satu. Tangkai bagian bawahnya berbulu rapat dan
mengkilat. Panjang entalnya 12-30 cm, bersirip sederhana dengan anak

9
daun yang letaknya agak berlawanan. Semakin ke atas sirip-sirip ini
semakin mengecil. Ukuran daun yang besar umumnya mencapai 1,5 cm
panjangnya dengan lebar 6 mm. Tepi daun bagian bawahnya rata dan
agak melengkung sedangkan bagian atasnya berlekuk-lekuk
membentuk sedut ke arah pangkalnya. Tekstur daunnya tipis tetapi agak
kaku. Terdapat bulu-bulu halus di kedua sisi permukaanya, indusial
letaknya di tepi daun bagian bawah, bentuknya bulat atau agak lonjong
dan berbulu (Sastrapraja et al. 1979).
2. Gleichenia linearis

Gambar 18. Gleichenia linearis


Gleichenia linearis juga disebut paku rasem percabangannya sangat
khusus sehingga jenis ini mudah dikenal tiap-tiap cabang bercabang
dua. Masing-masing cabang akan bercabang dua lagi, begitu seterusnya.
Tunas yang tumbuh dari akar rimpang berwarna hijau pucat, ditutupi
bulu berwarna hitam. Sorinya terdapat pada setiap anak daun dan
penyebarannya terbatas disepanjang tulang daun. Masingmasing sorus
terdiri atas 19 – 15 sporangia. Jenis paku ini tidak mempunyai indusia
sehingga perkembangbiakan dengan spora sangat mudah. dan sering
merajai suatu daerah tanpa ada jenis lain yang bisa hidup diantaranya.
Kulit batang paku ini digunakan untuk bahan baku kerajinan tangan.
Batang bagian dalamnya untuk memperkuat kopiah, dan juga dapat
dimanfaatkan sebagai obat (Sastrapraja et al. 1979).
3. Selaginella intermedia

10
Gambar 19. Selaginella intermedia
Selaginella intermedia memiliki akar serabut berwarna coklat. Batang
berbentuk bulat, kecil, berwarna coklat, dan tumbuh merayap.
Percabangan batang menggarpu, batang ditutupi oleh daun-daun kecil
yang tersusun dalam empat baris, dan tersusun jarang sehingga batang
telihat pipih. Tumbuhan paku ini memiliki daun berukuran kecil,
tersusun menyirip, berwarna hijau tua, tidak memiliki tangkai, tersebar
merata di seluruh bagian batang. Daun tersusun rapat, semakin ke atas
ukuran daun semakin besar dan nyata. Ujung daun terbelah. Tepi daun
bergerigi halus, permukaan daun halus dan licin. Sporangium terkumpul
dalam bentuk strobilus yang terletak di ujung cabang. Strobilus
berwarna hijau muda dan memiliki ujung yang lancip (Betty et al.,
2015).
4. Selaginella plana

Gambar 20. Selaginella plana


Selaginella plana memiliki akar serabut berwarna coklat. Batang
tumbuh tegak, bulat, kecil, berbentuk seperti sisik, dan berwarna coklat
muda. Percabangan batang menggarpu. Daun berukuran kecil, berwarna
hijau muda, tersebar merata di seluruh bagian batang dan tersusun

11
menyirip. Bagian abaksial daun halus sedangkan bagian adaksial kasar.
Tepi daun bergerigi halus dan tata letak daun pada batang bersilangan.
Sporangium tersusun dalam bentuk strobilus yang terletak di ujung
batang atau cabang. Strobilus berbentuk lancip, berukuran panjang, dan
berwarna hijau tua (Betty et al., 2015).
5. Trichomanes javanicum

Gambar 21. Trichomanes javanicum


Trichomanes javanicum memiliki bentuk anak daun yang bergerigi,
tanpamembentuk banyak belahan. Pada anakan daun seringkali
dijumpai adanya bulu-bulu. Tangkai daunnya berbulu ketika masih
muda. Tidak seperti pada paku lainnya, sori paku ini terdapat pada ujung
anak daun yang terletak di lapisan luar ental subur. Ental subur
mempunyai belahan-belahan anka daun yang lebih dalam, dan pada
setiap ujung belahan terdapat indusa yang bentuknya seperti tabung,
tebal, agak bersayap dan bagian mulutnya agak memapat. Sori
mengelompok di ujung indusianya. Di Jawa paku ini belum dikenal
kegunaannya sehingga tidak memiliki nama daerah (Sastrapraja et al.
1979).

12
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
1. Ditemukan sebanyak 41 spesies tumbuhan paku terestrial di kawasan
Kebun Raya Baturraden dimana 25 spesies teridentifikasi dan 16
tidak teridentifikasi.
2. Spesies yang paling dominan adalah Polypodium sp.
3. Terdapat 5 Spesies yang belum masuk dalam koleksi Kebun Raya
Baturraden yaitu Adiantum caudatum, Gleichenia linearis,
Selaginella intermedia, Selaginella plana, Sphenomeris chinensis,
dan Trichomanes javanicum.
B. Saran
1. Sebaiknya referensi tumbuhan paku yang ada di Kebun Raya
Baturraden ditambah.
2. Sebaiknya koleksi tumbuhan paku yang ada di Taman Paku Kebun
Raya Baturraden lebih dirawat lagi agar tumbuhan paku tidak
tercampur antar spesies sehingga jelas.

13
DAFTAR PUSTKA

Betty, Julia., Riza Linda., Irwan Lovadi. 2015. Inventarisasi Jenis Paku-
pakuan (Pteridophyta) Terestrial di Hutan Dusun Tauk
Kecamatan Air Besar Kabupaten Landak. Protobiont. Vol. 4(1):
94-102
Darma, I Dewa Putu & I Nyoman Peneng. 2007. Inventarisasi Tumbuhan
Paku di Kawasan Taman Nasional Laiwangi-Wanggameti Sumba
Timur, Wainggapu, NTT. Biodiversitas. Vol. 8(3): 242-248
Kinho, Julianus. 2009. Mengenal Beberapa Jenis Tumbuhan Paku Di
Kawasan Hutan Payahe Taman Nasional Aketajawe Lolobata
Maluku Utara. Manado: Balai Penelitian Kehutanan Manado
Kusumawati, Ita., D. Irawan, and A.A. Krisna. 2015. Koleksi Tumbuhan
Paku Kebun Raya Baturraden. Banyumas: Dinas Kehutanan
Jawa Tengah, Balai Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya
Baturraden
Sastrapadja, S., J.J Afriastini, D. Darnaedi, and E.A. Widjaja. 1979. Jenis
Paku Indonesia. Bogor: Lembaga Biologi Nasional, LIPI

14
Lampiran 1. Uraian Kegiatan Lain selama PKL

15
Lampiran 2. Logbook PKL

16
Lampiran 3. Surat Permohonan Kegiatan PKL

17
Lampiran 4. Surat Penerimaan dari Instansi (LIPI)

18
Lampiran 5. Surat Penyerahan Mahasiswa PKL

19
Lampiran 6. Surat Penarikan Mahasiswa PKL

20
Lampiran 7. Surat Tugas Dosen

21
Lampiran 8. Surat Tugas Pembimbing Lapangan

22
Lampiran 9. Dokumentasi PKL

23
Lampiran 10. Formulir Daftar Hadir Kegiatan PKL

24
Lampiran 11. Uraian Kegiatan PKL

25

Anda mungkin juga menyukai