Bioprospeksi
Topik : Nutrasetika hewan indigenous di
Banyumas dan sekitarnya
LAPORAN
RISET PENINGKATAN KOMPETENSI
OLEH :
DRS. EDY RIWIDIHARSO, M.S NIDN : 0010035704
Dr. HERY PRATIKNYO , M.Si NIDN : 0014096207
Dr. ENDANG ARIYANI S, M.Si NIDN : 0019096209
Ketua Peneliti
a. Nama lengkap : Drs. Edy Riwidiharso, M.S
b. NIDN : 0010035704
c. Jabatan funsional : Lektor Kepala pd m.k Parasitologi
d. Fakultas : Biologi
e. No.Hp : 081327130441
f. E-mail : edyriwi@yahoo.co.id
Anggota peneliti : 2 (dua) orang
1. Nama : Dr. Hery Pratiknyo,M.S
2. Nama : Dr. Endang Ariyani.S, M.Si
Mengetahui,
Ketua Lembaga Penelitian da Pengabdian Kepada Masyarakat
ii
DAFTARISI
Halaman
Halaman Judul ........................................................................................................ i
Halaman Pengesahan................................................................................ ............... ii
Daftar isi ................................................................................................................... iii
Daftar Tabel ............................................................................................................ iv
Daftar Gambar ........................................................................................................ v
Daftar Lampiran ..................................................................................................... vi
Ringkasan ............................................................................................................... vi
BAB1. PENDAHULUAN.........................................................................................
1
BAB2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 3
BAB3. MATERI DAN METODE PENELITIAN.................................................. 5
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................... 7
BAB 5. KESIMPULAN.......................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 14
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Table 3.1. Parameter Lingkungan dari lima Lokasi Pengambilan sampel ayam
Kampung .................................................................................. 6
Tabel 4.4. Prevalensi ektoparasit pada ayam kampung di lima lokasi pengambilan
sampel yang berbeda ........................................................................... 11
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1. Lokasi sampling Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah Indonesia .... 6
Gambar 4.1. Spesies Ektoparasit yang ditemukan pada ayam kampung di lima
lokasi sampling ................................................................................ 7
Gambar 4.2. Distribusi dan Kelimpahan (%) tiap jenis Ektoparasit pada
regio ayam ....................................................................................... 10
v
RINGKASAN
Budi daya ayam kampung (Gallus gallus domesticus) merupakan usaha yang sangat
umum dilakukan oleh masyarakat di pedesaan dan pada umumnya dilakukan secara
tradisional dengan melepas untuk mencari pakan. Sehingga sangat sering dijumpai
terjadinya kekurangan pakan, mudah terserang penyakit dan parasit. Ektoparasit yang
menyerang ayam kampung biasanya terdiri atas tungau dan serangga Ordo
Pteriraphtera. Serangan ektoparasit tidak mematikan tetapi sangat mengganggu
pertumbuhan ayam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaman
ektoparasit dan tingkat serangannya pada ayam kampung dan hubunganya dengan berat
badan. Dalam jangka panjang penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar metode
pengendalian ektoparasit pada ayam kampung. Penelitian ini dilakukan dengan metode
survey dengan pengambilan sample secara random pada 5 desa di sekitar kota
Purwokerto. Setiap desa diambil 10 ayam betina dan 10 ayam pejantan. Pengambilan
sampel ectoparasit dilakukan pada bagian kepala, sayap, ekor, punggung dan kaki.
Sampel ektoparasit selanjutnya diamati dibawah mikroskup di laboratorium Entomologi
dan Parasitologi Fakultas Biologi Unsoed. Berdasarkan hasil penelitian, keragaman
dan prevalensi ektoparasit pada ayam kampung di Kabupaten Banyumas tergolong
rendah. Hanya enam spesies yang ditemukan dengan prevalensi tertinggi M. gallinae (
45%). Infestasi ektoparasit pada ayam kampung dapat menyebabkan penurunan berat
badan ayam. Oleh karena itu, meskipun prevalensi ektoparasit rendah, ini adalah
faktor utama yang perlu dipertimbangkan oleh peternak ayam di pedesaan, untuk
mencegah serangan ektoparasit pada ayam mereka, sehingga meningkatkan
produktivitas.
Kata kunci : ayam kampung, berat badan, ektoparasit, Pteriraphtera, serangga, tungau
vi
BAB 1. PENDAHULUAN
a. Lokasi penelitian
Penelitian dilakukan di 5 desa sekitar kota Purwokerto yaitu desa Karanglewas, desa
Kedungwringin, desa Kutasari, desa Karangsalam dan desa Karanggintung.
b. Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan purposive
sampling pada 5 desa terpilih. Setiap desa diambil sampel 20 ekor ayam secara
acak yang terdiri atas 10 ekor betina dan 10 ekor pejantan. Umur ayam diketahui
dengan menanyakan kepada pemilik. Parameter yang diukur meliputi jumlah jenis
dan individu ektoparasit, lokasi pada bagian tubuh ditemukanya ektoparasit serta
berat tubuh ayam yang terpilih.
c. Cara pengambilan sample
Setiap ekor ayam sample diamati pada siang hari dengan menggunaka kaca
pembesar untuk melihat ektoparasit. Bagian yang diamati meliputi kepala dengan
bulu disekitar kepala, bulu dan kulit pada sayap, ekor, bagian dada, paha dan kaki.
Untuk mendapatkan ektoparasit digunakan sikat gigi untuk menyikat bagian-bagian
yang terlihat ada kutunya. Untuk menampung kutu yang jatuh karena sikat maka
disiapkan kertas putih pada bagian bawah ayam. Selain dengan menggunakan sikat,
pengambilan kutu juga menggunakan pinset. Kutu yang tertangkap per bagian
tubuh selanjutnya diawetkan dengan alcohol 70% untuk pengamatan dan
identifikasi di laboratorium
d. Identifikasi ektoparasit
Table 3.1. Parameter Lingkungan dari lima Lokasi Pengambilan sampel ayam kampung
Parameter Kedungwuluh Kedungwringin Kutasari Karangaslam Karanggintung
Temperatur (oC) 30-32 30-32 30-32 30-32 30-32
Kelembaban (%) 90-95 90-95 90-95 90-95 90-95
Kebersihan Bersih Bersih Bersih Bersih Kotor
Populasi(individual) 10-15 5-10 10-15 10-15 15-20
/
Living area (m) <50 <50 <50 <50 >50
Perawatan free cage cage cage cage
7
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Keanekaragaman Ektoparasit
Sebanyak 1.047 parasit terdiri dari tiga spesies kutu (Lice), dua spesies tungau
(Mite), dan 1 spesies kutu (Ticks) ditemukan dalam penelitian ini. Spesies kutu yang
ditemukan adalah Menopon gallinae (kutu poros), Menacanthus cornutus (kutu tubuh),
dan Lipeurus caponis (kutu sayap).Tungau terdiri dari Megninia ginglymura ,
(Astigmata,Analgidae) dan Dermanyssus gallinae (Astigmata,Dermanyssidae) dan kutu
Haemaphysallis sp.( Gambar 4.1 dan Tabel 4.1)
A B C
D E F
Gambar 4.1. Spesies Ektoparasit yang ditemukan pada ayam kampung di lima lokasi sampling. A
. Menopon gallinae; B Menacanthus cornutus; C. Lipeurus caponis; D. Haemaphysallis
sp.; E . Dermanyssus gallinae; F. Megninia ginglymura
Jumlah spesies yang ditemukan relatif lebih sedikit dibandingkan dengan penelitian
lain, mungkin karena jumlah ukuran sampel. Serangan ektoparasit yang tinggi
disebabkan oleh tingkat kebersihan halaman, kelembaban udara, suhu sekitar,dan curah
hujan (Rahman dan Haziqoh 2015). Hasil ini sesuai dengan Nik-Hasan et al. (2015)
dalam penelitian mereka tentang beban parasit dan hubungannya dengan berat badan
ayam kampung di kelapa sawit mendominasi Kabupaten Sandakan Kalimantan
Malaysia di mana hanya ditemukan empat spesies ektoparasit .Rahman dan Haziqoh
(2015) menemukan sepuluh spesies ektoparasit dalam penelitian mereka tentang ayam
asli di daerah perkotaan.Lebih lanjut, keanekaragaman ektoparasit yang tinggi
ditemukan di ayam asli di wilayah Afrika, yang diserang oleh ektoparasit seperti
Menopon gallinae , Menacanthus stramineus ,Menacanthus cornutus , Menacanthus
pallidulus , Lipeuruscaponis , Goniocotes gallinae , Goniodes dissimilis ,Goniodes
gigas (El-Aw et al. 2013) sementara Zeryehun dan Yohannes (2015) menemukan lima
spesies tungau
Lokasi Σ
Spesies I II III IV V
Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betin Jantan Betina Jantan Betina
a
Lice
Menopon 31 57 28 20 24 21 34 46 24 25 310
gallinae
Lipeurus caponis 16 27 18 13 14 16 21 25 11 23 184
Menacanthus 24 37 34 22 19 28 32 37 21 36 290
cornutus
Tick
Haemaphysallis 16 2 17 9 7 3 14 16 18 9 111
sp.
Mite
Dermanyssus 10 15 12 7 5 1 10 13 7 11 91
gallinae
Megninia 5 5 11 11 5 6 8 16 9 12 88
ginglymura
Total 102 143 120 82 74 75 119 153 90 116 1074
Di antara semua lokasi pengambilan sampel dalam penelitian ini, paling banyak
ektoparasit yang melimpah adalah Menopon gallinae (310 individu, 29,60%), diikuti oleh
M. cornuthus (290 individu, 27%), sedangkan yang paling sedikit adalah Megninia
ginglymura dengan 88 individu (8%) (Tabel 4.1). Hasil ini menunjukkan bahwa tidak
ada perbedaan yang signifikan di antara keduanya di lokasi pengambilan sampel (F 4,24
; p > 0,05 ). Dominasi kutu M. gallinae sangat umum karena ektoparasit ini tersebar
luas. M. gallinae menyerang bulu dan menyebabkan hilangnya bulu ayam. M. gallinae
dewasa berukuran panjang sekitar 2 mm, dan betina menyimpan telur di pangkal paha
dan bulu dada. Kutu unggas biasanya berpindah ke ayam yang laim dengan cara
kontak langsung dengan hospesnya. Banyaknya jumlahM. gallinae menyebabkan
mudah menyebar di antara ayam.
Indeks keanekaragaman Shannon (H ′) di antara lokasi pengambilan sampel hampir
sama, mulai dari H ′: 1,551 (situs III) hingga H ′:1.712 (situs II).
9
Ini berarti bahwa semua sampel ayam di setiap lokasi diinfestasikan oleh spesies
ektoparasit dengan jumlah yang sama (enam ektoparasit) (Tabel 4.1)). Kepadatan
kandang sangat mempengaruhi jumlah ektoparasit pada ayam karena tingginya tingkat
kontak antara masing-masing ayam,
karena sebagian besar penularan ektoparasit antar individu melalui kontak langsung
(Suahila et al. 2015). Selain serangga, penelitian ini juga menemukan dua spesies
tungau, yaitu, D. gallinae (91individu, 8,4%) dan M. ginglymura (88 individu,8.1%).
Kehadiran tungau ini biasa terjadi, karena mereka tersebar luas pada ayam di seluruh
dunia. D.gallinae merupakan hematofag menyebabkan penurunan telur peringkat dan
anemia pada burung (Sparagano et al. 2009).Ektoparasit ini adalah yang paling penting
yang mempengaruhi ayam di seluruh dunia. Kehadiran tungau ini terkait dengan virus
zoonosis dan beberapa bakteri (Marangi et al. 2009). Satu spesies kutu (Acari,
Ixodidae) yang ditemukan dalam penelitian ini adalah Haemaphysallis sp.,yang
merupakan kutu penghisap darah dan didistribusikan secara luasdi Asia Tenggara. Ini
adalah parasit yang sangat penting pada peternakan ayam karena dapat menyebabkan
infeksi dan menjadi vektor penyakit lain (Ernieenor et al. 2017). Haemaphysallis sp.
juga ditemukan dalam penelitian Rahman dan Haziqoh (2015) di M alaysia dengan
populasi rendah.
Tabel 4.2. Parameter keragaman dari lima lokasi pengambilan sampel yang berbeda
10
.Di antara bagian-bagian tubuh ayam, yang diamati itu,bagian punggung dan dada
adalah tempat tinggal yang paling umum bagi ektoparasit dengan lima spesies hadir,
diikuti oleh bagian kepala-leher dengan empat spesies, dan sayap memiliki tiga jenis.
Kutu yang diidentifikasi adalah M. gallinae, M. cornutus,L. caponis , tungau yaitu
Goniocotes gallinae, Megniniaginglymura dan scrab adalah Haemaphysallis sp.
70%
61%
60% 56%
50% M.gallinae
39%
40% 38%35% 35%
L. caponis
29% M. pallidus
30% 28%
22% D. gallinae
Jumlah 19% 18%17%20% 17% 19% Haemaphysa sp
20%
ektoparasit 11% 12%
8% 7% 4% 5% M.synglineura
10%
0%
0% 1% 0% 0%
0% 0% 0% 0%
0%
er g p ki or
l- eh un ya ka Ek
ng
g Sa da
-
ala Pu Da
K ep
Regio Ayam
Gambar 4.2. Distribusi dan Kelimpahan (%) tiap jenis Ektoparasit pada regio ayam
Prevalensi
11
Selain itu, pengembangan Populasi M. gallinae sangat dipengaruhi oleh perubahan
faktor lingkungan, terutama suhu udara (Ilyes et al. 2013)
Hasil penelitian ini sejalan dengan sebagian besar penelitian yang menemukan M.
gallinae dengan prevalensi tertinggi. Suhaila et al. (2015) di Malaysia Utara
menemukan empat spesies dari ektoparasit, yang terdiri dari tiga kutu dan kutu yang
prevalensi tertinggi adalah M. gallinae (93,8%), M.pallidulus (81,3%), Haemaphysalis
sp. (37,5%), dan L.caponis (18,8%).
Selanjutnya, M. gallinae adalah ektoparasit yang paling umum dengan kejadian 76,7%,
diikuti oleh L. caponis (63,3%) di Penang Malaysia (Rahman danHaziqoh 2015). Hasil
yang sama ditemukan oleh Ilyes et al.(2013) dalam penelitian mereka di Aljazair,
dengan prevalensi yang tertinggi adalah M. gallinae (97%), diikuti oleh L.caponis
(41%), dan Menacantus cornutus hanya 20%. Dominasi M. gallinae juga dicatat oleh
Deephali et.al. (2005) di India, Prelezov dan Koinarski (2006) di Bulgaria dan Marin-
Gomez serta Benavides-Montano (2007) di Columbia di Benin, tiga spesies kutu ( M.
gallinae, M. stramineus, dan L. caponis ) terdeteksi dan diidentifikasi pada unggas
lokal. Spesies paling melimpah dalam penelitian ini adalah M. gallinae, dengan
prevalensi sekitar 69,84% (Love et al. 2017), sedangkan Mansur et al. (2019) di Mesir
menemukan M. gallinae sebagai ektoparasit yang paling umum dengan prevalensi
76,7%, diikuti oleh L.caponis (63,3%) dan M. pallidulus (41,7%). Perbedaan dalam
penemuan ini mungkin karena perbedaan dalam faktor lingkungan, terutama suhu
harian dan kelembaban (Kaboudi et al. 2019). Secara keseluruhan, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa prevalensi ektoparasit pada ayam kampung di Kabupaten
Banyumas rendah, dibandingkan dengan hasil penelitian di tempat lain. M. cornutus
memiliki Prevalensi yang tertinggi, ditemukan dalam penelitian Zeryehun danYohannes
(2013) di Ethiopia dan Kumar dan Kumar (2014)di India.
Tabel 4.4. Prevalensi ektoparasit pada ayam kampung di lima lokasi pengambilan
sampel yang berbeda
Spesies Lokasi Prevalensi
Kedung Kedungw Kutasari Karangsal Karang X̅ ± SD
wuluh ringin am gintung
M. gallinae 40 45 40 45 55 45 +̲ 5.5
L .caponis 45 40 35 35 45 40 +̲ 4.5
M. cornutus 35 40 35 35 45 38 +̲ 4.0
Haemaphysalis sp. 15 20 25 35 35 26 +̲ 8.0
D. gallinae 25 10 30 25 35 25 +̲ 8.4
M. synglineura 15 15 30 30 35 25 +̲ 8.4
12
Berat badan
Hubungan serangan ektoparasit dengan penurunan berat badan dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa ada hubungan nyata (r: 0,98); semakin tinggi serangan ektoparasit,
semakin rendah berat badan ayam. Ini mungkin karena iritasi pada ayam, sehingga
mengurangi tidur dan nafsu makan. Ektoparasit dari unggas hidup di kulit atau
menembus ke dalam kulit atau bahkan di kantung udara, sementara beberapa hidup di
bawah bulu.
Ektoparasit menyebabkan iritasi, mengganggu konsumsi pakan dan dengan demikian
terkait dengan kekurusan, anemia, dan akhirnya kehilangan produksi (Mishra et al.
2017). Meskipun kutu unggas tidak diketahui menularkan patogen unggas apa pun,
keberadaan kutu sering menyertai kesehatan yang buruk yang disebabkan oleh
penyebab lain, dan sangat berbahaya bagi burung muda, di mana kutu dalam jumlah
besar dapat menyebabkan gangguan tidur.Kutu Amblycera dapat menyebabkan iritasi
pada kulit, gelisah, melemahnya keseluruhan, dan menurunnya nafasu makan. Ini
mengakibatkan penurunan berat badan, kapasitas bertelur yang lebih rendah, dan lesi
kulit yang mungkin menjadi lokasi infeksi sekunder (Mullen dan Durden 2002). Katoch
et al. (2012) melaporkan penurunan 24% dalam berat badan ayam kampung di India
karena serangan parasit.
13
BAB 5. KESIMPULSN
El-Aw, MAK, Draz A, Abdel-Hamed A, Awad MA. 2008. Identification of biting lice
species on infected domestic chickens and their distribution on different body
regions. J Agric Env Sci AlexUniv Egypt 7 (2): 137-143.
Faleireo DCC, Toldi M, Da Silva GL, Ferla NJ. 2015. The ectoparasites Dermanyssus
gallinae and Megninia ginglymura: bioecology and natural enemies in
commercial egg- laying hens.Syst Appl Acarol 20 (8): 861-874. DOI:
10.11158/saa.20.8.3
FAO. 2014. Decision Tools for Family Poultry Development. FAO Animal Production
and Health Guidelines, Rome, Italy.
Gunya B, Muhenje V, Gxasheka M, Tyasi LT, Masika PJ. 2020. Management practices
and contribution of village chickens to livelihoods of communal farmers: The case
of centane and Mount Frere in Eastern Cape, South Africa. Biodiversitas 21
(4)1345- 1351.
Katoch R, Yadav A, Godara R, Khajuria JK, Borkataki S, Sodhi SS. 2012 Prevalence
and impact of gastrointestinal helminths on body weight gain in backyard
chickens in subtropical and humid zone of Jammu, India. J Parasit Dis 36 (1):
49-52.
15
Mansur KM, Mahmoud NM, Allamoushi SM, El Aziz MM. 2019. Biodiversity and
prevalence of chewing lice on local poultry. J Dairy Vet Anim Res 8 (1): 26-31.
Magurran EA. 2000. Ecological Diversity and its Measurement. 2nd ed. Chapman and
Hall, London.
McAleece N, Lambshead PJD, Paterson GLJ. 1997. Biodiversity Pro. The Natural
History Museum, London.
Mishra S, Pednekar R, Mohanty BS, Gatne M. 2017. Prevalence, economic loss and
control of lice infestation in poultry. Intl J Sci Environ Tech 6 (3): 1745-1757.
Mullen RM, Durden LA 2002. Medical and Veterinary Entomology. 1st ed. Elsevier
Science, Nederlands.
Murillo AC, Mullens BA. 2016. Diversity and prevalence of ectoparasites on backyard
chicken flocks in California. J Med Entomol 53 (3): 707-711.
Nik-Hassan NRN, Awang A, Rahman AMD. 2015. Parasitic burden and its relation
with the bodyweight of free-range chicken in oil palm dominated Sandakan
District of Malaysian Borneo. Intl J Livestock Res. DOI:
10.5455/ijlr.20150909073638.
Oliveira TM, Teixeira CM, Arcebispo TCM, Antunes KD, Rezende LC, Cunha LM,
Diniz TA, Silva MX. 2017. Epidemiological characterization and risk evaluation
associated with the presence of Megninia spp. in posture farms. Ciência Rural,
Santa Maria, v.47: 09, e20170186.
Prelezov PN, Koinarski KV. 2006. Species variety and population structure of
Mallophaga (Insecta: Phthiraptera) on chickens in the region of Stara Zagora.
Bulgarian J Vet Med 9 (3): 193-200.
16
Suhaila AH, Sabrina DL, Ahmad N, Irwan Izzauddin NH, Hamdan A, Khadijah S.
2015. Study of parasites in commercial free-range chickens in northern Peninsular
Malaysia. Malaysian J Vet Res 6: 53-64
Swai ES, Kessy M, Sanka P, Bwanga S, Kaaya JE. 2010. A survey on ectoparasites and
haemoparasites of free-range indigenous chickens of Northern Tanzania. Livest
Res Rural Devt 22 (9).
Rencana penelitian
Ditemukan spesies ektoparasit dan
Penelitian tentang keragaman dan prevalensi prevalensinya
ektoparasit pada ayam kampung serta Ditemukan hubungan antara infeksi
hubungannya dengan berat badan(2020 ) ektoparasit dengan berat badan ayam
kampung
Penelitian tentang metode pengendalian
ektoparasit pada ayam kampung (2021) Ditemukan metode pengendalian
ektoparasit pada ayam kampong
4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Peternakan ayam kampung (Gallus gallus domesticus) tersebar diseluruh dunia,
40% diantaranya berada di negara-negara Asia, dan 30% diantaranya dipelihara dengan
cara diliarkan (Nik Hasan et al, 2015). Permintaan pasar yang tinggi terhadap daging
dan telur ayam kampung disebabkan oleh rasa daging dan kebutuhan makanan organic
yang terus meningkat. Hal ini menyebabkan perhatian terhadap peternakan ayam
kampung terus meningkat. Menurut Moreki (2015) pembeda utama peternakan ayam
kampung dengan ayam buras adalah adanya kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap
kondisi lingkungan setempat, namun dicirikan juga dengan produktivitas yang rendah,
kematian yang tinggi, malnutrisi dan pertumbuhan yang lambat.
Infeksi parasit merupakan salah satu penyebab buruknya konsisi kesehatan
budidaya ayam kampung yang diliarkan, dimana kondisi ini sangat dipengaruhi kondisi
geografi dan iklim (Ahlers et al, 2009, dan Sabuni et al, 2010). Sehingga serangan
parasit pada ayam kampung telah diidentifikasi sebagai salah satu faktor penyebab
rendahnya produktivitas peternakan ayam kampung (Jacob et al, 2014). Katoch et al.
(2012) melaporkan bahwa 24% kehilangan berat badan ayam kampung disebabkan oleh
serangan parasit di India. Kebanyakan hasil penelitian menunjukan bahwa dampak
serangan parasit sangat bergantung pada prevalensi, intensitas serangan, kondisi tubuh
ayam, geografi dan iklim local (Zeryehun et al, 2015). Ayam kampung yang diliarkan
mendapatkan pakan dari berbagai sumber berupa biji-bijian sampai serangga yang
kemungkinan ditinggali oleh telur ektoparasit sehingga memperbesar kemungkinan
untuk terserang ektoparasit (Abdullah et al, 2013). Kerusakan fisik yang disebabkan
oleh serangan ektoparasit akan menyebabkan penurunan produksi telur dan berat badan
(Nik Hasan et al, 2015). Penyakit parasit atau lebih tepatnya disebut dermatosis yang
disebabkan oleh kutu penghisap darah dan kutu penggigit akan mengawali terjadinya
luka yang menyebabkan kerontokan bulu ayam, gatal dan luka gores. (Aw et al, 2013).
Ektoparasit pada ayam berasal dari Ordo Pteriraphtera, dua sub ordo serangga yaitu
Mallophaga (kutu penggigit) dan Anoplura (kutu penghisap); namun demikian pada
saat ini sub ordo Mallophaga ternyata terdiri atas 4 sub ordo yaitu, Anoplura,
Rhyncophthirina, Ischnocera dan Amblycera. Dari sekitar 2,500 spesies anggota
Mallophaga, sekitar 2000 spesies merupakan ektoparasit pada unggas dan hanya spesies
merupakan ektoparasit pada mamalia. Kutu penggigit (Pteriraphtera: Amblycera,
Ischnocera) merupakan ektoparasit yang sangat penting dalam budidaya ayam
kampung, dengan cara hidup dikulit dan diantara bulu ayam kampung (Nasser et al,
2015). Menurut Banda (2011) kutu penggigit dari familia Menoponidae lebih
mematikan dibanding dari familia Philopteridae, karena lebih mempunyai kekuatan
merusak integument dan ukuran tubuhnya lebih besar. Spesies Menacanthus stramineus
danMenacanthus cornutus menggigit pada aliran darah menyebabkan luka dan
menimbulkan anemia yang dapat menyebabkan kematian ayam. Selain itu M.
stramineus and Menopon gallinae dapat membawa bibit Pasteurella multocida,
Salmonella gallinarum, Escherichia coli and Streptococus sp.(Ndadi and George,
2010).
Menurut Prelezov dan. Koinarski (2006), suatu pertanyaan yang harus dijawab
tentang serangan kutu penggigit adalah keragaman dan struktur populasinya, yaitu
perbandingan serangan pada ayam jantan dan ayam betina serta pada berbagai struktur
umur. Dengan menghitung perbandinganya dapat ditentukan apakah ektoparasit dari
subordo Mallopaga bersifat endemic (Kumar, 2014). Nik Hassan et al (2015)
menemukan keragaman ektoparasit dan prevalensinya di Borneo yaitu Dermanyssus
gallinae(prevalensi 78%), Lipeurus caponis (80%) and Menopon gallinae
(100%).Sedangkan Love et al (2013) di Benin menemukan spesiesMenocanthus
stramineus, Menopon gallinae,Lipeurus caponis dengan tingkat prevalensi tertinggi
pada M. stramineus (56%), diikuti olehM. gallinae (34%) dan L. caponis (10%).
Abdullah et al (2013) dalam penelitianya di Irak, menemukan 90% ayam kampung
terinfeksi ektoparasit dan spesies yang ditemukan meliputi (Menacanthus stramineus,
Goniocotes gallinae, Menopon gallinae, Goniodes gigas, Cuclotogaster heterographus
) . Sedangkan Prelezov and Koinarski (2006) di Bulgaria menemukan 4 species dari
Ordo Pteriraphtera yaitu Menopon gallinae (Linné, 1758), Menacanthus stramineus
(Mönnig, 1934),Menacanthus cornutus (Schömmer, 1913), and Goniocotes gallinae (De
Geer, 1778). Di Aljazair lebih banyak ditemukan spesies ektoparasit yaitu 9 spesies
yang terdiri atas Menopon gallinae,Goniocotes gallinae, Lipeurus caponis,Goniodes
dissimilis, Goniodes gigas, Menacanthus stramineus,Cuclotogaster heterographus,
Menacanthus cornutus and Menacanthus pallidulus. Menopon gallinae ( Ilyes et al,
2013).
6
Hasil hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa serangan ektoparasit pada kampung
sangat umum terjadi di berbagai negara, dengan spesies dan prevalensi yang hampir
sama, namun demikian penelitian tentang keragaman dan prevalensi ektoparasit ayam
kampung sangat jarang dipublikasikan.
7
BAB 3. MATERI DAN METHODE PENELITIAN
f. Lokasi penelitian
Penelitian dilakukan di 5 desa sekitar kota Purwokerto yaitu desa Karanglewas, desa
Kedungwringin, desa Kutasari, desa Karangsalam dan desa Karanggintung.
g. Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan purposive
sampling pada 5 desa terpilih. Setiap desa diambil sampel 20 ekor ayam secara
acak yang terdiri atas 10 ekor betina dan 10 ekor pejantan. Umur ayam diketahui
dengan menanyakan kepada pemilik. Parameter yang diukur meliputi jumlah jenis
dan individu ektoparasit, lokasi pada bagian tubuh ditemukanya ektoparasit serta
berat tubuh ayam yang terpilih.
h. Cara pengambilan sample
Setiap ekor ayam sample diamati pada siang hari dengan menggunaka kaca
pembesar untuk melihat ektoparasit. Bagian yang diamati meliputi kepala dengan
bulu disekitar kepala, bulu dan kulit pada sayap, ekor, bagian dada, paha dan kaki.
Untuk mendapatkan ektoparasit digunakan sikat gigi untuk menyikat bagian-bagian
yang terlihat ada kutunya. Untuk menampung kutu yang jatuh karena sikat maka
disiapkan kertas putih pada bagian bawah ayam. Selain dengan menggunakan sikat,
pengambilan kutu juga menggunakan pinset. Kutu yang tertangkap per bagian
tubuh selanjutnya diawetkan dengan alcohol 70% untuk pengamatan dan
identifikasi di laboratorium
i. Identifikasi ektoparasit
Table 3.1. Parameter Lingkungan dari lima Lokasi Pengambilan sampel ayam kampung
Parameter Kedungwuluh Kedungwringin Kutasari Karangaslam Karanggintung
Temperatur (oC) 30-32 30-32 30-32 30-32 30-32
Kelembaban (%) 90-95 90-95 90-95 90-95 90-95
Kebersihan Bersih Bersih Bersih Bersih Kotor
Populasi(individual) 10-15 5-10 10-15 10-15 15-20
/
Living area (m) <50 <50 <50 <50 >50
Perawatan free cage cage cage cage
9
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Keanekaragaman Ektoparasit
Sebanyak 1.047 parasit terdiri dari tiga spesies kutu (Lice), dua spesies tungau
(Mite), dan 1 spesies kutu (Ticks) ditemukan dalam penelitian ini. Spesies kutu yang
ditemukan adalah Menopon gallinae (kutu poros), Menacanthus stramineus (kutu
tubuh), dan Lipeurus caponis (kutu sayap).Tungau terdiri dari Megninia ginglymura ,
(Astigmata,Analgidae) dan Dermanyssus gallinae (Astigmata,Dermanyssidae) dan kutu
Haemaphysallis sp.( Gambar 4.1 dan Tabel 4.1)
A B C
D E F
Gambar 4.1. Spesies Ektoparasit yang ditemukan pada ayam kampung di lima lokasi sampling. A
. Menopon gallinae; B Menacanthus comutus; C. Lipeurus caponis; D. Haemaphysallis
sp.; E . Dermanyssus gallinae; F. Megninia ginglymura
Jumlah spesies yang ditemukan relatif lebih sedikit dibandingkan dengan penelitian
lain, mungkin karena jumlah ukuran sampel. Serangan ektoparasit yang tinggi
disebabkan oleh tingkat kebersihan halaman, kelembaban udara, suhu sekitar,dan curah
hujan (Rahman dan Haziqoh 2015). Hasil ini sesuai dengan Nik-Hasan et al. (2015)
dalam penelitian mereka tentang beban parasit dan hubungannya dengan berat badan
ayam kampung di kelapa sawit mendominasi Kabupaten Sandakan Kalimantan
Malaysia di mana hanya ditemukan empat spesies ektoparasit .Rahman dan Haziqoh
(2015) menemukan sepuluh spesies ektoparasit dalam penelitian mereka tentang ayam
asli di daerah perkotaan.Lebih lanjut, keanekaragaman ektoparasit yang tinggi
ditemukan di ayam asli di wilayah Afrika, yang diserang oleh ektoparasit seperti
Menopon gallinae , Menacanthus stramineus ,Menacanthus cornutus , Menacanthus
pallidulus , Lipeuruscaponis , Goniocotes gallinae , Goniodes dissimilis ,Goniodes
gigas (El-Aw et al. 2013) sementara Zeryehun dan Yohannes (2015) menemukan lima
spesies tungau
Lokasi Σ
Spesies I II III IV V
Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betin Jantan Betina Jantan Betina
a
Lice
Menopon 31 57 28 20 24 21 34 46 24 25 310
gallinae
Lipeurus caponis 16 27 18 13 14 16 21 25 11 23 184
Menacanthus 24 37 34 22 19 28 32 37 21 36 290
cornutus
Tick
Haemaphysallis 16 2 17 9 7 3 14 16 18 9 111
sp.
Mite
Dermanyssus 10 15 12 7 5 1 10 13 7 11 91
gallinae
Megninia 5 5 11 11 5 6 8 16 9 12 88
ginglymura
Total 102 143 120 82 74 75 119 153 90 116 1074
Di antara semua lokasi pengambilan sampel dalam penelitian ini, paling banyak
ektoparasit yang melimpah adalah Menopon gallinae (310 individu, 29,60%), diikuti oleh
M. cornuthus (290 individu, 27%), sedangkan yang paling sedikit adalah Megninia
ginglymura dengan 88 individu (8%) (Tabel 4.1). Hasil ini menunjukkan bahwa tidak
ada perbedaan yang signifikan di antara keduanya di lokasi pengambilan sampel (F 4,24
; p > 0,05 ). Dominasi kutu M. gallinae sangat umum karena ektoparasit ini tersebar
luas. M. gallinae menyerang bulu dan menyebabkan hilangnya bulu ayam. M. gallinae
dewasa berukuran panjang sekitar 2 mm, dan betina menyimpan telur di pangkal paha
dan bulu dada. Kutu unggas biasanya berpindah ke ayam yang laim dengan cara
kontak langsung dengan hospesnya. Banyaknya jumlahM. gallinae menyebabkan
mudah menyebar di antara ayam.
11
Indeks keanekaragaman Shannon (H ′) di antara lokasi pengambilan sampel hampir
sama, mulai dari H ′: 1,551 (situs III) hingga H ′:1.712 (situs II). Ini berarti bahwa
semua sampel ayam diinfestasikan oleh spesies ektoparasit dengan jumlah yang sama
(enam ektoparasit) (Tabel 4.1)). Kepadatan kandang sangat mempengaruhi jumlah
ektoparasit pada ayam karena tingginya tingkat kontak antara masing-masing ayam,
karena sebagian besar penularan ektoparasit antar individu melalui kontak langsung
(Suahila et al. 2015). Selain serangga, penelitian ini juga menemukan dua spesies
tungau, yaitu, D. gallinae (91individu, 8,4%) dan M. ginglymura (88 individu,8.1%).
Kehadiran tungau ini biasa terjadi, karena mereka tersebar luas pada ayam di seluruh
dunia. D.gallinae merupakan hematofag menyebabkan penurunan telur peringkat dan
anemia pada burung (Sparagano et al. 2009).Ektoparasit ini adalah yang paling penting
yang mempengaruhi ayam di seluruh dunia. Kehadiran tungau ini terkait dengan virus
zoonosis dan beberapa bakteri (Marangi et al. 2009). Satu spesies kutu (Acari,
Ixodidae) yang ditemukan dalam penelitian ini adalah Haemaphysallis sp.,yang
merupakan kutu penghisap darah dan didistribusikan secara luasdi Asia Tenggara. Ini
adalah parasit yang sangat penting pada peternakan ayam karena dapat menyebabkan
infeksi dan menjadi vektor penyakit lain (Ernieenor et al. 2017). Haemaphysallis sp.
juga ditemukan dalam penelitian Rahman dan Haziqoh (2015) di M alaysia dengan
populasi rendah.
Tabel 4.2. Parameter keragaman dari lima lokasi pengambilan sampel yang berbeda
70%
61%
60% 56%
50% M.gallinae
39%
40% 38%35% 35%
L. caponis
29% M. pallidus
30% 28%
22% D. gallinae
Jumlah 19% 18%17%20% 17% 19% Haemaphysa sp
20%
ektoparasit 11% 12%
8% 7% 4% 5% M.synglineura
10%
0%
0% 1% 0% 0%
0% 0% 0% 0%
0%
er g p ki or
l- eh un ya ka Ek
la gg Sa da
-
pa P un Da
K e
Regio Ayam
Gambar 4.2. Distribusi dan Kelimpahan (%) tiap jenis Ektoparasit pada regio ayam
Prevalensi
Tabel 4.4. Prevalensi ektoparasit pada ayam kampung di lima lokasi pengambilan
sampel yang berbeda
Hubungan serangan ektoparasit dengan penurunan berat badan dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa ada hubungan nyata (r: 0,98); semakin tinggi serangan ektoparasit,
semakin rendah berat badan ayam. Ini mungkin karena iritasi pada ayam, sehingga
mengurangi tidur dan nafsu makan. Ektoparasit dari unggas hidup di kulit atau
menembus ke dalam kulit atau bahkan di kantung udara, sementara beberapa hidup di
bawah bulu. Ektoparasit menyebabkan iritasi, mengganggu konsumsi pakan dan dengan
demikian terkait dengan kekurusan, anemia, dan akhirnya kehilangan produksi (Mishra
et al. 2017). Meskipun kutu unggas tidak diketahui menularkan patogen unggas apa
pun, keberadaan kutu sering menyertai kesehatan yang buruk yang disebabkan oleh
penyebab lain, dan sangat berbahaya bagi burung muda, di mana kutu dalam jumlah
besar dapat menyebabkan gangguan tidur.Kutu Amblycera dapat menyebabkan iritasi
pada kulit, gelisah, melemahnya keseluruhan, dan menurunnya nafasu makan. Ini
mengakibatkan penurunan berat badan, kapasitas bertelur yang lebih rendah, dan lesi
kulit yang mungkin menjadi lokasi infeksi sekunder (Mullen dan Durden 2002). Katoch
et al. (2012) melaporkan penurunan 24% dalam berat badan ayam kampung di India
karena serangan parasit.
15
BAB 5. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
El-Aw, MAK, Draz A, Abdel-Hamed A, Awad MA. 2008. Identification of biting lice
species on infected domestic chickens and their distribution on different body
regions. J Agric Env Sci AlexUniv Egypt 7 (2): 137-143.
Faleireo DCC, Toldi M, Da Silva GL, Ferla NJ. 2015. The ectoparasites Dermanyssus
gallinae and Megninia ginglymura: bioecology and natural enemies in
commercial egg- laying hens.Syst Appl Acarol 20 (8): 861-874. DOI:
10.11158/saa.20.8.3
FAO. 2014. Decision Tools for Family Poultry Development. FAO Animal Production
and Health Guidelines, Rome, Italy.
Gunya B, Muhenje V, Gxasheka M, Tyasi LT, Masika PJ. 2020. Management practices
and contribution of village chickens to livelihoods of communal farmers: The case
of centane and Mount Frere in Eastern Cape, South Africa. Biodiversitas 21
(4)1345- 1351.
Katoch R, Yadav A, Godara R, Khajuria JK, Borkataki S, Sodhi SS. 2012 Prevalence
and impact of gastrointestinal helminths on body weight gain in backyard
chickens in subtropical and humid zone of Jammu, India. J Parasit Dis 36 (1):
49-52.
Love O, Johnny R, Valentine OR. 2018. A study of the prevalence and abundance of
chewing lice (Phthiraptera) in selected poultry farms in Benin City, Edo State. Intl
J Anim Sci Tech 1(1): 35-42.
17
Mansur KM, Mahmoud NM, Allamoushi SM, El Aziz MM. 2019. Biodiversity and
prevalence of chewing lice on local poultry. J Dairy Vet Anim Res 8 (1): 26-31.
Magurran EA. 2000. Ecological Diversity and its Measurement. 2nd ed. Chapman and
Hall, London.
McAleece N, Lambshead PJD, Paterson GLJ. 1997. Biodiversity Pro. The Natural
History Museum, London.
Mishra S, Pednekar R, Mohanty BS, Gatne M. 2017. Prevalence, economic loss and
control of lice infestation in poultry. Intl J Sci Environ Tech 6 (3): 1745-1757.
Mullen RM, Durden LA 2002. Medical and Veterinary Entomology. 1st ed. Elsevier
Science, Nederlands.
Murillo AC, Mullens BA. 2016. Diversity and prevalence of ectoparasites on backyard
chicken flocks in California. J Med Entomol 53 (3): 707-711.
Nik-Hassan NRN, Awang A, Rahman AMD. 2015. Parasitic burden and its relation
with the bodyweight of free-range chicken in oil palm dominated Sandakan
District of Malaysian Borneo. Intl J Livestock Res. DOI:
10.5455/ijlr.20150909073638.
Oliveira TM, Teixeira CM, Arcebispo TCM, Antunes KD, Rezende LC, Cunha LM,
Diniz TA, Silva MX. 2017. Epidemiological characterization and risk evaluation
associated with the presence of Megninia spp. in posture farms. Ciência Rural,
Santa Maria, v.47: 09, e20170186.
Prelezov PN, Koinarski KV. 2006. Species variety and population structure of
Mallophaga (Insecta: Phthiraptera) on chickens in the region of Stara Zagora.
Bulgarian J Vet Med 9 (3): 193-200.
Suhaila AH, Sabrina DL, Ahmad N, Irwan Izzauddin NH, Hamdan A, Khadijah S.
2015. Study of parasites in commercial free-range chickens in northern Peninsular
Malaysia. Malaysian J Vet Res 6: 53-64
Swai ES, Kessy M, Sanka P, Bwanga S, Kaaya JE. 2010. A survey on ectoparasites and
haemoparasites of free-range indigenous chickens of Northern Tanzania. Livest
Res Rural Devt 22 (9).
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Jumlah tiap jenis ektoparasit pada Region ayam kampung (Jantan dan
betina dari tiap lokasi sampling (Data dihitung dari 10 ekor ayam per sampling/desa, )
Lampiran 3 . Prevalensi ayam terinfestasi tiap jenis ektoparasit (dari 10 ayam sampel)
Rata-rata 15 20 25 35 35 26 +̲ 8,0
M.syngline Jantan 1 10 1 10 4 40 3 30 4 40 26 +̲ 13,6
ura Betina 2 20 2 20 2 20 3 30 3 30 24 +̲ 4,5
Rata-rata 15 15 30 30 35 25 +̲ 8,4
21
Descriptives
Jumlah Ektoparasit
ANOVA
Jumlah Ektoparasit
SV Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Jumlah Ektoparasit
LSD
D. gallinae 19.400 *
2.733 .000 13.76 25.04
M. synglineura 20.600 *
2.733 .000 14.96 26.24
L. caponis M. gallinae -12.200* 2.733 .000 -17.84 -6.56
M. pallidus -10.000* 2.733 .001 -15.64 -4.36
D. gallinae 7.200 *
2.733 .015 1.56 12.84
Haemaphysa sp. 1.600 2.733 .564 -4.04 7.24
M. synglineura 8.400* 2.733 .005 2.76 14.04
M. pallidus M. gallinae -2.200 2.733 .429 -7.84 3.44
L. caponis 10.000 *
2.733 .001 4.36 15.64
D. gallinae 17.200 *
2.733 .000 11.56 22.84
Haemaphysa sp. 11.600* 2.733 .000 5.96 17.24
M. synglineura 18.400* 2.733 .000 12.76 24.04
D. gallinae M. gallinae -19.400 *
2.733 .000 -25.04 -13.76
L. caponis -7.200*
2.733 .015 -12.84 -1.56
M. pallidus -17.200* 2.733 .000 -22.84 -11.56
Haemaphysa sp. -5.600 2.733 .052 -11.24 .04
M. synglineura 1.200 2.733 .664 -4.44 6.84
Haemaphysa sp. M. gallinae -13.800 *
2.733 .000 -19.44 -8.16
L. caponis -1.600 2.733 .564 -7.24 4.04
M. pallidus -11.600* 2.733 .000 -17.24 -5.96
D. gallinae 5.600 2.733 .052 -.04 11.24
M. synglineura 6.800 *
2.733 .020 1.16 12.44
M. synglineura M. gallinae -20.600* 2.733 .000 -26.24 -14.96
23
Data jumlah tiap jenis ektoparasit pada ayam kampung betina
Descriptives
Jumlah Ektoparasit
95% Confidence
Interval for Mean
ANOVA
Jumlah Ektoparasit
Berdasarkan analisi Anova, diketahui nilai sig sebesar 0,000 < 0,05, sehingga
dapat disimpulkan bahwa rata-rata jumlah ektoparasit pada ayam kampung betina
adalah “berbeda” secara signifikan
24
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Jumlah Ektoparasit
LSD
D. gallinae 24.400 *
5.443 .000 13.17 35.63
M. synglineura 23.800 *
5.443 .000 12.57 35.03
L. caponis M. gallinae -13.000* 5.443 .025 -24.23 -1.77
M. pallidus -11.200 5.443 .051 -22.43 .03
D. gallinae 11.400 *
5.443 .047 .17 22.63
Haemaphysa sp. 13.000 *
5.443 .025 1.77 24.23
M. synglineura 10.800 5.443 .059 -.43 22.03
M. pallidus M. gallinae -1.800 5.443 .744 -13.03 9.43
L. caponis 11.200 5.443 .051 -.03 22.43
D. gallinae 22.600 *
5.443 .000 11.37 33.83
Haemaphysa sp. 24.200* 5.443 .000 12.97 35.43
M. synglineura 22.000* 5.443 .000 10.77 33.23
D. gallinae M. gallinae -24.400 *
5.443 .000 -35.63 -13.17
L. caponis -11.400 *
5.443 .047 -22.63 -.17
M. pallidus -22.600* 5.443 .000 -33.83 -11.37
Haemaphysa sp. 1.600 5.443 .771 -9.63 12.83
M. synglineura -.600 5.443 .913 -11.83 10.63
Haemaphysa M. gallinae -26.000 *
5.443 .000 -37.23 -14.77
sp. L. caponis -13.000* 5.443 .025 -24.23 -1.77
M. pallidus -24.200* 5.443 .000 -35.43 -12.97
D. gallinae -1.600 5.443 .771 -12.83 9.63
M. synglineura -2.200 5.443 .690 -13.43 9.03
M. synglineura M. gallinae -23.800* 5.443 .000 -35.03 -12.57
25
Descriptives
Jumlah Ektoparasit
95% Confidence
Interval for Mean
ANOVA
Jumlah Ektoparasit
Berdasarkan analisi Anova, diketahui nilai sig sebesar 0,000 < 0,05, sehingga
dapat disimpulkan bahwa rata-rata jumlah tiap jenis ektoparasit pada ayam
kampung adalah “berbeda” secara signifikan.
26
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Jumlah Ektoparasit
LSD
D. gallinae 21.900 *
3.089 .000 15.71 28.09
M. synglineura 22.200 *
3.089 .000 16.01 28.39
L. caponis M. gallinae -12.600 *
3.089 .000 -18.79 -6.41
M. pallidus -10.600* 3.089 .001 -16.79 -4.41
D. gallinae 9.300 *
3.089 .004 3.11 15.49
Haemaphysa sp. 7.300 *
3.089 .022 1.11 13.49
M. synglineura 9.600 *
3.089 .003 3.41 15.79
M. pallidus M. gallinae -2.000 3.089 .520 -8.19 4.19
L. caponis 10.600 *
3.089 .001 4.41 16.79
D. gallinae 19.900 *
3.089 .000 13.71 26.09
Haemaphysa sp. 17.900 *
3.089 .000 11.71 24.09
M. synglineura 20.200* 3.089 .000 14.01 26.39
D. gallinae M. gallinae -21.900 *
3.089 .000 -28.09 -15.71
L. caponis -9.300 *
3.089 .004 -15.49 -3.11
M. pallidus -19.900 *
3.089 .000 -26.09 -13.71
Haemaphysa sp. -2.000 3.089 .520 -8.19 4.19
M. synglineura .300 3.089 .923 -5.89 6.49
Haemaphysa M. gallinae -19.900 *
3.089 .000 -26.09 -13.71
sp. L. caponis -7.300 *
3.089 .022 -13.49 -1.11
M. pallidus -17.900* 3.089 .000 -24.09 -11.71
D. gallinae 2.000 3.089 .520 -4.19 8.19
M. synglineura 2.300 3.089 .460 -3.89 8.49
M. M. gallinae -22.200 *
3.089 .000 -28.39 -16.01
synglineura L. caponis -9.600* 3.089 .003 -15.79 -3.41
M. pallidus -20.200 *
3.089 .000 -26.39 -14.01
27
Data jumlah ektoparasit (M. gallinae /ekor) ayam pada tiap regio ayam
Descriptives
Jumlah M. gallinae
ANOVA
Jumlah M. gallinae
Berdasarkan analisi Anova, diketahui nilai sig sebesar 0,000 < 0,05, sehingga
dapat disimpulkan bahwa rata-rata jumlah ektoparasit M. gallinae pada tiap regio
ayam kampung adalah “berbeda” secara signifikan.
28
tubuh ayam ayam Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Sayap 1.42000 *
.17961 .000 1.0453 1.7947
Ekor 1.42000 *
.17961 .000 1.0453 1.7947
punggung kepala-leher -.05000 .17961 .784 -.4247 .3247
Sayap 1.37000* .17961 .000 .9953 1.7447
dada-kaki 1.06000 *
.17961 .000 .6853 1.4347
Ekor 1.37000 *
.17961 .000 .9953 1.7447
sayap kepala-leher -1.42000 *
.17961 .000 -1.7947 -1.0453
Punggung -1.37000* .17961 .000 -1.7447 -.9953
dada-kaki -.31000 .17961 .100 -.6847 .0647
Ekor .00000 .17961 1.000 -.3747 .3747
dada-kaki kepala-leher -1.11000 *
.17961 .000 -1.4847 -.7353
Punggung -1.06000* .17961 .000 -1.4347 -.6853
Sayap .31000 .17961 .100 -.0647 .6847
Ekor .31000 .17961 .100 -.0647 .6847
ekor kepala-leher -1.42000 *
.17961 .000 -1.7947 -1.0453
Data jumlah ektoparasit (L. caponis/ekor) ayam kampung di tiap regio ayam
Descriptives
Jumlah L. caponis
95% Confidence
Interval for Mean
ANOVA
Jumlah L. caponis
Berdasarkan analisi Anova, diketahui nilai sig sebesar 0,000 < 0,05, sehingga
dapat disimpulkan bahwa rata-rata jumlah ektoparasit L. caponis pada tiap regio
ayam kampung adalah “berbeda” secara signifikan.
30
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Jumlah L. caponis
LSD
Descriptives
Jumlah M. pallidus
95% Confidence
Interval for Mean
ANOVA
Jumlah M. pallidus
Berdasarkan analisi Anova, diketahui nilai sig sebesar 0,000 < 0,05, sehingga
dapat disimpulkan bahwa rata-rata jumlah ektoparasit M. pallidus pada tiap regio
ayam kampung adalah “berbeda” secara signifikan.
32
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Jumlah M. pallidus
LSD
Sayap 1.30000 *
.10498 .000 1.0810 1.5190
Ekor 1.02000 *
.10498 .000 .8010 1.2390
punggung kepala-leher -.63000* .10498 .000 -.8490 -.4110
Sayap .67000* .10498 .000 .4510 .8890
dada-kaki .02000 .10498 .851 -.1990 .2390
Ekor .39000 *
.10498 .001 .1710 .6090
sayap kepala-leher -1.30000* .10498 .000 -1.5190 -1.0810
Punggung -.67000* .10498 .000 -.8890 -.4510
dada-kaki -.65000 *
.10498 .000 -.8690 -.4310
Ekor -.28000 *
.10498 .015 -.4990 -.0610
dada-kaki kepala-leher -.65000* .10498 .000 -.8690 -.4310
Punggung -.02000 .10498 .851 -.2390 .1990
Sayap .65000 *
.10498 .000 .4310 .8690
Ekor .37000 *
.10498 .002 .1510 .5890
ekor kepala-leher -1.02000* .10498 .000 -1.2390 -.8010
Data jumlah ektoparasit (D. gallinae/ekor) ayam kampung di tiap regio ayam
Descriptives
Jumlah D. gallinae
95% Confidence
Interval for Mean
ANOVA
Jumlah D. gallinae
Berdasarkan analisi Anova, diketahui nilai sig sebesar 0,000 < 0,05, sehingga
dapat disimpulkan bahwa rata-rata jumlah ektoparasit D. gallinae pada tiap regio
ayam kampung adalah “berbeda” secara signifikan.
34
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Jumlah D. gallinae
LSD
dada-kaki -.40000 *
.09370 .000 -.5955 -.2045
Descriptives
Jumlah Haemaphysa sp.
ANOVA
Jumlah Haemaphysa sp.
Berdasarkan analisi Anova, diketahui nilai sig sebesar 0,000 < 0,05, sehingga
dapat disimpulkan bahwa rata-rata jumlah ektoparasit Haemaphysa sp. pada tiap
regio ayam kampung adalah “berbeda” secara signifikan.
36
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Jumlah Haemaphysa sp.
LSD
Sayap -.42000 *
.08037 .000 -.5877 -.2523
Ekor -.33000 *
.08037 .001 -.4977 -.1623
punggung kepala-leher .00000 .08037 1.000 -.1677 .1677
Sayap -.42000* .08037 .000 -.5877 -.2523
dada-kaki -.36000 *
.08037 .000 -.5277 -.1923
Ekor -.33000 *
.08037 .001 -.4977 -.1623
sayap kepala-leher .42000 *
.08037 .000 .2523 .5877
Punggung .42000* .08037 .000 .2523 .5877
dada-kaki .06000 .08037 .464 -.1077 .2277
Ekor .09000 .08037 .276 -.0777 .2577
dada-kaki kepala-leher .36000 *
.08037 .000 .1923 .5277
Punggung .36000* .08037 .000 .1923 .5277
Sayap -.06000 .08037 .464 -.2277 .1077
Ekor .03000 .08037 .713 -.1377 .1977
ekor kepala-leher .33000 *
.08037 .001 .1623 .4977
Descriptives
Jumlah M. synglineura
95% Confidence
Interval for Mean
ANOVA
Jumlah M. synglineura
Berdasarkan analisi Anova, diketahui nilai sig sebesar 0,000 < 0,05, sehingga
dapat disimpulkan bahwa rata-rata jumlah ektoparasit M. synglineura, pada tiap
regio ayam kampung adalah “berbeda” secara signifikan.
38
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Jumlah M. synglineura
LSD
dada-kaki -.54000 *
.06033 .000 -.6659 -.4141
sayap .18000 *
.06033 .007 .0541 .3059
Correlations
Rata-rata infestasi
Ektoparasit (x) Rata-rata bobot ayam (y)
N 5 5
Rata-rata bobot ayam (y) Pearson Correlation -.918* 1
N 5 5
Variables Entered/Removeda
Model Variables Entered Variables Removed Method
1 Rata-rata infestasi
. Enter
Ektoparasit (x)b
a. Dependent Variable: Rata-rata bobot ayam (y)
b. All requested variables entered.
Model Summary
Std. Error of the
Model R R Square Adjusted R Square Estimate
1 .918 a
.843 .791 .07446
a. Predictors: (Constant), Rata-rata infestasi Ektoparasit (x)
Berdasarkan tabel Model Summary di atas, nilai korelasi (R) adalah 0,918. Nilai
ini dapat diinterpretasikan bahwa hubungan kedua variabel penelitian ada di
kategori kuat. Melalui tabel ini juga diperoleh nilai R Square atau koefisien
determinasi (KD) yang menunjukkan seberapa bagus model regresi yang
dibentuk oleh interaksi variabel bebas dan variabel terikat. Nilai KD yang
diperoleh adalah 84,3% yang dapat ditafsirkan bahwa variabel bebas X (rata-rata
infestasi ektoparasit) memiliki pengaruh kontribusi sebesar 84,3% terhadap
40
variabel Y (rata-rata bobot ayam) dan 15,7% lainnya dipengaruhi oleh faktor-
faktor lain diluar variabel X.
ANOVAa
Total .106 4
Berdasarkan tabel Anova di atas, diketahui nilai sig sebesar 0,028 < 0,05, sehingga
dapat disimpulkan bahwa model regresi adalah linier. Berdasarkan tabel di atas,
maka model persamaan regresi adalah signifikan dan memenuhi kriteria linieritas.
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Rata-rata infestasi
-.068 .017 -.918 -4.013 .028
Ektoparasit (x)
Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina
Shannon H'
0.721 0.627 0.742 0.743 0.702 0.626 0.72 0.731 0.738 0.726
Log Base 10.
Shannon
Hmax Log 0.778 0.778 0.778 0.778 0.778 0.778 0.778 0.778 0.778 0.778
Base 10.
Shannon J' 0.926 0.806 0.953 0.955 0.902 0.805 0.926 0.939 0.949 0.933
43
70