SKRIPSI
FIKRI HAIKAL
Oleh :
FIKRI HAIKAL
E 281 18 296
II
ii
iii
ABSTRAK
Fikri Haikal(E 281 18 296). Ektrak Akar Tuba (Derris elliptica Benth )
Berpengaruh terhadap Kepadatan Populasi dan Intensitas Serangan Spodoptera
frugiperda JE Smith (Lepidoptera :Noktuidae) Pada Tanaman Jagung (Zea
mays). (dibimbing oleh Prof. Dr. Ir, Moh. Yunus, M.P dan Dr. Hasriyanty, S.P.,
M.Si 2023).
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan
judul “Ektraksi Akar Tuba Untuk Mengatasi Spodoptera frugiperda JE Smith
(Lepidoptera :Noktuidae) pada tanaman jagung (Zea mays). Penelitian ini untuk
mengetahui efektifitas ekstraksi akar tuba (Derris elliptica Bent) untuk mengatasi
ulat (Spodoptera frugiperda) pada tanaman jagung. Penelitian ini dilaksanakan
dari bulan juli sampai September 2022 di Desa Kasoloang, Kecamatan Bambaira,
Kabupaten Pasangkayu, Provinsi Sulawesi Barat. Penelitian ini menggunakan
(RAK). Terdiri dari 6 perlakuan dengan 5 kali ulanagn. Perlakuan yang berikan
Akar tuba 25 ml/l dan tween 80/L air, Akar tuba 50 dan tween 80/L air ml/l air,
Akar tuba 75 ml/l dan tween 80/L air air, Akar tuba 100 ml/l dan tween 80/L air
dan Akar tuba 125 ml/l dan tween 80/L air, variabel pengamatan yg diamati dalam
penelititan ini adalah populasi S. frugiperda dan intensitas serangannya.
Ekstraksi akar tuba berpengaruh nyata dapat menekan populasi dan intensitas
serangan S frugiperda pada pertanaman jagung, populasi hama tertinggi terdapat
pada tanaman tampa perlakuan 0,31 individu/tanaman 21 hst dan populasi hama
terendah pada perlakuan 0,16 ekor/tanaman 42 hst. Intensitas serangan tertinggi
terdapat pada tanaman D0 16,00 indiviedu/tanaman 28 hst sedangkan intensitas
serangan terendah terdapat di pertanaman D5 1,80 individu/tanaman. Dapat
disimpulkan pemberian ekstrak akar tuba sebagai pestida nabati berpengaruh
nyata terhadap kepadatan populasi dan intensitas serangan S.frugiperda.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan
judul “Ektraksi Akar Tuba Serta Penggunaan Tween 80 Sebagai Surfaktan Untuk
Mengatasi Spodoptera frugiperda JE Smith (Lepidoptera :Noktuidae) pada
tanaman jagung (Zea mays). Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Tadulako.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi
ini, terutama kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Madfudz, M.P selaku rektor Universitas Tadulako yang
telah memberikan kesepatan dan fasilitas kepada penulis untuk meniba ilmu
pengetahuan di Universitas Tadulako
2. Bapak Prof. Dr. Ir.Muardi, M,P selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Tadulako
3. Bapak Dr. Irwan Lakani, S.P.,M.Si Selaku Ketua Program Studi
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako.
4. Bapak Dr. Asrul Arul, S.P.,M.Si Selaku Ketua Jurusan Hama dan Penyakit
Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Tadulako.
5. Prof. Dr. Ir. Moh. Yunus, M.P Selaku dosen pembimbing pertama saya yang
senantiasa menuntun saya dalam penyusunan skripsi ini maupun penelitian di
lapangan.
6. Ibu Dr. Hasriyanty, S.P.,M.Si Selaku Sekertaris Ketua Jurusan Ilmu Hama
dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Tadulako. Sekaligus
selaku Dosen pembimbing kedua saya yang senantiasa menuntun saya dalam
penyusunan skripsi ini maupun penelitian di lapangan .
7. Ibu Dr. Nur Khasanah, S.P.,M.Si Selaku ketua Jurusan Ilmu Hama Penyakit
Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Tadulako.
8. Prof. Dr. Alam Anshary, M.Si selaku dosen penguji pertama saya yang
memberikan masukan serta kritikan dalam perbaikan skripsi ini.
9. Zulkifly Machamud, S.P.,M.Sc Selaku dosen penguji kedua saya yang
memberikan masukan serta kritikan dalam perbaikan skripsi ini.
v
10. Bapak Dr.Ir. Abd Syakur, M.,Si Dosen wali seatas segala bimbingan penuh
dedikasi awal hingga akhir.
11. Prof. Panut Djojosumarto yang merupakan ahli pesatisida yang telah
memberikan ilmunya.
12. Pertanusa merupakan group yang telah mengajari, mengubah mindset saya
serta tempat di mana hal baru saya dapat dalam merubah pertanian kearah
lebih baik.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi ini,
namun sebagai manusia tidak luput dari kesalahan dan kehilafan. Olehnya itu
dengan penuh rasa rendah hati penulis menerima kritikan dan saran yang sifatnya
membangun. Semoga skrips ini dapat memberikan manfaat kepada pembacanya.
Amin.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL............................................................................
i
HALAMAN JUDUL ................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii
PERNYATAAN ...................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................. v
DAFTAR ISI ...........................................................................................
vi
DAFTAR TABEL ................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR............................................................................... x
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Tujuan ..................................................................................... 5
1.3 Manfaat ................................................................................... 5
vii
3.5 Variabel pengamatan ................................................................ 20
3.5.1 Kepadatan populasi S.frugiperda ........................................ 20
3.5.2 Intensitas serangan S.frugiperda ......................................... 21
3.6 Analisis Data ............................................................................... 22
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
xi
1 PENDAHULUAN
khusus padi, jagung dan kedelai (UPSUS PAJALE). Pada tahun 2020, produksi
sebesar 5.73 ton. Dengan luas panen sebesar 10.181 hektar (BPS. 2020)
dan kehilangan hasil dari 80 spesies tanaman karena prilaku biologi serangga yang
termasuk tanaman jagung, padi, sorgum, jewawut, tebu, sayuran dan kapas. Di
NTB total luas serangan Spodoptera frugiperda pada tanaman jagung mencapai
77,25 hektar yang menyebapkan petani gagal panen dan mengalami kerugian.
Tingkat serangan yang tinggi terdapat di pulau Sumbawa dengan luas serangan
1
mencapai 34.00 hektar. Kerugian tersebut akan semakin tinggi bila hama tanaman
masyarakat terhadap hasil pertanian yang bebas bahan kimia, terus dikembangkan
pestisida botani dan hayati yang ramah dan aman terhadap lingkungan (Apriyadi
et al., 2019).
Pengendalian ini dilakukan dengan strategi dan taktik PHT harus pula
berdasarkan pada kondisi ekologi, ekonomi dan sosial. Strategi dan taktik PHT di
yaitu bagian daun, biji, buah dan akar. Fungsi pestisida nabati antara lain
serangga penggangu. cara ini dinilai kurang aman bagi lingkungan, hingga adanya
pengendalian dan dari penggunaan pestisida tersebut. Oleh karena itu masyarakat
lebih menginginkan cara yang ramah bagi lingkungan sejalan dengan penelitian
2
ini menggunakan ekstraksi akar tuba dan tween 80 sebagai pengendalian berbasis
Dari hasil kajian penelitian terdahulu ( Muklis Ibrahim, 2020). Uji beberapa
ekstrak akar tuba (Derris elliptica Benth.) terhadap mortalitas larva Helicoverpa
(RAL) dengan lima perlakuan dan empat ulangan, sehingga diperoleh 20 unit
Perlakuan yang diberikan adalah berbagai konsentrasi ekstrak tepung akar tuba,
yaitu : 0%, 0,25%, 0,50%, 0,75% dan 1%. Berdasarkan hasil penelitian Uji
beberapa konsentrasi ekstrak tepung akar tuba (Derris elliptica Benth.) terhadap
akar tuba dengan konsentrasi 0,75% merupakan konsentrasi yang efektif untuk
menyebabkan mortalitas total sebesar 85,00% dengan awal kematian 3,75 jam,
Lethal Time 50 pada jam ke 17,00 jam setelah aplikasi, konsentrasi ekstrak tepung
akar tuba yang tepat untuk mematikan 50% larva Helicoverpa armigera Hubner
adalah 0,14% atau setara dengan 1,4 ml. l-1 air. Sementara itu konsentrasi yang
tepat untuk mematikan 95% larva Helicoverpa armigera Hubner adalah 1,23%
atau setara dengan 12,3 ml. l-1 air.Dari hasil kajian terdahulu (Daie indra Yama
2019).
3
Uji Pendahuluan Efektifitas Biopestisida Akar Tuba Terhadap Hama Oxya
A0 = deltametrin 0,3 cc/100 ml, A1 = ekstrak akar tuba 3 g/100 ml, A2= ekstrak
akar tuba 4g/100 ml, A3 = ekstrak akar tuba 5g/100 ml. Setiap perlakuan diulang
sebanyak tiga kali dan setiap ulangan terdapat 3 sampel sehingga terdapat 12 unit
namun insektisida 4g/100 mljuga berpotensi dalam kematian Oxya chinensis pada
akhirnya mati.
budi daya jagung tersebut. Ulat grayak merupakan salah satu hama yang kerap
jenis ulat grayak baru yang tengah mewabah di dunia yakni Fall Armyworm
dan gandum. Hama ini termasuk yang sulit dikendalikan, karena imagonya cepat
menyebar, bahkan termasuk penerbang kuat dapat mencapai jarak yang cukup
jauh dalam satu minggu. Kalau dibantu angin bisa mencapai 100 km. S.
frugiperda adalah hama yang berasal dari benua Amerika dan telah menyebar ke
4
berbagai wilayah Afrika dan Asia juga dilaporkan menyerang tanaman jagung
pertama kali di Indonesia pada tahun 2019 di Lampung (Trisyono, dkk 2019) dan
ekstrak akar tuba serta penggunaan tween 80 dalam penggunaan pestisida nabati.
5
II TINJAUAN PUSTAKA
6
aplikasi.
7
5. Pengaruh utama pada
Pengaruh Aplikasi perlakuan konsentrasi
Akar Tuba (Derrris dosis akar tuba
elliptica) Untuk berpengaruh nyata
Mengendalikan Hama terhadap semua
Plutella xylostella parameter pengamatan,
Pada Tanaman Kubis perlakuan terbaik pada
(Brassica oleracea konsentrasi 75 ml/l
Var.capita) (T3)
8
2.2 Landasan Teori
Ulat grayak jagung merupakan serangga invasif yang telah menjadi hama
pada tanaman jagung (Zea mays) di Indonesia. Serangga ini berasal dari Amerika
dan telah menyebar di berbagai negara. Pada awal tahun 2019, hama ini
ditemukan pada tanaman jagung di daerah Sumatera (Kementan 2019). Hama ini
kemampuan makan yang tinggi. Larva akan masuk ke dalam bagian tanaman dan
aktif makan disana, sehingga bila populasi masih sedikit akan sulit dideteksi.
Imagonya merupakan penerbang yang kuat dan memiliki daya jelajah yang tinggi
(CABI. 2019).
bawah daun, dan gejala yang ditimbulkan yaitu terdapat daun transparan (window
pane) pada bagian permukaan daun. Pada larva instar 2 larva memiliki warna
tubuh putih dan mulai menampilkan bintik-bintik S. frugiperda yang tampak jelas
setiap ruasnya. Larva instar 3 menunjukkan warna tubuh yang sedikit berubah
pangan dari kelompok Graminae seperti jagung, padi, gandum, sorgum, dan tebu
kerugian yang terjadi akibat serangan hama ini pada tanaman jagung di negara
9
Afrika dan Eropa antara 8,3 hingga 20,6 juta ton per tahun dengan nilai kerugian
ekonomi antara US$ 2.5-6.2 milyar per tahun (FAO & CABI 2019).
Biologi dan Ekologi S. frugiperda Telur diletakkan pada malam hari pada
daun tanaman inang, menempel pada permukaan bagian bawah dari daun bawah,
dalam kelompok 100-300 butir dan kadang-kadang dalam dua lapisan, biasanya
Larva muda makan jauh ke dalam lingkaran pucuk tanaman; instar pertama
makan secara berkelompok pada bagian bawah daun muda yang menyebabkan
efek skeletonizing atau 'windowing' yang khas, dan titik pertumbuhannya dapat
terbunuh. Larva yang lebih besar bersifat kanibal, sehingga hanya ada satu atau
dua larva per whorl biasa. Tingkat perkembangan larva melalui enam instar
dipengaruhi oleh kombinasi dari makanan dan kondisi suhu, dan biasanya
membutuhkan waktu 14-21 hari. Larva yang lebih besar nokturnal kecuali saat
ketika mencari sumber makanan lain. Pupa terjadi di dalam tanah, atau jarang di
daun tanaman inang, dan membutuhkan waktu 9-13 hari. Imago dewasa muncul
pada malam hari, dan biasanya menggunakan periode pra-oviposisi alami untuk
untuk jarak yang jauh. Rata-rata, imago hidup selama 12-14 hari (CABI. 2017).
seperti iklim, suhu dengan 28,76-29,43 dan dengan kelembapan udara 71,1-72 %,
hama S. frugiperda memiliki perilaku daya makan yang tinggi, rakus, sehingga
10
tropis, suhu optimal untuk perkembangan larva dilaporkan 28°C, tetapi lebih
rendah untuk oviposisi dan pupation (Arfan et al., 2020). Didaerah tropis,
tahun, tetapi di wilayah utara hanya satu atau dua generasi yang berkembang;
pada suhu yang lebih rendah, aktivitas dan perkembangan berhenti, dan ketika
hanya ada pada musim dingin di Texas selatan dan Florida. Pada musim dingin
2.3.1 Telur
Telur S.frugiperda berbentuk kubah. Ukuran telur sekitar 0,4 mm dan 0,3
mmtelur di lapisi lapisan sisik yang berasal dari ujung apdomen imago betina,
lama stadia telur hanya 2 sampai 3 hari. Telur berwarna putih, merah muda atau
2.3.2 Larva
Larva muda berwarna kehijauan dengan caput hitam, caput berubah warna
lebih orange. Lebar kapsul caput berkisar antara 0,3 mm hingga 2,6 mm dan larva
2.3.3 Pupa
Pupa berada di tanah pada kedalaman 2-8 cm. Larva yang akan berpupa
membuat kokon dari partikel-partikel tanah dengan sutra. Pupa berwarna coklat
kemerahan, berukuran panjang 14-18 mm dan lebar sekitar 4,5 mm (Rade, 2020).
11
2.3.4 Imago
sayap 32- 40 mm. Pada imago jantan memiliki ciri khas pada sayap depan yang
berwarna abuabu dan cokelat, dengan bintik putih berbentuk segitiga di ujung dan
dengan ulat grayak frugiperda (UGF) merupakan hama asli dari Amerika. Saat ini
telah menyebar dan UGF ditemukan di beberapa wilayah, seperti Afrika pada
tahun 2016, India dan Thailand tahun 2018, dan masuk ke Asia khususnya Cina,
Thailand, dan Indonesia pada tahun 2019 (Clark et al., 2007; da Silva et al., 2017;
Gabriela Murúa et al., 2009; Goergen et al., 2016; Hruska 2019; Jeger et al.,
Pulau Sumatera dan Pulau Jawa (Maharahi et al., 2019; Sartiami et al., 2020;
Tisyono et al., 2019; Ginting et al., 2020). Sedangkan ulat S. frugiperda selalu
makan tanaman jagung di sepanjang waktu siang dan malam tak berhenti, hingga
habis tanamannya dan apabila makanannya sudah habis maka bersifat kanibal,
organik untuk megatasi kutu-kutu dan ulat yang menjadi hama di perkebunan ,
12
selain dapat membunuh serangga penggangu, ekstrak akar tuba dapat di
manfaatkan sebagai pengawet barang rumah tangga yang terbuat dari kayu
mahono terhadap serangan rayap kayu kering, hal ini di buktikan dari penlelitian
yang di lakukan oleh (Astuti, 2015) . Tanaman tuba mengandung senyawa aktif
berupa rotenon yang berpotensi sebagai biopestisida. Dari semua bagian tanaman,
beth. Ekstrak akar tuba mengandung senyawa racun antara lain yaitu: rotenone,
rotenon yang terdapat pada bagian akar tumbuhan akar tuba sebesar 0,3 - 12%,
unsur-unsur utama yang terkandung pada akar tuba adalah deguelin, eliptone, dan
(Sarwar, 2015).
makanan dari tempat hidupnya. Rotenon juga dapat masuk ke dalam tubuh larva
nyamuk Aedes aegypti melalui kulit atau dinding tubuh larva dengan cara
osmosis, karena kulit atau dinding tubuh larva bersifat semi permeabel terhadap
senyawa yang dilewati. Kemudian nikotin akan masuk ke dalam sel-sel epidermis
13
yang selalu mengalami pembelahan dalam proses pergantian kulit, sehingga selsel
1980).
dan predator serta serangga polinasi (Mallinger et al.,2015; Martinou et al., 2014;
manusia (Mokhtar et al. 2015; Oluwole et al., 2009), dan memerlukan biaya yang
mahal. Oleh karena itu diperlukan pengendalian alternatif lain yang lebih ramah
serangga ataupun dengan insektisida botani yang berasal dari ekstrak tumbuhan.
mengendalikan sara kimiawi. Oleh karena itu pemilihan insektida yang digunakan
harus lebih diperhatikan lagi. Insektida nabati merupakan salah satu solusi ramah
dengan mendapatkan bahan kimia alami yang berasal dari tumbuhan (Sarwar.
14
Surfaktan (surface active agent) merupakan senyawa kimia yang mampu
senyawa organik yang amphifilik. Oleh karena itu, oleh karena itu mereka larut
(IFT) (Sheng et al., 2015) . Ekstrak akar tuba mengandung senyawa racun antara
2017).
kosurfaktan non ionik. Keduanya berfungsi sebagai emulsifier, agen pelarut, dan
permukaan droplet deltametrin yang diselimuti oleh surfaktan ini cenderung tidak
bermuatan. Tween 80 dan Poli Etilen Glikol (PEG) tidak mudah dipengaruhi oleh
kondisi asam maupun elektrolit sehingga tetap aktif sebagai lapisan permukaan
Fase ini berlangsung pada saat tanaman berumur antara 10-18 hari setelah
berlangsung ada saat tanaman berumur antara 18-35 hari setelah berkecambah.
Fase V11-Vn (jumlah daun terbuka sempurna 11 sampai daun terakhir 15-
18) Fase ini berlangsung pada saat tanaman berumur antara 33-50.
15
Fase tasseling biasanya berkisar antara 45-52 hari, ditandai oleh adanya
cabang terakhir dari bunga jantan sebelum kemunculan bunga betina (silk/ rambut
tongkol).
Tahap silking diawali oleh munculnya rambut dari dalam tongkol yang
Fase R2 muncul sekitar 10-14 hari setelah silking, rambut tongkol sudah
Fase R3 (Masak susu) Fase ini terbentuk 18-22 hari setelah silking.
Pengisian biji semula dalam bentuk cairan bening, berubah seperti susu.
Fase R4 mulai terjadi 24-18 hari setelah silking. Bagian dalam biji seperti
Fase R5 akan terbentuk 35-42 hari setelah silking. Seluruh biji sudah
terbentuk sempurna, embrio sudah masak, dan akumulasi bahan kering biji akan
segera terhenti.
silking Pada tahap ini, biji-biji pada tongkol telah mencapai bobot kering
maksimun.
2.7 Hipotesis
16
III. BAHAN DAN METODE
3 bulan dari bulan April sampai Juli. selanjutnya dilakukan penanaman jagung
dan aplikasi ekstraksi akar tuba dan tween 80 pada umur 14 hst.
Bahan yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu benih jagung farietas
percobaan yang paling luas digunakan dalam penelitian pertanian. Rancangan ini
kelompok dalam jumlah yang sama dan setiap kelompok dikenakan perlakuan-
keragaman yang di pelajari dalam rancangan ini berasal dari kelompok, perlakuan
dan galat satuan percobaan yang digunakan tidak perlu homogen karena tingkat
17
kehomogenan akan di peroleh pada saat satuan-satuan tersebut dikelompokkan.
ml/L air, D4 100 ml/L air dan D5 125 ml/L air dan 5 ulangan hingga terdapat 30
modifikasi (Shahabuddin dkk, 2013). Akar tuba yang digunakan adalah akar tuba
yang sudah besar dengan warna kecoklatan . akar tuba yang sudah diambil
belender hingga menjadi ekstrak. EAT (Ekstrak Akar Tuba) di timbang 400 gram
18
dan di masukan kedalam 2 liter air lalu diaduk selama 6 menit dan dan direndam
selama 24 jam. Larutan hasil perendaman disaring dan diambil airnya dan di
Dilakukan dengan cara membalik tanah dan memecah bongkah tanah agar
diperoleh tanah yang gembur untuk memperbaiki aerasi. Tanah yang akan
ditanami (calon tempat barisan tanaman) dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian
diratakan. Tanah yang keras memerlukan pengolahan yang lebih banyak. Pertama-
3.4.4 Pemeliharaan
pemupukan.
jagung yang di pilih secara acak yaitu dengan mengambil larva dengan
jagung berumur 12 hst di tiap petak perlakuan, di ulang setiap 7 hari. Di hitung
19
3.5.2. Intinsitas serangan S. frugiperda
jagung yang di pilih, Pengamatan dilakukan dengan melihat kerusakan daun yang
diakibatkan oleh hama spodoptera frugiperda pada tanaman inang yaitu tanaman
persentase luas serangan hama S. frugiperda pada daun. jagung berumur 12 hst
berikut:
∑(𝑛𝑖×𝑉𝑖)
I= × 100%
𝑍×𝑁
Keterangan:
Skor serngan hama (vi) engacu pada skoring Davis (Nonci et al., 2019)
disajikan dalamtabel 2.
Nilai Skala Skala Serangan (%) Skor serangan
20
kecil melingkar dan sedikit
lesi kecil memanjang
(bentuk persegi panjang)
dengan panjang 1,3 cm pada
gulungan dan helaian daun
2 >25% – 50% 4: Beberapa lesi kecil
sampai sedang memanjang
dengan panjang 1,3-2,5 cm
terlihat pada gulungan dan
helaian daun
3 >50% – 75% 7: Banyak lesi memanjang
dari semua ukuran terlihat
pada beberapa helaian dan
gulungan daun ditambah
beberapa lubang besar
dengan bentuk seragam
tidak beraturan yang
terlihat pada gulungan dan
helaian daun
4 >70% 8: Banyak lesi memanjang
dari semua ukuran terdapat
pada bagian besar gulungan
dan helaian daun ditambah
banyak lubang serangam
tidak beraturan sedang
hingga besar terlihat pada
gulugan dan helaiaan daun
nyata maka dilanjutkan dengan Uji Nyata Jujur (BNJ) untuk pada taraf 5%.
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1. Hasil
Hasil pengamatan populasi S.frugiperda pada umur 21, 28, 35 dan 42 hst
dapat dilihat pada lampiran 1 dan di ketahui perlakuan D1, D2, D3, D3, D4 dan
Keterangan: angka-angka yang di ikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang
sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNJ 5%
22
0,23 ekor/tanaman dan yang terendah yaitu D1 0,21 ekor/tanaman serta perlakuan
tidak berbeda nyata dengan perlakuan perlakuan D4, D3, D2 dan D1 namun
rataan tertinggi populasi larva S. frugiperda pada 28 hst pada DO kontrol yaitu
rataan tertinggi populkasi larva S. frugiperda pada 35 hst pada kontrol yaitu
Diketahui bahwa perlakuan D5 tidak berbeda nyata dengan perlakuan D4,D2 dan
D0.
rataan tertinggi populkasi larva S. frugiperda pada 42 hst pada kontrol yaitu 0,25
23
yaitu 0,17 ekor/tanaman, disusul perlakuan D5 yaitu 0,17 ekor/tanaman, serta
D5 berbeda nyata dengan perlakuan D4, D3, D2, D1, namun tidak berbeda nyata
Hasil pengamatan populasi S.frugiperda pada umur 21, 28, 35 dan 42 hst
dapat dilihat pada lampiran 2 dan di ketahui bahwa perlakuan D1, D2, D3, D3,
bahwa rataan tertinggi populasi larva S. frugiperda pada 21 hst pada kontrol yaitu
24
disusul perlakuan D3 yaitu 5,10%, serta perlakuan D4 yaitu 3,67% dan perlakuan
bahwa rataan tertinggi populasi larva S. frugiperda pada 28 hst pada kontrol yaitu
disusul perlakuan D5 yaitu 3,60%, serta perlakuan D3 yaitu 3,33% dan perlakuan
bahwa rataan tertinggi populasi larva S. frugiperda pada 35 hst pada kontrol yaitu
25
Berdasarkan hasil pengamaatan intensitas serangan S. frugiperda diketahui
bahwa rataan tertinggi populasi larva S. frugiperda pada 42 hst pada kontrol yaitu
disusul perlakuan D4 yaitu 3,80%, serta perlakuan D3 yaitu 2,53% dan perlakuan
4.2 Pembahasan
perlakuan di sebapkan tidak adanya pemberian aplikasi ekstrak akar tuba sehingga
menarik imago hama tersebut untuk meletakkan telur dan berkembang biak,
di sebapkan oleh oleh faktar abiotik itu sendiri yang tidak homogen, berbeda
masuk ke dalam tubuh serangga sebagai racun perut dan racun kontak.
Selanjutnya senyawa-senyawa pada ekstrak tepung akar tuba akan bekerja sebagai
racun pencernaan dan racun saraf. Mekanisme kerja senyawa rotenon dapat
tidak menjadi zat pembangun tubuh. Hal ini mengakibatkan menurunnya laju
26
hidupnya. Hal ini megindikasikan bahwa rotenon bekerja dengan cepat dan
maksimal serta mempunyai sifat racun yang tinggi. Selain itu, disebabkan karena
bahan aktif pada ekstrak tepung akar tuba telah terakumulasi dalam tubuh larva S.
frugiperda sehingga dapat bekerja secara maksimal sebagai racun saraf dan racun
frugiperda, sehingga senyawa yang terkandung di dalam ekstrak tepung akar tuba
Senyawa aktif yang bersifat toksin pada ekstrak akar tuba adalah rotenone yang
tumbuhan telah dikenal secara luas menghasilkan senyawa aktif berupa matabolit
27
terhambat. Selain itu, rotenone juga bekerja sebagai racun terhadap system syaraf
menyebabkan kematian serangga uji, karena daya kerja suatu senyawa sangat
populasi di minggu kedua. Hal ini diduga karena konsentrasi yang di berikan
rendah, sehingga senyawa retenone bekerja lambat dan memerlukan waktu yang
cukup lama dalam mematikan larva tersebut. Insektisida nabati memiliki beberapa
kekurangan, yaitu bahan aktif mudah terurai, tingkat toksisitas rendah dan daya
kerja relatif lambat sehingga memerlukan aplikasi lebih sering atau berulang-
Jagung
penurunan serangann harian larva. Hal ini disebabkan jumlah larva S. frugiperda
uji semakin sedikit pada setiap perlakuan karena telah mengalami puncak
karena telah terurainya bahan aktif dari ekstrak tepung akar tuba yang diberikan
pada perlakuan sehingga efektif dalam meracuni hama dan menurunkan intensitas
seragan. Kekurangan dari pestisida nabati antara lain persistensi pestisida nabati
rendah, sehingga bahan aktif yang terdapat pada pestisida nabati cepat terurai,
28
bahkan memerlukan aplikasi lebih sering atau berulang-ulang agar populasi
Senyawa rotenon masuk ke dalam tubuh serangga sebagai racun perut dan racun
bekerja sebagai racun pencernaan dan racun saraf (Dadang et al., 2008).
serangan. Hal ini diduga karena senyawa retenone sudah banyak mengendalikan
larva pada minggu kedua, sehingga pada hari selanjutnya senyawa retenone telah
terdegradasi dan tidak msampu lagi membunuh lebih banyak larva. Degradasi
bahwa formulasi akar tuba akan efektif dalam mengendalikan Spodoptera litura
Rotenone sangat beracun bagi serangga tetapi relatif tidak beracun bagi tanaman
29
dan mamalia dan ketika terkena sinar matahari, ia mudah terurai menjadi bentuk
dihydrorotenone dan air (Zubairi et al., 2014). Senyawa aktif dalam insektisida
nabari bersifat tidak stabil dan mudah terurai didalam sehingga efektifitasnya
intensitas serangan larva. S frugiperda yaitu sebesar 1,80 %. Hal ini disebapkan
karena bahan aktif senyawa retenone dengan konsentrasi tinggi semakin banyak
(1987 dalam solihin. 2017) bahwa semakin tinggi kandungan senyawa toksin pada
yang bersifat toksin pada ekstrak akar tuba dalah retenone yang bekerja sebagai
racun syaraf dan racun pernafasan ( Frasawi et al., 2016). Rotenon merupakan
racun berspektrum luas yaitu bersifat racun kontak dan racun perut serta bekerja
sebagai racun saraf yang menyebabkan serangga untuk berhenti makan, dengan
daya kerja beberapa jam sampai dengan beberapa hari setelah hama terkena
(Mukhlis. 2016).
30
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
terjadi pada tanaman jagung dengan perlakuan D4 ekstrak akar tuba 100 ml/l air
terjadi pada tanaman jagung dengan perlakuan D5 ekstrak akar tuba 100 ml/l air
5.2 Saran
31
DAFTRA PUSTAKA
30
Frasawi, O.,M. Tulang, dan B.A.N Pinaria 2016. Efektitas ekstrak aakar tuba
terhadap hama ulat crop Crocodolomina pavonana pada tanaman Kubis
dikota Tomohon, Jurnal Lppm Bidang Sains dan Teknologi. 3 (2):43-52.
(FAO dan CABI) Food and Agriculture Organization, CABI. 2019 Community-
Based Fall Armyworm (Spodoptera frugiperda) Monitoring , Early Warning
and Management. Training of Trainers Manual, First Edition.122 pp.
Gabriela Murúa M, Molina-Ochoa J, Fidalgo P. 2009. Natural distribution of
parasitoids of larvae of the fall armyworm, Spodoptera frugiperda, in
Argentina. Journal of Insect Science 9:1–17.
Glio, T. 2015. Pupuk Organik dan Pestisida Nabati No. 1 Ala Tosin Glio. Jakarta :
Agromedia Pustaka.
Gigir, T. 2015. Pupuk Organik dan Pestisida Nabati No.1 Ala Tosin Glio.
Jakarta:Agromedia Pustaka.
Goergen G, Kumar PL, Sankung SB, Togola A, Tamò M. 2016. First report of
outbreaks of the fall armyworm Spodoptera frugiperda (J. E. Smith)
(Lepidoptera: Noctuidae), a new alien invasive pest in West and Central
Africa. PLoS ONE 11:1–9.
Hasyim, A., Setiawati, W., Murtiningsih, R., dan Sofiari, E. 2010. Efikasi dan
Persistensi Minyak Serai sebagai Biopestisida terhadap Helicoverpa
armigera Hubn. (Lepidoptera: Noctuidae). Balai Penelitian Tanaman
Sayuran. J. Hort.,Vol. 20, no. 4, pp. 377-386.
Harti, J. Y., Nirwana, & Irdoni, 2016. Sintesis Surfaktan Metil Ester Sulfonat dari
Palm Oil Methyl Ester dan Natrium Metabisulfit dengan Penambahan
Katalis Kalsium Oksida. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Teknik
Universitas Riau, vol.3, no.1, p.p 1±7
31
European Union. EFSA Journal 16:1–120. doi: https://doi.org/10.2903/j.
efsa.2018.5351Kuspradini, H., Rosamah, E., Sukaton, E., Arung, E. T., &
Kusuma, I. W. 2016. Pengenalan Jenis Getah Gum – Lateks – Resin.
Mulawarman University Press. Samarinda.
[Kementan] Kementerian Pertanian. 2019. Pengenalan Fall Armyworm
(Spodoptera frugiperda J. E. Smith) Hama Baru pada Tanaman Jagung di
Indonesia. Jakarta (ID): Balai Penelitian Tanaman Serealia. 64 p.
Manlinger, RE, Werts, P & Gratton, C 2015, Pesticide use within a pollinator-
dependent crop has negative effectts on the abudance end species ruchness
of sweat bees, Losioglossum spp., and on bumble bee colony grouth, J.
Insect Convers., vol.19, pp. 999-1010.
Mokhtar, S, Agroudy, NE, Shafiq, FA & Fatah, HYA 2015, ‘The effects of the
environmental pollution in Egypt’, International Journal of Environment ,
vol. 04, no. 1, pp. 21-26.
Mukhlis. (2016). Penerapan lampu perangkap (light trap) dan ekstrak akar tuba
untuk pengendalian hama penggerak batang kuning (Scirpophaga spp) pada
tanaman padi (Oryza sativa L). Jurnal Agrohita, 1(1), 1–5.
Maharani Y, Dewi VK, Puspasari LT, Rizkie L, Hidayat Y, Dono D. 2019. Cases
of fall armyworm Spodoptera frugiperda (J.E. Smith) (Lepidoptera:
Noctuidae) attack on maize in Bandung, Garut, and Sumedang District,
West Java. Cropsaver 2:38–46.
Maharani Y., Dewi, V. K., Puspasari, L. T., Rizkie, L., Hidayat Y. and D. Dono.
2019. Cases of Fall army worm Spodoptera frugiperda J. E. Smith
(Lepidoptera: Noctuidae) Attack on Maize in Bandung, Garut, and
Sumedang District, West Java. Cropsaver, 2(1): 38-46.
Novita, D., Supeno, B., & Haryanto, H. 2021. Uji Preferensi Hama Spodoptera
frugiperda pada Tiga Varietas Tanaman Jagung (Zea mays L). Saintek, 3(1),
225– 228.
Nonci N, Kalgutny SH, Mirsam H, Muis H, Azrai M, Aqil M. (2019). Pengenalan
Fall Armyworm (spodoptera frugiperda J.E. Smith) Hama Baru Pada
Tanaman Jagung di Indonesia. Maros Balai Penelitian serealia.
Omoto C, Bernardi O, Salmeron E, Sorgatto RJ, Dourado PM, Crivellari A, Head
GP. 2016. Field-evolved resistance to Cry1Ab maize by Spodoptera
frugiperda in Brazil. Pest Management Science 72:1727–1736. doi: https://
doi.org/10.1002/ps.4201.
32
Rade, P. S. H. 2020. Biologi Fall Armyworm (Spodoptera frugiferda J. E. Smith)
(Lepidoptera: Noctuidae) di Laboraturium. Universitas Sumatera Utara.
Skripsi.
Sartiami D, Dadang, Harahap IS, Kusumah YM, Anwar R. 2020. First record of
fall armyworm (Spodoptera frugiperda) in Indonesia and its occurrence in three
provinces. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science
468:012021. doi: https://doi.org/10.1088/1755- 1315/468/1/012021.
Siregar, 2012. Uji Efektifitas Ekstrak Akar Tuba Terhadap Mortalitas Larva
Anopheles sp. Makassar: Universitas Hasanudin.
siregar, 2012. Uji Efektitas Akar Tuba Terhadap Mortalitas Larva Anopheles sp.
Makassar: Universitas Hasanuddin.
33
Setiawan, M. H., Fauzi, M. T., & Supeno, B. (2021). Uji Konsentrasi Dua
Pestisida Nabati terhadapPerkembangan Larva Ulat Grayak Jagung
(Spodoptera frugiperda) | Setiawan | Prosiding Seminar Nasional Fakultas
Pertanian UNS. Seminar Nasional Dalam Rangka Dies Natalis Ke-45 UNS,
1.
Lampiran 1
34
Lampiran a. Rata-rata kepadatan populasi larva pada pada daun daun 14 hst
Perlakuan rata-
Kelompok Jumlah rata
D0 D1 D2 D3 D4 D5
I 0,20 0,30 0,30 0,40 0,30 0,40 1,9 0,31
II 0,26 0,26 0,20 0,16 0,26 0,20 1,34 0,38
III 0,20 0,26 0,23 0,26 0,16 0,23 1,34 0,38
IV 0,26 0,16 0,26 0,23 0,16 0,23 1,3 0,37
V 0,20 0,26 0,23 0,26 0,16 0,16 1,27 0,36
Jumlah 1,12 1,24 1,22 1,31 1,04 1,22 7,15 1,81
Rata-rata 0,22 0,24 0,24 0,24 0,20 0,24 1,43 0,36
Lampiran c. Rata-rata kepadatan populasi larva pada pada daun jagung 21 hst
Perlakuan Rata-
Kelompok Jumlah rata
D0 D1 D2 D3 D4 D5
I 0,43 0,33 0,33 0,40 0,40 0,30 2,19 0,62
II 0,33 0,16 0,23 0,23 0,16 0,23 1,34 0,38
III 0,23 0,20 0,23 0,23 0,16 0,20 1,25 0,35
IV 0,30 0,20 0,16 0,23 0,20 0,23 1,32 0,37
V 0,30 0,16 0,23 0,20 0,20 0,16 1,25 0,35
Jumlah 1,59 1,05 1,18 1,29 1,12 1,12 7,35 2,10
Rata-rata 0,31 0,21 0,23 0,25 0,22 0,22 1,47 0,42
35
F-TABEL
SK DB JK KT F-HIT
F5% F1%
Kelompok 4 0,10 0,02 21,72 2,87 4,33
Perlakuan 5 0,03 0,00 6,67 2,71 4,10
Galat 20 0,02 0,00
Total 29 0,17
KK :2355,42
Lampiran e. Rata-rata kepadatan populasi larva pada daun jagung 28 hst
Rata-
Perlakuan Jumlah rata
Kelompok D0 D1 D2 D3 D4 D5
I 0,26 0,26 0,23 0,26 0,23 0,23 1,47 0,24
II 0,30 0,20 0,23 0,20 0,30 0,20 1,43 0,23
III 0,23 0,20 0,16 0,23 0,23 0,20 1,25 0,2
IV 0,26 0,20 0,16 0,23 0,23 0,20 1,28 0,21
V 0,30 0,20 0,20 0,20 0,16 0,20 1,26 0,21
jumlah 1,35 1,06 0,98 1,12 1,15 1,03 6,69 1,11
rata-rata 0,27 0,21 0,19 0,22 0,23 0,20 1,33 0,22
36
Lampiran g. Rata-rata kepadatan populasi larva pada daun jagung 35 hst
Perlakuan
Jumlah Rata-rata
Kelompok D0 D1 D2 D3 D4 D5
I 0,23 0,20 0,16 0,16 0,16 0,16 1,07 0,30
II 0,23 0,23 0,23 0,20 0,20 0,16 1,25 0,35
III 0,30 0,23 0,20 0,20 0,20 0,13 1,26 0,36
IV 0,11 0,14 0,18 0,14 0,16 0,20 0,93 0,26
V 0,30 0,20 0,23 0,23 0,16 0,20 1,32 0,37
jumlah 1,17 1,00 1,00 0,93 0,88 0,85 5,83 1,66
rata-rata 0,23 0,20 0,20 0,18 0,17 0,17 1,16 0,33
37
Lampiran j. Analisis Varian populasi pada 42 hst
F-TABEL
SK DB JK KT F-HIT
F5% F1%
Kelompok 4 0,01 0,00 3,93 2,87 4,33
Perlakuan 5 0,03 0,00 10,18 2,71 4,10
Galat 20 0,01 0,00
Total 29 0,05
KK :2472,89
38
Lampiran 2c. Rata-rata intensitas serangan S.frugiperda pada daun jagung 21 hst
Ulangan
Perlakuan I II II IV V jumlah rata-rata
D0 13,00 13,00 18,00 13,50 9,00 66,50 13,30
D1 5,00 30,00 10,00 14,00 8,00 67,00 13,40
D2 10,50 4,50 8,00 7,50 10,00 40,50 8,10
D3 5,00 6,50 5,00 5,00 4,00 25,50 5,10
D4 2,67 2,67 3,00 2,00 8,00 18,33 3,67
D5 1,67 4,67 6,00 0,67 2,00 15,00 3,00
jumlah 37,83 61,33 50,00 42,67 41,00 232,83 7,76
rata-rata 6,31 10,22 8,33 7,11 6,83 38,81 7,76
39
Lampiran 2f. Analis varian intensitas serangan S.frugiperda pada 28 hst
F-TABEL
SK DB JK KT F-HIT
5% 1%
Kelompok 4 1189,36 297,34 24,04 2,87 4,43
Perlakuan 5 895,90 179,18 14,49 2,71 4,1
Galat 20 247,38 12,37
Total 29 2332,64
KK:0,43
Lampiran 2g. Rata-rata intensitas serangan S.frugiperda pada daun jagung 35 hst
Perlakuan
Perlakuan
I II II IV V Jumlah rata-rata
D0 16,50 15,00 15,00 6,00 7,50 60,00 12,00
D1 11,00 7,00 8,00 6,00 4,50 36,50 7,30
D2 8,00 6,00 8,00 9,00 6,00 37,00 7,40
D3 4,50 5,00 3,00 4,00 4,00 20,50 4,10
D4 1,50 8,00 0,56 3,00 1,33 14,38 2,88
D5 3,00 3,50 3,00 0,67 3,00 13,17 2,63
jumlah 44,50 44,50 37,56 28,67 26,33 181,56 6,05
rata-rata 7,42 7,42 6,26 4,78 4,39 30,26 6,05
40
Lampiran 2j. Analis varian intensitas serangan S.frugiperda 42 hst
F-TABEL
SK DB JK KT F-HIT
5% 1%
Kelompok 4 598,72 149,68 18,27 2,87 4,43
Perlakuan 5 413,63 82,73 10,10 2,71 4,1
Galat 20 163,88 8,19
Total 29 598,72
KK:0,48
41
Penuils bernama lengkap Fikri Haikal lahir
Bambalamotu, dan tamat pada tahun 2018. Pada tahun yang sama penulis
mendaftar di Universitas Tadulako Palu dan lulus melalui jalur (SBMPTN) dan di
42
DOKUMENTASI
(Gambar 1) (Gambar 2)
Akar tuba segar Akar tuba yang sudah kering
(Gambar 3) (Gambar 4)
Tepung akar tuba peroses ekstraksi akar tuba
43
(Gambar 5) (Gambar 6)
Peroses aplikasi akar tubadan tween 80 (D1 aplikasi akar tuba Umur 1 minggu)
(Gambar 7) (Gambar 8)
(D1 aplikasi akar tuba Umur 2 minggu) (D1 aplikasi akar tuba Umur 3 minggu)
44
.
(Gambar 10) (Gambar 11)
(D1 aplikasi akar tuba Umur 4 minggu) (D2 aplikasi akar tuba Umur 1 minggu)
45
(Gambar 14) (Gambar 15)
(D2 aplikasi akar tuba Umur 4 minggu) (D3 aplikasi akar tuba Umur 1 minggu)
46
(Gambar 18) (Gambar 19)
D3 aplikasi akar tuba Umur 4 minggu) (D4 aplikasi akar tuba Umur 1 minggu)
47
(Gambar 22) (Gambar 23)
(D4 aplikasi akar tuba Umur 4 minggu) (D5 aplikasi akar tuba Umur 1 minggu)
48
(Gambar 24) (Gambar 25)
(D5 aplikasi akar tuba Umur 4 minggu) tanaman jagung umur 12 hst
49
(Gambar 28) (Gambar 29)
tanaman jagung umur 35 hst tanaman jagung umur 42 hst
50
Lampiran 1. Denah Penelitian
D5 D2 D3 D4 D1
D3 DO D5 DO D2
D1 D1 D4 D2 D3
D3 DO D1 DO
D2
D4 D4 D2 D5 D4
D0 D5 D1 D3 D5
51