Anda di halaman 1dari 49

EFEKTIVITAS DOSIS PENYEMPROTAN ABU TANDAN KOSONG

KELAPA SAWIT NANO TERHADAP MORFOLOGI DAUN DAN HASIL


TANAMAN KEDELAI EDAMAME (Glycine max L. Merr.)

SKRIPSI

Oleh:

Dwi Rachmat Kushardianto

20130210100

Program Studi Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah SWT tidak ada sesembahan selain Dia yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penelitian ini
dapat berjalan dengan lancar sebagaimana mestinya. Shalawat serta salam selalu
tercurah kepada Nabi kita Muhammad SAW, untuk keluarga, para sahabat, dan
seluruh pengikutnya hingga hari kiamat. Skripsi yang berjudul Efektivitas Dosis
Penyemprotan Nano Abu Tandan Kosong Kelapa Sawit Nano Terhadap
Morfologi Daun Dan Hasil Tanaman Kedelai Edamame (Glycine Max L. Merr.)
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh derajat Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dari awal
hingga terselesaikannya skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karenanya, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ir.Mulyono, M.P.selaku dosen pembimbing utama, yang telah memberikan


kepercayaan, pengetahuan, masukan dan bimbingan serta mengajarkan
banyak hal dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih sudah menjadi
orang tuaku selama menempuh masa studi.
2. Taufiq Hidayat, S.P, M.Sc. selaku pembimbing pendamping yang dengan
sabar memberikan bimbingan, masukan dan dukungan serta mengajarkan
banyak hal dalam penyusunan skripsi ini.
3. Ir. Bambang Heri Isnawan, M.P selaku penguji skripsi yang telah
memberikan saran, arahan dan motivasi kepada penulis.
4. Dr. Innaka Ageng Rineksane, S.P, M.P selaku ketua Program Studi
Agroteknologi dan selaku dosen pembimbing ademik yang telah banyak
memberikan arahan dan dukungan kepada penulis.
5. Ir. Indira Prabasari, M.P., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
6. Kepada Mas Tri Hartanto, Pak Rudi Wiryawan, Mas Teguh Utomo dan
Semua laboran Agroteknologi UMY terima kasih banyak atas bantuannya
dalam menyediakan sarana dan prasarana penelitian.
7. Kepada orang tua penulis yang selalu memberi dukungan baik materi
maupun moral sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan
lancer dan tepat pada waktunya.

ii
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan
skripsi yang tidak bias penulis sebutkan seluruhnya.
9. Semoga dengan adanya skripsi ini, penulis dapat membantu memberi
informasi dan manfaat kepada pembaca.
10. Penulis memohon maaf bahwa masih banyak kekurangan yang ada dalam
laporan hasil penelitian ini. Terima kasih atas kritik dan saran yang
membangun.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Yogyakarta, Desember 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

SKRIPSI................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL................................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................................vii
INTISARI.........................................................................................................................viii
ABSTRACT........................................................................................................................ix
I. PENDAHULUAN.......................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Perumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................3
A. Morfologi Tanaman Edamame (Glycine max L. Merr.)...........................................3
B. Anatomi dan Fisiologi Daun Kedelai Edamame......................................................5
III. TATA CARA PENELITIAN.................................................................................12
A. Tempat dan Waktu Penelitian..............................................................................12
B. Cara penelitian yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :................................13

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman Jumlah Daun dan Luas daun Kedelai edamame pada
Pengamatan minggu ke 5.............................................................................................. 17
Tabel 2. Rerata jumlah polong tanaman kedelai edamame 5 minggu setelah tanam............22
Tabel 3. rerata kandungan klorofil kedelai edamame 5 minggu setelah tanam.....................23
Tabel 4. rerata kandungan Stomata (stomata/mm2)..............................................................26

v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Histogram Tinggi Tanaman Kedelai edamame yang diberikan nano tandan
kosong kelapa sawit Berbagai Konsentrasi..................................................................18
Gambar 2. Histogram Jumlah Daun Kedelai edamame yang diberikan abu tandan kosong
kelapa sawit nano melalui Berbagai konsentrasi...........................................................20
Gambar 3. Histogram klorofil Tanaman Kedelai edamame penyemprotan abu tandan
kosong kelapa sawit nano Berbagai Konsentrasi...........................................................25

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Layout Penelitian.............................................................................................. 34


Lampiran 2 Kebutuhan Pupuk.............................................................................................36
Lampiran 3. Hasil Analsisi Ragam dengan alpha 5%...........................................................37
Lampiran 4. Dokumentasi penelitian....................................................................................41

vii
INTISARI

Penyemprotan dengan ukuran nano membuka peluang agar sepenuhnya


diserap tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk Mengkaji pengaruh pemberian
nano abu tandan kosong kelapa sawit terhadap morfologi daun dan Hasil
Tanaman Kedelai Edamame, Menentukan dosis nano abu abu tandan kosong
kelapa sawit terhadap morfologi daun dan Hasil Tanaman Kedelai Edamame.
Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September-Oktober 2020 di Lahan
Percobaan dan Laboratorium Produksi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen menggunakan rancangan acak
kelompok lingkungan RAKL (Rancangan Acak Lengkap) faktor tunggal, terdiri
dari 5 perlakuan yaitu P0,000 = (kontrol) P0,125 = konsentrasi 1,25 g/l, P0,250 =
konsentrasi 2,50 g/l, P0,375 =Konsentrasi 3,75 g/l , P0,500 = Konsentrasi 5,00 g/l
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah polong Tanaman Kedelai Edamame
yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Konsentrasi 3,75 g/l membrikan
hasil jumlah polong tertinggi yaitu sebesar 34 polong/tanaman, Kandungan
klorofil dan stomata nano abu tandan kosong kelapa sawit memberikan pengaruh
yang sama, konsentrasi 5,00 g/l relatif memberikan hasil kandungan tertinggi

Kata kunci: Nano, kelapa sawit, konsentrasi, Edamame

viii
ABSTRACT

Spraying nano-sized opens the opportunity for it to be fully absorbed by


the plant. This study aims to examine the effect of giving nano oil palm empty
bunch ash on leaf morphology and yield of Edamame soybean plants, determining
the dose of nano oil palm empty bunch ash ash on leaf morphology and Edamame
soybean crop yield. This research was conducted in September-October 2020 at
the Experimental Field and Production Laboratory of the Muhammadiyah
University of Yogyakarta. This research was conducted with an experimental
method using a randomized design group environment RAKL (completely
randomized design) single factor, consisting of 5 treatments, namely P0,000 =
(control) P0,125 = concentration 1,25 g/l, P0,250 = concentration 2,50 g/l, P0,
375 = concentration 3,50 g/l, P0,500 = concentration 5,00 g/l. The results
showed that the number of pods of Edamame Soybean was higher than the
control. The concentration of 0.375% gave the highest number of pods, namely 34
pods / plant, the chlorophyll content and nano stomata of oil palm empty bunches
gave the same effect, the concentration of 0.500% relatively gave the highest
yield.

Key words: Nano, oil palm, concentration, Edamame

ix
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kebutuhan pangan di Indonesia semakin lama semakin naik


beriringan dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia. Banyak
masyarakat yang mulai kembali dalam rutinitas mengkonsumsi sayur segar
dalam mencukupi kebutuhan makanan terutama dalam memenuhi gizi.
Makanan yang digemari masyarakat pada saat ini yaitu kedelai
Edamame, kedelai ini tidak hanya dikonsumsi untuk camilan namun
digunakan untuk memenuhi kebutuhan gizi tubuh. Edamame (Glycine max
L. Merr.) Kedelai edamame Ryokko memiliki ukuran biji jauh lebih besar dari
kedelai biasa, bobot 100 biji mencapai 30 g, jumlah biji per polong lebih dari
2, warna bulu abu-abu, tekstur biji dan polong lembut, dan potensi hasil
polong segar sekitar 7-10 ton/ha (Shanmugasundaram dan Yan,2004).
Edamame juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi Rp.20.000/kg, serta
peluang pasar eksport yang luas. Permintaan eksport dari negara Jepang
sebesar 100.000 ton per tahun dan Amerika sebesar 7.000 ton per tahun.
Sementara itu Indonesia baru dapat memenuhi 3% dari kebutuhan pasar
Jepang, sedangkan 97% lainnya dipenuhi oleh Cina dan Taiwan (Nurman, 2013).
Untuk memenuhi peluang pasar kedelai Edamame yang tinggi maka
perlu adanya inovasi teknologi budidaya yang sesuai dengan kondisi lahan yang
ada. Dari inovasi terbaru untuk meningkatkan produktivitas kedelai salah
satunya dilakukan dengan penyemprotan Nano abu tandan kosong kelapa sawit
Penggunaan nano hidroksi apatit pada tanaman kedelai dapat meningkatkan hasil
dan mengurangi penggunanan pupuk urea (Kottegoda, et. al., 2017) . Senyawa
hidroksi apatit dapat diperoleh dari limbah abu tandan kosong kelapa sawit,
karena abu tandan kosong kelapa sawit mengandung 93% hidroksi apatit 7% β-
tricalcium fosfat (Cranney, et. al.,2007). Fosfor yang terkandung dalam abu
tandan kosong kelapa sawit supaya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk perlu
diolah lebih lanjut, salah satunya dengan di abukan dan diubah ukuran partikelnya
menjadi partikel nano.
Penyemprotan dengan ukuran nano membuka peluang agar sepenuhnya
diserap oleh tanaman melalui daun, jika dibandingkan dengan penyemprotan
langsung tanpa dibuat nano, hal ini menyebabkan pupuk hanya menempel pada
permukaan daun saja, pupuk akan lebih susah untuk diserap daun akibatnya
pupuk tertinggal didaun sehingga dapat menyebabkan daun nampak seperti
terbakar. Bagian daun yang berperan besar dalam menyerap unsur hara adalah
Stomata.
Stomata merupakan salah satu bagian dari organ daun yang umumnya
berada di jaringan epidermis baik epidermis atas ataupun epidermis bawah. Posisi
stomata antara daun yang satu dengan daun yang lainnya tidak sama. Hal ini

1
disebakan karena perbedaan luas permukaan daun pada tanaman, penutupan
stomata, jumlah dan ukuran stomata, perbedaan bentuk stomata, jumlah daun,
kerapatan stomata dan perilaku stomata. Stomata tersebut berfungsi sebagai
tempat pertukaran gas-gas yang keluar ataupun masuk ke dalam sel-sel di dalam
daun. Stomata yang terdapat pada daun juga berperan sebagai penentu terjadinya
proses metabolisme tanaman yang lainnya seperti proses trasnpirasi, proses
respirasi, penyerapan pupuk daun dan yang lainnya.
Proses-proses tersebut terjadi karena adanya perilaku stomata yang dapat
membuka dan menutup sesuai dengan keadaan lingkungan tumbuhnya. Perilaku
stomata berupa menutup terjadi apabila tidak ada cahaya di sekitar tempat
tumbuhnya, sedangkan peristiwa membukanya stomata terjadi jika cahaya di
lingkungan sangat terang misalnya pada siang hari. Peristiwa membuka dan
menutupnya stomata ini sangat peting karena dapat mempengaruhi peoses
metabolisme pada tanaman seperti proses transpirasi, respirasi, penyerapan pupuk
daun dan fotosintesis. Proses-proses tersebut selain dipengaruhi perilaku stomata
juga dipengaruhi oleh kerapatan stomata pada daun. Dalam peneitian ini akan
dikaji Efektivitas Dosis Penyemprotan Abu Nano Abu tandan kosong kelapa sawit
Terhadap Morfologi Daun Dan Hasil Tanaman Kedelai Edamame (Glycine Max
L. Merr.)

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh nano abu-abu tandan kosong kelapa sawit terhadap


morfologi daun dan Hasil Tanaman Kedelai Edamame ?
2. Berapa dosis penyemprotan abu abu tandan kosong kelapa sawit
Bagaimana pengaruh nano abu abu tandan kosong kelapa sawit terhadap
morfologi daun dan Hasil Tanaman Kedelai Edamame
C. Tujuan

1. Mengkaji pengaruh pemberian nano abu tandan kosong kelapa sawit


terhadap morfologi daun dan Hasil Tanaman Kedelai Edamame.
2. Menentukan dosis nano abu abu tandan kosong kelapa sawit terhadap
morfologi daun dan Hasil Tanaman Kedelai Edamame.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Morfologi Tanaman Edamame (Glycine max L. Merr.)

Kedelai termasuk dalam kingdom: Plantae,divisi Spermatophyta, sub-


divisi Angiospermae, kelas Dicotyledoneae, ordo Rosales, famili Leguminosae,
sub-famili Papilionaceae, genus Glycine, spesies Glycine max (L.) Merr.)
(Adisarwanto 2005). Orang jepang mengklasifikasikan sebagai tipe musim panas
dan musim gugur. Hampir semua varietas Edamame musim panas memiliki sifat
sensifif terhadap temperatur, sedangkan musim gugur, sejumlah kecil varietasnya
sensifif terhadap panjang hari. Edamame musim panas ditanam pada musim semi
dan di panen belum matang setelah 75-100 hari, sedangkan musim gugur ditanam
awal musim panas dan dipanen 105 hari setelah tanam atau lebih (singgih
pambudi, 2013).

Kedalai varietas Edamame yang pernah dikembangkan di Indonesia


adalah Ryokkoh ditanam pada awal musim kemarau atau musim panas. Warna
bunga varietas Ryokkoh adalah putih, sedangkan varietas yang lainnya ungu.
Saat ini varietas yang dikembangkan untuk produk Edamame beku adalah
Ryokkoh asal Jepang dan R 75 asal Taiwan (Soewanto dkk. 2007) Edamame
merupakan tanaman semusim, tumbuh tegak, daun lebat, dengan beragam
morfologi. Tinggi tanaman Edamame berkisar antara 30 sampai lebih dari 50
cm, bercabang sedikit atau banyak, bergantung pada varietas dan
lingkungan hidupnya. Tanaman kedelai memiliki daun majemuk yang terdiri atas
tiga helai anak daun (trifoliolat) dan umumnya berwarna hijau muda atau
hijau kekuning-kuningan (Irwan 2006). Bentuk daun kedelai ada yang bulat
(oval) dan lancip (lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh
faktor genetik (Andrianto dan Indarto 2004).

Daun pertama yang keluar dari buku sebelah atas kotiledon berupa
daun tunggal yang letaknya berseberangan (anifoliolat). Daun-daun yang
terbentuk kemudian adalah daun-daun trifoliolat (Soewanto dkk. 2007). Tanaman
kedelai memiliki sistem perakaran tunggang, yang bercabang membentuk
akar sekunder. Selain itu kedelai juga seringkali membentuk akar adventif
yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Akar tunggang pada kedelai
umumnya tumbuh mencapai kedalaman 30-50 cm, bahkan dapat mencapai 2
meter pada kondisi tanah yang optimal. Akar sekunder tumbuh mencapai
20-30 cm ke dalam tanah. Pada akar cabang terdapat bintil akar yang
merupakan simbiosis bakteri Rhizobium dengan tanaman kedelai, bintil akar
berfungsi untuk menambat N2 dari udara bebas (Andrianto dan Indarto 2004).
Pertumbuhan batang kedelai memiliki dua tipe yaitu determinate dan

3
indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang ini didasarkan atas
keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe determinate
dicirikan dengan tidak tumbuhnya lagi batang setelah tanaman mulai
berbunga, sedangkan tipe indeterminate dicirikan dengan masih tumbuhnya
batang dan daun setelah tanaman berbunga (Adisarwanto 2005). Selain itu
terdapat varietas tanaman kedelai hasil persilangan yang mempunyai tipe
batang yang mirip keduanya sehingga dikategorikan sebagai semi-
determinate atau semi-indeterminate (Irwan 2006). Kedelai berbunga
sempurna, yaitu memiliki benang sari dan putik dalam satu bunga. Mahkota
bunga akan rontok sebelum membentuk polong (Rukmana dan Yuniarsih
1996). Bunga kedelai menyerupai kupu-kupu, berwarna putih atau ungu.
Tangkai bunga umumnya tumbuh dari ketiak daun. Mentreddy (2002)
menyatakan bahwa waktu optimum untuk pemanenan adalah ketika polong masih
berwarna hijau, belum matang dan padat dengan biji hijau yang telah berkembang
secara penuh yang biasanya terjadi pada fase pengembangan. Karakteristik
fisik yang nampak pada saat pemanenan adalah warna polong hijau terang
dan agak sedikit abu-abu, ukuran panjang sekitar 5 cm dan lebar sekitar 1,4
cm dengan jumlah biji dua atau lebih. Umumnya jumlah polong berbiji dua
dan tiga sekitar 50% (7 sampai 15 polong per tanaman) dari seluruh polong
yang dihasilkan. Menurut Nguyen (2001), varietas Edamame mampu
menghasilkan polong rata-rata 40-50 polong/pohon dan jumlah polong tidak
lebih dari 175 polong untuk setiap 500 gram. Polong kedelai terbentuk 7-10
hari setelah munculnya bunga mekar. Jumlah polong yang terbentuk pada
setiap ketiak daun beragamantara 1-10 polong. Jumlah polong pada setiap
tanaman dapat mencapai lebih dari 50 bahkan ratusan. Kulit polong
kedelai berwarna hijau, sedangkan biji bervariasi dari kuning, hijau sampai
hitam. Pada setiappolong terdapat biji yang berjumlah 1, 2 dan 3 biji,
polong kedelai berukuran 5,5 cm sampai 6,5 cm bahkan ada yang mencapai
8 cm. Biji berdiameter antara 5mm sampai 11 mm (Andrianto dan Indarto
2004). Berdasarkan ukuran bijinya, kedelai dapat diklasifikasikan menjadi
tiga kelompok:

1. Berbiji kecil, bobot biji 6-15 g/100 biji, umumnya dipanen dalam
bentuk biji (grain soybean), pada saat tanaman berumur tiga bulan.
2. Berbiji besar, dengan bobot biji 15-29g/100 biji, ditanam di daerah
tropik maupun subtropik, dipanen dalam bentuk biji. Hasil biji umumnya
digunakan sebagai bahan baku minyak, susu dan makanan lain.
3. Berbiji sangat besar, bobot 30-50g/100 biji, biasanya ditanam di
daerah subtropik, seperti Jepang, Taiwan dan Cina. Kedelai dipanen
dalam bentuk polong segar masih berwarna hijau, disebut juga kedelai
sayur (vegetable soybean), dipanen pada umur dua bulan. Kelompok
kedelai ini di Jepang disebut Edamame(bps lembang 201

4
B. Anatomi dan Fisiologi Daun Kedelai Edamame

Tanaman kedelai edamame mempunyai dua bentuk daun yang dominan,


yaitu stadia kotiledon yang tumbuh saat tanaman masih berbentuk kecambah
dengan dua helai daun tunggal dan daun bertangkai tiga (trifoliate leaves) yang
tumbuh selepas masa pertumbuhan. Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua,
yaitu bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut
dipengaruhi oleh faktor genetik. Bentuk daun diperkirakan mempunyai korelasi
yang sangat erat dengan potensi produksi biji. Umumnya, daerah yang
mempunyai tingkat kesuburan tanah tinggi sangat cocok untuk varietas kedelai
yang mempunyai bentuk daun lebar. Daun mempunyai stomata, berjumlah antara
190-320 buah/m2.

1. Stomata
Stomata daun adalah sarana utama pertukaran gas pada tumbuhan.
Stomata berbentuk pori-pori kecil, biasanya di sisi bawah daun, yang dibuka atau
ditutup di bawah kendali sepasang sel berbentuk pisang yang disebut sel penjaga.
Ketika terbuka, stomata memungkinkan CO2 untuk memasuk ke daun untuk
melakukan sintesis glukosa, dan juga memungkinkan untuk air (H2O) dan oksigen
bebas (O2) untuk keluar. Selain membuka dan menutup stomata (perilaku
stomata), tanaman menggunakan kontrol atas pertukar gas mereka dengan
memvariasikan kepadatan stomata dalam daun ketika mereka baru diproduksi
(seperti pada musim semi atau musim panas). Stomata per satuan luas (kepadatan
stomata) bisa mengambil banyak O2, dan semakin banyak air yang dapat
dilepaskan. Jadi, lebih tinggi kerapatan stomata dapat sangat memperkuat potensi
untuk kontrol perilaku atas kehilangan kadar air dan penyerapan CO 2 (Grant dan
Vatnick,2009).
Kepadatan stomata dapat ditunjukkan dengan kondisi perubahan
konsentrasi karbondioksida. Karbondioksida dan intensitas cahaya merupakan
adalah satu-satunya faktor yang diketahui dapat digunakan untuk mengendalikan
perkembangan stomata dari sel epidermis. Efek dari karbondioksida, pada
pertumbuhan daun dapat diketahui dengan mengukur indeks stomata (IS), yang
menggambarkan rasio antara banyaknya stomata dengan jumlas sel pada
permukaan daun (Johnson et.al., 2002).
Kesinambungan epidermis terputus-putus oleh lubang-lubang kecil sekali.
Bagian tersebut adalah ruang antar sel yang dibatasi oleh dua sel yang khas
disebut dengan sel penjaga. Sel penjaga bersama-sama dengan lubang di
antaranya membentuk stoma. Pada banyak tumbuhan dapat dibedakan sel
tetangga atau sel pelengkap. Sel tersebut secara morfologi berbeda dari sel
epidermis yang khas dan merupakan dua atau lebih sel yang membatasi sel
penjaga, yang tampaknya ada saling hubungan fungsional. Stomata bersama-sama
sel tetangga jika ada disebut perlengkapan stomata atau kompleks stomata (Fahn,
1965). Stomata terdiri atas sel penjaga dan sel penutup yang dikelilingi oleh

5
beberapa sel tetangga. Mekanisme menutup dan membuka-nya stomata tergantung
dari tekanan turgor sel tanaman, atau karena perubahan konsentrasi
karbondioksida, berkurangnya cahaya dan hormon asam absisat (Lakitan, 1996).
Sel yang mengelilingi stomata atau biasa disebut dengan sel tetangga berperan
dalam perubahan osmotik yang menyebabkan gerakan sel penutup. Sel penutup
letaknya dapat sama tinggi, lebih tinggi atau lebih rendah dari sel epidermis
lainnya. Bila sama tinggi dengan permukaan epidermis lainnya disebut faneropor,
sedangkan jika menonjol atau tenggelam di bawah permukaan disebut kriptopor.
Setiap sel penutup mengandung inti yang jelas dan kloroplas yang secara berkala
menghasilkan pati. Dinding sel penutup dan sel penjaga sebagian berlapis lignin
(Fahn ,1982).
Tanaman Kedelai edamame merupakan jenis tumbuhan C3 tumbuh
dengan karbon fiksasi C3 biasanya tumbuh dengan baik di area dimana intensitas
sinar matahari cenderung sedang, temperature sedang dan dengan konsentrasi
CO2 sekitar 200 ppm atau lebih tinggi, dan juga dengan air tanah yang berlimpah.
Tumbuhan C3 harus berada dalam area dengan konsentrasi gas CO 2 yang tinggi
sebab Rubisco sering menyertakan molekul O 2 ke dalam RuBP sebagai
pengganti molekul CO2. Konsentrasi gas CO 2 yang tinggi menurunkan
kesempatan Rubisco untuk menyertakan molekul O 2. Karena bila ada molekul
O2 maka RuBP akan terpecah menjadi molekul 3-karbon yang tinggal dalam
siklus Calvin, dan 2 molekul glikolat akan dioksidasi dengan adanya
oksigen, menjadi karbondioksida yang akan menghabiskan energi. Kimball
menjelaskan bahwa tingkat kerapatan stomata juga berbeda-beda pada setiap
jenis tumbuhan. Perbedaan kerapatan stomata dapat dipengaruhi oleh
lingkungan seperti intensitas cahaya, temperatur dan konsentrasi CO 2. Semakin
tinggi intensitas cahaya, kerapatan stomata dipermukaan daun juga semakin
meningkat. (W. Kimball 1983). Stomata erat kaitannya dengan aktivitas
transpirasi. transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dari jaringan
tumbuhan melalui stomata. Letak dan jarak stomata satu sama lain
mempengaruhi intensitas penguapan. Jika jarak stomata terlalu dekat akan
menghambat penguapan. Kegiatan transpirasi terpengaruh oleh faktor luar
dan dalam. Faktor luar misalnya kecepatan angin, cahaya, air, kelembapan
udara, suhu, dan tekanan udara (Lakitan, 1996)
2. Klorofil
Tanaman kedelai Edamame memiliki dua bentuk yang berbeda yaitu bulat
oval dan lancip. Dari perbedaan bentuk daun ini diakibatkan oleh faktor genetik
atau keturunan dan untuk warna daun biasanya hampir sama yaitu hijau cerah
karena mengandung klorofil tinggi yang mengakibatkan daun berwarna hijau.
Klorofil adalah pigmen pemberi warna hijau pada tumbuhan, alga dan bakteri
fotosintetik. Istilah ini diperkenalkan pada tahun 1818, dan pigmen tersebut
diekstrak dari tanaman dengan menggunakan pelarut organik. Pigmen ini berperan
dalam proses fotosintesis tumbuhan dengan menyerap dan mengubah energi
cahaya menjadi energi kimia. Klorofil mempunyai rantai fitil (C 20H39O) yang
akan berubah menjadi fitol (C20H39OH) jika terkena air dengan katalisator
klorofilase. Fitol adalah alkohol primer jenuh yang mempunyai daya afinitas yang
kuat terhadap O2 dalam proses reduksi klorofil (Hermawati, dkk., 2005).

6
Klorofil dapat mempengaruhi proses fotosintesis. Fotosintesis merupakan
proses perubahan senyawa anorganik (CO 2 dan H2O) menjadi senyawa organik
(karbohidrat) dan O2 dengan bantuan cahaya matahari. Organisme yang
melakukan fotosintesis disebut fotoautotrof. Klorofil merupakan pigmen utama
yang terdapat pada kloroplas di dalam ruang tilakoid. Tilakoid yang memanjang
dan menghubungkan granum satu dengan yang lain di dalam stroma disebut
lamela. Stroma merupakan rongga atau ruang dalam kloroplas dan berisi air
beserta garam-garam yang terlarut dalam air. Kloroplas memiliki membran luar,
membran dalam, ruang antar membran dan stroma. Permukaan membran internal
yang disebut tilakoid akan membentuk kantong pipih dan pada posisi tertentu
akan bertumpukan dengan rapi membentuk struktur yang disebut granum. Seluruh
granum yang terdapat pada kloroplas disebut grana. (Soegradjad dan Avivi,
2005). .

3. Klorofil a dan b
Klorofil menyerap gelombang cahaya dengan baik. Klorofil dapat
menampung cahaya yang diserap oleh pigmen lainnya melalui fotosintesis,
sehingga klorofil disebut sebagai pigmen pusat reaksi fotosintesis. Tanaman
tingkat tinggi mempunyai dua macam klorofil yaitu klorofil a (C 55H72O5N4Mg)
yang berwarna hijau tua dan klorofil b (C 55H70O6N4Mg) yang berwarna hijau
muda. Klorofil a dan klorofil b paling kuat menyerap cahaya di bagian merah
(600-700 nm) dan paling sedikit menyerap cahaya hijau (500-600 nm), sedangkan
cahaya berwarna biru diserap oleh karotenoid. Karotenoid membantu menyerap
cahaya, sehingga spektrum cahaya matahari dapat dimanfaatkan dengan lebih baik
(Sanyoto dan Slamet, 2010).

Molekul klorofil adalah suatu derivat porfirin yang mempunyai struktur


tetrapirol siklis dengan satu cincin pirol yang sebagian tereduksi. Inti tetrapirol
mengandung atom Mg non-ionik yang diikat oleh dua ikatan kovalen, dan
memiliki rantai samping. Energi yang diserap oleh klorofil b dan karotenoid
diteruskan kepada klorofil a untuk digunakan dalam proses fotosintesis fase I
(reaksi terang) yang terdiri dari fotosistem I dan II, demikian pula dengan klorofil-
b. Klorofil a paling banyak terdapat pada Fotosistem II sendangkan Klorofil b
paling banyak terdapat pada Fotosistem I (Hermawati, dkk., 2005).

Klorofil a dan klorofil b pada tumbuhan tingkat tinggi berfungsi sebagai


pigmen utama fotosintetik yang berperan menyerap cahaya violet, biru, merah dan
memantulkan cahaya hijau. Sintesis klorofil terjadi melalui fotoreduksi
protoklorofilid menjadi klorofilid a dan diikuti dengan esterifikasi fitol untuk
membentuk klorofil a yang dikatalisis enzim klorofilase. Perubahan
protoklorofilid menjadi klorofilid a pada tumbuhan angiospermae mutlak
membutuhkan cahaya. Selanjutnya klorofil jenis yang lain disintesis dari klorofil
(Handayani, dkk., 2013).

7
4. Tandan kosong Kelapa Sawit
Abu tandan (fly ash) adalah abu sisa pembakaran tandan kosog kelapa
sawit, cangkang sawit yang tidak memiliki nilai ekonomis. Abu tandan
kosong kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai amelioran untuk
membenahi sifat kimia tanah, karena abu tadan kosong kelapa sawit
mengandung unsur hara yang diperlukan oleh tanaman dan mengandung
logam-logam yang tidak dapat mencemari lingkungan serta tidak bersifat
beracun yang membahayakan tanah dan tanaman (Rini, 2005).

Hasil penelitian Panjaitan et al.,(1983) bahwa abu tandan kosong


kelapa sawit mempunyai kandungan unsur hara Kalium yang tinggi,
disamping kandungan unsur hara lain seperti Fosfor dan Magnesium.
Sementara itu abu tandan kosong kelapa sawit menurut Nainggolan (1992)
mengandung Silika (SiO2) 3,33%, Kalsium Oksida (CaO) 5,85%, Magnesium
Oksida (MgO) 2,63%, Alumunium Oksida (Al2O3) 4,71%. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Hanibal et al.(2001) abu tandan sawit mengandung unsur hara,
seperti : N-Total 0,05 %, P2O 54,79 %, K2O 36,48, MgO 2,63 %, CaO 5,46
%, Mn 1,230 ppm, Fe 3450 ppm, Cu 183 ppm, Zn 28 ppm dan pH 11,9 -12,0.

Berdasarkan hasil laboratorium oleh Chan dkk.(1982) bahwa


kandungan abu tandan kosong kelapa sawit mencapai K 2O 35-40 %.
Berdasarkan hasil laboratorium tersebut abu tandan kosong kelapa sawit
memiliki kandungan kalium yang tinggi sehingga dapat menggantikan pupuk
KCl. Bahkan pupuk abu tandan kosong kelaa sawit ini dapat memperbaiki pH
tanah masam, memperbaiki sifat fisik tanah, serta meningkatkan
ketersediaan hara tanah dan aktivitas mikroorganisme tanah. Dari
penjelasan tersebut abu tandan kosong kelapa sawit merupakan produk
bernilai tinggi dan dianggap penting untuk membantu dalam meningkatkan
pertumbuhan dan produksi tanaman.Pemberian abu tandansawit dengan dosis
yang meningkat diharapkan dapat menurunkan kejenuhan Alumunium yang
tergolong tinggi pada Ultisol, dapat menyumbangkan unsur hara K, Mg
dan Ca untuk tanaman jagung, dapat meningkatkan pH dan basa-basa di
dalam tanah serta dapat berpengaruh terhadap peningkatan kapasitas tukar kation
efektif serta kejenuhan basa (Sylvia, 1992).

5. Foliar application (pemupukan lewat daun)


Pemupukan lewat daun merupakan cara pemberian pupuk lewat
penyemprotan larutan unsur hara di permukaan daun (Sarief, 1986). Pemupukan
melalui daun atau foliar application bertujuan agar unsur-unsur yang
terkandung di dalam pupuk dapat diserap oleh daun secara langsung.
Penyerapan unsur hara dalam pupuk daun memang dirancang berjalan lebih cepat
dibanding dengan pupuk akar karena penyerapan hara melalui mulut daun
(stomata) berjalan cepat, sehingga perbaikan tanaman cepat terlihat. Selain itu,

8
unsur hara yang diberikan lewat daun hampir seluruhnya dapat diambil tanaman
dan tidak menyebabkan kelelahan atau kerusakan tanah (Hardjowigeno, 2003).

Tanaman akan tumbuh cepat dan media tanam tidak mudah rusak akibat
pemupukan yang terus menerus. Oleh karena itu, pemupukan melalui daun
akan lebih efektif dibandingkan dengan pupuk akar. Sayangnya, pupuk daun
mempunyai sifat cepat menguap dan bila dosis yang diberikan terlalu besar,
maka daun akan rusak (Hardjowigeno, 2003). Dari hasil penelitian Cristiane et
al. (2013) menyatakan bahwa aplikasi Si dengan metode foliar application
menunjukan akumulasi Si pada daun tanaman kentang lebih besar dari metode
pemberian Si melalui pemupukan tanah. Beberapa hal yang penting untuk
diperhatikan dalam pelaksanaan pemupukan lewat daun ini

Dianjurkan menggunakan kepekatan larutan pupuk antara 0,1 sampai 0,5


%. Penyemprotan dilakukan saat pagi hari atau sore hari. Penentuan waktu
penyemprotan ini didasarkan pada waktu bukaan stomata. Pembukaan stomata
dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktor yang mempengaruhi yaitu
faktor eksternal berupa intensitas cahaya matahari. Intensitas cahaya matahari
berpengaruh dalam proses transpirasi. Intensitas cahaya yang meningkat
mengakibatkan suhu udara lingkungan meningkat dan kelembapan udara
lingkungan akan menurun yang mengakibatkan terjadinya pergerakan air dari
dalam sel tumbuhan menuju ke luar sel atau atmosfir hal ini menyebabkan
naiknya nilai osmosis sel-sel penutup yang menyebabkan masuknya air dari sel
tetangga ke sel penutup mengakibatkan tekanan turgor sel meningkat sehingga
stomata membuka (Salisbury dkk., 1995). Tidak disarankan melakukan
penyemprotan saat siang hari hal ini dikarenakan peningkatan intensitas cahaya
matahari yang tidak diikuti peningkatan kelembapan udara lingkungan sehingga
transpirasi mengalami peningkatan maka akan terjadi kehilangan air dan
penurunan tekanan turgor pada sel penjaga dan penutup stomata sehingga stomata
tidak membuka secara optimal. Penyemprotan dilakukan pada saat kecepatan
angin tidak terlalu besar.

6. Nanoteknologi
Nano Teknologi merupakan sebuah teknologi yang berhubungan dengan
benda-benda yang berukuran 1 hingga 100 nm, memiliki sifat yang berbeda dari
bahan asalnya dan memiliki kemampuan untuk mengontrol atau memanipulasi
dalam skala atom ( Jones, 1991). Kini, nano teknologi sudah banyak
dikembangkan dan dimanfaatkan dalam berbagai bidang salah satunya yaitu
bidang pertanian. Prinsip dasar nano teknologi pada pertanian adalah untuk
memaksimalkan hasil dengan meminimalkan penggunaan input (Yanuar &
Widyawati, 2014).

9
Pupuk termasuk jenis input pertanian yang memanfaatkan nano teknologi.
Pupuk nano adalah pupuk yang dibuat menggunakan nano teknologi sehingga
ukuran partikelnya lebih kecil dibandingkan pupuk pada umumnya yang bertujuan
agar unsur yang terkandung dapat lebih mudah diserap oleh tanaman. Ladiyani,
dkk. (2012) menyatakan bahwa semakin halus ukuran partikel P-alam hingga
berukuran 100 nm maka ketersediaan P dalam tanah menjadi lebih tinggi. Hal
tersebut berdasarkan hasil pengukuran kelarutan bahwa semakin kecil ukuran
pertikel P-alam dapat mensuplai P2O5 lebih besar. Pembuatan pupuk nano
menggunakan teknik Top Down-High Energy Milling (HEM) dengan
memperkecil material. Pada proses high energy ball milling terjadi mechanical
alloying (MA) yaitu proses solid state serbuk dengan teknik yang menyertakan
pengulangan penggabungan, penghancuran, dan penggabungan kembali
(rewelding) untuk butiran serbuk ( Sariman dkk., 2012).

Semakin cepat perputaran ball mill maka energi yang dihasilkan juga
semakin besar dan menghasilkan temperatur yang semakin tinggi. Temperatur
yang tinggi menguntungkan di beberapa kasus yang memerlukan proses difusi
untuk menunjang proses pemaduan pada serbuk dan mengurangi internal stress
atau bahkan menghilangkannya. Akan tetapi dalam beberapa kasus peningkatan
temperatur sangat merugikan karena dapat menghasilkan fasa yang tidak stabil
selama proses miling berlangsung dan ukuran serbuk menjadi lebih besar. Apabila
kecepatan melebihi kecepatan kritis maka terjadi pined pada dinding bagian dalam
sehingga bola-bola tidak jatuh dan tidak menghasilkan gaya impact, jadi
sebaiknya kecepatan yang digunakan harus di bawah kecepatan kritis sehingga
bola dapat jatuh dan menghasilkan tenaga impact yang optimal. Hal ini
berpengaruh pada waktu yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang diinginkan
(Amin dan Hariyanti, 2012). Selama proses mechanical alloying, partikel
campuran serbuk akan mengalami proses pengelasan dingin dan penghancuran
berulang-ulang. Ketika bola saling bertumbukan sejumlah serbuk akan terjebak
diantara kedua bola tersebut dan akan mengakibatkan serbuk terdeformasi
kemudian menjadi hancur. Permukaan partikel serbuk campuran yang baru
terbentuk memungkinkan terjadinya proses pengelasan dingin kembali antara
sesama partikel sehingga membentuk partikel baru yang ukurannya lebih besar
dari ukuran semula. Kemudian partikel tersebut akan kembali mengalami
tumbukan dan akhirnya kembali hancur, begitu seterusnya hingga mencapai
ukuran nano. (Amin dan Hariyanti, 2012). Penggunaan teknologi nano pada
pupuk akan memungkinkan pelepasan nutrisi yang terkandung pada pupuk dapat
dikontrol. Jadi hanya nutrisi yang benar-benar akan diserap oleh tanaman saja
yang dilepaskan, sehingga tidak terjadi kehilangan nutrisi ada target yang tidak
dikehendaki seperti tanah, air dan mikroorganisme.

Pada pupuk nano, nutrisi dapat berupa enkapsulasi nanomaterial, pelapisan


oleh lapisan pelindung yang tipis atau dilepaskan dalam bentuk emulsi dari

10
nanopartikel. Pengembangan nanoteknologi pada pestisida baik itu pestisida kimia
maupun pestisida organik akan dapat membantu meningkatkan efisiensi
penggunaan pestisida maupun insektisida. Lebih jauh lagi, penggunaan pestisida
yang langsung pada target akan meminimalisir berkembangnya mekanisme
resistensi pada hama dan mengurangi kematian serangga non target (Kardinan,
1999). Hal ini tentu akan membawa dampak positif bagi produksi pertanian,
karena banyak kasus sebelumnya dimana terjadi ledakan hama tertentu akibat
penggunaan pestisida yang kurang tepat. Berdasarkan hasil laboratorium
tersebut abu tandan kosong kelapa sawit memiliki kandungan kalium
yang tinggi sehingga dapat menggantikan pupuk KCl. Bahkan pupuk abu tandan
kosong kelaa sawit ini dapat memperbaiki pH tanah masam, memperbaiki sifat
fisik tanah, serta meningkatkan ketersediaan hara tanah dan aktivitas
mikroorganisme tanah. Dari penjelasan tersebut abu tandan kosong kelapa
sawit merupakan produk bernilai tinggi dan dianggap penting untuk
membantu dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanamanMenurut
hasil penelitian yang dilakukan oleh Husna (2020) Nano TKKS konsentrasi
0,2% memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada pertumbuhan vegetatif
tanaman, namun berpengaruh nyata meningkatkan persentase gabah isi dan
meningkatkan hasil kering gabah giling mencapai 7,266 ton

7. Hipotesis
Diduga perlakuan pemberian nano tandan kosong kelapa sawit dengan
cara foliar merupakan perlakuan paling efektif untuk meningkatkan pertumbuhan
dan hasil serta morfologi, anatomi dan fisiologis daun tanaman kedelai Edamame

11
III. TATA CARA PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Lahan Percobaan, Laboratorium Produksi Fakultas Pertanian


Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Desa Tamantirto Kecamatan Kasihan
Kabupaten Bantul pada bulan Oktober hingga November 2020.

1. Bahan dan Alat Penelitian


Bahan tanaman kedelai Edamame. Aseton 96%, kutek berwarna putih, Profenofos 500
g/l , nano tandan kosong kelapa sawit,

Alat mistar, meter, mikroskop model, kertas saring ,kamera, pisau, jangka
sorong, kertas label, plastik sampel, coolbox dan alat tulis, spectofotometer, Ball
Milling

2. Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode eksperimen dengan rancangan
percobaan faktor tunggal yang disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap
(RAKL). Perlakuan yang dicobakan meliputi konsentrasi dosis penyemprotan nano abu
tandan kosong kelapa sawit yang meliputi:

P0,000 = (kontrol)

P0,125 = konsentrasi 1,25 g/l

P0,250 = konsentrasi 2,50 g/l

P0,375 =Konsentrasi 3,50 g/l

P0,500 = Konsentrasi 5,00 g/l

Terdiri dari 3 blok Sehingga didapat 15 unit unit percobaan tanaman tanaman kedelai
Edamame. Setiap unit percobaan berupa petak bedeng ukuran 1,2 meter x 1,5 meter
dengan jarak tanam 60cm x 15 cm.

Cara Penelitian

12
B. Cara penelitian yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :

1. Persiapan Alat dan Bahan


Persiapan alat dan bahan dilakukan selama dua minggu. Alat yang digunakan
diantaranya ball milling, oven, spektofotometer, dan lain-lain. Bahan yang digunakan
adalah limbah komposyang berasal dari pabrik kelapa sawit dan limbah abu tandan
kosong kelapa sawit yang berasal dari rumah makan sekitar UMY namun bila jumlah
tidak mencukupi dilakukan pembelian abu tandan kosong kelapa sawit di pasar.

2. . Nanofikasi Abu tandan kosong kelapa sawit


Proses pembuatan pupuk nano fosfat berbahan dasar limbah abu tandan kosong
kelapa sawit meliputi pengabuan, dan milling. Pengabuan dilakukan di Laboratorium
Tanah Fakultas Pertanian menggunakan dipanaskan dengan alat muffle furnace dengan
suhu 8000C selama 2 jam. Setelah itu dilakukan proses milling dengan alat ballmill.
Kemudian dimasukkan kedalam botol yang diisi bola baja dengan perbandingan 100 gr,
500 gr bola baja dan 60 ml air kemudian dilakukan proses milling selama 6 jam. Hasil
milling dipisahkan antara bola baja dan suspense hasil milling dengan disaring agar
terpisah. Suspense kemudian di endapkan selama 1 minggu kemudian hasil endapan
dipisahkan dengan airnya kemudian endapan dikeringkan dengan dioven atau dijemur
dibawah sinar matahari 3-7 hari. Setelah kering didapatkan serbuk abu abu tandan
kosong kelapa sawit berukuran nano.

3. Penentuan konsentrasi penyemprotan

Penyiapan larutan sesuai dengan larutan yang dicobakan. Perlakuan A = 0%


sebagai kontrol menggunakan air sebanyak 1 liter, perlakuan B= 0,125%=0,25 g/l abu
abu tandan kosong kelapa sawit nano kemudian di larutkan dalam 1 liter air. Perlakuan
C 0,250%=0,50 g/l abu abu tandan kosong kelapa sawit nano kemudian di larutkan
dalam 1 liter air. Perlakuan D 0,275%= 0,75 g/l abu abu tandan kosong kelapa sawit
nano kemudian di tambah dilarutkan dalam 1 liter air, perlakuan E 0,500%= 1,00g/l

4. Pemberian Perlakuan
Nano yang sudah siap kemudian dicampur dengan urea sesuai dengan takaran
masing-masing perlakuan. Pemberian Nano Biochar dilakukan 4 kali bersamaan dengan
pemberian pupuk saat tanaman berumur 3, 4, 5 dan 6 minggu setelah tanam

13
5. Penanaman edamame
Sebelum ditanam, edamame terlebih disortir untuk menentukan kualitas benih
terbaik. Media tanah disiram air terlebih dahulu dan dibuat lubang tanam untuk
memudahkan penanaman. Masukkan benih ke dalam lubang tanam. Penanaman kedelai
edamame dilakukan pada pagi hari dengan tujuan untuk menghindari temperatur tinggi.

6. Pemeliharaan

Penyiraman
Pada tanaman kedele edamame yang baru berusia 0 – 10 hari, penyiraman rutin
dilakukan 2x/hari (pagi dan sore hari). Umur 11-35 hari, 1x/hari (pagi hari), dan umur
36-50 hari, 1x/hari (pagi hari).

Pemupukan

Dosis pemupukan kedelai edamame menurut (Hemphill and Milles, 1999) pupuk N 50 –
60 kg/h, sedangkan pupuk P dan K tergantung hasil analisis tanahnya. Dari hasil analisis
pendahuluan sampel tanah yang akan digunakan untuk penelitian, kandungan P= 0,36
ppm sehingga dosis P2O5= 134,5 kg/h. Hasil analisis kandungan K dalam tanah 1,13
ppm, maka dosis pupuk K2O yang digunakan 134,5 kg/h (Mansour and Hemphill,
1999). Dalam penelitian ini digunakan Urea sebagai sumber N, SP-36 sebagai sumber
P2O5 dan KCl sebagai sumber K2O. Pupuk SP-36 untuk perlakuan kontrol diberikan
sesuai anjuran 343 kg/h. Perlakuan frekuensi dan konsentrasi penyemprotan abu abu
tandan kosong kelapa sawit nano diberikan setangah dosis anjuran sebanyak 171,5 kg/h
diberikan sebagai pupuk dasar saat tanam.

Penyiangan
Penyiangan dilakukan pada saat gulma atau rumput terlihat disekitar tanaman.
Penyiangan dilakukan manual dengan mencabut gulma.

Pengendalian hama dan penyakit


Hama yang menyerang kedelai edamame berupa hama Ulat daun, pengendalian
yang dilakukan yaitu mekanik dan kimiawi. Pengendalian mekanik dengan mengambil
hama dari daun dan memetik daun yang terserang hama, sedangkan pengendalian
kimiawi dengan menyemprot insektisida Curacron dosis 1 ml/l untuk mengantisipasi
tersebarnya hama pada tanaman lain

Pemanenan
Edamame untuk produksi polong segar dipanen pada umur 65 hst dengan
kondisi polong siap untuk dipetik, yaitu polong terisi penuh dan warna hijau cerah.

14
Polong yang dipanen tersebut selanjutnya diamati sesuai dengan parameter yang
digunakan.

Parameter yang Diamati

Klorofil Daun (mg/ml)

Pengamatan klorofil daun, dilakukan dengan mengambil sampel daun 1 g dengan tidak
terlalu muda atau terlalu tua. Sampel daun diekstraksi menggunakan aceton 20 ml
hingga semua klorofil terlarut. Kemudian saring ekstrak lalu dimasukkan botol kaca.
Memindahkan ekstrak ke dalam kuvet dan dianalisis menggunakan spektofotometer
pada panjang gelombang 663 nm dan 645 nm (Sumenda dkk, 2011), rumus yang
digunakan yaitu :

Klo. a = 12,7 D-663 – 2,69 D-645 (mg/ml)

Klo. b = 22,9 D-645 – 4,68 D-663 (mg/ml)

Klo. Total = 20,2 D-645 + 8,02 D-663 (mg/ml)

Keterangan :

Klo a = Klorofil a (warna hijau tua)

Klo b = Klorofil b (warna hijau muda)

Total klo =a+b

kerapatan Stomata

Pengamatan jumlah stomata dilakukan menggunakan metode cat kuku. Daun tanaman
jagung yang akan diamati dilapisi menggunakan cat kuku tanpa warna sebesar 1-2 cm
kemudian ditunggu hingga setengah kering. Pemberian cat kuku tersebut dimaksudkan
agar terbentuk struktur dan jumlah stomata daun tanaman mempel pada cat kuku.
Bagian daun yang telah terlapisi oleh cat kuku diberi selotip dengan tujuan agar lapisan
cat kuku menempel pada bagian selotip. Selanjutnya selotip berisi lapisan cat kuku
ditempelkan pada preparat untuk kemudian di amati dibawah mikroskop. Perhitungan
jumlah kerapatan stomata dihitung menggunakan rumus:

15
jumlah stomata
Kerapatan stomata = x 100%
luas bidang pandang

Luas daun (cm2)

Pengamatan luas daun dilakukan pada minggu kelima menggunakan tanaman sampel.
Pengamatan luas daun dilakukan dengan menggunakan tanaman yang sudah diambil dari
polybag kemudian dipisahkan antara bagian batang dan bagian daun untuk selanjutnya dihitung
luas daun kedelai edamame. Pengamatan luas daun kedelai edamame dilakukan dengan
menggunakan alat LAM (Leaf Area Meter) di laboratorium kemudian dicatat dalam satuan
sentimeter persegi (cm2).

Jumlah daun (helai

Jumlah daun dihitung dari jumlah daun yang sudah muncul sempurna. Penghitungan dilakukan.
dilakukan pada minggu kelima menggunakan tanaman sampel. Pengamatan luas daun dilakukan
dengan menggunakan tanaman yang sudah diambil dari polybag kemudian dipisahkan antara
bagian batang dan bagian daun untuk selanjutnya dihitung jumlah daun kedelai edamame

Tinggi tanaman (cm)

Pengamatan tinggi tanaman pada tanaman sampel pada minggu ke 5 Pengamatan dilakukan
dengan cara mengukur tinggi tanaman dari atas tanah hingga pucuk tertinggi dari tanaman sawi
hijau menggunakan alat ukur penggaris kemudian dicatat dengan satuan tinggi sentimeter (cm).

Jumlah Polong

Pengamatan jumlah polong dilakukan pada tanaman sampel pada umur 5 minggu setelah
tanam perhitungan jumlah polong dihitung dengan menggunakan satuan buah dan dilakukan
dengan menghitung jumlah polong yang ada pada setiap tanaman

Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan
grafik dan histogram. Hasil pengamatan kuantitatif dianalisis dengan menggunakan Sidik
Ragam atau Analysis of Variance (ANOVA) pada taraf kesalahan 5% dan apabila ada
perbedaan nyata antar perlakuan yang diujikan maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan
Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kesalahan 5% untuk mengetahui beda nyata
antar perlakuan.

16
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan Tanaman Kedelai edamame

Tanaman merupakan makhluk hidup yang memiliki ciri untuk tumbuh dan berkembang.
Pertumbuhan merupakan bertambah besarnya sel yang menyebabkan bertambah besarnya
jaringan, organ dan akhirnya menjadi keseluruhan makhluk hidup (Suarna et al., 1993).
Menurut Harjadi (1983) bahwa pada masa pertumbuhan vegetatif tanaman terdapat tiga proses
penting yaitu pembelahan sel, perpanjangan sel, dan tahap awal dari diferensiasi sel.
Pertumbuhan tanaman dapat diukur dengan mengamati tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun,
Berikut rerata pertumbuhan tanaman kedelai edamame tersaji pada

Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman Jumlah Daun dan Luas daun Kedelai edamame pada
Pengamatan minggu ke 5
Tinggi tanaman Jumah daun Luas daun (cm2)
Perlakuan
(cm) (helai)

(kontrol) 54.00 a 61.67 a 562.7 b

konsentrasi 1,25 g/l 53.33 a 67.33 a 1198.3 a

konsentrasi 2,50 g/l 58.33 a 44.33 a 819.3 a

Konsentrasi 3,50 g/l 52.67 a 67.67 a 1179.5 a

Konsentrasi 5,00 g/l 52.66 a 42.67 a 1179.5 a

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata
berdasarkan uji DMRT pada taraf kesalahan 5%

Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diamati dan diukur untuk mengetahui pertumbuhan vegetatif pada
tanaman kedelai edamame. Pengukuran tinggi tanaman kedelai edamame ini berdasarkan
perlakuan berbagai metode pemberian pupuk tandan kelapa sawit, sampai tanaman berumur 5
minggu setelah tanam. Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukan bahwa berbagai metode
pemberian Abu Tandan Kosong kelapa sawit, tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman
kedelai edamame. Untuk semua perlakuan lain pada umur 5 minggu setelah tanaman relatif
memiliki pertumbuhan tinggi tanaman kedelai yang relatif sama, tidak terjadinya perbedaan
tinggi tanaman antar perlakuan disebabkan oleh faktor lingkungan yang mendukung
pertumbuhan tanaman sehingga tanaman menyerap unsur yang dibutuhkan didalam tanah

17
melalui akar tanaman sehingga kebutuhan hara pada fase pertumbuhan tinggi tanaman
terpenuhi..

Sehingga aplikasi pupuk nano yang mengandung silika secara eksogen dengan metode foliar
pada tanaman, belum dapat dikatakakan dapat mempercepat peningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman dengan meningkatkan efisiensi fotosintesis. Peningkatan laju
fotosintesis dapat menyebabkan produksi karbohidrat pada tanaman mengalami peningkatan.
Semua proses dalam pertumbuhan ini memerlukan karbohidrat sebagai bahan baku energi
disamping protein dan lemak. Kekurangan persediaan karbohidrat akan berakibat terganggunya
proses pembelahan sel, perpanjangan sel, dan tahap awal dari diferensiasi sel. Dari hasil
penelitian tentang parameter pengamatan tinggi tanaman didapatkan histogram pada gambar 1.
58,33 a
59.00
58.00
57.00
56.00
Tinggi Tanaman (cm)

55.00 54,00 a
53,33 a
54.00 52,67 a
52,67 a
53.00
52.00
51.00
50.00
49.00
kontrol konsentrasi konsentrasi konsentrasi konsentrasi
1,25 g/l 2,50 g/l 3,75 g/l 5,00 g/l

Gambar 1. Histogram Tinggi Tanaman Kedelai edamame yang diberikan nano tandan
kosong kelapa sawit Berbagai Konsentrasi
Berdasarkan histogram tinggi tanaman pada gambar 1, rerata tinggi tanaman kedelai
edamame pada umur tanaman 5 minggu setelah tanam, relatif menunjukan hasil yang sama
penambahan sumber silika melalui foliar application dapat membangun kesehatan tanaman dan
meningkatkan pertumbuhan organ vegetatif karena hara yang bersifat foliar yang diberikan
langsung bekerja pada sel-sel epidermis daun untuk mamacu pembentukan sel dan pemanjangan
sel pada jaringan tanaman tidak memberikan pengaruh yang signifikan.. Untuk semua perlakuan
lain pada umur 5 minggu setelah tanaman relatif memiliki pertumbuhan tinggi tanaman kedelai
yang relatif sama, tidak terjadinya perbedaan tinggi tanaman antar perlakuan disebabkan oleh
faktor lingkungan yang mendukung pertumbuhan tanaman yang sama.

Pemberian pupuk konsentrasi 2,50 g/l melalui daun relatif lebih tinggi memberikan
pertumbuhan dan hasil tinggi tanaman yang lebih baik jika dilihat dari gambar histogram 1,
hal ini dikarenakan tingkat kepekatan yang tidak terlalu, sehingga proses fotosintesis tidak
terhalang Menurut Lingga dan Marsono (2008) menyatakan bahwa kelebihan dari pupuk
foliar yaitu penyerapan haranya berjalan lebih cepat Hal ini dikarenakan daun yang
terdapat stomata mampu membuka dan menutup secara mekanik, sehingga unsur hara
dalam bentuk larutan yang diberikan melalui daun akan masuk ke dalam tanaman melalui

18
stomata. Stomata pada umumnya membuka pada saat matahari terbit dan menutup pada
saat hari gelap, sehingga masuknya CO2 yang diperlukan untuk fotosintesis pada siang
hari. Pada saat stomata membuka dan gas CO2 dapat masuk melalui stomata. Pada saat
yang bersamaan dengan masuknya CO2, larutan pupuk organik cair disemprotkan pada
daun sehingga larutan bisa masuk melalui stomata. Selanjutnya bahan terlarut dan molekul
organik yang terbentuk dalam prosen fotosintesis akan dipindahkan atau ditranslokasikan
melalui floem (jaringan pengangkut). Menurut Harjanti, dkk. (2014) tinggi tanaman
merupakan bentuk peningkatan pembelahan sel akibat meningkatnya asilmilat. Menurut
Sutedjo (2008), unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman jika tersedia dalam jumlah
yang cukup, memungkinkan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi secara optimal

Jumlah Daun (Helai)

Daun merupakan salah satu organ tanaman yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya
proses fotosintesis. Semakin banyak jumlah daun dalam satu tubuh tanaman memungkinkan
pemerataan jumlah cahaya yang diterima oleh daun dan penyerapan hara menjadi lebih
optimum, dan daun merupakan sumber asimilat utama bagi kenaikan berat kering
(Goldsworth dan Fisher,1996). Kegiatan pertumbuhan dan hasil tanaman dipengaruhi oleh
jumlah daun dan sebagai tempat kegiatan fotosintesis untuk penghasil energi untuk proses
pertumbuhan tanaman. Semakin banyak jumlah daun pada tanaman memungkinkan pemerataan
jumlah cahaya yang diterima oleh daun, dan daun akan menghasilkan fotosistat dan asimilat
dari hasil fotosistesis yang akan ditransalokasikan ke bagian tubuh tanaman seperti batang dan
akar. Jumlah daun akan mempengaruhi kegiatan pertumbuhan dan hasil tanaman. Berdasakan
hasil sidik ragam pada table 2 pengujian terhadap jumlah daun tanaman kedelai edamame
menunjukan bahwa semua perlakuan memberikan pengaruh yang sama. Hal ini menunjukkan
bahwa Banyak sedikitnya jumlah daun pada suatu tanaman ditentukan oleh banyaknya
primordial daun yang terbentuk pada tanaman.
61,67 a 67,33 a 67,67 a
80.00

70.00

60.00 42,67 a
44,33 a
Jumlah daun (helai)

50.00

40.00

30.00

20.00

10.00

0.00
kontrol konsentrasi 1,25 konsentrasi 2,50 konsentrasi 3,75 konsentrasi 5,00
g/l g/l g/l g/l

19
Gambar 2. Histogram Jumlah Daun Kedelai edamame yang diberikan abu tandan
kosong kelapa sawit nano melalui Berbagai konsentrasi
Bedasarkan Gambar 2 pertumbuhan jumlah daun pada minggu ke 5 pemberian abu tandan
kosong kelapa sawit nano tidak memeliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan
jumlah daun. Pertumbuhan jumlah daun yang relatif sama antar perlakuan disebabkan oleh
faktor lingkungan yang mendukung pertumbuhan tanaman yang sama. pemberian abu tandan
kosong kelapa sawit nano secara foliar dapat mempercepat penyerapan unsur hara silika oleh
tanaman namun tidak secara signifikan. hara silika berpengaruh dalam penurunan tingkat
transpirasi daun agar terhindar dari cekaman kekeringan. Organ daun berkembang dari sel-sel
meristematik membentu tunas yang jumlahnya dipengaruhi kandungan unsur hara dan air

Pemberian pupuk dengan metode foliar memacu daun yang berperan sebagai indokator
pertumbuhan tanaman dalam proses fotosintesis. Meratanya cahaya yang dapat diterima pada
semua perlakuan oleh daun menyebabkan meningkatnya proses asimilasi yang terjadi sama
sehingga hasil asimilasi yang akan diakumulasikan merata, sehingga asimilat tersebut akan
digunakan sebagai energi pertumbuhan tanaman dalam pembentukan organ vegetatif seperti
daun dan tinggi tanaman (Napitupulu dan Winarno, 2010).

Luas Daun (cm2)

Peningkatan perkembangan luas daun pada tanaman akan meningkat pula penyerapan cahaya
matahari oleh daun sehingga hal tersebut sangat penting pada perkembangan tanaman.
Permukaan luas daun yang luas dan datar memungkinkan menangkap cahaya semaksimal
mungkin dan meminimalkan hasil CO2 dari permukaan daun kloroplas. Pengukuran luas daun
tanaman dilakukan pada akhir penelitian. Setelah tanaman bersih, menggunakan alat Leaf Area
Meter. Pengukuran luas daun salah satu perameter utama karena laju fotosintesis pertumbuhan
satuan tanaman dominan ditentukan oleh luas daun. Fungsi utama daun adalah sebagai tempat
berlangsungnya proses fotosintesis

Kemampuan daun untuk menghasilkan produk fotosintat ditentukan oleh produktifitas per
satuan luas daun dan total luas daun. Energi yang dihasilkan sangat tergantung pada rasio
ekternal dan internal daun (Fahn, l995). Berdasarkan hasil sidik ragam rerata luas daun
tanaman pada minggu ke 5 disajikan pada tabel 1. menunjukan bahwa berbagai metode
pemberian abu tandan kosong kelapa sawit nano berpengaruh nyata terhadap luas daun tanaman
kedelai edamame, perlakuan kontrol relatif memberikan hasil terendah dibandingkan perlakuan
nano abu tandan kosong kelapa sawit. Hal ini dikarenakan abu tandan kosong kelapa sawit
nano yang diberikan mengandung hara silika. Silika dapat berfungsi untuk meningkatkan
serapan unsur hara nitrogen (Cuong, 2017).

Dalam jaringan tanaman, unsur hara nitrogen merupakan komponen dalam penyusun berbagai
senyawa esensial seperti protein, asam amino, amida, asam nukleat, nukleotida, koenzim
(Loveless, 1991), nitrogen juga meningkatkan pembentukan kloropas sehingga kandungan
klorofil dalam tanaman meningkat. Peluasan dalam permukaan daun berasosiasi dengan
peningkatan jumlah dan ukuran kloroplas serta jumlah klorofil yang terdapat pada palisade dan

20
spons parenkim (Lakitan, 1993). Menurut Gardner dkk., (1991) luas daun berpengaruh
terhadap proses fotosintesis. Semakain luas daun yang dimiliki tanaman, maka cahaya
yang diserap daun juga semkain besar dalam proses fotosintesis. Fotosintesis berperan
untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman

Perbedaan yang sangat signifikan antar perlakuan terlihat Kedelai edamame yang diberikan
nano tandan kosong kelapa sawit, memiliki hasil luas daun yang lebih luas bila dibandingkan
dengan kontrol. Hal ini diduga hara tersedia khuhusnya kandungan N dan P abu tandan kosong
kelapa sawit nano tersedia dalam jumlah yang cukup pada saat pertumbuhan perluasan daun,
maka proses fotosintesis akan berjalan aktif, sehingga pembelahan, pemanjangan dan
diferensiasi sel akan berjalan dengan baik. penggunaan kompos sebagai penambah unsur N ini
mempunyai pengaruh perluasan daun terutama pada lebar dan luas daun (Novizon, 2007).
Nitrogen memiliki manfaat bagi tanaman yaitu memacu pertumbuhan dan pembentukan daun
dan anakan, serta terbentuknya akar (Purwanto 2006)

Jumlah polong Kedelai edamame

Kedelai edamame termasuk golongan tanaman indeterminate dimana kemasakan polong terjadi
tidak seragam sehingga dalam pemanenan tidak dapat sekali panen tetapi bisa sampai tiga
kali panen. Produktivitas edamame berkisar antara 10-12 ton/ha, angka ini disebut RM
(Raw Material). Pada industri sayuran beku, hasil panen kedelai damame dari RM akan
dibagi lagi menjadi dua yaitu Bahan Baku Ekspor (BBE) dan Bahan Baku Mukimame
(BBM). Bahan baku ekspor (BBE) adalah polong yang berbiji dua dan polong yang berbiji
tiga, jumlahnya 70% dari RM. Bahan Baku Mukimame (BBM) adalah polong edamame
yang hanya berbiji satu atau polong berbiji dua dan tiga yang salah satu bijinya tidak berisi
penuh, jumlahnya 30% dari RM (Soewanto H., dkk., 2016). Dalam penelitian ini parameter
untuk mengukur produktivitas tanaman kedelai edamame yaitu meliputi Jumlah polong isi
kedelai edamame disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rerata jumlah polong tanaman kedelai edamame 5 minggu setelah tanam

Perlakuan Jumlah Polong

kontrol 16.000 b

konsentrasi 1,25 g/l 30.000 a

konsentrasi 2,50 g/l 32.000 a

Konsentrasi 3,50 g/l 34.000 a

21
Konsentrasi 5,00 g/l 28.000 a

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata
berdasarkan uji DMRT pada taraf kesalahan 5%

Hasil sidik ragam hasil (lampiran 3.7) uji sidik ragam menunjukan bahwa berbagai metode
pemberian nano tandan kosong kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap jumlah polong
tanaman kedelai Edamame. Perlakuan pemberian nano tandan kosong kelapa sawit semua
konsentrasi menunjukan hasil polong jumlah polong yang lebih tinggi jika dibandingkan
dengan perlakuan kontrol, hal ini diduga pemberian Nano tandan kosong kelapa sawit nano
dengan metode foliar mampu menyediakan unsur hara berupa Nitrogen posopor dan kalium
yang dibutuhkan dalam pengisian polong, menurut Elrisa (2009) pada pembentukan polong
diperlukan Kalium dan nitrogen, dimana pada saat terjadinya proses fotointesis, akan terbentuk
karbohidrat untuk membentuk polong Selain itu pemberian bahan organik dengan metode foliar
mampu mempermudah tanaman dalam menyerap unsur yang di butuhkan, kemampuan
menyerap unsur dipengaruhi oleh indeks luas daun, semakin lebar daun pada tanaman kedele
edamame memberikan peluang kedele edamame dalam menyerap unsur yang diperlukan.

Tabel 2 rerata jumlah polong menunjukkan jumlah polong tanaman kedelai edamame pada
perlakuan Konsentrasi 3,50 g/lsebanyak 34 polong pertanaman, kemudian konsentrasi 2,50 g/l
sebanyak 32 polong pertanaman, konsentrasi 1,25 g/l sebanyak 30 polong pertanaman, dan
Konsentrasi 5,00 g/l sebanyak 28 tanaman sementara pelakuan kontrol memiliki perbedaan
hampir setengah yaitu sebesar 16 polong pertanaman. Hal ini terjadi karena pengaruh
ketersediaan unsur hara pada perlakuan nano tandan kosong kelapa sawit fase generatif
terpenuhi, sementara perlakuan kontrol memiliki kandungan unsur hara terendah. Rendahnya
ketersediaan unsur hara saat fase generatif ini memberikan respon pembuahan menjadi tidak
maksimal. Sitompul S. M. dan B. Gurinto(1995) mengatakan bahwa tanaman yang
tumbuh dalam kondisi kekurangan unsur hara akan membentuk jumlah akar yang lebih banyak
namun dengan hasil produktivitas yang lebih rendah dari pada tanaman dalam kecukupan.

Fisiologis daun dan Anatomi daun

Klorofil Daun (mg/ml)

Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukan bahwa berbagai metode pemberian Abu Tandan
Kosong kelapa sawit, tidak berpengaruh nyata terhadap klorofil a, b dan klorofil total tanaman
kedele edamame. Untuk semua perlakuan lain pada umur 5 minggu setelah tanaman relatif
memiliki kandungan klorofil yang relatif sama, hasil analisis ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 3. rerata kandungan klorofil kedelai edamame 5 minggu setelah tanam


Klorofil a (µg/ml) Klorofil b (µg/ml) Total klorofil (µg/ml)

kontrol) 2.52 a 4.66 a 15.15 a

22
konsentrasi 1,25 g/l 2.80 a 5.25 a 21.38 a

konsentrasi 2,50 g/l 2.65 a 4.98 a 20.09 a

Konsentrasi 3,50 g/l 2.79 a 5.24 a 21.72 a

Konsentrasi 5,00 g/l 3.24 a 6.02 a 23.53 a

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata
berdasarkan uji DMRT pada taraf kesalahan 5%

Berdasarkan pengamatan tentang klorofil daun kedelai edamame klorofil a dengan sampel
warna hijau tua, dan klorofil b warna hijau muda serta total klorofil dengan konsentrasi
penyemprotan nano abu tandan kosong kelapa sawit memiliki pengaruh yang sama, atau tidak
terdapat beda nyata antar perlakuan. Hal ini kandungan klorofil pada saat tanaman
melakukan proses pertumbuhan penyerapan unsur hara dari tanah oleh akar tidak terhambat
atau unsur hara terpenuhi, sehingga penyemprotan nano tandan kosong kelapa sawit tidak
mempengaruhi ketersediaan unsur N dan Mg yang berperan penting dalam sintesis klorofil
(Syafi 2008). Kandungan klorofil dapat dipakai sebagai indikator yang terpercaya
untuk mengevaluasi ketidakseimbangan metabolisme antara fotosintesis dan hasil produk.

Klorofil kedelai edamame dengan warna daun hijau yang lebih tua (klorofil b) lebih banyak
mengandung klorofil dari pada daun yang berwarna hijau muda (klorofil b) sementara klorofil
total adalah gabungan dari klorofil a dan klorofil b, Perbedaan kandungan klorofil pada suatu
tanaman diakibatkan perbedaan metabolisme yang berkaitan dengan umur, morfologi, dan
faktor genetik daun pada tanaman (Biber, 2007). Kandungan klorofil pada daun yang
yang berwarna hijau tua, lebih tinggi daripada daun yang yang berwarna lebih muda,
dikarenakan pada daun yang warna muda kloroplasnya aktif membelah khususnya
apabila organ yang mengandung kloroplas tertimpa cahaya, menyebabkan daun dewasa
atau tua banyak mengandung beberapa ratus kloroplas (Salisbury&Ross, 1995).

klorofil b berfungsi sebagai penyerap energi radiasi yang selanjutnya diteruskan ke klorofil a
(Sirait, 2008).Kadar klorofil b pada daun kedelai edamame yang berwarna tua lebih banyak
dibandingkan kadar klorofil a, dikarenakan perolehan cahaya pada daun kedealai edamame
yang berwarna hijau muda rendah atau sedikit dibandingkan pada daun kedelai edamame
yang berwarna tua. Salah satu bentuk adaptasi secara fisiologis tanaman terhadap
penyinaran rendah adalah dengan penurunan rasio kadar klorofil a/b melalui peningkatan
klorofil b. Meningkatnya klorofil b berdampak positif terhadap efektivitas penyerapan
energi radiasi (Sirait, 2008). Menurut Rotundo et al.(2004)

Proses fotosintesis membutuhkan klorofil, maka klorofil umumnya disintesis pada daun untuk
menangkap cahaya matahari yang jumlahnya berbeda pada tiap spesies tergantung dari faktor
lingkungan dan genetiknya. Faktor-faktor yang mempengaruhi sintesis klorofil meliputi:
cahaya, gula atau karbohidrat, air, temperatur, faktor genetik danunsur-unsur nitrogen,
magnesium, besi,mangan, Cu, Zn, sulfur, dan oksigen .Faktor utama pembentuk klorofil adalah

23
nitrogen (N). Unsur N merupakan unsurhara makro. Unsur ini diperlukan oleh tanaman dalam
jumlah banyak. Unsur N diperlukan oleh tanaman, salah satunya sebagai penyusun klorofil.

Tanaman yang kekurangan unsur N akan menunjukkan gejala antara lain klorosis pada daun.
Tanaman tidak dapat menggunakan N2 secara langsung. Gas N2 tersebut harus difiksasi oleh
bakteri menjadi amonia (NH3). Tanaman kedelai edamame bersimbiosis dengan bakteri
Rhizobium sp yang dapatmembentuk bintil akar. Rhizobium sp dapat memfiksasi gas N 2 yang
terdapat dalam tanah kemudian mengkonversinya menjadi amonia (NH3). Amonia hasil konversi
N2 oleh Rhizobium sp kemudian diangkut melalui xilem menuju ke daun untuk membentuk
klorofil. Semakin banyak air yang ada didalam tanah maka semakin banyak pulaamonia yang
diangkut menuju ke daun.

Semakin banyak amonia yang ada dalam daun maka semakin banyak pula klorofil yang
terbentuk . Amonia sangat larut dalam air dan dalam alkohol Tanaman kedele edamame dengan
volume penyemprotan atau bipolar kapasitas lapang mengandung kadar air yang sedang
sehingga udara masih bisa memasuki pori-pori stomata daun dan air yang terlindih kedalam
tanah bisa masuk kedalam pori pori tanah .Kondisi ini sesuai untuk habitat Rhizobium sp karena
Rhizobium sp merupakan bakteri aerob yang membutuhkan O2. Habitat yang sesuai untuk
Rhizobium sp ini dapat meningkatkan kemampuan bakteri ini dalam mengikat N 2. N2
selanjutnya akan diubah menjadi amonia yang larut dalam air dan kemudian terangkut kedaun.
berikut tergambar dalam histogram klorofil

25.00 23,53 a
21,38 a 21,72 a
20,09 a
20.00
15,15 a
Klorofil (µg/mL)

15.00 klorofil a
klorofil b
10.00 4,66 a 6,02 a
5,25 a total klorofil
2,52 a 4,98 a 5,24 a 3,24 a
5.00 2,80 a 2,79 a
2,65 a

0.00
kontrol 1,25 g/l 2,50 g/l 3,75 g/l 5,00 g/l

Gambar 3. Histogram klorofil Tanaman Kedelai edamame penyemprotan abu tandan


kosong kelapa sawit nano Berbagai Konsentrasi
Grafik histogram menunjukkan kandungan klorofil a, klorofil b dan klorofil total tanaman
kedelai edamame. Faktor utama pembentuk klorofil adalah nitrogen (N). Unsur N merupakan
unsur hara makro. Unsur ini diperlukan oleh tanaman dalam jumlah banyak dan sudah
terpenuhi didalam tanah dan diserap oleh akar. Unsur N , salah satunya sebagai penyusun
klorofil. Selain itu kadar klorofil daun pada berbagai konsentrasi penyemprotan relative sedikit
berbeda dikarenakan aktivitas metabolisme pada daun berbeda-beda. Daun dengan
penyemprotan dengan dosis nano abu tandan kosong kelapa sawit dengan konsentrasi yang
lebih tinggi relative memiliki kloroplas yang aktif membelah khususnya apabila organ yang

24
mengandung kloroplas tertimpa cahaya, sehingga tiap sel daun dewasa sering mengandung
beberapa ratus kloroplas (Salisbury & Ross, 1995) dan menyebabkan kadar klorofil
penyemprotan abu tandan kosong kelapa sawit dengan semua konsentrasi penyemprotan
memiliki hasil yang tidak berbeda signifikan. .

Kerapatan Stomata

Jumlah dan ukuran stomata dipengaruhi oleh genotip dan lingkungan. Sel-sel penutup yang
mengelilingi stomata mengendalikan pembukaan dan penutupan stomata. Penutupan stomata
penting untuk mencegah kehilangan air pada waktu persediaan air terbatas sekaligus
membatasi pengambilan CO2 untuk fotosintesis. Hasil sidik ragam jumlah stomata menunjukkan
bahwa tidak ada beda nyata antar perlakuan Hasil analisis Jumlah Stomata dapat dilihat pada
tabel 4.

Tabel 4. rerata kandungan Stomata (stomata/mm2)

Perlakuan Stomata (stomata/mm2)

kontrol 25.00 a

konsentrasi 1,25 g/l 24.67 a

konsentrasi 2,50 g/l 26.33 a

Konsentrasi 3,50 g/l 25.33 a

Konsentrasi 5,00 g/l 31.67 a

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata
berdasarkan uji DMRT pada taraf kesalahan 5%

Tabel 4. Menunjukkan bahwa konsentrasi penyemprotan abu tandan kosong kelapa sawit
nano memberikan pengaruh yang sama terhadap jumlah stomata daun kedele edamame. Hal
ini menunjukkan bahwa beberapa konsentrasi tidak memberikan pengaruh yang nyata
terhadap jumlah stomata daun tanaman kedele edamame, ini artinya penyemprotan foliar tidak
mempengaruhi jumlah stomata, hal ini sejalan dengan Salisbury dan Ross (1995) menyatakan
ada beberapa faktor yang mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata diantaranya
adalah Faktor eksternal, Intensitas cahaya matahari, konsentrasi CO 2 dan asam absisat
(ABA).

Tidak beda nyata yang terjadi pada jumlah stomata diduga bahwa akumulasi ion kalium
(K) yang diberikan oleh aplikasi secara foliar dengan berbagai konsentrasi nano abu tandang
kosong kelapa sawit mengakibatkan stomata membuka, akan tetapi karena adanya kekhasan
sel penutup dalam hal serat halus selulosa pada dinding selnya. Sifat serat selulosa ini
relatif tidak elastis, sehingga sel penutup daun kedelai edamame tidak memanjang melainkan
melebar. Dengan demikian saat membuka panjang stomata relatif tetap. Kedelai Edamame
mempunyai tipe stomata dengan sel penutup berbentuk ginjal. Dinding punggung tipis ,

25
tetapi dinding perutnya lebih tebal, dinding atas dan bawah mengelami penebalan kutikula.
Umumnya sel penutup stomata mengandung kloroplas dan berklorofil, sehingga dapat
melaksanakan fotosintesis. Hasil fotosintesis yang berupa glukosa atau amilum. Saat pagi hari
masih ada kedapatan Amilum di dalam sel-sel penutup stomata.

Adanya pengaruh sinar matahari membangkitkan klorofil-klorofil dalam kloroplas sel-sel


palisade parenkim dan spon untuk mengadakan fotosintesis. Dengan adanya fotosintesis ini
maka kadar CO2 di dalam sel-sel tersebut menurun, ini disebabkan karanasebagian dari
CO2 mengalami reduksi menjadi CH2O. Karena peristiwa reduksi inilah, maka
berkuranglah ion-ion H, sehingga pH lingkungan itu bertambah, jadi lingkungan itu
menuju ke basa. Kenaikan ini sangat baik bagi kegiatan enzimposporilase guna
mengubah amilum yang ada didalam sel –sel penutup pemnaji glukosa 1- pospat.Dengan
terbentuknya glukosa ini maka naiklah nilai osmose isi sel-sel penutup stomata
yangkemudian menyebabkan masuknya air dari sel-sel tetangganya. Tambahan volume ini
menimbulkan turgor, sehingga mengembanglah dinding-dinding sel penutup di bagian yang
tipis dan membukalah stomata (Dwijoseputro, l989).

Jumlah stomata pada pada tabel 4 tanaman kedelai edamame berbagai konsentrasi
penyemprotan tidak memiliki perbedaan jumlah yang signifikan, semua perlakuan relatif
memiliki jumlah yang sama antara 24 stomata/mm2 sampai dengan 31 stomata/mm2, hal ini
menunjukan bahwa jumlah stomata tidak dipengaruhi oleh konsentrasi penyemprotan.
Kepadatan stomata dapat ditunjukkan dengan kondisi perubahan konsentrasi karbondioksida.
Karbondioksida dan intensitas cahaya merupakan adalah satu-satunya faktor yang diketahui
dapat digunakan untuk mengendalikan perkembangan stomata dari sel epidermis. Efek dari
karbondioksida, pada pertumbuhan daun dapat diketahui dengan mengukur indeks stomata (IS),
yang menggambarkan rasio antara banyaknya stomata dengan jumlas sel pada permukaan daun
(Johnson et.al., 2002).

Semakin banyak stomata per satuan luas berarti lebih banyak CO2 dapat diambil, dan
lebih banyak air dapat dilepaskan. Dengan demikian, lebih tinggi kepadatan stomata dapat
sangat memperkuat potensi untuk kontrol perilaku atas tingkat kehilangan kalium dan
serapan CO2. Umumnya, tanaman fotosintesis apparatusnya hanya dirancang untuk
berfungsi dengan baik pada rentang agak sempit terhadap suhu. Ketika dipanaskan, sitokrom,
pigmen, dan membran penting untuk fosforilasi dan fiksasi karbon cepat denaturasi
(yakni, mereka memasak). Untuk menghindari hal ini, tanaman dapat membuka
stomata dan menguap untuk menurunkan suhu daun. (Grant dan Vatnick, 2004) Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa penyemprotan Nano abu tandan kosong kelapa sawit
dengan konsentrasi tertinggi akan menambah hara yang lebih tinggi sehingga suplai hara
tanaman kedelai edamame akan tetap terjaga pada sel sel epidermis stomata kedelai edamame.

Aplikasi nano abu tandan kosong kelapa sawit secara foliar dapat menyebabkan terjadinya
perubahan terhadap serapan unsur yang terima oleh tanaman, sehingga akan sangat
berpengaruh dalam berbagai aktifitas tanaman,sebagaimana diketaui bahwa jumlah stomata
yang relatif lebih banyak yaitu pada penyemprotan dengan konsentrasi tertinggi. Haryanti
(2010: 45) menyatakan bahwa Secara fisiologis serapan unsur mempunyai pengaruh

26
langsung untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman kedelai edamame akibat respon
metabolik yang berlangsung. Hal inilah yang menyebabkan perkembangan dan pola induksi
stomata.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian nano abu tandan kosong kelapa sawit tidak berpengaruh terhadap morfologi daun
jumlah stomata dan kandungan klorofil tetapi terdapat pengaruh pada Hasil Tanaman Kedelai
Edamame pada jumlah polong.

Konsentrasi nano abu tandan kosong kelapa sawit mampu meningkatkan luas daun pada minggu
ke-5 dan jumlah polong tanaman edamame.

Saran

Bagi mahasiswa yang ingin melakukan penelitian dengan tema penelitian ini disarankan untuk
menggunakan rancangan acak lengkap dengan tempat yang berbeda

Apabila ingin melakukan penelitian dengan tema penelitian ini disarankan untuk melakukan
pengujian pada dosis yang lebih tinggi atau lebih rendah.

27
DAFTAR PUSTAKA

Adie,M.M.,H.Soewanto,N.Saleh,T.Agus,J.S.Wahono,danG.W. Anggoro.2008.K-27 dan K-25:


Galur harapan kedelai berkadar lemak tinggi dan sesuai untuk tahu dan tempe.Dalam
A.Harsono, A. Taufiq, A.A.Rahmianna, Suharsono,M.M. Adie,F. Rozi,A.Wijanarko,
danR.Soehendi (Ed.).Inovasi Teknologi Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Mendukung
Kemandirian Pangan dan KecukupanEnergi. PusatPenelitian dan Pengembangan
TanamanPangan.Bogo

Adinugroho, W.C., dan S. Utami. 2009. Mekanisme Terganggunya Proses Fotosintesis Pada
Berbagai Kondisi Vegetasi Pasca Kebakaran Hutan. Mitra Hutan Tanaman, 4(3) : 101-110

Adisarwanto. 2005.“Kedelai”.Jakarta: Penebar Swadaya

Aldi Y, Mahyudin, Handayani D (2013). Uji aktivitas beberapa subfraksi etil asetat dari
herba meniran (Phyllanthus niruri Linn.) terhadap reaksi hipersensitivitas kutan aktif.
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, 18(1): 9-16.

Alfurkon S. 2014. Kedelai Jember Tembus Pasar Internasional. http://setkab.go.id/kedelai-


jember-tembus-pasar-internasional/. Diakses 3 oktober 2020.

Andrianto, T.T. dan N. Indarto, 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai, Kacang
Hijau, Kacang Panjang, Absolut, Yogyakarta

Andrianto, T.T. dan N. Indarto, 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai, Kacang
Hijau, Kacang Panjang, Absolut, Yogyakarta 92 hal.

Anisa Fajri. 2015.respon tanaman kedelai sayur Edamameterhadap perbedaan jenis pupuk dan
ukuran jarak tanam program studi. http journal.trunojoyo.ac.id/agrovigor/article/view/987. 72
hal. Diakses 3 oktober 2020.

28
Bahri,S. 2010. Klorofil.Diktat Kuliah Kapita Selekta Kimia Organik. Universitas Lampung.
Thorpe,N. O. 1984.Cell Biology.John Wiley and Sons. New York

BP3S. 2014. Budidaya Edamame. http://cybex.pertanian.go.id/materilok alita/cetak/9125.


Diakses 13 oktober 2020.

Departemen Pertanian. 1989. Upaya Peningkatan Produksi Kedelai. Medan : Balai Informasi
Pertanian Sumatra Utara.http://bbsdlp.litbang.pertanian.go.id/phocadownload/JSDL
%20VOL.7%20NO.2.pdf. Diakses 3 januari 2017.

Disarwanto T. 2005. Kedelai. Jakarta : Penebar SwadayaHal 18-23.

Dwidjoseputro, D. 1984. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Penerbit PT. Gramedia. Jakarta. Pp.
66-106.

Dwidjoseputro,D. 1994.Pigmen Klorofil. Erlangga.Jakarta.

Fachruddin L. 2000. Budidaya Kacang-Kacangan. Yogyakarta : Kanisius.116 hal.Fahn, H.


1995. Anatomi Tumbuhan, 237-248, UGM, Yogyakarta

Fiadini. 2011. Respon Fisiologis Tanaman Terhadap Peningkatan CO2. http://www.bbpp-


lembang.info/index.php/arsip/artikel/artikel-pertanian/554-respon-fisiologis-tanaman-terhadap-
peningkatan-CO2. Diakses Diakses 13 oktober 2020.

Franklin p. Gardner. 1985. Fisiologi tanaman budidaya ( Terjemaah Susilo H. Subiyanto)


penerbit UI Press. 428 hal.

Gardner. F. P. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta: PT. Gramedia. Hal 111-113Hossain,
M.A., M.A.R. Sarkar and S.K. Paul.2011.

29
Growth Analysis of Late Transplant Aman Rice (cv. BR23) Raised from Tiller Seedlings.
Libyan Agric. Res. Center Journal Int. 2 (6): 265-273.

Hanibal. Sarman danGusniwati. 2001.Pemanfaatan Abu Janjang Kelapa SawitpadaLahan


Kering dan Pengaruhnya Terhadap Pembentukan NodulaAkarPertumbuhan dan Hasil
Tanaman Kedelai (Glaycine max).Skipsi.Fakultas Pertanian Universitas Jambi.

Haryanti, S. 2010. Jumlah dan distribusi stomata pada daun beberapa spesies
Tanaman Dikotil dan Monokotil. Jurnal Buletin Anatomi dan Fisiologi. 18(2):182-188

Hermawati, dkk. 2015. “Pengaruh Konsentrasi Asam Sitrat Terhadap Karakteristik


Ekstrak Antosianin Daun Jati Serta Uji Stabilitasnya Dalam Es Krim”. Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Biologi.Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Malang.

Husna 2020 Efektivitas Penyemprotan Partikel Nano Abu Tulang Sapi Dan Abu Tandan
Kosong Kelapa Sawit Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Padi Pandan Wangi Cianjur,
Univesitas Muhammadiyah Yogyakarta

Irwan W. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai. Jatinangor : Universitas Padjadjaran.hal19-26

Irwan, W.A. 2006. Budidaya tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merill). Universitas
Padjajaran, Jatinangor

junaidi. 2015. keknis Budidaya Kacang Edamame.


http://www.bbpp-lembang.info/index.php/teknis-budidaya-iut/895-budidaya-kacang-Edamame.
Diakses Diakses 13 oktober 2020

Kimball, John W., Biologi, Jilid 1, terj. Siti Soetarmi dan Nawangsari Sugiri,Bandung;
Erlangga, 1983, Cet. 5

30
Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada

Lingga P dan Marsono, (2008). Petunjuk Penggunaan pupuk. Bandung: Penebar Swadaya.

Muthalib, A.2009. Klorofil dan Penyebaran di perairan.http://wwwabdulmuthalib.


co.cc/2009/06/. Diakses pada tanggal 14 Oktober 2020.

Nurman, A.H. 2013.Perbedaan Kualitas dan Pertumbuhan BenihEdamame Varietas


Ryokoyang Diproduksi diKetinggian Tempatyang Berbeda di Lampung. Jurnal Penelitian
Pertanian Terapan. 13(1): 8-12.

Ridiah,2010.Edamame 1 (Serak-Serak Skripsi Bagian Pertama). [Online]


Availableat:http://ridiah.wordpres.com/category/kampoeng-tani /[Diakses 27 November 2020]

Rukmana, S.K dan Y. Yuniarsih. 1996. Kedelai, Budidaya Pasca Panen.Penerbit Kanisius.
Yogyakarta

Salisbury, F.R. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid III, Institut Teknologi
Bandung, Bandung.Hal 27.

Walkins,M.B. 1963. Physiology of Plant Growth. Jakarta : Erlangga

Walter A, W.K. Silk, and U. Schur. 2002. Effect of soil pH on Growth and Cation Deposition in
the Root Tip of Zea mays L. Plant growth Regul 19 (1) : 65 – 76

Yoo, C.Y., H.E. Pence, J.B. Jin, K. Miura, M.J. Gosney, P.M. Hasegawa, and M.V. and
Mickelbart. 2010. The Arabidopsis GTL 1 Transcription Factor Regulates Water Use Efficiency
and Drought Tolerance by Modulating Stomata Density Via Transrepression of SDD1. Plant
Cell, 22 : 4128-4141

31
LAMPIRAN

Lampiran 1. Layout Penelitian


Susunan blok dan petakan di Lapangan (Sawah)

Arah kesuburan
Blok 1

Blok 2

Blok 3

A.1 D.3 C.3 E2 B.3

D.1 E1 A.2 C.1 B.1

B.2 C.2 D.2 E3 A.3

Keterangan:

A = (kontrol)

B = konsentrasi 0,125 %

C = konsentrasi 0,250 %

D =Konsentrasi 0,750 %

E = Konsentrasi 0,500 %

Petak pengamatan

U
32
S3
S2 S1

Keteranagan:

S = Tanaman Sampel

33
Lampiran 2 Kebutuhan Pupuk

Kebutuhan pupuk menurut Hemphill and Milles (1999), N 134,5 kg/h tidak diinokulasi
rhizobium, sedangkan P dan K menurut Mansour and Hemphill berdasarkan analisis tanah.

Kebutuhan pupuk per hektar

Hasil analisis tanah kandungan P= 0,37 ppm, menurut Hemphill and Milles (1999), dosis yang
diberikan 134,5 kg/h.

100 kg
SP-36 = ×134 ,5=373 , 6
36 h

100 kg
KCL = ×134 ,5=224 , 2
60 h

Jumlah tanaman (1 ha) = 10.0000 m2 : 60 cm x 10 cm

= 10.0000 m2 : 0,6 x 0,1 m

= 10.0000 m2 : 0,06 m2

= 166.666 tanaman

292,200
Kebutuhan N per tanaman = =¿1,75 g/tanaman
166,666

373,600
Kebutuhan SP-36 per tanaman = =¿2,24 g/tanaman
166,666

224,200
Kebutuhan KCl per tanaman = =¿1,34 g/tanaman
166,666

34
Lampiran 3. Hasil Analsisi Ragam dengan alpha 5%
Klorofil A

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 6 0.03375333 0.00562556 0.09 0.9960

kelompok 2 0.00002440 0.00001220 0.00 0.9998ns

perlakuan 4 0.03372893 0.00843223 0.13 0.9669ns

Error 8 0.51741027 0.06467628

Corrected Total 14 0.55116360

R-Square Coeff Var Root MSE hasil Mean

0.061240 26.81754 0.254315 0.447600

Klorofil B

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 6 0.50935093 0.08489182 0.27 0.9342

kelompok 2 0.02901453 0.01450727 0.05 0.9546ns

perlakuan 4 0.48033640 0.12008410 0.39 0.8125ns

Error 8 2.48305480 0.31038185

Corrected Total 14 2.99240573

R-Square Coeff Var Root MSE hasil Mean

0.170215 21.96362 0.557119 1.072133

Total Klorofil

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

35
kelompok 2 0.03391093 0.01695547 0.03 0.9753

perlakuan 4 0.75204493 0.18801123 0.28 0.8844ns

Model 6 0.78595587 0.13099264 0.19 0.9698ns

Error 8 5.41584907 0.67698113

Corrected Total 14 6.20180493

R-Square Coeff Var Root MSE hasil Mean

0.126730 24.35493 0.822789 1.513733

Tinggi Tanaman

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 6 162.5333333 27.0888889 1.29 0.3590

kelompok 2 94.80000000 47.40000000 2.26 0.1668ns

perlakuan 4 67.73333333 16.93333333 0.81 0.5541ns

Error 8 167.8666667 20.9833333

Corrected Total 14 330.4000000

R-Square Coeff Var Root MSE hasil Mean

0.491929 8.451581 4.580757 54.20000

Luas Daun

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

36
Model 6 1298122.267 216353.711 1.43 0.3107

kelompok 2 17330.533 8665.267 0.06 0.9446ns

perlakuan 4 1280791.733 320197.933 2.12 0.0169 s

Error 8 1207963.467 150995.433

Corrected Total 14 2506085.733

R-Square Coeff Var Root MSE hasil Mean

0.517988 30.78024 388.5813 952.8667

Jumlah daun

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 6 1874.133333 312.355556 1.00 0.4828

Kelompok 2 50.533333 25.266667 0.08 0.9227ns

perlakuan 4 1823.600000 455.900000 1.47 0.2983ns

Error 8 2486.800000 310.850000

Corrected Total 14 4360.933333

R-Square Coeff Var Root MSE hasil Mean

0.429755 31.07686 17.63094 56.73333

Jumlah Polong

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 6 616.0000000 102.6666667 5.02 0.0202

kelompok 2 14.9333333 7.4666667 0.36 0.7053ns

perlakuan 4 601.0666667 150.2666667 7.34 0.0087s

Error 8 163.7333333 20.4666667

37
Corrected Total 14 779.7333333

R-Square Coeff Var Root MSE hasil Mean

0.790014 16.08060 4.524010 28.13333

Stomata

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 6 451.3333333 75.2222222 1.32 0.3489

kelompok 2 350.4000000 175.2000000 3.07 0.1024ns

perlakuan 4 100.9333333 25.2333333 0.44 0.7754ns

Error 8 456.2666667 57.0333333

Corrected Total 14 907.6000000

R-Square Coeff Var Root MSE hasil Mean

0.497282 28.39113 7.552042 26.60000

Keterangan ns= tidak berpengaruh signifikan


S = berpengraruh signifikan

Lampiran 4. Dokumentasi penelitian

38
Gambar . Pertumbuhan tanaman kedelai edamame umur 5 minggu setelah tanaman

Gambar . persiapan perlakuan mengkaji kandungan klorofil

39
Gambar persiapan menghitung jumlah kerapatan stomata

gambar jumlah stomata

Kontrol konsentrasi 1,25 g/l Konsentrasi 2,50 g/l

Konsentrasi 3,75 g/l Konsentrasi 5,00 g/l

40

Anda mungkin juga menyukai