Anda di halaman 1dari 21

EFEKTIVITAS PEMBERIAN EKSTRAK DAUN MIMBA

(AZADIRACHTA INDICA) PADA TANAMAN BAWANG MERAH


(ALLIUM CEPA) TERHADAP PENURUNAN SERANGAN ULAT
DAUN BAWANG (SPODOPTERA EXIGUA)

USULAN PENELITIAN SKRIPSI


(KARIL I)

Oleh :
AMIRUL UMAM
NPM. 19025010094

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
SURABAYA
2022
Judul Karil : EFEKTIVITAS PEMBERIAN EKSTRAK DAUN
MIMBA (AZADIRACHTA INDICA) PADA TANAMAN
BAWANG MERAH (ALLIUM CEPA) TERHADAP
PENURUNAN SERANGAN ULAT DAUN BAWANG
(SPODOPTERA EXIGUA)
Nama Mahasiswa : AMIRUL UMAM
NPM 19025010094
Jurusan : AGROTEKNOLOGI

Menyetujui:
Dosen Pengampu Mata Kuliah

Dr.Ir. Tri Murjoko. MP


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya serta tidak lupa juga sholawat serta salam kita curahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, yang kita nanti-nantikan syafaatnya di dunia dan
juga di akhirat nanti. Atas kehendak, hidayah serta inayah Allah SWT, penulis
dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini dengan judul “Efektivitas
Pemberian Ekstrak Daun Mimba (Azadirachta Indica) pada Tanaman Bawang
Merah (Allium Cepa) terhadap Penurunan Serangan Ulat Daun Bawang
(Spodoptera Exigua)”.
Usulan Penelitian ini diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan mata
kuliah Skripsi Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Tidak dapat disangkal bahwa
butuh usaha yang keras dalam penyelesaian pengerjaan skripsi ini. Proses
penyusunan usulan penelitian tidak lepas dari doa, bantuan, kerja sama,
bimbingan, motivasi, dan sumbangan pikiran dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini dengan kerendahan hati dan rasa hormat penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayahnya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah kerja profesi dan
pengerjaan usulan penelitian dengan baik.
2. Ibu Dr. Ir. Bakti Wisnu Widjajani, MP, selaku Ketua Program Studi
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur
3. Dr. Ir. Tri Mudjoko, MP, selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan ilmunya.
4. Bapak dan Ibu dosen serta karyawan program studi agroteknologi yang
telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis sehingga
mempermudah penulis dalam pelaksanaan dan penyusunan usulan
penelitian.
5. Bapak dan Ibu petani yang telah bekerjasama selama pengamatan pada
lahan yang mereka miliki sehingga data yang dibutuhkan dapat
diperoleh dengan mudah.
6. Kedua orangtua dan seluruh keluarga yang telah memberikan
dukungan moril dan materil, doa, serta kasih sayang yang tiada pernah
putus. Semoga usulan penelitian ini bisa menjadi persembahan yang
terbaik.
7. Teman seperjuangan Angkatan 2019 yang telah bersama-sama
berjuang serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu,
terima kasih atas bantuannya.
Kepada mereka semua penulis hanya dapat mengucapkan terima kasih dan
mendoakan semoga mereka dibalas dengan kebaikan oleh Allah SWT. Penulis
berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan,
pembaca, dan masyarakat luas.

Surabaya, 29 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................1
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................................2
KATA PENGANTAR......................................................................................................3
DAFTAR ISI.....................................................................................................................5
I. PENDAHULUAN.....................................................................................................6
1.1. Latar Belakang.................................................................................................6
1.2. Tujuan...............................................................................................................7
II. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................8
2.1. Klasifikasi Tanaman Bawang Merah (Allium cepa)......................................8
2.2. Morfologi Tanaman Bawang Merah (Allium cepa).......................................9
2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Bawang Merah (Allium cepa)............................10
2.4. Taksonomi Ulat Daun (Spodoptera exigua)..................................................11
2.5. Anatomi & Morfologi Ulat Daun (Spodoptera exigua).................................11
2.6. Siklus Hidup Ulat Daun (Spodoptera exigua)...............................................12
2.7. Klasifikasi Tanaman Mimba (Azadirachta indica).......................................13
2.8. Morfologi Tanaman Mimba (Azadirachta indica)........................................13
2.9. Manfaat Kandungan Tanaman Mimba (Azadirachta indica)......................15
2.10. Mekanisme Kerja Ekstrak Daun Mimba (Azadirachta indica)...............15
2.11. Hipotesis......................................................................................................16
III. BAHAN DAN METODE...................................................................................17
3.1. Waktu dan Tempat........................................................................................17
3.2. Alat dan Bahan...............................................................................................17
3.3. Metode.............................................................................................................17
3.4. Pelaksanaan Percobaan.................................................................................17
3.5. Analisis Data...................................................................................................21
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bawang merah memiliki nilai ekonomis yang tinggi konsumsi masyarakat
dan salah satu komoditas hortikultura yang menjadi sumber pendapatan petani.
Hasil data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bawang merah di Kabupaten
Brebes dari tahun 2013-2017 mengalami penurunan mencapai 28,4%. Produksi
bawang merah tahun 2013 sebesar 3.047.570 Ton seluas 24.910 Ha, sedangkan
tahun 2017 sebesar 2.725.988 Ton seluas 29.017 Ha. Penurunan produksi bawang
merah diakibatkan oleh faktor cuaca yang tidak mendukung sehingga mampu
mengundang berbagai serangan dari hama. Salah satu jenis bawang merah yang
dibudidaya yaitu bawang merah varietas Bima Brebes (BPS, 2018).
Ulat daun (Spodoptera exigua) merupakan salah satu jenis hama yang
menyerang tanaman bawang merah baik musim hujan maupun musim kemarau.
Ulat daun menyerang dengan kemampuannya yang menyebar sangat cepat pada
tanaman bawang merah. Akibat memakan jaringan bagian dalam daun, gejala ulat
daun dimanifestasikan dengan bercak transparan pada daun (Gao et al., 2018).
Menurut Karsim (2020) berdasarkan hasil wawancara terhadap petani, serangan
berat ulat daun mengakibatkan daun menguning, layu, menggulung dan
mengering serta gugur sebelum waktunya. Hal tersebut mengakibatkan kualitas
dan kuantitas hasil tanaman menurun karena banyaknya tanaman bawang merah
yang mati.
Petani umumnya mengatasi serangan hama menggunakan pestisida sintetik
karena sangat cepat mematikan hama, tetapi penggunaannya yang berlebihan dan
tidak sesuai prosedur mengakibatkan resistensi terhadap hama, bersifat toksik bagi
serangga non target, meninggalkan residu pada tanaman, dan merusak
keseimbangan lingkungan sehingga berbahaya bagi kesehatan manusia. Menurut
Sari et al., (2019) insektisida sintetik memiliki kandungan senyawa toksik lebih
tinggi dan mematikan serangga non target lebih cepat seperti semut.
Salah satu upaya mengurangi penggunaan pestisida sintetik dalam
pengendalian hama ulat daun yaitu dengan pemanfaatan pestisida nabati yang
terbuat dari tanaman. Pestisida nabati memiliki kemampuan untuk menghambat
pertumbuhan dan menurunkan reproduksi, bersifat selektif, mempunyai jangkauan
pengendalian sebagai racun lambung dan saraf, tidak meninggalkan residu dan
aman bagi lingkungan sekitar (Tuhuteru et al., 2019). Hal tersebut karena
mempunyai bahan aktif seperti terpenoid, fenolik, alkaloid dan bahan aktif lainnya
yang merupakan kelompok metabolit sekunder yang diimplementasikan pada
tanaman yang terinfeksi organisme pengganggu tanaman (OPT). Pestisida nabati
mempengaruhi sistem kerja pernafasan, saraf, hormone reproduksi, nafsu makan
dan tingkah laku, tetapi tidak mempengaruhi sistem fotosintesis maupun fisiologi
tanaman. Menurut hasil penelitian Ayeni et al., (2017) pestisida nabati mampu
bersaing dengan pestisida sintetik karena menunjukkan aktivitas antifeedant.
1.2. Tujuan
1. Mengetahui efektivitas pestisida nabati daun mimba dalam menekan
serangan ulat daun bawang (Spodoptera exigua).
2. Mengetahui konsentrasi pestisida nabati daun mimba yang baik dalam
menekan serangan ulat daun pada tanaman bawang merah (Spodoptera
exigua).
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Tanaman Bawang Merah (Allium cepa)


Bawang Merah (Allium cepa var. ascalonicum) merupakan sayuran umbi
yang cukup populer di kalangan masyarakat, selain nilai ekonomisnya yang tinggi,
bawang merah juga berfungsi sebagai penyedap rasa dan dapat juga digunakan
ebagai bahan obat tradisional atau bahan baku farmasi lainnya. Deskripsi dari
bawang merah(Allium cepa var. ascalonicum), habitus termasuk herba, tanaman
semusim, tinggi 40-60cm. Tidak berbatang, hanya mempunyai batang semu yang
merupakan kumpulan dari pelepah yang satu dengan yang lain. Berumbi lapis dan
berwarna merah keputih-putihan. Daun tunggal memeluk umbi lapis, berlobang,
bentu lurus, ujung runcing. Bunga majemuk, bentuk bongkol, bertangkai silindris,
panjang ± 40 cm, berwarna hijau, benang sari enam, tangkai sari putih, benang
sari putih, kepala sari berwarna hijau, putikmenancap pada dasar mahkota,
mahkota berbentuk bulat telur, ujung runcing (Silalahi, 2007). Tanaman bawang
merah (Allium cepa var. ascalonicum) dapat ditanamddataran randah maupun di
dataran tinggi, yaitu pada ketinggian 0-1.000 mdpl. Secara umum tanah yang
dapat ditanami bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum) adalahtanah yang
bertekstur remah, sedang sampai liat, berdrainase baik, memiliki bahanorganik
yang cukup, dan pH-nya antara 5,6-6,5. Syarat lain,penyinaran matahari minimum
70 %, suhu udara harian 25-32oC, dan kelembaban nisbi sedang 50-70 %
(Silalahi, 2007). Menurut Rahayu dan Berlian (1999) dalam Dewi (2012). Bawang
Merah (Allium cepa var. ascalonicum) termasuk family Liliaceae dan sistimatika
klasifikasinya secara rinci sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spematophyta
Kelas : Monocotyledonal
Ordo : Liliaceae
Famili : Liliaceae
Genus :Allium
Spesies : Allium cepa var. ascalonicum
2.2. Morfologi Tanaman Bawang Merah (Allium cepa)
Struktur morfologi tanaman bawang merah (Allium cepa var.ascalonicum)
terdiri atas akar, batang, umbi, daun, bunga, dan biji. Tanaman bawang
merah(Allium cepa var. ascalonicum) termasuk tanaman semusim (annual),
berumbi lapis, berakar serabut, berdaun silindris seperti pipa, memiliki batang
sejati (diskus) yangberbentuk sperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat
melekatnya perakaran danmata tunas (titik tumbuh) ( Rukmana, 2007).
Secara morfologi akar tersusun atas rambut akar, batang akar, ujung akar,
dantudung akar. Sedangkan secara anatomi (struktur dalam) akar tersusun atas
epidermis, korteks, endodermis, dan silinder pusat. Ujung akar merupakan titik
tumbuh akar. Ujung akar terdiri atas jaringan meristem yang sel-selnya berdinding
tipis dan aktif membelah diri. Ujung akar dilindungi oleh tudung akar (kaliptra).
Tudung akar berfungsi melindungi akar terhadap kerusakan mekanis pada waktu
menembus tanah(Anonim4, 2008). Pada akar, terdapat rambut-rambut akar yang
merupakan perluasanpermukaan dari sel-sel epidermis akar. Adanya rambut-
rambut akar akan memperluas daerah penyerapan air dan mineral. Rambut-rambut
akar hanya tumbuh dekat ujungakar dan relatif pendek. Bila akar tumbuh
memanjang kedalam tanah maka pada ujung akar yang lebih muda akan terbentuk
rambutrambut akar yang baru, sedangkan rambut akar yang lebih tua akan hancur
dan mati. Akar merupakan organ pada tumbuhan yang berfungsi sebagai alat
untuk menyerap air dangaram mineral dari dalam tanah, dan untuk menunjang dan
memperkokoh berdirinya tumbuhan di tempat hidupnya (Anonim4, 2008).
Secara morfologi, pada umumnya daun memiliki bagian-bagian helaian
daun(lamina), dan tangkai daun (petiolus). Daun pada bawang merah (Alliumcepa
var. ascalonicum) hanya mempunyai satu permukaan, berbentuk bulat kecil
danmemanjang dan berlubang seperti pipa. Bagian ujung daunya meruncing dan
bagianbawahnya melebar seperti kelopak dan membengkak (Anonim4, 2008).
Pada bawangmerah (Allium cepa var. ascalonicum), ada juga yang daunya
membentuk setengahlingkaran pada penampang melintang daunya. warna daunya
hujau muda. Kelopak- kelopak daun sebelah luar melingkar dan menutup daun
yang ada didalamnya (Anonim4, 2008).
Bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum) dapat membentuk bunga
yangkeluar dari dasar cakram dengan bagian ujungnya membentuk kepala yang
meruncingsperti tombak dan terbungkus oleh lapisan daun (seludang).
Pertumbuhan bunga bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum) dimulai dari
keluarnya tangkai bunga dari cakram melalui ujung umbi seperti pemunculan
daun biasa, tetapi lebih ramping, berbentuk bulat panjang dan kuat, serta pada
ujungnya terdapat benjolan runcingseperti mata tombak. Seludang ini kemudian
akan membuka sehingga tampakkuncup-kuncup bunga beserta tangkainya
(Anonim4, 2008). Bunga bawang merah(Allium cepa var. ascalonicum)
merupakan bunga majemuk berbentuk tandan. Setiaptandan mengandung 50-200
kuntum bunga. Bunga bawang merah (Alliumcepa var. ascalonicum) termasuk
bunga sempurna yang setiap bunga terdapat benang sari dankepala putik.
Biasanya terdiri atas 5-6 benang sari dan sebuah putik dengan daunbunga
berwarna hijau bergsris keputihputihan atau putih, serta bakal buah dudukdiatas
membentuk suatau bangun seperti kubah (Anonim4, 2008). Bakal buahterbentuk
dari tiga daun buah yang disebut carpel, membentuk tiga buah ruang dansetiap
ruang mengandung 2 bakal biji (ovulum). Benang sari tersusun dalamdua
lingkaran, 3 benang sari pada lingkaran dalam, dan benag sari yang lainya pada
lingakaran luar. Tepung sari dari benang sari pada lingkaran dalam biasanya lebih
cepat matang dibandingkan dengan teapung sari pada lingkaranluar. Penyerbukan
antarbunga dalam satu tandan, maupun penyerbukan antarbunga dengan tandan
yang berbeda berlangsung dengan perantaraan lebah atau lalat hijau(Anonim4,
2008).
Menurut Rukmana (1995) dalam Dewi ( 2012), buah bawang merah
(Alliumcepa var. ascalonicum) berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul
membungkus biji berjumlah 2-3 butir. Bentuk biji pipih, sewaktu masih muda
berwarna bening atau putih, tetapi setalah tua menjadi hitam. Biji-biji berwarna
merah dapat dipergunakansebagai bahan perbanyakan tanaman.
2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Bawang Merah (Allium cepa)
Fase pembentukan umbi bawang merah terjadi umur 36-50 hari setelah
tanam (HST) dan pertumbuhan bawang merah akan menjadi optimal mulai umur
35-55 HST. Curah hujan yang tinggi meningkatkan serangan hama, penyakit dan
jamur penyebab pembusukan. Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan erosi
dan hilangnya unsur hara dalam tanah. Musim kemarau menyebabkan kekeringan
sehingga tanaman kekurangan air untuk tumbuh. Varietas bawang merah yang
tahan terhadap kondisi lembab adalah Sembrani, Maja, Pancasona, dan Trisula
(Sari et al, 2017).
Pembuatan gundukan berfungsi untuk mengurangi terjadinya genangan air
di lokasi penanaman, memperbesar pori-pori tanah, memudahkan perakaran
meresap ke dalam tanah sehingga pergerakan air dan udara menjadi lancar.
Penggunaan naungan berfungsi untuk menjaga suhu dan kelembaban tanah,
mengurangi erosivitas curah hujan, mengurangi terjadinya pencucian hara dan
mencegah terjadinya penyakit yang ditularkan melalui tanah. Beberapa penyakit
(Tabel 2.1) tanaman bawang merah. Varietas bawang merah yang tahan
kekeringan adalah Bima Curut, Sembrai, Maja dan Katumi. Penanaman musim
hujan dengan cara ditampung di parit drainase di tengah lahan/sumur tadah hujan
(Rahayu et al., 2018).
2.4. Taksonomi Ulat Daun (Spodoptera exigua)
Menurut ITIS (2010) mengenai taksonomi ulat daun (Spodoptera exigua)
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Lepidoptera
Family : Noctuidae
Genus : Spodoptera
Species : Spodoptera exigua
2.5. Anatomi & Morfologi Ulat Daun (Spodoptera exigua)
Ulat daun (Spodoptera exigua) merupakan hama yang menyerang tanaman
bawang mulai dari fase vegetatif sampai saat panen. Serangan ulat daun dapat
mengakibatkan kehilangan hasil berkisar 57%. Serangan berat ulat daun dapat
menyebabkan kehilangan hasil 100% karena semua daunnya termakan oleh larva.
Serangan hebat ulat daun biasanya terjadi pada musim kemarau yang berpotensi
menurunkan hasil panen produksi (Hasyim et al., 2017). Kemarau mengakibatkan
penurunan kualitas vigor dan fisiologis tanaman serta merupakan suhu optimum
perkembangan ulat daun (Febrianasari et al., 2014).
Ulat daun (Spodoptera exigua) memiliki tubuh bulat lonjong berwarna
hijau muda dengan garis berwarna kuning. Ulat daun (Spodoptera exigua) berasal
dari Asia Tenggara merupakan hama kosmopolitan dan sangat melimpah di
Amerika Utara dan Amerika Tengah, Afrika, Australia, Asia Selatan, dan Eropa.
Ulat daun merupakan hama polifag pada tanaman pertanian seperti tomat, paprika,
kacang- kacangan, ketimun, alfalfa, kapas, dan tanaman hias (Luna-Espino et al.,
2018).
2.6. Siklus Hidup Ulat Daun (Spodoptera exigua)
Siklus hidup ulat daun (Spodoptera exigua) yaitu metamorfosis sempurna
yang terdiri dari empat tahap antara lain, telur, lima larva instar, kepompong, dan
orang dewasa. Larva ulat daun memakan daun dan buah tanaman (Cui et al.,
2017). Ulat daun memiliki penyebaran yang luas, tumbuhan banyak inang,
kemampuan migrasi kuat, dan mampu mempertahankan diri pada suhu tinggi.
Larva ulat daun umumnya memiliki lima instar. Larva instar pertama memiliki
fototaksis positif, larva instar kedua memiliki fototaksis negatif lemah. Larva
instar ketiga dan keempat, dan larva instar kelima memiliki fototaksis negatif
yang kuat (Negara, 2005).
Larva ulat daun (Spodoptera exigua) instar pertama melukai tanaman
inang terutama dalam kelompok tetapi menyebar setelah larva instar ketiga. Larva
ulat daun memakan tanaman inang pada malam hari. Mulai instar keempat asupan
makan meningkat. Larva instar keempat dan kelima memenuhi 80-90% dari
asupan makan. Ngengat betina bisa bertelur 713±154 telur untuk 4,8±1,5 hari
karena pengaruh suhu dan tanaman inang. Laju reproduksi bersih, laju
pertumbuhan intrinsik, laju pertumbuhan terbatas, dan produksi telur meningkat
seiring dengan peningkatan suhu, tetapi menurun saat suhu lebih dari 30oC.
Kehidupan ulat daun memiliki pertumbuhan yang lebih baik pada suhu 27oC-
30oC (Marhaen et al., 2016). Perkembangan ulat daun dipengaruhi oleh inang
karena memiliki senyawa yang dapat mengurangi berat, sehinggga menghambat
perkembangan, mengurangi kesuburan dan kelangsungan hidup (Zhao et al.,
2018).
Kematian setiap individu ulat daun (Spodoptera exigua) diakibatkan
karena keragaman genetik. Setiap individu ulat daun menetralisir racun yang
termakan dan
kecepatan populasi memiliki cara yang berbeda-beda sehingga penyerapan yang
terjadi secara perlahan-lahan akan menyebabkan detoksifikasi yang berbeda.
Larva ulat daun yang terkontaminasi ditandai dengan menurunnya aktivitas
makan, kurang agresif, warna tubuh berubah menjadi hijau pucat, dan lama-lama
warnanya berubah menjadi hitam. Zat-zat kimia akan menimbulkan efek sistemik.
Kepekaan terhadap zat kimia toksik berkaitan dengan luas permukaan jaringan.
Lingkungan hidup ulat daun yang tidak mendukung dapat menghambat
pertumbuhan (Jannah et al., 2016).
2.7. Klasifikasi Tanaman Mimba (Azadirachta indica)
Pohon mimba hampir sama dengan pohon mindi (Melia azedarach),
terutama ketika masih berupa bibit. Tidak heran jika masyarakat sering
mengalami kesulitan untuk membedakan antara tanaman mimba dengan tanaman
mindi (Melia azedarach). Berdasarkan ilmu taksonomi tumbuhan, mimba berbeda
dengan mindi dari tingkat marga. Adapun klasifikasi mimba menurut Sukrasno
(2003) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Rutales
Familia : Meliaceae
Genus : Azadirachta
Spesies : Azadirachta indica A. juss
2.8. Morfologi Tanaman Mimba (Azadirachta indica)
Menurut Palupi (2016) pohon mimba dapat tumbuh hingga mencapai
ketinggian 30 meter dengan diameter batang mencapai 2 sampai 5 meter.
Sementara itu, diameter rimbunan daunnya (kanopi) mencapai 10 meter.
Batangnya tegak dan sistem perakaran berupa akar tunggang. Permukaan
batangnya berkayu, kasar dan memiliki kulit kayu yang tebal. Bagian tanaman ini
yang paling banyak dimanfaatkan masyarakat adalah bagian biji, batang dan daun.
Bagian biji mimba dapat dimanfaatkan sebagai pestisida alami yang ramah
lingkungan, bagian daun banyak dimanfaatkan untuk pengobatan, dan bagian
batangnya dapat dijadikan sebagai bahan bangunan karena merupakan jenis kayu
kelas satu. Rantingnya pun juga dapat dimanfaatkan, yaitu sebagai bahan tusuk
gigi (Sukrasno, 2003). Menurut Kardinan (2000) bunga mimba berwarna putih
dan tersusun di ranting secara aksilar, termasuk jenis bunga biseksual atau biasa
disebut berkelamin ganda, karena dalam satu bunga terdapat benang sari dan
putik. Benang sari berbentuk silindris dan berwarna putih agak kekuningan.
Putiknya berbentuk lonjong dengan warna cokelat muda. Tangkai bunga
berbentuk silindris dengan panjang sekitar 8-15cm. Kelopak bunga berwarna
hijau. Mahkota bunga bertekstur halus dan berwarna putih. Jumlah kelopak bunga
dan mahkota bunga masingmasing lima. Sukrasno (2003) menambahkan bahwa
bunga mimba memiliki aroma seperti madu sehingga sangat disukai oleh lebah.
Buah mimba berbentuk bulat lonjong seperti melinjo dengan ukuran
maksimal 2cm, buah yang matang berwarna kuning atau hijau kekuningan. Buah
mimba baru dapat dipanen setelah pohon berumur 3-5 tahun lamanya. Setelah
berumur 10 tahun dan mencapai umur produktif penuh tanaman ini akan
menghasilkan buah. Pada umur produktif tanaman mimba juga dapat
menghasilkan buah sebanyak 50kg setiap pohonnya (Rukmana, 2002). Daging
buah (pulpa) merupakan bagian terluar dari biji dan kulit biji mimba memiliki
tekstur agak keras. Perbandingan berat buah dan berat biji yang dihasilkan rata-
rata sebesar 50% : 50%. Berat satu biji mimba dapat mencapai 160mg dan akan
mencapai berat maksimal sebelum buahnya benar-benar matang. Melepaskan biji
dari buahnya dapat dilakukan dengan berbagai cara sederhana, yaitu dengan
menggosokkan buah pada pasir sampai pulpanya rusak. Selanjutnya biji
dipisahkan melalui proses pengayakan. Di dalam biji mimba banyak terkandung
minyak dan bahan aktif pestisida yaitu ada minyak mimba dan azadirakhtin yang
merupakan komponen aktif insektisida (Palupi, 2016).
Menurut Ambarwati (2011) daun mimba merupakan daun majemuk yang
tersusun saling berhadapan di tangkai daun, bentuknya lonjong dengan tepi yang
bergerigi, ujung daun lancip, sedangkan pangkal daun meruncing, susunan tulang
pada daun mimba menyirip dan lebar daun mimba sekitar 2cm dan panjang 5cm.
Bentuk daun mimba mempunyai kemiripan dengan daun mindi (Melia azedarach).
Namun, daun mindi mempunyai anak tangkai daun (petioles) dan letak daun
utamanya tersusun dengan simetris, sementara itu helaian daun mimba tidak
simetris dan sampai saat ini, setidaknya ada sembilan senyawa yang telah diisolasi
dan diidentifikasi dari daun mimba. Kesembilan senyawa tersebut adalah nimonol,
nimbolida, 28-deoksi nimbolida, asam linoleat, nimbotalin, melrasinol, dan 14-15-
epoksinimonol, 6-K-O-asetil-7-deasetil mimosinol (Akbar, 2010).
2.9. Manfaat Kandungan Tanaman Mimba (Azadirachta indica)
Menurut Biu, et all (2009) menyatakan bahwa daun mimba diketahui
mengandung senyawa golongan flavonoid, tannin, saponin, terpenoid, alkaloid,
asam lemak, steroid dan triterpenoid. Suirta (2007) menambahkan bahwa ekstrak
etanol dari biji mimba ini dilaporkan mengandung asam palmitat, asam stearat,
asam oleat, etil oleat, asam oktadekanoat, etil ester oktadekanoat dan ester dioktil
heksadioat. Daun mimba juga mengandung serat, β-sitosterol, terpenoid, tanin dan
flavonoid. Zat adiktif dalam flavonoid yang terkandung paling banyak pada daun
mimba adalah quercetin dan quercitrin.
2.10. Mekanisme Kerja Ekstrak Daun Mimba (Azadirachta indica)
Menurut Biu, et all (2009) menyatakan bahwa daun mimba diketahui
mengandung senyawa golongan flavonoid, tannin, saponin, terpenoid, alkaloid,
asam lemak, steroid dan triterpenoid. Suirta (2007) menambahkan bahwa ekstrak
etanol dari biji mimba ini dilaporkan mengandung asam palmitat, asam stearat,
asam oleat, etil oleat, asam oktadekanoat, etil ester oktadekanoat dan ester dioktil
heksadioat. Daun mimba juga mengandung serat, β-sitosterol, terpenoid, tanin dan
flavonoid. Zat adiktif dalam flavonoid yang terkandung paling banyak pada daun
mimba adalah quercetin dan quercitrin.
Susanti (2010) menjelaskan bahwa kadar zat aktif yang terkandung dalam
tanaman mimba yaitu sekitar 0,1-0,5% dengan rata-rata 0,25% dari berat kering
biji mimba. Ekstrak etanol biji mimba mempengaruhi aktivitas dari virus
kelompok Coxsackie B. Senyawa kandungan dari mimba yaitu azadirachtin,
salanin, meliantriol, nimbin dan nimbidin mempunyai mekanisme sebagai
pembunuh hama yaitu dengan menurunkan nafsu makan, mengganggu proses
metamorfose, menghambat pertumbuhan dan reproduksi sehingga hama mati
secara perlahan (Handayani, 2012).
2.11. Hipotesis
1. Perlakuan pemberian ekstrak daun mimba dapat menekan tingkat serangan
hama ulat daun (Spodoptera exigua)
2. Perlakuan dengan konsentrasi tertinggi pada perlakuan memberikan hasil
yang lebih tinggi atau baik dalam menekan serangan hama ulat daun
(Spodoptera exigua)
III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat


Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Pertanian
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur untuk pengeringan
daun mimba pada bulan - 2023. Pengambilan sampel ulat daun (Spodoptera
exigua) dilaksanakan di Desa Basoka, Kecamatan Rubaru, Kabupaten Sumenep
pada bulan
- 2023. Pengambilan sampel daun mimba di Desa Sendang, Kecamatan Pragaan,
Kabupaten Sumenep pada bulan - 2023. Perlakuan uji aktivitas daun mimba
dilaksanakan di Desa Basoka, Kecamatan Rubaru, Kabupaten Sumenep yang
berlangsung mulai bulan - sampai - 2023.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pisau, toples, blender, cup,
kulkas, kurungan (60 cm3), plastik, baskom, alumunium foil, oven (Memert),
blander (Miyako), saringan, neraca analitik (HWH) , gelas beaker 1000ml (AGC
IWAKI), gelas ukur 50mL (HERMA), batang pengaduk, sendok teh, pipet tetes,
corong, kulkas, altimeter (Compass), soil pH meter (WK), lux meter (Extech),
sprayer (500 mL), labu ukur 50 mL (Pyrex), pipet ukur 10 mL (Pyrex), kurungan
60 cm3, gunting, cawan petri, kamera, penggaris, dan alat tulis.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bawang merah varietas
Bima Brebes (15 siung), polybag (15 lembar), kompos (5 kg), tanah (10 kg), arang
sekam (5 kg), ulat daun Spodoptera exigua, daun bawang merah, kain kasa, karet
gelang, kacang koro pedang (500 g), asam benzoat (10 gr), yeast (160 g), agar
(100 g), daun mimba, akuades, detergen bubuk (rinso), tisu kering, kertas saring,
silica gel, madu, milimeter block, kertas label, dan larutan uji.
3.3. Metode
Metode percobaan dimulai dengan Langkah membudidayakan tanaman
bawang merah, budidaya ulat daun, pembuatan larutan ekstrak daun mimba, dan
uji aktivitas ekstrak daun mimba
3.4. Pelaksanaan Percobaan
3.4.1. Budidaya Bawang Merah
a. Pengambilan sampel varietas bawang merah
Siung bawang merah yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari
daerah Brebes dengan varietas Bima Brebes sebanyak 15 butir.
b. Persiapan media tanam
Media tanam yang digunakan antara lain: tanah, arang sekam dan
kompos dengan perbandingan 2:1:1. Media tanam dicampur hingga
merata dan dimasukkan dalam polybag dengan ukuran 20x20 cm
sebanyak 15 lembar.
c. Budidaya bawang merah
Siung bawang merah di tanam dalam polybag, setiap polybag diisi
satu siung. Polybag ditempatkan di lingkungan yang terbuka terkena sinar
matahari. Tanaman disiram dua kali sehari yaitu pada waktu pagi hari dan
sore hari.
3.4.2. Budidaya Ulat Daun (Spodoptera exigua)
a. Pembuatan pakan buatan
Sebanyak 500 g kacang koro pedang direndam dengan 900 mL air
selama 48 jam dan penggantian air dilakukan setiap 24 jam. Kacang koro
pedang dihaluskan dengan menggunakan blender. Kacang koro pedang
yang telah halus ditambahkan asam benzoat 10 g, yeast 160 g, asam
askorbat 20 g dan 100 g agar dengan 900 ml air. Pakan buatan direbus
sampai mendidih. Pakan buatan yang telah mendidih didiamkan hingga
sedikit dingin. Pakan buatan yang telah dingin dituangkan kedalam wadah
plastik dan ditutup. Pakan buatan dimasukkan ke dalam lemari pendingin
(Negara, 2005).
b. Pembuatan pakan alami
Daun bawang merah segar berumur 25 HST dipetik dan dicuci hingga
bersih dengan air mengalir. Daun bawang yang telah bersih
dikeringanginkan dan dipotong kecil-kecil sesuai ukuran wadah.
c. Budidaya ulat daun
Banyaknya sampel yang diambil setiap populasi yaitu 400 ulat.
Kelompok telur dan ulat dikumpulkan dari lapangan. Telur yang diambil
dari lapangan di tempatkan pada toples yang ditutup kain kasa sampai
menetas menjadi ulat dan dipindahkan ke wadah kecil. Ulat yang diambil
dari lapangan ditempatkan pada toples diameter 3,5 cm dan tinggi 3,5 cm
(Negara, 2005).
Kelompok telur dan ulat yang dibudidaya menggunakan pakan alami
daun bawang merah dipindahkan sesuai instar dengan jumlah 10-20 ekor
ulat dalam satu toples. Telur dan ulat yang telah dipindahkan sesuai instar
ditutup menggunakan tisu dan toples yang tengahnya dilubangi sebagai
ventilasi udara.
Larva dipelihara sampai menjadi pupa pada kurungan 60cm3 dapat
dilihat pada Gambar lampiran 1.2. Setelah larva menjadi pupa
dipindahkan ke dalam kotak yang beralaskan tisu. Imago yang keluar dari
pupa dipelihara secara masal dan diberi daun tanaman bawang merah
sebagai tempat peletakan telur. Imago diberi pakan madu yang diencerkan
dengan air dengan perbandingan 5:1. Larva yang menetas diberi pakan
alami, pakan alami diganti dua hari sekali (Cui et al, 2017).
3.4.3. Pembuatan Larutan Daun Mimba
a. Pengeringan daun mimba
Daun mimba dicuci menggunakan air mengalir. Daun mimba
dikeringkan menggunakan oven pada suhu ±40ᵒC selama tiga hari
(Modifikasi Luliana et al, 2016).
b. Penyerbukan daun mimba
Daun mimba yang telah kering diblender hingga menjadi serbuk.
Serbuk daun mimba disaring dengan alat saring dan timbang serta
dimasukkan ke dalam wadah. Serbuk daun mimba disimpan pada suhu
ruang dan ditambah silika gel di dalam wadah.
c. Pembuatan larutan ekstrak daun mimba
Serbuk daun mimba ditimbang sebanyak 50 g kemudian diekstrak
dengan satu liter akuades dengan metode maserasi diaduk hingga merata.
Ekstraksi daun mimba ditutup dengan plastik hitam yang direkat dengan
karet gelang dan ditaruh ditempat yang gelap. Ekstrak daun mimba
didiamkan selama 3x24 jam. Ekstrak daun mimba disaring menggunakan
kertas saring. Ekstrak daun mimba disimpan dalam lemari pendingin
untuk pengawetan.
d. Pengenceran ekstrak pada perlakuan
Hasil ekstrak daun mimba dalam berbagai konsentrasi pada perlakuan
pembuatan sebanyak 500 mL diperoleh dengan cara:
1) Optimasi rentang konsentrasi uji
a) Konsentrasi 0,4% = 40 mL ekstrak daun mimba + 460 mL akuades
+ 0,05 gr detergen bubuk
b) Konsentrasi 0,3% = 30 mL ekstrak daun mimba +470 mL akuades
+ 0,05 gr detergen bubuk
c) Konsentrasi 0,1% = 10 mL ekstrak daun mimba+ 490 mL akuades
+ 0,05 gr deteren bubuk
d) Konsentrasi 0,03% = 3 mL ekstrak daun mimba+ 497 mL akuades
+ 0,05 gr detergen bubuk
e) Konsentrasi 0,04% = 4 mL ekstrak daun mimba+ 496 mL akuades
+ 0,05 gr detergen bubuk
2) Konsentrasi larutan uji
a) Konsentrasi 0% (kontrol negatif) = 1000 mL akuades + 0,05 gr
detergen bubuk
b) Konsentrasi 0% (kontrol positif) = 1000 mL akuades + 3 mL
insektisida Provathon
c) Konsentrasi 0,01 % = 1 mL ekstrak daun mimba + 499 mL akuades
+ 0,05 gr detergen bubuk
d) Konsentrasi 0,03% = 3 mL ekstrak daun mimba + 497 mL akuades
+ 0,05 gr detergen bubuk
e) Konsentrasi 0,05% = 5 mL ekstrak daun mimba+ 495 mL akuades
+ 0,05 gr detergen bubuk
3.4.4. Uji Aktivitas Ekstrak Daun Mimba
Sebanyak 15 tanaman daun bawang merah yang sekelilingnya sudah
diberikan penutup. Sampel ulat daun (Spodoptera exigua) instar tiga
dibagi menjadi tiga kelompok pada ekstrak daun mimba (0,01%, 0,03%,
0,05%) dan satu kelompok kontrol positif serta satu kelompok kontrol
negatif sehingga total menjadi lima kelompok. Setiap perlakuan diuji
sebanyak sepuluh ulat daun sebanyak tiga kali ulangan sehingga 150 ulat
daun yang
dibutuhkan dalam pengujian. Pengujian pada seluruh tanaman bawang
berumur 28 HST pada bagian batang dan daunnya serta tubuh ulat daun.
Larutan dimasukkan ke dalam botol spray dan disemprot ke tanaman
setiap pagi pukul 07.00 dan sore pukul 16.00 WIB dengan volume sekali
semprot
50 mL/tanaman ekstrak daun mimba. Jarak penyemprotan dilakukan
kurang lebih 30 cm. Pengamatan kematian serangga dilakukan pada
waktu 24, 48 dan 72 jam.
3.5. Analisis Data
Data hasil pengujian dianalisis menggunakan program Analysis of
Variance (ANOVA) dengan program aplikasi SPSS versi 22 untuk mengetahui
pengaruh ekstrak daun mimba terhadap kematian ulat Spodoptera exigua. Uji
Tukey untuk melihat perbandingan seluruh perlakuan ekstrak daun mimba yang
paling efektif mematikan ulat daun. Analisis probit digunakan untuk mengetahui
dan menentukan lethal concentration 50 (LC₅₀) daya bunuh ekstrak daun mimba
berada diatas 50% dengan jumlah total sampel ulat daun (Spodoptera exigua).

Anda mungkin juga menyukai