Anda di halaman 1dari 32

PENGARUH PEMBERIAN BIOCHAR DAN PUPUK KANDANG

SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL


BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)

MAYA FITRIA DOLOK SARIBU


200310035

PROPOSAL PENELITIAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2023
PENGARUH PEMBERIAN BIOCHAR DAN PUPUK KANDANG
SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)

MAYA FITRIA DOLOK SARIBU


200310035

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada
Program Studi Agroekoteknologi

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Biochar Dan Pupuk Kandang Sapi


Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Bawang Merah (Allium
Ascalonicum L.)
Nama Mahasiswa : Maya Fitria Dolok Saribu
NIM : 200310035
Program Studi : Agroekoteknologi

Disetujui,
Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Dr. Ismadi, S.P., M.Si Dr.Nasruddin, S.P., M.Si


NIDN : 0001017024 NIDN : 0001017023

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian Ketua Jurusan


Budidaya Pertanian

Dr. Baidhawi, S.P., M.P Dr. Ismadi, S.P., M.Si


NIDN: 0021057802 NIDN : 0001017024

Tanggal Lulus : 1 Juni 2024


LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Biochar Dan Pupuk Kandang Sapi


Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Bawang Merah (Allium
Ascalonicum L.)
Nama Mahasiswa : Maya Fitria Dolok Saribu
NIM : 200310035
Program Studi : Agroekoteknologi

Disetujui,
Komisi Penguji

Ketua Sekretaris

Dr. Ismadi, S.P., M.Si Dr.Nasruddin, S.P., M.Si


NIDN : 0001017024 NIDN : 0001017023

Anggota Anggota

Usnawiyah, S.P., M.P Fadhliani, S.T., M.Si


NIDN: 0012117206 NIDN: 0017018804

Tanggal Lulus : 1 Juni 2024


KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala,


atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Pengaruh Pemberian Biochar Dan Pupuk Kandang Sapi
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.)”.
Selanjutnya, shalawat dan salam penulis sanjungkan kepada Rasulullah
Sallallahu’alaihi Wa Sallam beserta keluarga dan para sahabat Beliau. Karena
Beliaulah, kita menjadi manusia yang berakal, berilmu, berakhlak mulia dan
berkepribadian yang baik.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ismadi, S.P., M.Si selaku
dosen pembimbing I dan Bapak Dr. Nasruddin, S.P., M.Si selaku dosen
pembimbing II skripsi, serta Ibu Usnawiyah, S.P., M.P selaku dosen penguji I dan
Ibu Fadhliani, S.T., M.Si selaku dosen penguji II skripsi. Ucapan terima kasih
juga disampaikan kepada para dosen staf pengajar yang telah memberi ilmu dan
pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan.
Tidak lupa pula, ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibunda
dan Ayahanda, beserta keluarga atas segala doa, motivasi, dukungan dan kasih
sayangnya. Sahabat-sahabat dalam satu penelitian khususnya Chika Meypiza
Matondang, Alfi Syahra, Ayu Puspita Zulmi, Rizka Aulia, dan seluruh mahasiswa
agroekoteknologi angkatan 2020 yang senantiasa membantu, serta memberikan
saran dan masukkan kepada penulis. Demikianlah skripsi ini penulis susun
dengan sebaik-baiknya. Semoga dapat bermanfaat bagi penulis dan terlebih
khususnya untuk para pembaca dalam memahaminya. Akhir kata, semoga skripsi
ini dapat menambah wawasan para pembaca.

Aceh Utara, 1 Juni 2023

Maya Fitria Dolok Saribu

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................iv
1. PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1. Latar Belakang......................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................3
1.3. Tujuan Penelitian..................................................................................................3
1.4. Manfaat Penelitian................................................................................................4
1.5. Hipotesis...............................................................................................................4
2. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................5
2.1. Klasifikasi Tanaman Bawang Merah....................................................................5
2.2. Morfologi Tanaman Bawang Merah.....................................................................5
2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Bawang Merah.............................................................7
2.4. Biochar Sekam Padi..............................................................................................8
2.5. Pupuk Kandang Sapi...........................................................................................10
3. METODE PENELITIAN..............................................................................12
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................................12
3.2. Bahan Dan Alat...................................................................................................12
3.3. Metode Penelitian...............................................................................................12
3.4. Pelaksanaan Penelitian........................................................................................14
3.4.1. Pembuatan Biochar Arang Sekam............................................................14
3.4.2. Penyiapan Media Tanam..........................................................................14
3.4.3. Penyusunan Polibag..................................................................................14
3.4.4. Persiapan Bibit Bawang Merah................................................................15
3.4.5. Penanaman...............................................................................................15
3.4.6. Pemeliharaan............................................................................................15
3.5. Parameter Penelitian...........................................................................................16
3.5.1. Tinggi Tanaman (cm)...............................................................................16
3.5.2. Jumlah Daun per rumpun (helai)..............................................................17
3.5.3. Jumlah Umbi............................................................................................17
3.5.4. Diameter Umbi (mm)...............................................................................17
3.5.5. Bobot Umbi Basah per sampel (g)............................................................17
3.5.6. Bobot Umbi basah per polybag (g)...........................................................17
3.5.7. Bobot Kering Angin Umbi per sampel (g)................................................17
3.5.8. Bobot Kering Angin Umbi per polybag (g)..............................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18
LAMPIRAN..........................................................................................................21

DAFTAR TABEL

ii
1. Susunan Kombinasi Perlakuan Pemberian Biochar Sekam Padi Dan Pupuk
Kandang Sapi...................................................................................................13

iii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Bagan Percobaan Penelitian di Lapangan dengan Menggunakan Metode


Rancangan Acak Kelompok (Rakhmawati)....................................................21

iv
1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bawang merah (Allium ascallonicum L.) adalah salah satu
komoditas hortikultura yang biasa digunakan sebagai penambah citra rasa
pada masakan, bahan baku industri makanan, obat-obatan dan disukai
karena aroma dan rasanya yang khas. Selain itu bawang merah juga
mampu meyediakan vitamin B, C, kalium, fosfor, dan mineral (Priyantono
E, 2013). Bawang merah merupakan salah satu produk sayuran utama
yang telah lama dibudidayakan secara intensif oleh petani. Komoditas ini
juga menjadi sumber pendapatan dan kesempatan kerja yang berdampak
cukup kuat terhadap perkembangan ekonomi daerah. Karena nilai
ekonominya yang cukup tinggi dan kehadirannya sangat dibutuhkan oleh
masyarakat, bawang merah telah tersebar hampir di seluruh provinsi di
Indonesia (Simangunsong, 2017).
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2018) pada tahun 2018, tercatat
sebanyak 17 (tujuh belas) jenis sayuran semusim yang diekspor oleh
indonesia seperti kacang merah, kembang kol, kentang, kubis, lobak,
wortel, bayam, buncis, cabai besar, jamur, bawang merah, bawang putih,
kacang panjang, ketimun, labu siam, terung, dan tomat. Komoditas yang
menjadi penyumbang devisa terbesar adalah bawang merah dengan jumlah
berat bersih 5,22 ribu ton. Indonesia dapat menghasilkan 1,5 juta ton
bawang merah, namun ketersediaan bawang merah tidak merata sepanjang
tahun. Pertumbuhan produksi bawang merah tidak sebanding dengan
permintaan kebutuhan. Menurut (Nugroho, 2017), produksi dalam negeri
tidak dapat memenuhi kebutuhan konsumen bawang merah, karena sistem
budidaya yang tidak optimal, kondisi tanah yang kurang baik dan optimal,
serta kualitas bahan benih tanaman yang rusak.
Bawang merah telah lama dikembangkan di Provinsi Aceh. Data
BPS pada tahun 2019 menunjukan hasil produksi bawang merah sebesar
8.890 ton dan meningkat pada tahun 2020 sebesar 11.246 ton, akan tetapi
pada tahun 2021 menggalami penurunan dengan nilai produksi sebesar

1
10.136 ton. Data di atas menunjukan bahwa produktivitas bawang merah
di Provinsi Aceh mengalami penurunan di tahun 2021. Oleh karena itu,
perlu adanya penerapan teknologi

2
3

budidaya yang tepat agar dapat meningkatkan pertumbuhan hasil bawang merah.
Peningkatan produksi bawang merah dapat dilakukan dengan beberapa usaha,
salah satunya ialah melakukan pengolahan tanah yang tepat.
Pertumbuhan tanaman dapat ditingkatkan ketika faktor pendukung
pertumbuhannya memadai dan tersedia dalam keadaan yang seimbang dan saling
menguntungkan. Untuk meningkatkan produksi bawang merah diperlukan media
tanam yang tepat dan ringan, subur serta kaya akan bahan organik. (Sadzli. M. A,
2019) mengatakan bahwa akar tanaman lebih mudah menembus tanah untuk
mendapatkan tambahan unsur hara tanah yang dapat membuat pertumbuhan akar
tanaman bawah tanah menjadi besar sehingga tanaman dapat berkembang dengan
baik. Unsur hara dalam tanah yang dibutuhkan tanaman dapat diperoleh melalui
penambahan biochar dan pupuk kandang, karena biochar dapat memperbaiki
struktur tanah dan bertahan dalam waktu yang sangat lama.
Biochar merupakan bahan pembenah tanah alami yang sudah lama dikenal
di bidang pertanian yang berguna untuk meningkatkan produktivitas lahan.
Pemberian biochar pada tanah dapat meningkatkan kandungan karbon, retensi air
dan unsur hara dalam tanah. Keunggulan lainnya adalah karbon dalam biochar
bersifat stabil dan dapat disimpan dalam tanah selama ribuan tahun. Bahan baku
utama pembuatan biochar adalah limbah pertanian dan perkebunan, seperti sekam
padi, tempurung kelapa, kulit buah kakao dan kayu dari tanaman hutan industri.
Hasil penelitian (Pratama, 2015) menyatakan bahwa pemberian biochar sekam
padi untuk tanaman bawang merah memberikan pengaruh terbaik terhadap tinggi
tanaman dengan dosis 30 ton/ha. Pemberian biochar dengan dosis 30 ton/ha
berbeda nyata dengan perlakuan pemberian dosis 20 ton/ha, namun tidak berbeda
nyata dengan perlakuan pemberian biochar 10 ton/ha. Untuk mendukung
peningkatan kesuburan tanah maka diperlukan penggunaan pupuk organik pada
lahan, yang salah satunya yaitu penggunaan pupuk kandang sapi. Manfaat pupuk
kandang sapi adalah membuat struktur tanah menjadi remah dan juga membantu
proses penguraian bahan organik oleh mikroorganisme tanah. (Yozie Dharmawan,
2016).
Penggunaan pupuk kandang bermanfaat dalam peningkatan produksi
pertanian baik kualitas maupun kuantitas, dapat mengurangi resiko pencemaran
4

lingkungan, dan meningkatan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan


pupuk kandang dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan
dan dapat mencegah degradasi lahan. Penggunaan pupuk kandang terhadap lahan
dan tanaman dapat bervariasi, dan berfunsi penting terhadap perbaikan sifat fisika,
kimia, biologi tanah serta lingkungan (Hartatik, 2010). Menurut Siregar (Siregar,
2012) semakin tinggi dosis pupuk kandang yang diberikan akan meningkatkan
produksi sampai titik optimum dan menurunkan produksi tanaman setelah
melewati titik optimum.
Berdasarkan hasil penelitian (Meriati, 2018) yang menyatakan bahwa
pemberian pupuk kandang sapi dengan dosis 25 ton/ha berbeda nyata dengan
pemberian pupuk kandang sapi 10 ton/ha dan 5 ton/ha. Hal ini disebabkan karena
dosis pupuk kandang sapi sebesar 25 ton/ha diduga dapat memperbaiki struktur
tanah. Tanah menjadi lebih gembur, aerasi dan drainase menjadi lebih baik dan
juga mempertinggi daya pegang air tanah. Pemberian pupuk kandang dengan
dosis tinggi akan menyumbangkan unsur hara pada tanah yang banyak pula
sehingga tanaman bawang merah akan menyerap unsur hara tersebut lebih banyak
juga.
Penggunaan pupuk organik dalam bercocok tanam bisa menjadi pilihan
yang tepat bagi para petani untuk mendapatkan hasil panen yang lebih baik,
karena tanaman yang diberi pupuk organik memiliki daya tahan terhadap serangan
hama ataupun penyakit (Erwin, 2017).

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah pemberian biochar berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil
bawang merah?
2. Apakah pemberian pupuk kandang sapi berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan hasil bawang merah?
3. Apakah terdapat interaksi antara pemberian biochar dan pupuk kandang sapi
terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah?

1.3. Tujuan Penelitian


1. Mengetahui pengaruh pemberian biochar terhadap pertumbuhan dan hasil
bawang merah.
5

2. Mengetahui pemberian pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan dan hasil


bawang merah.
3. Adanya interaksi antara pemberian biochar dan pupuk kandang sapi terhadap
pertumbuhan dan hasil bawang merah.

1.4. Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan data
bagi pihak-pihak yang membutuhkan mengenai pengaruh pemberian biochar dan
pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah.
1.5. Hipotesis
1. Pemberian biochar berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan dan hasil
bawang merah.
2. Pemberian pupuk kandang sapi berpengaruh terhadap peningkatan
pertumbuhan dan hasil bawang merah.
3. Terdapat interaksi antara pemberian biochar dan pupuk kandang sapi terhadap
peningkatan pertumbuhan dan hasil bawang merah.
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Tanaman Bawang Merah


Bawang merah atau brambang (Allium ascalonicum L.) adalah nama
tanaman dari familia alliaceae. Bawang merah merupakan bahan utama untuk
bumbu dasar masakan Indonesia, merupakan bagian penting dari bumbu masakan,
baik untuk masakan rumah tangga, restoran maupun industri makanan, di samping
itu bawang merah juga bisa di manfaatkan sebagai obat herbal. Bawang merah
memiliki nama lokal di antaranya: Bawang Abang Mirah (Aceh), Bawang Abang
(Palembang), Dasun Merah (Minangkabau), Bawang Suluh (Lampung), Bawang
Beureum (Sunda), Brambang Abang (Jawa), Bhabang Merah (Madura), dan
masih banyaklagi yang lainnya, masing-masing daerah memiliki sebutan
tersendiri. Di dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan
sebagai berikut (Suriani, 2011).
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Liliales
Famili : Liliaceae
Genus : Allium
Spesies : Allium ascalonicum L.

2.2. Morfologi Tanaman Bawang Merah


1. Akar
Bawang merah memiliki sistem perakaran serabut, dangkal, bercabang, dan
terpencar. Akar bawang merah dapat menembus tanah hingga kedalaman 15–30
cm. Bentuk umbi bawang merah beragam, yaitu bulat, bundar, seperti gasing
terbalik, dan pipih. Umbi bawang merah juga memiliki berbagai ukuran, yaitu
ukuran besar, sedang, dan kecil. Warna kulit umbi berupa putih, kuning, merah
muda, dan merah tua hingga merah keungguan (Hakiki, 2015).

6
7

2. Batang
Batang tanaman bawang merah merupakan bagian kecil dari keseluruhan
kuncup-kuncup. Bagian bawah cakram merupakan tempat tumbuh akar. Bagian
atas batang sejati merupakan umbi semu, berupa umbi lapis (bulbus) yang
berasaldari modifikasi pangkal daun bawang merah. Pangkal dan sebagian tangkai
daun menebal, lunak dan berdaging, berfungsi sebagai tempat cadangan makanan.
Apabila dalam pertumbuhan tanaman tumbuh tunas atau anakan, maka akan
terbentuk beberapa umbi yang berhimpitan yang dikenal dengan istilah “siung”.
Pertumbuhan siung biasanya terjadi pada perbanyakan bawang merah dari benih
umbi dan kurang biasa terjadi pada perbanyakan bawang merah dan biji. Warna
kulit umbi beragam, ada yang merah muda, merah tua, atau kekuningan,
tergantung spesiesnya. Umbi bawang merah mengeluarkan bau yang menyengat
(Wibowo, 2010).
3. Daun
Daun bawang merah bertangkai relatif pendek, berbentuk bulat mirip pipa,
berlubang, memiliki panjang 15-40 cm, dan meruncing pada bagian ujung. Daun
berwarna hijau tua atau hijau muda. Setelah tua, daun menguning, tidak lagi
setegak daun yang masih muda dan akhirnya mengering dimulai dari bagian ujung
tanaman. Daun pada bawang merah ini berfungsi sebagai fotosintesis dan respirasi
sehingga secara langsung kesehatan daun sangat berpengaruh terhadap kesehatan
tanaman (Solfan, 2014).
4. Umbi
Bawang merah berumbi lapis. Bagian umbi terdiri atas sisik daun,
merupakan bagian umbi yang berisi cairan makanan bagi tumbuhan sejak mulai
bertunas sampai keluar akar. Kuncup (gemma bulbi) merupakan bagian umbi
yang menghasilkan titik tumbuh baru dan akan membentuk umbi-umbi baru.
Jumlah umbi perumpun bervariasi antara 4-8 dan bentuk umbinya dapat bervariasi
mulai dari bentuk agak bulat sampai berbentuk lebih gepeng. Umbi terbentuk
didalam tanah dengan posisi yang rapat. Pertumbuhan umbi-umbi dalam setiap
rumpunnya adalah mandiri dengan bagian dasarnya yang berhubungan
(Yudiarachmat., 2017).
8

5. Bunga
Bunga bawang merah merupakan bunga sempurna, memiliki benang sari
dan kepala putik. Bunga bawang merah keluar dari ujung tanaman (titik tumbuh)
yang panjangnya antara 30-90 cm, dan diujungnya terdapat 50-200 kuntum bunga
yang tersusun melingkar seolah berbentuk payung. Tiap kuntum bunga terdiri atas
enam daun bunga yang berwarna putih, enam benang sari yang berwarna hijau
kekuning-kuningan, dan sebuah putik (Solfan, 2014).
6. Biji
Bakal biji bawang merah tampak seperti kubah, terdiri atas tiga ruangan
yang masing-masing memiliki bakal biji. Bunga yang berhasil mengadakan
persarian akan tumbuh membentuk buah, sedangkan bunga-bunga yang lain akan
mengering dan mati. Buah bawang merah berbentuk bulat, didalamnya terdapat
biji yang berbentuk agak pipih dan berukuran kecil. Pada waktu masih muda, biji
berwarna putih bening dan setelah tua berwarna hitam (Pitojo, 2011).

2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Bawang Merah


Dalam melaksanakan budidaya tanaman, maka hal yang perlu diperhatikan
adalah syarat tumbuh tanaman. Tanaman Bawang Merah memerlukan kondisi
lingkungan yang sesuai agar dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal
diantaranya ialah :
1. Tanah
Tanaman bawang merah lebih baik pertumbuhannya pada tanah yang
gembur, subur, dan banyak mengandung bahan-bahan organik. Tanah yang sesuai
bagi pertumbuhan bawang merah misalnya tanah lempung berdebu atau lempung
berpasir, yang terpenting keadaan air tanahnya tidak menggenang. Pada lahan
yang sering tergenang harus dibuat saluran pembuangan air (drainase) yang baik.
Derajat kemasaman tanah (pH) antara 5,5 – 6,5 (Sartono, 2012).
Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman bawang merah adalah tanah
yang memiliki aerase dan drainase yang baik. Disamping itu hendaknya dipilih
tanah yang subur dan banyak mengandung bahan organik atau humus. Jenis tanah
yang paling baik adalah tanah lempung yang berpasir atau berdebu karena sifat
tanah yang demikian mempunyai aerase dan drainase yang baik. Tanah yang
9

demikian ini mempunyai perbandingan yang seimbang antara fraksi liat, pasir,
dan debu (Wibowo, 2010).
2. Iklim
Bawang merah dapat tumbuh dan berkembang didaerah dengan ketinggian
(0- 900 mdpl) dengan curah hujan 300-2500 mm/th. Bawang merah tumbuh
dengan baik di daerah yang beriklim kering dengan suhu udara agak panas 50 C –
320 C serta penyinaran matahari lebih dari 12 jam (Dewi, 2012).
Bawang merah tidak tahan kekeringan karena sistem perakaran yang
pendek. Sementara itu kebutuhan air terutama selama pertumbuhan dan
pembentukan umbi cukup banyak. Di lain pihak, bawang merah juga paling tidak
tahan terhadap air hujan, tempat-tempat yang selalu basah atau becek. Sebaiknya
bawang merah ditanam di musim kemarau atau di akhir musim penghujan.
Dengan demikian, bawang merah selama hidupnya di musim kemarau akan lebih
baik apabila pengairannya baik. Daerah yang paling baik untuk budidaya bawang
merah adalah daerah beriklim kering yang cerah dengan suhu udara panas.
Tempatnya yang terbuka, tidak berkabut dan angin yang sepoi-sepoi. Daerah yang
mendapat sinar matahari penuh sangat diutamakan, dan lebih baik jika lama
penyinaran matahari lebih dari 12 jam. Pada tempat yang terlindung menyebabkan
pembentukan umbinya kurang baik dan berukuran kecil (Wibowo, 2010).

2.4. Biochar Sekam Padi


Biochar merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan arang
berpori yang terbuat dari limbah organik yang ditambahka ke tanah. Biochar
dihasilkan melalui proses karbonasi biomassa. Karbonasi dilakukan dengan
memaparkan biomassa pada tempratur tinggi tanpa adanya oksigen. Hasil dari
proses ini adalah arang yang disebut biochar. Proses pembuatan arang ini sering
disebut pyrolysis. Bahan baku yang bisa digunakan untuk pembuatan biochar
adalah sampah biomassa yang tidak dimanfaatkan seperti sekam padi, tongkol
jagung, kulit buah kakao atau cokelat, cangkang kemiri, kulit kopi, limbah gergaji
kayu dan lainnya (Nurida, 2014).
Biochar sudah terbukti sangat bermanfaat sebagai bahan pembenah tanah
dan meningkatkan kualitas lahan pertanian, mampu mengurangi sampah
biomassa, dapat digunakan sebagai bahan bakar seperti briket dan dapat
10

meningkatkan pH tanah atau mengurangi tingkat keasaman tanah. Selain


penggunaan biochar secara langsung, apalikasi di lahan pertanian dapat
meningkatkan pendapatan petani dengan hasil panenan yang meningkat dan
mengurangi pencemaran tanah dan air akibat pencucian pupuk di tanah.
Penggunaan biochar sebagai bahan bakar briket dapat mengurangi risiko
gangguan kesehatan akibat asap pembakaran kayu yang digunakan pada tungku
tradisional (Program, 2012).
Menurut Tim Penulis (PS, 2009) sekam bakar adalah media tanam yang
porous dan steril dari sekam padi yang hanya dapat dipakai untuk satu musim
tanam dengan cara membakar kulit padi kering di atas tungku pembakaran, dan
sebelum bara sekam menjadi abu disiram dengan air bersih. Hasil yang diperoleh
berupa arang sekam (sekam bakar). Selanjutnya (Herliana, 2020) mengemukakan
arang sekam adalah sekam padi yang telah dibakar dengan pembakaran tidak
sempurna. Keunggulan sekam bakar adalah dapat memperbaiki sifat fisik dan
kimia tanah, serta melindungi tanaman. Sekam bakar yang digunakan adalah hasil
pembakaran sekam padi yang tidak sempurna, sehingga diperoleh sekam bakar
yang berwarna hitam, dan bukan abu sekam yang bewarna putih (Gustia, 2013).
Penambahkan sekam padi memiliki aerasi dan drainasi yang baik, tetapi
masih mengandung organisme-organisme pathogen atau organisme yang dapat
menghambat pertumbuhan tanaman. Oleh sebab itu sebelum menggunakan sekam
sebagai media tanam, maka untuk menghancurkan patogen sekam tersebut
dibakar terlebih dahulu (Gustia, 2013). Penambahan arang sekam kedalam media
tanam tanah Inceptisol yang memiliki drainase buruk dapat meningkatkan ruang
pori total dan mempercepat drainase air tanah (Kusuma, 2013).
Arang sekam padi merupakan salah satu bahan organik yang mengandung
berbagai jenis asam organik yang mampu melepaskan hara yang terikat dalam
struktur mineral dari abu. Kandungan arang sekam padi yaitu: SiO2 (52%), C
(31%), K (0,3%), N (0,18%), F (0,08%) dan Kalsium (0,14%). Selain itu juga
mengandung unsur lain seperti Fe2O3, K20, MgO, CaO, MnO dan Cu dalam
jumlah yang kecil serta beberapa jenis bahan organik. Kandungan silika yang
tinggi dapat menguntungkan bagi tanaman karena menjadi lebih tahan terhadap
hama dan penyakit akibat adanya pengerasan jaringan (Septiani, 2012).
11

Hasil penelitian (Pratama, 2015) menyatakan bahwa pemberian biochar


sekam padi untuk tanaman bawang merah memberikan pengaruh terbaik terhadap
tinggi tanaman dengan dosis 30 ton/ha. Pemberian biochar dengan dosis 30 ton/ha
berbeda nyata dengan perlakuan pemberian dosis 20 ton/ha, namun tidak berbeda
nyata dengan perlakuan pemberian biochar 10 ton/ha.

2.5. Pupuk Kandang Sapi


Pupuk kandang merupakan salah satu alternatif yang baik dalam mengatasi
kekurangan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman, mengingat pupuk kandang
memiliki beberapa keunggulan. Menurut (Syukur, 2009) pupuk kandang berperan
dalam meningkatkan kesuburan tanah. Kualitas pupuk kandang sangat
berpengaruh terhadap respon tanaman. Pupuk kandang sapi mengandung unsur N,
P, dan K yang relatif lebih tinggi dibandingkan pupuk kandang lainnya. Pupuk
kandang memiliki sifat yang lebih dari pupuk alam lain maupun pupuk buatan,
kelebihan itu antara lain: merupakan bunga tanah (humus), merupakan sumber
hara nitrogen, fosfor, dan kalium yang penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, serta dapat menaikkan daya menahan air (Sarief, 2016).
Kelebihan dari pupuk kandang sapi adalah dapat memperbaiki struktur
tanah, sebagai penyedia unsur hara makro dan mikro, menambah kemampuan
tanah dalam menahan air, menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-
unsur hara, serta sebagai sumber energi bagi mikroorganisme. Sedangkan
kelemahan dari penggunaan pupuk kandang sapi itu sendiri adalah kehilangan
NH3 (N), diperlukan waktu dan tenaga, memerlukan biaya, alat dan,
pengoperasiannya, perlunya lahan pengomposan, dan pemasaran.
Pupuk kandang sapi adalah pupuk kandang yang banyak mengandung lendir
dan air. Pupuk ini terdiri dari 44% bahan padat dan 6,3% bahan cair. Komposisi
unsur hara yang terkandung didalam pupuk kandang sapi yaitu 1,36% N, 0,27% P
dan 0,44% K, 0,57% Ca, 0,11% Mg (Syukur, 2009). Dalam penelitian ini pupuk
kandang yang digunakan yaitu pupuk kandang sapi. Hal ini disebabkan oleh
ketersediannya yang lebih banyak dan harga yang lebih murah dibanding pupuk
kandang lainya.
Pemberian pupuk kandang dengan dosis tinggi akan menyumbangkan unsur
hara pada tanah yang banyak pula sehingga tanaman bawang merah akan
12

menyerap unsur hara tersebut lebih banyak juga. Banyaknya unsur hara yang
diserap oleh tanaman akan merangsang proses fotosintesis yang lebih intensif,
sehingga meningkatkan fotosintat tanaman. Meningkatnya fotosintat akan
meningkatkan pembentukan umbi tanaman bawang merah, sehingga berat basah
umbi tanaman bawang merah dan berat umbi kering konsumsi per petak tanaman
bawang merah. Hal ini sesuai dengan pendapat (Sutedjo, 2010) yang menyatakan
bahwa pupuk kandang mengandung unsur hara makro (Nitrogen, Phosfor,
Kalium) juga mengandung unsur mikro (Calsium, Magnesium, tembaga serta
sejumlah kecil Mangan, Tembaga, Borium) yang kesemuanya membentuk pupuk,
menyediakan unsur-unsur atau zat-zat makanan bagi kepentingan pertumbuhan
dan perkembangan tanaman yang pada akhirnya juga akan menyebabkan
bertambahnya produksi tanaman.
3. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Malikussaleh, di Jl. Cot Tengku Nie, Reuleut, Kecamatan Muara
Batu, Kabupaten Aceh Utara dengan ketinggian tempat 11 meter di atas
permukaan laut (m dpl) dan Laboraturium Fakultas Pertanian Universitas
Malikussaleh. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan
September 2023.

3.2. Bahan Dan Alat


Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah bibit tanaman bawang
merah varietas Bima Brebes, biochar sekam padi, pupuk kandang sapi dan
polybag yang berukuran 30 x 30 cm dengan bobot tanah 5 kg .
Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa cangkul, gembor, parang,
garu, meteran, jangka sorong, timbangan, tali, pagar jaring, ayakan pasir, kamera,
penggaris dan alat tulis.

3.3. Metode Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode percobaan Rancangan
Acak Kelompok (Rakhmawati) dua faktor perlakuan dan 3 ulangan. Faktor
pertama pemberian biochar sekam padi dan faktor kedua pemberian pupuk
kandang sapi.
1. Faktor Pemberian Biochar Sekam Padi (B) terdiri dari 4 taraf yaitu:
B0 : Tanpa Perlakuan (Kontrol)
B1 : 16.6 gram/polibag (10 ton/ha)
B2 : 33.3 gram/polibag (20 ton/ha)
B3 : 50 gram/polibag (30 ton/ha)
2. Faktor Pemberian Pupuk Kandang Sapi (P) terdiri dari 4 taraf yaitu:
P0 : Tanpa Perlakuan (Kontrol)
P1 : 41.6 gram/polibag (25 ton/ha)
P2 : 58.3 gram/polibag (35 ton/ha)
P3 : 75 gram/polibag (45 ton/ha)

13
14

Dengan demikian diperoleh 16 kombinasi dengan 3 kali ulangan, sehingga


diperoleh 48 kombinasi perlakuan. Masing-masing kombinasi perlakuan ditanam
sebanyak 4 tanaman, dan 2 tanaman digunakan sebagai sampel, sehingga jumlah
tanaman seluruhnya adalah 192 tanaman, dan 96 tanaman sampel. Adapun
susunan kombinasi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Susunan Kombinasi Perlakuan Pemberian Biochar Sekam Padi Dan
Pupuk Kandang Sapi
Biochar Sekam Pupuk Kandang Sapi
Padi P0 P1 P2 P3
B0 B0P0 B0P1 B0P2 B0P3
B1 B1P0 B1P1 B1P2 B1P3
B2 B2P0 B2P1 B2P2 B2P3
B3 B3P0 B3P1 B3P2 B3P3

Model matematika yang digunakan untuk Rancangan Acak Kelompok


Faktorial (RAKF) adalah:
Yijk = µ + βi +Uj + Nk + (UN)jk + εijk
Dimana :
Yijk = Nilai pengamatan untuk faktor ke-I dan faktor ke-j dan ulangan
ke-k
µ = Rata-rata (nilai tengah)
βi = Pengaruh ulangan ke-i
Uj = Pengaruh faktor konsentrasi biourine sapi pada taraf ke-j
Nk = Pengaruh faktor dosis pupuk NPK pada taraf ke-k
(UN)jk = Pengaruh interaksi faktor konsentrasi biourine sapi pada taraf ke-
j dan faktor dosis pupuk NPK pada taraf ke-k
εijk = Pengaruh Acak
Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis secara statistik
menggunakan uji F dengan menggunakan software SAS V9 12. Jika hasil yang
diperoleh pada sidik ragam berbeda nyata pada taraf 5% maka dilakukan uji lanjut
Duncan.
15

3.4. Pelaksanaan Penelitian


3.4.1. Pembuatan Biochar Arang Sekam
Penelitian ini menggunakan biochar arang sekam, adapun bahan yang
digunakan yaitu 30 kg sekam padi, pematik api berupa serasah daun yang sudah
kering atau kertas koran dan korek api. Alat yang digunakan yaitu kawat ram atau
strimin ukuran kecil, sekop dan goni.
Cara pembuatan biochar arang sekam yaitu menyiapkan instalasi cerobong
ruang untuk memulai proses pembakaran. Kawat ram segi empat dipotong dan
dibentuk menjadi silinder. Ukurannya bisa disesuaikan dengan banyaknya sekam
yang akan dibakar. Pembakaran dilakukan ditempat yang kering dan terhindar dari
air hujan serta ditempat yang rata. Kemudian dibuat gundukan sekam padi
berbentuk melingkar dengan ketebalan beberapa centimeter. Setelah itu ditengah-
tengah gundukan tersebut dinyalakan api menggunakan serasah daun ataupun
koran bekas. Untuk satu karung besar sekam mentah biasanya memerlukan waktu
beberapa jam. Setelah terlihat merata, pembakaran dapat diberhentikan dengan
cara penyiraman air secara rata agar sekam tidak menjadi abu.

3.4.2. Penyiapan Media Tanam


Media tanah yang digunakan yaitu tanah lapisan atas (top soil), memiliki
struktur yang gembur, subur dan bebas dari penyakit. Tanah tersebut terlebih
dahulu dibersihkan dari gulma akar-akaran, bebatuan dan sampah, lalu tanah
tersebut di ayak dengan ayakan. Tanah diayak menggunakan ayakan berdiameter
± 2 cm agar terbebas dari sisa akar tanaman maupun gulma, krikil dan material
lainnya. Kemudian, tanah dimasukkan ke dalam polibag berukuran 30 x 30 cm
hingga tersisi penuh dengan bobot tanah sebanyak 5 kg.

3.4.3. Penyusunan Polibag


Setelah semua polibag sudah terisi tanah, maka polibag disusun dengan rapi
dan baik pada areal penelitian sesuai arah pada bagan percobaan. Penyusunan
polibag dilakukan dengan jarak antar perlakuan 20 cm didalam 1 blok dan jarak
antar blok 50 cm, kemudian dilakukan penyiraman 1 kali sehari selama 7 hari.
16

3.4.4. Persiapan Bibit Bawang Merah


Penggunaan benih bermutu merupakan syarat mutlak dalam budidaya
bawang merah. Varietas bawang merah yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah “Bima Brebes”. Adapun ciri-ciri bibit bawang merah yang
baik untuk dibudidayakan yaitu berukuran sedang, berdiameter 1,5-2 cm dengan
bentuk simetris dan telah disimpan 2-4 bulan, warna tanaman lebih mengkilap,
bebas dari organisme penganggu tanaman.

3.4.5. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan melakukan pembersihan kulit umbi yang
paling luar yang telah mengering, kemudian umbi dipotong ⅓ bagian secara
melintang pada ujung umbi, tujuan dilakukannya pemotongan umbi yaitu untuk
penghentian masa dormansi pada umbi tersebut sehingga mempercepat proses
pertunasan. Setelah itu, umbi direndam dengan air selama ±10 menit, lalu ditanam
ke dalam wadah semai berupa polibag yang telah disediakan, dan dalam 1 polibag
terdapat 4 umbi bawang merah yang merupakan bahan tanaman, umbi ditutup ¾
bagian dengan menggunakan tanah halus, Penanaman sebaiknya dilakukan pada
sore hari agar umbi bawang merah yang di tanam tidak langsung kering.

3.4.6. Pemeliharaan
1. Penyiraman
Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor yang memiliki lubang
halus atau selang agar tidak merusak media tanam dan tanaman. Waktu
penyiraman pada pagi hari jam 07.00 s/d10.00 WIB dan pada sore hari jam 16.00
s/d 18.00 WIB. Jika turun hujan, maka tetap dilakukan penyiraman.
2. Penyulaman
Penyulaman dilakukan pada bibit bawang merah yang pertumbuhannya
jelek, atau mati, waktu penyulamannya dilakukan sampai berumur 2 minggu
setelah tanam.
3. Pemupukan
Pemupukan dengan pupuk kandang sapi dilakukan sebelum penanaman dan
sesudah penanaman pada umur 2 minggu setelah tanam (MST) sampai umur
6MST, dengan interval waktu pemupukan 2 minggu sekali. Pemupukan dilakukan
17

dengan menaburkan pupuk kandang sapi secara merata di atas permukaan polybag
pada sore hari. Konsentrasi pemupukan disesuaikan dengan perlakuan.
4. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama utama yang menyerang tanaman bawang merah adalah ulat grayak /
ulat bawang (Spodoptera exigua). Pengendalian hama ini dilakukan dengan
penyemprotan insektisida sintetik dengan efek racun kontak dan lambung. Dengan
merk dagang Alcove 50 EC yang mengandung bahan aktif Alfa-sipermetrin 50
g/l. Sedangkan penyakit yang menyerang bawang merah yaitu mati pucuk
(Phytophthora porri.) dan bercak ungu (Alternaria porri). Pengendalian penyakit
tersebut dapat dilakukan secara fisik yaitu dengan melakukan pemupukan secara
berimbang dan memperbaiki drainase apabila musim hujan serta memotong
bagian pucuk daun yang terserang kemudian membuang dan membakarnya untuk
meminimalisir tertularnya penyakit pada tanaman bawang merah.
5. Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma bertujuan untuk membersihkan areal tumbuh tanaman
bawang merah dari gulma agar pertumbuhan lebih optimal. Pengendalian gulma
dilakukan guna menghindari persaingan unsur hara dari dalam tanah.
Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual yaitu dengan mencabut gulma
yang tumbuh disekitar tanaman bawang merah.
6. Panen
Tanaman bawang merah dapat dipanen pada umur 60-70 hari setelah tanam
(HST) untuk tanaman di dataran rendah dan 80-100 HST untuk tanaman didataran
tinggi. Tanaman bawang merah siap panen ditandai dengan pangkal daun jika
dipegang sudah lemah, 70-80 % daun berwarna kuning, daun bagian atas sudah
mulai rebah, Tanaman bawang merah sudah kelihatan timbul diatas tanah, sudah
terjadi pembentukan pigmen merah dan timbulnya bau bawang merah yang khas,
serta terlihatnya warna tua atau merah keunguan pada tanaman bawang merah.

3.5. Parameter Penelitian


3.5.1. Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setelah tanaman berumur 2 MST
sampai 6 MST, dengan interval 1 minggu sekali. Tinggi tanaman diukur mulai
dari leher tanaman sampai ujung daun tertinggi dengan menggunakan meteran.
18

3.5.2. Jumlah Daun per rumpun (helai)


Daun yang dihitung yang muncul pada anakan untuk setiap rumpunnya.
Pengamatan dilakukan pada umur tanaman 2 MST sampai 6 MST dengan interval
waktu 1 minggu sekali.

3.5.3. Jumlah Umbi


Umbi yang telah dipanen dihitung jumlahnya per tanaman. Jumlah umbi
tersebut pada akhir panen diakumulasikan sehingga didapat jumlah total umbi
per tanaman.

3.5.4. Diameter Umbi (mm)


Umbi sampel setelah dibersihkan dari tanah selanjutnya diukur diameter
umbinya menggunakan jangka sorong.

3.5.5. Bobot Umbi Basah per sampel (g)


Bobot basah umbi dinyatakan dalam satuan gram (g) dengan cara
menimbang bagian umbi tanaman sampel yang berjumlah 3 tanaman, sesaat
setelah panen sehingga umbi masih dalam keadaan segar. Umbi dibersihkan dari
akar, daun, dan tanah.

3.5.6. Bobot Umbi basah per polybag (g)


Bobot umbi basah dinyatakan dalam satuan gram (g) dan diperoleh dengan
cara menimbang bagian umbi per polybag yang telah dipanen sehingga umbi
masih dalam keadaan segar. Umbi dibersihkan dari akar, daun, dan tanah.

3.5.7. Bobot Kering Angin Umbi per sampel (g)


Penimbangan bobot kering angin umbi dilakukan setelah umbi bawang
merah dikeringkan selama tiga hari dan diharapkan tidak terkena sinar matahari
secara langsung. 2 tanaman yang menjadi sampel saja yang diukur.

3.5.8. Bobot Kering Angin Umbi per polybag (g)


Penimbangan bobot kering angin umbi dilakukan setelah umbi bawang
merah dikeringkan selama tiga hari dan diharapkan tidak terkena sinar matahari
secara langsung.
DAFTAR PUSTAKA

BPS. (2018). Produksi Bawang Merah Sumatera Utara.


Dewi. (2012). Pengaruh Substitusi Pupuk Organik terhadap Pupuk Anorganik
pada Pertumbuhan dan Hasil Bawang merah (Allium ascalonicum. L). .
Agrineca, 11(2).
Erwin, E. (2017). Inokulum Mikoriza Arbuskula sebagai Pupuk Hayati pada
Tanaman Gandum (Triticum Aestivum L.). Jurnal Bioeduscience, 1(1),
38. doi: 10.29405/bioeduscience/384 4111180
Gustia, H. (2013). Pengaruh Penambahan Sekam Bakar Pada Media Tanam
Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica juncea L.).
E-Jurnal Widya Kesehatan dan Lingkungan, 1(1).
Hakiki, A. (2015). Kajian Aplikasi Sitokinin Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) pada Beberapa Komposisi Media
Tanam Berbahan Organik. Universitas Jember: Jember.
Hartatik, W. d. L. R. W. (2010). Pupuk Kandang. Balai Besar Litbang
Sumberdaya Lahan Pertanian: Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian.
Herliana, Y. S. d. E. (2020). Bertanam 15 Sayuran Organik dalam Pot. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Kusuma, M. E. K., M. E. (2013). Penggunaan dosis pupuk kotoran ternak ayam
terhadap pertumbuhan dan produksi Brachiaria humidicola pada
pemotongan pertama. Jurnal Ilmu hewan Tropical, 4(1), 16-20.
Meriati. (2018). Aplikasi Beberapa Dosis Pupuk Kandang Sapi Dalam
Peningkatan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.).
Menara Ilmu, 12(5), 94-101.
Nugroho, U., R. A. Syaban, N. Ermawati. (2017). Uji Efektivitas Ukuran Umbi
Dan Penambahan Biourine Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Bibit
Bawang Merah (Allium ascalonicum L.). Journal of Applied Agricultural
Sciences, 1(2), 129-138.
Nurida, N. L. (2014). Potensi pemanfaatan biochar untuk rehabilitasi lahan kering
di Indonesia. Hal 57-68. Jurnal Sumberdaya Lahan, 57-68.
Pitojo. (2011). Benih Bawang Merah. Yogyakarta: Kansius.
Pratama, M. (2015). Pengaruh Biochar dan Pupuk Kompos Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum
L.). (Skripsi), Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

19
Priyantono E, E. A. d. A. (2013). Vigor Umbi bawang Merah (Allium
ascallonicum L.) Varietas Palasa dan Lembah Palu Pada Berbagai Kondisi
Simpan. E-Jurnal. Agrotekbis, 1(1), 8-16.
Program, U. U. N. D. (2012). Result Sheet Application of biochar technology in
Indonesia. Suguestering carbon in the soil, improving copy yield and
providing alternative clean energy. BIOCHAR Project Indonesia(4), 232-
240.
PS, T. P. (2009). Budidaya Tomat Secara Komersial. Jakarta: Penebar Swadaya.
Rakhmawati, D. W., Salman, A.D., & Nor, L. (2019). Pemanfaatan Kotoran Sapi
Menjadi Pupuk Organik. Jurnal Abdikarya, 3(1), 62-67.
Sadzli. M. A, S. S. (2019). Pengaruh biochar sekam padi (Tithonia diversifolia)
terhadap pertumbuhan tanman kacang hijau (Vigna radiata L) di tanah
mediteran. urnal Agrovigor., 12(2), 102-108.
Sarief. (2016). Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Bandung: Pustaka
Buana.
Sartono. (2012). Bawang Merah, Bawang Putih, Bawang Bombay. Jakarta Timur:
Intimedia Cipta Nusantara.
Septiani, D. (2012). Pengaruh pemberian arang sekam padi terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens).
Lampung: Seminar Program Studi Hortikultura, Politeknik Negeri
Lampung.
Simangunsong, N. L., R.R. Lahay dan A.Barus. (2017). Respon Pertumbuhan dan
Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Pada Konsentrasi Air
Kelapa dan Lama Perendaman Umbi. Jurnal Agroteknologi, 4(1), 17-26.
Siregar, A. H. (2012). Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Sapi pada Berbagai
Takaran terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah
(Allium cepa L.) dan Kedelai (Glycine max L. Merril) dalam Sistem
Tumpang Sari. (Skripsi), Universitas Andalas Padang.
Solfan, A. R. A. B. (2014). Agronomi Tanaman Hortikultura Yogyakata: Aswaja
Presinndo.
Suriani, N. (2011). Bawang Bawa Untung. Budidaya Bawang Merah dan Bawang
Merah. Cahaya Atma Pustaka: Yogyakarta.
Sutedjo, M. M. (2010). Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta.
Syukur, A. d. I., A. (2009). Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang dan Unsur Hara
Mikro terhadap Pertumbuhan Jagung pada Ultisol yang dikapur. Jurnal
Ilmu Tanah dan Lingkungan, 6(2), 116-123.

20
Wibowo, S. (2010). Budidaya Bawang Putih, Bawang Merah, Bawang Bombay.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Yozie Dharmawan, J. G. (2016). Pertumbuhan dan Produksi Jagung Hibrida pada
Berbagai Campuran Pupuk Kandang Sapi dan N, P, K, Mg. Jurnal
Agroekoteknologi, 4(4), 2231-2237.
Yudiarachmat., R. R. d. H. (2017). Sukses Budidaya Tanaman Bawang Merah Di
Pekarangan dan Perkebunan. Yogyakarta: Andi Offset.

21
22
LAMPIRAN

Lampiran 1. Bagan Percobaan Penelitian di Lapangan Menurut Rancangan Acak


Kelompok (Rakhmawati)

BLOK 1 BLOK 2 BLOK 3

B2P2 B1P3 B3P1


50 cm
Antar Blok
B2P3 B3P0 B2P1

B0P0 B0P2 B3P0

B0P2 B0P3 B2P2

B3P0 B3P2 B1P0

B3P1 20 cm B1P1 B0P1


Antar
Perlakuan B2P0
B3P3 B0P0

B1P0 B2P1 B3P2

B2P0 B1P0 B1P1

B1P2 B3P1 B0P0

B3P2 B2P2 B0P2

B0P3 B0P1 B1P2

B1P1 B2P0 B1P3

B0P1 B2P3 B0P3

B1P3 B3P3 B2P3

B2P1 B1P2 B3P3

Keterangan :
Faktor 1: Biochar Sekam Padi (B) Faktor 2: Pupuk Kandang Sapi (P)
B0 : Tanpa Perlakuan (Kontrol) P0 : Tanpa Perlakuan (Kontrol)
B1 : 16.6 gram/polibag (10 ton/ha) P1 : 41.6 gram/polibag (25 ton/ha)
B2 : 33.3 gram/polibag (20 ton/ha) P2 : 58.3 gram/polibag (35 ton/ha)
B3 : 50 gram/polibag (30 ton/ha) P3 : 75 gram/polibag (45 ton/ha)

23

Anda mungkin juga menyukai