PROPOSAL PENELITIAN
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada
Program Studi Agroekoteknologi
Disetujui,
Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
Mengetahui,
Disetujui,
Komisi Penguji
Ketua Sekretaris
Anggota Anggota
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................iv
1. PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1. Latar Belakang......................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................3
1.3. Tujuan Penelitian..................................................................................................3
1.4. Manfaat Penelitian................................................................................................4
1.5. Hipotesis...............................................................................................................4
2. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................5
2.1. Klasifikasi Tanaman Bawang Merah....................................................................5
2.2. Morfologi Tanaman Bawang Merah.....................................................................5
2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Bawang Merah.............................................................7
2.4. Biochar Sekam Padi..............................................................................................8
2.5. Pupuk Kandang Sapi...........................................................................................10
3. METODE PENELITIAN..............................................................................12
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................................12
3.2. Bahan Dan Alat...................................................................................................12
3.3. Metode Penelitian...............................................................................................12
3.4. Pelaksanaan Penelitian........................................................................................14
3.4.1. Pembuatan Biochar Arang Sekam............................................................14
3.4.2. Penyiapan Media Tanam..........................................................................14
3.4.3. Penyusunan Polibag..................................................................................14
3.4.4. Persiapan Bibit Bawang Merah................................................................15
3.4.5. Penanaman...............................................................................................15
3.4.6. Pemeliharaan............................................................................................15
3.5. Parameter Penelitian...........................................................................................16
3.5.1. Tinggi Tanaman (cm)...............................................................................16
3.5.2. Jumlah Daun per rumpun (helai)..............................................................17
3.5.3. Jumlah Umbi............................................................................................17
3.5.4. Diameter Umbi (mm)...............................................................................17
3.5.5. Bobot Umbi Basah per sampel (g)............................................................17
3.5.6. Bobot Umbi basah per polybag (g)...........................................................17
3.5.7. Bobot Kering Angin Umbi per sampel (g)................................................17
3.5.8. Bobot Kering Angin Umbi per polybag (g)..............................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18
LAMPIRAN..........................................................................................................21
DAFTAR TABEL
ii
1. Susunan Kombinasi Perlakuan Pemberian Biochar Sekam Padi Dan Pupuk
Kandang Sapi...................................................................................................13
iii
DAFTAR LAMPIRAN
iv
1. PENDAHULUAN
1
10.136 ton. Data di atas menunjukan bahwa produktivitas bawang merah
di Provinsi Aceh mengalami penurunan di tahun 2021. Oleh karena itu,
perlu adanya penerapan teknologi
2
3
budidaya yang tepat agar dapat meningkatkan pertumbuhan hasil bawang merah.
Peningkatan produksi bawang merah dapat dilakukan dengan beberapa usaha,
salah satunya ialah melakukan pengolahan tanah yang tepat.
Pertumbuhan tanaman dapat ditingkatkan ketika faktor pendukung
pertumbuhannya memadai dan tersedia dalam keadaan yang seimbang dan saling
menguntungkan. Untuk meningkatkan produksi bawang merah diperlukan media
tanam yang tepat dan ringan, subur serta kaya akan bahan organik. (Sadzli. M. A,
2019) mengatakan bahwa akar tanaman lebih mudah menembus tanah untuk
mendapatkan tambahan unsur hara tanah yang dapat membuat pertumbuhan akar
tanaman bawah tanah menjadi besar sehingga tanaman dapat berkembang dengan
baik. Unsur hara dalam tanah yang dibutuhkan tanaman dapat diperoleh melalui
penambahan biochar dan pupuk kandang, karena biochar dapat memperbaiki
struktur tanah dan bertahan dalam waktu yang sangat lama.
Biochar merupakan bahan pembenah tanah alami yang sudah lama dikenal
di bidang pertanian yang berguna untuk meningkatkan produktivitas lahan.
Pemberian biochar pada tanah dapat meningkatkan kandungan karbon, retensi air
dan unsur hara dalam tanah. Keunggulan lainnya adalah karbon dalam biochar
bersifat stabil dan dapat disimpan dalam tanah selama ribuan tahun. Bahan baku
utama pembuatan biochar adalah limbah pertanian dan perkebunan, seperti sekam
padi, tempurung kelapa, kulit buah kakao dan kayu dari tanaman hutan industri.
Hasil penelitian (Pratama, 2015) menyatakan bahwa pemberian biochar sekam
padi untuk tanaman bawang merah memberikan pengaruh terbaik terhadap tinggi
tanaman dengan dosis 30 ton/ha. Pemberian biochar dengan dosis 30 ton/ha
berbeda nyata dengan perlakuan pemberian dosis 20 ton/ha, namun tidak berbeda
nyata dengan perlakuan pemberian biochar 10 ton/ha. Untuk mendukung
peningkatan kesuburan tanah maka diperlukan penggunaan pupuk organik pada
lahan, yang salah satunya yaitu penggunaan pupuk kandang sapi. Manfaat pupuk
kandang sapi adalah membuat struktur tanah menjadi remah dan juga membantu
proses penguraian bahan organik oleh mikroorganisme tanah. (Yozie Dharmawan,
2016).
Penggunaan pupuk kandang bermanfaat dalam peningkatan produksi
pertanian baik kualitas maupun kuantitas, dapat mengurangi resiko pencemaran
4
6
7
2. Batang
Batang tanaman bawang merah merupakan bagian kecil dari keseluruhan
kuncup-kuncup. Bagian bawah cakram merupakan tempat tumbuh akar. Bagian
atas batang sejati merupakan umbi semu, berupa umbi lapis (bulbus) yang
berasaldari modifikasi pangkal daun bawang merah. Pangkal dan sebagian tangkai
daun menebal, lunak dan berdaging, berfungsi sebagai tempat cadangan makanan.
Apabila dalam pertumbuhan tanaman tumbuh tunas atau anakan, maka akan
terbentuk beberapa umbi yang berhimpitan yang dikenal dengan istilah “siung”.
Pertumbuhan siung biasanya terjadi pada perbanyakan bawang merah dari benih
umbi dan kurang biasa terjadi pada perbanyakan bawang merah dan biji. Warna
kulit umbi beragam, ada yang merah muda, merah tua, atau kekuningan,
tergantung spesiesnya. Umbi bawang merah mengeluarkan bau yang menyengat
(Wibowo, 2010).
3. Daun
Daun bawang merah bertangkai relatif pendek, berbentuk bulat mirip pipa,
berlubang, memiliki panjang 15-40 cm, dan meruncing pada bagian ujung. Daun
berwarna hijau tua atau hijau muda. Setelah tua, daun menguning, tidak lagi
setegak daun yang masih muda dan akhirnya mengering dimulai dari bagian ujung
tanaman. Daun pada bawang merah ini berfungsi sebagai fotosintesis dan respirasi
sehingga secara langsung kesehatan daun sangat berpengaruh terhadap kesehatan
tanaman (Solfan, 2014).
4. Umbi
Bawang merah berumbi lapis. Bagian umbi terdiri atas sisik daun,
merupakan bagian umbi yang berisi cairan makanan bagi tumbuhan sejak mulai
bertunas sampai keluar akar. Kuncup (gemma bulbi) merupakan bagian umbi
yang menghasilkan titik tumbuh baru dan akan membentuk umbi-umbi baru.
Jumlah umbi perumpun bervariasi antara 4-8 dan bentuk umbinya dapat bervariasi
mulai dari bentuk agak bulat sampai berbentuk lebih gepeng. Umbi terbentuk
didalam tanah dengan posisi yang rapat. Pertumbuhan umbi-umbi dalam setiap
rumpunnya adalah mandiri dengan bagian dasarnya yang berhubungan
(Yudiarachmat., 2017).
8
5. Bunga
Bunga bawang merah merupakan bunga sempurna, memiliki benang sari
dan kepala putik. Bunga bawang merah keluar dari ujung tanaman (titik tumbuh)
yang panjangnya antara 30-90 cm, dan diujungnya terdapat 50-200 kuntum bunga
yang tersusun melingkar seolah berbentuk payung. Tiap kuntum bunga terdiri atas
enam daun bunga yang berwarna putih, enam benang sari yang berwarna hijau
kekuning-kuningan, dan sebuah putik (Solfan, 2014).
6. Biji
Bakal biji bawang merah tampak seperti kubah, terdiri atas tiga ruangan
yang masing-masing memiliki bakal biji. Bunga yang berhasil mengadakan
persarian akan tumbuh membentuk buah, sedangkan bunga-bunga yang lain akan
mengering dan mati. Buah bawang merah berbentuk bulat, didalamnya terdapat
biji yang berbentuk agak pipih dan berukuran kecil. Pada waktu masih muda, biji
berwarna putih bening dan setelah tua berwarna hitam (Pitojo, 2011).
demikian ini mempunyai perbandingan yang seimbang antara fraksi liat, pasir,
dan debu (Wibowo, 2010).
2. Iklim
Bawang merah dapat tumbuh dan berkembang didaerah dengan ketinggian
(0- 900 mdpl) dengan curah hujan 300-2500 mm/th. Bawang merah tumbuh
dengan baik di daerah yang beriklim kering dengan suhu udara agak panas 50 C –
320 C serta penyinaran matahari lebih dari 12 jam (Dewi, 2012).
Bawang merah tidak tahan kekeringan karena sistem perakaran yang
pendek. Sementara itu kebutuhan air terutama selama pertumbuhan dan
pembentukan umbi cukup banyak. Di lain pihak, bawang merah juga paling tidak
tahan terhadap air hujan, tempat-tempat yang selalu basah atau becek. Sebaiknya
bawang merah ditanam di musim kemarau atau di akhir musim penghujan.
Dengan demikian, bawang merah selama hidupnya di musim kemarau akan lebih
baik apabila pengairannya baik. Daerah yang paling baik untuk budidaya bawang
merah adalah daerah beriklim kering yang cerah dengan suhu udara panas.
Tempatnya yang terbuka, tidak berkabut dan angin yang sepoi-sepoi. Daerah yang
mendapat sinar matahari penuh sangat diutamakan, dan lebih baik jika lama
penyinaran matahari lebih dari 12 jam. Pada tempat yang terlindung menyebabkan
pembentukan umbinya kurang baik dan berukuran kecil (Wibowo, 2010).
menyerap unsur hara tersebut lebih banyak juga. Banyaknya unsur hara yang
diserap oleh tanaman akan merangsang proses fotosintesis yang lebih intensif,
sehingga meningkatkan fotosintat tanaman. Meningkatnya fotosintat akan
meningkatkan pembentukan umbi tanaman bawang merah, sehingga berat basah
umbi tanaman bawang merah dan berat umbi kering konsumsi per petak tanaman
bawang merah. Hal ini sesuai dengan pendapat (Sutedjo, 2010) yang menyatakan
bahwa pupuk kandang mengandung unsur hara makro (Nitrogen, Phosfor,
Kalium) juga mengandung unsur mikro (Calsium, Magnesium, tembaga serta
sejumlah kecil Mangan, Tembaga, Borium) yang kesemuanya membentuk pupuk,
menyediakan unsur-unsur atau zat-zat makanan bagi kepentingan pertumbuhan
dan perkembangan tanaman yang pada akhirnya juga akan menyebabkan
bertambahnya produksi tanaman.
3. METODE PENELITIAN
13
14
3.4.5. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan melakukan pembersihan kulit umbi yang
paling luar yang telah mengering, kemudian umbi dipotong ⅓ bagian secara
melintang pada ujung umbi, tujuan dilakukannya pemotongan umbi yaitu untuk
penghentian masa dormansi pada umbi tersebut sehingga mempercepat proses
pertunasan. Setelah itu, umbi direndam dengan air selama ±10 menit, lalu ditanam
ke dalam wadah semai berupa polibag yang telah disediakan, dan dalam 1 polibag
terdapat 4 umbi bawang merah yang merupakan bahan tanaman, umbi ditutup ¾
bagian dengan menggunakan tanah halus, Penanaman sebaiknya dilakukan pada
sore hari agar umbi bawang merah yang di tanam tidak langsung kering.
3.4.6. Pemeliharaan
1. Penyiraman
Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor yang memiliki lubang
halus atau selang agar tidak merusak media tanam dan tanaman. Waktu
penyiraman pada pagi hari jam 07.00 s/d10.00 WIB dan pada sore hari jam 16.00
s/d 18.00 WIB. Jika turun hujan, maka tetap dilakukan penyiraman.
2. Penyulaman
Penyulaman dilakukan pada bibit bawang merah yang pertumbuhannya
jelek, atau mati, waktu penyulamannya dilakukan sampai berumur 2 minggu
setelah tanam.
3. Pemupukan
Pemupukan dengan pupuk kandang sapi dilakukan sebelum penanaman dan
sesudah penanaman pada umur 2 minggu setelah tanam (MST) sampai umur
6MST, dengan interval waktu pemupukan 2 minggu sekali. Pemupukan dilakukan
17
dengan menaburkan pupuk kandang sapi secara merata di atas permukaan polybag
pada sore hari. Konsentrasi pemupukan disesuaikan dengan perlakuan.
4. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama utama yang menyerang tanaman bawang merah adalah ulat grayak /
ulat bawang (Spodoptera exigua). Pengendalian hama ini dilakukan dengan
penyemprotan insektisida sintetik dengan efek racun kontak dan lambung. Dengan
merk dagang Alcove 50 EC yang mengandung bahan aktif Alfa-sipermetrin 50
g/l. Sedangkan penyakit yang menyerang bawang merah yaitu mati pucuk
(Phytophthora porri.) dan bercak ungu (Alternaria porri). Pengendalian penyakit
tersebut dapat dilakukan secara fisik yaitu dengan melakukan pemupukan secara
berimbang dan memperbaiki drainase apabila musim hujan serta memotong
bagian pucuk daun yang terserang kemudian membuang dan membakarnya untuk
meminimalisir tertularnya penyakit pada tanaman bawang merah.
5. Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma bertujuan untuk membersihkan areal tumbuh tanaman
bawang merah dari gulma agar pertumbuhan lebih optimal. Pengendalian gulma
dilakukan guna menghindari persaingan unsur hara dari dalam tanah.
Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual yaitu dengan mencabut gulma
yang tumbuh disekitar tanaman bawang merah.
6. Panen
Tanaman bawang merah dapat dipanen pada umur 60-70 hari setelah tanam
(HST) untuk tanaman di dataran rendah dan 80-100 HST untuk tanaman didataran
tinggi. Tanaman bawang merah siap panen ditandai dengan pangkal daun jika
dipegang sudah lemah, 70-80 % daun berwarna kuning, daun bagian atas sudah
mulai rebah, Tanaman bawang merah sudah kelihatan timbul diatas tanah, sudah
terjadi pembentukan pigmen merah dan timbulnya bau bawang merah yang khas,
serta terlihatnya warna tua atau merah keunguan pada tanaman bawang merah.
19
Priyantono E, E. A. d. A. (2013). Vigor Umbi bawang Merah (Allium
ascallonicum L.) Varietas Palasa dan Lembah Palu Pada Berbagai Kondisi
Simpan. E-Jurnal. Agrotekbis, 1(1), 8-16.
Program, U. U. N. D. (2012). Result Sheet Application of biochar technology in
Indonesia. Suguestering carbon in the soil, improving copy yield and
providing alternative clean energy. BIOCHAR Project Indonesia(4), 232-
240.
PS, T. P. (2009). Budidaya Tomat Secara Komersial. Jakarta: Penebar Swadaya.
Rakhmawati, D. W., Salman, A.D., & Nor, L. (2019). Pemanfaatan Kotoran Sapi
Menjadi Pupuk Organik. Jurnal Abdikarya, 3(1), 62-67.
Sadzli. M. A, S. S. (2019). Pengaruh biochar sekam padi (Tithonia diversifolia)
terhadap pertumbuhan tanman kacang hijau (Vigna radiata L) di tanah
mediteran. urnal Agrovigor., 12(2), 102-108.
Sarief. (2016). Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Bandung: Pustaka
Buana.
Sartono. (2012). Bawang Merah, Bawang Putih, Bawang Bombay. Jakarta Timur:
Intimedia Cipta Nusantara.
Septiani, D. (2012). Pengaruh pemberian arang sekam padi terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens).
Lampung: Seminar Program Studi Hortikultura, Politeknik Negeri
Lampung.
Simangunsong, N. L., R.R. Lahay dan A.Barus. (2017). Respon Pertumbuhan dan
Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Pada Konsentrasi Air
Kelapa dan Lama Perendaman Umbi. Jurnal Agroteknologi, 4(1), 17-26.
Siregar, A. H. (2012). Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Sapi pada Berbagai
Takaran terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah
(Allium cepa L.) dan Kedelai (Glycine max L. Merril) dalam Sistem
Tumpang Sari. (Skripsi), Universitas Andalas Padang.
Solfan, A. R. A. B. (2014). Agronomi Tanaman Hortikultura Yogyakata: Aswaja
Presinndo.
Suriani, N. (2011). Bawang Bawa Untung. Budidaya Bawang Merah dan Bawang
Merah. Cahaya Atma Pustaka: Yogyakarta.
Sutedjo, M. M. (2010). Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta.
Syukur, A. d. I., A. (2009). Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang dan Unsur Hara
Mikro terhadap Pertumbuhan Jagung pada Ultisol yang dikapur. Jurnal
Ilmu Tanah dan Lingkungan, 6(2), 116-123.
20
Wibowo, S. (2010). Budidaya Bawang Putih, Bawang Merah, Bawang Bombay.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Yozie Dharmawan, J. G. (2016). Pertumbuhan dan Produksi Jagung Hibrida pada
Berbagai Campuran Pupuk Kandang Sapi dan N, P, K, Mg. Jurnal
Agroekoteknologi, 4(4), 2231-2237.
Yudiarachmat., R. R. d. H. (2017). Sukses Budidaya Tanaman Bawang Merah Di
Pekarangan dan Perkebunan. Yogyakarta: Andi Offset.
21
22
LAMPIRAN
Keterangan :
Faktor 1: Biochar Sekam Padi (B) Faktor 2: Pupuk Kandang Sapi (P)
B0 : Tanpa Perlakuan (Kontrol) P0 : Tanpa Perlakuan (Kontrol)
B1 : 16.6 gram/polibag (10 ton/ha) P1 : 41.6 gram/polibag (25 ton/ha)
B2 : 33.3 gram/polibag (20 ton/ha) P2 : 58.3 gram/polibag (35 ton/ha)
B3 : 50 gram/polibag (30 ton/ha) P3 : 75 gram/polibag (45 ton/ha)
23