Penerbit:
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
ISBN: 978-602-61913-2-8
Penerbit:
Fakultas Biologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Redaksi:
Gedung C Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711 Indonesia
Telp/ Fax: (0298) 321212 ext: 323; (0298) 321433
Website: http://biologi.uksw.edu
Puji syukur kepada Tuhan bahwa seminar nasional Biologi dan Pendidikan Biologi,
Fakultas Biologi yang ke dua tahun 2019 ini telah berlangsung dengan baik. Pada Seminar
Nasional tahun 2019 ini bertema INOVASI DALAM PENELITIAN DAN PEMBELAJARAN
BIOLOGI. Tema ini dibuat dengan sengaja untuk memotivasi bagi pemerhati, pengamat dan
pemran dalam bidang Biologi serta Pendidikan Biologi untuk lebih berinovasi dan kreatif.
Dalam menghadapi pasar bebas Asia Tenggara yang dikenal dengan sebutan
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), diperlukan perubahan yang mendasar dalam penelitian
dan pembelajaran khususnya bidang Biologi. Persaingan yang ketat akan semakin tampak,
oleh sebab itu dalam mempersiapkan peserta didik dibutuhkan kreatif dan inovatif.
Bagaimana dunia pendidikan dan pembelajaran kita beradaptasi dengan kondisi
tersebut? Ajang forum ilmiah seminar nasional ini dibutuhkan sebagai ajang komunikasi
bersama, dengan saling tukar ilmu dan pengalaman untuk mengembangkan bidang Biologi
dan Pendidikan Biologi bersama-sama. Semoga hasil dari forum ilmiah/diskusi ini dapat
memantik ide-ide baru dan mengembangkan daya cipta.
Semoga prosiding ini bermanfaat bagi kalangan akademis, pemerintah dan industri
untuk melihat peluang-peluang kerjasama dengan berbagai pihak. Salam Inovasi.
ABSTRAK
Tembakau mole merupakan salah satu komoditas perkebunanan yang menjadi ciri khas
Kabupaten Sumedang diolah menjadi tembakau rajangan irisan halus, proses pengeringannya masih
dilakukan secara tradisional dengan cara dijemur menggunakan energi matahari secara langsung
Alternatif teknologi yang dapat digunakan untuk membantu proses pengeringan yaitu menggunakan
Rumah Kaca (RK) sebagai alat pengering. Penelitian ini bertujuan melakukan uji kinerja RK kontruksi
bambu dibandingkan dengan proses penjemuran pada tembakau mole. Metode penelitian yang
digunakan yaitu metode analisis deskriptif berdasarkan keadaan suhu, kelembaban, kecepatan
angin, dan intensitas cahaya matahari dimulai pada jam 07.00 WIB sampai 17.00 WIB. RK dilengkapi
exhaust fan untuk membantu sirkulasi udara di dalam RK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
perbedaan waktu pengeringan hingga proses pematangan tembakau. Pengeringan tembakau
dengan rata-rata kadar air awal 73,73%bb menjadi rata-rata kadar air akhir 18,66%bb memerlukan
waktu 13 hari di dalam RK dengan rata-rata suhu 40,96oC; RH 26,90%; dan intensitas cahaya
matahari 45917,72 lux sedangkan di luar RK rata-rata kadar air akhir 22,63%bb memerlukan waktu
20 hari dengan rata-rata suhu 28,84oC; RH 43,31%; dan intensitas cahaya matahari 92140,57 lux.
Pengeringan menggunakan RK menghasilkan tembakau yang lebih cepat kering dan matang
dibanding dengan pengeringan di luar RK.
Kata kunci: tembakau mole, pengeringan, kinerja rumah kaca kontruksi bambu
PENDAHULUAN
Tanaman Tembakau merupakan komoditas unggulan perkebunan di Kabupaten
Sumedang, tersebar di 18 kecamatan. Salah satu wilayah penghasil dan pengolah tembakau
di Kabupaten Sumedang yaitu Kecamatan Sukasari. Tembakau yang dihasilkan di wilayah
tersebut berdasarkan sertifikat IG No. 000 000 008 dikenal sebagai tembakau mole, salah
satu jenis tembakau yang diolah menjadi tembakau rajangan irisan halus karena memiliki
mutu dan cita rasa wangi, rasa isap enak, dan rasa tidak pahit (Masyarakat Pelindung
Indikasi Geografis [MPIG] Sumedang, 2011).
Tahapan pengolahan yang mempengaruhi mutu tembakau mole adalah proses
pengeringan. Pengeringan yang dilakukan oleh petani secara manual dengan cara dijemur
pada areal terbuka memanfaatkan sumber panas dari sinar matahari (Iskandar, 2017).
Pengeringan dengan metode ini memiliki kelemahan seperti tergantung pada cuaca,
kerusakan akibat kotoran, ikut menempelnya material lain pada bahan yang dikeringkan dan
ganguan binatang, manusia dan lain sebagainya. Salah satu penanganan yang dapat
dilakukan adalah menggunakan teknologi berupa alat pengering untuk meminimalisir
dampak tersebut.
Pengering rumah kaca (RK) kontruksi bambu merupakan salah satu teknologi tepat
guna sebagai pengering tembakau yang mengaplikasikan prinsip efek rumah kaca dengan
memanfaatkan energi matahari untuk meminimalisir penurunan mutu tembakau. Energi
panas matahari yang dipancarkan ke bumi dalam bentuk radiasi merupakan gelombang
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai dengan November 2018 bertempat di
Desa Genteng, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat dan Laboratorium
Pasca Panen dan Teknologi Proses, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas
Padjadjaran, Jatinangor. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah tembakau mole
yang dikeringkan di dalam RK dan di lingkungan. Sedangkan alat yang digunakan yaitu
termometer, thermohygrometer, infrared thermometer, Digital Instrument Lutron,
timbangan digital, dan lux meter.
Pengujian RK dilakukan dalam dua kondisi, yaitu tanpa beban dan dengan beban di
dalam RK. Kondisi tanpa beban dilakukan tanpa menggunakan tembakau yang dikeringkan
untuk mengetahui distribusi suhu dan kelembaban di dalam RK kontruksi bambu. Pengujian
pengeringan dengan baban, yaitu pengamatan kondisi pengering RK dilakukan dengan
menggunakan beban tembakau yang hasilnya dibandingkan dengan penjemuran tembakau
secara langsung.
Analisis data dilakukan dengan mengamati dan mengukur parameter-parameter
seperti suhu (oC), kelembaban relatif (RH%), intensitas cahaya matahari (lux), kecepatan
aliran udara (m/s), kadar air (%), massa tembakau (gram) selama proses pengeringan, dan
lama waktu pengeringan dimulai dari jam 07.00 WIB – 17.00 WIB sesuai dengan kebiasaan
petani sampai tembakau mencapai kondisi matang dan siap disimpan.
Prosedur pengujian utama dimulai dari persiapan RK, persiapan bahan, pengukuran
kadar air awal, kemudian pengamatan proses pengeringan pada parameter-parameter
pengukuran, pengamatan hasil pengeringan hingga tembakau matang yang dilakukan di
dalam RK dan di lingkungan serta pengukuran kadar air akhir.
(a)
(b)
(c)
Gambar 2. Grafik perubahan kondisi RK dan lingkungan dalam keadaan tanpa beban, (a) hubungan
suhu terhadap waktu, (b) hubungan kelembaban terhadap waktu, (c) hubungan intensitas
cahaya matahari terhadap waktu
Tabel 1. Perbedaan suhu kelembaban, dan intensitas cahaya matahari di dalam RK dan lingkungan
Pengeringan T (oC) RH (%) Intensitas Matahari (lux)
RK 20 – 52 13 – 75 29 – 90700
20,8 – 44,3 –
L 53,9 – 151500
31,9 73
Gambar 3. Grafik rata-rata perubahan suhu RK dan lingkungan selama proses pengeringan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
pengeringan menggunakan RK memiliki pola penurunan kadar air lebih cepat dibandingkan
proses penjemuran sehingga pengeringan dengan menggunakan RK membutuhkan waktu
13 hari dan pengeringan dengan proses penjemuran 20 hari. Semakin tinggi suhu ruang
pengering maka semakin rendah kadar air bahan, dan akan semakin cepat proses
pengeringannya. Dalam meningkatkan kinerja RK sebagai pengering diperlukan energi ganda
selama proses pengeringan dalam meminimalisir pengaruh cuaca yang fluktuasi terhadap
pengeringan.
A. SIDANG UTAMA
Narasumber: Kilala Tilaar
1. Staff Ilmu Kelautan UNDIP
Pertanyaan
- Jarang bahan alam yang digunakan dari laut, produk Martha Tilaar yang
menggunakan sumber daya laut yang digunakan apa?
- Apa ada potensi dari mikroba laut untuk produk kosmetik?
Jawaban
- Laut itu kaya, baru pakai ganggang merah dan ganggang coklat, baru mulai
bekerjasama dengan Menteri Susi untuk menggunakan sea cucumber untuk
sabun dan sumber collagen. Martha Tilaar di NTB ada pembudidayaan ganggang
coklat dan sea cucumber untuk penggunaan bahan dari laut
- Kemungkinan bisa untuk packaging, untuk penggunaan mikroba masih
memikirkan bagaimana penggunaannya untuk ke kulit, distribusinya ke
konsumen dan ijin dari BPOM
2. Isnaeni (Pusat Penelitian dan Konservasi Tumbuhan)
Pertanyaan
- Mohon deskripsikan pemanfaatan dari tanaman anggrek, bagian apa dan untuk
apa kegunaannya?
- No animal tested, lalu bagaimana testnya supaya tahu itu aman?
Jawaban
- Masih menunggu hasil penelitian tentang pemanfaatan tanaman anggrek, tetapi
jika dilihat hasil-hasil penelitian dari luar negeri menunjukan bagian yang dapat
digunakan untuk bahan kosmetik yaitu dari akarnya, pemanfaatan bisa dilihat
dari kandungan bioaktifnya dari akar, bunga, batang. Belum ada produknya dari
Martha Tilaar
- Menggunakan relawan , apakah ada reaksi alergi, menggunakan telur umur 9
hari, menggunakan telur khusus, apakah ada pendarahan di telur atau tidak,
artificial kulit manusia dengan uji sel kanker.
3. Anwar (Biologi UNDIP)
Pertanyaan
- Side effect dari bahan yang digunakan?
Jawaban
- Ada uji toxic, uji logam berat, menggunakan artificial kulit manusia apakah ada
reaksi dengan sel-sel kanker atau tidak
4. Dr. Budi Setiadi (UGM)
Pertanyaan
- Saran untuk mahasiswa meskipun banyak hasil riset supaya tidak useless?
Jawaban
- Mencari celah di market, dosen bisa bantu untuk mencari celah market dan
penggunaannya, bias ditanamkan ke mahasiswa, supaya karya bias digunakan ke
masyarakat, mencari solusi dari permasalahan disekitar
B. SIDANG PARALEL