Anda di halaman 1dari 22

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI


DAN PENDIDIKAN BIOLOGI

Inovasi dalam Penelitian dan Pembelajaran Biologi

Salatiga, 26 Januari 2019

Penerbit:

FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019 i


EDITOR
Agna Sulis Krave, Ph.D
Desy Fajar Priyayi, M.Pd
Rully Adi Nugroho, Ph.D
Dr.V. Irene Meitiniarti, M.P
Dr. Sri Kasmiyati., M.Si
Dr. Elizabeth Betty Elok Kristiani, M.Si
Drs. Sucahyo., M.Sc
Risya Pramana Situmorang, M.Pd
Slamet Basuki
Ruth Gabriella

ISBN: 978-602-61913-2-8

Penerbit:
Fakultas Biologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Redaksi:
Gedung C Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711 Indonesia
Telp/ Fax: (0298) 321212 ext: 323; (0298) 321433
Website: http://biologi.uksw.edu

Cetakan pertama, Maret 2019

Hak cipta dilindungi Undang-undang


Dilarang memperbanyak buku ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa seijin tertulis
dari penerbit

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019 ii


KATA PENGANTAR

Salam damai sejahtera bagi kita semua.


Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan
berkat dan karuniaNya sehingga Prosiding Seminar Nasional Biologi Dan Pendidikan Biologi
UKSW 2019 dapat terbit sesuai dengan tenggang waktu yang telah ditentukan oleh Panitia.
Seluruh makalah yang terdapat di dalam prosiding ini merupakan kumpulan makalah yang
telah lolos seleksi oleh tim reviewer dan telah dipresentasikan pada Seminar Nasional
Biologi Dan Pendidikan Biologi 2019, yang diselenggarakan Fakultas Biologi, Universitas
Kristen Satya Wacana.
Kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh peserta seminar yang telah
mempresentasikan hasil penelitian dan memberikan informasi tentang berbagai strategi
inovatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran biologi di
lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia.
Seminar Nasional Biologi Dan Pendidikan Biologi 2019 ini mengangkat tema “Inovasi
dalam Penelitian dan Pembelajaran Biologi”. Panitia menghadirkan Prof. I Gusti Putu
Suryadarma, Bapak Kilala Tilaar, dan Dr. Budi Setiadi Daryono sebagai pemakalah utama
yang akan menyampaikan materi tentang pembelajaran kreatif, inovasi dalam pemanfaatan
sumberdaya hayati asli indonesia untuk pengembangan produk jamu, kosmetika dan
nutraseutika, serta discovery dan inovasi dalam teknik rekayasa genetika pada melon.
Peserta seminar nasional yang mempresentasikan hasil penelitiannya ini berasal dari
Salatiga, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Bandung, Bogor, Tasikmalaya, Surabaya,
Lubuklinggau, dan Kupang. Selain itu, seminar ini juga diikuti oleh beberapa mahasiswa yang
berasal dari universitas dan lembaga pendidikan di pulau Jawa.
Seminar nasional ini dapat terselenggara berkat kerjasama yang baik dari seluruh
panitia seminar dan semua pihak yang mendukung terselenggaranya acara seminar nasional
ini. Oleh karena itu, perkenankan kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak
yang terlibat. Penghargaan setinggi-tingginya kami sampaikan kepada seluruh panitia yang
telah bekerja keras demi suksesnya kegiatan. Kami menyadari bahwa penyelenggaraan
seminar ini mungkin masih ada kekurangan baik dalam penyajian acara, pelayanan
administrasi dan keterbatasan fasilitas. Untuk itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Akhir kata, sebagai bentuk akhir dari proses pertanggungjawaban seminar, maka
prosiding ini diterbitkan. Semoga prosiding ini dapat ikut berperan dalam penyebaran hasil
kajian dan penelitian di bidang biologi dan pendidikan biologi dan mendukung atmosfir
penelitian yang baik dan budaya riset yang kuat, berkelanjutan dan berkualitas sesuai
dengan perkembangan ilmu dan teknologi biologi. Kami menyadari masih banyak terdapat
kekurangan dalam penyusunan prosiding ini sehingga masukan dan saran sangat kami
harapkan. Terimakasih.

Salatiga, 20 April 2019


Ketua Panitia,

Rully Adi Nugroho, Ph.D.

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019 iii


SAMBUTAN DEKAN FAKULTAS BIOLOGI

Puji syukur kepada Tuhan bahwa seminar nasional Biologi dan Pendidikan Biologi,
Fakultas Biologi yang ke dua tahun 2019 ini telah berlangsung dengan baik. Pada Seminar
Nasional tahun 2019 ini bertema INOVASI DALAM PENELITIAN DAN PEMBELAJARAN
BIOLOGI. Tema ini dibuat dengan sengaja untuk memotivasi bagi pemerhati, pengamat dan
pemran dalam bidang Biologi serta Pendidikan Biologi untuk lebih berinovasi dan kreatif.
Dalam menghadapi pasar bebas Asia Tenggara yang dikenal dengan sebutan
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), diperlukan perubahan yang mendasar dalam penelitian
dan pembelajaran khususnya bidang Biologi. Persaingan yang ketat akan semakin tampak,
oleh sebab itu dalam mempersiapkan peserta didik dibutuhkan kreatif dan inovatif.
Bagaimana dunia pendidikan dan pembelajaran kita beradaptasi dengan kondisi
tersebut? Ajang forum ilmiah seminar nasional ini dibutuhkan sebagai ajang komunikasi
bersama, dengan saling tukar ilmu dan pengalaman untuk mengembangkan bidang Biologi
dan Pendidikan Biologi bersama-sama. Semoga hasil dari forum ilmiah/diskusi ini dapat
memantik ide-ide baru dan mengembangkan daya cipta.
Semoga prosiding ini bermanfaat bagi kalangan akademis, pemerintah dan industri
untuk melihat peluang-peluang kerjasama dengan berbagai pihak. Salam Inovasi.

Salatiga, 20 April 2019


Dekan Fakultas Biologi,

Dra. Lusiawati Dewi M.Sc

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019 iv


DAFTAR ISI

Halaman Cover ………………………………………………………………………………………………………………………. i


Editor ………………………………………….…………………………………………………………………………...……………. ii
Kata Pengantar………………………………………………..……………………………………………………………………… iii
Sambutan Dekan Fakultas Biologi ……………………………………..……………………………..……………………. iv
Daftar Isi ………………………………………………….……………….……………………………………………………………. v
Materi Pembicara Utama 1 ………………….…………………………………..……………………………………………. 1
Materi Pembicara Utama 2 ……………………………………………………………..………..…………………………… 12
BIOLOGI ERA CAHAYA
Oleh Anggara Mahardika, AB Susanto, Bibin Bintang Andriana, Hidetoshi Sato ……………………… 25
ANALISIS KUALITAS AIR SUMUR DI SEKITAR KAWASAN INDUSTRI TEKSTIL KOTA CIMAHI
(STUDI KASUS AIR SUMUR WARGA DI KELURAHAN MELONG, KECAMATAN CIMAHI
SELATAN, KOTA CIMAHI)
Oleh Shinta Atilia Diatara, Chay Asdak, Edy Suryadi ………………………………………….……………………. 35
DEKOLORISASI PEWARNA TOSCA MENGGUNAKAN KOAGULAN FERRO SULFAT DAN
LUMPUR AKTIF DARI PABRIK TEKSIL DI SALATIGA PADA KONDISI AEROB
Oleh Agustien Sri Noerwahju, V. Irene Meitiniarti, Sri Kasmiyati …………………………………………….. 48
EFEKTIVITAS MEDIA CAMPURAN AMPAS TEBU DAN KARDUS TERHADAP PRODUKTIVITAS
JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae)
Oleh Suparti dan Agustina Ratnaningrum ………………………………………….…………………………………… 59
KONSENTRASI KLOROFIL PADA BERBAGAI VARIASI SUHU PENGERINGAN DENGAN
VACUUM DRYING PADA SUP KRIM DARI RUMPUT LAUT (Caulerpa sp.)
Oleh Dhanang Puspita, Windu Merdekawati, Arisia Putri Sandy Mahendra……………………………. 66
EFEKTIVITAS MEDIA CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SABUT KELAPA TERHADAP
PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)
Oleh Suparti dan Utami Anggriyatno ………………………………………….………………………………………….. 72
PENGARUH GENOTIPE TERHADAP PEMBENTUKAN SPOROFIT DADI MASSA PROTALUS
PAKIS EMAS (Cibotium barometz (L.) J. Sm.) SECARA IN VITRO
Oleh Yupi Isnaini dan Titien Ngatinem Praptosuwiryo ………………………………………….………………… 79
ISOLASI DAN KARAKTERISASI DUA ISOLAT BAKTERI PELARUT FOSFAT DARI TANAH
PERTANIAN DI KABUPATEN SEMARANG, INDONESIA
Oleh Chrisseptina Damayanti, V. Irene Meitiniarti, Rully Adi Nugroho ……………………………………. 86
ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI ENDOFIT YANG MEMPUNYAI AKTIVITAS AMILOLITIK
PADA UMBI TALAS (Colocasia esculenta L.)
Oleh Destik Wulandari, Desi Purwaningsih ………………………………………….……………..………………….. 93
ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL SELULASE DAN XILANASE DARI TAMAN
NASIONAL LORE LINDU
Oleh Luciasih Agustini dan Lisna Efiyanti ………………………………………….…………………………………….. 97
BIODIVERSITAS MIKROORGANISME YANG DIISOLASI DARI PROSES PEMBUATAN
MINUMAN BERALKOHOL ‘CIU’ DI JAWA TENGAH
Oleh Luciasih Agustini ………………………………………….…………………………………………………………………. 109
INTROGRESI SEKUENS DNA PENYANDI CRISPR: Cas9:sgRNA KE DALAM GENOM PADI (Oryza sativa
Linn.) DENGAN GEN TARGET OsSWEET11
Oleh Ivan Tjahja Pranata ………………………………………….………………………………………….…………………. 118
POTENSI PENGEMBANGAN KEANEKARAGAMAN ANGGREK SPESIES GUNUNG API PURBA
NGLANGGERAN, YOGYAKARTA SERTA USAHA KONSERVASINYA
Oleh Amru Rizal Basri, Alim El Hakim, Fauzana Putri, Nureni Dhuha Mustika, Endang Semiarti ……………. 128
KINERJA RUMAH KACA KONTRUKSI BAMBU PADA PENGERINGAN TEMBAKAU MOLE
SUMEDANG (Nicotiana tobaccum L.)
Oleh Lala Romlah ………………………………………….………………………………………….……………………………. 136

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019 v


KONSERVASI EX-SITU Artocarpus spp. DI KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI SARANA EDUKASI
BUAH KHAS INDONESIA
Oleh Popi Aprilianti ………………………………………….………………………………………….…………………………. 145
STRUKTUR KOMUNITAS MAKROFAUNA BENTIK DI PANTAI PRAPAT AGUNG, PANTAI
KARANG SEWU GILIMANUK, DAN PANTAI CEKIK, BALI BARAT
Oleh Putri Afin Nurhayati, Jordan Oktavio Marcelino, Aulia Umi Rohmatika, Moch. Affandi ……………….. 154
PEMODELAN MATEMATIKA PENGOLAHAN LEACHATE
Oleh William Wijaya, Dhira Satwika, Suhardi Djojoatmodjo …………………………………………………… 162
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK
(LKPD) EDUECOTOURISM BERBASIS POTENSI LOKAL
Oleh Hafidhah Hasanah , I.G.P. Suryadarma …………………………………………………………………………… 170
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) BERBASIS KEARIFAN LOKAL
DATARAN TINGGI DIENG DENGAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN
PEMAHAMAN KONSEP
Oleh Laras Auliantika Hapsari, I.G.P. Suryadarma …………………………………………………………………… 179
MEMPROMOSIKAN KONSERVASI MANGROVE MELALUI PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP
TEMATIK, DI KABUPATEN INDRAMAYU
Oleh Hendra Gunawan, Sugiarti, Diah Zuhriana, Suherna ………………………………………………………. 187
Lampiran Notulensi ……………………………………………………………………………………………………………….. 203

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019 vi


KINERJA RUMAH KACA KONTRUKSI BAMBU PADA PENGERINGAN TEMBAKAU MOLE
SUMEDANG (Nicotiana tobaccum L.)

Lala Romlah, Ahmad Thoriq, Ade Moetangad Kramadibrata, Wahyu K. Sugandi


Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Industri Pertanian,
Universitas Padjadjaran
Email: disyalala11@gmail.com

ABSTRAK

Tembakau mole merupakan salah satu komoditas perkebunanan yang menjadi ciri khas
Kabupaten Sumedang diolah menjadi tembakau rajangan irisan halus, proses pengeringannya masih
dilakukan secara tradisional dengan cara dijemur menggunakan energi matahari secara langsung
Alternatif teknologi yang dapat digunakan untuk membantu proses pengeringan yaitu menggunakan
Rumah Kaca (RK) sebagai alat pengering. Penelitian ini bertujuan melakukan uji kinerja RK kontruksi
bambu dibandingkan dengan proses penjemuran pada tembakau mole. Metode penelitian yang
digunakan yaitu metode analisis deskriptif berdasarkan keadaan suhu, kelembaban, kecepatan
angin, dan intensitas cahaya matahari dimulai pada jam 07.00 WIB sampai 17.00 WIB. RK dilengkapi
exhaust fan untuk membantu sirkulasi udara di dalam RK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
perbedaan waktu pengeringan hingga proses pematangan tembakau. Pengeringan tembakau
dengan rata-rata kadar air awal 73,73%bb menjadi rata-rata kadar air akhir 18,66%bb memerlukan
waktu 13 hari di dalam RK dengan rata-rata suhu 40,96oC; RH 26,90%; dan intensitas cahaya
matahari 45917,72 lux sedangkan di luar RK rata-rata kadar air akhir 22,63%bb memerlukan waktu
20 hari dengan rata-rata suhu 28,84oC; RH 43,31%; dan intensitas cahaya matahari 92140,57 lux.
Pengeringan menggunakan RK menghasilkan tembakau yang lebih cepat kering dan matang
dibanding dengan pengeringan di luar RK.

Kata kunci: tembakau mole, pengeringan, kinerja rumah kaca kontruksi bambu

PENDAHULUAN
Tanaman Tembakau merupakan komoditas unggulan perkebunan di Kabupaten
Sumedang, tersebar di 18 kecamatan. Salah satu wilayah penghasil dan pengolah tembakau
di Kabupaten Sumedang yaitu Kecamatan Sukasari. Tembakau yang dihasilkan di wilayah
tersebut berdasarkan sertifikat IG No. 000 000 008 dikenal sebagai tembakau mole, salah
satu jenis tembakau yang diolah menjadi tembakau rajangan irisan halus karena memiliki
mutu dan cita rasa wangi, rasa isap enak, dan rasa tidak pahit (Masyarakat Pelindung
Indikasi Geografis [MPIG] Sumedang, 2011).
Tahapan pengolahan yang mempengaruhi mutu tembakau mole adalah proses
pengeringan. Pengeringan yang dilakukan oleh petani secara manual dengan cara dijemur
pada areal terbuka memanfaatkan sumber panas dari sinar matahari (Iskandar, 2017).
Pengeringan dengan metode ini memiliki kelemahan seperti tergantung pada cuaca,
kerusakan akibat kotoran, ikut menempelnya material lain pada bahan yang dikeringkan dan
ganguan binatang, manusia dan lain sebagainya. Salah satu penanganan yang dapat
dilakukan adalah menggunakan teknologi berupa alat pengering untuk meminimalisir
dampak tersebut.
Pengering rumah kaca (RK) kontruksi bambu merupakan salah satu teknologi tepat
guna sebagai pengering tembakau yang mengaplikasikan prinsip efek rumah kaca dengan
memanfaatkan energi matahari untuk meminimalisir penurunan mutu tembakau. Energi
panas matahari yang dipancarkan ke bumi dalam bentuk radiasi merupakan gelombang

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019 136


pendek. Radiasi matahari keberadaannya selalu berubah-ubah dengan titik maksimum pada
tengah hari karena bertepatan dengan jarak lintasan terpendek sinar matahari menembus
atmosfir meskipun kondisi cerah dan sinar tersedia banyak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja alat pengering RK kontruksi bambu
berdinding plastik UV 6% dengan model arch greenhouse selama proses pengeringan
tembakau mole yang berlangsung di dalam pengering RK meliputi perubahan suhu, RH,
intensitas cahaya matahari dalam peningkatan efektivitas penggunaan RK untuk proses
pengeringan. Posisi RK memanjang dari arah utara ke selatan yang memiliki ukuran 500 mm
x 300 mm x 250 mm. RK dilengkapi dengan rak pengering berfungsi sebagai tempat
menyimpan sasag berisi tembakau berjumlah dua buah yang dibuat bertingkat sebanyak
tiga tingkat dengan kapasitas penuh 60 sasag. RK kontruksi bambu dapat dilihat pada
Gambar 1.

Gambar 1. RK kontruksi bambu

METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai dengan November 2018 bertempat di
Desa Genteng, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat dan Laboratorium
Pasca Panen dan Teknologi Proses, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas
Padjadjaran, Jatinangor. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah tembakau mole
yang dikeringkan di dalam RK dan di lingkungan. Sedangkan alat yang digunakan yaitu
termometer, thermohygrometer, infrared thermometer, Digital Instrument Lutron,
timbangan digital, dan lux meter.
Pengujian RK dilakukan dalam dua kondisi, yaitu tanpa beban dan dengan beban di
dalam RK. Kondisi tanpa beban dilakukan tanpa menggunakan tembakau yang dikeringkan
untuk mengetahui distribusi suhu dan kelembaban di dalam RK kontruksi bambu. Pengujian
pengeringan dengan baban, yaitu pengamatan kondisi pengering RK dilakukan dengan
menggunakan beban tembakau yang hasilnya dibandingkan dengan penjemuran tembakau
secara langsung.
Analisis data dilakukan dengan mengamati dan mengukur parameter-parameter
seperti suhu (oC), kelembaban relatif (RH%), intensitas cahaya matahari (lux), kecepatan
aliran udara (m/s), kadar air (%), massa tembakau (gram) selama proses pengeringan, dan
lama waktu pengeringan dimulai dari jam 07.00 WIB – 17.00 WIB sesuai dengan kebiasaan
petani sampai tembakau mencapai kondisi matang dan siap disimpan.
Prosedur pengujian utama dimulai dari persiapan RK, persiapan bahan, pengukuran
kadar air awal, kemudian pengamatan proses pengeringan pada parameter-parameter
pengukuran, pengamatan hasil pengeringan hingga tembakau matang yang dilakukan di
dalam RK dan di lingkungan serta pengukuran kadar air akhir.

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019 137


HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian tanpa Beban
Pengujian tanpa beban merupakan pengujian tahap awal yang dilakukan untuk
mengetahui perbedaan suhu, RH, intensitas cahaya matahari, dan kecepatan angin ruang
pengering dan lingkungan tanpa menggunakan bahan yang akan dikeringkan. Adapun
perubahan kondisi selama proses pengamatan dapat dilihat pada Gambar 2.

(a)

(b)

(c)

Gambar 2. Grafik perubahan kondisi RK dan lingkungan dalam keadaan tanpa beban, (a) hubungan
suhu terhadap waktu, (b) hubungan kelembaban terhadap waktu, (c) hubungan intensitas
cahaya matahari terhadap waktu

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019 138


Berdasarkan Gambar 2, terlihat bahwa suhu di dalam ruang pengering lebih tinggi
dibandingkan dengan suhu lingkungan dikarenakan adanya efek rumah kaca yang
menyebabkan panas terperangkap di dalam ruang pengering. Suhu maksimal di dalam ruang
pengering yaitu 52oC terjadi pada pukul 13.00 WIB suhu minimal di dalam ruang pengering
yaitu 20oC terjadi pada pukul 07.00 WIB. Kondisi suhu minimal di lingkungan (L) sebesar
20,8oC dan suhu maksimal sebesar 31,9oC yang mencapai puncaknya pada pukul 12.00 WIB
berbeda dengan kondisi ruangan yang mencapai puncaknya pada pukul 13.00 WIB. Kondisi
suhu menurun pada pukul 14.00 WIB, hal ini disebabkan kondisi intensitas cahaya matahari
menurun signifikan karena kondisi cuaca yang mendung. Suhu dan intensitas cahaya
matahari naik kembali pada pukul 15.00 WIB dan akan mengalami penurunan kembali
secara perlahan sesuai dengan pergerakan matahari.
Pola grafik suhu berbanding lurus dengan intensitas cahaya matahari yang masuk ke
dalam ruang pengering. Hal ini terjadi karena intensitas cahaya matahari merupakan salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi perubahan suhu pengeringan, semakin tinggi
intensitas cahaya matahari, maka semakin tinggi pula suhu pengeringan. Sedangkan RH
berbanding terbalik dengan suhu dan intensitas cahaya matahari. Kondisi RH lingkungan
akan lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi RH di dalam ruang pengering pada pagi
sampai sore hari, karena tidak adanya aliran uap air dari lingkungan ke dalam ruang
pengering sedangkan kondisi RH di lingkungan dipengaruhi adanya aliran uap air yang
terjadi di sekitar lingkungan penjemuran karena proses hidrologi. RH tertinggi di dalam
ruang terjadi pada pukul 07.00 WIB sebesar 75% dan RH terendah terjadi pada pukul 13.00
WIB sebesar 13%, sedangkan RH di lingkungan memiliki rentang antara 44,3% - 73%.
Rata-rata intensitas cahaya matahari paling tinggi terjadi pada jam 12.00-13.00 WIB,
hal ini disebabkan karena posisi matahari berada pada posisi tegak lurus dengan bumi,
penurunan dan peningkatannya terjadi secara perlahan. Selain disebabkan karena intensitas
cahaya matahari, perubahan suhu ruang pengering juga disebabkan oleh kelembaban udara
(RH), baik di lingkungan maupun di dalam ruang pengering. Suhu lingkungan yang tinggi
dengan intensitas matahari yang tinggi akan menyebabkan kelembaban udara pada
lingkungan yang rendah dan udara yang masuk kurang lembab begitu juga sebaliknya,
dengan meningkatnya suhu udara lingkungan kelembaban udara yang masuk ke dalam
ruang pengering akan menjadi rendah yang menyebabkan suhu udara meningkat sampai
dengan menurunnya intensitas cahaya matahari.
Perbedaan rentang suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya matahari di dalam RK
dan lingkungan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perbedaan suhu kelembaban, dan intensitas cahaya matahari di dalam RK dan lingkungan
Pengeringan T (oC) RH (%) Intensitas Matahari (lux)
RK 20 – 52 13 – 75 29 – 90700
20,8 – 44,3 –
L 53,9 – 151500
31,9 73

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa suhu awal RK sedikit lebih rendah


dibandingkan suhu lingkungan dan akan naik secara bertahap seiring dengan tingginya
intensitas matahari yang masuk ke dalam RK, sedangkan kondisi RH berbanding terbalik
yang mempunyai nilai lebih tinggi pada awal pengamatan dibanding dengan lingkungan dan
akan mencapai titik terendah pada kondisi suhu dan intensitas cahaya matahari yang tinggi
di dalam RK.

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019 139


Pengujian dengan Beban
Kondisi Suhu
Suhu di dalam RK terjadi fluktuasi seiring dengan tingkat intensitas cahaya matahari.
Besar suhu panas pada RK dapat mempercepat penurunan kadar air tembakau mole yang
dikeringkan. Hal ini seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Grafik rata-rata perubahan suhu RK dan lingkungan selama proses pengeringan

Berdasarkan Gambar 3, suhu di dalam ruang pengering secara keseluruhan lebih


tinggi dibanding dengan suhu lingkungan dan disekitar fan. Perbedaan antara suhu RK dan
lingkungan disebabkan adanya efek rumah kaca. Sedangkan perbedaan suhu antara RK dan
di sekitar fan karena adanya uap air yang terisap/terhembuskan oleh fan.
Pengeringan dengan menggunakan RK, menghasilkan sebaran suhu pada ruang
pengering yang kurang merata karena posisi rak yang sejajar dan posisi matahari
menyebabkan rak yang lebih tinggi posisinya akan lebih tinggi suhunya dan posisi yang yang
paling bawah suhunya lebih rendah. Perbedaan suhu antara rak atas dan bawah cukup
tinggi dikarenakan panas yang dihasilkan hanya berasal dari panas matahari dan tidak
terdapat pemanas tambahan. Kondisi sebaran suhu terlihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Grafik sebaran suhu rata-rata selama proses pengeringan


Berdasarkan grafik yang ditunjukkan oleh Gambar 4 terlihat bahwa antara suhu di
dalam ruang pengering dan di lingkungan memiliki perbedaan yang signifikan dengan
kondisi suhu di dalam ruang pengering yang paling tinggi berada pad arak 6 dan yang paling

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019 140


rendah pada rak 1. Keadaan suhu yang tinggi pada ruang pengering menyebabkan proses
pengeringan akan mengalami peningkatan, karena semakin tinggi suhu ruang pengering,
maka semakin cepat penguapan air yang terdapat pada bahan sehingga proses pengeringan
dapat berlangsung dengan cepat dan baik (Zamharir, dkk 2016).
Selain perbedaan suhu antara ruang pengering dan lingkungan yang sangat
signifikan, perbedaan suhu juga terlihat pada setiap rak di dalam ruang pengering. Hal ini
disebabkan oleh posisi setiap rak berbeda seperti terlihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Posisi rak di dalam ruang pengering


Berdasarkan Gambar 5 rak 1 dan rak 4 berada pada posisi paling bawah dan posisi
rak paling atas yaitu pada rak 3 dan 6. Rak 1 dan 4 mempunyai suhu terendah dibanding
dengan yang lain disebabkan pada proses pengeringan berlangsung, bahan yang diletakkan
pada rak 1 dan 4 akan terhalang oleh bahan yang dikeringkan pada rak yang berada
diatasnya, sehingga sinar yang datang pada bahan hanya sebagian dan hanya akan
mendapat sinar pada pagi atau sore hari. Ketika sinar berada ditengah, maka rak yang
berada di bawah rak 6 dan 3 akan mendapat sinar langsung yang sangat sedikit, walaupun
panas yang masuk akan perlahan menembus rak 6 dan 3 yang diteruskan pad arak 1 dan 4.
Kelembaban Relatif (RH)
Selama proses pengeringan dan pengambilan data, RH sangat dipengaruhi oleh suhu.
RH di dalam RK lebih rendah daripada RH lingkungan seperti yang terlihat pada Gambar 6.
Kondisi ini terjadi karena suhu di dalam RK lebih tinggi dari pada suhu di lingkungan, selama
proses pengeringan RH akan mengalami fluktuasi seiring dengan fluktuasi yang trejadi pada
intensitasi cahaya matahari, sehingga berpengaruh terhadap suhu udara (Fekawati, 2010).

Gambar 6. Grafik kondisi RH rata-rata tiap rak selama pengeringan di dalam RK

Berdasarkan Gambar 6 dijelaskan bahwa Nilai RH di dalam RK paling rendah sebesar


12% sedangkan di lingkungan RH terendah 29,8%. Kelembaban relatif pada ruang pengering

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019 141


tinggi besar karena suhu di dalam RK lebih tinggi daripada suhu di lingkungan, suhu RK
mencapai 50,46oC sedangkan suhu kolektor 32,07oC. Dapat disimpulkan bahwa nilai
kelembaban relatif di dalam RK maupun lingkungan sangat mempengaruhi proses
pengeringan.
Energi Pengering yang Dihasilkan dari Intensitas Cahaya Matahari
Intensitas cahaya matahari sangat mempengaruhi kondisi suhu dan RH, baik di dalam
RK maupun di lingkungan. Kondisi intensitas cahaya matahari selama proses pengeringan
dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Grafik hubungan antara energi yang dihasilkan dengan waktu


Berdasarkan Gambar 7, energi pengeringan paling banyak dihasilkan terdapat pada
proses penjemuran di lingkungan dengan kondisi cuaca yang sangat cerah. Hal ini yang
menyebabkan perbedaan energi pengeringan yang dihasilkan RK maupun lingkungan
berubah–ubah setiap jamnya. Semakin tinggi radiasi matahari yang diterima, maka semakin
tinggi pula energi pengeringan yang dihasilkan. Besar intensitas cahaya matahari di
lingkungan akan lebih besar dibandingkan dengan kondisi intensits cahaya matahari di
dalam RK. Hal ini karena RK tertutup oleh dinding transparan yang menyebabkan kondisi RK
tidak lebih terang disbanding lingkungan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya energi pengeringan adalah
bahan dinding dan atap RK, kehilangan dan kecepatan angin. Menurut Maulana (2014)
menyatakan bahwa banyaknya energi panas pengeringan yang terkumpulkan juga
bergantung pada sifat optik (transmisivitas dan refleksifitas), sifat–sifat pelat penyerap
(absorptivitas dan emisivitas) dan kehilangan panas.

Penurunan Kadar Air Tembakau Mole Berdasarkan Waktu


Penurunan kadar air pada masing-masing perlakuan berbeda-beda, dapat dilihat
pada Tabel 2. Pada pengeringan, pematangan sampai siap simpan menggunakan RK
dibutuhkan waktu selama 13 hari hingga sampel bahan mencapai kadar air akhir 18,66 %bb,
sedangkan pengeringan dengan proses penjemuran kadar air akhir rata-rata diperoleh
setelah pengeringan selama 20 hari yaitu sebesar 22,63% bb. Penurunan kadar air yang
terjadi selama proses pengeringan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 2. Kadar Air Tembakau (%bb)


M awal M akhir Kadar Air
Pengeringan
(kg) (kg) (%bb)
RK 0,89 0,17 18,66
L 0,90 0,21 22,63
Rata2 0,89 0,19 20,65

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019 142


Tabel 2 menunjukkan bahwa kadar air tergolong masih tinggi karena pengukuran
kadar air dilakukan pada saat tembakau telah matang dan akan disimpan dengan kondisi
tembakau tidak terlalu kering, karena jika tembakau disimpan pada kondisi kering maka
akan terjadi kerusakan yang menyebabkan kualitas tembakau menurun.
Pengeringan menggunakan RK memiliki pola penurunan kadar air lebih cepat
dibandingkan proses penjemuran, karena panas yang menghasilkan suhu yang cukup tinggi
sehingga kadar air bahan yang dikeringkan lebih cepat menurun seperti yang ditampilkan
pada Gambar 8.

Gambar 8. Grafik rata-rata penurunan massa air selama proses pengeringan


Data keseluruhan yang disajikan menunjukkan bahwa suhu pada Gambar 4
berbanding terbalik dengan kadar air bahan yang disajikan pada Gambar 8. Semakin tinggi
suhu ruang pengering maka semakin rendah kadar air bahan, dan akan semakin cepat
proses pengeringannya. Selain itu kadar air juga mengalami kenaikan seiring dengan
menurunnya suhu selama proses pengeringan.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
pengeringan menggunakan RK memiliki pola penurunan kadar air lebih cepat dibandingkan
proses penjemuran sehingga pengeringan dengan menggunakan RK membutuhkan waktu
13 hari dan pengeringan dengan proses penjemuran 20 hari. Semakin tinggi suhu ruang
pengering maka semakin rendah kadar air bahan, dan akan semakin cepat proses
pengeringannya. Dalam meningkatkan kinerja RK sebagai pengering diperlukan energi ganda
selama proses pengeringan dalam meminimalisir pengaruh cuaca yang fluktuasi terhadap
pengeringan.

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih disampaikan kepada Unpad karena telah membiayai penelitian
ini melalui skema Riset Fundamental Unpad (RFU) dengan ketua peneliti Ahmad Thoriq.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Asosiasi Petani Tembakau Kabupaten
Sumedang yang telah memfasilitasi terlaksananya kegiatan penelitian ini.

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019 143


DAFTAR PUSTAKA
Fekawati, R. (2010). Uji Performansi Pengering Efek Rumah Kaca Hybrid Tipe Rak Berputar
pada Pengeringan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreanus). Skripsi. Jurusan
Teknologi Pertanian. IPB. Bogor.
Himawanto, Dwi Aries dan Muhammad Nadjib. (2013). Pengeringan Tembakau dengan
Sistem Hybrid. Jurnal Ilmiah Semesta Teknika, 16(1), 1-9.
Iskandar. Budiawati. Azril dan Ruhiyat. (2017). The Practice of Farming, Processing and
Trading of Tobacco by Sukasari People of Sumedang District, West Java, Indonesia.
Biodiversitas: Semarang.
Masyarakat Pelindung Indikasi Geografis (MPIG). (2011). Tembakau Mole Sumedang.
Sumedang.
Maulana, Malik. (2014). Uji Performansi Alat Pengering Hybrid (Surya-Listrik) Tipe Rak Pada
Pengeringan Kakao. Skripsi. Universitas Mataram: Mataram.
Zamharir. Sukmawati, dan Asih Priyati. (2016). Analisis Pemanfaatan Energi Panas pada
Pengeringan Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) dengan Menggunakan Alat
Pengering Efek Rumah Kaca (ERK). Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem. 4
(2), 264-274.

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019 144


LAMPIRAN NOTULENSI

A. SIDANG UTAMA
Narasumber: Kilala Tilaar
1. Staff Ilmu Kelautan UNDIP
Pertanyaan
- Jarang bahan alam yang digunakan dari laut, produk Martha Tilaar yang
menggunakan sumber daya laut yang digunakan apa?
- Apa ada potensi dari mikroba laut untuk produk kosmetik?
Jawaban
- Laut itu kaya, baru pakai ganggang merah dan ganggang coklat, baru mulai
bekerjasama dengan Menteri Susi untuk menggunakan sea cucumber untuk
sabun dan sumber collagen. Martha Tilaar di NTB ada pembudidayaan ganggang
coklat dan sea cucumber untuk penggunaan bahan dari laut
- Kemungkinan bisa untuk packaging, untuk penggunaan mikroba masih
memikirkan bagaimana penggunaannya untuk ke kulit, distribusinya ke
konsumen dan ijin dari BPOM
2. Isnaeni (Pusat Penelitian dan Konservasi Tumbuhan)
Pertanyaan
- Mohon deskripsikan pemanfaatan dari tanaman anggrek, bagian apa dan untuk
apa kegunaannya?
- No animal tested, lalu bagaimana testnya supaya tahu itu aman?
Jawaban
- Masih menunggu hasil penelitian tentang pemanfaatan tanaman anggrek, tetapi
jika dilihat hasil-hasil penelitian dari luar negeri menunjukan bagian yang dapat
digunakan untuk bahan kosmetik yaitu dari akarnya, pemanfaatan bisa dilihat
dari kandungan bioaktifnya dari akar, bunga, batang. Belum ada produknya dari
Martha Tilaar
- Menggunakan relawan , apakah ada reaksi alergi, menggunakan telur umur 9
hari, menggunakan telur khusus, apakah ada pendarahan di telur atau tidak,
artificial kulit manusia dengan uji sel kanker.
3. Anwar (Biologi UNDIP)
Pertanyaan
- Side effect dari bahan yang digunakan?
Jawaban
- Ada uji toxic, uji logam berat, menggunakan artificial kulit manusia apakah ada
reaksi dengan sel-sel kanker atau tidak
4. Dr. Budi Setiadi (UGM)
Pertanyaan
- Saran untuk mahasiswa meskipun banyak hasil riset supaya tidak useless?
Jawaban
- Mencari celah di market, dosen bisa bantu untuk mencari celah market dan
penggunaannya, bias ditanamkan ke mahasiswa, supaya karya bias digunakan ke
masyarakat, mencari solusi dari permasalahan disekitar

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019 203


Narasumber: Prof. I Gusti Putu Suryadarma
1. Andreas (UKSW)
Pertanyaan
- Bagaimana cara yang tepat supaya masyarakat paham dengan biodiversity dan
supaya tahu manfaatnya?
Jawaban
- Biodiversitas disesuaikan dengan jaman sekarang, contohnya dengan metode
pendekatan terbalik, pikirkan hilirnya dulu seperti manfaat dan fungsinya, baru
ke hulunya. Pemahaman akan lebih mudah dengan adanya “kasus” dan
kombinasi dengan semua objek biologi serta penerapan dengan teknologi. Guru
hanya mengarahkan bukan lagi mengajarkan informasi dan murid yang akan
membuka “web” dan menyelesaikan sendiri. Produk disesuaikan dengan objek
biologi, objek psikologi dan objek spiritual. Edukasi bisa dilakukan dengan media
seperti sosial media dan ecowisata

Narasumber: Dr. Budi Setiadi


1. Peserta dari FMIPA UNNES
Pertanyaan
- Apakah diawali dengan menyediakan bibit unggul dulu, dipilih dulu, pemilihan
secara fenotif untuk mengawinkan sampai berapa generasi? Sampai dapat melon
dengan ukuran kecil?
Jawaban
- Punya koleksi, mengumpulkannya dengan jalan-jalan atau bekerjasama dengan
kolega
- Seleksi, tergantung dengan keinginan diri sendiri, dan peluangnya “high risk, high
cost, high profit”
- Menggunakan tenaga molekuler
- Skill, tahu arahnya kemana, belajar, mau menunggu dan tidak instan
- Branding, berani untuk ekspos, publikasi, original

B. SIDANG PARALEL

Nama Pemakalah: Anggara Mahardika


1. Dhira Satwika (UKDW, Yogyakarta)
Pertanyaan
- Apa realisasi dan penggunaan pada masa mendatang dari Raman Spektroskopi?
Apakah dapat digunakan pada bidang lain seperti di lingkungan?
Jawaban
- Bisa, seperti yang sudah dilakukan oleh rekan saya
2. Emma Sharon A.K (UKSW, Salatiga)
Pertanyaan
- Mengapa Diatom dapat memproduksi asam lemak saat ada cekaman lingkungan,
dan bukan kekurangan asam lemak?
Jawaban
- Diatom dapat menyimpan cadangan makanan sebagai bentuk usaha
mempertahankan diri saat ada cekaman lingkungan

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019 204


Nama Pemakalah: Shinta Atilia Diatara, Chay Asdak, Edy Suryadi
1. Anggara Mahardika (Kwansei Gakuin University)
Pertanyaan
- Standar kualitas air yang baik dan buruk yang dimaksud untuk apa?
- Apakah dilakukan penelitian mengenai dampak kesehatan yang ditimbulkan dari
pengaruh air sumur dan air sungai di kawasan industri tekstil tersebut?
Jawaban
- Standar untuk air minum
- Belum ada, penelitian yang dilakukan hanya mengenai kualitas air sumur dan air
sungai di kawasan tersebut
2. Peni (IAIN, Salatiga)
Pertanyaan
- Mengapa melakukan penelitian ini di kawasan industri tekstil yang jelas
tercemar?
Jawaban
- Penelitian dilakukan di kawasan tersebut karena pada daerah tersebut terdapat
instalasi pengolahan air limbah, tetapi data terkesan ditutup-tutupi oleh pabrik
atau industri tekstil disana
3. Dhira Satwika (UKDW, Yogyakarta)
Pertanyaan
- Jarak antar lokasi sumur tidak terlalu jauh tetapi hasil nilai krom total antara
sungai dan sumur hasilnya sama
- Metode apa yang dilakukan dalam pengukuran krom total?
Jawaban
- Pada awalnya sampel direncanakan diambil pada saat kemarau tetapi pada saat
penelitian ini berlangsung sudah musim penghujan sehingga dugaan awal
berbeda dengan hasil yang didapatkan karena air hujan membuat kualitas air
menjadi lebih baik karena terjadi pengenceran
- Dengan metode kimiawi
Saran
- Untuk penelitian seperti ini metodologi lebih diperhatikan untuk
memperhitungkan adanya faktor-faktor lain

Nama Pemakalah : William Wijaya, Dhira Satwika, Suhardi Djojoatmojo


1. Abigayle Jenne (UKSW, Salatiga)
Pertanyaan
- Perbedaan permodelan penelitian ini dengan permodelan matematika biasa?
Jawaban
- Tidak ada perbedaan, ini hanya pengolahan biasa hanya dengan pengukuran
permodelan matematika, dari hasil yang mengikuti pola tertentu, permodelan ini
untuk membangun peramalan hasilnya sehingga mungkin dapat lebih baik
2. Anggara Mahardika (Kwansei Gakuin Univesity)
Pertanyaan
- Jika di lapangan, misalnya pada fosfat. Apa yang menyebabkan terjadinya
fluktuasi?
Jawaban

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019 205


- Perbedaan valensi fosfat yang menyebabkan perbedaan kelarutannya dalam air.
Oksidasi dan reduksi jufa mempengaruhi.
3. Rully Adi Nugroho (UKSW, Salatiga)
Pertanyaan
- Penjelasan grafik BOD pada powerpoint dan model penyajiannya, lalu apa saja
faktor yang diperhatikan dari pengukuran air lindi?
Jawaban
- Aktifitas lain yang belum teramati misalnya laju fotosintesis, pada penelitian ini
hanya melakukan pengamatan pada pertumbuhan kana (Canna Sp.) selain itu
agen biologi lain juga belum diperhatikan.
-
Nama Pemakalah : Suparti dan Agustina Padmaningrum
1. Yupi (LIPI Kebun Raya Bogor).
Pertanyaan
- Apakah media yang digunakan ini mudah dicari sehingga diteliti?
- Berapa efektifkah kita menggunakan media alternatif ini?
Jawaban
- Lahan pertanian sedikit dan merang juga jarang dijumpai, saya mencoba meneliti
karna kardus merupakan salah satu limbah dan digunakan juga ampas tebu
karena ampas tebu ini hanya dibuang begitu saja dan kedua media ini menjadi
ramah lingkungan jika dimanfaatkan.
- Belum ada pengaruh yang signifikan karena belum saya teliti, untuk lebih baik
nanti saya akan teliti lebih lanjut.
2. Kas (UKSW)
Pertanyaan
- Kontrol atau media pada merang ada atau tidak?
- Kardus yang mana yang harus digunakan untuk membuatnya dan treatment apa
yang dilakukan?
Jawaban:
- Tidak ada.
- Kardus box yang besar yang tulisannya harus dihilangkan terlebih dahulu dengan
cara merendam dan dikelupasi.

Nama Pemakalah: Dhanang P, Windu Merdeka Wati, Arisia Putri S.M


1. Intan
Pertanyaan
- Cara untuk mengkonsumsinya kan dengan diseduh dengan air panas, apakah
nantinya klorofil yang ada akan berkurang dengan ditambahnya air panas dan
proses pengeringan?
Jawaban
- Tidak, mungkin akan berangsur-angsur hilang tapi dalam kurun waktu yang lama
karena dari bahan sintetis.
- Untuk tahan lamanya sendiri belum diteliti , karna saya meneliti hanya sampai
tahap akhir saja.
2. Dewi (Mahasiswa UKSW)
Pertanyaan
- Perbandingan dapat mempengaruhi atau tidak?

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019 206


- Berapa nilai absorbansinya ?
Jawaban:
- Perbandingannya dengan 2 sendok teh dan untuk perbandingan airnya sendiri
belum di uji.
- Semakin tinggi suhu nilai absorbansinya menurun sehingga paling tepat pada
suhu 600C.
3. Kas (UKSW)
Pertanyaan
- Pada proses pengeringannya itu sebelum dicampur atau sesudah dicampur?
Jawaban
- Karena rumput laut ini memiliki potensi, dan dimasukan kedalam vakum
sehingga didapatkan bubuk.

Nama Pemakalah: Suparti dan Utami Anggriyatno


1. Yupi(LIPI kebun Raya Bogor).
Pertanyaan
- Kira-kira jamur yang dihasilkan ini memiliki perbandingan tidak atau dari segi
positifnya dengan hasil dari petani yang lain?
Jawaban:
- Hal positifnya ada dengan menggunakan plastik 1 kg sedangkan para petani
menggunakan plastik yang agak besar, dan lebih cepat miseliumnya tumbuh
memenuhi baclog. Untuk diameter jamurnya sendiri dibandingkan dengan petani
jamur badan buahnya lebih lebar tetapi sedikit jumlah jamurnya dibandingkan
dengan petani jamur lainnya.=

Nama Pemakalah : Yupi Isnaini(LIPI Kebun Raya Bogor)


1. Agustina(UNS)
Pertanyaan:
- Mengapa dengan kondisi yang sedikit sporofitnya malah banyak?
Jawaban:
- Awalnya dilihat dari kondisi nutrisi yang dihutan, saat mengkulturkan banyak
studi literatur dan mencari tau media apa yang dipakai dan yang bagus adalah ¼
MS dari ½, ¼. Setelah itu dicari kelebihan dan kekurangan dariunsur haranya.
2. Intan
Pertanyaan:
- Waktu panen yang dihasilkan sampai tumbuh bulu-bulu pada tubuhan paku itu
berapa lama?
- Tekstur tanahnya seperti apa?
Jawaban:
- Belum tahu, karena belum mencoba menanam di hutan dan yang jelas ini
tahunan.
- Untuk tanahnya sendiri agak basah dan ternaungi tidak terlalu pasir tetapi tanah.
3. Kas (UKSW)
Pertanyaan:
- Sejauh mana yang sudah dieksplor ke LIPI?
Jawaban:

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019 207


- Mencoba penyebaran sporofit secara alami tetapi memang lebih enak dikontrol
di lab.

Nama Pemakalah: Hafidhah Hasanah, I.G.P. Suryadarma


1. Agus (UKSW)
Pertanyaan
- masalah apa yang dihadapi selama penelitian?
Jawaban
- Menuju lokasi belum ada akses jalan, belum mendapat perhatian dari
pemerintah untuk mengelolah sekolah.
2. Ita (UKSW)
Pertanyaan
- LKPD itu kegiaatannya seperti apa? Berapa lama pengembangannya?
- Materi apa yang dikembangkan?
Jawaban
- LKPD berisi kegiatan aktivitas di luar ruangan dengan memanfaatkan obyek
wisata Batu Ondo. Pengembangan 1 tahun. Penerapan 1-4 kali dalam satu kelas.
- Materi Ekosistem biotik abiotic.
3. Desy (UKSW)
Pertanyaan
- Bagaimana cara mengukur berpikir kritis?
- Potensi lokal apa saja yag termuat di obyek wisata?
Jawaban
- Pretest, posttest, jenis soal pilihan gandaa 10 soal beralasan
- Indikator dari mengobservasi jenis-jenis biota dana biota yang ada disana.

Nama Pemakalah: Laras Auliantika Hapsari, I.G.P. Suryadarma


1. Desy (UKSW)
Pertanyaan:
- Apa batasan dari kearifan lokal?Apa saja kearifan lokal yang ada di Dieng?
Jawaban:
- Pola perilaku yang ada di lingkungan. Dieng merupakan dataran tinggi yang
kebanyakan bertani. Teknik bertani agroforestry, tanaman yang dibudidayakan
kentang dan karika. Petani memanfaatkan kotoran ternak yang dijadikan pupuk
dan sisa sisa dari tumbuhan yang digunakan bahan pakan ternak.

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019 208

Anda mungkin juga menyukai