SKRIPSI
Oleh
BARA NURUL ZAHIRA
K1A017031
SKRIPSI
Oleh
BARA NURUL ZAHIRA
K1A017031
Oleh :
BARA NURUL ZAHIRA
K1A017031
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
i
PERNYATAAN
Bila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi pencabutan
gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.
ii
PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI
Skripsi ini terdaftar dan tersedia di Pusat Informasi Ilmiah Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam dan terbuka untuk umum dengan ketentuan bahwa hak
cipta ada pada penulis dengan mengikuti aturan HaKI yang berlaku di Universitas
Jenderal Soedirman. Pengutipan dan atau peringkasan hanya dapat dilakukan
dengan mengikuti kebiasaan ilmiah untuk menyebutkan sumbernya.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Formulasi Sabun Cuci Tangan Cair dengan Penambahan Fraksi
Aktif Ekstrak Daun Ciplukan (Physalis angulata L.) dan Uji Aktivitas
Antibakteri terhadap Bakteri Escherichia coli”. Skripsi ini disusun sebagai
persyaratan untuk menyelesaikan Program Studi Strata Satu (S1) Kimia pada
Universitas Jenderal Soedirman.
Skripsi ini pada proses penyusunannya tentu mengalami banyak hambatan,
namun berkat bantuan banyak pihak akhirnya semua dapat dilewati. Ucapan terima
kasih penulis tujukan kepada:
1. Ibu Dian Riana Ningsih, S. Si., M.Si. selaku pembimbing tugas akhir I dan
ibu Purwati, S. Si., M. Si. selaku pembimbing tugas akhir II yang selalu
memberikan arahan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
2. Bapak Mochamad Chasani, S.Si., M.Si. dan bapak Amin Fatoni, M.Si.,
Ph.D. yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun dalam
penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Suyata S. Si., M.Si. selaku dosen Pembimbing Akademik yang selalu
memberikan nasihat dan saran demi perbaikan untuk ke depannya.
4. Bapak Amin Fatoni, M.Si., Ph.D. selaku Ketua Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal Soedirman.
5. Bapak Drs. Sunardi, M. Si. selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Jenderal Soedirman.
6. Ibu Ari Asnani, Ph.D. selaku ketua Laboratorium Biokimia serta bapak Ade
Martinus, M.Sc. selaku analis Laboratorium Biokimia yang telah membantu
dalam pelaksanaan penelitian.
7. Seluruh staff dan dosen pengajar di lingkungan Fakultas MIPA khususnya
Jurusan Kimia yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat.
8. Kedua orangtua serta kedua kakak saya yang senantiasa memberikan doa,
nasihat, dan motivasi.
iv
9. Teman-teman kimia angkatan 2017 Universitas Jenderal Soedirman yang
senantiasa menemani serta memberikan dukungan dan bantuan.
10. Teman-teman Laboratorium Biokimia yang telah memberikan bantuan di
hampir setiap proses pengambilan data.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk semua, baik bagi penulis
maupun pembaca. Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia
termasuk dalam penyusunan skripsi ini yang masih terdapat banyak kekurangan
sehingga kritik dan saran sangat diharapkan.
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
3.2.2 Bahan .................................................................................. 14
3.3 Prosedur Kerja ............................................................................ 14
3.3.1 Preparasi sampel ................................................................. 14
3.3.2 Pembuatan ekstrak metanol daun ciplukan ........................ 15
3.3.3 Fraksinasi ekstrak metanol daun ciplukan .......................... 15
3.3.4 Regenerasi bakteri E. coli ................................................... 15
3.3.5 Uji aktivitas antibakteri ekstrak metanol, fraksi n-heksana,
fraksi etil asetat, dan fraksi residu ekstrak metanol daun
ciplukan .............................................................................. 16
3.3.6 Identifikasi dengan spektroskopi FTIR .............................. 16
3.3.7 Uji fitokimia ....................................................................... 17
3.3.8 Formulasi sabun cuci tangan cair ....................................... 18
3.3.9 Uji aktivitas antibakteri sabun cuci tangan cair .................. 19
3.3.10 Uji kestabilan sabun cuci tangan cair ............................... 20
3.3.11 Analisis data ..................................................................... 22
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 23
4.1 Preparasi Sampel ........................................................................ 23
4.2 Ekstraksi Sampel ........................................................................ 23
4.3 Fraksinasi Sampel ...................................................................... 24
4.4 Regenerasi Bakteri ..................................................................... 25
4.5 Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol, Fraksi n-Heksana,
Fraksi Etil Asetat, dan Fraksi Residu Ekstrak Metanol Daun
Ciplukan .................................................................................... 25
4.6 Analisis Fraksi yang Teraktif dengan FTIR ............................... 28
4.7 Uji Fitokimia .............................................................................. 29
4.8 Formulasi Sabun Cuci Tangan Cair ........................................... 33
4.9 Uji Aktivitas Antibakteri Sabun Cuci Tangan Cair ................... 34
4.10 Karakterisasi Sabun Cuci Tangan Cair .................................... 37
BAB 5 KESIMPULAN ................................................................................ 43
5.1 Kesimpulan................................................................................. 43
5.2 Saran ........................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 44
vii
LAMPIRAN ................................................................................................. 54
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... 71
viii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
Pemakaian
SINGKATAN Nama pertama kali
pada halaman
FTIR Fourier Transform Infrared vi
E. coli Escherichia coli vii
Mg Magnesium ix
FeCl3 Ferri klorida ix
pH Potential of Hydrogen ix
KOH Kalium hidroksida xii
CMC Carboxyl methyl cellulose xii
SLS Sodium lauril sulfat xii
mm Milimeter xii
cPs Sentipoise xii
ppm Part per million xii
cm Sentimeter 1
IR Infra merah 7
PHBS Penerapan Hidup Bersih dan Sehat 12
NaOH Natrium hidroksida 13
NA Nutrient Agar 15
NB Nutrient Broth 15
HCl Hidrogen klorida 15
Mg Magnesium 15
H2SO4 Asam sulfat 15
mL Mililiter 16
rpm Rotasi per menit 16
OD Optical density 17
SNI Standar Nasional Indonesia 21
ANOVA Analysis of Variance 22
ix
Pemakaian
LAMBANG Nama pertama kali
pada halaman
% Persen xii
µ Mikro 11
°C Derajat Celsius 11
N Normalitas 15
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
ABSTRAK
Tangan sebagai salah satu anggota tubuh yang memiliki banyak fungsi perlu
dijaga dan diperhatikan kebersihannya. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
mencuci tangan menggunakan sabun. Penggunaan zat aktif antibakteri seperti
triclosan dapat menyebabkan resistensi bakteri dan iritasi pada kulit sehingga perlu
dicari bahan alternatif yang alami. Salah satu bahan alam yang mengandung
senyawa antibakteri adalah ciplukan terutama pada bagian daun karena
mengandung metabolit sekunder berupa alkaloid, steroid, tanin, polifenol, saponin,
dan flavonoid. Tujuan penelitian ini adalah menentukan ekstrak atau fraksi yang
teraktif untuk dapat digunakan sebagai zat aktif alami pada sabun cuci tangan cair
yang selanjutnya sabun tersebut dikarakterisasi dan diuji aktivitas antibakteri
terhadap bakteri E. coli. Sabun dibuat dengan metode semi boiled. Bahan utama
pembuatan sabun berupa minyak kelapa sawit dan KOH 20% serta bahan tambahan
berupa carboxyl methyl cellulose, sodium lauril sulfat, asam sitrat, asam stearat,
pewangi, pewarna, dan ekstrak atau fraksi ekstrak daun ciplukan yang teraktif
dengan konsentrasi 1000 ppm. Ekstrak atau fraksi ekstrak yang teraktif didapatkan
oleh fraksi residu dengan diameter zona hambat sebesar 2,75 mm. Sabun cuci
tangan cair dengan penambahan zat aktif fraksi residu ekstrak metanol daun
ciplukan memiliki wujud cair berwarna kuning telur dan aroma jeruk lemon.
Karakteristik sabun yang dibuat telah memenuhi standar mutu yang ditetapkan.
Nilai pH yang didapatkan sebesar 6,84, stabilitas busa 85,53%, viskositas 14,95
cPs, dan kadar asam lemak bebas 0,85%. Uji aktivitas antibakteri sabun yang telah
dibuat mendapatkan nilai diameter zona hambat sebesar 21,27 mm.
Kata kunci: ekstrak metanol daun ciplukan, antibakteri, Escherichia coli, sabun
cuci tangan cair.
xiv
ABSTRACT
Hands as a part of the body that has many functions must be kept clean. Efforts
that can be taken is to wash it with soap. The use of antibacterial active substances
such as triclosan can cause bacterial resistance and irritation to the skin, so it is
necessary to look for natural alternative ingredients. One of the natural ingredients
that contain antibacterial compounds is ciplukan, especially on the leaves because
it contains secondary metabolites in the form of alkaloids, steroids, tannins,
polyphenols, saponins, and flavonoids. The purpose of this study was to determine
the most active extract or fraction to be used as a natural active substance in liquid
hand soap then characterized and tested for antibacterial against E. coli bacteria.
The soap was made using the semi-boiled method. The main ingredients used were
palm oil and 20% KOH and additional ingredients such as carboxyl methyl
cellulose, sodium lauryl sulfate, citric acid, stearic acid, fragrances, dyes, and the
most active extract or fraction of ciplukan leaf 1000 ppm. The most active extract
or fraction was obtained by the residue fraction with an inhibition zone diameter of
2.75 mm. Liquid hand soap with the active substance of the residual fraction have
a liquid form, egg yolk color, and lemon scent. The characteristics of liquid hand
soap that has been made has met the quality standards. The pH value obtained is
6.84, foam stability 85.53%, viscosity 14.95 cPs, and free fatty acid content of
0.85%. Antibacterial activity test of liquid soap obtained an inhibition zone
diameter of 21.27 mm.
Keywords: ciplukan leaf methanol extract, antibacterial, Escherichia coli, liquid
hand soap.
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
3
4
dengan daun ciplukan yaitu dermatitis, trasitis, impaludism, reumatik, dan hepatitis
(Cheng, et al., 2017). Daun ciplukan diketahui dapat penghambat pertumbuhan sel
kanker karena memiliki kandungan senyawa aktif berupa saponin, flavonoid,
polifenol, dan fisalin yang dapat memberikan efek sitotoksik (Fitria, et al., 2011).
Senyawa aktif tersebut diketahui juga memiliki aktivitas antibakteri. Penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun ciplukan
dapat menghambat pertumbuhan bakteri baik gram positif maupun negatif. Salah
satu bakteri gram negatif adalah E. coli.
2.2 Maserasi
Maserasi adalah metode isolasi senyawa bahan alam dengan cara merendam
sampel dengan pelarut organik pada temperatur ruang. Proses perendaman
menyebabkan pecahnya dinding sel pada tumbuhan karena tekanan dalam dan luar
sel berbeda sehingga metabolit sekunder dalam sitoplasma dapat larut dalam pelarut
organik. Pemilihan pelarut berdasarkan kelarutan senyawa bahan alam yang akan
dilarutkan. Pelarut yang umum digunakan adalah metanol karena kemampuannya
dalam melarutkan seluruh golongan metabolit sekunder (Hasrianti, et al., 2016).
Prinsip kerja maserasi adalah penyarian zat aktif dengan cara merendam serbuk
dalam cairan penyari yang sesuai selama beberapa hari pada temperatur kamar dan
terlindung dari cahaya sehingga dinding sel pecah dan cairan penyari dapat masuk.
Keuntungan dari metode maserasi adalah peralatan dan pelakuannya sederhana,
sedangkan kekurangannya adalah waktu yang diperlukan lama, volume cairan
penyari yang dibutuhkan banyak, dan tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan
dengan tekstur keras (Hasrianti, et al., 2016).
2.3 Fraksinasi
Fraksinasi adalah metode pemisahan ekstrak hasil maserasi yang menggunakan
berbagai pelarut dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda (Akhsanita, 2012).
Senyawa yang bersifat polar cenderung larut dalam senyawa polar, begitupun
sebaliknya. Hal ini berdasarkan prinsip like dissolve like (Sembiring, et al., 2016).
Masing-masing senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan memiliki
afinitas yang berbeda terhadap polaritas tiap pelarut yang digunakan. Oleh karena
itu, pelarut yang digunakan sebaiknya memiliki tingkat polaritas yang berbeda-beda
6
(Sianipar & Siahaan, 2017). Alkaloid juga berkhasiat dalam dunia medis sebagai
antidiare, antidiabetes, antibakteri, antimikroba, dan antimalaria (Ningrum, et al.,
2016). Cara kerja alkaloid sebagai antibakteri yaitu dengan mengganggu sel bakteri
bagian komponen penyusun peptidoglikan sehingga dinding sel tidak terbentuk
sempurna dan menyebabkan sel mengalami kematian (Amalia, et al., 2017).
2.5.3 Flavonoid
Flavonoid merupakan salah satu golongan metabolit sekunder yang dihasilkan
oleh tanaman yang termasuk dalam kelompok besar polifenol. Senyawa ini terdapat
pada semua bagian tanaman termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, nektar,
bunga, buah, dan biji (Zuraida, et al., 2017). Flavonoid dan turunannya diketahui
memiliki dua fungsi fisiologis, yaitu mengatasi serangan penyakit dan melindungi
struktur sel tubuh. Flavonoid dapat mengatasi serangan penyakit yang berasal dari
bakteri dan virus pada tanaman. Cara kerja flavonoid dalam menghambat
pertumbuhan bakteri adalah dengan merusak permeabilitas dinding sel bakteri.
Kandungan flavonoid yang berupa senyawa fenol dapat mendenaturasi protein dan
merusak dinding sel bakteri (Kurniawan & Aryana, 2015).
2.5.4 Steroid
Steroid merupakan senyawa turunan lipid yang tidak terhidrolisis. Senyawa
yang termasuk turunan steroid adalah kolesterol, ergosterol, dan estrogen (Illing, et
al., 2017). Steroid yang ada pada tumbuhan berfungsi untuk menghambat penuaan
daun, sedangkan pada hewan berperan sebagai hormon yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangbiakan (Suryelita, et al., 2017). Steroid diketahui
dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara merusak membran lipid
sehingga terjadi kebocoran pada liposom (Sudarmi, et al., 2017).
2.5.5 Polifenol
Polifenol adalah suatu senyawa yang pada cincin aromatiknya terdapat
beberapa gugus hidroksil (-OH). Senyawa ini dalam tumbuhan biasanya berada
dalam bentuk glikosida atau esternya (Illing, et al., 2017). Peran polifenol pada
tumbuhan adalah pemberi warna, contohnya adalah warna daun (Lestari, et al.,
2015). Polifenol diketahui memiliki aktivitas antioksidan dan antibakteri. Fungsi
fenol sebagai antibakteri adalah bakteriosida dan bakteriostatik. Fenol dalam
9
konsentrasi tinggi dapat menekan sejumlah faktor virulensi mikroba sehingga dapat
menghambat pertumbuhan koloni bakteri (Rizka & Saptarini, 2018).
2.5.6 Tanin
Tanin adalah salah satu golongan metabolit sekunder dengan beberapa khasiat,
yaitu sebagai astringen, anti diare, antibakteri, dan antioksidan. Tanin dapat
memiliki kemampuan aktivitas antibakteri karena tanin dapat membuat dinding sel
mengerut sehingga permeabilitas sel terganggu dan menyebabkan rusaknya dinding
sel (Amalia, et al., 2017). Terdapat dua jenis tanin yang ada pada tumbuhan, yaitu
tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis (Fathurrahman & Musfiroh, 2018).
2.6 Uji Aktivitas Antibakteri
Uji aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode difusi
dan metode pengenceran (Kusmiyati & Agustini, 2007).
2.6.1 Metode difusi
Metode difusi dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu metode silinder, metode
lubang, dan metode kertas cakram. Metode silinder dilakukan dengan cara
menempatkan silinder gelas dalam posisi berdiri di atas media agar yang telah
diinokulasi dengan bakteri yang selanjutnya diisi larutan yang akan diuji lalu
dilakukan proses inkubasi. Daerah hambatan di sekeliling silinder diamati. Metode
lubang dilakukan dengan membuat lubang pada media agar yang telah diinokulasi
bakteri lalu lubang tersebut diisi dengan larutan yang akan diuji dilanjutkan dengan
proses inkubasi. Daerah hambatan di sekitar lubang diamati. Metode menggunakan
kertas cakram dilakukan dengan mencelupkan kertas cakram ke dalam larutan yang
diuji kemudian diletakkan di atas media agar yang telah diinokulasikan bakteri.
Daerah hambat diamati pada sekeliling cakram.
2.6.2 Metode pengenceran
Zat yang akan diuji antibakteri diencerkan terlebih dahulu dan kemudian
dimasukkan ke dalam tabung-tabung reaksi steril. Masing-masing tabung
ditambahkan bakteri uji yang telah diketahui jumlahnya yang selanjutnya
dipindahkan ke dalam tabung-tabung berisi media steril. Semua tabung diinkubasi
dan penghambatan pertumbuhan diamati.
10
Peran bakteri E. coli pada tubuh salah satunya adalah menghasilkan kolisin
untuk melindungi saluran pencernaan dari bakteri patogenik. Akan tetapi, apabila
E.coli berpindah dari tempat aslinya maka akan berubah menjadi bakteri patogen
yang dapat menyebabkan infeksi (Melliawati, 2009). Infeksi yang disebabkan oleh
bakteri ini yaitu infeksi saluran kemih, meningitis akut, pneumonia, dan infeksi
enterik (Noviana, 2004).
2.8 Sabun Cuci Tangan Cair
Kegiatan yang mendukung program PHBS salah satunya adalah mencuci
tangan menggunakan sabun. Mencuci tangan hanya dengan air terbukti tidak efektif
dalam menjaga kesehatan dibandingan dengan menggunakan sabun. Tangan yang
dicuci menggunakan sabun dapat terhindar dari beberapa penyakit atau infeksi,
seperti infeksi saluran pernafasan, diare, infeksi cacing, mata, dan penyakit kulit
(Mustikawati, 2017).
Sabun merupakan campuran yang bersifat mengeluarkan busa dan terbuat dari
senyawa natrium dengan asam lemak. Sabun digunakan sebagai bahan pembersih
tubuh sehingga dibuat khusus agar tidak menimbulkan iritasi pada kulit. Pembuatan
sabun dapat dilakukan dengan dua acara, yaitu dengan saponifikasi dan netralisasi
minyak. Proses saponifikasi terjadi karena adanya reaksi antara trigliserida dengan
alkali yang menghasilkan produk samping berupa gliserol. Proses netralisasi terjadi
karena adanya reaksi antara asam lemak bebas dengan alkali dan tidak diperoleh
gliserol sebagai produk samping (Widyasanti, et al., 2016).
Terdapat dua bentuk sediaan sabun cuci tangan, yaitu losio dan gel. Sediaan
losio dibagi lagi menjadi emulsi dan larutan. Sabun cuci tangan yang lebih disukai
saat ini adalah sediaan dalam bentuk larutan karena penampilannya yang lebih
menarik (Nurlina, et al., 2013). Kelebihan sabun cair yaitu praktis dalam
penggunaan dan penyimpanan (Marhamah, et al., 2019).
Sabun cair antiseptik mengandung bahan antiseptik yang bersifat antibakteri.
Bahan tersebut di antaranya adalah triclosan, heksalorofen, dan bithionol. Kadar
triclosan dalam sabun antiseptik yang diperbolehkan yaitu kurang dari 0,3%.
Penggunaan pada konsentrasi tinggi maupun terlalu rendah dapat meningkatkan
daya resistensi bakteri terhadap bahan tersebut (Marhamah, et al., 2019).
12
2.8.1.4 SLS
Sodium lauril sulfat merupakan surfaktan alkil yang bersifat anionik yang dapat
menurunkan tegangan permukaan larutan. Fungsi SLS di antaranya adalah sebagai
lemak pengemulsi, bahan pembasah, dan detergen. Sodium lauril sulfat merupakan
salah satu bahan yang paling sering digunakan dalam sabun dan cukup baik jika
13
diaplikasikan pada kulit (Lestari, et al., 2020). Sodium lauril sulfat pada sabun cair
berguna sebagai surfaktan yang dapat menghasilkan busa (Kasenda, et al., 2016).
1.8.1.5 Asam stearat
Asam stearat adalah campuran asam organik berbentuk padat mengilat
berwarna putih atau kuning pucat yang berasal dari minyak dan lemak yang
sebagian besar kandungannya berupa asam oktadekonat dan asam heksadekonat
(Febriyanti, 2014). Asam stearat dalam formula sabun merupakan asam lemak
sehingga dapat mengikat kelebihan alkali (Apriyani, 2013).
1.8.1.6 Asam sitrat
Asam sitrat merupakan asam organik dengan nama struktur asam 2-hidroksi
propuna 1,2,3-trikarboksilat. Kristalnya bening atau putih, tidak berbau, memiliki
rasa asam, dan mudah larut dalam air. Keberadaan asam sitrat cukup melimpah pada
tumbuhan terutama buah-buahan (Wahyuni, 2011). Asam sitrat pada produk
pembersih seperti sabun berguna sebagai pengatur pH (Retnowati, et al., 2013).
1.8.1.7 Parfum
Parfum adalah campuran dari bahan pewangi (odoriforus substance) yang
dilarutkan dalam pelarut yang sesuai. Bahan pewangi tersebut berasal dari minyak
atsiri atau bahan sintesis (Hardiyati, et al., 2019). Parfum dapat digunakan pada
sabun sebagai bahan pewangi (Marjanah, et al., 2019).
BAB 3
METODE PENELITIAN
14
15
tempat yang terbuka tanpa terkena sinar matahari langsung. Daun yang telah
kering kemudian dihaluskan dengan blender.
3.3.2 Pembuatan ekstrak metanol daun ciplukan
Prosedur pembuatan sampel mengacu pada Asikin & Wibowo (2016), yaitu
ekstraksi dengan metode maserasi. Serbuk daun ciplukan sebanyak 165,66 gram
dimaserasi menggunakan pelarut metanol hingga serbuk terendam selama 24 jam
sambil sesekali diaduk. Langkah selanjutnya yaitu dilakukan penyaringan sehingga
diperoleh filtrat dan ampas. Ampas kemudian dimaserasi kembali selama 24 jam.
Langkah yang dilakukan diulang kembali hingga tidak ada lagi senyawa yang dapat
terekstrak oleh metanol yang ditandai dengan pelarut yang jernih. Semua filtrat
dikumpulkan lalu dipekatkan dengan vacuum rotary evaporator pada temperatur
60˚C dengan kecepatan putaran 30-80 rpm. Hasil yang didapatkan ditimbang.
3.3.3 Fraksinasi ekstrak metanol daun ciplukan
Prosedur fraksinasi ekstrak metanol daun ciplukan mengacu pada penelitian
Kusumaningtyas, (2020). Fraksinasi partisi padat-cair dilakukan berturut-turut
menggunakan pelarut n-heksana dan etil asetat. Esktrak metanol daun ciplukan
sebanyak 2/3 bagian dari hasil ekstraksi dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan
ditambahkan 50 mL pelarut n-heksana lalu diaduk. Pelarut yang telah jenuh
kemudian dipisahkan dari ekstrak setelah didiamkan selama 24 jam. Ekstrak dalam
Erlenmeyer kemudian ditambahkan pelarut n-heksana kembali dan diulangi proses
yang sama selama 3 hari. Ekstrak yang tidak larut dalam pelarut n-heksana
kemudian dilakukan fraksinasi partisi lanjutan menggunakan pelarut etil asetat
selama 3 kali 24 jam. Hasil fraksinasi (fraksi n-heksana, fraksi etil asetat, dan fraksi
residu ekstrak metanol) masing-masing dikumpulkan untuk diuapkan dengan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 60˚C dengan kecepatan 30-80 rpm
sehingga diperoleh fraksi kental bebas pelarut.
3.3.4 Regenerasi bakteri E. coli
Prosedur regenerasi bakteri mengacu pada Ningsih et al., (2019). Regenerasi
bakteri diambil dari bakteri stok sebagai kultur primer. Bakteri dibiakkan dalam
media padat menggunakan agar miring NA. Media agar dibuat dengan melarutkan
0,8 gram NA ke dalam 35 mL akuades kemudian dipanaskan sambil diaduk hingga
16
mendidih. Media yang telah mendidih dituang ke dalam 5 tabung reaksi masing-
masing sebanyak 7 mL dan disterilkan selama 15 menit pada temperatur 21˚C.
Media dimiringkan dengan kemiringan 30˚ dan dibiarkan memadat. Isolat bakteri
E. coli sebanyak 1 ose digoreskan pada media agar miring NA dan diinkubasi
selama 1x24 jam pada temperatur 37˚C.
3.3.5 Uji aktivitas antibakteri ekstrak dan setiap fraksi ekstrak daun ciplukan
Prosedur uji aktivitas antibakteri untuk menentukan ekstrak atau fraksi ekstrak
daun ciplukan yang teraktif menghambat pertumbuhan bakteri. Langkah-langkah
yang dilakukan mengacu pada Ningsih, et al., (2016). Uji aktivitas pada penelitian
ini dilakukan dengan metode difusi agar. Bakteri uji yang digunakan adalah bakteri
E. coli. Ekstrak metanol daun ciplukan dibuat konsentrasi 1000 ppm. Bakteri E. coli
hasil regenerasi diambil sebanyak 1 ose lalu diinkubasi dalam NB sebanyak 30 mL
selama 18-24 jam pada temperatur 37˚C. Bakteri E. coli hasil regenerasi sebanyak
5 mL diambil dan diukur ODnya (absorbansi) pada panjang gelombang 620 nm.
Apabila nilai OD > 1 (sampai 1,2), maka biakan diambil sebanyak 50 µL dan
apabila nilai OD < 1 (sampai 0,8), maka biakan diambil sebanyak 100 µL. Media
NA sebanyak 15 mL dituangkan dalam cawan petri dan dibiarkan memadat. Biakan
bakteri E. coli di-streak secara spread plate di atas media menggunakan drugalsky.
Media berisi bakteri dilubangi dengan diameter ± 8 mm menggunakan crock borer.
Masing-masing konsentrasi ekstrak metanol daun ciplukan dimasukkan ke lubang
media NA sebanyak 40 µL. Pembanding yang digunakan untuk kontrol positif
adalah antibiotik kloramfenikol dan setiap pelarut, sedangkan untuk kontrol negatif
adalah akuades. Media NA yang telah dimasukkan ekstrak, kontrol positif, dan
negatif kemudian diinkubasi selama 1x24 jam pada temperatur 37˚C. Aktivitas
antibakteri diperoleh dengan mengukur daerah zona bening di sekeliling lubang
sampel menggunakan jangka sorong.
3.3.6 Identifikasi dengan spektroskopi FTIR
Prosedur identifikasi dengan spektrometer FTIR mengacu pada Ningsih, et al
(2016). Ekstrak atau fraksi ekstrak daun ciplukan yang teraktif dalam menghambat
pertumbuhan E. coli kemudian dianalisis menggunakan spektrometer FTIR
sehingga pita serapan gugus fungsi dari senyawa kimia pada sampel diketahui.
17
Tabel 3.1 Komposisi formula sabun cuci tangan cair dengan penambahan ekstrak
atau fraksi ekstrak metanol daun ciplukan yang teraktif dalam
menghambat pertumbuhan bakteri E. coli
Bahan KN KP F Keterangan
Ekstrak atau fraksi ekstrak
metanol daun ciplukan - - 7 µL Zat aktif
yang teraktif
KOH 20% 8 mL 8 mL 8 mL Sumber basa
Pembentuk
SLS 0,28 g 0,28 g 0,28 g
busa
CMC 0,05 g 0,05 g 0,05 g Pengental
Penstabil
Asam stearat 0,15 g 0,15 g 0,15 g
busa
Penyeimbang
Asam sitrat 1,3 g 1,3 g 1,3 g
pH
Sumber
Minyak kelapa sawit 15 mL 15 mL 15 mL
trigliserida
Pewangi 0,1 mL 0,1 mL 0,1 mL Pewangi
melewati batas atas hingga batas bawah dicatat sebagai waktu alir. Sabun
selanjutnya diukur kerapatannya menggunakan piknometer. Bobot jenis sabun
didapatkan dari selisih piknometer kosong dengan piknometer yang telah diisi
dengan sabun (Fauzia & Khusnia, 2020).
3.3.10.5 Uji kadar alkali bebas atau asam lemak bebas
Prosedur pengujian kadar alkali bebas sesuai dengan SNI 4085:2017. Sabun
sebanyak 1 gram ditambahkan 20 mL etanol 99,5% kemudian dipanaskan selama
30 menit dan disaring. Filtrat yang dihasilkan dipanaskan hingga mendidih dan
ditambahkan 0,1 mL indikator fenolftalein 1%. Apabila larutan bersifat asam
(ditandai dengan larutan tidak berwarna) maka larutan dititrasi dengan larutan
standar KOH, namun apabila larutan bersifat basa (ditandai dengan larutan
berwarna merah) maka larutan dititrasi dengan larutan standar HCl. Jumlah volume
larutan standar yang bereaksi digunakan untuk menghitung KOH jika alkali atau
menjadi asam oleat jika asam.
56 𝑥 V 𝑥 N
Kadar alkali bebas = x 100%
b
Keterangan:
Alkali bebas dinyatakan dalam satuan % fraksi massa
V = Volume HCl dalam titrasi (mL)
N = Normalitas HCl (N)
b = Bobot sampel (mg)
56 = Berat ekuivalen KOH
256 𝑥 V 𝑥 N
Kadar asam lemak bebas = x 100%
b
Keterangan:
Asam lemak bebas dinyatakan dalam satuan % fraksi massa
V = Volume KOH dalam titrasi (mL)
N = Normalitas KOH (N)
b = Bobot sampel (mg)
256 = berat ekuivalen asam palmitat (C16H32O2)
22
23
24
Serbuk daun ciplukan dimaserasi dengan cara direndam dalam pelarut metanol
hingga terendam sepenuhnya dan didiamkan selama 24 jam sambil sesekali diaduk.
Pelarut metanol dipilih karena metanol dikenal sebagai pelarut universal pada
proses ekstraksi bahan alam sehingga dapat menarik sebagian besar komponen
kimia dalam tumbuhan, baik yang bersifat polar, semipolar, maupun nonpolar
(Suryani, et al., 2016).
Filtrat yang didapat dipisahkan dari ampasnya. Ampas dimaserasi kembali
hingga tidak ada lagi senyawa yang tersisa ditandai dengan filtrat jernih. Penelitian
ini mendapatkan filtrat jernih dengan maserasi sebanyak 7 kali. Proses yang terjadi
selama maserasi adalah zat aktif pada serbuk akan larut pada pelarut akibat
perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam dan luar sel sehingga larutan
dengan konsentrasi tinggi akan terdorong ke luar (Salamah, et al., 2017).
Semua filtrat dikumpulkan lalu dipekatkan dengan vacuum rotary evaporator
temperatur 60°C dan kecepatan 50 rpm. Vacuum rotary evaporator akan
menguapkan pelarut metanol menggunakan waterbath dengan temperatur yang
dikondisikan agar tidak merusak komponen senyawa dalam sampel (Panantya,
2013). Berat ekstrak kental metanol daun ciplukan yang didapatkan sebesar 27,5
gram sehingga rendemen yang diperoleh sebesar 16,6%. Hasil yang didapatkan
telah memenuhi persyaratan Farmakope Herbal Indonesia yang menyatakan bahwa
rendemen tidak kurang dari 7,2% (Depkes RI, 2000). Ekstrak metanol daun
ciplukan dan perhitungan rendemen dapat dilihat pada Lampiran 1.
4.3 Fraksinasi Sampel
Ekstrak metanol daun ciplukan hasil ekstraksi diambil 18,33 gram untuk
dilakukan fraksinasi partisi padat-cair menggunakan pelarut n-heksana dan etil
asetat. Ekstrak dalam Erlenmeyer ditambahkan 50 mL pelarut n-heksana lalu
dilakukan pengadukan dan didiamkan selama 24 jam. Larutan yang telah jenuh
kemudian dipisahkan. Proses diulangi kembali selama 3 kali 24 jam. Ekstrak yang
tidak larut dalam pelarut n-heksana kemudian difraksinasi kembali dengan pelarut
etil asetat dengan prosedur yang sama selama 3 kali 24 jam. Setiap fraksi
dikumpulkan untuk diuapkan menggunakan vacuum rotary evaporator pada
temperatur 60°C dengan kecepatan 50 rpm. Ekstrak yang tidak larut pada pelarut
25
n-heksana dan etil asetat disimpan sebagai fraksi residu. Nilai rendemen dari setiap
fraksi yang didapatkan disajikan pada Tabel 4.1 dan Lampiran 1.
Tabel 4.1 Nilai rendemen dari setiap fraksi
Fraksi Berat (gram) Rendemen (%)
n-Heksana 2,53 13,80
Etil asetat 0,25 1,36
Residu 15,55 84,83
4.5 Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak dan setiap Fraksi Ekstrak Daun
Ciplukan
Uji aktivitas antibateri dilakukan untuk mengetahui kemampuan ekstrak dan
setiap fraksi ekstrak daun ciplukan dalam menghambat pertumbuhan bakteri E. coli.
Metode yang digunakan adalah metode difusi sumuran karena mudah dalam
pengukuran luas zona hambat yang terbentuk sehingga aktivitas isolat merata ke
semua bagian media (Listari, 2009).
Sampel yang diuji yaitu ekstrak kasar metanol daun ciplukan, fraksi n-heksana,
fraksi etil asetat, dan fraksi residu dengan masing-masing konsentrasi sebesar 1000
ppm. Kontrol negatif yang digunakan adalah akuades, sedangkan kontrol positif
berupa kloramfenikol. Kloramfenikol merupakan antibiotik bakteriostatik dengan
spektrum luas yang aktif terhadap bakteri Gram positif maupun negatif, termasuk
bakteri E. coli (Cahyono, 2013).
Uji aktivitas antibakteri menggunakan media NA dan NB. Metode pembuatan
media ditunjukkan pada Lampiran 2. Isolat bakteri ditumbuhkan dalam media NB
dan diinkubasi selama 24 jam pada temperatur 37 °C. Media NB merupakan media
cair untuk menumbuhkan bakteri uji. Bakteri yang tumbuh pada media NB
ditunjukkan dengan adanya endapan keruh berwarna putih. Biakan bakteri E. coli
pada media NB diambil sebagian untuk melihat tingkat kekeruhan (Optical
Density) pada panjang gelombang 620 nm. Nilai OD sebanding dengan kepadatan
bakteri dalam suspensi. Semakin tinggi tingkat kepadatan bakteri dalam suspensi
maka nilai OD juga semakin tinggi (Seniati, et al., 2019). Panjang gelombang 620
nm masuk dalam rentang panjang gelombang yang digunakan untuk melihat
kekeruhan pada larutan kuning sampai coklat (Febriyansari, 2008).
Sampel dimasukkan ke dalam media NA yang sudah disebarkan bakteri E. coli
dan dilubangi kemudian diinkubasi selama 24 jam pada temperatur 37 °C untuk
dilakukan pengamatan. Pengamatan dilakukan dengan mengukur diameter zona
bening menggunakan jangka sorong untuk mengetahui kemampuan sampel dalam
menghambat pertumbuhan bakteri E. coli.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak dan setiap fraksi ekstrak daun
ciplukan memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri E. coli.
27
Hal ini sesuai dengan penelitian Lestari, (2019) yang menyatakan bahwa ekstrak
metanol daun ciplukan memiliki aktivitas antibakteri dengan nilai KHTM sebesar
1,55 mm pada konsentrasi 15 ppm. Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak dan setiap
fraksi ekstrak daun ciplukan disajikan pada Gambar 4.1 dan data selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 4, dan Lampiran 5.
30
Diameter zona hambat (mm)
25
25
20
15
10
5 1,72 2,28 2,75 1,59 2,21 2,16 2,27
0
0
Sampel
Gambar 4.1 Hasil uji antibakteri ekstrak dan setiap fraksi ekstrak daun ciplukan
Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa fraksi residu memiliki nilai
diameter zona hambat lebih tinggi dibandingkan fraksi n-heksana dan etil asetat.
Hal ini menunjukkan bahwa senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam
ekstrak lebih banyak yang bersifat polar. Diameter zona hambat fraksi residu juga
memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak metanol dikarenakan fraksi
residu memiliki kandungan senyawa yang lebih murni.
Akuades sebagai kontrol negatif tidak memiliki kemampuan untuk
menghambat pertumbuhan bakteri E. coli ditandai dengan tidak terbentuknya zona
hambat. Kontrol positif berupa kloramfenikol memiliki diameter zona hambat
sebesar 25 mm.
Data diameter zona hambat kemudian diuji secara statistik dengan uji one-way
ANOVA dan uji lanjut Duncan. Hasil yang diperoleh ditampilkan pada Lampiran
4 yang menunjukkan nilai yang berbeda nyata (significant) 0,000 (p<0,05). Hal ini
dapat diartikan bahwa terdapat berbedaan nilai diameter zona hambat secara
28
signifikan antara ekstrak metanol, fraksi n-heksana, fraksi etil asetat, dan fraksi
residu ekstrak daun ciplukan.
Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa diameter zona hambat fraksi residu
ekstrak daun ciplukan memiliki nilai yang berbeda nyata dengan akuades dan
pelarut metanol sehingga dapat diartikan bahwa akuades dan pelarut metanol tidak
mempengaruhi nilai aktivitas antibakteri fraksi residu ekstrak daun ciplukan.
Kloramfenikol memiliki hasil yang berbeda nyata dibandingkan semua pelarut
dan ekstrak daun ciplukan. Mekanisme kloramfenikol dalam menghambat
pertumbuhan bakteri adalah dengan menghambat kerja dari enzim peptidil
transferase yang berada pada fase pemanjangan sehingga sintesis protein pada
mikroorganisme mengalami kerusakan (Cahyono, 2013).
4.6 Analisis Fraksi yang Teraktif dengan FTIR
Fraksi residu dianalisis menggunakan spektroskopi FTIR didasarkan pada
karakteristik gugus fungsi yang terkandung di dalamnya. Spektra FTIR yang
diperoleh merupakan hasil dari proses scanning sampel fraksi residu menggunakan
alat FTIR pada daerah IR dengan bilangan gelombang 4000-400 cm-1 dan
ditunjukkan pada Gambar 4.2.
3576,02
921,97
1238,3
2931,8 1396,46 975,98
1589,34
3244,27
1334,74 1045,42
Serapan-serapan yang didapatkan pada hasil uji FTIR fraksi residu ekstrak
metanol daun ciplukan mendukung adanya senyawa flavonoid, tanin, saponin,
29
polifenol, steroid, dan alkaloid. Peak yang muncul pada daerah 921,97 cm-1
(lemah), 975,98 cm-1 (sedang), 1045,42 (kuat), dan 12938,3 cm-1 (sedang) yang
merupakan serapan dari gugus eter (CO). Peak 1589,34 cm-1 (sedang) berada pada
panjang gelombang 1450 – 1600 cm-1 yang merupakan gugus C-C (aril) sp. Peak
2931,8 cm-1 (lemah) merupakan gugus C-H sp3 karena berada pada golongan
panjang gelombang 2800-3000 cm-1. Peak 3244,37 dan 3576,02 cm-1 dengan
intensitas lemah berada pada golongan panjang gelombang 3000 – 3700 cm-1
merupakan gugus OH, NH, CH sp2, atau CH sp. Hal tersebut mendukung adanya
senyawa polifenol yang diperkuat dengan munculnya peak 1334,74 dan 1396,46
cm-1 dengan intensitas sedang yang juga merupakan gugus OH (Fessenden &
Fessenden, 1986).
4.7 Uji Fitokimia
Fraksi residu ekstrak metanol daun ciplukan juga diuji fitokimia untuk
mengetahui metabolit sekunder yang terkandung di dalamnya. Tumbuhan
memproduksi metabolit sekunder agar dapat bertahan pada kondisi lingkungan
yang kurang sesuai bagi kelangsungan hidupnya (Saragih & Arsita, 2019).
Parameter yang digunakan untuk uji fitokimia pada penelitian ini yaitu flavonoid,
steroid, tanin, saponin, polifenol, dan alkaloid.
Tabel 4.2 Hasil uji fitokimia fraksi metanol daun ciplukan
Senyawa Reagen Hasil identifikasi Keterangan
Flavonoid HCl pekat dan serbuk Mg Larutan jingga +
Steroid H2SO4 pekat Ungu +
Tanin FeCl3 0,1% Hijau kehitaman +
Saponin Akuades Terdapat buih +
Polifenol FeCl3 5% Hijau kehitaman +
H2SO4 2N dan reagen
Alkaloid Endapan coklat +
Wagner
Keterangan: Tanda + menunjukkan senyawa terkandung dalam fraksi residu
Hasil uji fitokimia disajikan pada Tabel 4.2 dan Lampiran 7 yang menunjukkan
bahwa fraksi residu ekstrak metanol daun ciplukan mengandung flavonoid, steroid,
tanin, saponin, polifenol, dan alkaloid. Hal ini sesuai dengan penelitian Lestari,
(2019) yang menyatakan bahwa ekstrak kasar metanol daun ciplukan mengandung
keenam metabolit sekunder yang sama.
30
Fraksi residu diuji flavonoid dengan cara direaksikan menggunakan HCl pekat
dan serbuk Mg. Tujuan penambahan HCl pekat adalah untuk menghidrolisis O-
glikosil pada flavonoid agar berubah menjadi aglikonnya. Serbuk Mg kemudian
ditambahkan dan bereaksi dengan gugus hidroksil yang ada pada flavonoid.
Flavonoid yang direaksikan dengan HCl pekat dan serbuk Mg akan tereduksi
menghasilkan warna merah, kuning, atau jingga (Latifah, 2015). Reaksi yang
terjadi antara flavonoid dengan serbuk Mg disajikan pada Gambar 4.3.
+ Serbuk Mg
lipofilik yang ada pada steroid dengan membran fosfolipid yang sifatnya permeabel
(Rijayanti, 2014).
Tanin diduga terkandung dalam fraksi residu karena terdapat perubahan warna
larutan menjadi hijau kehitaman setelah bereaksi dengan FeCl3 0,1%. FeCl3
berfungsi untuk mengidentifikasi senyawa fenolik, salah satunya adalah tanin
(Robinson, 1995). Hal itu terjadi karena tanin membentuk senyawa kompleks
dengan Fe3+ yang berwarna hijau kehitaman atau biru tinta (Latifah, 2015). Dugaan
reaksi yang terjadi antara tanin dengan FeCl3 0,1% ditunjukkan pada Gambar 4.4.
Tanin secara umum merupakan senyawa polifenol dengan berat molekul sekitar
500-3000 yang disintesis oleh tanaman. Tanin memiliki gugus hidroksi fenolik
sehingga dapat berikatan silang secara efektif dengan protein dan molekul-molekul
lain (Hidayah, 2016). Tanin termasuk dalam senyawa polar sehingga tanin dapat
diesktraksi menggunakan pelarut polar seperti metanol (Halimu, et al., 2017).
Tanin dapat menjadi penyebab terjadinya lisis pada sel bakteri karena tanin
memiliki target pada polipeptida dinding sel bakteri sehingga sintesis dinding sel
tidak berjalan sempurna (Sapara, et al., 2016).
Fraksi residu positif mengandung saponin ditunjukkan dengan adanya busa
yang mantap setelah dilakukan pengocokan menggunakan akuades. Saponin
memiliki sifat yang dapat menurunkan tegangan permukaan air sehingga busa dapat
terbentuk. Hal itu dikarenakan saponin memiliki struktur molekul seperti sabun
dengan adanya gugus hidrofilik dan lipofilik. Molekul saponin akan menyebar
32
secara vertikal pada permukaan air. Mekanisme terbentuknya busa pada uji saponin
disajikan pada Gambar 4.5.
Gugus hidrofilik
Gugus hidrofilik
Uji alkoloid pada fraksi residu menghasilkan tanda positif ditandai dengan
adanya endapan coklat. Fraksi residu direaksikan dengan H2SO4 sehingga terbentuk
garam alkaloid. Sifat basa pada senyawa alkaloid memudahkannya untuk larut
dalam pelarut asam (Wahdalia, 2020). Pereaksi yang digunakan adalah pereaksi
Wagner. Reaksi yang terjadi pada uji Wagner terdapat pada Gambar 4.6.
Alkoloid merupakan senyawa yang memiliki setidaknya satu atom nitrogen dan
memiliki sifat basa. Keberadaan alkaloid bagi tanaman sangat penting karena
merupakan pelindung tanaman dari hama, penyakit, dan basa mineral yang dapat
mengatur keseimbangan ion pada tanaman. Alkaloid banyak ditemukan hanya pada
bagian tertentu dari tanaman, seperti akar, buah, biji, daun, dan kulit batang
(Sianipar & Siahaan, 2017). Mekanisme alkaloid sebagai sebagai senyawa
antibakteri adalah mengganggu komponen penyusun peptidoglikan sehingga
lapisan dinding sel bakteri tidak berbentuk secara sempurna (Rijayanti, 2014).
4.8 Formulasi Sabun Cuci Tangan Cair
Fraksi residu ekstrak metanol daun ciplukan diketahui merupakan fraksi yang
teraktif dalam menghambat pertumbuhan bakteri E. coli sehingga digunakan
sebagai zat aktif atau bahan tambahan dalam formulasi sabun cuci tangan cair.
Bahan utama pembuatan sabun berupa minyak kelapa sawit sebagai asam lemak
dan KOH sebagai basa atau alkali. Bahan tambahan yang digunakan diantaranya
adalah CMC sebagai pengental, SLS sebagai pembentuk busa, asam stearat sebagai
penstabil busa, asam sitrat sebagai penyeimbang pH, pewangi sebagai pengharum,
pewarna agar sabun lebih menarik, dan akuades untuk pengenceran.
34
H2C OH
O
OH
O
H2C OH
Pasta hasil saponifikasi diencerkan dengan akuades dan ditambahkan zat aditif
berupa CMC, SLS, asam sitrat, asam stearat, pewangi, dan pewarna. Campuran
kemudian didiamkan sampai terdapat dua fasa yaitu sabun dan gliserol dengan
sabun berada di bawah sehingga menggunakan corong pisah untuk memudahkan
pemisahan. Sabun yang dihasilkan ditunjukkan pada Lampiran 12.
35
30
25
21,27
19,8
20
15
10
0
Basis sabun cuci Sabun cuci tangan Sabun cuci tangan
tangan cair cair + fraksi residu cair + triclosan
Sampel
Gambar 4.8 Hasil uji aktivitas antibakteri sabun cuci tangan cair
Hasil uji aktivitas antibakteri sabun cuci tangan cair disajikan pada Gambar 4.8
dan Lampiran 9 serta data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10. Grafik
tersebut menunjukkan bahwa sabun cuci tangan cair dengan penambahan zat aktif
fraksi residu ekstrak metanol daun ciplukan memiliki nilai aktivitas antibakteri
terhadap E. coli dengan diameter zona hambat sebesar 21,27 mm. Nilai aktivitas
yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan dengan basis sabun cuci tangan cair
karena fraksi residu memiliki metabolit sekunder yang turut memberikan peran
dalam menambah nilai aktivitas antibakteri.
Kontrol negatif diketahui memiliki nilai diameter zona hambat sebesar 19,8 mm
yang menunjukkan bahwa kontrol negatif juga memiliki aktivitas yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri E. coli. Hal tersebut dapat terjadi karena bahan-
bahan yang terkandung di dalamnya. Minyak kelapa sawit sebagai bahan dasar
pembuatan sabun diketahui memiliki aktivitas antibakteri karena mengandung
asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh (Fauziati, 2019). Jumlah atom
36
karbon dalam asam lemak yang lebih dari sepuluh menyebabkan lisis pada
protoplasma sehingga bakteri mengalami kematian (Debois & Smith, 2010). Asam
sitrat sebagai asam organik dapat melawan mikroorganisme ditentukan dengan nilai
pH dan pKa. Nilai pKa asam sitrat termasuk tinggi sehingga memiliki aktivitas
antibakteri yang tinggi (Siregar, 2018).
Kontrol positif menggunakan triclosan sebagai zat aktif yang ditambahkan ke
dalam basis sabun cuci tangan cair. Konsentrasi yang digunakan sebesar 1000 ppm
karena fraksi residu yang digunakan juga 1000 ppm sehingga dapat
membandingkan aktivitas antibakteri kedua zat aktif tersebut. Triclosan adalah
salah satu dari sekian antiseptik buatan yang ditambahkan pada basis sabun cuci
tangan cair untuk memperkuat kemampuan antibakterinya karena bersifat
bakteriostatik. Mekanisme triclosan dalam menghambat pertumbuhan bakteri
adalah dengan masuk ke dalam sel bakteri dan mengganggu fungsi membran dan
sintesis RNA, asam lemak, dan protein (Nasution, 2018). Penggunaan triclosan
secara terus-menerus mengakibatkan terjadinya resistensi antibiotik, terganggunya
kesehatan alergi, dan gangguan sistem hormon (Purbosari, 2021).
Hasil uji one-way ANOVA menunjukkan nilai yang berbeda nyata (significant)
0,030 (p<0,05) sehingga dapat diartikan bahwa terdapat perbedaan signifikan
dengan penambahan zat aktif fraksi residu ekstrak metanol terhadap nilai aktivitas
antibakteri yang diperoleh. Hasil uji lanjut Duncan terhadap sabun cuci tangan cair
dengan penambahan zat aktif fraksi residu memiliki hasil yang tidak berbeda nyata
dengan kontrol positif. Hal tersebut dapat diartikan bahwa fraksi residu ekstrak
metanol daun ciplukan dapat digunakan sebagai bahan alami pengganti triclosan.
4.10 Karakterisasi Sabun Cuci Tangan Cair
Sabun cuci tangan cair yang telah dibuat kemudian dikarakterisasi untuk
menentukan apakah karakteristik sabun sudah memenuhi baku mutu. Parameter
yang diujikan yaitu nilai pH, tinggi dan stabilitas busa, viskositas, kadar asam lemak
bebas atau alkali bebas, dan organoleptik. Data yang didapatkan kemudian diuji
secara statistik menggunakan uji one-way ANOVA dan diuji lanjut Duncan. Hasil
yang didapatkan ditunjukkan pada Lampiran 11 dan Lampiran 12.
37
4.10.1 Uji pH
Sabun cuci tangan cair dilakukan uji pH untuk mengetahui tingkat keasamaan
atau kebasaannya. Uji pH penting dilakukan karena sabun digunakan langsung pada
kulit sehingga harus dipastikan aman agar tidak menimbulkan iritasi. Alat yang
digunakan berupa pH meter yang sebelumnya telah dikalibrasi. Hasil uji pH
disajikan pada Gambar 4.9.
6,9 6,84 6,85
6,8
6,7
Nilai pH
6,6
6,53
6,5
6,4
6,3
Basis sabun cuci Sabun cuci tangan Sabun cuci tangan
tangan cair cair + fraksi residu cair + triclosan
Sampel
Gambar 4.9 Hasil uji nilai pH sabun cuci tangan cair
Hasil uji pH sabun cuci tangan cair dengan penambahan zat aktif fraksi residu
ekstrak metanol daun ciplukan memiliki nilai sebesar 6,83. Hasil yang didapatkan
telah sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan oleh SNI 4085:2017 yaitu berada
pada rentang pH 4-10.
Hasil analisis data one-way ANOVA menunjukkan nilai yang berbeda nyata
(significant) 0,000 (p<0,05). Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat perbedaan
signifikan penambahan zat aktif fraksi residu ekstrak metanol terhadap pH yang
dihasilkan. Hasil uji lanjut Duncan terhadap sabun cuci tangan cair dengan
penambahan zat aktif fraksi residu memiliki hasil yang berbeda nyata dengan
kontrol negatif namun tidak berbeda nyata dengan kontrol positif. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai pH sabun dengan penambahan fraksi residu ekstrak
metanol tidak berbeda jauh dengan sabun yang ditambahkan triclosan.
38
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi busa sabun cuci tangan cair dengan
penambahan zat aktif fraksi residu ekstrak metanol daun ciplukan memiliki nilai
sebesar 81 mm. Hasil tersebut telah sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan,
yaitu berada pada rentang 13-220 mm (Hutauruk, et al., 2020). Hasil uji tinggi bisa
kemudian digunakan untuk uji stabilitas busa.
88
87,29
87
Nilai stabilitas busa (%)
86 85,53
85
83,94
84
83
82
Basis sabun cuci Sabun cuci tangan Sabun cuci tangan
tangan cair cair + fraksi residu cair + triclosan
Sampel
Gambar 4.10 Hasil uji stabilitas busa sabun cuci tangan cair
Hasil penelitian menunjukkan stabilitas busa sabun cuci tangan cair dengan
penambahan fraksi residu ekstrak metanol memiliki nilai sebesar 85,53%. Hal
39
tersebut menunjukkan bahwa nilai stabilitas busa yang dihasilkan telah memenuhi
persyaratan karena melebihi persentase kestabilan busa yang dianggap baik yaitu
apabila busa dapat bertahan 60-70% dari volume awal dalam waktu 5 menit
(Rinaldi, 2021).
Hasil analisis data uji one-way ANOVA menunjukkan nilai yang berbeda nyata
(significant) 0,000 (p<0,05). Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat perbedaan
signifikan dengan penambahan zat aktif fraksi residu ekstrak metanol terhadap
stabilitas busa yang dihasilkan. Hasil uji lanjut Duncan terhadap sabun cuci tangan
cair dengan penambahan zat aktif fraksi residu memiliki hasil yang berbeda nyata
dengan kontrol negatif dan kontrol positif.
Karakteristik busa dari sabun dipengaruhi oleh adanya bahan aktif sabun atau
penstabil busa. Semakin banyak bahan aktif yang ditambahkan maka tegangan
permukaan akan menurun sehingga stabilitas busa semakin tinggi (Wahdalia,
2020). Formulasi sabun cuci tangan cair menggunakan SLS sebagai bahan aktif
sabun karena merupakan pembentuk busa yang baik dan cukup baik ditoleransi oleh
kulit sehingga menjadi yang paling sering digunakan (Kartika, 2010). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penambahan SLS sebagai surfaktan dapat
menghasilkan busa yang stabil dan penambahan fraksi residu ekstrak metanol daun
ciplukan secara signifikan dapat meningkatkan kestabilan busa.
Nilai kestabilan busa juga dapat dipengaruhi oleh minyak kelapa sawit sebagai
bahan dasar pembuatan sabun karena mengandung asam palmitat (C16H32O2) yang
cukup tinggi, yaitu sebesar 44,3% yang berfungsi untuk menghasilkan busa yang
stabil (Widyasanti, et al., 2017). Kandungan saponin dalam fraksi residu ekstrak
turut mempengaruhi tinggi busa karena saponin dikenal sebagai surfaktan alami.
4.10.3 Uji viskositas
Uji viskositas dilakukan untuk mengetahui kekentalan sabun cuci tangan cair
dengan penambahan zat aktif fraksi residu ekstrak metanol daun ciplukan.
Kekentalan sabun cuci tangan cair mempengaruhi kesukaan pengguna karena
semakin kental maka semakin disukai. Namun, sabun yang terlalu kental juga dapat
membuat sabun sulit mengalir sehingga membutuhkan waktu untuk dituangkan.
40
14,8
14,6 14,43
14,4
14,2
13,96
14
13,8
13,6
13,4
Basis sabun cuci Sabun cuci tangan Sabun cuci tangan
tangan cair cair + fraksi residu cair + triclosan
Sampel
Gambar 4.11 Hasil uji viskositas sabun cuci tangan cair
Hasil analisis secara statistik menunjukkan nilai yang berbeda nyata 0,020
(p<0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antar sabun
cuci tangan cair yang telah dibuat sehingga dapat dikatakan penambahan fraksi
residu memiliki pengaruh terhadap viskositas sabun.
4.10.4 Uji alkali bebas atau asam lemak bebas
Uji alkali bebas atau asam lemak bebas dilakukan untuk mengetahui jumlah
alkali atau asam lemak bebas yang terkandung dalam sabun cuci tangan cair dengan
penambahan zat aktif fraksi residu ekstrak metanol daun ciplukan. Hasil
penambahan indikator fenolftalein tidak mengubah warna sabun menjadi merah
yang berarti bahwa sabun cuci tangan cair yang telah dibuat mengandung asam
lemak bebas. Lemak atau trigliserida terurai oleh molekul air sehingga
menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas (Bidilah, et al., 2017). Sabun
41
kemudian dititrasi dengan larutan standar KOH sampai berubah warna. Nilai kadar
asam lemak bebas yang dapat dilihat pada Gambar 4.12.
Hasil penelitian menunjukkan asam lemak bebas sabun cuci tangan cair fraksi
residu ekstrak metanol daun ciplukan memiliki nilai sebesar 0,85%. SNI sabun cair
06-3532-1994 menetapkan baku mutu nilai asam lemak bebas yang diperbolehkan
tidak lebih dari 2,5% sehingga dapat diartikan bahwa sabun cuci tangan yang telah
dibuat sudah memenuhi standar.
1 0,94
0,9 0,85
Nilai asam lemak bebas (%)
0,8
0,68
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
Basis sabun cuci Sabun cuci tangan Sabun cuci tangan
tangan cair cair + fraksi residu cair + triclosan
Sampel
Gambar 4.12 Hasil uji asam lemak bebas sabun cuci tangan cair
Asam lemak bebas merupakan asam lemak pada sabun cuci tangan cair yang
tidak terikat sebagai senyawa kalium atau senyawa trigliserida (lemak netral). Nilai
asam lemak bebas yang melebihi standar baku mutu menyebabkan daya bersih
sabun cuci tangan cair yang dibuat menjadi berkurang karena asam lemak bebas
tidak dibutuhkan saat proses pembersihan. Keberadaan asam lemak menyebabkan
sabun lebih terfokus menarik asam lemak bebas yang ada pada sabun dibandingkan
dengan kotoran yang menempel pada kulit (Qisti, 2009).
Hasil uji one-way ANOVA diperoleh menunjukkan nilai yang tidak berbeda
nyata 0,178 (p>0,05) sehingga dapat diartikan bahwa penambahan fraksi residu
ekstrak metanol daun ciplukan pada sabun cuci tangan cair tidak memberikan
pengaruh yang signifikan. Uji lanjut Duncan menghasilkan nilai asam lemak bebas
antar sabun cuci tangan cair tidak berbeda secara signifikan.
42
4,65
4,6
4,55
4,5 4,5
4,5
4,45
4,4
Bentuk Aroma Warna Kesan setelah
pemakaian
Parameter
Gambar 4.13 Hasil uji hedonik sabun cuci tangan cair fraksi residu
Hasil uji hedonik memperoleh nilai yang berada pada rentang 4,5-4,7 dengan
perolehan nilai 4,5 didapatkan oleh parameter bentuk dan kesan setelah pemakaian
sedangkan aroma dan warna mendapatkan nilai masing-masing 4,7. Aroma dan
warna yang disukai karena penambahan zat aditif berupa aroma lemon dan zat
warna kuning telur yang banyak digunakan untuk sabun.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Hasil uji aktivitas antibakteri tertinggi didapatkan oleh fraksi residu ekstrak
metanol dengan diameter zona hambat sebesar 2,75 mm.
2. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa fraksi residu ekstrak metanol daun
ciplukan positif mengandung senyawa metabolit sekunder berupa alkaloid,
saponin, steroid, tanin, polifenol, dan flavonoid.
3. Sabun cuci tangan cair dengan penambahan zat aktif fraksi residu ekstrak
metanol daun ciplukan diformulasikan menggunakan metode semi boiled
dengan bahan dasar berupa minyak kelapa sawit dan KOH 20% serta bahan
aditif seperti CMC, asam stearat, SLS, asam sitrat, akuades, pewangi, pewarna,
dan fraksi metanol daun ciplukan 1000 ppm.
4. Karakteristik sabun cuci tangan cair dengan penambahan zat aktif fraksi residu
ekstrak metanol daun ciplukan yaitu berbentuk cairan dengan warna kuning telur
dan aroma lemon memiliki rata nilai pH sebesar 6,84, nilai stabilitas busa sebesar
85,53%, nilai viskositas sebesar 14,95 cPs, dan nilai asam lemak bebas sebesar
0,85%. Uji hedonik didapatkan hasil berupa sabun dengan penambahan fraksi
residu cukup disukai oleh panelis. Uji aktivitas antibakteri sabun mendapatkan
diameter zona hambat sebesar 21,27 mm.
5.2 Saran
Penelitian ini menghasilkan fraksi residu ekstrak metanol daun ciplukan
sebagai fraksi yang memiliki aktivitas antibakteri tertinggi. Perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut mengenai golongan metabolit sekunder dalam fraksi residu
yang teraktif dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Perlu juga untuk melakukan
uji aktivitas antibakteri dengan spesies yang berbeda baik terhadap fraksi residu
maupun sabun. Sabun yang dibuat juga perlu dilakukan uji lanjut seperti uji klinis
apabila ingin dijadikan produk yang dapat dipasarkan.
43
DAFTAR PUSTAKA
Amananti, W., Tivani, I., dan Riyanta, A. B. 2017. Uji Kandungan Saponin pada
Daun, Tangkai Daun, dan Biji Tanaman Turi (Sesbania Grandiflora).
Seminar Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Terapan : 209-213.
Anam, C., Sirojudin, dan Firdausi, K. S. 2007. Analisis Gugus Fungsi pada Sampel
Uji, Bensin, dan Spiritus menggunakan Metode Spektroskopi FTIR. Berkala
Fisika. 10 (1) : 79-85.
Anggraini, W. Nisa, S. C., Ramadhani, dan R., Ma’arif, B. 2019. Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Buah Blewah (Cucumis melo L. var.
Cantalupensis) terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli.
Pharmaceutical Journal of Indonesia. 5 (1) : 61-66.
Anisah dan Rahayu, T. 2015. Media Alternatif untuk Pertumbuhan Bakteri
Menggunakan Sumber Karbohidrat yang Berbeda. Seminar Nasional XII
Pendidikan Biologi FKIP UNS : 855-860.
Apriyani D. 2013. Formulasi Sediaan Sabun Mandi Cair Minyak Atsiri Jeruk Nipis
(Citrus aurantifolia) dengan Cocamid dea sebagai Surfaktan. Naskah
Publikasi. Fakultas Farmasi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Surakarta.
Arifin, H., Uthia, R., dan Efrianti, F. 2017. Paengaruh Hasil Fraksinasi Ekstrak
Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.) terhadap Aktivitas Susunan Saraf Pusat
pada Mencit Putih Jantan. Jurnal Farmasi Higea. 9 (1) : 85-95.
Asikin, G. A. dan Wibowo, M. A. 2016. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol
Daun Mangga Bacang (Mangifera foetida L.) terhadap Propionibacterium
acnes secara in vitro. Jurnal Cerebellum. 2 : 434–449.
Badan Standarisasi Nasional. 1994. Standar Mutu Sabun Mandi. SNI 06-3532-
1994. Dewan Standarisasi Nasional. Jakarta.
44
45
Badan Standarisasi Nasional. 2017. Sabun Mandi Cair, SNI 4085:2017. Dewan
Standarisasi Nasional. Jakarta.
Badaring, D. R., Sari, S. P. M., Nurhabiba, S., Wulan, W., dan Lembang, S. A. R.
2020. Uji Ekstrak Daun Maja (Aegle marmelos L.) terhadap Pertumbuhan
Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Indonesian Journal of
Fundamental Sciences. 6 (1) : 16-16.
Baihakki, Feliatra, dan Wikanta, T. 2015. Extraction of Polyphenol from
Sargassum Sp. and Its Entrapment in the Nanochitosan. Jurnal Online
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. 2 (1).
Bidilah, S. A., Rumape, O., dan Mohamad, E. 2017. Optimasi Waktu Pengadukan
dan Volume KOH Sabun Cair Berbahan Dasar Minyak Jelantah. Jurnal
Entropi. 12 (1) : 55-60.
Cahyono, W. 2013. Aktivitas Antibakteri Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Sirih
Merah (Piper crocatum Ruiz and Pav) dan Kloramfenikol terhadap Bakteri
Salmonella typhi, Shigella dysenteriae, dan Staphylococcus aureus beserta
Bioautografinya. Naskah Publikasi. Fakultas Farmasi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Cheng, P. S., Chong, Y. Q., Zhao, F., Kang, N., Li, X. C., dan Qiu, F. 2017.
Physalins V-IX, 16,24-cyclo-13, 14-seco with Anolides from Physalis
angulata and Their Anti-imflammatory Activities. Scientific Reports.
Dalimunthe, C.A., Sembiring, Y. R., Andriyanto, M., Siregar, T. HS., Darwis, H.
S., dan Barus, D. A. 2016. Identifikasi dan Uji Metabolit Sekunder Bangun-
bangun (Coleus amboinicus) terhadap Penyakit Jamur Akar Putih
(Rhigidoporus microporus) di Laboratorium. Jurnal Pendidikan Karet. 34 (2)
: 189-200.
Debois, A. dan Smith, V. J. 2010. Antibacterial free fatty acids: activities,
mechanisms of action and biotechnological potential. Apllied Microbiology
and Biotechnology. 85 (6) : 1629-1642.
Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat, Cetakan Pertama. Dikjen POM. Direktorat Pengawasan Obat
Tradisional.
Dimpudus, S.A., Yamlean, P. V. Y., dan Yudistira A. 2017. Formulasi Sediaan
Sabun Cair Antiseptik Ekstrak Etanol Bunga Pacar Air (Impatiens balsamina
L.) dan Uji Efektivitasnya terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Secara In
Vitro. Jurnal Ilmiah Farmasi. 6 (3) : 208-215.
Fathurrahman, N. R., dan Musfiroh, I. 2018. Artikel Tinjauan: Teknik Analisis
Instrumentasi Senyawa Tanin. Farmaka. 16 (2) : 449-456.
46
Fauziati, Hermanto, dan Fitriani. 2019. Peluang Minyak Mentah Sawit sebagai
Bahan Sediaan Farmasi. Jurnal Riset Teknologi Industri. 13 (2) : 314-324.
Febriyansari, A. N. 2008. Penerapan Model Gompertz pada Pertumbuhan Bakteri
L. acidophilus dan B. longum di Media Adonan Es Krim (Ice Cream Mix atau
ICM) Jenis Standar. Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang.
Febriyanti, R. 2014. Pengaruh Konsentrasi Asam Stearat sebagai Basis terhadap
Sifat Fisik Sabun Transparan Minyak Jeruk Purut (Oleum citrus hystrixd. C.)
dengan Metode Destilasi. Jurnal Ilmiah Farmasi. 3 (1) : 1-4.
Fessenden, R.J. dan Fessenden, J.S. 1986. Kimia Organik Dasar Edisi Ketiga Jilid
3, Diterjemahkan Oleh A.H. Pudjaatmaka. Erlangga. Jakarta.
Fitria, M., Armandari, I., Septhea, D. B., Ikawati A.H.M., dan Meiyanto, E. 2011.
Ekstrak Etanolik Herba Ciplukan (Physalis angulata L.) Berefek Sitotoksik
dan Menginduksi Apoptosis pada Sel Kanker Payudara MCF-7. Bionatura.
13(2) : 101-107.
Gandjar, I. G. dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Halimu, R. B., Sulistijowati, R. S., dan Mile, L. 2017. Identifikasi Kadungan Tanin
pada Sonneratia alba. Nikè: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 5 (4) :
93-97.
Handayani, H. C. 2009. Pengaruh Peningkatan Konsentrasi Ekstrak Etanol 96%
Biji Alpukat (Perseae americana Mill) terhadap Formulasi Sabun Padat
Transparan. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. UIN Syarif
Hidayatullah. Jakarta.
Hardiyanti, I., Simanjuntak, P., dan Suwarno, T. 2019. Pembuatan dan Evaluasi
Parfum Padat dari Minyak Atsiri Vanilla (Vanilla planifola), Melati
(Jasminum sambac (L.) Air, Jeruk Manis (Citrus sinensis (L.) Osbeck) dalam
Kemasan Bros. Medika Tadulako. 6 (3) : 101-106.
Hastrianti, Nururrahmah, dan Nurasia. 2016. Pemanfaatan Ekstrak Bawang Merah
dan Asam Asetat sebagai Pengawet Alami Bakso. Jurnal Dinamika. 7 (1) :
9-30.
Hidayah, N. 2016. Pemanfaatan Senyawa Metabolit Sekunder Tanaman (tanin dan
Saponin) dalam Mengurangi Emisi Metan Ternak Ruminansia. Jurnal Sains
Peternakan Indonesia. 11 (2) : 89-98.
Hornus, Philippe. 2011. Physalis angulata L.
[https://www.treknature.com/gallery/Africa/Gabon/North/Moyen-
Ogooue/Bindo/photo256145.htm]. Diakses pada 18 Februari 2021.
47
Hutauruk, H. P., Yamlean, P. V. Y., dan Wiyono, W. 2020. Formulasi dan Uji
Aktivitas Sabun Cair Ekstrak Etanol Herba Seledri (Apium Graveolens L)
terhadap Bakteri Staphylococcus aureus. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi.
9 (1) : 73-81.
Illing, I., Safitri, W., dan Erfiana. 2017. Uji Fitokimia Ekstrak Buah Dengen. Jurnal
Dinamika. 8 (1) : 66-84.
Indriani, S. 2020. Isolasi Senyawa Bioaktif Fraksi Etil Asetat Rimpang Lempuyang
Gajah (Zingiber zerumbet (L.) Smith) serta Uji Toksisitas terhadap Artemia
salina Leach. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Ismaniar, M. 2013. Perbandingan Komponen Kimia Penyusun Minyak Atsiri pada
Buah dari Genus Piper (Piper betle L, Piper cubeba L, dan Piper
retrofractum Vahl) Menggunakan Analisis GC-MS. Skripsi. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.
Isniyetti. 2010. Isolasi dan Uji Antibakteri Flavonoid dari Daun Ciplukan (Physalis
angulata Linn). Jurnal Ilmiah. 2 : 95-102.
Kamal, N. 2010. Pengaruh Bahan Aktif Aditif CMC (Carboxyl methyil cellulose)
terhadap Beberapa Parameter pada Larutan Sukrosa. Jurnal Teknologi. 1 : 78-
84.
Kartika, G. F. 2010. Pengaruh Peningkatan Konsentrasi Carbopol 940 sebagai
Bahan Pengental terhadap Viskositas dan Ketahanan Busa Sediaan Shampoo.
Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press.
Jakarta.
Kurniawan, B., dan Aryana, W. F. 2015. Binahong (Cassia alata L) as Inhibitor of
Escherichia coli Growth. J Majority. 4 (4) : 100-104.
Kusmiyati dan Agustini, N. W. S. 2017. Uji Senyawa Antibakteri dari Mikroalga
Porphyridium cruentum. Biodiveritas. 8(1) : 48-53.
Kusumaningtyas, W. R., Laily, N., dan Limandha, P. 2015. Potential of Ciplukan
(Physalis angulata L.) as Source of Functional Ingredient. Procedia
Chemistry. 14 : 367-372.
Kusumaningtyas, G. A. 2020. Formulasi Sediaan Gel Facial Wash dengan
Penambahan Ekstrak Daun Mangga Bacang (Mangifera foetida Lour) dan Uji
Aktivitas Antibakteri Propionibacterium acne. Skripsi. Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Latifah, L. 2015. Identifikasi Golongan Senyawa Flavonoid dan Uji Aktivitas
Antioksidan pada Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempfeira galanga l) dengan
48
Marini, dan Rosyida, A. 2018. Formulasi Ekstrak Etanol Daun Katuk (Sauropus
Androgynuss (L.) Merr) dalam Sediaan Sabun Mandi Cair. Jurnal Cerata. 9
(1) : 8-16.
Marjanah, Indriaty, dan Setyoko. 2019. Wirausaha Kreatif Pembuatan Sabun Cair
Aroma Terapi bagi Masyarakat di Birem Rayeuk Aceh Timur. Jurnal
Pengabdian Untukmu Negeri. 3 (2) : 97-103.
Mattjik, A. A., dan Sumertajaya, I. M. 2000. Perancangan Percobaan dengan
Aplikasi SAS dan Minitab. Jilid 1 Edisi kedua. ITB Press. Bogor.
Melliawati, R. 2009. Escherichia coli dalam Kehidupan Manusia. BioTrends. 4 (1)
: 10-14.
Mustikawati, I. S. 2017. Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun: Studi Kualitatif pada
Ibu-ibu di Kampung Nelayan Muara Angke Jakarta Utara. Jurnal Arkesmas.
2 (1). 115-125.
Nasution, N. V. 2018. Uji Aktivitas Antibakteri Sabun Mandi Cair terhadap
Staphylococcus Aureus Dan Escherichia coli. Skripsi. Fakultas Farmasi.
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Ningrum, N. P. dan Kusuma M. A. I. 2013. Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas
dan Abu Kulit Buah Kapuk Randu (Soda qie) sebagai Bahan Pembuatan
Sabun Mandi Organik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan. Jurnal
Teknologi Kimia dan Industri, 2, (2) : 275-285.
Ningrum, R., Purwanti, E., dan Sukarsono. 2016. Identifikasi Senyawa Alkaloid
dari Batang Karamunting (Rhodomyrtus tomentosa) sebagai Bahan Ajar
Biologi untuk SMA Kelas X. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia. 2 (3) :
231-236.
Ningsih, D. R., Purwati., Zusfahair, Z., dan Nurdin, A., 2019. Hand Sanitizer
Ekstrak Metanol Daun Mangga Arumanis (Mangifera indica L.). Alchemy
Jurnal Penelitian Kimia. 15 (1) : 10-23.
Ningsih, D.R., Zusfahair, dan Mantari, D. 2017. Ekstrak Daun Mangga (Mangifera
indica L.) sebagai Antijamur terhadap Jamur Candida albicans dan
Identifikasi Golongan Senyawanya. Jurnal Kimia Riset. 2 (1) : 61-68.
Ningsih, D.R., Zusfahair., dan Kartika, D. 2016. Identifikasi Senyawa Metabolit
Sekunder serta Uji Aktivitas Ekstrak Daun Sirsak sebagai Antibakteri.
Molekul. 11(1) : 101-111.
Noviana, H. 2004. Pola Kepekaan Antibiotika Escherichia coli yang Diisolasi dari
Berbagai Spesimen Klinis. Jurnal Kedokter Trisakti. 23(4) : 122-126.
Nuria, M.C., Chabibah, Z., Banu, S., dan Fithria, R. F. 2014. Penelusuran Potensi
Fraksi n-Heksana dan Etil Asetat dari Ekstrak Metanol Daun Gugur Ketapang
50
(Terminalia catappa L.) sebagai Antidiare. Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi
Klinik.
Nurlina, Attamimi F., Rosvina, dan Tomagola, I. 2013. Formulasi Sabun Cair
Pencuci Tangan yang Mengandung Ekstrak Daun Kemangi (Occimum
basilicum L.). As-Syifaa. 5 (2) : 119-127.
Panantya, J. 2013. Pengaruh Proporsi Drug Load terhadap Profil Disolusi Dispersi
Padat Kurkumin Ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dalam
Polivinil Pirolidon dengan Vacuum Rotary Evaporator. Skripsi. Fakultas
Farmasi. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Pelczar, Michael J., dan Chan, E. C. S. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid I. UI
Press. Jakarta.
Priani, S. E. dan Lukmayani, Y. 2010. Pembuatan Sabun Transparan Berbahan
Dasar Minyak Jelantah Serta Hasil Uji Iritasinya Pada Kelinci. Prosiding
Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Edisi
Eksakta. 31-48.
Purbosari, I. 2021. Uji Efektifitas Daya Hambat Sabun Cair Cuci Tangan di Kota
Surabaya terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus dan
Escherechia Coli secara in Vitro. Journal of Islamic Pharmacy. 6 (1) : 35-59.
Qisti, R. (2009), Sifat Kimia Sabun Transparan dengan Penambahan Madu Pada
Konsetrasi Yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian
Bogor.
Rachman, A. Wardatun, S., dan Wiendarlina, I. Y. 2018. Isolasi dan Identifikasi
Senyawa Saponin Ekstrak Metanol Daun Binahong (Anredera cordifolia
(Ten.) Steenis). Jurnal Online Mahasiswa Bidang Farmasi. 1 (1).
Rachmawati, F. J., dan Triyana, S. Y. 2008. Perbandingan Angka Kuman pada Cuci
Tangan dengan Beberapa Bahan sebagai Standarisasi Kerja di Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia. Jurnal
Logika. 5 (1) : 1-13.
Rasyida, K., Kuswandi, B., dan Kristiningrum N. 2014. Deteksi Kemurnian Air
Zamzam Menggunakan Metode Spektrofotometri Fourier Transform
Infrared (FTIR) dan Kemometrik. e-Jurnal Pustaka Kesehatan. 2 (2) : 320-
326.
Ratri, W. S., dan Darini, M. Th. 2016. Peluang Ekonomi Tanaman Ciplukan
(Physalis angulata L) sebagai Abate Alami. Jurnal SCIENTECH. 2 (1) : 128-
135.
Retnowati, D. S., Kumoro, A. C., Ratnawati, dan Budiyati, C. S. 2013. Pembuatan
dan Karakterisasi Sabun dengan Proses Dingin. Jurnal Rekayasa Proses. 7
(2) : 46-51.
51
54
55
a. Pembuatan larutan ekstrak dan setiap fraksi ekstrak daun ciplukan konsentrasi
1000 ppm
10 mg ekstrak / 10 mL akuades
b. Pembuatan larutan kloramfenikol 1000 ppm (kemasan 250 mg)
1000 mg 250 mg
=
1L x
x = 250 mL
Kloramfenikol sebanyak 250 mg dimasukkan dalam labu ukur 250 mL dan
dilarutkan dengan akuades sampai tanda batas.
58
1. Hasil uji antibakteri ekstrak dan setiap fraksi ekstrak daun ciplukan
Diameter Diameter Zona Hambat (mm) Rata-rata
Sampel lubang
I II III (cm)
(mm)
Akuades 5 0,00 0,00 0,00 0,00
Metanol 5 1,82 1,80 1,53 1,72
Ekstrak Metanol 5 2,45 2,18 2,22 2,28
Fraksi Residu 5 2,47 3,00 2,78 2,75
Etil Asetat 5 1,88 1,53 1,35 1,59
Fraksi Etil Asetat 5 2,22 2,23 2,17 2,21
n-heksana 5 2,17 2,15 2,17 2,16
Fraksi n-heksana 5 2,07 2,27 2,47 2,27
Kloramfenikol 5 25,87 25,75 23,40 25,00
Keterangan: Diameter zona hambat telah dikurangi dengan diameter lubang
2. Hasil one-way ANOVA uji aktivitas antibakteri ekstrak dan setiap fraksi ekstrak
daun ciplukan
ANOVA
Diameter zona hambat
Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
Between
1441.940 8 180.242 746.930 .000
Groups
Within Groups 4.344 18 .241
Total 1446.283 26
59
Flavonoid Steroid
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Tanin Saponin
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Alkaloid Polifenol
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
62
Lampiran 8 Data Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Sabun Cuci Tangan Cair
dengan Penambahan Zat Aktif Fraksi Residu Ekstrak Metanol
Daun Ciplukan
1. Hasil uji antibakteri sabun cuci tangan cair dengan penambahan zat aktif fraksi
residu ekstrak metanol daun ciplukan
Diameter Zona Hambat Zona Hambat
Sampel (mm) Rata-rata Sesungguhnya
I II III (mm)
Basis sabun cuci
20,00 18,82 20,60 19,80 0,00
tangan cair
Sabun cuci tangan
20,18 19,80 23,82 21,27 1,47
cair + fraksi residu
Sabun cuci tangan
29,92 31 31,33 30,75 10,95
cair + triclosan
2. Hasil one-way ANOVA uji aktivitas antibakteri sabun cuci tangan cair dengan
penambahan zat aktif fraksi residu ekstrak metanol daun ciplukan
ANOVA
Diameter Zona Hambat
Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
Between Groups 184.873 2 92.436 6.633 .030
Within Groups 83.614 6 13.936
Total 268.486 8
Lampiran 9 Gambar Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Sabun Cuci Tangan Cair
dengan Penambahan Zat Aktif Fraksi Residu Ekstrak Metanol
Daun Ciplukan
A. Uji pH sabun cuci tangan cair dengan penambahan fraksi residu ekstrak metanol
daun ciplukan
1. Hasil uji pH
Nilai pH Rata-
Sampel
Ulangan I Ulangan II Ulangan III rata
Basis sabun cuci
6,87 6,84 6,85 6,85
tangan cair
Sabun cuci tangan
6,82 6,85 6,84 6,84
cair + fraksi residu
Sabun cuci tangan
6,50 6,54 6,54 6,53
cair + triclosan
Nilai pH
Duncan
Sampel N Subset for alpha = 0.05
1 2
Basis sabun cuci tangan cair 3 6.5267
Sabun cuci tangan cair +
3 6.8367
fraksi residu
Sabun cuci tangan cair +
3 6.8533
triclosan
Sig. 1.000 .306
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
66
B. Uji stabilitas busa sabun cuci tangan cair dengan penambahan zat aktif fraksi
residu ekstrak metanol daun ciplukan
1. Hasil uji stabilitas busa
Nilai stabilitas busa (%) Rata-
Sampel
Ulangan I Ulangan II Ulangan III rata (%)
Basis sabun cuci
87,06 87,40 87,42 87,29
tangan cair
Sabun cuci tangan
85,19 85,72 85,70 85,53
cair + fraksi residu
Sabun cuci tangan
84,06 83,90 83,86 83,94
cair + triclosan
C. Uji viskositas sabun cuci tangan cair dengan penambahan zat aktif fraksi residu
ekstrak metanol daun ciplukan
1. Hasil uji viskositas
Nilai viskositas (cPs) Rata-
Sampel rata
Ulangan I Ulangan II Ulangan III (cPs)
Basis sabun cuci
14,47 14,46 14,35 14,43
tangan cair
Sabun cuci tangan
15,02 15,16 14,66 14,95
cair + fraksi residu
Sabun cuci tangan
13,80 13,94 14,15 13,96
cair + triclosan
D. Uji asam lemak bebas sabun cuci tangan cair dengan penambahan zat aktif fraksi
residu ekstrak metanol daun ciplukan
1. Hasil uji asam lemak bebas
Nilai asam lemak bebas (%) Rata-rata
Konsentrasi
Ulangan I Ulangan II Ulangan III (%)
Basis sabun cuci
1,024 1,024 0,768 0,94
tangan cair
Sabun cuci
tangan cair + 0,768 0,768 1,024 0,85
fraksi residu
Sabun cuci
tangan cair + 0,768 0,768 0,512 0,68
triclosan
E. Uji organoleptik sabun cuci tangan cair dengan penambahan zat aktif fraksi
residu ekstrak metanol daun ciplukan
Riwayat Pendidikan
1. TK 2 Bani Saleh Bekasi, 2003-2005
2. SD 6 Bani Saleh Bekasi, 2005-2011
3. SMP Negeri 1 Purwokerto, 2011-2014
4. SMA Negeri 5 Purwokerto, 2014-2017
5. Strata satu (S1) :
a. Perguruan Tinggi : Universitas Jenderal Soedirman
b. Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
c. Jurusan : Kimia
d. Bidang Kajian : Biokimia - Kimia Organik
71