Oleh :
15121301002
2019
i
SKRIPSI
sarjana biologi
Oleh :
15121301002
2019
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh :
15121301002
Mengetahui
iii
Skripsi Ini Telah Diuji pada
Anggota :
iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
NIM : 15121301002
Apabila kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam tulisan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan
Badung, 2019
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis ucapkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas
menyelesaikan skripsi penulis dengan baik dan lancar. Skripsi ini dapat selesai
dukungan tulus dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan
1. Bapak Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE. M. MA, MA. selaku Rektor
2. Bapak Dr. Bayu Adjie, M.Sc. selaku Kepala Balai Konservasi Tumbuhan
3. Bapak Dr. dr. Bambang Hadi Kartiko, MARS selaku Dekan Fakultas Ilmu
5. Ni Kadek Yunita Sari, S.Si., M.Si. selaku dosen pembimbing utama yang
vi
6. Wenni Setyo Lestari, M.Si. selaku pembimbing pendamping yang telah
8. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Sains dan Teknologi yang telah
9. Kedua orang tua tercinta I Wayan Riana Suriawan dan Ni Putu Sariani
yang tanpa lelah mendukung saya baik secara finansial maupun moral dan
10. Kakak dan Adik tercinta Ni Luh Eka Septiari Suriawan, S.MIK. dan Ni
11. Kakak ipar I Made Wisnu Adhi Putra, S.Si., M.Sc. yang selalu
Penulis
vii
ABSTRAK
Upaya konservasi Dicksonia blumei hanya bergantung pada sporanya.
Dicksonia blumei sudah termasuk dalam Appendix II CITES mengenai penjualan
flora dan fauna dalam jumlah kuota tertentu mengingat keberhasilan tanaman ini
menjadi dewasa sangat rendah. Spora Dicksonia blumei pada masa penyimpanan
lama dapat mengurangi viabilitas spora. Variabel yang diamati adalah waktu yang
diperlukan untuk spora mulai berkecambah secara makroskopis dan
perkembangan perkecambahan spora pada akhir pengamatan. Ekstrak etanolik
daun tapak dara diduga dapat mempertahankan viabilitas spora Dicksonia blumei.
Media moss rumput laut yang digunakan direndam dengan ekstrak etanolik daun
tapak dara dengan konsentrasi 0,05%, 0,1%, 0,15%, 0,2% selama dua jam.
Observation results from the use of bright eyes leaf extract were not able to
maintain spore viability with a long storage period. The spores were able to
germinate on the 24th day after planting on the control media, but the spores
spread on the media soaked in tread leaf extract had no signs of germination either
macroscopically or microscopically until the last day of observation.
Kata kunci : Dicksonia blumei, Ekstrak, Tapak dara, Perkecambahan
viii
ABSTRACT
Conservation for Dicksonia blumei only depend on the spores. Dicksonia
blumei has been included in Appendix II CITES for flora and fauna in sale in a
certain amount of quota because this plant become mature plant very low.
Dicksonia blumei spores in the long storage period can reduce viability of spore.
The observed variables are the time needed for the spores to begin to germinate
macroscopically and the development of spore germination at the end of the
observation. Ethanolic extract of bright eyes leaves is thought to be able to
maintain viability of Dicksonia blumei spores. The media used was immersed
with ethanolic extract of bright eyes leaves with concentrations of 0,05%, 0,1%,
0,15%, 0,2% for two hours. The parameters seen are the number of speed of
spores germinate and filamens grow from spores. Result of this research note that
spores are not able to germinate on media in brigth eyes extract during
observation inone month, but in control media the spores are able to germinate in
third week after planting.
Keywords : Dicksonia blumei, Extract, Bright eyes, Germination
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN SKRIPSI ..................................................... i
HALAMAN PERSYARATAN SKRIPSI ...................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ............................................................... iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ................................................. v
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................ vi
ABSTRAK ........................................................................................................ viii
ABSTRACT ...................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ....................... ........................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii
I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................... 2
1.3. Tujuan ........................................................................................................ 3
1.4. Manfaat ...................................................................................................... 3
IV METODE PENELITIAN............................................................................. 12
4.1. Rancangan Penelitian ................................................................................. 12
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 12
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................ 12
4.3.1 Populasi ............................................................................................ 12
4.3.2 Sampel .............................................................................................. 12
4.4. Bahan Penelitian ........................................................................................ 13
4.5. Instrumen Penelitian .................................................................................. 13
4.6. Prosedur Penelitian .................................................................................... 13
4.6.1 Pembuatan Ekstrak Daun Tapak Dara ............................................. 13
4.6.2 Pembuatan Media ............................................................................. 13
4.6.3 Proses Pengambilan Spora ............................................................... 14
4.6.4 Proses Penanaman Spora .................................................................. 14
x
4.6.5 Proses Pengamatan Spora ................................................................ 14
4.7. Pengolahan Data ........................................................................................ 14
4.8. Tahapan dan Pemilihan Teknik Analisa ................................................... 15
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Spora yang Sudah Tumbuh Filamen Pada Tiap Media ...................... 16
Tabel 5.2 Waktu yang Diperlukan Untuk Berkecambah ................................... 17
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tanaman Paku Kidang (Dicksonia blumei (Kunze) Moore) .......... 5
Gambar 2.2 Siklus Hidup D. blumei Dari Spora Hingga Sporofit Muda .......... 6
Gambar 2.3 Tanaman Tapak Dara (Catharanthus roseus (L.) G. Don) ............. 9
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian .......................................................... 10
Gambar 5.1 Bentuk Filamen Pada Perkecambah Dicksonia blumei .................. 15
Gambar 5.2 Diagram Waktu Perkecambahan .................................................... 17
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Dicksonia blumei (Kunze) Moore atau yang lebih dikenal dengan nama Paku
Dicksoniaceae. Paku jenis ini sering dijadikan tanaman hias di luar ruangan. Selain
dijadikan tanaman hias, rambut - rambut yang tumbuh pada pangkal entalnya dapat
tidak terancam punah, namun akan terancam punah apabila perdagangan jenis
langka sehingga perlu dukungan pemerintah melalui undang – undang agar dapat
(1987), spora tumbuhan paku biasanya memiliki masa penyimpanan yang lama,
masih terbatas pada perbandingan penggunaan berbagai media tanam saja dimana
1
2
Penelitian mengenai spora yang sudah mengalami masa penyimpanan yang lama
belum pernah dilakukan baik melalui faktor eksternal maupun internal. Akibat dari
penurunan viabilitas spora yang sudah mengalami masa penyimpanan yang lama
perlu untuk ditekan dan viabilitas spora tersebut perlu dipertahankan agar selalu
sama dengan spora yang masih segar sehingga perbanyakan D. blumei dengan
Daun tapak dara pada bidang kesehatan sering digunakan sebagai anti kanker.
Daun tapak dara juga memiliki kandungan seperti kolkisin yang membantu
perbaikan kualitas tanaman. Uji ekstrak daun tapak dara sendiri sudah pernah
diteliti seperti pada tanaman melon dimana pada konsentrasi tertentu ukuran melon
lebih besar dibanding melon normal. Senyawa pada daun tapak sendiri pernah diuji
Arbuskula. Untuk perkecambahan sendiri uji ekstrak daun tapak dara belum pernah
diujikan pada spora, sehingga perlu dilakukan uji lebih lanjut mengenai efektivitas
daun tapak dara maupun senyawa lain yang terkandung dalam daun tapak dara.
1. Bagaimana viabilitas spora Dicksonia blumei dengan masa simpan yang lama
(lebih dari satu bulan) ketika diberikan ekstrak daun tapak dara ?
2. Berapa waktu yang diperlukan bagi spora untuk mulai berkecambah pada tiap
1.3 Tujuan
Tujuan umum dari penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk upaya
konsentrasi yang tepat dalam penggunaan ekstrak daun tapak dara bagi
1.4 Manfaat
juga bermanfaat untuk mengetahui pengaruh dari pemberian ekstrak daun tapak
tapak dara yang diaplikasikan pada tanaman dan penelitian mengenai D. blumei
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Polypodiopsida
Ordo : Cyatheales
Famili : Dicksoniaceae
Genus : Dicksonia
Paku Kidang (Dicksonia blumei (Kunze) Moore) merupakan salah satu jenis
tumbuhan paku (Pteridophyta) yang termasuk dalam ordo Cyatheales (Smith et al.,
2006). Jenis ini merupakan tumbuhan paku berbentuk pohon dengan batang cukup
seperti halnya paku tiang (Cyathea contaminans). Batang bagian ujung diselimuti
bagian pangkalnya. Daun menyirip ganda dua, panjang anak daun mencapai 70 cm,
bercangap. Daun yang masih kuncup juga diselimuti oleh bulu-bulu halus berwarna
4
5
coklat kemerahan. Indusia terletak di tepi daun, berderet, dan berbentuk bulat
(Holttum, 1972).
umum bagi tanaman paku untuk mendapatkan tanaman baru dalam jumlah banyak.
beberapa faktor eksternal (suhu, kelembaban dan struktur media) dan faktor internal
(penurunan viabilitas).
tanamnya. Diketahui bahwa cacahan batang pakis merupakan media yang terbaik
untuk perkecambahan D. blumei karena pada minggu ke- 2 spora yang berbentuk
protalus sudah menutupi sekitar 30% permukaan media. Sifat cacahan batang pakis
yang remah menyebabkan sirkulasi udara pada media tetap terjaga. Cacahan pakis
juga mampu menyimpan air dengan baik sehingga kelembapan media mampu
permukaan media pada minggu ke-2, namun perkembangan protalus pada minggu
6
– minggu terakhir mampu menutupi seluruh permukaan media. Spora yang ditanam
pada media kompos kaliandra juga tidak jauh berbeda dengan cacahan kadaka,
dimana pada minggu ke-2 hingga minggu ke- 6 pertumbuhan protalus hanya sekitar
50 %. Media lumpur dan media kompos bambu merupakan media yang kurang baik
% pada akhir pengamatan karena pada media lumpur partikel – partikelnya terlalu
padat sehingga sirkulasi udara tidak maksimal (Hartini, 2006). Jenis media kompos
bambu diketahui memiliki tingkat keasaman yang tinggi dengan pH 4-4,5. Di alam
sendiri tanaman D. blumei hanya tumbuh pada derajat keasaman yang hampir netral
dengan pH 6 – 7 (Dodo et al., 2002). Menurut Harvey (2002) spora pada jenis
Dicksoniaceae akan lebih mudah berkecambah pada media yang memiliki struktur
lebih kasar.
2.2 Siklus Hidup Dicksonia blumei dari Spora Hingga Sporofit Muda
Gambar 2.2 Siklus hidup D. blumei dari spora hingga sporofit muda. Keterangan :
1. Spora, 2. Fase pembelahan sel 3. Fase prothalus muda, 4. Fase prothalus dewasa:
a. Arkegonium, b. Anteridium, 5. Fase sporofit muda, 6. Rhizoid (Hartini, 2006)
utama yaitu fase pembelahan sel, fase prothalus muda, fase prothalus dewasa dan
7
fase sporofit muda. Fase pembelahan sel diawali dengan terjadinya beberapa
pembelahan sel dengan munculnya rhizoid. Sel yang terbelah memiliki bentuk
seperti pita bersekat – sekat dan berwarna hijau transparan yang bersumber dari
adanya klorofil. Pertumbuhan rhizoid terjadi pada fase ini dengan jumlah lebih dari
satu, tidak memiliki sekat dan berwarna coklat. Pada fase ini spora mendapat
Ketika fase prothalus muda, sel akan terus membelah hingga membentuk
lembaran kecil. Fase prothalus muda jika diamati secara makroskopis akan
berbentuk seperti jantung dan berwarna hijau. Pertumbuhan rhizoid yang terjadi
pada fase ini masih belum terlihat secara makroskopis di awal fase ini (Hartini,
2006).
lekukan bagian atas dan anteridium tumbuh pada bagian bawah dekat rhizoid
(Hartini, 2006). Menurut Toogood (1999) anteridium yang menghasilkan sel - sel
spermatozoa akan berenang ke arah arkegonium yang menghasilkan sel – sel ovum
Fase sporofit muda akan terjadi ketika sel ovum dibuahi dan menjadi paku
muda (sporofit) yang masih hidup pada prothalus. Sporofit muda terdiri dari akar
8
(rhizoid) dan daun. Prothalus akan hilang seiring perubahan fase menjadi sporofit
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Gentianales
Famili : Apocynaceae
Genus : Catharanthus
tanaman hias. Tanaman ini merupakan tumbuhan semak tegak yang mencapai
ketinggian antara 100 cm – 120 cm dan juga merupakan tumbuhan liar yang biasa
tumbuh subur di padang atau di pedesaan beriklim tropis. Batang tanaman tapak
dara berbentuk bulat dengan diameter berukuran kecil, berkayu, beruas, bercabang,
serta berambut. Daunnya agak tebal dan mengkilap, berbentuk bulat telur dan
daun banyak sehingga terkesan rimbun. Bunganya yang indah ada yang berwarna
merah keunguan atau putih, mahkota berjumlah lima, merupakan bunga majemuk
yang keluar dari ujung tangkai maupun ketiak daun. Tapak dara mengandung
(Hariana, 2008). Daun tapak dara juga memiliki senyawa metabolit sekunder
Daun tapak dara mengandung senyawa seperti kolkisin yang dapat memperbaiki
kualitas tanaman hortikultura. Ekstrak daun tapak dara pernah diujikan pada
tanaman melon dengan konsentrasi ekstrak sebanyak 0,05%, 0,1% dan 0,5%.
Konsentrasi ekstrak daun tapak dara sebesar 0,05% menghasilkan buah melon
dengan ukuran paling besar dibanding kontrol dan konsentrasi lainnya (Nofriarno
et al., 2018). Menurut Rice (1984) senyawa organik dapat bersifat menghambat,
pada tanaman. Pada daun tapak dara juga terdapat senyawa flavonoid yang dapat
BAB III
KERANGKA KONSEP
blumei hanya bergantung pada spora, namun jika spora disimpan terlalu lama
berpotensi mengalami penurunan viabilitas. Ekstrak daun tapak dara sering diujikan
Beberapa senyawa daun tapak dara juga pernah diujikan dalam meningkatkan
perkecambahan spora cendawan dan pertumbuhan hifa. Diduga ektrak daun tapak
Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
10
11
3.2 Hipotesis
berikut :
H1 : Ekstrak daun tapak dara pada konsentrasi 0,05%, 0,1%, 0,15% dan 0,2%
H0 : Ekstrak daun tapak dara pada konsentrasi 0,05%, 0,1%, 0,15% dan 0,2% tidak
3.3 Variabel
Variabel bebas pada penelitian ini adalah ekstrak daun tapak dara dengan
Variabel terikat pada penelitian ini adalah viabilitas spora D. blumei yang