Anda di halaman 1dari 24

SKRIPSI

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOLIK DAUN

TAPAK DARA (Catharanthus roseus) TERHADAP VIABILITAS

SPORA PAKU KIDANG (Dicksonia blumei (Kunze) Moore)

Oleh :

I MADE WAHYU PUTRA SURIAWAN

15121301002

Program Studi Biologi

Fakultas Ilmu Kesehatan Sains dan Teknologi

Universitas Dhyana Pura

2019

i
SKRIPSI

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOLIK DAUN

TAPAK DARA (Catharanthus roseus) TERHADAP VIABILITAS

SPORA PAKU KIDANG (Dicksonia blumei (Kunze) Moore)

Skripsi ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar

sarjana biologi

Oleh :

I MADE WAHYU PUTRA SURIAWAN

15121301002

Program Studi Biologi

Fakultas Ilmu Kesehatan Sains dan Teknologi

Universitas Dhyana Pura

2019

ii
HALAMAN PENGESAHAN

PROPOSAL PENELITIAN

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOLIK DAUN

TAPAK DARA (Catharanthus roseus) TERHADAP VIABILITAS

SPORA PAKU KIDANG (Dicksonia blumei (Kunze) Moore)

Oleh :

I Made Wahyu Putra Suriawan

15121301002

Telah diuji dan disetujui pada tanggal 9 Agustus 2019

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ni Kadek Yunita Sari, S.Si., M.Si Wenni Setyo Lestari, M.Si.


NIDN. 0803078801 NIP. 197612162001122002

Mengetahui

Ketua Program Studi

Fakultas Ilmu Kesehatan Sains dan Teknologi

Universitas Dhyana Pura

I Gede Widhiantara, S. Si., M. Biomed


NIP.00708211

iii
Skripsi Ini Telah Diuji pada

Tanggal 9 Agustus 2019

Panitia Penguji Skripsi Berdasarkan SK Dekan

Universitas Dhyana Pura No : 084/UNDHIRA-FIKST/SK/VIII/2019

Ketua : Ni Kadek Yunita Sari, S.Si., M.Si


NIDN. 0803078801

Anggota :

1. Wenni Setyo Lestari, M.Si.


NIP. 197612162001122002

2. Ni Kadek Dwipayani Lestari, S.Si., M.Si


NIDN. 0802118601

iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : I Made Wahyu Putra Suriawan

NIM : 15121301002

Program Studi : Biologi

Judul Skripsi : Uji Efektifitas Ekstrak Etanolik Daun Tapak Dara

(Catharanthus roseus) terhadap Viabilitas Spora Paku

Kidang (Dicksonia blumei (Kunze) Moore)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat.

Apabila kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam tulisan ini, maka saya

bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan

peraturan perundang – undangan yang berlaku.

Badung, 2019

Yang membuat pernyataan

( I Made Wahyu Putra Suriawan)

v
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis ucapkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas

limpahan rahmat serta anugerah dari-Nya sehingga penulis mampu untuk

menyelesaikan skripsi penulis dengan baik dan lancar. Skripsi ini dapat selesai

dikerjakan bukan semata – mata karena perjuangan penulis semata, melainkan

dukungan tulus dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada

1. Bapak Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE. M. MA, MA. selaku Rektor

Universitas Dhyana Pura atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan

kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan di Program

Studi Biologi Universitas Dhyana Pura.

2. Bapak Dr. Bayu Adjie, M.Sc. selaku Kepala Balai Konservasi Tumbuhan

Kebun Raya “Eka Karya” Bali - LIPI

3. Bapak Dr. dr. Bambang Hadi Kartiko, MARS selaku Dekan Fakultas Ilmu

Kesehatan, Sains, dan Teknologi yang telah memberikan kesempatan dan

bimbingan kepada penulis selama menempuh pendidikan di Program Studi

Biologi Universitas Dhyana Pura.

4. I Gede Widhiantara, S.Si., M. Biomed. selaku Ketua Program Studi

Biologi Universitas Dhyana Pura.

5. Ni Kadek Yunita Sari, S.Si., M.Si. selaku dosen pembimbing utama yang

telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan

masukan kepada penulis selama proses penulisan skripsi.

vi
6. Wenni Setyo Lestari, M.Si. selaku pembimbing pendamping yang telah

meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan masukan

kepada penulis selama proses penulisan skripsi.

7. Ni Kadek Dwipayani Lestari, S. Si., M. Si. sebagai penguji dan telah

memberikan saran dalam penulisan skripsi

8. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Sains dan Teknologi yang telah

berbagi ilmunya selama ini.

9. Kedua orang tua tercinta I Wayan Riana Suriawan dan Ni Putu Sariani

yang tanpa lelah mendukung saya baik secara finansial maupun moral dan

selalu memberikan do’a yang terbaik kepada penulis.

10. Kakak dan Adik tercinta Ni Luh Eka Septiari Suriawan, S.MIK. dan Ni

Nyoman Indah Meliani Suriawan yang mendukung dalam berbagai cara

selama proses pembuatan skripsi.

11. Kakak ipar I Made Wisnu Adhi Putra, S.Si., M.Sc. yang selalu

memberikan saran – saran terbaiknya kepada penulis.

12. Teman – teman saya di Universitas Dhyana Pura dengan segala

dukungannya kepada penulis.

Badung, 7 Agustus 2019

Penulis

vii
ABSTRAK
Upaya konservasi Dicksonia blumei hanya bergantung pada sporanya.
Dicksonia blumei sudah termasuk dalam Appendix II CITES mengenai penjualan
flora dan fauna dalam jumlah kuota tertentu mengingat keberhasilan tanaman ini
menjadi dewasa sangat rendah. Spora Dicksonia blumei pada masa penyimpanan
lama dapat mengurangi viabilitas spora. Variabel yang diamati adalah waktu yang
diperlukan untuk spora mulai berkecambah secara makroskopis dan
perkembangan perkecambahan spora pada akhir pengamatan. Ekstrak etanolik
daun tapak dara diduga dapat mempertahankan viabilitas spora Dicksonia blumei.
Media moss rumput laut yang digunakan direndam dengan ekstrak etanolik daun
tapak dara dengan konsentrasi 0,05%, 0,1%, 0,15%, 0,2% selama dua jam.
Observation results from the use of bright eyes leaf extract were not able to
maintain spore viability with a long storage period. The spores were able to
germinate on the 24th day after planting on the control media, but the spores
spread on the media soaked in tread leaf extract had no signs of germination either
macroscopically or microscopically until the last day of observation.
Kata kunci : Dicksonia blumei, Ekstrak, Tapak dara, Perkecambahan

viii
ABSTRACT
Conservation for Dicksonia blumei only depend on the spores. Dicksonia
blumei has been included in Appendix II CITES for flora and fauna in sale in a
certain amount of quota because this plant become mature plant very low.
Dicksonia blumei spores in the long storage period can reduce viability of spore.
The observed variables are the time needed for the spores to begin to germinate
macroscopically and the development of spore germination at the end of the
observation. Ethanolic extract of bright eyes leaves is thought to be able to
maintain viability of Dicksonia blumei spores. The media used was immersed
with ethanolic extract of bright eyes leaves with concentrations of 0,05%, 0,1%,
0,15%, 0,2% for two hours. The parameters seen are the number of speed of
spores germinate and filamens grow from spores. Result of this research note that
spores are not able to germinate on media in brigth eyes extract during
observation inone month, but in control media the spores are able to germinate in
third week after planting.
Keywords : Dicksonia blumei, Extract, Bright eyes, Germination

ix
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN SKRIPSI ..................................................... i
HALAMAN PERSYARATAN SKRIPSI ...................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ............................................................... iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ................................................. v
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................ vi
ABSTRAK ........................................................................................................ viii
ABSTRACT ...................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ....................... ........................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii

I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................... 2
1.3. Tujuan ........................................................................................................ 3
1.4. Manfaat ...................................................................................................... 3

II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 4


2.1 Paku Kidang (Dicksonia blumei (Kunze) Moore) ..................................... 4
2.2 Siklus Hidup Dicksonia blumei Dari Spora Hingga Sporofit Dewasa ..... 6
2.3 Tapak Dara (Catharanthus roseus (L.) G. Don) ........................................ 8

III KERANGKA KONSEP ................................................................................ 10


3.1 Kerangka Konsep ....................................................................................... 10
3.2 Hipotesis ..................................................................................................... 11
3.3 Variabel ...................................................................................................... 11
3.3.1 Variabel Bebas ................................................................................. 11
3.3.2 Variabel Terikat ............................................................................... 11

IV METODE PENELITIAN............................................................................. 12
4.1. Rancangan Penelitian ................................................................................. 12
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 12
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................ 12
4.3.1 Populasi ............................................................................................ 12
4.3.2 Sampel .............................................................................................. 12
4.4. Bahan Penelitian ........................................................................................ 13
4.5. Instrumen Penelitian .................................................................................. 13
4.6. Prosedur Penelitian .................................................................................... 13
4.6.1 Pembuatan Ekstrak Daun Tapak Dara ............................................. 13
4.6.2 Pembuatan Media ............................................................................. 13
4.6.3 Proses Pengambilan Spora ............................................................... 14
4.6.4 Proses Penanaman Spora .................................................................. 14

x
4.6.5 Proses Pengamatan Spora ................................................................ 14
4.7. Pengolahan Data ........................................................................................ 14
4.8. Tahapan dan Pemilihan Teknik Analisa ................................................... 15

V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 16


5.1 Hasil .......................................................................................................... 16
5.1.1 Spora yang Sudah Tumbuh Filamen ................................................ 16
5.1.2 Waktu Yang Diperlukan Spora Untuk Berkecambah ...................... 17
5.2 Pembahasan ............................................................................................... 18

VI KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 22


6.1 Kesimpulan ............................................................................................... 22
6.2 Saran .......................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 23


LAMPIRAN ...................................................................................................... 25

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Spora yang Sudah Tumbuh Filamen Pada Tiap Media ...................... 16
Tabel 5.2 Waktu yang Diperlukan Untuk Berkecambah ................................... 17

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tanaman Paku Kidang (Dicksonia blumei (Kunze) Moore) .......... 5
Gambar 2.2 Siklus Hidup D. blumei Dari Spora Hingga Sporofit Muda .......... 6
Gambar 2.3 Tanaman Tapak Dara (Catharanthus roseus (L.) G. Don) ............. 9
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian .......................................................... 10
Gambar 5.1 Bentuk Filamen Pada Perkecambah Dicksonia blumei .................. 15
Gambar 5.2 Diagram Waktu Perkecambahan .................................................... 17

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dicksonia blumei (Kunze) Moore atau yang lebih dikenal dengan nama Paku

Kidang merupakan tumbuhan paku (Pteridophyta) dan termasuk dalam keluarga

Dicksoniaceae. Paku jenis ini sering dijadikan tanaman hias di luar ruangan. Selain

dijadikan tanaman hias, rambut - rambut yang tumbuh pada pangkal entalnya dapat

dijadikan obat tradisional seperti obat luka (Heyne, 1987).

Tanaman D. blumei sudah termasuk dalam Appendix II CITES. Jenis tersebut

tidak terancam punah, namun akan terancam punah apabila perdagangan jenis

tersebut terus berlanjut tanpa dibentuk peraturan yang mengatur perdagangannya.

Suwelo (1999) bahkan menyatakan bahwa D. blumei sudah termasuk tanaman

langka sehingga perlu dukungan pemerintah melalui undang – undang agar dapat

dilindungi secara mutlak. Selama ini pemanfaatan D. blumei masih mengandalkan

ketersediaannya di alam, meski tingkat keberhasilan spora D.blumei menjadi

tanaman dewasa sangat rendah.

Kualitas spora akan menentukan keberhasilan perkecambahan mengingat

tanaman D. blumei hanya dapat dikembangbiakkan melalui spora. Menurut Jones

(1987), spora tumbuhan paku biasanya memiliki masa penyimpanan yang lama,

namun beresiko mengalami penurunan viabilitas atau kualitas perkecambahan.

Penelitian mengenai perkecambahan D. blumei yang telah dilakukan sejauh ini

masih terbatas pada perbandingan penggunaan berbagai media tanam saja dimana

penggunaan media merupakan faktor eksternal dari perkecambahan D. blumei.

1
2

Penelitian mengenai spora yang sudah mengalami masa penyimpanan yang lama

belum pernah dilakukan baik melalui faktor eksternal maupun internal. Akibat dari

penurunan viabilitas spora yang sudah mengalami masa penyimpanan yang lama

perlu untuk ditekan dan viabilitas spora tersebut perlu dipertahankan agar selalu

sama dengan spora yang masih segar sehingga perbanyakan D. blumei dengan

menggunakan spora dapat dimaksimalkan. Penggunaan ekstrak daun tapak dara

pernah diujikan dalam meningkatkan kualitas tanaman hortikultura sehingga

diduga dapat mempertahankan kualitas viabilitas spora yang memiliki masa

penyimpanan yang lama.

Daun tapak dara pada bidang kesehatan sering digunakan sebagai anti kanker.

Daun tapak dara juga memiliki kandungan seperti kolkisin yang membantu

perbaikan kualitas tanaman. Uji ekstrak daun tapak dara sendiri sudah pernah

diteliti seperti pada tanaman melon dimana pada konsentrasi tertentu ukuran melon

lebih besar dibanding melon normal. Senyawa pada daun tapak sendiri pernah diuji

dalam meningkatkan perkecambahan dan pertumbuhan hifa Cendawan Mikoriza

Arbuskula. Untuk perkecambahan sendiri uji ekstrak daun tapak dara belum pernah

diujikan pada spora, sehingga perlu dilakukan uji lebih lanjut mengenai efektivitas

daun tapak dara maupun senyawa lain yang terkandung dalam daun tapak dara.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana viabilitas spora Dicksonia blumei dengan masa simpan yang lama

(lebih dari satu bulan) ketika diberikan ekstrak daun tapak dara ?

2. Berapa waktu yang diperlukan bagi spora untuk mulai berkecambah pada tiap

konsentrasi ekstrak daun tapak dara?


3

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk upaya

konservasi bagi tanaman D. blumei.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

konsentrasi yang tepat dalam penggunaan ekstrak daun tapak dara bagi

perkecambahan spora D. blumei dalam masa penyimpanan dan waktu yang

diperlukan spora D. blumei tersebut untuk mulai berkecambah.

1.4 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah menambah referensi mengenai

perkecambahan, pengembangan dan upaya pelestarian D. blumei. Penelitian ini

juga bermanfaat untuk mengetahui pengaruh dari pemberian ekstrak daun tapak

dara terhadap perkecambahan D. blumei mengingat jumlah penelitian ektrak daun

tapak dara yang diaplikasikan pada tanaman dan penelitian mengenai D. blumei

jumlahnya masih terbatas.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Paku Kidang (Dicksonia blumei (Kunze) Moore)

Tanaman Dicksonia blumei (Kunze) Moore dalam taksonomi tumbuhan

diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta

Kelas : Polypodiopsida

Ordo : Cyatheales

Famili : Dicksoniaceae

Genus : Dicksonia

Spesies : Dicksonia blumei ( Smith et al., 2006)

Paku Kidang (Dicksonia blumei (Kunze) Moore) merupakan salah satu jenis

tumbuhan paku (Pteridophyta) yang termasuk dalam ordo Cyatheales (Smith et al.,

2006). Jenis ini merupakan tumbuhan paku berbentuk pohon dengan batang cukup

besar. Tinggi tumbuhan ini dapat mencapai 10 m, mempunyai perawakan ramping

seperti halnya paku tiang (Cyathea contaminans). Batang bagian ujung diselimuti

oleh rambut - rambut berwarna coklat kemerahan. Panjang daun mencapai 3 m,

dengan tangkai diselimuti rambut - rambut berwarna coklat kemerahan, terutama di

bagian pangkalnya. Daun menyirip ganda dua, panjang anak daun mencapai 70 cm,

bercangap. Daun yang masih kuncup juga diselimuti oleh bulu-bulu halus berwarna

4
5

coklat kemerahan. Indusia terletak di tepi daun, berderet, dan berbentuk bulat

(Holttum, 1972).

Gambar 2.1 Tanaman Dicksonia blumei (Dokumentasi Pribadi, 2018)

Perbanyakan tumbuhan paku menggunakan spora merupakan cara paling

umum bagi tanaman paku untuk mendapatkan tanaman baru dalam jumlah banyak.

Namun perkecambahan menggunakan spora sering tidak sesuai harapan karena

beberapa faktor eksternal (suhu, kelembaban dan struktur media) dan faktor internal

(penurunan viabilitas).

Perkecambahan spora D. blumei sangat dipengaruhi oleh struktur media

tanamnya. Diketahui bahwa cacahan batang pakis merupakan media yang terbaik

untuk perkecambahan D. blumei karena pada minggu ke- 2 spora yang berbentuk

protalus sudah menutupi sekitar 30% permukaan media. Sifat cacahan batang pakis

yang remah menyebabkan sirkulasi udara pada media tetap terjaga. Cacahan pakis

juga mampu menyimpan air dengan baik sehingga kelembapan media mampu

dijaga. Penggunaan media cacahan kadaka hanya mampu menutupi 10%

permukaan media pada minggu ke-2, namun perkembangan protalus pada minggu
6

– minggu terakhir mampu menutupi seluruh permukaan media. Spora yang ditanam

pada media kompos kaliandra juga tidak jauh berbeda dengan cacahan kadaka,

dimana pada minggu ke-2 hingga minggu ke- 6 pertumbuhan protalus hanya sekitar

5-10 % namun meningkat pada minggu ke – 8 hingga menutupi permukaan sekitar

50 %. Media lumpur dan media kompos bambu merupakan media yang kurang baik

untuk digunakan dalam perkecambahan D. blumei yang hanya menutupi sekitar 30

% pada akhir pengamatan karena pada media lumpur partikel – partikelnya terlalu

padat sehingga sirkulasi udara tidak maksimal (Hartini, 2006). Jenis media kompos

bambu diketahui memiliki tingkat keasaman yang tinggi dengan pH 4-4,5. Di alam

sendiri tanaman D. blumei hanya tumbuh pada derajat keasaman yang hampir netral

dengan pH 6 – 7 (Dodo et al., 2002). Menurut Harvey (2002) spora pada jenis

Dicksoniaceae akan lebih mudah berkecambah pada media yang memiliki struktur

lebih kasar.

2.2 Siklus Hidup Dicksonia blumei dari Spora Hingga Sporofit Muda

Gambar 2.2 Siklus hidup D. blumei dari spora hingga sporofit muda. Keterangan :
1. Spora, 2. Fase pembelahan sel 3. Fase prothalus muda, 4. Fase prothalus dewasa:
a. Arkegonium, b. Anteridium, 5. Fase sporofit muda, 6. Rhizoid (Hartini, 2006)

Siklus hidup spora di awal masa perkecambahan memiliki beberapa fase

utama yaitu fase pembelahan sel, fase prothalus muda, fase prothalus dewasa dan
7

fase sporofit muda. Fase pembelahan sel diawali dengan terjadinya beberapa

pembelahan sel dengan munculnya rhizoid. Sel yang terbelah memiliki bentuk

seperti pita bersekat – sekat dan berwarna hijau transparan yang bersumber dari

adanya klorofil. Pertumbuhan rhizoid terjadi pada fase ini dengan jumlah lebih dari

satu, tidak memiliki sekat dan berwarna coklat. Pada fase ini spora mendapat

sumber makanan dari aktifitas fotosintesis dan menyerap mineral menggunakan

rhizoid (Hartini, 2006).

Ketika fase prothalus muda, sel akan terus membelah hingga membentuk

lembaran kecil. Fase prothalus muda jika diamati secara makroskopis akan

berbentuk lembaran bulat, sedangkan jika diamati menggunakan mikroskop akan

berbentuk seperti jantung dan berwarna hijau. Pertumbuhan rhizoid yang terjadi

pada fase ini masih belum terlihat secara makroskopis di awal fase ini (Hartini,

2006).

Fase prothalus muda dilanjutkan dengan fase prothalus dewasa yang

ditandai dengan terbentuknya lembaran berbentuk sayap kupu – kupu. Pada

lembaran – lembaran tersebut akan tumbuh arkegonium pada lembaran dekat

lekukan bagian atas dan anteridium tumbuh pada bagian bawah dekat rhizoid

(Hartini, 2006). Menurut Toogood (1999) anteridium yang menghasilkan sel - sel

spermatozoa akan berenang ke arah arkegonium yang menghasilkan sel – sel ovum

melalui air yang ada dipermukaan protalus.

Fase sporofit muda akan terjadi ketika sel ovum dibuahi dan menjadi paku

muda (sporofit) yang masih hidup pada prothalus. Sporofit muda terdiri dari akar
8

(rhizoid) dan daun. Prothalus akan hilang seiring perubahan fase menjadi sporofit

dewasa yang sudah mampu menghasilkan spora.

2.2 Tapak Dara (Catharanthus roseus (L.) G. Don)

Tanaman tapak dara dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan

diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Gentianales

Famili : Apocynaceae

Genus : Catharanthus

Spesies : Catharanthus roseus (L.) G. Don (Primanda, 2011)

Tanaman tapak dara (Catharanthus roseus) banyak dipelihara sebagai

tanaman hias. Tanaman ini merupakan tumbuhan semak tegak yang mencapai

ketinggian antara 100 cm – 120 cm dan juga merupakan tumbuhan liar yang biasa

tumbuh subur di padang atau di pedesaan beriklim tropis. Batang tanaman tapak

dara berbentuk bulat dengan diameter berukuran kecil, berkayu, beruas, bercabang,

serta berambut. Daunnya agak tebal dan mengkilap, berbentuk bulat telur dan

tersusun berhadapan, berwarna hijau tua, diklasifikasikan berdaun tunggal, jumlah

daun banyak sehingga terkesan rimbun. Bunganya yang indah ada yang berwarna

merah keunguan atau putih, mahkota berjumlah lima, merupakan bunga majemuk

yang keluar dari ujung tangkai maupun ketiak daun. Tapak dara mengandung

alkaloid berupa vinblastine, vincristine, leurosine, catharanthine, dan lochnerine


9

(Hariana, 2008). Daun tapak dara juga memiliki senyawa metabolit sekunder

seperti flavonoid, terpenoid, tanin, dan alkaloid (Sayekti et al., 2018).

Gambar 2.2. Tanaman Tapak Dara (Dokumentasi Pribadi, 2019)

Daun tapak dara mengandung senyawa seperti kolkisin yang dapat memperbaiki

kualitas tanaman hortikultura. Ekstrak daun tapak dara pernah diujikan pada

tanaman melon dengan konsentrasi ekstrak sebanyak 0,05%, 0,1% dan 0,5%.

Konsentrasi ekstrak daun tapak dara sebesar 0,05% menghasilkan buah melon

dengan ukuran paling besar dibanding kontrol dan konsentrasi lainnya (Nofriarno

et al., 2018). Menurut Rice (1984) senyawa organik dapat bersifat menghambat,

namun pada konsentrasi tertentu justru dapat memberikan pengaruh merangsang

pada tanaman. Pada daun tapak dara juga terdapat senyawa flavonoid yang dapat

meningkatkan perkecambahan spora dan mampu menambah panjang hifa

Cendawan Mikoriza Arbuzkula (CMA) (Samah et al., 2018).


10

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Dicksonia blumei merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomi karena

sering dijadikan obat tradisional (Heyne, 1987). D. blumei hanya terdapat di

beberapa negara Asia Tenggara salah satunya Indonesia. Upaya konservasi D.

blumei hanya bergantung pada spora, namun jika spora disimpan terlalu lama

berpotensi mengalami penurunan viabilitas. Ekstrak daun tapak dara sering diujikan

pada tanaman untuk memperbaiki kualitas tanaman dalam bidang hortikultura.

Beberapa senyawa daun tapak dara juga pernah diujikan dalam meningkatkan

perkecambahan spora cendawan dan pertumbuhan hifa. Diduga ektrak daun tapak

dara dapat diaplikasikan pada spora D. blumei untuk mempertahankan viabilitas

spora yang sudah mengalami masa penyimpanan yang lama.

Perbanyakan D. blumei Spora Dengan Masa Penyimpanan


Menggunakan Spora Lebih Dari 1 Bulan Mengalami
Penurunan Viabilitas

Mempertahankan Laju Viabilitas Pemberian Ekstrak Daun Tapak


Spora Dalam Masa Penyimpanan Dara
Lama Agar Tetap Seperti Spora
Baru

Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian

10
11

3.2 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep di atas dapat disusun hipotesis sebagai

berikut :

H1 : Ekstrak daun tapak dara pada konsentrasi 0,05%, 0,1%, 0,15% dan 0,2%

mampu mempertahankan viabilitas spora Dicksonia blumei dengan masa

penyimpanan lama ( lebih dari satu bulan).

H0 : Ekstrak daun tapak dara pada konsentrasi 0,05%, 0,1%, 0,15% dan 0,2% tidak

mampu mempertahankan viabilitas spora Dicksonia blumei dengan masa

penyimpanan lama ( lebih dari satu bulan)..

3.3 Variabel

3.3.1 Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah ekstrak daun tapak dara dengan

konsentrasi 0,05%, 0,1%, 0,15% dan 0,2% dan kontrol.

3.3.2 Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah viabilitas spora D. blumei yang

diamati setiap hari secara makroskopis.

Anda mungkin juga menyukai