Anda di halaman 1dari 42

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL BAYAM

HIJAU (Amaranthus cruentus l) DENGAN METODE DPPH

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Farmasi (S-1)

Oleh :

Putri Mavula Hidayah


NIM : F420185038

PEMBIMBING :

1. Ummi Kulsum, S. SiT., M. Kes


2. Hasriyani, M.Farm

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2022
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Skripsi dengan judul “UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK


ETANOL DAUN BAYAM HIJAU (Amaranthus cruentus L) DENGAN
METODE DPPH” ini telah disetujui dan diperiksa oleh Pembimbing Skripsi
untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Proposal Skripsi Prodi S-1 Farmasi
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Kudus, pada:
Hari :
Tanggal :
Nama : Putri Mavula Hidayah
NIM : F420185038
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Ummi Kulsum, S.SiT., Hasriyani, M.Farm


M.Kes NIDN : 0613069201
NIDN : 0624118601

Menyetujui

Mengetahui
Universitas Muhammadiyah Kudus
Rektor

Rusnoto, S.KM., M.Kes (Epid.)


NIDN : 0621087401

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal Skripsi dengan judul “UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK


ETANOL DAUN BAYAM HIJAU (Amaranthus cruentus L) DENGAN
METODE DPPH” ini telah diuji dan disahkan oleh Tim Penguji Proposal Skripsi
Prodi S-1 Farmasi Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Kudus,
pada :

Hari :

Tanggal :

Nama : Putri Mavula Hidayah


NIM : F420185038

Penguji Utama Penguji Anggota

Ummi Kulsum, S.SiT., M.Kes


NIDN : 0624118601 NIDN :

Mengetahui
Universitas Muhammadiyah Kudus
Rektor

Rusnoto, S.KM., M.Kes (Epid.)


NIDN : 0621087401

iii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul“UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL BAYAM HIJAU
(Amaranthuscruentus l) DENGAN METODE DPPH’’ sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Studi S1 Farmasi Universitas Muhammadiyah
Kudus.

Atas tersusunnya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :


1. Bapak Rusnoto, S.KM.,M.Kes (Epid.), selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Kudus.
2. Ibu Ns. Indanah, M. Kep. Sp. Kep. An. Selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan, Unverstas Muhammadiyah Kudus.
3. Bapak apt. Zaenal Fanani, M.Sc selaku Ketua Program Studi Farmasi,
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Kudus.
4. Ibu Ummi Kulsum, S. SiT., M. Kes , selaku Pembimbing Utama, sekaligus
Penguji Utama Proposal, yang telah memberikan saran dan masukan kepada
penulis.
5. Ibu Hasriyani, M.,Farm, selaku Pembimbing Anggota yang telah memberikan
saran dan masukan kepada penulis.
6. Bapak dan Ibu dosen pengajar serta seluruh Jajaran Civitas Akademika
Universitas Muhammadiyah Kudus.
7. Kepada kedua orang tua saya, Bapak Junaidi dan Ibu Farida, Adek saya
Bagas , Pacar saya Ihza dan Saudara- Saudara saya yang tidak bisa saya
sebutkan .
8. Kepada temanku anameliana, Shofwa Winda, Necha, Dian,
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih ada
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan bimbingan yang
konstruksi kedepannya dari berbagai pihak.

Kudus, 15 Januari 2023

Putri Mavula Hidayah

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................i


HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI...............................................ii
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI ..............................................iii
KATA PENGANTAR..............................................................................................iv
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR TABEL....................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah....................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................3
C. Tujuan Penelitian...............................................................................3
D. Manfaat Penelitian.............................................................................3
E. Keaslian Penelitian............................................................................4
F. Ruang Lingkup..................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6
A. Bayam Hijau......................................................................................7
B. Vitamin C...........................................................................................9
C. Etanol..............................................................................................10
D. Antioksidan......................................................................................11
E. Metode DPPH.................................................................................14
F. Ekstraksi..........................................................................................15
G. Uji Aktivias Antioksidan dengan Metode DPPH..............................16
H. Spektofotometri...............................................................................17
I. Kerangka Teori................................................................................19
BAB III METODE PENELITIAN..........................................................................20
A. Variabel Penelitian..........................................................................20
B. Hipotesis Penelitian.........................................................................20
C. Kerangka Konsep Penelitian...........................................................21
D. Rancangan Penelitian.....................................................................21
E. Analisa Data....................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................30

v
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Tabel Halaman
1.1 Keaslian Penelitian 4
2.1 Spektrum Cahaya Tampak dan Warna-Warna 18
Komplementer
2.2 pengenceran dengan metode DPPH 22

2.3 Definisi Operasional variabel 23


2.4 Kerangka Teori 19
3.1 Kerangka Konsep 22

vi
Nomor Judul Gambar Halaman
Gambar
2.1 Gambar bayam hijau segar 8
2.2 Reaksi Radikal Bebas Tanpa Antioksidan 12

2.3 Reaksi Radikal Bebas dengan Antioksidan 13

2.4 Gambar Spektofotometri 18

DAFTAR GAMBAR

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia diperkirakan memiliki 100 sampai 150 tumbuh-tumbuhan
yang sebagian besar dapat dimanfaatkan sebagai tanaman industri,
tanaman buah-buahan, rempah-rempah, dan obat-obatan1. Survei di tahun
2021 terdapat 85 persen penduduk Indonesia kurang mengkonsumsi
sayuran dan buah-buhan. Padahal komoditas sayuran dan buah-buahan
merupakan sumber vitamin, mineral, serat pangan, dan senyawa fitokimia2.
Bayam merupakan salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan
sebagai sayuran dan juga berfungsi sebagai obat3. Daun bayam hijau
(Amaranthus cruentus l.). Daun bayam hijau dapat berfungsi sebagai obat
herbal karena daun bayam hijau dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pembuat air infus, obat disentri, dan sebagai obat anti malaria dan demam
berdarah4.
Bayam hijau diketahui mengandung senyawa metabolit sekunder yang
dapat dimanfaatkan sebagai obat herbal yaitu flavonoid yang berfungsi
sebagai antioksidan alami, serta mengandung vitamin (A, B dan C), mineral
(Ca, Mg dan Fe) dan fitonutrien5. Selain itu terdapat senyawa antosianin
sebagai pigmen warna hijau pada tanaman bayam hijau, serta adanya
vitamin A, vitamin C dan beta-karoten, senyawa tersebut memiliki sifat yang
antioksidatif6.
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menetralkan radikal
bebas yang masuk ke dalam tuhuh dan menghambat terjadinya proses
oksidasi sel7. Senyawa antioksidan hasil sintesis yaitu butylated hidroxy
aniline (BHA), butylated hidroxy toluene (BHT), propil galat (PG), dan tert-
butil hidrokuinon (TBHQ). Antioksidan tersebut memiliki efek yang buruk
terhadap tubuh karena dapat meningkatkan karsinogenesis8.
Antioksidan alami dapat mencegah penyakit yang disebabkan oleh
radikal bebas seperti karsinogenesis, kardiovaskular, dan penuaan dini.
Keberadaan radikal bebas berada di dalam tubuh melalui dua cara yaitu
secara endogen dan eksogen. Radikal bebas yang terbentuk secara

1
endogen merupakan hasil metabolisme dan terjadinya peradangan
sedangkan radikal

2
2

bebas yang terbentuk secara eksogen karena polusi udara, radiasi matahari,
sinar X, alkohol, dan rokok9.
Radikal bebas adalah suatu senyawa atom atau molekul yang
mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan. Adanya elektron
yang tidak berpasangan menyebabkan senyawa tersebut sangat reaktif
mencari pasangan, dengan cara menyerang dan mengikat elektron molekul
yang berada disekitarnya. Radikal bebas sangat berbahaya dikarenakan
tinggi reaktivitasnya yang mengakibatkan terbentuknya senyawa radikal
baru. Bila senyawa radikal baru tersebut bertemu dengan molekul lain, maka
akan terbentuk radikal baru lagi dan seterusnya hingga terjadi reaksi
berantai10.
Radikal bebas dapat mengganggu integritas sel dan dapat bereaksi
dengan komponen-komponen sel, baik komponen struktural meliputi
molekulmolekul penyusun membran maupun komponen fungsional meliputi
protein, enzim-enzim, dan DNA11. Radikal bebas dapat dijumpai pada
lingkungan, beberapa logam misalnya besi dan tembaga, asap rokok, polusi
udara, obat, bahan beracun, makanan dalam kemasan, bahan adiktif, dan
sinar ultraviolet matahari yang menyebabkan radiasi. Reaktifitas radikal
bebas itu dapat dihambat oleh sistem antioksidan yang merupakan bagian
dari sistem kekebalan tubuh11.
Selanjutnya dalam tubuh senyawa radikal bebas akan merusak
protein, lemak, karbohidrat dan DNA12. Sehingga tubuh memerlukan
substansi yang dapat melindungi tubuh dari serangan radikal bebas yaitu
antioksidan yang diperoleh dari bahan alam (Swastini, 2010). Penelitian
tentang uji aktivitas antioksidan dari bayam hijau sebelumnya telah dilakukan
oleh Aryani & Widyaningrum (2013) meneliti tentang pengaruh dosis ekstrak
daun bayam hijau (Amaranthus cruentus l ) terhadap jumlah eritrosit dan
kadar hemoglobin pada tikus putih (Rattus norvegicus). Penelitian yang
dilakukan saat ini merupakan modifikasi dari penelitian sebelumnya yaitu
dengan menguji aktivitas antioksidan pada bayam hijau dengan
menggunakan organ daun pada tumbuhan bayam hijau yang diekstrak
dengan menggunakan pelarut etanol 70%. Sampel yang digunakan yaitu
bayam hijau yang berasal dari daerah Kabupaten Kudus.
3

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian materi pada latar belakang di atas maka rumusan
masalah pada penelitian ini:
1. Apakah ekstrak etanol 70% dengan daun bayam hijau Amaranthus
cruentus l) memiliki aktivitas antioksidan?
2. Bagaimana aktivitas antioksidan yang terdapat pada ekstrak etanol 70%
dan daun bayam hijau (Amaranthus cruentus l) dengan menggunakan
metode DPPH (2,2 - Difenil-1-pikrilhidrazil)?
3. Berapa nilai IC50 ekstrak etanol 70% dengan daun bayam hijau
(Amaranthus cruentus l)?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui uji aktivitas antioksidan esktrak etanol bayam hijau
(Amaranthus cruentus l.) dengan metode DPPH.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui apakah terdapat aktivitas antioksidan ekstrak
etanol 70% dengan daun bayam hijau (Amaranthus cruentus l).
b. Untuk mengetahui aktivitas antioksidan yang terdapat pada ekstrak
etanol 70% dengan daun bayam hijau (Amaranthus cruentus l)
dengan menggunakan metode DPPH (1,1- diphenil - 2 -
picryhydrazyl).
c. Untuk mengetahui nilai IC50 ekstrak etanol 70% dengan daun bayam
hijau (Amaranthus cruentus l).
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Sebagai referensi pada penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan
aktivitas antioksidan ekstrak etanol 70% dan daun bayam hijau dengan
menggunakan metode DPPH (1,1- diphenil - 2 - picryhydrazyl).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan dan pengalaman langsung tentang
aktivitas antioksidan ekstrak etanol 70% dan daun bayam hijau
4

dengan menggunakan metode DPPH (1,1- diphenil - 2 -


picryhydrazyl).
b. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pendukung untuk studi
lebih lanjut antara lain uji farmakologi eksperimen.
c. Bagi Universitas
Bagi universitas penelitian ini sebagai contoh untuk Angkatan
selanjutnya dan dapat sebagai bahan pendukung untuk studi
penelitian lebih lanjut.
d. Bagi Masyarakat
Dapat menambah wawasan masyarakat tentang manfaat bayam
hijau yang mengandung antioksidan.

E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1
Keaslian Penelitian

No Nama,Tahun,Jud Metode penelitian Hasil penelitian Perbedaan


ul
1. Kartika , 2010 Penelitian ini Fomulasi :temulawak Menggunakan
“Profil Kimiawi membandingkan (M:K:T) diuji aktivitas tiga variable,
Dari Formulasi meniran, kunyit, antioksidan dengan menggunakan
Ekstrak Meniran, dan temulawak metode DPPH. Aktivitas pelarut etannol
Kunyit, Dan yang diekstrak Antioksidan tertinggi 98%.
Temulawak menggunakan ditunjukkan pada formulasi
Berdasrkan etanol 96% dan ekstrak M:K:T = 1:0:0,
Aktivitas dilakukan 1:1:0, dan 1:0:1 dengan
Antioksidan formulasi ekstrak nilai IC50 sebesar 33.42
Terbaik”. M:K:T dengan ppm, 45.52 ppm dan 57.65
perbandingan ppm.
1:1:1, 1:1:0,
1:0:1, 0:1:1, 1:0:0,
0:1:0, dan 0:0:1.
2. Elka Penelitian ini Dari penelitian tersebut Penelitian
Yuslinda ,dkk , membandingkan disimpulkan bahwa menggunakan
2012 “Penentuan aktivitas diperoleh ekstrak metanol dua variabel,
Ativitas antioksidan sayur- daun singkong (Manihot tidak
Antioksidan Dari sayuran segar utilissima Pohl) yang menggunakan
5

Berbagai Ektrak dan dikukus dikukus memiliki aktivitas pelarut etanol.


Sayur- Sayuran dengan antioksidan yang paling
Segar Dan menggunakan tinggi dengan IC50 sebesar
Dikukua Dengan metode DPPH. 0,287 mg/ml, sedangkan
Metode DPPH”. standar vitamin C memiliki
IC50 sebesar 4,016 µg/ml.
3. Rizqiana Dewi , Penelitian Kandungan total fenol dan Menggunakan
2012 , “ Aktivitas bertujuan flavonoid diukur secara dua variabel ,
Antioksidan Dan membandingkan kolorimetri. Aktivitas meneliti tentang
Sitoksitas aktivitas antioksidan dianalisis sitoksitas
Metabolit antioksidan dan dengan metode 1.1- metabolit .
Sekunder Daun sitotoksisitas diphenil-2- picrylhydrazyl
Salam (Syzygium ekstrak kasar (DPPH) dan uji
polyanthum w.) flavonoid, tanin sitotoksisitas dengan
Dan Daun Jati dan hidrokuinon metode Brine Shrimp
Belanda dari dua jenis Lethality Test (BSLT). Hasil
(Guazuma daun tersebut. penelitian menunjukan nilai
ulmifolia Lamk) total fenolik daun salam
(614.70 mg GAE/100g
simplisia) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan daun
jati belanda (566.824 mg
GAE/100g simplisia). Nilai
IC50 daun salam adalah
10.83 μg/mL dan nilai IC50
daun jati belanda adalah
80.27 μg/mL.

F. Ruang Lingkup Penelitian


1. Ruang Lingkup Waktu
Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Januari 2023 – Mei
2023.
2. Ruang Lingkup Tempat
Tempat penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Kimia &
Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Kudus.
3. Ruang Lingkup Materi
6

Materi yang dikaji adalah uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol 70%
dengan daun bayam hijau dengan menggunakan metode DPPH 1,1-
diphenil - 2 - picryhydrazyl).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Bayam Hijau
1. Definisi Bayam Hijau
Bayam Hijau (Amaranthus cruentus l.) adalah salah satu
tumbuhan yang dapat dikonsumsi bagian daunnya untuk dijadikan
sayuran hijau. Salah satu sumber makanan yang mengandung zat besi
penting terdapat dalam bayam hijau. Amerika tropik adalah asal
tumbuhan bayam, yang saat ini sudah menyebar di seluruh daerah
tropis dan subtropis. Bayam dapat tumbuh di Indonesia pada daerah
yang panas maupun dingin dan di dataran rendah paada lahan terbuka
dengan udara yang sedikit panas akan tumbuh jauh lebih subur13.
Penyebaran tanaman bayam di Indonesia telah meluas ke seluruh
wilayah, tetapi sampai saat ini pulau Jawa masih menjadi sentra
produksi bayam. Data dari Biro Pusat Statistik tahun 2020 menyatakan
bahwa dari 34.677 ha luas pertanaman bayam, 12,084 ha berada di
pulau Jawa.
Bayam termasuk herba setahun, berbentuk tegak atau sedikit
condong, memiliki tinggi 0,4-1 m, dan memiliki cabang. Batang yang
dimiliki bayam tidak kuat dan mengandung air. Daunnya tunggal,
bentuknya bulat oval, lemas, dengan panjang tangkai 2 hingga 8 cm,
ujungnya runcing dengan tulang daun menyirip yang terlihat, tepi daun
bayam rata, bentuknya bulat oval, panjang daun antara 1,5 hingga 6,0
cm dan memiliki lebar 0,5 cm dengan warna daunnya hijau. Bunganya
berkelamin tunggal dan tertata rapat, tetapi termasuk dalam bunga
majemuk. Bentuk bunga jantannya berupa bulir, sedangkan bunga
betinanya bentuknya bulat yang berada di bagian bawah duduk di
ketiak, bagian atas menyatu menjadi karangan bunga pada tangkai dan
ketiak percabangan.
Buah (fructus) dari bayam mengandung biji yang sangat kecil
dengan bentuk bulat panjang antara 0,8 hingga 1 mm yang berwarna
hitam mengkilat. Usia panen bayam yang baik yaitu sebelum bayam
berbunga. Jika dipanen terlalu tua, maka kualitas bayam yang dihasilkan
akan menurun karena daunnya akan menjadi keras dan berserat13.

7
8

Tabel 2.1.
Contoh gambar bayam hijau segar
2. Klasifikasi Bayam Hijau (Amaranthus cruentus, l.) menurut USDA
(United States Departement of Agriculture)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Caryophyllidae
Ordo : Caryophyllales
Famili : Amaranthaceae
Genus : Amaranthus l.
Spesies : Amaranthus cruentus, l.
3. Manfaat Bayam Hijau
Manfaat Bayam Hijau (Amaranthus cruentus, l.) merupakan
sayuran yang kaya akan serat sehingga bisa dimanfaatkan untuk
membantu proses pembuangan zat sisa yang ada di dalam tubuh.
Makanan yang kaya akan serat direkomendasikan untuk dikonsumsi
oleh penderita kanker usus besar, penderita diabetes mellitus, kolesterol
darah tinggi, dan untuk penurunan berat badan. Daun bayam juga dapat
digunakan untuk pengobatan gagal ginjal, kurang darah (anemia),
tekanan darah rendah, memperkuat akar rambut, dan membersikan
darah setelah bersalin, serta akar daun dapat digunakan dalam
pengobatan disentri13.
Bayam kaya akan kandungan gizi yang terdapat di dalamnya
sehingga memiliki banyak manfaat bagi tubuh manusia antara lain zat
besi, protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan lainnya, serta berbagai
vitamin antara lain vitamin A, B, dan C13.
Daun bayam hijau juga dapat mencegah stress oksidatif. Radikal
bebas dalah produk sampingan dari metabolism. Keduanya dapat
9

menyebabkan stress oksidatif, yang memicu penuaan yang dipercepat


dan meningkatkan resiko kanker dan diabetes. Daun bayam hijau
mengandung antioksidan yang dapat melawan stres oksidatif dan
membantu mengurangi kerusakan yang ditimbulkannya.
Bayam mengandung dua komponen, MGDG dan SQDG yang
dapat memperlambat pertumbuhan kanker. Dalam sebuah penelitian,
senyawa ini dapat membantu memperlambat pertumbuhan tumor pada
serviks sekaligus mengurangi ukuran tumor.
Efek antiinflamasi pada bayam dapat melindungi otak dari
kerusakan. Dalam sebuah penelitian, para peneliti melacak pola makan
dan kemampuan kognitif lebih dari 950 orang dewasa yang lebih tua
selama sekitar 5 tahun. Mereka melihat penurunan yang signifikan
dalam tingkat penurunan kognitif di antara mereka yang mengkonsumsi
lebih banyak sayuran berdaun hijau. Data menunjukan bahwa orang
yang makan satu hingga dua porsi sayuran hijau setiap hari memiliki
kemampuan kognitif yang sama dengan seseorang yang 11 tahun lebih
muda daripada mereka yang tidak mengkonsumsi sayuran hijau.
B. Vitamin C
1. Pengertian
Vitamin C adalah kristal putih yang larut di dalam air. Vitamin C
disebut juga asam askorbat yang dapat larut dalam air. Dalam keadaan
kering vitamin C cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut, vitamin C
mudah rusak karena bersentuhan dengan udara (teroksidasi). Vitamin C
tidak stabil dalam larutan alkali, tetapi cukup stabil dalam larutan asam.
Di dalam tubuh, vitamin C terdapat dalam darah (khususnya leukosit),
korteks ardenal, kulit dan tulang. Vitamin C akan diserap di dalam
saluran cerna dengan sistem transport aktif.
Vitamin C dapat teroksidasi dalam iarutan air, terutama apabila
dipanaskan. Oksidasi dipercepat apabila ada tembaga atau suasana
alkalis. Sumber vitamin C adalah sayuran berwarna hijau dan buah-
buahan. Vitamin C dapat hilang karena beberpa hal, seperti:
a. Pemanasan, yang menyebabkan rusak atau berubahnya struktur
b. Pencucian sayuran setelah dipotong-potong terlebih dahulu
c. Adanya alkali atau suasana basa selama pengolahan.
2. Manfaat
10

Vitamin C berperan menghambat reaksi-reaksi oksidasi dalam


tubuh yang berlebihan dengan bertindak sebagai inhibitor. Sebagai
antioksidan, askorbat akan bereaksi dengan radikal superoksida,
hidrogen peroksida, maupun radikal tokoferol membentuk asam
monodehidroaskorbat atau asam dehidroaskorbat. Bentuk tereduksinya
dapat diubah kembali menjadi asam askorbat oleh enzim
monodehidroaskorbat reduktase dan dehidroaskorbat reduktase, yang
ekuivalen dengan NADPH atau glutation tereduksi. Dehidroaskorbat ini
selanjutnya dipecah menjadi tartarat dan oksalat.
Reaksi askorbat dengan superoksida secara fisiologis mirip
dengan kerja enzim SOD sebagai berikut.
2O2 - + 2H+ +askorbat  2H2O2 + dehidroaskorbat
C. Etanol 70%
1. Pengertian
Etanol atau sering juga disebut dengan alkohol adalah suatu
cairan transparan, mudah terbakar, tidak berwarna, mudah menguap,
dengan rumus kimia C2H5OH, dapat bercampur dengan air, eter, dan
kloroform, yang diperoleh melalui fermentasi karbohidrat dari ragi yang
disebut juga dengan etil alkohol (Bender, 1982).
Etanol atau etil alkohol (C2H5OH) termasuk kelompok hidroksil
yang memberikan polaritas pada molekul dan mengakibatkan
meningkatnya ikatan hidrogen intermolekuler. Etanol memiliki massa jenis
0.7893 g/mL. Titik didih etanol pada tekanan atmosfer adalah 78.32 °C.
Indeks bias dan viskositas pada temperatur 20°C adalah 1.36143 dan
1.17 cP14.
2. Manfaat
Etanol digunakan pada berbagai produk meliputi campuran bahan
bakar, produk minuman, penambah rasa, industri farmasi, dan bahan-
bahan kimia. Etanol merupakan salah satu sumber energi alternatif yang
dapat dijadikan sebagai energi alternatif dari bahan bakar nabati (BBN).
Etanol mempunyai beberapa kelebihan dari pada bahan bakar lain seperti
premium antara lain sifat etanol yang dapat diperbaharui, menghasilkan
gas buangan yang ramah lingkungan karena gas CO2 yang dihasilkan
rendah15.
11

Etanol untuk konsumsi umumnya dihasilkan dengan proses


fermentasi atau peragian bahan makanan yang mengandung pati atau
karbohidrat, seperti beras dan umbi. Etanol yang dihasilkan dari proses
fermentasi biasanya berkadar rendah. Untuk mendapatkan etanol dengan
kadar yang lebih tinggi diperlukan proses pemurnian melalui penyulingan
ataupun destilasi.
Etanol untuk keperluan industri dalam skala lebih besar dihasilkan
dari fermentasi tetes tebu, yaitu hasil samping dalam industri gula tebu
atau gula bit. Melalui sintesis kimia melalui reaksi antara gas etilen dan
uap air dengan asam sebagai katalis. Katalis yang dipakai biasanya asam
fosfat. Asam sulfat juga dapat digunakan sebagai katalis, namun sangat
jarang digunakan16.
Etanol dapat dijadikan sebagai bahan bakar, namun harus etanol
dengan kadar kemurnian yang tinggi atau terbebas oleh air. Adapun cara
pemurnian etanol dapat dilakukan dengan destilasi tetapi kemurniannya
hanya sampai 96% karena adanya peristiwa azeotrop antara campuran
etanol dan air. Untuk dapat memperoleh etanol dengan kadar yang tinggi
maka dilakukan suatu cara yaitu absorbsi fisik .
Etanol sebagai bahan bakar, tidak dapat langsung digunakan pada
kendaraan bermotor, namun etanol harus ditambahkan dengan bensin.
Sebagai contoh sebanyak 10% etanol dari 1 liter bensin dapat digunakan
sebagai bahan bakar (disebut E10). Namun haruslah berhati-hati dalam
penggunaan bahan bakar ini, karena etanol yang digunakan harus benar-
benar bebas dari air, dikarenakan ketersediaan air dapat menyebabkan
kerusakan dan korosi pada mesin.
Etanol merupakan hasil fermentasi yang memiliki masalah pada
proses fermentasi itu sendiri yakni timbulnya etanol dapat berakibat
rusaknya struktur membran plasma mikroba serta terjadinya denaturasi
protein penyusun dari sel tersebut. Adanya ketersediaan etanol di dalam
media fermentasi dapat menjadi penghambat pertumbuhan mikroba
penghasil etanol17
D. Antioksidan
1. Pengertian Antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (donor
elektron). Senyawa antioksidan memiliki berat molekul kecil, tetapi
12

mampu menginaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi dengan cara


mencegah terbentuknya radikal18. Antioksidan dapat menghambat
aktivitas oksidan dengan cara mendonorkan elektron kepada senyawa
oksidan. Kandungan antioksidan yang cukup dapat membantu
meningkatkan pertahanan tubuh terhadap penyakit yang disebabkan
oleh radikal bebas. Tetapi jika antioksidan dikonsumsi secara berlebihan
dapat menimbulkan penyakit karena dapat menyebabkan penimbunan
lemak. Sumber antioksidan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu
antioksidan alami (antioksidan hasil ekstraksi bahan alam) dan
antioksidan sintetik (antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesis reaksi
kimia)18.
2. Macam – macam Antioksidan
a. Antioksidan primer
Antioksidan ini bekerja dengan cara mencegah terbentuknya radikal
bebas baru dan mengubah molekul menjadi stabil. Contohnya
tokoferol alami dan alkil galat19
b. Antioksidan sekunder
Fungsi dari antioksidan sekunder ini yaitu menangkap radikal bebas
dan mencegah terjadinya reaksi rantai sehingga tidak menimbulkan
suatu kerusakan. Contohnya vitamin C dan vitamin E19.
c. Antioksidan tersier
Antioksidan ini berfungsi memperbaiki kerusakan yang diakibatkan
oleh radikal bebas19. Menurut Indigomorie (2019), cara kerja
antioksidan adalah apabila di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi
dan menghasilkan radikal bebas (OH) tanpa adanya antioksidan,
maka radikal tersebut akan menyerang molekul-molekul yang
berada di sekitarnya. Sebaliknya jika adanya antioksidan, radikal
bebas akan bereaksi dengan antioksidan dan menghasilkan
molekul yang stabil dan tidak berbahaya.

Reaktan  Produk + OH

OH + (DNA, Protein, Lipid)  Produk + Radikal bebas lain

Gambar 2.2
Reaksi Radikal Bebas Tanpa Antioksidan
13

Reaktan  Produk + OH

OH + Antioksidan  Produk Stabil

Gambar 2.3
Reaksi Radikal Bebas Dengan Antioksidan

Antioksidan akan lebih dahulu bereaksi dengan radikal bebas jika


dibandingkan dengan molekul-molekul yang lain. Hal tersebut terjadi
karena antioksidan memiliki sifat lebih mudah teroksidasi dan memiliki
sifat sebagai reduktor kuat dibandingkan molekul lainnya (Indigomorie,
2019).
2. Macam Macam Pengujian Antioksidan
a. Pengujian DPPH
Metode DPPH (1,1-diphenil-2-picrylhydrazyl) Metode uji
antioksidan terhadap radikal bebas DPPH yang digunakan dalam
penelitian ini adalah hasil modifikasi dari beberapa prosedur Sharma
& Bhat (2009), Panda (2012) dan Dolatabadi et al. (2014). Pembuatan
reagen DPPH DPPH dengan konsentrasi 160 mg/L dibuat dengan
menimbang zat tersebut sebanyak 4,0 mg dan dilarutkan dalam 25
mL metanol di dalam labu ukur. Larutan yang dihasilkan disimpan di
ruang gelap dan dilindungi dengan aluminium foil. Pembuatan Kurva
baku DPPH Larutan DPPH dengan konsentrasi 160 mg/L diencerkan
dengan metanol untuk memperoleh larutan dengan konsentrasi 4, 8,
16, dan 32 mg/L. Panjang gelombang maksimum DPPH di dalam
metanol ditentukan dari pengukuran serapan salah satu larutan DPPH
tersebut.
larutan DPPH dengan konsentrasi yang berbeda tersebut diukur
serapannya pada panjang gelombang maksimal. Pengukuran sampel
Pengenceran sampel uji dengan DPPH . Semua larutan dimasukkan
ke dalam tabung reaksi, lalu diinkubasi pada suhu kamar selama 30
menit yang dihitung sejak penambahan larutan DPPH pada sampel.
Kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang maksima
14

DPPH (517 nm). Sampel dengan konsentrasi 2,5 mg/L adalah AG,
sedangkan sampel dengan konsentrasi 5,0 mg/L adalah AA dan
kuersetin.
b. Metode FRAP
Metode FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power) Metode uji
antioksidan FRAP yang digunakan dalam penelitian ini adalah
modifikasi dari prosedur yang telah dilaporkan oleh Panda (2012).
Pembuatan kurva baku Fe2+ dari besi(II)sulfat heptahidrat
FeSO4.7H2O sebanyak 12,20 mg ditimbang dan dilarutkan dalam labu
ukur 100 mL dengan akuades sampai dengan tanda batas labu.
Alikuot masingmasing sebanyak 1,000; 0,500; 0,250; 0,125 dan 0,063
mL diambil dari larutan tersebut, dimasukkan ke dalam masing-
masing labu ukur 100 mL dan diencerkan sampai tanda batas,
sehingga diperoleh konsentrasi Fe2+ berturut-turut sebesar 0,88; 0,44;
0,22; 0,11 dan 0,05 µM. Pengukuran sampel dengan FRAP Sebanyak
0,5 mL sampel (variasi konsentrasi 0, 2, 4, 8, 16 dan 32 mg/L)
Tabung reaksi, ditambah dengan 0,5 mL buffer fosfat pH 6,6 (0,2
M), ditambah dengan 0,5 mL laruran kalium heksasianoferat 1%.
Larutan campuran diinkubasi pada 50°C selama 20 menit dan
kemudian ditambah dengan 0,5 mL larutan TCA 10% (Apabila terjadi
dua lapisan, dipisahkan melalui sentrifugasi). Lapisan atas diambil
sebanyak 0,5 mL dan dimasukkan ke dalam kuvet 1,5 mL, kemudian
ditambahkan 0,5 mL akuades, 0,5 mL FeCl3 0,1%. Campuran larutan
tersebut kemudian diinkubasi pada suhu kamar (25 oC) selama 5-10
menit. Serapan larutan tersebut kemudian diukur pada panjang
gelombang 700 nm dan dihitung sebagai konsentrasi Fe 2+ (µM/g)
berdasarkan kurva baku Fe2+.
E. Metode DPPH
Metode DPPH adalah metode yang dapat mengukur aktivitas
antioksidan baik dalam pelarut polar maupun nonpolar. Metode DPPH dipilih
karena sederhana, mudah, cepat dan peka serta hanya memerlukan sedikit
sampel. Radikal DPPH memberikan penyerapan kuat pada panjang
gelombang 517 nm dan berwarna ungu20.
Radikal DPPH akan berubah menjadi kuning saat elektron
berpasangan dengan antioksidan. Pengurangan intensitas warna yang
15

terjadi berhubungan dengan jumlah elektron DPPH. Aktivitas antioksidan


diperoleh dari perhitungan jumlah pengurangan intensitas warna ungu DPPH
yang sebanding dengan pengurangan konsentrasi larutan DPPH melalui
pengukuran absorbansi larutan uji.
Metode DPPH menggunakan parameter IC50 yaitu menunjukkan
konsentrasi sampel yang mampu menangkap radikal bebas sebanyak 50%
yang diperoleh dari persamaan regresi linier. Nilai IC50 berbanding terbalik
dengan kemampuan antioksidan suatu senyawa yang terkandung dalam
sampel. Semakin kecil nilai IC50 maka semakin aktif sampel tersebut dalam
menangkal radikal bebas. Nilai IC50 menurut Molyneux (2014) yaitu sangat
kuat (< 50 ppm), kuat (50 ppm – 100 ppm), sedang (100 ppm – 150 ppm)
dan lemah (150 ppm – 200 ppm).
F. Ekstraksi
Secara garis besar, ekstraksi adalah upaya memisahkan suatu komponen
zat dari campurannya dengan menggunakan pelarut cair (solven) sebagai
agen pemisahnya. Metode ekstraksi terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Ekstraksi tunggal, dilakukan dengan cara menghubungkan bahan yang
akan diekstrak dengan pelarut sebanyak satu kali. Akan tetapi metode
ekstraksi ini akan menghasilkan rendemen dengan jumlah yang sedikit.
2. Ekstraksi multi tahap, dilakukan dengan cara menghubungkan bahan
yang akan diekstraksi dengan pelarut berkali-kali dengan jumlah pelarut
yang tetap sama. Metode ini memungkinkan didapatnya jumlah
rendemen yang cukup banyak.
Ekstraksi dibagi menjadi 2 jenis, yaitu cara dingin dan cara panas.
Ekstraksi dengan cara dingin sama sekali tidak melibatkan adanya panas,
karena tujuan ekstraksi ini adalah untuk menghindari kerusakan senyawa
akibat pemanasan. Ditujukan untuk mengekstraksi senyawa yang tidak
tahan panas. Sedangkan ekstraksi dengan cara panas lebih cenderung
untuk mempercepat proses ekstraksi.
1. Cara dingin
a. Maserasi, dilakukan dengan cara merendam simplisia dalam pelarut
dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan. Ekstraksi ini
dilakukan pada suhu ruangan (kamar). Dan cara penyarian ini
berguna untuk menarik zat yang tahan ataupun yang tidak tahan
terhadap panas21.
16

b. Perkolasi, dilakukan dengan mengalirkan pelarut yang selalu baru


pada simplisia yang sudah dibasahi dan dilakukan pada suhu ruang
(kamar). Tetapi ekstraksi ini memerlukan pelarut dengan jumlah
yang lebih banyak21.
2. Cara panas
a. Soxhletasi, dilakukan secara berkesinambungan dengan
menggunakan alat khusus. Pada ekstraksi ini pelarut dipanaskan
dan menguap, karena adanya pendinginan balik maka uap pelarut
berubah menjadi molekul molekul air dan turun menyari simplisia.
Ekstraksi ini menggunakan pelarut yang selalu baru22.
b. Refluks, ekstraksi yang menggunakan pelarut berada pada
temperature didihnya selama waktu tertentu. Jumlah pelarut pada
ekstraksi ini relative konstan karena adanya pendingin balik23.
c. Digesti, adalah maserasi yang dilakukan pengadukan secara terus
menerus. Digesti disebut juga sebagai maserasi kinetik. Selain itu
yang membedakannya dengan maserasi biasa adalah digesti
dilakukan pada suhu yang lebih tinggi dari suhu ruangan (kamar),
umumnya pada suhu 400C-500C23.
d. Infusa (Infus), dilakukan dengan cara memanaskan simplisia pada
air bersuhu 900C-980C selama 15-20 menit. Pembuatan infus adalah
proses ekstraksi yang paling sederhana untuk simplisia berbahan
lunak seperti daun dan bunga.
e. Dekok, adalah ekstraksi yang prosesnya sama dengan pembuatan
infusa. Akan tetapi waktunya lebih lama (lebih dari 30 menit) dan
temperaturnya sampai titik didih air23.
G. Uji Aktivias Antioksidan dengan Metode DPPH
Metode DPPH merupakan analisis untuk mengetahui aktivitas
antioksidan menggunakan DPPH (1,1 –diphenyl-2- picylhydrazyl). Analisis
dari DPPH digunakan sebagai uji dalam mencari kemampuan menangkap
radikal suatu senyawa dalam ekstrak tumbuhan. DPPH adalah komponen
yang berwarna ungu yang tidak berdimerisasi dan berbentuk kristalin. Dalam
metode ini, DPPH akan mentransfer elektron atau atom hidrogen ke radikal
bebas sehingga menyebabkan karakter radikal bebas ternetralisasi.
17

Intensitas warna dari larutan uji diukur melalui spektrofotometri UV-Vis


pada panjang gelombang sekitar 517 nm. Keuntungan metode DPPH adalah
lebih sederhana dan waktu analisis yang lebih cepat.

Gambar 2.3 Pelepasan elekron hydrogen ke radikal bebas.

Berdasarkan nilai absorbansi yang dihasilkan maka dihitung %


inhibisi dengan rumus sebagai berikut:

% inhibisi : X 100%
Ablanko = Absorbansi pada DPPH tanpa sampel
Ablanko = Absorbansi pada DPPH setelah ditambah sampel
Hasil % inhibisi tersebut dimasukkan dalam persamaan linier dengan
persamaan
Y= aX+b.
Y= % Inhibisi
a = Gradien
b = Konstanta.
X = konsentrasi (µg/ml).

Larutan DPPH yang berisi ekstrak sampel diukur serapan cahayanya


dan dihitung aktivitas antioksidannya dengan menghitung presentase
inhibisi. Persentase inhibisi yaitu banyaknya aktivitas senyawa antioksidan
yang menangkap radikal bebas DPPH. Parameter yang juga digunakan
untuk pengukuran aktivitas antioksidan dari sampel formulasi ekstrak adalah
IC50. IC50 merupakan bilangan yang menunjukkan konsentrasi ekstrak yang
mampu menghambat aktivitas suatu radikal bebas sebesar 50%. Semakin
kecil nilai IC50 berarti aktivitas antioksidannya semakin tinggi. Suatu senyawa
dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat apabila nilai IC50 kurang dari 50
µg/ml, kuat apabila nilai IC50 antara 50-100 µg/ml, sedang apabila nilai IC 50
berkisar antara 100-150 µg/ml, dan lemah apabila nilai IC 50 berkisar antara
150-200 µg/ml.

H. Spektrofotometer ultraviolet-visible (UV-Vis)


18

Spektrofotometer ultraviolet-visible (UV-Vis) merupakan instrumen


analisis yang termasuk dalam spektroskopi absorpsi. Apabila radiasi atau
cahaya dilewatkan melalui larutan berwarna maka radiasi dengan panjang
gelombang tertentu akan diserap secara selektif dan radiasi lainnya akan
diteruskan. Metode Spektrofotometer (UV-Vis) didasarkan atas absorban
sinar tampak oleh suatu larutan berwarna. Oleh karena itu, metode ini
dikenal juga sebagai metode kolorimetri, karena larutan berwarna saja yang
dapat ditentukan dengan metode ini.
Senyawa yang tidak berwarna dapat dibuat berwarna dengan
mereaksikannnya dengan pereaksi yang menghasilkan senyawa berwarna.
Spektrum yang di absorpsi atau jumlah absolut spektrum sinar yang terserap
oleh satu senyawa adalah sejumlah sinar yang diserap atau hilang oleh satu
senyawa pada panjang gelombang tertentu. Spektrum yang terserap pada
sinar ultra violet dengan panjang gelombang 200-400 nm dan cahaya
nampak terjadi karena adanya perubahan energi elektron terluar dari
molekul yang disebabkan adanya ikatan atau bukan ikatan.

Gambar 2.4
Spektrofotometer UV-Vis.

Cahaya yang dapat dilihat oleh manusia disebut cahaya tampak.


Biasanya cahaya yang terlihat merupakan campuran dari cahaya yamg
mempunyai berbagai panjang gelombang dari 400 nm hingga 700 nm,
seperti ketika melihat pelangi. Dalam daerah tampak dari spektrum, dapat
mengkorelasikan panjang gelombang cahaya yang mengenai mata dengan
indra subjektif mengenai warna, seperti dipaparkaan dalam tabel berikut.

Tabel 2.1
Spektrum Cahaya Tampak dan Warna-Warna Komplementer
19

Panjang Gelombang Warna


Warna
(nm) Komplementer
400-435 Violet Kuning-Hijau
435-480 Biru Kuning
480-490 Hijau-Biru Oranye
490-500 Biru-Hijau Merah
500-560 Hijau Ungu
560-580 Kuning-Hijau Violet
580-595 Kuning Biru
595-610 Oranye Hijau-Biru
610-750 Merah Biru-Hijau
Metode spektrofotometer memiliki kelebihan, yaitu metode
spektrofotometer digunakan secara luas untuk mengidentifikasi dan
menganalisis struktur materi organik. Ketepatan relatif alat ini sebesar 0,5-
5%.
20

I. KerangkaTeori

Tanaman Bayam
Hijau(Amaranthus
cruentus l)

Ekstrak tanaman Daun


Bayam Hijau (ekstrak
etanol 70%)

Ekstrak etanol 70% yaitu sebagai


pelarut polar, pemilihan etanol Tanaman Daun Bayam Hijau
sebagai pelarut karena memiliki mengandung senyawa
sifat yang selektif, kapang dan Antioksidan (lutein dan
kuman sulit tumbuh dalam etanol. zeaxathin), Nutrisi, Vitamin C,
Asam folat, Flavonoid, Licopen.

Antioksidan pada Daun Bayam Hijau mampu menahan pembetukan


radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas adalah molekul yang tidak
stabil karena memiliki elektron
Gambar 2.2yang tidak berpasangan
Kerangka Teori di orbital
luaranya sehingga sangat reaktif mendapatkan pasangan elektron dengan
mengikat sel- sel tubuh.
Keterangan:

= Tidak diteliti
Fase uji efektivitas
= Diteliti

Mengetahui Antioksidan pada daun


bayam hijau
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri,sifat,atau ukuran
yang dimilki atau di dapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep
pengertian tertentu.
1. Variabel Bebas (variable Indepemdent)
Variabel independent merupakan variabel yang menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel
independen dalam penelitian ini adalah: ekstrak etanol daun bayam
dengan konsentrasi ekstrak etanol daun bayam.
2. Variabel Terikat (Variable Dependent)
Variabel dependent merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi
akibat karena variabel bebas. variabel terikat dalam penelitian ini
adalah : nilai % inhibasi yang menunjukkan kemampuan antioksidan
dalam menghambat radikal bebas.
3. Variabel Terkendali
Variabel terkendali dalam penelitian ini antara lain lama pereaksian
DPPH dengan ekstrak, suhu dan waktu inkubasi, dan cahaya.

B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara dari rumusan masalah
atau pertanyaan penelitian. Hipotesis penelitian yaitu :
1. Hipotesis kerja (Ha) yaitu hipotesis yang sebenarnya merupakan sintesis
dari hasil kerja kajian teoritis.
Ha : adalah efektifitas esktrak etanol tanaman bayam hijau (Amaranthus
cruentus l) untuk mengetahui antioksidan menggunakan metode DPPH.
2. Hipotesis stastik (Ho) yaitu lawan kata dari hipotesis kerja.
Ho : Tidak ada efektivitas esktrak etanol tanaman bayam hijau
(Amaranthus cruentus l) terhadap penurunan antioksidan yang
menggunakan metode DPPH.

21
22

C. Kerangka Konsep Penelitian


Kerangka konsep merupakan uraian tentag hubungan antara konsep-
konsep atau variabel yang diamati atau diukur melalui penelitian yang
dilakukan.
Variabel Terikat Variabel Bebas

Seri konsentrasi ekstrak etanol Uji aktivitas antioksidan ekstrak


daun bayam hijau sebagai etanol daun bayam hijau
antioksidan dengan metode DPPH

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian

D. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian experimental. Jenis pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan eksperimental laboratorium.
Pelaksanaan penelitian dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu tahap
persiapan sampel, ekstraksi dan uji aktivitas antioksidan dengan metode
DPPH.
Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang didasari oleh filsafat
positivisme yang menekankan fenomena-fenomena obj ektif dan dikaji
secara kuantitatif. Penelitian ini dilakukan menggunakan angka,
1
pengolahan statistik, dan percobaan terkontrol.
2. Pendekatan Waktu Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan pendekatan waktu pengumpulan data
dengan metode Rasio yaitu jenis penelitian yang menekankan pada
waktu pengukuran atau observasi data dalam satu kali pada satu waktu
yang dilakukan pada variable terikat dan variable bebas. Pendekatan ini
digunakan untuk melihat hubungan antara variable satu dengan yang
lainnya.
3. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan oleh peneliti
untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Teknik pengumpulan data
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi yaitu pengumpulan
data dengan melakukan pengamatan terhadap proses yang sedang
berlangsung. Observasi dilakukan dengan cara mengamati aktivitas
23

antioksidan pada daun bayam hijau dan melakukan pencatatan hasil


secara teliti. Observasi dilakukan terhadap uji aktivitas antioksidan
esktrak etanol bayam hijau (Amaranthus cruentus l), sebagai berikut :
Table 3.1
Tabel pengenceran dengan metode DPPH

Sampel Blanko
Kode metanol Sampel DPPH Sampel Methanol
sampel A1-A3 mg/mL(mL) mg/mL(mL) (mL)
mg/mL(mL
)
kontrol
A1
A2
A3

4. Populasi penelitian
Populasi adalah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
penelitian untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya. Yang
diperoleh dari Desa Kaliwungu, Kabupaten Kudus yang bertempat di
kaliwungu’s agriculture. Tanaman yang diperoleh dengan keadaan segar
dan hijau.
5. Prosedur sampel dan sampel penelitian
Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti oleh peneliti
yaitu bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut, sehingga pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
cara tertentu dapat didasarkan oleh pertimbangan yang sudah ada.
Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling
yaitu penentuan sampel dengan kriteria yang sudah ditentukan oleh
peneliti. Sampel yang digunkan dalam penelitian ini adalah tanaman
bayam hijau (Amaranthus cruentus l) yang diperoleh dari desa
Kaliwunggu Kabupaten Kudus.
6. Definisi Operasional Variabel.
24

Definisi operasional merupakan atribut atau obyek kegiatan yang memiliki


variasi tertentu dan ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian
ditarik kesimpulan. Definisi operasional dibuat untuk memudahkan
pengumpulan data dan menghindarkan perbedaan interpretasi serta
membatasi ruang lingkup variabel.

Tabel 3.2

Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi operasional Alat ukur Hasil ukur Skala


penelitian
Variabel Pada peneletian ini Rasio
Bebas : sampel dibuat dari
Efektivitas esktrak daun bayam
Esktrak hijau denga metode
etanol daun pelarut etanol 70%
bayam hijau. yang nantinya
ditentukan nilai
kosentrasinya .
Variabel Pengujian sampel Spektomete Rasio
Terikat : nilai yang didapat dari r uv-vis
% inhibasi maserasi untuk
yang menguji efektivitas
menunjukan esktrak etanol
kemampuan terhadap
antioksidan penghambatan
yang radikal bebas yang
menghambat digunakan adalah
radikal metode DPPH.
bebas.

7. Instrument Penelitian dan Cara Penelitian

a. Instrumen Penelitian
1) Alat. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan
analitik (O’Hauss®), vacuum rotary evaporator (Delhi Scientific),
25

water bath (Digtal Hh-6), lumpang dan stamper, hot plate (Thermo),
(cawan porselin (RRC), beaker gelas (pyrex®), gelas ukur (Iwaki®),
wadah maserasi (toples kaca), glukotest (Easy Touch®), ayakan
mesh 40 (Laboratory Test Sieve), batang pengaduk (pyrex®), kertas
perkamen, plastik, spatula, pipet tetes (Onemed), sendok besi,
sendok tanduk, kertas saring (Whatman), buku dan alat pencatatan
data.
2) Bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun bayam hijau
(Amaranthus cruentus l), serbuk DPPH (1,1- diphenyl-2-
picylhydrazyl), etanol 70%, aquades, dan vitamin c merk komersial.
b. Cara Penelitian
1) Determinasi Tanaman. Determinasi ini bertujuan untuk memastikan
sampel tanaman bayam hijau (Amaranthus cruentus l) dengan
mencocokkkan ciri-ciri morfologi yang ada pada tanaman terhadap
kepustakaan yang dibuktikan oleh dosen yang berwenang di
Laboratorium Kimia & Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Kudus.
2) Pengumpuan Bahan Tanaman dan Pembuatan Serbuk.
Tanaman bayam hijau yang sudah dikumpulkan selanjutnya diproses
menjadi simplisia dengan tahapan :
a) Sortasi basah.
Pada proses sortasi basah bahan baku tanaman yang akan
dibuat simplisia dilakukan sortir atau sortasi langsung setelah
prosen pemanenan[25].
b) Pencucian dan perajangan.
Proses pencucian dilakukan dengan cara mencuci tanaman
menggunakan air yang mengalir. Dan proses perajangan
bertujuan untuk mempermudah proses pengeringan, karena
semakin tipis semakin cepat penguapan air, sehingga
[26]
mempercepat waktu pengeringan .
c) Pengeringan.
Tujuan pengeringan yaitu untuk mendapatkan simplisia yang
tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang
lebih lama. Proses pengeringan dilakukan dengan cara
26

tradisional yaitu menggunakan cara doanginkan terlindungi


terhadap sinar matahari secara lansung.
d) Sortasi kering.
Proses sortasi kering ini dilakuan untuk memisahkan benda asing
dan zat pengotor yang masih tertinggal pada simplisia kering.
e) Pengecilan ukuran partikel.
Simplisia kemudian diserbuk menggunakan mesin pencacah dan
diayak menggunakan ayakan mesh 40 untuk memperkecil
ukuran partikel. Simplisia yang mempunyai ukuran partikel yang
kecil maka memiliki luas permukaan yang besar, sehingga
semakin banyak kontak dengan cairan penyari dan seluruh
senyawa aktif yang terkandung dalam simplisia mudah tertarik
keluar dan dapat diperoleh rendemen ekstrak yang besar.
3) Perhitungan Susut Pengeringan.
Susut pengeringan merupakan presentase senyawa yang
menghilang selama proses pemanasan. Untuk menghitung susut
pengeringan simplisia dapat menggunakan persamaan sebagai
berikut :
% Susut pengeringan = A – B X 100%
A
Keterangan :
A = berat bahan awal
B = berat bahan setelah pengeringan

4) Penetapan Kadar Air.


Penetapan kadar air simplisia tanaman Bayam hijau dilakukan
dengan menggunakan alat yaitu Moisture Balance. Penetapan
kadar air menggunakan Moisture Balance dilakukan dengan cara
menimbang 2 gram serbuk simplisia dan dimasukkan ke dalam alat
tersebut dan tekan tombol On, dan tunggu sampai alat berhenti
sesuai waktu yang diatur (30-60 detik) kemudian catat hasilnya.
Serbuk simplisia yang baik dan memenuhi syarat yaitu apabila
kadar air simplisia tidak lebih dari 10%27.
5) Pembuatan estrak etanol 70% Daun Bayam Hijau
27

Daun bayam hijau segar dikumpulkan, dibersikan dari kotoran yang


melekat kemudian mencuci dengan air, tiriskan kemudian
dingkeringkan dengan cara di aganginkan terlindungi terhadap sinar
matahari secara lansung. Daun yang sudah kering menserbukan,
kemudian serbuk daun bayam hijau diayak menggunakan pengayak
mes no.40, kemudian serbuk simplesia ditimbang24.
Esktrak dari daun bayam hijau dengan cara maserasi menggunakan
perbandingan 1 : 10,pelarut yang dapat menyari sebagian besar
metabolit sekunder yang terkandung dalam serbuk simplesia, yaitu
etanol 70% sebanyak 500 g serbuk daun bayam hijau dimasukkan
ke dalam botol bermulut (maserator), kemudian menambahkan
etanol 70% sampai terendam sempurna. Daun bayam hijau
direndam selama 24 jam, sambil sesekali diaduk setelah 5 jam
pertama. Setelah itu, maserat dipisahkan dengan menggunakan
kain.
Proses penyaringan diulangi sebanyak dua kali dengan jenis dan
jumlah pelarut yang sama. Semua maserat dikumpulkan, kemudian
diuapkan dengan vakum rotary evaporator dengan suhu tidak lebih
500C sehingga diperoleh esktrak kental. Cara menghitung
rendemen estrak yaitu :
%Rendemen : Berat Ektrak Tanaman Bayam Hijau
Berat Esktrak Serbuk Bayam Hijau
Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol
70% karena stabil secara kimia dan fisika, tidak menyebabkan
pembengkakan membran sel dan mempertahankan stabilitas bahan
yang terlarut. Selain itu etanol 70% yaitu sebagai pelarut polar,
pemilihan etanol sebagai pelarut karena memiliki sifat yang selektif,
kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol.
28

Proses persiapan dan ekstraksi sampel

Tanaman Bayam Hijau (Amranthus cruentus l)

Serbuk kering sebanyak 500 gr

Filtrat 1 Residu 1

Fitrat 2 Residu 2

Water bath Dibuang

Ekstrak kental
tanaman bayam hijau

Hitung rendemen

Gambar 3.4
Ekstraksi Sampel & Skrining Fitokimia

6) Uji Bebas Etanol.


Pengujian bebas etanol dilakukan dengan cara 1 gram sampel
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan
dengan 1 mL asam asetat dan 1 mL asam sulfat, kemudian
dipanaskan. Sampel dikatakan bebas etanol apabila tidak tercium
bau ester yang khas dalam etanol[29].
7) Uji skrining Fitokimia Ekstrak Kental Tanaman Daun Bayam
Hijau
Ujian dilakukan dengan cara mengambil sampel masing-masing
sebanyak 2 mL ekstrak tanaman bayam hijau, kemudian
dipanaskan selama 5 menit. Lalu ditambahkan 0,1 gram serbuk Mg
29

dan 5 tetes HCl pekat. Jika terbentuk warna kuning jingga sampai
merah menunjukkan positif adanya senyawa flavonoid .
8) Penentuan Aktivitas Antioksidan
Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan prosedur
Blois, yaitu absorbansi yang dihitung dari 1 ml sampel dicampur 1
ml DPPH dan diencerkan dengan 2 ml metanol.

a. Pembuatan larutan DPPH


50 mg DPPH dilarutkan dalam 50 ml metanol sehingga
diperoleh konsentrasi sebesar 100 µg/ml
b. Optimasi panjang gelombang DPPH
1) Satu ml larutan DPPH 100 µg/ml dimasukan dalam
tabung reaksi
2) Ditambah 3 ml metanol
3) Dihomogenkan
4) Diinkubasi dalam penangas air 370C selama 30 menit
5) Di tentukan optimumnya, diukur absorbansinya pada
panjang gelombang 500-800 nm
c. Pengujian ekstrak

Masing-masing sampel Bayam Hijau (Amaranthus cruentus, l.)


segar dan rebus di uji ekstrak etanolnya.
1) Dua puluh lima mg ekstrak etanol bayam hijau segar dan
rebus dilarutkan dalam 25 ml metanol sehingga diperoleh
konsentrasi 1000 µg/ml
2) Dilakukan pengenceran sehingga diperoleh larutan
dengan konsentrasi 0 µg/ml, 25 µg/ml, 50 µg/ml, 75 µg/ml
dan 100 µg/ml. Membuat larutan tersebut sebanyak 0,25
ml; 0,5 ml; 0,75 ml ; dan 1 ml, dimasukkan pada labu ukur
10 ml kemudian diencerkan dengan metanol hingga tanda
batas
3) Satu ml masing-masing konsentrasi larutan sampel
dimasukan dalam tabung reaksi ditambah 1 ml DPPH 100
µg/ml dan diencerkan dengan 2 ml etanol.
4) Larutan dihomogenkan dengan cara digojok, kemudian
diinkubasi dalam penangas air 370 C selama 30 menit.
30
31

E. Analisa Data
Data hasil absorbansi masing-masing sampel digunakan untuk
mencari % inhibisinya. Rumus untuk mencari % inhibisi adalah sebagai
berikut:

% inhibisi : X 100%
Keterngan:
Ablanko = Absorbansi pada DPPH tanpa sampel
ASampel = Absorbansi pada DPPH setelah ditambah sampel

Hasil perhitungan dimasukkan dalam persamaan linier dengan persamaan:

Y= aX+b

Keterangan:
Y = % Inhibisi
a = Gradien

X = Konsentrasi (µg/ml)

b = Konstanta
Persamaan linier yang dihasilkan digunakan untuk memperoleh nilai
IC50. Nilai IC50 merupakan konsentrasi yang diperoleh pada saat % inhibisi
sebesar 50 dari persamaan Y=aX+b .
Pada saat % Inhibisi = 50, maka rumus untuk menghitung nilai IC50
persamaannya menjadi: 50 = aX+b
DAFTAR PUSTAKA
1. Adeng Hudaya, Uji Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak Air Bunga
Kecombrang (Etlingera elatior) Sebagai Pangan Fungsional Terhadap
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, Skripsi, (Jakarta: UIN
Syarif Hidayatuallah, 2010)

2. Agus Sigit, “Kalbe Edukasi Penatalaksanaan Penyakit Degeneratif”,


http://krjogja.com/read/238383/kalbe-edukasi- penatalaksanaan-
penyakit-degeneratif.kr, diakses 04 febuari 2015

3. Bandani, Yusni dan Nurudin Azis, Bayam, (Jakarta: PT Penebar


Swadaya., 1995)

4. Bintang, Maria, BIOKIMIA: Teknik Penelitian , (Jakarta : Erlangga, 2010)


5. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Jakarta: Bumi
Aksara., 2009)

6. Departemen Kesehatan RI, Parameter Standar Umum Ekstrak


Tumbuhan Obat, (Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 2000)
7. Dedy Winarto,Pemanfaatan Vitamin C dan E Sebagai Antioksidan Untuk
Memperbaiki Kuantitas dan Kualitas Spermatozoa (16 Maret
2013),dalam (www.universitas Muhammadiyah Purworejo/Artikel),
diakses pada tanggal 18 Febuari 2015 Pukul 10.16.
8. Dewi Maulida, Naufal Zulkarnaen, Ektraksi Antioksidan ( Likopen ) Dari
Buah Tomat Dengan Menggunakan Solvent Campuran, N-Heksana,
Aseton, Dan Ethanol, skripsi (Semarang : Universitas Diponegoro, 2010)
9. Dewi Murni, “Isolasi Uji Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas
Menggunakan Artema salina Leach dari Fraksi Aktif Ekstrak Metanol
Daun Asa Tungga (Lithocarpus celebicus (Miq) Rehder)”, Skripsi,
(Jakarta: Universitas Indonesia, 2012)

10. Elka Yuslinda,dkk, Penentuan Aktivitas Antioksidan Dari Berbagai


Ekstrak Sayur-Sayuran Segar Dan Dikukus Dengan Metode DPPH ,
(Padang: FFUA, 2012)
11. Farisya Nurhaini, dkk, “Aktivitas Antioiksidan Ekstrak Etanolik
Berbagai Jenis Sayuran Serta Penentuan Kandungan Fenolik Dan
Flavonoid Totalnya”, Media Farmasi, (Vol. 11, No. 2, 2014)
12. Hanani,E.,A.M.Abdul., dan S.Ryany, Identifikasi Senyawa
Antioksidan Dalam Spons Callyspongia sp Dari Kepulauan Seribu,
(Yogyakarta: Majalah Ilmu Kefarmasian II, 2005)
13. Irma Irawati, Perbandingan Metode Penentuan Aktivitas Antioksidan
Rimpang Temulawak, (Bogor: FMIPA, 2008)
14. Jessica Oeinitan Sie, “Daya Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit
Manggis (Gracinia mangostana Linn) Hasil Pengadukan Dan Refluk”,
Jurnal Ilmiah Mahasiswa , (Vol.2, No.1, 2013)

15. Kartika, “Profil Kimiawi dari Formulasi Ekstrak Meniran, Kunyit, dan
Temulawak Berdasarkan Aktivitas Antioksidan Terbaik”, Skripsi
(Bogor: IPB, 2010)

16. Khotma’ayidda, Studi Komparasi Aktivitas Antioksidan Pada Daun


Salam (Syzgium polyantum (Weight) Walp) Dengan Jambu Air
(Syzgium samarangense (BL.) Merr et. Perry), Skripsi, (Semarang:
IAIN Walisong, 2014)

17. Lie Jin,dkk, “Phenolic Compound and Antioksidan Activity of Bulb


Extract of Six Lilium Species Native to China”, Molecules (2012), hlm.
9362

18. Marmi, Gizi dalam Kesehatan Reproduksi, (Yogyakarta: Pustaka


Pelajar, 2013)

19. Mely Meliendari,”Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Gracia kyda


Roxb. Dengan Metode DPPH dan Identifikasi Senyawa Kimia Fraksi
yang Aktif”, skripsi, (Jakarta : Progam Studi Strata Satu Universitas
Indonesia, 2012)

20. Muchtadi, Deddy, Antioksidan dan Kiat Sehat di Usia Produktif,


(Bandung : Alfabeta, 2013)

21. Poedjiadi, Anna, Dasar-Dasar Biokimia, (Jakarta: UI-Press, 2007)


Rizqiana Dewi, Aktivitas Antioksidan dan Sitotoksisitas Metabolit
22. Sekunder Daun Salam (Syzygium polyanthum Wight) Dan
23. Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.), Skripsi, (Bogor : Program
studi strata satu Institut Pertanian Bogor, 2012)
24. Robert B. Grossman, The Art Of Writing Reasonable Organik Reaction
Mechanisms Second Edition, (USA: Springer, 2008)
25. Sudewo, Bambang, Basmi Kanker Dengan Herbal, (Jakarta: Visi Media,
2012)
26. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Alfabeta, 2012)
27. Tapan, Erik, Kanker, Antioksidan, dan Terapi Komplementer, (Jakarta:
PT Gramedia, 2005)
28. Tjitrosoepomo, Gembong, Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta),
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Perss, 2004)
29. Ula, Niswatul, Identifikasi Komoditas Pertanian Unggulan Tingkat
Kecamatan Di Kabupaten Batang Profinsi Jawa Tengah, (Surakarta:
Fakulatas Pertanian UNS)
30. Winarsi, Hery, Antioksidan Alami dan Radikal Bebas, (Yogyakarta:
Kanisius, 2007)

31. Yuliana Aisyah, “Pengaruh Pemanasan Terhadap Aktivitas Antioksidan


Pada Beberapa Jenis Sayuran”, Teknologi dan Industri Pertanian
Indonesia, (Vol. VI, No.2, 2014)

Anda mungkin juga menyukai