PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
PEMBIMBING :
Menyetujui
Mengetahui
Universitas Muhammadiyah Kudus
Rektor
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
Mengetahui
Universitas Muhammadiyah Kudus
Rektor
iii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul“UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL BAYAM HIJAU
(Amaranthuscruentus l) DENGAN METODE DPPH’’ sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Studi S1 Farmasi Universitas Muhammadiyah
Kudus.
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Tabel Halaman
1.1 Keaslian Penelitian 4
2.1 Spektrum Cahaya Tampak dan Warna-Warna 18
Komplementer
2.2 pengenceran dengan metode DPPH 22
vi
Nomor Judul Gambar Halaman
Gambar
2.1 Gambar bayam hijau segar 8
2.2 Reaksi Radikal Bebas Tanpa Antioksidan 12
DAFTAR GAMBAR
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia diperkirakan memiliki 100 sampai 150 tumbuh-tumbuhan
yang sebagian besar dapat dimanfaatkan sebagai tanaman industri,
tanaman buah-buahan, rempah-rempah, dan obat-obatan1. Survei di tahun
2021 terdapat 85 persen penduduk Indonesia kurang mengkonsumsi
sayuran dan buah-buhan. Padahal komoditas sayuran dan buah-buahan
merupakan sumber vitamin, mineral, serat pangan, dan senyawa fitokimia2.
Bayam merupakan salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan
sebagai sayuran dan juga berfungsi sebagai obat3. Daun bayam hijau
(Amaranthus cruentus l.). Daun bayam hijau dapat berfungsi sebagai obat
herbal karena daun bayam hijau dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pembuat air infus, obat disentri, dan sebagai obat anti malaria dan demam
berdarah4.
Bayam hijau diketahui mengandung senyawa metabolit sekunder yang
dapat dimanfaatkan sebagai obat herbal yaitu flavonoid yang berfungsi
sebagai antioksidan alami, serta mengandung vitamin (A, B dan C), mineral
(Ca, Mg dan Fe) dan fitonutrien5. Selain itu terdapat senyawa antosianin
sebagai pigmen warna hijau pada tanaman bayam hijau, serta adanya
vitamin A, vitamin C dan beta-karoten, senyawa tersebut memiliki sifat yang
antioksidatif6.
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menetralkan radikal
bebas yang masuk ke dalam tuhuh dan menghambat terjadinya proses
oksidasi sel7. Senyawa antioksidan hasil sintesis yaitu butylated hidroxy
aniline (BHA), butylated hidroxy toluene (BHT), propil galat (PG), dan tert-
butil hidrokuinon (TBHQ). Antioksidan tersebut memiliki efek yang buruk
terhadap tubuh karena dapat meningkatkan karsinogenesis8.
Antioksidan alami dapat mencegah penyakit yang disebabkan oleh
radikal bebas seperti karsinogenesis, kardiovaskular, dan penuaan dini.
Keberadaan radikal bebas berada di dalam tubuh melalui dua cara yaitu
secara endogen dan eksogen. Radikal bebas yang terbentuk secara
1
endogen merupakan hasil metabolisme dan terjadinya peradangan
sedangkan radikal
2
2
bebas yang terbentuk secara eksogen karena polusi udara, radiasi matahari,
sinar X, alkohol, dan rokok9.
Radikal bebas adalah suatu senyawa atom atau molekul yang
mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan. Adanya elektron
yang tidak berpasangan menyebabkan senyawa tersebut sangat reaktif
mencari pasangan, dengan cara menyerang dan mengikat elektron molekul
yang berada disekitarnya. Radikal bebas sangat berbahaya dikarenakan
tinggi reaktivitasnya yang mengakibatkan terbentuknya senyawa radikal
baru. Bila senyawa radikal baru tersebut bertemu dengan molekul lain, maka
akan terbentuk radikal baru lagi dan seterusnya hingga terjadi reaksi
berantai10.
Radikal bebas dapat mengganggu integritas sel dan dapat bereaksi
dengan komponen-komponen sel, baik komponen struktural meliputi
molekulmolekul penyusun membran maupun komponen fungsional meliputi
protein, enzim-enzim, dan DNA11. Radikal bebas dapat dijumpai pada
lingkungan, beberapa logam misalnya besi dan tembaga, asap rokok, polusi
udara, obat, bahan beracun, makanan dalam kemasan, bahan adiktif, dan
sinar ultraviolet matahari yang menyebabkan radiasi. Reaktifitas radikal
bebas itu dapat dihambat oleh sistem antioksidan yang merupakan bagian
dari sistem kekebalan tubuh11.
Selanjutnya dalam tubuh senyawa radikal bebas akan merusak
protein, lemak, karbohidrat dan DNA12. Sehingga tubuh memerlukan
substansi yang dapat melindungi tubuh dari serangan radikal bebas yaitu
antioksidan yang diperoleh dari bahan alam (Swastini, 2010). Penelitian
tentang uji aktivitas antioksidan dari bayam hijau sebelumnya telah dilakukan
oleh Aryani & Widyaningrum (2013) meneliti tentang pengaruh dosis ekstrak
daun bayam hijau (Amaranthus cruentus l ) terhadap jumlah eritrosit dan
kadar hemoglobin pada tikus putih (Rattus norvegicus). Penelitian yang
dilakukan saat ini merupakan modifikasi dari penelitian sebelumnya yaitu
dengan menguji aktivitas antioksidan pada bayam hijau dengan
menggunakan organ daun pada tumbuhan bayam hijau yang diekstrak
dengan menggunakan pelarut etanol 70%. Sampel yang digunakan yaitu
bayam hijau yang berasal dari daerah Kabupaten Kudus.
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian materi pada latar belakang di atas maka rumusan
masalah pada penelitian ini:
1. Apakah ekstrak etanol 70% dengan daun bayam hijau Amaranthus
cruentus l) memiliki aktivitas antioksidan?
2. Bagaimana aktivitas antioksidan yang terdapat pada ekstrak etanol 70%
dan daun bayam hijau (Amaranthus cruentus l) dengan menggunakan
metode DPPH (2,2 - Difenil-1-pikrilhidrazil)?
3. Berapa nilai IC50 ekstrak etanol 70% dengan daun bayam hijau
(Amaranthus cruentus l)?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui uji aktivitas antioksidan esktrak etanol bayam hijau
(Amaranthus cruentus l.) dengan metode DPPH.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui apakah terdapat aktivitas antioksidan ekstrak
etanol 70% dengan daun bayam hijau (Amaranthus cruentus l).
b. Untuk mengetahui aktivitas antioksidan yang terdapat pada ekstrak
etanol 70% dengan daun bayam hijau (Amaranthus cruentus l)
dengan menggunakan metode DPPH (1,1- diphenil - 2 -
picryhydrazyl).
c. Untuk mengetahui nilai IC50 ekstrak etanol 70% dengan daun bayam
hijau (Amaranthus cruentus l).
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Sebagai referensi pada penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan
aktivitas antioksidan ekstrak etanol 70% dan daun bayam hijau dengan
menggunakan metode DPPH (1,1- diphenil - 2 - picryhydrazyl).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan dan pengalaman langsung tentang
aktivitas antioksidan ekstrak etanol 70% dan daun bayam hijau
4
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1
Keaslian Penelitian
Materi yang dikaji adalah uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol 70%
dengan daun bayam hijau dengan menggunakan metode DPPH 1,1-
diphenil - 2 - picryhydrazyl).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bayam Hijau
1. Definisi Bayam Hijau
Bayam Hijau (Amaranthus cruentus l.) adalah salah satu
tumbuhan yang dapat dikonsumsi bagian daunnya untuk dijadikan
sayuran hijau. Salah satu sumber makanan yang mengandung zat besi
penting terdapat dalam bayam hijau. Amerika tropik adalah asal
tumbuhan bayam, yang saat ini sudah menyebar di seluruh daerah
tropis dan subtropis. Bayam dapat tumbuh di Indonesia pada daerah
yang panas maupun dingin dan di dataran rendah paada lahan terbuka
dengan udara yang sedikit panas akan tumbuh jauh lebih subur13.
Penyebaran tanaman bayam di Indonesia telah meluas ke seluruh
wilayah, tetapi sampai saat ini pulau Jawa masih menjadi sentra
produksi bayam. Data dari Biro Pusat Statistik tahun 2020 menyatakan
bahwa dari 34.677 ha luas pertanaman bayam, 12,084 ha berada di
pulau Jawa.
Bayam termasuk herba setahun, berbentuk tegak atau sedikit
condong, memiliki tinggi 0,4-1 m, dan memiliki cabang. Batang yang
dimiliki bayam tidak kuat dan mengandung air. Daunnya tunggal,
bentuknya bulat oval, lemas, dengan panjang tangkai 2 hingga 8 cm,
ujungnya runcing dengan tulang daun menyirip yang terlihat, tepi daun
bayam rata, bentuknya bulat oval, panjang daun antara 1,5 hingga 6,0
cm dan memiliki lebar 0,5 cm dengan warna daunnya hijau. Bunganya
berkelamin tunggal dan tertata rapat, tetapi termasuk dalam bunga
majemuk. Bentuk bunga jantannya berupa bulir, sedangkan bunga
betinanya bentuknya bulat yang berada di bagian bawah duduk di
ketiak, bagian atas menyatu menjadi karangan bunga pada tangkai dan
ketiak percabangan.
Buah (fructus) dari bayam mengandung biji yang sangat kecil
dengan bentuk bulat panjang antara 0,8 hingga 1 mm yang berwarna
hitam mengkilat. Usia panen bayam yang baik yaitu sebelum bayam
berbunga. Jika dipanen terlalu tua, maka kualitas bayam yang dihasilkan
akan menurun karena daunnya akan menjadi keras dan berserat13.
7
8
Tabel 2.1.
Contoh gambar bayam hijau segar
2. Klasifikasi Bayam Hijau (Amaranthus cruentus, l.) menurut USDA
(United States Departement of Agriculture)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Caryophyllidae
Ordo : Caryophyllales
Famili : Amaranthaceae
Genus : Amaranthus l.
Spesies : Amaranthus cruentus, l.
3. Manfaat Bayam Hijau
Manfaat Bayam Hijau (Amaranthus cruentus, l.) merupakan
sayuran yang kaya akan serat sehingga bisa dimanfaatkan untuk
membantu proses pembuangan zat sisa yang ada di dalam tubuh.
Makanan yang kaya akan serat direkomendasikan untuk dikonsumsi
oleh penderita kanker usus besar, penderita diabetes mellitus, kolesterol
darah tinggi, dan untuk penurunan berat badan. Daun bayam juga dapat
digunakan untuk pengobatan gagal ginjal, kurang darah (anemia),
tekanan darah rendah, memperkuat akar rambut, dan membersikan
darah setelah bersalin, serta akar daun dapat digunakan dalam
pengobatan disentri13.
Bayam kaya akan kandungan gizi yang terdapat di dalamnya
sehingga memiliki banyak manfaat bagi tubuh manusia antara lain zat
besi, protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan lainnya, serta berbagai
vitamin antara lain vitamin A, B, dan C13.
Daun bayam hijau juga dapat mencegah stress oksidatif. Radikal
bebas dalah produk sampingan dari metabolism. Keduanya dapat
9
Reaktan Produk + OH
Gambar 2.2
Reaksi Radikal Bebas Tanpa Antioksidan
13
Reaktan Produk + OH
Gambar 2.3
Reaksi Radikal Bebas Dengan Antioksidan
DPPH (517 nm). Sampel dengan konsentrasi 2,5 mg/L adalah AG,
sedangkan sampel dengan konsentrasi 5,0 mg/L adalah AA dan
kuersetin.
b. Metode FRAP
Metode FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power) Metode uji
antioksidan FRAP yang digunakan dalam penelitian ini adalah
modifikasi dari prosedur yang telah dilaporkan oleh Panda (2012).
Pembuatan kurva baku Fe2+ dari besi(II)sulfat heptahidrat
FeSO4.7H2O sebanyak 12,20 mg ditimbang dan dilarutkan dalam labu
ukur 100 mL dengan akuades sampai dengan tanda batas labu.
Alikuot masingmasing sebanyak 1,000; 0,500; 0,250; 0,125 dan 0,063
mL diambil dari larutan tersebut, dimasukkan ke dalam masing-
masing labu ukur 100 mL dan diencerkan sampai tanda batas,
sehingga diperoleh konsentrasi Fe2+ berturut-turut sebesar 0,88; 0,44;
0,22; 0,11 dan 0,05 µM. Pengukuran sampel dengan FRAP Sebanyak
0,5 mL sampel (variasi konsentrasi 0, 2, 4, 8, 16 dan 32 mg/L)
Tabung reaksi, ditambah dengan 0,5 mL buffer fosfat pH 6,6 (0,2
M), ditambah dengan 0,5 mL laruran kalium heksasianoferat 1%.
Larutan campuran diinkubasi pada 50°C selama 20 menit dan
kemudian ditambah dengan 0,5 mL larutan TCA 10% (Apabila terjadi
dua lapisan, dipisahkan melalui sentrifugasi). Lapisan atas diambil
sebanyak 0,5 mL dan dimasukkan ke dalam kuvet 1,5 mL, kemudian
ditambahkan 0,5 mL akuades, 0,5 mL FeCl3 0,1%. Campuran larutan
tersebut kemudian diinkubasi pada suhu kamar (25 oC) selama 5-10
menit. Serapan larutan tersebut kemudian diukur pada panjang
gelombang 700 nm dan dihitung sebagai konsentrasi Fe 2+ (µM/g)
berdasarkan kurva baku Fe2+.
E. Metode DPPH
Metode DPPH adalah metode yang dapat mengukur aktivitas
antioksidan baik dalam pelarut polar maupun nonpolar. Metode DPPH dipilih
karena sederhana, mudah, cepat dan peka serta hanya memerlukan sedikit
sampel. Radikal DPPH memberikan penyerapan kuat pada panjang
gelombang 517 nm dan berwarna ungu20.
Radikal DPPH akan berubah menjadi kuning saat elektron
berpasangan dengan antioksidan. Pengurangan intensitas warna yang
15
% inhibisi : X 100%
Ablanko = Absorbansi pada DPPH tanpa sampel
Ablanko = Absorbansi pada DPPH setelah ditambah sampel
Hasil % inhibisi tersebut dimasukkan dalam persamaan linier dengan
persamaan
Y= aX+b.
Y= % Inhibisi
a = Gradien
b = Konstanta.
X = konsentrasi (µg/ml).
Gambar 2.4
Spektrofotometer UV-Vis.
Tabel 2.1
Spektrum Cahaya Tampak dan Warna-Warna Komplementer
19
I. KerangkaTeori
Tanaman Bayam
Hijau(Amaranthus
cruentus l)
= Tidak diteliti
Fase uji efektivitas
= Diteliti
A. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri,sifat,atau ukuran
yang dimilki atau di dapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep
pengertian tertentu.
1. Variabel Bebas (variable Indepemdent)
Variabel independent merupakan variabel yang menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel
independen dalam penelitian ini adalah: ekstrak etanol daun bayam
dengan konsentrasi ekstrak etanol daun bayam.
2. Variabel Terikat (Variable Dependent)
Variabel dependent merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi
akibat karena variabel bebas. variabel terikat dalam penelitian ini
adalah : nilai % inhibasi yang menunjukkan kemampuan antioksidan
dalam menghambat radikal bebas.
3. Variabel Terkendali
Variabel terkendali dalam penelitian ini antara lain lama pereaksian
DPPH dengan ekstrak, suhu dan waktu inkubasi, dan cahaya.
B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara dari rumusan masalah
atau pertanyaan penelitian. Hipotesis penelitian yaitu :
1. Hipotesis kerja (Ha) yaitu hipotesis yang sebenarnya merupakan sintesis
dari hasil kerja kajian teoritis.
Ha : adalah efektifitas esktrak etanol tanaman bayam hijau (Amaranthus
cruentus l) untuk mengetahui antioksidan menggunakan metode DPPH.
2. Hipotesis stastik (Ho) yaitu lawan kata dari hipotesis kerja.
Ho : Tidak ada efektivitas esktrak etanol tanaman bayam hijau
(Amaranthus cruentus l) terhadap penurunan antioksidan yang
menggunakan metode DPPH.
21
22
D. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian experimental. Jenis pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan eksperimental laboratorium.
Pelaksanaan penelitian dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu tahap
persiapan sampel, ekstraksi dan uji aktivitas antioksidan dengan metode
DPPH.
Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang didasari oleh filsafat
positivisme yang menekankan fenomena-fenomena obj ektif dan dikaji
secara kuantitatif. Penelitian ini dilakukan menggunakan angka,
1
pengolahan statistik, dan percobaan terkontrol.
2. Pendekatan Waktu Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan pendekatan waktu pengumpulan data
dengan metode Rasio yaitu jenis penelitian yang menekankan pada
waktu pengukuran atau observasi data dalam satu kali pada satu waktu
yang dilakukan pada variable terikat dan variable bebas. Pendekatan ini
digunakan untuk melihat hubungan antara variable satu dengan yang
lainnya.
3. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan oleh peneliti
untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Teknik pengumpulan data
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi yaitu pengumpulan
data dengan melakukan pengamatan terhadap proses yang sedang
berlangsung. Observasi dilakukan dengan cara mengamati aktivitas
23
Sampel Blanko
Kode metanol Sampel DPPH Sampel Methanol
sampel A1-A3 mg/mL(mL) mg/mL(mL) (mL)
mg/mL(mL
)
kontrol
A1
A2
A3
4. Populasi penelitian
Populasi adalah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
penelitian untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya. Yang
diperoleh dari Desa Kaliwungu, Kabupaten Kudus yang bertempat di
kaliwungu’s agriculture. Tanaman yang diperoleh dengan keadaan segar
dan hijau.
5. Prosedur sampel dan sampel penelitian
Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti oleh peneliti
yaitu bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut, sehingga pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
cara tertentu dapat didasarkan oleh pertimbangan yang sudah ada.
Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling
yaitu penentuan sampel dengan kriteria yang sudah ditentukan oleh
peneliti. Sampel yang digunkan dalam penelitian ini adalah tanaman
bayam hijau (Amaranthus cruentus l) yang diperoleh dari desa
Kaliwunggu Kabupaten Kudus.
6. Definisi Operasional Variabel.
24
Tabel 3.2
a. Instrumen Penelitian
1) Alat. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan
analitik (O’Hauss®), vacuum rotary evaporator (Delhi Scientific),
25
water bath (Digtal Hh-6), lumpang dan stamper, hot plate (Thermo),
(cawan porselin (RRC), beaker gelas (pyrex®), gelas ukur (Iwaki®),
wadah maserasi (toples kaca), glukotest (Easy Touch®), ayakan
mesh 40 (Laboratory Test Sieve), batang pengaduk (pyrex®), kertas
perkamen, plastik, spatula, pipet tetes (Onemed), sendok besi,
sendok tanduk, kertas saring (Whatman), buku dan alat pencatatan
data.
2) Bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun bayam hijau
(Amaranthus cruentus l), serbuk DPPH (1,1- diphenyl-2-
picylhydrazyl), etanol 70%, aquades, dan vitamin c merk komersial.
b. Cara Penelitian
1) Determinasi Tanaman. Determinasi ini bertujuan untuk memastikan
sampel tanaman bayam hijau (Amaranthus cruentus l) dengan
mencocokkkan ciri-ciri morfologi yang ada pada tanaman terhadap
kepustakaan yang dibuktikan oleh dosen yang berwenang di
Laboratorium Kimia & Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Kudus.
2) Pengumpuan Bahan Tanaman dan Pembuatan Serbuk.
Tanaman bayam hijau yang sudah dikumpulkan selanjutnya diproses
menjadi simplisia dengan tahapan :
a) Sortasi basah.
Pada proses sortasi basah bahan baku tanaman yang akan
dibuat simplisia dilakukan sortir atau sortasi langsung setelah
prosen pemanenan[25].
b) Pencucian dan perajangan.
Proses pencucian dilakukan dengan cara mencuci tanaman
menggunakan air yang mengalir. Dan proses perajangan
bertujuan untuk mempermudah proses pengeringan, karena
semakin tipis semakin cepat penguapan air, sehingga
[26]
mempercepat waktu pengeringan .
c) Pengeringan.
Tujuan pengeringan yaitu untuk mendapatkan simplisia yang
tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang
lebih lama. Proses pengeringan dilakukan dengan cara
26
Filtrat 1 Residu 1
Fitrat 2 Residu 2
Ekstrak kental
tanaman bayam hijau
Hitung rendemen
Gambar 3.4
Ekstraksi Sampel & Skrining Fitokimia
dan 5 tetes HCl pekat. Jika terbentuk warna kuning jingga sampai
merah menunjukkan positif adanya senyawa flavonoid .
8) Penentuan Aktivitas Antioksidan
Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan prosedur
Blois, yaitu absorbansi yang dihitung dari 1 ml sampel dicampur 1
ml DPPH dan diencerkan dengan 2 ml metanol.
E. Analisa Data
Data hasil absorbansi masing-masing sampel digunakan untuk
mencari % inhibisinya. Rumus untuk mencari % inhibisi adalah sebagai
berikut:
% inhibisi : X 100%
Keterngan:
Ablanko = Absorbansi pada DPPH tanpa sampel
ASampel = Absorbansi pada DPPH setelah ditambah sampel
Y= aX+b
Keterangan:
Y = % Inhibisi
a = Gradien
X = Konsentrasi (µg/ml)
b = Konstanta
Persamaan linier yang dihasilkan digunakan untuk memperoleh nilai
IC50. Nilai IC50 merupakan konsentrasi yang diperoleh pada saat % inhibisi
sebesar 50 dari persamaan Y=aX+b .
Pada saat % Inhibisi = 50, maka rumus untuk menghitung nilai IC50
persamaannya menjadi: 50 = aX+b
DAFTAR PUSTAKA
1. Adeng Hudaya, Uji Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak Air Bunga
Kecombrang (Etlingera elatior) Sebagai Pangan Fungsional Terhadap
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, Skripsi, (Jakarta: UIN
Syarif Hidayatuallah, 2010)
15. Kartika, “Profil Kimiawi dari Formulasi Ekstrak Meniran, Kunyit, dan
Temulawak Berdasarkan Aktivitas Antioksidan Terbaik”, Skripsi
(Bogor: IPB, 2010)