SKRIPSI
MARIA NOVITA
PO714251181032
SKRIPSI
MARIA NOVITA
PO714251181032
Disetujui Oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Sesilia R. Pakadang, S.Si, M.Kes, Apt Dr. Sisilia Tresia R. D, S.Si, M.Kes, Apt
NIP. 196909222000122001 NIP. 197010031994032002
LEMBAR PENGESAHAN NASKAH SKRIPSI
NIM : PO714251181032
Tanggal seminar :
Disetujui Oleh
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Sesilia R. Pakadang, S.si, M.Kes, Apt Dr. Sisilia Tresia R. D, S.si, Apt, M.Kes
NIP. 196909222000122001 NIP. 197010031994032002
Mengetahui:
Ida Adhayanti, S.si, M.Sc, Apt Drs. H. Ismail Ibrahim, M.Kes., Apt
NIP. 198408292008012005 NIP. 196502241992031002
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Isolasi
dan Aktivitas Antibakteri Fungi Endofit Daun Miana (Coleus scutelarioides (L.)
Benth) Terhadap Streptococcus mutans dan Porphyromonas gingivalis” yang
merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Farmasi
di Poltekkes Kemenkes Makassar.
Penyelesaian skripsi ini tak lepas pula dari bantuan dan dukungan dari segala
pihak. Mengawali ucapan terima kasih ini perkenankanlah penulis mengucapkan
terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
Ayahanda Stepanus Berry dan Ibunda Dience Thomas yang tak perna lelah
mendoakan, memberikan perhatian dan kasih sayang serta materi dan dorongan yang
tak henti-hentinya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik serta tak lupa
pula penulis mengucapkan terima kasih kepada keluarga yang selalu memberi
dukungan, bimbingan dan doa kepada penulis, semoga Tuhan yang Maha Esa
senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada mereka. Amin.
Pada kesempatan ini pula penulis juga mengucapkan terima kasih tak terhingga
kepada Ibu Dr. Sesilia Rante Pakadang, S.Si, M.Kes, Apt selaku pembimbing
pertama dan Ibu Dr. Sisilia Tresia Rosmala Dewi, S.Si, M.Kes, Apt selaku
pembimbing kedua, atas keikhlasan dan ketulusan meluangkan waktu, tenaga dan
pikirannya dalam membimbing penyusunan skripsi ini.
Maka dari itu dalam kesempatan ini tidak lupa pula penulis menghanturkan rasa
terima kasih sebesar-besarnya dan sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Dr. Ir. H. Agustian Ipa, M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Makassar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam menempuh
pendidikan di Poltekkes Kemenkes Makassar.
2. Bapak Drs. H. Ismail Ibrahim, M.Kes, Apt, selaku Ketua Jurusan Farmasi
Poltekkes Kemenkes Makassar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk menjadi mahasiswa Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Makassar.
3. Ibu Ida Adhayanti, S.Si, M.Sc, Apt, selaku Ketua Prodi Studi Sarjana Terapan
Farmasi yang telah mengelolah Program Studi di Jurusan Farmasi Poltekkes
Kemenkes Makassar dan telah banyak memberikan pelajaran serta dukungan
moral selama penulis menempuh pendidikan di kampus tercinta.
4. Ibu Dr. Sisilia Tresia Rosmala Dewi, S.Si, M.Kes, Apt, selaku Pembimbing
Akademik yang senantiasa memberikan bimbingan serta arahan selama penulis
menuntut ilmu di Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Makassar.
5. Bapak/Ibu Dosen Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Makassar serta Para
Laboran, yang telah dengan ikhlas memberi ilmu dan arahan kepada penulis
selama menempuh pendidikan.
6. Bapak/Ibu Staf Tata Usaha dan Staf Pegawai Jurusan Farmasi, yang selalu
membantu dalam administrasi penulis selama menempuh pendidikan di Jurusan
Farmasi Poltekkes Kemenkes Makassar.
7. Kepada seluruh Teman-teman Seangkatan Inhaler 2018 untuk kebersamaan
yang telah dilalui selama kurang lebih 4 tahun ini dan terkhusus teman-teman D4-
Malin yang selalu menemani penulis, bersama merasakan kesedihan, kekesalan,
kelelahan, dan juga semua kebahagiaan yang telah kalian berikan kepada penulis
selama ini.
8. Kepada sahabat sekaligus teman seperjuangan penulis Elias Madandan, Amelia
Nissy Teresia Jireh Dhara, Novita, Jessica Altin Suhardi, Wahyuningsih, dan
R.A Ami Wulandari Soedewo yang telah menemani, memberikan dukungan, dan
semangat kepada penulis selama menempuh pendidikan di Jurusan Farmasi
Poltekkes Kemenkes Makassar.
9. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas
dukungan, masukan serta perhatiannya kepada penulis.
Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada semua pihak. Penulis berharap Tuhan yang Maha Esa berkenan
membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal itu disadari
karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan bagi pembaca khususnya bagi mahasiswa Jurusan Farmasi Poltekkes
Kemenkes Makassar.
Maria Novita
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR........................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
I.1 Latar Belakang..............................................................................1
I.2 Rumusan Masalah.........................................................................4
I.3 Tujuan Penelitian...........................................................................4
I.4 Manfaat Penelitian.........................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................5
II.1 Uraian Tanaman...........................................................................5
II.2 Uraian Mikroba Endofit...............................................................7
II.3 Uraian Bakteri..............................................................................9
II.4 Uraian Antibakteri.......................................................................11
II.5 Metode Pengujian........................................................................12
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................14
III.1 Jenis Penelitian...........................................................................14
III.2 Waktu dan Tempat Penelitian.....................................................14
III.3 Alat dan Bahan Penelitian.........................................................14
III.4 Prosedur Kerja...........................................................................15
III.5 Pengamatan dan Pengumpulan Data.........................................19
III.6 Pengelolaan dan Analisis Data..................................................19
III.7 Pembahasan dan Kesimpulan....................................................19
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................20
DAFTAR GAMBAR
10
DAFTAR TABEL
5
6
II.1.2Nama Daerah
Miana (Coleus scutellarioides (L) Benth) adalah tanaman asli dari Asia
Tenggara. Di Indonesia tanaman ini dikenal dengan nama yang berbeda-beda
tergantung daerah yang ditemukannya. Di Sumatra dikenal dengan Gresing
(Batak), Adong-Adong (Palembang), Miana atau Pilado (Sumatra Barat). Di
daerah jawa dikenal dengan Jawer Kotok atau Jengger Ayam (Sunda), Iler
(Jawa Tengah), Kentangan (Jawa Timur). Di Nusa Tenggara dikenal Janggar
Siap, Ndae Ana Sina di Bali, dan Bunak Manu Larit di Timur. Di Sulawesi
dikenal dengan Mayana (Manado), Ati-Ati (Bugis), Bunga Lali Manu
(Makassar) (Anita et al., 2018).
II.1.3Morfologi Tumbuhan
Tumbuhan Miana memiliki batang bersegi empat dengan alur yang agak
dalam pada masing-masing sisinya, berambut, percabangan banyak, daun
tunggal, helaian daun berbentuk bulat telur, ujung meruncing, tepi beringgit,
tulang daun menyirip jelas (berupa alur), permukaan daun agak mengkilap,
berambut halus, berwarna ungu kecoklatan sampai ungu kehitaman. Tumbuhan
Miana batangnya tegak atau berbaring pada pangkal dan ditempat itu berakar
banyak, menahun, harum; tinggi 0,5 - 1,5 m. Batang berambut, tangkai daun 2 -
9 cm; helaian daun bulat telur, dengan pangkal yang membulat atau bentuk baji
dan ujung yang menyempit, di atas pangkal yang bertepi rata beringgit kasar.
Tumbuhan Miana memiliki aroma bau yang khas dan rasa yang agak pahit,
sifatnya dingin. Jika seluruh bagian diremas akan mengeluarkan bau yang
harum (Qalbi BM et al., 2017).
II.1.4Kandungan Kimia Daun Miana
Telah diketahui beberapa studi tentang senyawa aktif antimikrobial daun
Miana (Coleus scutellarioides (L) Benth) yaitu berupa flavonoid, saponin,
steroid, tanin, minyak atsiri, eugenol, senyawa polifenol, alkaloid, etil salisilat,
kalsium oksalat, senyawa rosmarinic acid (RA) (Anita et al., 2018).
II.1.5Manfaat Daun Miana
7
gigi tidak dapat kembali normal, dan proses karies akan berjalan terus. Hal itu
terjadi bila proses demineralisasi dan remineralisasi di dominasi oleh proses
demineralisasi. Bila proses demineralisasi tersebut tidak dapat diatasi, maka
kerusakan akan berlanjut lebih dalam lagi, bahkan dapat mempengaruhi
vitalitas gigi. (Sibarani, M. R., 2014)
II.2.4Klasifikasi Karies
a. Karies Berdasarkan Stadium (Kedalaman)
1. Karies Superfisialis (KME) Karies Superfisialis merupakan karies
yang baru mengenai atau mencapai bagian terluar gigi (Enamel) dan
belum mengenai dentin.
2. Karies Media (KMD) Karies media merupakan karies yang telah
mengenai atau mencapai dentin tetapi belum mengenai setengah
dentin.
3. Karies Profunda (KMP) Karies Profunda merupakan karies yang telah
mengenai atau mencapai setengah dentin bahkan hingga kepulpa
(Listrianah, L., 2017)
b. Karies Berdasarkan Lokalisasi
Menurut Parkin dalam G.V. Black bahwa klasifikasi karies gigi dapat
dibagi atas 5 kelas, yaitu :
1. Kelas I adalah karies yang mengenai permukaan oklusal gigi posterior.
2. Kelas II adalah karies gigi yang sudah mengenai permukaan oklusal
dan bagian aproksimal gigi posterior.
3. Kelas III adalah karies yang mengenai bagian aproksimal gigi anterior.
4. Kelas IV adalah karies yang sudah mengenai bagian aproksimal dan
meluas ke bagian incisal gigi anterior.
5. Kelas V adalah karies yang mengenai bagian servikal gigi (Listrianah,
L., 2017)
12
II.3 Periodontitis
II.3.1Definisi Periodontitis
Periodontitis adalah peradangan yang mengenai jaringan pendukung
gigi, disebabkan oleh mikroorganisme dan dapat menyebabkan kerusakan yang
progresif pada ligamen periodontal, tulang alveolar dan disertai dengan
pembentukan poket. Periodontitis menyebabkan destruksi jaringan yang
permanen yang dikarakteristikkan dengan inflamasi kronis, migrasi epitelium
penyatu ke apikal, kehilangan jaringan ikat dan kehilangan tulang alveolar.
Gambaran klinis dari periodontitis adalah terjadinya perubahan warna
menjadi menjadi merah terang, disertai dengan pembengkakan margin.
Perdarahan saat probing dan terjadi kedalaman probing ≥ 4 mm disebabkan
oleh migrasi epitel penyatu ke apikal. Terjadi kehilangan tulang alveolar dan
kegoyangan gigi. (Quamilla, N., 2016)
II.3.2Etiologi Periodontitis
Penyebab utama penyakit periodontal adalah adanya mikroorganisme
yang berkolonisasi di dalam plak gigi. Plak gigi adalah substansi yang
terstruktur, lunak, berwarna kuning, yang melekat pada permukaan gigi.
Kandungan dari plak gigi adalah berbagai jenis mikroorganisme, khususnya
bakteri sisanya adalah jamur, protozoa dan virus. Plak yang mengandung
mikroorganisme patogenik ini berperan penting dalam menyebabkan dan
memperparah infeksi periodontal. Peningkatan jumlah organisme Gram negatif
di dalam plak subgingiva seperti Porphiromonas gingivalis, Actinobacillus
actinomycetemcomitans, Tannerela forsythia dan Treponema denticola
menginisiasi infeksi periodontal. (Quamilla, N., 2016)
II.3.3Patogenesis Periodontitis
Periodontitis adalah gangguan multifaktorial yang disebabkan oleh
bakteri dan gangguan keseimbangan pejamu dan parasit sehingga menyebabkan
destruksi jaringan. Proses terjadinya periodontitis melibatkan mikroorganisme
dalam plak gigi dan faktor kerentanan pejamu. Faktor yang meregulasi
13
yang disebut hifa, yang saling berhubungan menjalin semacam jala yang disebut
miselium. Pada fungi ada dua istilah, yaitu mold (kapang) dan khamir (Kumala,
2014)
Fungi endofit merupakan fungi yang hidup secara internal dan berasosiasi
didalam jaringan tumbuhan dan mempunyai hubungan mutualistis dengan
tanaman inangnya sebagai proteksi terhadap herbivore, serangga dan pathogen.
Fungi endofit dapat menghasilkan berbagai senyawa seperti steroid, terpenoid,
fenolik, alkaloid yang berpotensi sebagai antioksidan, antikanker, antibakteri,
antivirus, antifungi. Keberadaan kapang endofit dalam jaringan karena
kemampuan penetrasi koloni kapang tanpa merusak sel inangnya dan senyawa
bioaktif yang paling sering ditemukan adalah alkaloid. Beberapa alkaloid
ternyata hanya dapat dihasilkan oleh tanaman yang terinfeksi jamur (Rolando,
2019).
Fungi endofit telah banyak berhasil diisolasi dari tanaman inangnya, dan
telah dibiakkan dalam media perbenihan yang sesuai. Demikian pula metabolit
sekunder yang diproduksi oleh mikroba endofit tersebut telah berhasil diisolasi
dan dimurnikan serta telah dielusidasi struktur molekulnya. Sebagai contoh
fonsecinone A dan (R)-3-hydroxybutanonitrile adalah antifungi dan antibakteri
yang diisolasi dari fungi endofit Aspergillus sp. pada tumbuhan Melia azedarach
yang efektif menghambat fungi fitopatogenik (Gibberella saubinetti,
Magnaporthe grisea, Botrytis cinerea, Colletotrichum gloeosporioides dan
Alternaria solani) dengan rentang MIC sebesar 6.25-50 μM dan bakteri patogenik
(Escherichia coli, Bacillus subtilis, Staphyloccocus aureus dan Bacillus cereus)
dengan rentang MIC sebesar 25-100 μM (Rolando, 2019).
16
II.5.2Porphyromonas gingivalis
a. Klasifikasi
tumbuh pada media agar darah, hal ini terjadi karena penyimpanan besi
pada permukaan bakteri dalam bentuk protoheme (Damayanti, 2019).
II.6 Uraian Antibakteri
Antibakteri adalah zat yang menekan pertumbuhan atau reproduksi
bahkan membunuh bakteri. Antibakteri terbagi atas dua berdasarkan mekanisme
kerjanya, yaitu bakteriostatika yang bersifat menghambat pertumbuhan bakteri
dan bakterisida yang bersifat membunuh bakteri. Antibakteri dapat memiliki
aktivitas bakteriosatika menjadi aktivitas bakterisida apabila kadarnya
ditingkatkan melebihi kadar hambar minimal (KHM) (Rolando, 2019). Target
mekanisme antibakteri adalah sebagai berikut:
a. Perusakan dinding sel Struktur sel dirusak dengan menghambat pada saat
pembentukan atau setelah proses pembentukan dinding sel. Seperti
antibiotika penisilin yang menghambat pembentukan dinding sel dengan
cara menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis
dinding sel mikroba.
b. Pengubahan permeabilitas sel Kerusakan pada membran sitoplasma akan
mengambat pertumbuhan sel, karena membran sitoplasma berfungsi
mempertahankan bagian-bagian tertentu dalam sel serta mengatur aktivitas
difusi bahan-bahan penting, dan membentuk integritas komponen seluler.
c. Penghambatan kerja enzim Penghambatan enzim akan menyebabkan
aktivitas selular tidak berjalan normal. Seperti sulfonamid yang bekerja
dengan bersaing dengan PABA, sehingga dapat menghalangi sintesis asam
folat yang merupakan asam amino essensial yang berfungsi dalam sintesis
purin dan pirimidin.
d. Penghambatan sintesis asam nukleat dan protein DNA dan RNA yang
mempunyai peran yang sangat penting sebagai bahan baku pembentukan sel
bakteri. Penghambatan DNA dan RNA akan mengakibatkan kerusakan pada
sel.
19
e. Pengubahan molekul protein dan asam nukleat Suatu sel hidup tergantung
pada terpeliharanya molekulmolekul protein dan asam nukleat daam keadaan
alamiahnya. Suatu antibakteri dapat mengubah keadaan ini dengan
mendenaturasi protein adan asam nuklet sehingga merusak sel secara
permanen.
II.7 Uji Aktivitas Antibakteri
II.7.1Metode Dilusi
Metode ini adalah metode untuk menguji daya antibakteri berdasarkan
penghambatan pertumbuhan mikroorganisme pada media cair setelah diberi zat
antimikroba atau pada media padat yang dicairkan setelah dicampur dengan zat
antimikroba dengan pengamatan pada dilusi cair dilihat kekeruhanya dan pada
dilusi padat dengan pengamatan pada konsentrasi terendah yang menghambat
pertumbuhan mikroorganisme. Biasanya metode ini digunakan untuk zat
antimikroba yang dapat larut sempurna (Rolando, 2019).
II.7.2Metode Difusi
Metode ini adalah suatu metode untuk menguji daya antibakteri
berdasarkan berdifusinya zat antimikroba dalam media padat dengan
pengamatan pada daerah pertumbuhan. Biasanya metode ini digunakan untuk
zat antimikroba yang larut dan tidak larut. Metode difusi berdasarkan
pencadangnya terdiri atas metode difusi dengan sumuran, metode difusi dengan
silinder/cakram dan metode dengan parit (Rolando, 2019).
Disk Diffusion (Kirby-Bauer test) dilakukan dengan cara meletakkan
piringan (disk) yang mengandung senyawa antimikroba pada permukaan media
terinokulasi mikroba uji. Selama inkubasi, senyawa antimikroba tersebut akan
berdifusi ke dalam media agar. Kecepatan difusi melewati media agar tidak
secepat kecepatan ekstraksi senyawa antimikroba dari disk. Oleh karena itu,
konsentrasi senyawa antimikroba terbesar adalah yang paling dekat dengan disk
dan berkurang secara logaritmik dengan bertambahnya jarak dari disk.
Efektifitas senyawa antimikroba ditandai dengan adanya zona hambat yang
20
14
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
IV.1.1 Isolasi Fungi Endofit dari Daun Miana (Coleus scutellarioides (L.) Benth)
Hasil isolasi fungi endofit yang berhasil ditumbuhkan dari Daun
Miana (Coleus scutellarioides (L.) Benth) pada media PDA (Potato Dextrose
Agar) diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.1 Karakteristik Isolasi Fungi Endofit Daun Miana (Coleus
scutellarioides (L.) Benth) secara makroskopik
Hari Makroskopik
Keterangan
ke (Dlm cawan)
iIsolat Putih
iIsolat Hijau
iIsolat Abu
iIsolat Hijau
3.
c
a
b
iIsolat Hijau
22
Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Zona Hambat Isolat Fungi Endofit Daun
Miana (Coleus scutellarioides (L.) Benth) Terhadap Pertumbuhan
Streptococcus mutans dan Porphyromonas gingivalis menggunakan
metode sumuran
Diameter Zona Hambat (mm)
Inkubasi 1 x 24 Jam Pada Setiap Rata-
Sampel Perlakuan Total
Replikasi rata
Cawan 1 Cawan 2 Cawan 3
Putih 10 11 11 32 10,6
Hitam 12 12 13 37 12,3
Streptococcus Hijau 13 14 14 41 13,3
mutans Abu-abu 12 13 14 39 13
Kontrol
8 8 8 24 8
Negatif
Putih 14,5 10 10 34,5 11,5
Hitam 12,5 12 11,5 36 12
Porphyromonas Hijau 12,5 14 12 38,5 12,8
gingivalis Abu-abu 13 11 11,5 35,5 11,8
Kontrol
8 8 8 24 8
Negatif
23
IV.2 Pembahasan
Fungi endofit merupakan fungi yang hidup didalam jaringan tumbuhan
tanpa memperlihatkan timbulnya penyakit pada tumbuhan tersebut. (Bara, dkk
2017)
Hasil penelitian menemukan empat isolat murni fungi endofit dari
daun miana (Coleus scutellarioides (L.) Benth). Berdasarkan pengamatan
makroskopik koloni isolat putih memiliki warna koloni putih, strukturnya
halus dengan tinggi beberapa cm menyerupai permen kapas. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Wangge et al. (2012) warna putih menjadi penanda adanya
Mucor sp. Adapun secara mikroskopis memiliki ciri-ciri konidia berbentuk
semibulat hingga bulat dengan warna merah kecoklatan hingga coklat cerah.
Hifa tidak berseptat kadang-kadang membentuk cabang, sporangiospora
tumbuh pada seluruh bagian miselium, kolumela berbentuk bulat,dan tidak
membentuk stolon, berdasarkan ciri tersebut diduga sama seperti fungi Mucor
sp. Hal ini berdasarkan pernyataan Wangge et al. (2012)
Pada isolate hitam memiliki makroskopik terlihat koloni jamur
berbentuk bulat, berwarna coklat kehitaman dengan tepi merata dan agak
kasar. Secara mikroskopis hifanya tak bersepta, setiap konidiofora
menyongkong satu konidia. Konidia memiliki ciri yaitu berbentuk bulat
dengan konidiofora panjang berbentuk silinder, serta tidak berwarna (hialin)
Berdasarkan makroskopiknya, Isolat hitam memiliki Warna koloni
hitam dengan putih sekeliling, bentuk koloni bulat, sebaran memusat,
permukaan koloni kasar, Hal ini sesuai dengan pernyataan Nurhidayat (2018)
Warna hitam menjadi penanda adanya Aspergillus niger. Pada pengamatan
mikroskopiknya Konidia berukuran besar, berbentuk bulat sampai lonjong
berwarna hitam, konidia berangkai-rangkai menjadi banyak. Fungi ini
mempunyai konidiofor panjang, berdinding tipis. Pada ujungnya membesar
membentuk bulatan. Berdasarkan ciri tersebut diduga sama seperti fungi
24
halus, kolumela berbentuk globose, bentuk hifa tidak bersekat dan bentuk
kepala spora bulat.
Hasil isolat fungi endofit daun miana yang diperoleh setelah dilakukan
pengujian antibakteri terhadap Streptococcus mutans dan Porphyromonas
gingivalis. Hasil penelitian memperlihatkan adanya zona hambat isolat putih,
hitam, hijau dan abu-abu fungi endofit daun miana terhadap pertumbuhan
Streptococcus mutans dan Porphyromonas gingivalis. Pada isolat putih fungi
endofit daun miana yang diujikan pada bakteri uji Streptococcus mutans
memiliki diameter zona hambat rata-rata 10,6 mm dan untuk Porphyromonas
gingivalis memiliki diameter zona hambat rata-rata 11,5 mm. Untuk isolat
hitam fungi endofit daun miana yang diujikan pada Streptococcus mutans
memiliki zona hambat rata-rata 12,3 mm dan untuk Porphyromonas gingivalis
memiliki zona hambat rata-rata 12 mm. untuk isolate hijau fungi endofit daun
miana yang diujikan pada Streptococcus mutans memiliki zona hambat rata-
rata 13,3 mm dan untuk Porphyromonas gingivalis memiliki zona hambat
rata-rata 12,8 mm. Untuk isolat abu-abu fungi endofit daun miana yang
diujikan pada Streptococcus mutans memiliki zona hambat rata-rata 13 mm
dan untuk Porphyromonas gingivalis memiliki zona hambat rata-rata 11,8
mm. Data tersebut menunjukkan bahwa fungi endofit yang tumbuh pada daun
miana (Coleus scutellarioides (L.) Benth) dapat menghambat pertumbuhan
Streptococcus mutans dan Porphyromonas gingivalis. Terbentuknya zona
bening menandakan bahwa fungi endofit tersebut memiliki kemampuan untuk
memproduksi senyawa ekstraseluler yang bersifat antibakteri. Potensi
antibakteri ini disebabkan oleh kandungan metabolit sekunder yang ada dalam
tanaman seperti steroid, terpenoid, fenolik, alkaloid (Rollando, 2019;
Kumala, 2014; Wignyanto, 2016 ).
Isolat putih diidentifikasi sebagai Mucor sp. (berwarna putih), isolat
hitam diidentifikasi sebagai Aspergillus niger (berwarna hitam), isolat hijau
diidentifikasi sebagai Aspergillus fumigatus (berwarna hijau) dan isolat abu-
26
BAB V
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang dilakukan, maka
dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada Daun Miana (Coleus scutellarioides (L.) Benth) didapatkan empat
isolat fungi endofit yaitu Isolat Putih diduga Mukor sp, Isolat Hitam
diduga Aspergillus niger, Isolat Hijau diduga Aspergillus fumigatus, dan
Isolat Abu-abu diduga Rhizopus sp.
2. Isolat fungi endofit dari Daun Miana (Coleus scutellarioides (L.) Benth)
memiliki aktvitas antibakteri terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans
dan Porphyromonas gingivalis
IV.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai uji efek antibakteri
isolate fungi endofit Daun Miana (Coleus scutellarioides (L.) Benth) dengan
pengujian yang berbeda untuk mengetahui lebih lanjut senyawa biokimia yang
28
Anita, Arisanti, D., & Fatmawati, A. (2018). Isolasi Dan Identifikasi Senyawa
Flavonoid Estrak Etanol Daun. Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M),
2018, 199–203.
Anita, A., Basarang, M., & Rahmawati, R. (2019). Uji Daya Hambat Ekstrak Daun
Miana (Coleus atropurpureus) Terhadap Escherichia coli. Jurna Media Analis
Kesehatan, 10(1), 72-78
Fitriyana, N., Arina, Y. M., Harmono, H., & Susilawati, I. (2013). Pemaparan bakteri
Porphyromonas gingivalis mempengaruhi produksi superoksid netrofil The
effect of Porphyromonas gingivalis induction on neutrophil’s superoxide
production. Journal of Dentomaxillofacial Science, 12(3), 152.
https://doi.org/10.15562/jdmfs.v12i3.370
Listrianah, L. (2017). Indeks Karies Gigi Ditinjau Dari Penyakit Umum dan Sekresi
Saliva Pada Anak di Sekolah Dasar Negeri 30 Palembang 2017. JJP (Jurnal
Kesehatan Poltekkes Palembang), 12(2), 136-148
20
21
Qalbi BM, A. N., Djangi, J. &, & Muhaedah. (2017). Isolasi dan Identifikasi
Senyawa Metabolit Sekunder Ekstrak Kloroform Daun Tumbuhan Iller (Coleus
scutellarioides, Linn, Benth). Jurnal Chemica, 18(1), 48–55.
Rianto, A., Isrul, M., Anggarini, S., & Saleh, A. (2018). Isolasi Dan Identifikasi
Fungi Endofit Daun Jambu Mete (Anacardium occidentale L.) Sebagai
Antibakteri Terhadap Salmonella typhimurium. Jurnal Mandala Pharmacon
Indonesia, 4(02), 109–121. https://doi.org/10.35311/jmpi.v4i02.34
Sakinah, Nur, et al. Uji Aktivitas Sediaan Obat Kumur Ekstrak Daun Miana (Coleus
scutellarioides (L.) Benth) Terhadap Streotococcus mutans. (2018)
Susanti, L., Simanjuntak, S., Harriman, N. A., Lage, M. D., Ningsih, P., Sakung, J.,
Zuhrawati, Z., Asmilia, N., Rizky, A., Zuraidawati, Z., Nazaruddin, N., Adam,
M., Muttaqien, M., Rosidah, I., Zainuddin, Z., Agustini, K., Bunga, O.,
Pudjiastuti, L., Fadliya, F., Lumb, A. B. (2019). ANALISIS BIOAUTOGRAFI
DAN KARAKTERISASI DENGAN FTIR PADA FRAKSI DAUN LABU
SIAM (Sechium edule (jacq).SW) TERHADAP Porphyromonas gingivalis DAN
Streptococcus mutans Analysis Of Bioautography And Characterization With
Ftir In Siam (Sechium edule(jacq) .SW). Continuing Education in Anaesthesia,
Critical Care and Pain, 9(1), 13–20.
22
Walpajri, F., Rohyani, & Umayah, S. (2014). Mikroba Endofit “Si Pembunuh”
Escherichia coliWalpajri, F., Rohyani, & Umayah, S. (2014). Mikroba Endofit
“Si Pembunuh” Escherichia coli. Prosiding Elektronik (e-Proceeding) PIMNAS
PKM-P 2014, 1–7. Prosiding Elektronik (e-Proceeding) PIMNAS PKM-P 2014,
1–7.
LAMPIRAN
Isolat Murni
Gambar 1. Skema Kerja Isolasi Fungi Endofit Daun Miana (Coleus scutellarioides
(L.) Benth)
22
23
2. Uji Antagonis
Analisis Data
Pembahasan
Kesimpulan
Gambar 2. Skema Kerja Aktivitas Isolat Fungi Endofit Daun Miana (Coleus
scutellarioides (L.) Benth) Terhadap Streptococcus mutans dan
Porphyromonas gingivalis.
24
Analisis efektivitas isolat putih, hitam, hijau dan abu-abu terhadap Streptococcus
mutans dan Porphyromonas gingivalis
b ,c , d , e, f , g
Tests of Normality
a
Kolmogorov−Smirnov Shapiro-Wilk
Bahan uji
statistic df Sig. statistic Df Sig.
Jamur putih ,385 3 . ,750 3 ,000
Porphyromonas Jamur hitam ,175 3 . 1,000 3 1,000
gingivalis Jamur hijau ,292 3 . ,923 3 ,463
Jamur abu-abu ,292 3 . ,923 3 ,463
Streptococcus Jamur putih ,385 3 . ,750 3 ,000
25
Data jamur putih terhadap Porphyromonas gingivalis dan data jamur putih, jamur
hitam dan jamur hijau terhadap Streptococcus mutans berkontribusi tidak sempurna
Kruskal-Wallis Test
Ranks
bahan uji N Mean Rank
jamur putih 3 8,00
jamur hitam 3 9,50
Porphyromonas jamur hijau 3 11,67
gingivalis jamur abu-abu 3 8,83
kontrol negatif 3 2,00
Total 15
Streptococcus mutans jamur putih 3 5,00
jamur hitam 3 9,00
jamur hijau 3 13,00
jamur abu-abu 3 11,00
kontrol negatif 3 2,00
26
Total 15
Test Statisticsa,b
Porphyromonas Streptococcus
gingivalis mutans
Chi-Square 7,972 12,376
Df 4 4
Asymp. Sig. ,093 ,015
Mann-Whitney Test
Ranks
Sum of
bahan uji N Mean Rank
Ranks
jamur putih 3 3,00 9,00
Porphyromonas
jamur hitam 3 4,00 12,00
gingivalis
Total 6
jamur putih 3 2,00 6,00
Streptococcus
jamur hitam 3 5,00 15,00
mutans
Total 6
Test Statisticsa
Porphyromonas
Streptococcus mutans
gingivalis
Mann-Whitney U 3,000 ,000
Wilcoxon W 9,000 6,000
Z -,664 -2,023
Asymp. Sig. (2-tailed) ,507 ,043
27
Mann-Whitney Test
Ranks
bahan uji N Mean Rank Sum of Ranks
jamur putih 3 3,00 9,00
Porphyromonas
jamur hijau 3 4,00 12,00
gingivalis
Total 6
jamur putih 3 2,00 6,00
Streptococcus
jamur hijau 3 5,00 15,00
mutans
Total 6
Test Statisticsa
Porphyromonas
Streptococcus mutans
gingivalis
Mann-Whitney U 3,000 ,000
Wilcoxon W 9,000 6,000
Z -,664 -2,023
Asymp. Sig. (2-tailed) ,507 ,043
Exact Sig. [2*(1-tailed
,700b ,100b
Sig.)]
Mann-Whitney Test
28
Ranks
Mean Sum of
bahan uji N
Rank Ranks
jamur putih 3 3,00 9,00
Porphyromonas
jamur abu-abu 3 4,00 12,00
gingivalis
Total 6
jamur putih 3 2,00 6,00
Streptococcus
jamur abu-abu 3 5,00 15,00
mutans
Total 6
Test Statisticsa
Porphyromonas
Streptococcus mutans
gingivalis
Mann-Whitney U 3,000 ,000
Wilcoxon W 9,000 6,000
Z -,664 -1,993
Asymp. Sig. (2-tailed) ,507 ,046
Exact Sig. [2*(1-tailed
,700b ,100b
Sig.)]
Mann-Whitney Test
Ranks
Mean Sum of
bahan uji N
Rank Ranks
Porphyromonas jamur putih 3 5,00 15,00
gingivalis kontrol 3 2,00 6,00
29
negatif
Total 6
jamur putih 3 5,00 15,00
Streptococcus kontrol
3 2,00 6,00
mutans negatif
Total 6
Test Statisticsa
Porphyromonas
Streptococcus mutans
gingivalis
Mann-Whitney U ,000 ,000
Wilcoxon W 6,000 6,000
Z -2,121 -2,121
Asymp. Sig. (2-tailed) ,034 ,034
Exact Sig. [2*(1-tailed
,100b ,100b
Sig.)]
Mann-Whitney Test
Ranks
Mean
bahan uji N Sum of Ranks
Rank
jamur hitam 3 2,67 8,00
Porphyromonas
jamur hijau 3 4,33 13,00
gingivalis
Total 6
Streptococcus jamur hitam 3 2,17 6,50
mutans jamur hijau 3 4,83 14,50
30
Total 6
Test Statisticsa
Porphyromonas Streptococcus
gingivalis mutans
Mann-Whitney U 2,000 ,500
Wilcoxon W 8,000 6,500
Z -1,124 -1,826
Asymp. Sig. (2-tailed) ,261 ,068
Exact Sig. [2*(1-tailed
,400b ,100b
Sig.)]
Mann-Whitney Test
Ranks
Sum of
bahan uji N Mean Rank
Ranks
jamur hitam 3 3,83 11,50
Porphyromonas
jamur abu-abu 3 3,17 9,50
gingivalis
Total 6
jamur hitam 3 2,83 8,50
Streptococcus
jamur abu-abu 3 4,17 12,50
mutans
Total 6
Test Statisticsa
Porphyromonas Streptococcus mutans
31
gingivalis
Mann-Whitney U 3,500 2,500
Wilcoxon W 9,500 8,500
Z -,443 -,943
Asymp. Sig. (2-tailed) ,658 ,346
Exact Sig. [2*(1-tailed
,700b ,400b
Sig.)]
a. Grouping Variable: bahan uji
b. Not corrected for ties.
Mann-Whitney Test
Ranks
Sum of
bahan uji N Mean Rank
Ranks
jamur hitam 3 5,00 15,00
Porphyromonas kontrol
3 2,00 6,00
gingivalis negatif
Total 6
jamur hitam 3 5,00 15,00
Streptococcus kontrol
3 2,00 6,00
mutans negatif
Total 6
Test Statisticsa
Porphyromonas Streptococcus
gingivalis mutans
Mann-Whitney U ,000 ,000
Wilcoxon W 6,000 6,000
Z -2,087 -2,121
32
Mann-Whitney Test
Ranks
Mean Sum of
bahan uji N
Rank Ranks
jamur hijau 3 4,33 13,00
Porphyromonas
jamur abu-abu 3 2,67 8,00
gingivalis
Total 6
jamur hijau 3 4,17 12,50
Streptococcus
jamur abu-abu 3 2,83 8,50
mutans
Total 6
Test Statisticsa
Porphyromonas Streptococcus
gingivalis mutans
Mann-Whitney U 2,000 2,500
Wilcoxon W 8,000 8,500
Z -1,091 -,943
Asymp. Sig. (2-tailed) ,275 ,346
Exact Sig. [2*(1-tailed ,400b
,400b
Sig.)]
33
Mann-Whitney Test
Ranks
Mean
bahan uji N Sum of Ranks
Rank
jamur hijau 3 5,00 15,00
Porphyromonas kontrol
3 2,00 6,00
gingivalis negatif
Total 6
jamur hijau 3 5,00 15,00
Streptococcus kontrol
3 2,00 6,00
mutans negatif
Total 6
Test Statisticsa
Porphyromonas Streptococcus
gingivalis mutans
Mann-Whitney U ,000 ,000
Wilcoxon W 6,000 6,000
Z -2,087 -2,121
Asymp. Sig. (2-tailed) ,037 ,034
Exact Sig. [2*(1-tailed ,100b ,100b
Sig.)]
Ranks
Mean Sum of
bahan uji N
Rank Ranks
jamur abu-abu 3 5,00 15,00
Porphyromonas kontrol
3 2,00 6,00
gingivalis negatif
Total 6
jamur abu-abu 3 5,00 15,00
Streptococcus kontrol
3 2,00 6,00
mutans negatif
Total 6
Test Statisticsa
Porphyromonas Streptococcus
gingivalis mutans
Mann-Whitney U ,000 ,000
Wilcoxon W 6,000 6,000
Z -2,087 -2,087
Asymp. Sig. (2-tailed) ,037 ,037
Exact Sig. [2*(1-tailed
,100b ,100b
Sig.)]
Porphyromonas gingivalis
1. 2. 3. 4. N
1. -
2. 0,507 -
3. 0,507 0,261 -
4. 0,507 0,658 0,75 -
N 0,034 0,037 0,037 0,037 -
Streptococcus mutans
1. 2. 3. 4. N
1. -
2. 0,043 -
3. 0,043 0,068 -
4. 0,046 0,346 0,346 -
N 0,034 0,034 0,034 0,037 -
Lampiran 3. Dokumentasi
36
Hasil pemurnian isolate putih hari ke-3 Hasil pemurnian isolate hijau hari ke-3
40
Hasil pemurnian isolate hitam hari Hasil pemurnian isolate abu-abu hari
ke-3 ke-3
Diameter Zona Hambat Dari Cawan 2 Diameter Zona Hambat Dari Cawan 3
Fungi Endofit Daun Miana Terhadap Fungi Endofit Daun Miana Terhadap
Porphyromonas gingivalis Porphyromonas gingivalis