Disusun Oleh
GHIFARI SYA’BANI
20184010007
2019
1
HALAMAN PENGESAHAN
Diabetes Melitus Tipe II Obese Terkontrol oleh Obat pada Laki-Laki Lanjut Usia
dengan Permasalahan Keluarga dengan Istri dan Anak dalam Keluarga
Disfungsional Sedang Tidak Ber-PHBS
Ghifari Sya’bani
20184010007
2
KATA PENGANTAR
SWT atas berkat, kasih, karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan presentasi kasus
ini sebagai persyaratan untuk memenuhi tugas stase Ilmu Kedokteran Keluarga pada
Muhammadiyah Yogyakarta.
Penulisan presentasi kasus ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan berbagai
pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan banyak ucapan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga pada
yang sangat berguna dalam proses penyelesaian presentasi kasus ini sampai
selesai.
4. dr. Sita Andiastuti selaku dokter preseptor Puskesmas Kotagede II yang telah
5. Pasien Tn. M yang telah bersedia menjadi pasien dan meluangkan waktunya
6. Kedua orang tua saya yang senantiasa memberikan dorongan semangat dan
doa.
3
7. Segenap staff dan karyawan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
presentasi kasus ini, sehingga penulis sangat mengharapkan masukan dari berbagai pihak.
Semoga presentasi kasus ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Semoga Allah SWT
membalas semua kebaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Akhir kata,
semoga tugas ini dapat memberikan manfaat bagi penulis, pembaca dan menjadi sumbangan
yang berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu kedokteran. Aamiin.
Penulis
4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................... 3
6
BAB I
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. M
Usia : 64 th
Alamat : Rejowinangun
Agama : Islam
Nomor RM :-
1. Keluhan Utama
Rutin kontrol diabetes melitus
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Sekitar tahun 2014, pasien sering mengeluh sering buang air kecil pada malam hari,
dengan frekuensi lebih dari 7 kali, dan warna kencing seperti teh. Selain itu, pasien merasa
lebih cepat lelah, mudah merasakan haus, dan nyeri di bagian sendi-sendi. Kemudian
pasien memeriksakan dirinya ke Puskesmas Kotagede II dan dilakukan pemeriksaan gula
darah puasa dan gula darah 2 jam post prandial, dengan hasil gula yang lebih dari normal.
Sejak saat itu pasien di diagnosis penyakit diabetes melitus. Pasien mengatakan diberi
gambaran singkat oleh dokter mengenai penyakitnya. Pasien mulai rutin memakan obat
metformin 2 x 500 mg per hari dan glimepirid 1 x 2 mg per hari.
Pasien menerima dengan penyakit yang di deritanya mulai saat itu dan rutin berobat
7
mengikuti anjuran dokter dari puskesmas. Pasien mengikuti saran dokter untuk mulai
berolahraga dan mengatur porsi makanan yang mengandung gula. Pasien merasa sedih
karena dukungan keluarga terhadap dirinya sangat kurang dalam menghadapi
penyakitnya. Salah satunya saat 2015, pasien mengalami hal yang membuat dirinya sangat
merasa tertekan setelah mengetahui bahwa istrinya selingkuh dengan kakak iparnya
sendiri. Semenjak saat itu istri pasien memilih untuk berpisah rumah dengan pasien
walaupun jarak rumah yang ditinggali istri pasien hanya di sebelah rumah pasien saat ini.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
DM tipe II sejak 2014 yang rutin kontrol hingga saat ini. Pasien tidak memiliki riwayat sakit
lainnya, alergi, maupun operasi/pembedahan.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Iibu pasien menderita diabetes mellitus tipe II. Untuk penyakit lainnya dari keluarga pasien
tidak mengetahuinya secara pasti.
5. Riwayat Personal Sosial dan Gaya Hidup
Pasien pernah tinggal kelas saat SD kelas 3 dan memutuskan untuk langsung
bekerja setelah lulus SMK.
Pasien menikah pada 1980, dan 2,5 tahun setelah melahirkan anak pertama pasien
memergoki istrinya selingkuh dan sejak saat itu hubungan dengan istrinya
renggang dan lebih memilih mengalah. Pasien juga memiliki masalah dengan anak
kelimanya karena meminta segala hal pasca cerai dengan istrinya.
Pasien mendapatkan uang untuk kehidupan sehari-harinya dari bantuan tetangga
dan terkadang anaknya, pasien juga mendapat uang dari orang-orang yang datang
ke rumahnya untuk meminta “nasihat”.
Pasien mengaku dapat berkomunikasi dengan makhluk selain manusia, yang
terkadang mengganggu kehidupan namun tidak sampai hubungannya dengan
manusia terganggu.
Sebelum terdiagnosis diabetes, porsi makan pasien termasuk sedikit, pasien
menyukai jajanan gorengan, sayur dimakan hamper tiap hari, sedangkan buah
dimakan hamper tidak tentu.
Sebelum terdiagnosis diabetes, pasien sering badminton namun waktunya tidak
tentu dan tidak terjadwal.
Pasien istirahat rata-rata 4 jam dalam satu hari.
Cara pasien menghadapi stress adalah dengan cara sholat dan beribadah kepada
Allah SWT. Pasien merasa cukup dengan cara ini dalam mengatasi stress-nya.
8
Pasien tidak merokok; tidak pernah konsumsi alkohol.
6. Review Sistem
Kepala: disangkal
Leher: tidak ada keluhan
THT: telinga kiri terkadang nyeri
Respirasi: tidak ada keluhan
Gastrointestinal: tidak ada keluhan
Kardiovaskuler: tidak ada keluhan
Perkemihan: tidak ada keluhan
Sistem reproduksi: tidak ada keluhan
Kulit dan ekstremitas: Lutut terkadang nyeri
C. Anamnesis Pengalaman Sakit (Illness)
1. Pikiran
Pengetahuan pasien tentang DM, sudah baik dibuktikan dengan pasien dapat menjelaskan
tentang apa itu DM, bagaimana perjalanan penyakit, target pengobatannya, dan komponen
edukasi DM lainnya.
2. Perasaan
Pasien menerima akan penyakitnya dan tidak berpikiran bahwa penyakitnya adalah suatu
hambatan. Pasien hanya merasa sendiri kepada respon dari keluarganya yang tidak
memikirkan keadaan dari penyakit yang di derita pasien. Pasien merasa diacuhkan meskipun
sudah memberi tahu bahwa penyakitnya ini perlu dukungan dari keluarga agar bisa terus
terkontrol.
3. Efek pada Fungsi
Pasien sudah tidak bekerja lagi. Saat ini aktivitas pasien hanya berobat, beribadah,
melakukan kegiatan di rumah, dan menjaga cucu-cucunya. Pasien merasa sakitnya tidak
menghalangi aktivitasnya sehari-hari.
4. Harapan
Pasien berharap penyakitnya tidak bertambah parah dan kadar gula darahnya bisa dalam
batas normal. Pasien juga berharap keluarga bisa lebih peduli terhadap penyakitnya tersebut.
D. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak baik
Tanda vital :
9
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 83 x/menit
Respirasi : 19 x/menit
Suhu : 36,7 oC
Antropometri :
Leher : limfedenopati servikal (-); nodul tiroid tidak teraba; massa tiroid
tidak teraba
10
Juni 2019 199 -
2. Radiologi
Tidak ada data
F. Diagnosis Klinis
Diabetes melitus tipe II terkontrol oleh obat; diagnosis banding: diabetes mellitus
tipe I, pankreatitis, hipertiroid
Obesitas derajat I
G. Data Anggota Keluarga Inti
No Tgl
Nama Jenis Pekerjaan No.HP Status
. Kelamin Lahir/ Kesehatan
Umur
1. -
11
I. Instrumen Penilaian Keluarga
1. Genogram
DM PJ
OB OB
B, C D
Keterangan:
B = Breadwinner = Laki-laki
C = Curegiver = Perempuan
D = Decision Maker = = Meninggal
DM = Diabetes Melitus = Serumah
OB = Obesitas = Cerai
PJ = Penyakit Jantung = Pasien
2. Bentuk Keluarga
Keluarga Inti (Nuclear Family)
3. Family Life Cycle
Keluarga dengan anak-anak yang meninggalkan keluarga (Launching children and
moving on)
12
4. Family Map
Istri
Keterangan:
= Fungsional
= Disfungsional
5. Family APGAR
Hampir
Hampir Kadang-
tidak
APGAR Keluarga selalu kadang
pernah
(2) (1)
(0)
13
Saya merasa puas dengan cara keluarga saya V
membahas berbagai hal dengan saya dan berbagi
masalah dengan saya.
6. Family SCREEM
Aspek Sumber Daya Patologis
Social Pasien suka bersosialisasi baik Pasien sangat terbatas
dengan tetangga atau tokoh komunikasinya dengan keluarga
masyarakat. Tidak ada masyarakat sendiri akibat kejadian di masa
yang mengucilkan pasien. lalu.
Cultural Pasien sama sekali tidak
mempercayai pengobatan
alternatif, walaupun banyak
orang-orang di sekitar pasien yang
menyarankan untuk beralih ke
pengobatan herbal.
Religious Pasien termasuk orang yang Pasien mengaku bisa
religious dibuktikan dengan rajin berkomunikasi dengan jin atau
dan taat beribadah sesuai syariat. setan.
Educational Pasien merupakan lulusan SMK. Pasien kurang mengetahui
Pasien memahami penyakit diabetes komplikasi dari diabetes
melitus secara hampir menyeluruh. melitus.
14
Economic Pendapatan tidak tentu datang dari Pendapatan pasien berasal dari
orang-orang yang berkunjung ke bantuan tetangga dan atau
rumah pasien untuk berkonsultasi anaknya.
tentang suatu hal.
Medical Pasien memiliki jaminan
kesehatan BPJS. Pasien tinggal
sekitar 800 m dari puskesmas.
Pasien memiliki motor sendiri.
Karena semua kondisi tersebut,
pasien rutin kontrol ke puskesmas
sesuai jadwal.
15
dan 1 dapur.
Sanitasi dasar: menggunakan air sumur; air limbah mengalir ke saluran
pembuangan akhir; jarak septic tank 6 meter dari air sumur; selokan sekitar rumah
tidak ada.
Kebersihan, pencahayaan, dan ventilasi; Kebersihan rumah kurang baik;
pencayaan dan ventilasi kurang lebar dan banyak; sirkulasi udara kurang baik.
2. Denah Rumah
Teras Dapur
Kamar Ruang Keluarga dan
Tidur Ruang Makan
Ruang
Kamar Tidur Kamar Tidur Kamar Tidur
Tamu
Keterangan:
= Ventilasi udara
= Pintu
16
K. Indikator PHBS
No. Indikator PHBS Jawaban
Ya Tidak
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2. Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0 - 6 bulan
3. Menimbang berat badan balita setiap bulan
4. Menggunakan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan V
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun V
6. Menggunakan jamban sehat V
7. Melakukan pemberantasan sarang nyamuk di rumah dan V
lingkungannya sekali seminggu
8. Mengkonsumsi sayuran dan atau buah setiap hari V
9. Melakukan aktivitas fisik atau olahraga V
10 Tidak merokok di dalam rumah V
Kesimpulan:
Tidak Berperilaku PHBS
L. Diagnostik Holistik
Diabetes melitus tipe II obese terkontrol oleh obat pada laki-laki lanjut usia dengan
permasalahan keluarga dengan istri dan anak dalam keluarga disfungsional sedang tidak
ber-PHBS.
M. Pengelolaan Komprehensif
1. Promotif
Edukasi kepada pasien tentang:
1. Gambaran bahwa diabetes mellitus merupakan penyakit kronik yang tidak dapat
disembuhkan, tetapi dapat dikendalikan, dan sangat bergantung pada perilaku
kesehatan pasien sendiri.
2. Definisi, faktor risiko, penyebab, proses terjadinya penyakit, komplikasi yang dapat
terjadi, dan pengelolaan DM.
3. Pentingnya modifikasi gaya hidup.
4. Menjelaskan dan menekankan peran serta dukungan keluarga atau orang-orang
terdekat pasien dalam pengelolaan penyakit pasien.
5. Pentingnya minum obat sesuai anjuran dokter.
6. Pentingnya datang periksa untuk monitor penyakit tiap 2 minggu.
7. Pentingnya monitor kadar gula darah minimal 1 bulan sekali, serta profil lemak dan
17
HbA1c tiap 3 bulan sekali.
8. Pentingnya menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-
hari.
9. Meditasi dan relaksasi untuk manajemen stres.
2. Preventif
1. Menerapkan pola makan prinsip 3J untuk DM.
2. Melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit dan 5 kali per minggu.
3. Istirahat cukup minimal 6 jam per hari.
4. Melakukan manajemen stress dengan baik.
5. Minum obat sesuai anjuran dokter.
6. Melakukan kontrol rutin ke dokter minimal 2 minggu sekali.
7. Melakukan perawatan kaki, senam kaki diabetes dan senam diabetes setiap hari.
8. Edukasi tentang ketidaktahuan pasien dan mispersepsi dengan metode CEA.
9. Menerapkan PHBS.
10.Penggunaan masker setiap waktu untuk mencegah penularan.
3. Kuratif
R/ Metformin tab mg 500 No. LX
S 2 dd 1 p.c
R/ Glimepirid tab mg 2 No. XXX
S 1 dd 1 a.c
R/ Vitamin B kompleks No. X
S 1 dd 1
4. Rehabilitatif
Rehabilitasi dengan senam kaki diabetes dan senam diabetes.
5. Paliatif
1. Memperbanyak jenis dan durasi ibadah.
2. Meningkatkan komunikasi dengan keluarga dan orang-orang terdekat dengan
baik.
3. Mengajak keluarga untuk menjadi pendukung yang proaktif untuk pasien.
4. Menyerahkan hasil pada Tuhan yang menyembuhkan, memperkuat usaha, dan tekad
mengendalikan pernyakitnya.
18
BAB II
PEMBAHASAN
A. Analisis Kasus
Diagnosis klinis pada pasien ini adalah diabetes melitus tipe II obese terkontrol
oleh obat. Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang. Pasien didiagnosis awal mengalami DM tahun 2014, pasien kontrol ke tempat
pelayaan kesehatan dan rutin rutin mengkonsumsi obat.
Diagnosis diabetes melitus tipe 2 dapat ditegakkan berdasarkan klasifikasi ADA
2017. Semenjak terdiagnosis DM selama kurang lebih 5 tahun, pasien rutin kontrol ke
dokter dengan merubah gaya hidup secara perlahan dan mencari tahu tentang
penyakitnya. Namun masih ada beberapa mispersepsi yang disampaikan oleh pasien
terkait dengan penyakit diabetes melitus. Oleh karena itu rencana managemen
komprehensif yang diberikan kepada pasien dimulai dari memberikan edukasi tentang
penyakit diabetes mellitus, menekankan pentingnya diet 3J (Jenis, Jumlah, Jadwal), terapi
yang tepat, perilaku gaya hidup yang sesuai dengan kondisi pasien, dan juga komplikasi
dari penyakit diabetes melitus.
Dari perangkat penilaian keluarga family APGAR, pasien merasa kurang puas
terhadap keluarganya karena pasien saat meminta pertolongan kepada keluarganya
kadang kala diabaikan. Pasien juga merasa kurang puas ketika pasien menginginkan
sesuatu yang membuatnya bahagia dari keluargannya dan ketika pasien menginginkan
waktu bersama yang lebih lama saat bersama dengan keluarga.
Dari perangkat penilaian keluarga family SCREEM, pasien memiliki kondisi
patologis social, religious, educational, dan economic yaitu masalah dengan istri dan
anak ke-5 yang menyebabkan keluarga menjadi tidak harmonis, pasien dapat
berkomunikasi dengan jin atau setan yang menyebabkan keluarganya men-cap pasien
sebagai orang aneh, pasien juga kurang pengetahuannya mengenai komplikasi dari
penyakit diabetes melitus, dan penghasilan pasien yang tidak menentu di hari tuanya.
Untuk menghindari kesalahan persepsi yang mungkin belum disebutkan oleh
pasien, maka tenaga kesehatan dapat menyediakan pelayanan konseling CEA kepada
pasien untuk menjelaskan lebih rinci yang juga memerhatikan bagaimana sikap pasien
dan keluarga terhadap penyakitnya itu sendiri.
Pada pasien ini dilakukan manajemen komprehensif mulai dari promotif, preventif,
kuratif, dan palitatif. Manajemen promotif dan preventif ini bertujuan agar pasien yang
19
sudah menderita diabetes melitus tidak mengalami komplikasi dari penyakitnya. Selain
itu pasien ini membutuhkan saran untuk melakukan screening komplikasi diabetes
mellitus, seperti pemeriksaan fungsi ginjal atau CT-scan kepala. Untuk manajemen
kuratif pada pasien ini diberikan pengobatan farmakologi yang diminum oleh pasien
secara rutin setiap harinya yaitu pengobatan diabetes metformin 500 mg 2 kali sehari dan
glimepirid 2 mg sekali per hari.. Untuk manajemen rehabilitatif dianjurkan untuk
melakukan senam kaki diabetes untuk memperlancar perederan darah di kaki. Dalam
upaya paliatif diperlukan oleh pasien dikarenakan diabetes melitus merupakan penyakit
kronis yang perkembangannya progresif sehingga tenaga kesehatan perlu memberikan
upaya paliatif ini agar pasien dapat memperoleh kualitas hidup yang lebih baik.
B. Identifikasi Masalah dan Penyelesaian
20
dan orang di sekitarnya
komplikasi
4. Keluarga Menjadi Keluarg Mengadakan konseling Dokter
keluarga yang a pasien CEA dan terapi keluarga dan
disfungsional
disfungsional keluarga. psikolog
5. Tidak ber- Ber-PHBS Pasien Edukasi tentang Dokter
PHBS dan keluarga
pentingnya berperilaku
orang-
PHBS
orang di
sekitar
pasien
22
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Diabetes Mellitus
1. Definisi
Diabetes melitus adalah suatu keadaan didapatkan peningkatan kadar gula darah yang
kronik sebagai akibat dari gangguan pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein
karena kekurangan hormone insulin. Masalah utama pada penderita DM ialah terjadinya
komplikasi, khususnya komplikasi DM kronik yang merupakan penyebab utama
kesakitan dan kematian penderita DM (Soegondo, 1995). DM adalah penyakit metabolik
(kebanyakan herediter) sebagai akibat dari kurangnya insulin efektif (DM Tipe 2) atau
insulin absolut (DM Tipe 1) di dalam tubuh. (Suyono, 2005).
2. Faktor Penyebab
Menurut Silabernagi (2002), penyakit DM dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
a. Pola Makan
Pola makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh
tubuh dapat memacu timbulnya DM. Hal ini disebabkan jumlah atau kadar insulin
oleh sel β pankreas mempunyai kapasitas maksimum untuk disekresikan.
b. Obesitas
Orang yang gemuk dengan berat badan melebihi 90 kg mempunyai kecenderungan
lebih besar untuk terserang DM dibandingkan dengan orang yang tidak gemuk.
c. Faktor genetik
Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab DM dari orang tua. Biasanya, seseorang
yang menderita DM mempunyai anggota keluarga yang terkena juga.
d. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan Bahan kimiawi tertentu dapat mengiritasi
pankreas yang menyebabkan radang pankreas. Peradangan pada pankreas dapat
menyebabkan pankreas tidak berfungsi secara optimal dalam mensekresikan hormon
yang diperlukan untuk metabolisme dalam tubuh, termasuk hormon insulin.
e. Penyakit dan infeksi pada pankreas Mikroorganisme seperti bakteri dan virus dapat
menginfeksi pankreas sehingga menimbulkan radang pankreas. Hal itu menyebabkan
sel β pada pankreas tidak bekerja secara optimal dalam mensekresi insulin.
3. Patofisiologi
DM Tipe 2 adalah DM tidak tergantung insulin. Pada tipe ini, pada awalnya kelainan
terletak pada jaringan perifer (resistensi insulin) dan kemudian disusul dengan disfungsi
23
sel beta pankreas (defek sekresi insulin), yaitu sebagai berikut : (Price, 2005)
1) Sekresi insulin oleh pankreas mungkin cukup atau kurang, sehingga glukosa yang
sudah diabsorbsi masuk ke dalam darah tetapi jumlah insulin yang efektif belum
memadai.
2) Jumlah reseptor di jaringan perifer kurang (antara 20.000-30.000) pada obesitas
jumlah reseptor bahkan hanya 20.000.
3) Kadang-kadang jumlah reseptor cukup, tetapi kualitas reseptor jelek, sehingga kerja
insulin tidak efektif (insulin binding atau afinitas atau sensitifitas insulin terganggu).
4) Terdapat kelainan di pasca reseptor sehingga proses glikolisis intraselluler terganggu.
5) Adanya kelainan campuran diantara nomor 1,2,3 dan 4.
DM tipe 2 ini Biasanya terjadi di usia dewasa. Kebanyakan orang tidak menyadari
telah menderita dibetes tipe 2, walaupun keadaannya sudah menjadi sangat serius.
Diabetes tipe 2 sudah menjadi umum di Indonesia, dan angkanya terus bertambah akibat
gaya hidup yang tidak sehat, kegemukan dan malas berolahraga (Riskesdas, 2007)
4. Gejala Klinis
Gejala klinis DM yang klasik: mula-mula polifagi, poliuri, dan polidipsi. Apabila
keadaan ini tidak segera diobati, maka akan timbul gejala Dekompensasi Pankreas, yang
disebut gejala klasik DM, yaitu poliuria, polidipsi, dan polifagi. Ketiga gejala klasik
tersebut diatas disebut pula “Trias Sindrom Diabetes Akut” bahkan apabila tidak segera
diobati dapat disusul dengan mual-muntah dan ketoasidosis diabetik. Gejala kronis DM
yang sering muncul adalah lemah badan, kesemutan, kaku otot, penurunan kemampuan
seksual, gangguan penglihatan yang sering berubah, sakit sendi dan lain-lain (Suyono,
2005).
5. Diagnosis
Kriteria Diagnosis DM Dinyatakan DM apabila terdapat (Waspadji, 2006):
1) Kadar glukosa darah sewaktu ( plasma vena ) ≥ 200 mg/dl, ditambah dengan gejala
klasik: poliuria, polidipsia dan penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya atau
2) Kadar glukosa darah puasa ( plasma vena ) ≥ 126 mg/dl atau
3) Kadar glukosa plasma ≥ 200 mg/dl pada 2 jam sesudah makan atau beban glukosa 75
gram pada TTGO. Cara diagnosis dengan kriteria ini tidak dipakai rutin di klinik.
Untuk penelitian epidemiologis pada penduduk dianjurkan memakai kriteria diagnosis
kadar glukosa darah puasa.
Ketiga kriteria diagnosis tersebut harus dikonfirmasi ulang pada hari yang lain atau
esok harinya, kecuali untuk keadaan khas hiperglikemia yang jelas tinggi dengan
dekompensasi metabolik akut, seperti ketoasidosis, berat badan yang menurun cepat.
24
6. Penatalaksanaan
Penggunaan Obat Hipoglikemik oral (OHO)
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 4 golongan (Sudoyo Aru, 2006) :
Pemicu sekresi insulin (insuline secretagogue): sulfonilurea dan glinid
Penambah sensitifitas terhadap insulin : biguanid dan glitazone
Penghambat glukoneogenesis : metformin
Pengambat absorpsi glukosa : penghambat glukosidase α
Penggunaan insulin diperlukan pada keadaan (Sudoyo Aru, 2006) :
Penurunan berat badan yang cepat
Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
Ketoasidosis diabetik
Hiperglikemia hiperosmolar nonketotik
Hiperglikemia dengan asidosis laktat
Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal
Stres berat ( infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke )
Diabetes melitus gestasional yang tidak trkendali dengan TGM
Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
Berdasar lama kerja, insulin terbagi menjadi empat jenis, yaitu :
Insulin kerja cepat ( rapid acting insulin )
Insulin kerja pendek ( short acting insulin )
Insulin kerja menengah ( intermediate acting insulin )
Insulin kerja panjang ( long acting insulin )
Insulin campuran tetap ( premixed insulin )
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Price, Sylvia Anderson. Wilson, Lorraine McCarty. Patofisologi Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC. 2005
2. [RISKESDAS] Riset Kesehatan Dasar. 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Jakarta.
3. Silabernagi, Stefan. Florian Lang. Penyebab Diabetes Melitus. Teks & Atlas
Berwarna Patofisiologi. 2002. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
4. Soegondo, Sidartawan. Soewondo, Pradana. Subekti, Imam. 1995. Penatalaksanaan
Diabetes Melitus Terpadu. Cetakan kelima, 2005. Jakarta:Balai Penerbit FKUI.
5. Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid III. Edisi IV. Jakrta: IPD FKUI. 2006.
6. Suyono, Slamet. Diabetes Melitus di Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
JilidIII, Ed.IV. 2006. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
7. Waspadji S. Komplikasi Kronik Diabetes : Mekanise Terjadinya, Diagnosis, dan
Strategi Pengelolaan. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi III. Departemen Ilmu
Panyakit Dalam FKUI; 2006; hal. 1920
26