Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL PENELITIAN

GAMBARAN DRUG RELATED PROBLEM (DRP) DIABETES MELITUS


TIPE 2
DI RSUD KOLAKA TIMUR

JALIS DWI SAPUTRA


PF21.037

PROGRAM STUDI SI FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PELITA IBU
KENDARI
AGUSTUS 2022
Halaman Persetujuan
Proposal Penelitian/Hasil Penelitian

STUDI PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT DI UPTD PUSKESMAS


LAONTI KABUPATEN KONAWE SELATAN

Diajukan oleh:

SARIF RAHMAN
PF21.046

Telah disetujui Oleh:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Apt. Nurfitriyana Rahmat, S.Farm., M.Si.,MM Irman Idrus, S.Farm., M.Kes


NIDN: 0916059402 NIDN: 0911048306

Mengetahui,

Ketua Program Studi S1 Farmasi

STIKES Pelita Ibu,

Apt. Nurfitriyana Rahmat, S.Farm.,M.Si.,MM


NIDN. 0916059402

i
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Kendari, Agustus 2022

Jalis Dwi Saputra

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin atas karunia Allah SWT atas segala Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian
dengan judul “GAMBARAN DRUG RELATED PROBLEM (DRP)
DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD KOLAKA TIMUR ” sebagai salah
satu persyaratan akademis dalam rangka menyelesaikan kuliah Program Sarjana
Farmasi Stikes Pelita Ibu. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah pada
junjungan kita Rasullullah Muhammad SAW yang telah membawa Islam
sebagairahmatan lil ‘alamin.
Sembah sujud dan ucapan terima kasih dari lubuk hati yang paling dalam,
saya sampaikan kepada Ayahanda dan Ibunda atas segala pengertian dan doa
restu, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Ibu Apt. Nurfitriyana Rahmat,
S.Farm., M.Si.,MM selaku pembimbing I dan Bapak Apt. Syaiful Katadi, S.
Farm., M. Clin. Pham selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan,
arahan dan saran hingga terselesaikanya proposal penelitian ini. Untuk itu dengan
segala kerendahan hati penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada:
1. Ketua Badan Pembina Yayasan Pelita Ibu Kendari
2. Ketua STIKes Pelita Ibu.
3. Wakil Ketua I STIKes Pelita Ibu.
4. Wakil Ketua II STIKes Pelita Ibu.
5. Wakil Ketua III STIKes Pelita Ibu.
6. Ketua Prodi Sarjana Farmasi
7. Ketua LPPM STIKes Pelita Ibu.
8. Seluruh dosen dan staf khususnya program studi Sarjana Farmasi
9. Rekan-rekan mahasiswa khususnya program studi Sarjana Farmasi
Kepada orang-orang tercinta dalam kehidupan penulis : atas segala kasih
sayang, perhatian, keikhlasan, dan doa yang telah diberikan sehingga proposal

iii
penelitian ini dapat selesai dengan baik. Semoga Allah SWT memberikan
Rahmat-Nya berupa nikmat iman dan nikmat kesehatankepada kita semua.Amin.
Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,
penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya, atas segala
bantuan yang diberikan sehingga penyusunan proposal penelitian ini dapat
diselesaikan.
Akhirnya penulis berharap semoga proposal penelitian ini dapat
bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan serta dapat menambah khasanah
keilmuan. Aamiin
Kendari, Agustus 2022

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan...........................................................................................................i
PERNYATAAN.................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.............................................................................................................2
1.1 Latar Belakang....................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................6
A. Diabetes Melitus......................................................................................................6
1. Definisi..................................................................................................................6
2. Diagnosis................................................................................................................6
3. Klasifikasi................................................................................................................7
4. Komplikasi..............................................................................................................7
B. Drug Related Problem (DRP)....................................................................................8
KERANGKA KONSEP.....................................................................................................9
BAB III............................................................................................................................10
METODE PENELITIAN.................................................................................................10
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian..................................................................................10
3.2 Jenis Penelitian.......................................................................................................10
3.3 Populasi dan Sampel..............................................................................................10
3.4 Variabel Penelitian.................................................................................................11
3.5 Definisi Operasional...............................................................................................11
3.6 Pengambilan Data..................................................................................................13
3.7 Analisis Data...........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis yang membutuhkan
perawatan medis dalam jangka waktu panjang dengan tujuan untuk mencegah
timbulnya komplikasi. Penyakit ini disebabkan karena adanya gangguan
metabolisme secara genetik dan klinik yang ditandai dengan hiperglikemia (Price
AS, 2005) dan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, serta protein (Wilse
BG, 2015).
Organisasi International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan
sedikitnya terdapat 463 juta orang pada usia 20-79 tahun di dunia menderita
diabetes pada tahun 2019 atau setara dengan angka 9.3% dari total penduduk pada
usia yang sama.(Khairani, 2019)
Hasil Riskesdes 2018 menunjukkan bahwa prevalensi diabetes melitus di
indonesia berdasarkan diagnosisi dokter pada umur ≥15 tahun sebesar 2%. Angka
ini menunjukkan peningkatan dibandingkan prevalensi diabetes melitus pada
penduduk ≥15 tahun pada hasil Riskesdas 2013 sebesar 1.5%. Namun prevalansi
diabetes melitus menurut hasil pemeriksaan gula darah meningkat dari 6,9% pada
2013 menjadi 8,5 pada tahun 2018.(Khairani, 2019)
Prevalensi DM berdasarkan pemeriksaan darah mengikuti kriteria DM dari
konsensus Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) yang mengadopsi
kriteria American Diabetes Association (ADA). Prevalensi Diabetes Melitus
berdasarkan Diagnosis Dokter pada Penduduk Semua Umur menurut
Kabupaten/Kota, Provinsi Sulawesi Tenggara, Riskesdas 2018, Kolaka Timur
sebanyak 0,88% (Riskesdas, 2018)
Pada umumnya, DM dikelompokkan menjadi 2, yaitu DM tipe 1 dan DM
tipe 2. Pada DM tipe 1 disebabkan rusaknya sel-β pankreas dan seringkali terjadi
pada pasien dibawah 15 tahun. Sedangkan pada DM tipe 2 lebih disebabkan

2
karena faktor genetik dan obesitas (Walker R, 2003). DM tipe 2 merupakan jenis
DM yang paling banyak ditemukan (lebih dari 90%) Suyono S., 2005).
DM tipe 2 adalah penyakit menahun yang dalam penanganannya tidak
lepas dari tindakan terapi obat, sehingga obat harus selalu digunakan secara benar
agar memberikan manfaat klinis yang optimal. Oleh sebab itu diperlukan peran
tenaga farmasi dalam peningkatan mutu layanan kesehatan yang berorientasi pada
pasien (patient oriented), yang dilakukan melalui pharmaceutical care (Depkes RI,
2010). Salah satu wujud pharmaceutical care adalah dengan melakukan suatu
kajian masalah terkait obat Drug Related Problems (DRPs) dari setiap terapi yang
diberikan kepada pasien.(Pamungkas, 2009)
Kriteria DRP yang sering terjadi antara lain: indikasi butuh obat, obat
tanpa indikasi, memilih obat yang salah, dosis obat yang digunakan terlalu rendah,
dan adanya interaksi obat dengan obat (Ahmad A, 2014).
Hipertensi merupakan faktor risiko serius dalam komplikasi Diabetes
mellitus dikarenakan efek hiperglikemik yang dapat menyebabkan komplikasi
makrovaskuler dan mikrovaskular pada penderita DM tipe 2 mempunyai risiko
komplikasi hipertensi yang lebih besar dibandingkan penderita DM tipe
1(Maimanah et al., 2020)
Penelitian ini diharapkan mampu untuk meminimalkan masalah yang
terjadi selama terapi dan dapat mencegah terjadinya kejadian yang tidak
diinginkan sehingga dapat mengoptimalkan terapi pada pasien.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Berapa persentase kejadian Drug Related Problem (DRP) berdasarkan
kategori overdose pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Kolaka
Timur periode Januari-Juni 2022?
2) Berapa persentase kejadian Drug Related Problem (DRP) berdasarkan
kategori underdose pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Kolaka
Timur periode Januari-Juni 2022?

3
3) Berapa persentase kejadian Drug Related Problem (DRP) berdasarkan
kategori interaksi obat pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD
Kolaka Timur periode Januari-Juni 2022?
4) Berapa persentase kejadian Drug Related Problem (DRP) berdasarkan
kategori pemilihan obat yang tidak tepat pada pasien Diabetes Melitus Tipe
2 di RSUD Kolaka Timur periode Januari-Juni 2022?
5) Berapa persentase kejadian Drug Related Problem (DRP) berdasarkan
kategori ketidakpatuhan pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Kolaka
Timur periode Januari-Juni 2022?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
untuk menganalisis DRP pada pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUD
Kolaka Timur
1.3.2 Tujan khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1) Untuk mengidentifikasi kejadian dan angka kejadian Drug Related
Problem (DRP) berdasarkan kategori overdose pada pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 di RSUD Kolaka Timur periode Januari-Juni 2022
2) Untuk mengidentifikasi kejadian dan angka kejadian Drug Related
Problem (DRP) berdasarkan kategori underdose pada pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Kolaka Timur periode Januari-
Juni 2022
3) Untuk mengidentifikasi kejadian dan angka kejadian Drug Related
Problem (DRP) berdasarkan kategori interaksi obat pada pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Kolaka Timur periode Januari-
Juni 2022
4) Untuk mengidentifikasi kejadian dan angka kejadian Drug Related
Problem (DRP) berdasarkan kategori pemilihan obat yang tidak tepat

4
pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Kolaka Timur periode
Januari-Juni 2022
5) Untuk mengidentifikasi kejadian dan angka kejadian Drug Related
Problem (DRP) berdasarkan kategori ketidakpatuhan pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Kolaka Timur periode Januari-
Juni 2022.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi
berkaitan dengan Diabetes Melitus bagi Apoteker, Doker dan Tenaga
kesehatan lainya.
1.4.2 Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini akan menambah llmu pengetahuan bagi
peneliti dan akan menjadi bekal nantinya ketika memasuki dunia kerja.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes Melitus
1. Definisi
Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit kronis
gangguan metabolik, ditandai dengan peningkatan glukosa darah dalam
tubuh atau melebihi nilai normal (hiperglikemik). Hal tersebut
dikarenakan adanya gangguan sekresi insulin. Insulin merupakan salah
satu hormon dalam tubuh yang berfungsi untuk mengatur gula darah.
Manifestasi klinis DM fase awal dan kelaianan umum lainnya
disebabkan karena adanya gangguan metabolik. Keadaan lanjut dapat
menyebabkan komplikasi, kerusakan serius pada banyak sistem tubuh
salah satunya syaraf dan pembuluh darah.(Bhatt et al., 2016)

2. Diagnosis
Menurut American Diabetes Association (ADA, 2018), Diagnosis
DM dapat ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan gula darah
sewaktu > 200 mg/dL atau gula darah puasa ≥ 126 mg/dL atau jika hasil
pemeriksaan gula darah meragukan maka dapat dilakukan Tes Toleransi
Glukosa Oral (TTGO) dan bisa dilihat dari kadar A1C yaitu ≥6,5 %,
selain itu diagnosis DM juga dapat ditegakkan dengan melihat gejala
khas seperti poliuri, polifagi dan polidipsi.(Rahmasari & Wahyuni, 2019)

Penegakan diagnosis DM secara umum disajikan dalam tabel 2.

Tabel 1. Kriteria Penegakan Diagnosis


Glukosa plasma Glukosa plasma 2 jam setelah
Keadaan puasa makan
Normal < 100 mg/dL < 140 mg/Dl
Pra –diabetes 100-125 mg/dl -
IFG atu IGT - 140 – 199 mg/dL

6
Diabetes ≥ 126 mg/Dl ≥ 200 mg/dL
3. Klasifikasi
Klasifikasi umum DM sebagai berikut:
a. DM tipe 1 yang disebabkan oleh kerusakan pada sel beta pankreas
dan biasanya termasuk ke dalam defisiensi insulin absolut.
b. DM tipe 2 yang disebabkan oleh kerusakan progresif pada
sekresi hormon insulin sehingga mengakibatkan resistensi insulin.
c. DM gestasional yang terdiagnosa pada kehamilan trimester kedua
atau ketiga dan biasanya setelah melahirkan akan kembali dalam
keadaan normal.
d. DM tipe lain, seperti diabetes neonatal, adanya penyakit eksokrin,
atau obat obatan yang menyebabkan DM.
4. Komplikasi
Komplikasi sering terjadi pada pasien DM tipe 2 karena tingginya
kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) akan mempengaruhi
berbagai organ. Komplikasi DM tipe 2 bersifat akut dan kronis.
Komplikasi akut seperti diabetes ketoasidosis, hiperosmolar non ketotik
dan hipoglikemia, sedangkan komplikasi kronis yang bersifat menahun,
yaitu: (Sadyah, 2016)

a. Makroangiopati, yaitu komplikasi yang terjadi pada pembuluh darah


besar seperti jantung dan otak. Contohnya adalah penyakit jantung,
aterosklerosis, hipertensi dan stroke.
b. Mikroangiopati, yaitu komplikasi yang terjadi pada pembuluh darah
kecil. Komplikasi mikroangiopati dibagi menjadi beberapa bagian
yaitu:
1) Retinopati, yaitu komplikasi yang terjadi pada retina mata
yang menyebabkan adanya gangguan penglihatan bahkan sampai
kebutaan. Selain itu, gangguan pada mata yang juga bisa terjadi
pada pasien DM tipe
2) Adalah katarak, makulopati (akumulasi cairan atau edema di
bagian tengah retina sehingga menyebabkan penglihatan kabur),

7
dan kesalahan bias (ketajaman lensa berubah seiring dengan
berubahnya konsentrasi glukosa dalam darah dan menyebabkan
penglihatan juga menjadi kabur).
3) Nefropati diabetik, yaitu peningkatan ekskresi albumin urin
yang ditandai dengan keadaan proteinuria dengan nilai protein
>0,5g/ 24 jam dan akhirnya bisa menyebabkan penyakit ginjal
stadium akhir (end-stage renal disease)
c. Neuropati, yaitu gangguan yang terjadi pada saraf termasuk
parestesia atau sensasi abnormal berupa kesemutan. Neuropati
perifer merupakan hal yang paling utama dan umum terjadi pada
penderita DM tipe 2 yang akhirnya akan beresiko terjadi ulkus atau
luka pada kaki dan jika sudah sangat parah akan dilakukan
amputasi. Faktor resiko yang memperbesar kemungkinan
terjadinya neuropati adalah meningkatnya kadar glukosa darah,
hipertensi, merokok, dan nilai indeks masa tubuh yang tinggi

B. Drug Related Problem (DRP)


Drug Related Problem (DRP) adalah peristiwa yang terjadi dengan
melibatkan terapi obat yang benar-benar terjadi (aktual) atau berpotensi
terjadi (potensial) dan mengganggu tujuan terapi yang diinginkan. DRP
dianggap aktual jika telah terjadi pada seorang pasien, sedangkan dianggap
potensial jika kemungkinan akan berkembang menjadi DRP jika tidak
diberikan intervensi. Pelaksanaan terapi pengobatan secara keseluruhan
melalui 3 proses utama yang dapat menghasilkan DRP, yaitu saat
peresepan obat, dispensing (menyediakan obat) dan proses penggunaan
obat. Beberapa diantaranya tidak bisa dihindari tanpa mengurangi efek
farmakoterapi, seperti efek mual pada pemberian agen onkolitik atau
interaksi antar obat untuk pasien AIDS (Martha, 2016)
Kesalahan dalam peresepan biasanya berasal dari dokter, seperti
kelalaian, kurangnya pengetahuan, kurangnya informasi mengenai profil

8
terapetik pasien dan mungkin juga dikarenakan kehilangan data
laboratorium pasien. Dokter bisa juga dipengaruhi oleh faktor eksternal
seperti industri farmasi dan mungkin tidak meresepkan obat yang paling
tepat. Tenaga kesehatan lain seperti perawat juga bisa menyebabkan DRP
karena kesalahan dalam mencatat instruksi dari dokter atau tidak
melengkapi obat sebagaimana dimaksud oleh dokter. Permasalahan dalam
dispensing (menyediakan obat) adalah hasil dari kelalaian, salah
menafsirkan tulisan dokter, tidak melihat riwayat penggunaan obat pasien,
atau mengambil obat yang salah (Tutiany et al., 2017)
Permasalahan dalam penggunaan obat sudah sangat sering terjadi,
namun tidak selalu menjadi perhatian oleh tenaga kesehatan. Umumnya,
setengah dari jumlah keseluruhan pasien adalah pasien yang tidak patuh
terhadap pengobatan. Hal ini menyebabkan adanya sejumlah DRP yang
muncul dan hanya beberapa masalah saja yang bisa terdeteksi (BPOM,
2020)
Secara garis besar, DRP diklasifikasikan menjadi 8 kategori
(Strand et al., 1990) yaitu :
a. Indikasi tanpa obat
Pasien tidak diberi terapi obat untuk indikasi yang belum
ditangani sebelumnya. Misalnya, pasien diberi morfin secara oral dan
sedang menderita konstipasi, namun tidak diresepkan laksatif
b. Obat tanpa indikasi
Pasien diberi terapi obat yang tidak dibutuhkan dan tanpa
indikasi klinis. Misalnya, pasien diberi morfin dan laksatif, kemudian
morfin dihentikan tetapi laksatif tidak
c. Pemilihan obat yang kurang tepat
Pemilihan obat yang salah atau tidak efektif untuk pasien.
Misalnya, pasien diberi asetaminofen secara intravena, padahal tidak
ada kontraindikasi jika diberikan dalam sediaan oral
d. Dosis terlalu kecil

9
Dosis obat yang diberikan dalam dosis tersebut terlalu kecil
sehingga efek terapi tidak memadai untuk mengobati penyakit pasien.
Misalnya, pasien mengalami hipokalemia tetapi mendapatkan terapi
KCl yang kurang tepat dosis atau pemberian parasetamol dosis terlalu
kecil untuk menangani gejala arthritis
e. Dosis terlalu besar
Dosis yang diberikan dalam resep terlalu besar. Hal ini dapat
menyebabkan obat akan menjadi toksik. Misalnya, dosis obat ACE
inhibitor yang terlalu besar untuk pasien dengan gangguan ginjal
f. Interaksi obat
Berdasarkan penelitian Piscitelii (2005) menyatakan bahwa
tingkat keparahan interaksi obat dibagi menjadi 3 klasifikasi yaitu,
tingkat keparahan minor (tidak begitu menimbulkan efek berbahaya
atau umunya namun tetap perlu pemantauan), tingkat keparahan
moderat (menimbulkan efek sedang), Tingkat keparahan major (dapat
membahayakan jiwa atau kerusakan permanen). Interaksi bisa terjadi
antara obat dengan obat, obat dengan makanan, atau obat dengan tes
laboratorium. Misalnya, penggunaan furosemid dan NSAID bisa
menurunkan efek diuretik serta penggunaan furosemid dan digitalis
bisa meningkatkan toksisitas digitalis dengan hipokalemia (Ruths, et
al., 2007). Selain itu, interaksi antara ofloksasin dan besi sulfat yang
digunaakan pada saat bersamaan di pagi hari
g. Adverse Drug Reactions (ADR)
ADR adalah efek yang tidak dapat diprediksi, tidak diinginkan
dan tidak menguntungkan terkait dengan pengobatan. WHO
mendefinisikan ADR sebagai sebuah respon berbahaya terkait obat
yang tidak diinginkan dan terjadi pada pemberian dosis normal serta
digunakan untuk terapi profilaksis, diagnosis, terapi suatu penyakit,
atau untuk memodifikasi fungsi fisiologis. Misalnya, timbulnya rash
(kemerahan pada kulit) setelah mengkonsumsi penisilin
h. Ketidakpatuhan pasien

10
Ketidakmampuan atau keengganan pasien untuk mengikuti
terapi yang diresepkan dengan tepat secara klinis, efektif dan
bertujuan menghasilkan tujuan yang diinginkan tanpa efek berbahaya.
Hal ini bisa dikarenakan beberapa macam alasan, seperti status sosial
ekonomi pasien, kegagalan distribusi/ pemberian obat, kurangnya
pengetahuan tentang kesehatan.
DRP merupakan tantangan besar untuk pembuat resep (dokter)
karena hal tersebut menyebabkan morbiditas dan juga secara negatif
mempengaruhi kualitas hidup pasien. Pengetahuan mendalam tentang
DRP dapat membantu dalam mengidentifikasi DRP itu sendiri,
menyelesaikan DRP aktual, dan mencegah DRP. Identifikasi DRP
adalah tugas utama farmasi klinik yang berkoordinasi dengan tenaga
kesehatan lain. Tiga proses dalam melakukan verifikasi penggunaan
obat, yaitu identifikasi kesalahan pengobatan, meluruskan atau
menyelesaikan kesalahan pengobatan tersebut dan membandingkan
resep obat pasien dengan seluruh pengobatan yang pernah pasien
dapatkan

11
KERANGKA KONSEP
(Rian Hidayat, 2017)

Rekam medis 20
Pasien yang
pasien DM dengan
memenuhi kriteria
penyakit hipertensi
inklusi dan eklusi
tahun 2022

Kriteria pasien:
-Nama
-Umur
-Jenis kelam
-Diagnosa
-Hasil laboratorium
-Komorbit Pasien yang
-Obat DM mendapatkan obat
DM

DRP

Adverse Drug
Dosis terlalu Dosis terlalu Reactions
tinggi rendah (Reaksi alergi,
interaksi obat)

Ya Tidak

9
BAB III

METODE PENELITIAN
2
3

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


1) Lokasi Penelitian
Penelitian akan dilakukan di RSUD Kolaka Timur
2) Waktu penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September
2022

3.2 Jenis Penelitian


Jenis penelitian adalah deskriptif yang bersifat prospektif. Metode
penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan
tujuan utama untuk membuat gambaran atau dekripsi tentang suatu keadaan
secara objektif.

3.3 Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien penderita
Diabetes Melitus Tipe 2 yang tercatat selama bulan Januari-Juni 2022 di
RSUD Kolaka Timur.
Sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan metode simple
random sampling. Sampel penelitian yang digunakan adalah data rekam
medik dan catatan pengobatan pasien yang memenuhi kriteria inklusi,
yaitu :
1) Rekam medik yang jelas berupa nama pasien, umur, alamat, riwayat
penyakit.
2) Rekam medik pasien Diabetes Melitus Tipe 2
3) Obat didalam resep ≥ 3
4) Komplikasi dengan penyakit hipertensi

10
5) Rekam medik yang ada di RSUD Kolaka Timur Periode Januari - Juni
2022.

3.4 Variabel Penelitian


1) Variabel terikat (defendent variable)
Yang menjadi variable terikat adalah Drug Related Problem (DRP).
2) Variabel bebas (independent variable)
Yang menjadi variable bebas adalah :
a) DRP overdose
b) DRP underdose
c) DRP interaksi obat
d) DRP pemilihan obat yang tidak tepat
e) DRP Ketidakpatuhan pasien

3.5 Definisi Operasional


Dilakukan analisis berkala untuk melihat terapi yang terjadi pada pasien
sehingga menjadi terapi yang paling efektif untuk pasien. Dan dilakuan
analisis biaya untuk mendapatkan terapi terbaik dengan baiaya minimal.
Adanya komplikasi-komplikasi yang terjadi pada penderita DM tipe 2
mengakibatkan penggunaan polifarmasi. Polifarmasi merupakan penggunaan
obat sebanyak 5 atau lebih pada suatu kondisi yang bertujuan untuk
menghindari perkiraan reaksi efek samping dari penggunaan obat yang lain
Drug Related Problem (DRP) merupakan suatu masalah yang timbul
dalam penggunaan obat atau terapi obat yang meliputi kategori dosis kurang,
dosis berlebih, interaksi obat, reaksi obat yang tidak diharapkan, ada obat
tidak ada indikasi, ada indikasi tidak ada obat, ketidaktepatan pemilihan obat
dan ketidakpatuhan pasien. Dilakukan ada kejadian jika hasil observasi > 0%

11
dan dinyatakan tidak ada kejadian Drug Related Problem (DRP) jika hasil
observasi < 0%.
1) Overdose
Jika terdapat dosis berlebih atau tidak sesuai dengan alogaritma
terapi berdasarkan berdasarkan buku Pharmacoterapy A Pathophypsiologic
Approach oleh Joseph T. Dipiro.
Persentase kejadian DRP overdose
DRP
Total kejadian
Persentase = dose
x 100 %
Total DRP keseluruhan

2) Underdose
Jika terdapat dosis kurang atau tidak sesuai dengan alogaritma terapi
berdasarkan berdasarkan buku Pharmacoterapy A Pathophypsiologic
Approach oleh Joseph T. Dipiro.
Persentase kejadian DRP underdose
Total kejadian DRP underdose
Persentase = x 100 %
Total DRP keseluruhan
3) Interaksi obat
Interaksi obat dapat terjadi karna penggunaan antara obat-obat atau
obat dan obat-makanan meskipun dalam jumlah sedikit yang tidak sesuai
dengan efek terapi sebenarnya. Interaksi obat dianalisis berdasarkan buku
Pharmacoterapy A Pathophypsiologic Approach oleh Joseph T. Dipiro.
Persentase kejadian DRP interaksi obat
Total kejadian DRP interaksi obat
Persentase = x 100 %
Total DRP keseluruhan
4) Pemilihan obat yang tidak tepat
Pasien mendapatkam obat yang bukan pilihan terbaik untuk
kondisinya (bukan merupakan pilihan pertama, obat yang tidak cost
effective.
Persentase kejadian DRP pemilihan obat yang tidak tepat

12
Total kejadian DRP pemilihan obat yang tidak tepat
Persentase = x 100 %
Total DRP keseluruhan
5) Ketidakpatuhan pasien
Ketidakpatuhan pasien yang dapat disebabkan oleh tindakan pasien
maupun ketersediaan produk obat.
Persentase kejadian DRP ketidak patuhan pasien
Total kejadian DRP ketidak patuhan pasien
Persentase = x 100 %
Total DRP keseluruhan

3.6 Pengambilan Data


Pengambilan data akan dilakukan pada bulan Agustus 2022 di RSUD
Kolaka Timur.

3.7 Analisis Data


Analisis data dilakukan secara deskriptik dalam besaran persentase
kejadian DRP berdasarkan kategori.
Prevalensi Drug Related Problem Aktual digambarkan dalam bentuk
persentase drug related problem aktual yang ditemukan dari hasil rekonsiliasi
obat pasien Diabetes Melitus Tipe 2.
Penanggulangan Drug Related Problem Aktual berupa gambaran
pengatasan jenis drug related problems aktual yang ditemukan dari hasil
rekonsiliasi obat.
Jumlah kejadian DRP dihitung, apabila dalam satu pasien terdapat lebih
dari satu kejadian DRP, maka dihitung sebanyak jumlah kejadian DRP.

13
14
DAFTAR PUSTAKA

Price AS, Wilson ML, 2005, Patofisiologi Konsep Klinis Proses–Proses Penyakit,
Jakarta.

Wells BG, DiPiro JT, Schwinghammer TL, 2015, DiPiro CV. Pharmacotherapy
Handbook. 9th ed. New York: McGrawHill Medical.

Suyono S, Waspadji S, Soegondo S, 2005, Penatalaksanaan Diabetes Mellitus


Terpadu, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Ahmad A, Mast MR, Nijpels G, Elders PJM, Dekker JM, Hugtenburg JG, 2014,
Identification of drug-related problems of elderly patients discharged
from hospital.

Depkes RI, 2010, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Melitus,


Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Jakarta.
Bhatt, H., Saklani, S., & Upadhayay, K. (2016). Anti-oxidant and anti-diabetic
activities of ethanolic extract of Primula Denticulata Flowers. Indonesian
Journal of Pharmacy, 27(2), 74–79.
https://doi.org/10.14499/indonesianjpharm27iss2pp74
BPOM. (2020). Modul Farmakovigilans Untuk Tenaga Profesional Kesehatan,
Proyek “Ensuring Drug and Food Safety.” Japan International Cooperation
Agency.
Khairani. (2019). Hari Diabetes Sedunia Tahun 2018. Pusat Data Dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI, 1–8.
Maimanah, S., Andarini, Y. D., & Kusumaningtyas, N. M. (2020).
IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PADA PASIEN
DIABETES MELLITUS TIPE 2 KOMPLIKASI HIPERTENSI DI RSUP
Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2018. Pharmaceutical
Journal of Islamic Pharmacy, 4(2), 48.
https://doi.org/10.21111/pharmasipha.v4i2.4961

15
Martha, A. F. (2016). Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien
Dengan Diagnosa Jantung Koroner di Salah Satu Rumah Sakit Jakarta Utara.
In Jurnal Kesehatan (Vol. 4, Issue 2).
Pamungkas, M. (2009). Identifikasi Drug Related Problems Kategori Martina
Pamungkas Fakultas Farmasi. Obat, Ketidaktepatan Pemilihan Dan, Dosis,
II, 1–22.
Rahmasari, I., & Wahyuni, E. S. (2019). Efektivitas Memordoca Carantia (Pare)
Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah. Infokes, 9(1), 57.
Rian Hidayat. (2017). Uin Syarif Hidayatullah Jakarta Uin Syarif Hidayatullah
Jakarta (Issue 95).
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33026/1/NITA
FITRIANI-FKIK.pdf
Riskesdas. (2018). Laporan Riskesdas 2018 Provinsi Sulawesi Tenggara.
http://repository.litbang.kemkes.go.id/3899/1/Riskesdas Sulawesi Tenggara
2018.pdf
Sadyah, N. U. R. A. C. (2016). Komplikasi akut dm. Universitas Kristen
Maranatha.
Tutiany, Lindawati, & Krisanti, P. (2017). Manajemen Keselamatan Pasien. Pusat
Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan Kementerian Kesehatan RI,
1–249.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/11/
Manajemen-Keselamaatan-Pasien-Final-Dafis.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai