Diajukan oleh:
SARIF RAHMAN
PF21.046
Mengetahui,
i
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Kendari, Agustus 2022
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin atas karunia Allah SWT atas segala Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian
dengan judul “GAMBARAN DRUG RELATED PROBLEM (DRP)
DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD KOLAKA TIMUR ” sebagai salah
satu persyaratan akademis dalam rangka menyelesaikan kuliah Program Sarjana
Farmasi Stikes Pelita Ibu. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah pada
junjungan kita Rasullullah Muhammad SAW yang telah membawa Islam
sebagairahmatan lil ‘alamin.
Sembah sujud dan ucapan terima kasih dari lubuk hati yang paling dalam,
saya sampaikan kepada Ayahanda dan Ibunda atas segala pengertian dan doa
restu, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Ibu Apt. Nurfitriyana Rahmat,
S.Farm., M.Si.,MM selaku pembimbing I dan Bapak Apt. Syaiful Katadi, S.
Farm., M. Clin. Pham selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan,
arahan dan saran hingga terselesaikanya proposal penelitian ini. Untuk itu dengan
segala kerendahan hati penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada:
1. Ketua Badan Pembina Yayasan Pelita Ibu Kendari
2. Ketua STIKes Pelita Ibu.
3. Wakil Ketua I STIKes Pelita Ibu.
4. Wakil Ketua II STIKes Pelita Ibu.
5. Wakil Ketua III STIKes Pelita Ibu.
6. Ketua Prodi Sarjana Farmasi
7. Ketua LPPM STIKes Pelita Ibu.
8. Seluruh dosen dan staf khususnya program studi Sarjana Farmasi
9. Rekan-rekan mahasiswa khususnya program studi Sarjana Farmasi
Kepada orang-orang tercinta dalam kehidupan penulis : atas segala kasih
sayang, perhatian, keikhlasan, dan doa yang telah diberikan sehingga proposal
iii
penelitian ini dapat selesai dengan baik. Semoga Allah SWT memberikan
Rahmat-Nya berupa nikmat iman dan nikmat kesehatankepada kita semua.Amin.
Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,
penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya, atas segala
bantuan yang diberikan sehingga penyusunan proposal penelitian ini dapat
diselesaikan.
Akhirnya penulis berharap semoga proposal penelitian ini dapat
bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan serta dapat menambah khasanah
keilmuan. Aamiin
Kendari, Agustus 2022
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman Persetujuan...........................................................................................................i
PERNYATAAN.................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.............................................................................................................2
1.1 Latar Belakang....................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................6
A. Diabetes Melitus......................................................................................................6
1. Definisi..................................................................................................................6
2. Diagnosis................................................................................................................6
3. Klasifikasi................................................................................................................7
4. Komplikasi..............................................................................................................7
B. Drug Related Problem (DRP)....................................................................................8
KERANGKA KONSEP.....................................................................................................9
BAB III............................................................................................................................10
METODE PENELITIAN.................................................................................................10
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian..................................................................................10
3.2 Jenis Penelitian.......................................................................................................10
3.3 Populasi dan Sampel..............................................................................................10
3.4 Variabel Penelitian.................................................................................................11
3.5 Definisi Operasional...............................................................................................11
3.6 Pengambilan Data..................................................................................................13
3.7 Analisis Data...........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
karena faktor genetik dan obesitas (Walker R, 2003). DM tipe 2 merupakan jenis
DM yang paling banyak ditemukan (lebih dari 90%) Suyono S., 2005).
DM tipe 2 adalah penyakit menahun yang dalam penanganannya tidak
lepas dari tindakan terapi obat, sehingga obat harus selalu digunakan secara benar
agar memberikan manfaat klinis yang optimal. Oleh sebab itu diperlukan peran
tenaga farmasi dalam peningkatan mutu layanan kesehatan yang berorientasi pada
pasien (patient oriented), yang dilakukan melalui pharmaceutical care (Depkes RI,
2010). Salah satu wujud pharmaceutical care adalah dengan melakukan suatu
kajian masalah terkait obat Drug Related Problems (DRPs) dari setiap terapi yang
diberikan kepada pasien.(Pamungkas, 2009)
Kriteria DRP yang sering terjadi antara lain: indikasi butuh obat, obat
tanpa indikasi, memilih obat yang salah, dosis obat yang digunakan terlalu rendah,
dan adanya interaksi obat dengan obat (Ahmad A, 2014).
Hipertensi merupakan faktor risiko serius dalam komplikasi Diabetes
mellitus dikarenakan efek hiperglikemik yang dapat menyebabkan komplikasi
makrovaskuler dan mikrovaskular pada penderita DM tipe 2 mempunyai risiko
komplikasi hipertensi yang lebih besar dibandingkan penderita DM tipe
1(Maimanah et al., 2020)
Penelitian ini diharapkan mampu untuk meminimalkan masalah yang
terjadi selama terapi dan dapat mencegah terjadinya kejadian yang tidak
diinginkan sehingga dapat mengoptimalkan terapi pada pasien.
3
3) Berapa persentase kejadian Drug Related Problem (DRP) berdasarkan
kategori interaksi obat pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD
Kolaka Timur periode Januari-Juni 2022?
4) Berapa persentase kejadian Drug Related Problem (DRP) berdasarkan
kategori pemilihan obat yang tidak tepat pada pasien Diabetes Melitus Tipe
2 di RSUD Kolaka Timur periode Januari-Juni 2022?
5) Berapa persentase kejadian Drug Related Problem (DRP) berdasarkan
kategori ketidakpatuhan pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Kolaka
Timur periode Januari-Juni 2022?
4
pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Kolaka Timur periode
Januari-Juni 2022
5) Untuk mengidentifikasi kejadian dan angka kejadian Drug Related
Problem (DRP) berdasarkan kategori ketidakpatuhan pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Kolaka Timur periode Januari-
Juni 2022.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Melitus
1. Definisi
Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit kronis
gangguan metabolik, ditandai dengan peningkatan glukosa darah dalam
tubuh atau melebihi nilai normal (hiperglikemik). Hal tersebut
dikarenakan adanya gangguan sekresi insulin. Insulin merupakan salah
satu hormon dalam tubuh yang berfungsi untuk mengatur gula darah.
Manifestasi klinis DM fase awal dan kelaianan umum lainnya
disebabkan karena adanya gangguan metabolik. Keadaan lanjut dapat
menyebabkan komplikasi, kerusakan serius pada banyak sistem tubuh
salah satunya syaraf dan pembuluh darah.(Bhatt et al., 2016)
2. Diagnosis
Menurut American Diabetes Association (ADA, 2018), Diagnosis
DM dapat ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan gula darah
sewaktu > 200 mg/dL atau gula darah puasa ≥ 126 mg/dL atau jika hasil
pemeriksaan gula darah meragukan maka dapat dilakukan Tes Toleransi
Glukosa Oral (TTGO) dan bisa dilihat dari kadar A1C yaitu ≥6,5 %,
selain itu diagnosis DM juga dapat ditegakkan dengan melihat gejala
khas seperti poliuri, polifagi dan polidipsi.(Rahmasari & Wahyuni, 2019)
6
Diabetes ≥ 126 mg/Dl ≥ 200 mg/dL
3. Klasifikasi
Klasifikasi umum DM sebagai berikut:
a. DM tipe 1 yang disebabkan oleh kerusakan pada sel beta pankreas
dan biasanya termasuk ke dalam defisiensi insulin absolut.
b. DM tipe 2 yang disebabkan oleh kerusakan progresif pada
sekresi hormon insulin sehingga mengakibatkan resistensi insulin.
c. DM gestasional yang terdiagnosa pada kehamilan trimester kedua
atau ketiga dan biasanya setelah melahirkan akan kembali dalam
keadaan normal.
d. DM tipe lain, seperti diabetes neonatal, adanya penyakit eksokrin,
atau obat obatan yang menyebabkan DM.
4. Komplikasi
Komplikasi sering terjadi pada pasien DM tipe 2 karena tingginya
kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) akan mempengaruhi
berbagai organ. Komplikasi DM tipe 2 bersifat akut dan kronis.
Komplikasi akut seperti diabetes ketoasidosis, hiperosmolar non ketotik
dan hipoglikemia, sedangkan komplikasi kronis yang bersifat menahun,
yaitu: (Sadyah, 2016)
7
dan kesalahan bias (ketajaman lensa berubah seiring dengan
berubahnya konsentrasi glukosa dalam darah dan menyebabkan
penglihatan juga menjadi kabur).
3) Nefropati diabetik, yaitu peningkatan ekskresi albumin urin
yang ditandai dengan keadaan proteinuria dengan nilai protein
>0,5g/ 24 jam dan akhirnya bisa menyebabkan penyakit ginjal
stadium akhir (end-stage renal disease)
c. Neuropati, yaitu gangguan yang terjadi pada saraf termasuk
parestesia atau sensasi abnormal berupa kesemutan. Neuropati
perifer merupakan hal yang paling utama dan umum terjadi pada
penderita DM tipe 2 yang akhirnya akan beresiko terjadi ulkus atau
luka pada kaki dan jika sudah sangat parah akan dilakukan
amputasi. Faktor resiko yang memperbesar kemungkinan
terjadinya neuropati adalah meningkatnya kadar glukosa darah,
hipertensi, merokok, dan nilai indeks masa tubuh yang tinggi
8
terapetik pasien dan mungkin juga dikarenakan kehilangan data
laboratorium pasien. Dokter bisa juga dipengaruhi oleh faktor eksternal
seperti industri farmasi dan mungkin tidak meresepkan obat yang paling
tepat. Tenaga kesehatan lain seperti perawat juga bisa menyebabkan DRP
karena kesalahan dalam mencatat instruksi dari dokter atau tidak
melengkapi obat sebagaimana dimaksud oleh dokter. Permasalahan dalam
dispensing (menyediakan obat) adalah hasil dari kelalaian, salah
menafsirkan tulisan dokter, tidak melihat riwayat penggunaan obat pasien,
atau mengambil obat yang salah (Tutiany et al., 2017)
Permasalahan dalam penggunaan obat sudah sangat sering terjadi,
namun tidak selalu menjadi perhatian oleh tenaga kesehatan. Umumnya,
setengah dari jumlah keseluruhan pasien adalah pasien yang tidak patuh
terhadap pengobatan. Hal ini menyebabkan adanya sejumlah DRP yang
muncul dan hanya beberapa masalah saja yang bisa terdeteksi (BPOM,
2020)
Secara garis besar, DRP diklasifikasikan menjadi 8 kategori
(Strand et al., 1990) yaitu :
a. Indikasi tanpa obat
Pasien tidak diberi terapi obat untuk indikasi yang belum
ditangani sebelumnya. Misalnya, pasien diberi morfin secara oral dan
sedang menderita konstipasi, namun tidak diresepkan laksatif
b. Obat tanpa indikasi
Pasien diberi terapi obat yang tidak dibutuhkan dan tanpa
indikasi klinis. Misalnya, pasien diberi morfin dan laksatif, kemudian
morfin dihentikan tetapi laksatif tidak
c. Pemilihan obat yang kurang tepat
Pemilihan obat yang salah atau tidak efektif untuk pasien.
Misalnya, pasien diberi asetaminofen secara intravena, padahal tidak
ada kontraindikasi jika diberikan dalam sediaan oral
d. Dosis terlalu kecil
9
Dosis obat yang diberikan dalam dosis tersebut terlalu kecil
sehingga efek terapi tidak memadai untuk mengobati penyakit pasien.
Misalnya, pasien mengalami hipokalemia tetapi mendapatkan terapi
KCl yang kurang tepat dosis atau pemberian parasetamol dosis terlalu
kecil untuk menangani gejala arthritis
e. Dosis terlalu besar
Dosis yang diberikan dalam resep terlalu besar. Hal ini dapat
menyebabkan obat akan menjadi toksik. Misalnya, dosis obat ACE
inhibitor yang terlalu besar untuk pasien dengan gangguan ginjal
f. Interaksi obat
Berdasarkan penelitian Piscitelii (2005) menyatakan bahwa
tingkat keparahan interaksi obat dibagi menjadi 3 klasifikasi yaitu,
tingkat keparahan minor (tidak begitu menimbulkan efek berbahaya
atau umunya namun tetap perlu pemantauan), tingkat keparahan
moderat (menimbulkan efek sedang), Tingkat keparahan major (dapat
membahayakan jiwa atau kerusakan permanen). Interaksi bisa terjadi
antara obat dengan obat, obat dengan makanan, atau obat dengan tes
laboratorium. Misalnya, penggunaan furosemid dan NSAID bisa
menurunkan efek diuretik serta penggunaan furosemid dan digitalis
bisa meningkatkan toksisitas digitalis dengan hipokalemia (Ruths, et
al., 2007). Selain itu, interaksi antara ofloksasin dan besi sulfat yang
digunaakan pada saat bersamaan di pagi hari
g. Adverse Drug Reactions (ADR)
ADR adalah efek yang tidak dapat diprediksi, tidak diinginkan
dan tidak menguntungkan terkait dengan pengobatan. WHO
mendefinisikan ADR sebagai sebuah respon berbahaya terkait obat
yang tidak diinginkan dan terjadi pada pemberian dosis normal serta
digunakan untuk terapi profilaksis, diagnosis, terapi suatu penyakit,
atau untuk memodifikasi fungsi fisiologis. Misalnya, timbulnya rash
(kemerahan pada kulit) setelah mengkonsumsi penisilin
h. Ketidakpatuhan pasien
10
Ketidakmampuan atau keengganan pasien untuk mengikuti
terapi yang diresepkan dengan tepat secara klinis, efektif dan
bertujuan menghasilkan tujuan yang diinginkan tanpa efek berbahaya.
Hal ini bisa dikarenakan beberapa macam alasan, seperti status sosial
ekonomi pasien, kegagalan distribusi/ pemberian obat, kurangnya
pengetahuan tentang kesehatan.
DRP merupakan tantangan besar untuk pembuat resep (dokter)
karena hal tersebut menyebabkan morbiditas dan juga secara negatif
mempengaruhi kualitas hidup pasien. Pengetahuan mendalam tentang
DRP dapat membantu dalam mengidentifikasi DRP itu sendiri,
menyelesaikan DRP aktual, dan mencegah DRP. Identifikasi DRP
adalah tugas utama farmasi klinik yang berkoordinasi dengan tenaga
kesehatan lain. Tiga proses dalam melakukan verifikasi penggunaan
obat, yaitu identifikasi kesalahan pengobatan, meluruskan atau
menyelesaikan kesalahan pengobatan tersebut dan membandingkan
resep obat pasien dengan seluruh pengobatan yang pernah pasien
dapatkan
11
KERANGKA KONSEP
(Rian Hidayat, 2017)
Rekam medis 20
Pasien yang
pasien DM dengan
memenuhi kriteria
penyakit hipertensi
inklusi dan eklusi
tahun 2022
Kriteria pasien:
-Nama
-Umur
-Jenis kelam
-Diagnosa
-Hasil laboratorium
-Komorbit Pasien yang
-Obat DM mendapatkan obat
DM
DRP
Adverse Drug
Dosis terlalu Dosis terlalu Reactions
tinggi rendah (Reaksi alergi,
interaksi obat)
Ya Tidak
9
BAB III
METODE PENELITIAN
2
3
10
5) Rekam medik yang ada di RSUD Kolaka Timur Periode Januari - Juni
2022.
11
dan dinyatakan tidak ada kejadian Drug Related Problem (DRP) jika hasil
observasi < 0%.
1) Overdose
Jika terdapat dosis berlebih atau tidak sesuai dengan alogaritma
terapi berdasarkan berdasarkan buku Pharmacoterapy A Pathophypsiologic
Approach oleh Joseph T. Dipiro.
Persentase kejadian DRP overdose
DRP
Total kejadian
Persentase = dose
x 100 %
Total DRP keseluruhan
2) Underdose
Jika terdapat dosis kurang atau tidak sesuai dengan alogaritma terapi
berdasarkan berdasarkan buku Pharmacoterapy A Pathophypsiologic
Approach oleh Joseph T. Dipiro.
Persentase kejadian DRP underdose
Total kejadian DRP underdose
Persentase = x 100 %
Total DRP keseluruhan
3) Interaksi obat
Interaksi obat dapat terjadi karna penggunaan antara obat-obat atau
obat dan obat-makanan meskipun dalam jumlah sedikit yang tidak sesuai
dengan efek terapi sebenarnya. Interaksi obat dianalisis berdasarkan buku
Pharmacoterapy A Pathophypsiologic Approach oleh Joseph T. Dipiro.
Persentase kejadian DRP interaksi obat
Total kejadian DRP interaksi obat
Persentase = x 100 %
Total DRP keseluruhan
4) Pemilihan obat yang tidak tepat
Pasien mendapatkam obat yang bukan pilihan terbaik untuk
kondisinya (bukan merupakan pilihan pertama, obat yang tidak cost
effective.
Persentase kejadian DRP pemilihan obat yang tidak tepat
12
Total kejadian DRP pemilihan obat yang tidak tepat
Persentase = x 100 %
Total DRP keseluruhan
5) Ketidakpatuhan pasien
Ketidakpatuhan pasien yang dapat disebabkan oleh tindakan pasien
maupun ketersediaan produk obat.
Persentase kejadian DRP ketidak patuhan pasien
Total kejadian DRP ketidak patuhan pasien
Persentase = x 100 %
Total DRP keseluruhan
13
14
DAFTAR PUSTAKA
Price AS, Wilson ML, 2005, Patofisiologi Konsep Klinis Proses–Proses Penyakit,
Jakarta.
Wells BG, DiPiro JT, Schwinghammer TL, 2015, DiPiro CV. Pharmacotherapy
Handbook. 9th ed. New York: McGrawHill Medical.
Ahmad A, Mast MR, Nijpels G, Elders PJM, Dekker JM, Hugtenburg JG, 2014,
Identification of drug-related problems of elderly patients discharged
from hospital.
15
Martha, A. F. (2016). Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien
Dengan Diagnosa Jantung Koroner di Salah Satu Rumah Sakit Jakarta Utara.
In Jurnal Kesehatan (Vol. 4, Issue 2).
Pamungkas, M. (2009). Identifikasi Drug Related Problems Kategori Martina
Pamungkas Fakultas Farmasi. Obat, Ketidaktepatan Pemilihan Dan, Dosis,
II, 1–22.
Rahmasari, I., & Wahyuni, E. S. (2019). Efektivitas Memordoca Carantia (Pare)
Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah. Infokes, 9(1), 57.
Rian Hidayat. (2017). Uin Syarif Hidayatullah Jakarta Uin Syarif Hidayatullah
Jakarta (Issue 95).
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33026/1/NITA
FITRIANI-FKIK.pdf
Riskesdas. (2018). Laporan Riskesdas 2018 Provinsi Sulawesi Tenggara.
http://repository.litbang.kemkes.go.id/3899/1/Riskesdas Sulawesi Tenggara
2018.pdf
Sadyah, N. U. R. A. C. (2016). Komplikasi akut dm. Universitas Kristen
Maranatha.
Tutiany, Lindawati, & Krisanti, P. (2017). Manajemen Keselamatan Pasien. Pusat
Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan Kementerian Kesehatan RI,
1–249.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/11/
Manajemen-Keselamaatan-Pasien-Final-Dafis.pdf
16