Anda di halaman 1dari 52

GAMBARAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PENCEGAHAN

ULKUS DIABETIKUM PADA PENDERITA DIABETES MELITUS

PROPOSAL :

Disusun Guna Memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Ahli


Madya Keperawatan pada Universitas Karya Husada Semarang

Oleh :

WAHYU NURUL
MAULIDIYAH NIM 20001009

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWAN DAN

KESEHATAN UNIVERSITAS KARYA HUSADA

SEMARANG

2023
HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL

Proposal yang disusun oleh :

Nama : Wahyu Nurul Maulidiyah

NIM 20001009

Prodi : S1 Keperawatan

Judul : Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Pencegahan

Ulkus Diabetikum Pada Penderita Diabetes Melitus

disetujui oleh pembimbing pada :

Hari :

Tanggal :

Untuk dipertahankan di hadapan tim penguji Ujian Proposal Skirpsi Program


Studi S1 Keperawatan Universitas Karya Husada Semarang

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Eni Kusyati, S.Kep., RetnoApriliyanti,M.Kep


M.Si.Med

ii
HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL

Proposal yang disusun oleh :

Nama : Wahyu Nurul Maulidiyah

NIM 20001009

Prodi : S1 Keperawatan

Judul : Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Pencegahan

Ulkus Diabetikum Pada Penderita Diabetes Melitus

Hari :

Tanggal :

Untuk dipertahankan di hadapan tim penguji Ujian Proposal Skirpsi Program


Studi S1 Keperawatan Universitas Karya Husada Semarang

1. Ns. Julvainda Eka Pria Utama, M. Kep Penguji Utama .................................

2. Ns. Eni Kusyati, S.Kep., M.Si.Med Penguji I .................................

3. Retno Apriliyanti,M.Pd Penguji II .................................

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang
berjudul “Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Pencegahan Ulkus
Diabetikum Pada Penderita Diabetes Melitus, tepat pada waktunya. Adapun
tujuan dari penulisan proposal ini adalah untuk memenuhi upaya penulis dalam
mengembangkan dan meningkatkan ilmu pengetahuan tentang materi yang sedang
penulis pelajari. Pada kesempatan ini tak lupa penulis ucapkan terimakasih
kepada:

1. Dr.Ns.Fery Agusman MM,M.Kep,Sp.Kom selaku Ketua Universitas Karya


Husada Semarang , yang telah memberikan dukungan secara penuh terhadap
Mahasiswa Dan Mahasiswi dalam rangka pengembangan metode
pembelajaran yang ilmiah.
2. Ns. Julvainda Eka Pria Utama, M. Kep sebagai penguji dalam karya tulis
ilmiah penulis
3. Ns. Eni Kusyati, S.Kep., M.Si.Med dan Retno Apriliyanti M.Pd sebagai dosen
pembimbing dalam penyusunan karya tulis ilmiah penulis.
4. Seluruh Jajaran Dosen Pengajar, yang telah memberikan pembelajaran serta
ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
Meskipun telah berusaha menyelesaikan proposal penelitian ini sebaik
mungkin, penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih ada kekurangan.
Oleh karena itu penulis mengaharapkan kritik dan saran yang membangun guna
menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan proposal penelitian ini.
Akhir kata penulis berharap semoga proposal ini berguna bagi para pembaca dan
pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Semarang,05 Juni 2023

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN..........................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................iii

KATA PENGANTAR.......................................................................................iv

DAFTAR ISI......................................................................................................v

DAFTAR TABEL..............................................................................................vii

DAFTAR BAGAN.............................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................2

A. Latar Belakang...........................................................................................2

B. Tujuan Penelitian.......................................................................................6

C. Manfaat Penelitian.....................................................................................7

D. Originalitas Penelitian...............................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................11

A. Tinjauan Teori...........................................................................................11

B. Kerangka Teori..........................................................................................30

C. Variabel Penelitian....................................................................................30

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................31

A. Jenis dan Desain Penelitian.......................................................................31

B. Waktu dan Tempat Penelitian...................................................................31

C. Definisi Operasional..................................................................................31

D. Populasi,Sampel dan Teknik Sampling.....................................................32


v
E. Instrumen Penelitian..................................................................................33

F. Jenis Data...................................................................................................34

G. Teknik Pengumplan Data..........................................................................34

H. Pengolahan Data........................................................................................36

I. Analisa Data..............................................................................................37

J. Etika Penelitian..........................................................................................38

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................39

LAMPIRAN.........................................................................................................40

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Originalitas Penelitian..........................................................................8

Tabel 2.1. Nilai Gula Darah..................................................................................17

Tabel 3.1. Definisi Operasional.............................................................................31

vii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1. Kerangka Teori....................................................................................30

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes melitus adalah kelompok penyakit metabolik yang ditandai

dengan hiperglikemia karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau

keduanya. secara umum klasifikasi diabetes melitus terdiri dari diabetes

melitus tipe 1 atau insulin-dependent diabetes dan diabetes melitus tipe 2 atau

non-insulin-dependent diabetes. Diabetes melitus tipe 2 terjadi karena sel β

pankreas menghasilkan insulin dalam jumlah kecil atau mengalami resistensi

insulin. Jumlah penderita diabetes melitus tipe 1 sebanyak 5-10% dari tipe 2

90-95% seluruh dunia. (Riskesdas, 2020)

Diabetes adalah penyakit kronis yang mempengaruhi kemampuan

tubuh untuk memproduksi atau menggunakan insulin. Diabetes melitus adalah

penyakit yang disebabkan oleh gangguan metabolisme yang disebabkan oleh

ketidakmampuan pankreas memproduksi insulin, yang mempersulit kerja

insulin dan menyebabkan gula darah meningkat.Novia, 2016

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 22 juta orang terdaftar

dengan diabetes di dunia, yaitu. populasi orang dewasa meningkat sekitar 8,5

persen, dan sekitar 2,2 juta meninggal, beberapa di antaranya akibat diabetes.

diabetes melitus terjadi sebelum usia 70 tahun. Persentase kematian terkait

diabetes sebelum usia 70 tahun lebih tinggi di negara berpenghasilan rendah

dan menengah dibandingkan di negara berpenghasilan tinggi. (Riskesdas,

2020)

2
3

Data terbaru International Diabetes Federation (IDF) tahun 2021

menunjukkan sekitar 19,6 juta orang di Indonesia menderita diabetes. Jumlah

ini meningkat 81,8% dibandingkan tahun 2020. Berdasarkan hasil survei

kesehatan dasar menyatakan bahwa prevalensi diabetes di Indonesia

meningkat 2%. Sedangkan prevalensi diabetes di Provinsi Jawa Tengah tahun

2021 adalah diabetes melitus 20,57% dan di Kota Semarang 1,89. (Riskesdas,

2018)

Penyandang DM berisiko mengalami komplikasi yang yang akan

meningkatkan biaya pengobatan, menurunkan kualitas hidup dan kematian

secara perlahan bahkan kematian yang mendadak tanpa disadari penyebabnya.

Komplikasi DM lebih cepat dialami oleh penyandang DM yang tidak dapat

mengendalikan gula darahnya. Komplikasi tersebut dapat dibedakan menjadi

komplikasi akut berupa hiperglikemi dan hipoglikemi. Sedangkan komplikasi

kronis dapat berupa : Komplikasi pada Otak (stroke) jantung (penyakit-

penyakit jantung) Ginjal (Gagal ginjal kronis) Mata (glukoma dan katarak)

Kaki (kaki diabetik) Satu penyandang diabetes dapat mengalami lebih dari

satu komplikasi. (Agustina, 2017)

Komplikasi dari diabetes dapat diklasifikasikan sebagai mikrovaskuler

dan makrovaskuler. Komplikasi mikro- vaskuler termasuk kerusakan sistem

saraf (neuropati), kerusakan sistem ginjal (nefropati) dan kerusakan mata

(retinopati). Sedangkan, komplikasi makrovaskular ter- masuk penyakit

jantung, stroke, dan penyakit pembuluh darah perifer. Penyakit pembuluh

darah perifer dapat menyebabkan cedera yang sulit tidak sembuh, gangren,
4

bahkan amputasi. Komplikasi yang lain termasuk kerusakan gigi, penurunan

resistensi infeksi seperti influenza dan pneumonia, makrosomia dan

komplikasi saat melahirkan. (Saputra, 2017)

Prevalensi komplikasi DM di dunia berdasarkan data dari IDF atlas

2021 untuk Kardiovaskular 16%, Retinopati 35%, Nefropati 40%, Neuropati

16%, kaki diabetik 6,4 %. Data prevalensi dari RSCM tahun 2011 didapatkan

Retinopati Diabetik 22,40%, Neuropati 54%, Proteinuria 26,50%, Dialisis

0,50%, Ulkus kaki 8,70%, Amputasi 1,30%, Angina 7,40%, MCI 5,30%,

Gagal jantung 2,70%, Stroke 5,30%, PAD 10,90%. (Indaryati, 2019)

Kondisi komplikasi kronis dapat menjadi ancaman buruk bagi

Indonesia karena pengobatan yang tidak di- lakukan secara terintegrasi dapat

memunculkan masalah baru yaitu multiuse of prescription atau polypharmacy.

Penggunaan sejumlah obat bersamaan mempunyai risiko seperti peningkatan

reaksi obat, kepatuhan penggunaan yang sulit diterapkan, serta peningkatan

insiden efek obat yang tidak diharapkan. Selain itu, lanjut usia membuat

farmakokinetik yang disebabkan berkurangnya kapasitas untuk metabolisme

obat dan aspek farmakodinamik dalam tubuh, sehingga akan meningkatkan

risiko terjadi reaksi toksik. (Saputra, 2017)

Pencegahan komplikasi dapat dilakukan dengan pengobatan dan tanpa

pengobatan untuk mengendalikan gula darah. Kemampuan mengendalikan

gula darah dimiliki oleh penyandang yang memiliki pengetahun, sikap dan

pengalaman keterampilan dalam mengendalikan gula darah secara terus


5

menerus. Maka memahami penyakit DM harus dilakukan secara menyeluruh,

baik faktor risikonya, diagnosanya maupun komplikasinya. (Indaryati, 2019)

Salah satu komplikasi diabetes adalah neuropati yang bermanifestasi

sebagai hilangnya sensasi di kaki dan sering dikaitkan dengan cedera kaki.

Pencegahan cedera terkait olahraga pada penderita diabetes melibatkan

manajemen penyakit umum, termasuk kontrol gula darah, tekanan darah, lipid,

dan pencegahan komplikasi cedera diabetes. Penderita diabetes harus

menyadari bahwa perawatan kaki merupakan bagian dari kebiasaan hidup

sehari-hari yang harus diutamakan. (Damayanti, 2015)

Munculnya ulkus kaki diabetik merupakan salah satu yang

dipengaruhi oleh ketidaktahuan penderita baik dalam pencegahan maupun

pengobatan. Partisipasi aktif dalam jam sakit membuat perawatan diri diabetes

optimal. Diabetes tidak hanya ditangani oleh pasien sendiri, tetapi tim

kesehatan juga membantu pasien untuk mengubah sikap dan perilakunya.

Perubahan sikap dan perilaku membutuhkan pembelajaran, keterampilan

(kemampuan) dan motivasi. (Eva, 2021)

Ulkus diabetik merupakan masalah serius bagi pasien diabetes melitus

dengan risiko tinggi amputasi . Pengetahuan tentang pencegahan luka penting

untuk menghindari komplikasi tersebut. Informasi ini sangat penting untuk

menentukan perilaku pasien dalam pencegahan ulkus diabetik. (Wulandini,

2016)
6

Perawatan kaki yang tepat merupakan salah satu tindakan preventif

yang dapat dilakukan untuk mencegah cedera. Hasil penelitian yang dilakukan

Eva, Siswoto dan Rizki (2021) menunjukkan sebagian besar penderita

diabetes di lokasi penelitian memiliki informasi yang cukup tentang

pencegahan cedera yaitu sebanyak 21 responden (6,7%). 15 responden

(33,3%) memiliki informasi baik dan 9 responden (20%) tidak memiliki

informasi. (Oktaviani, 2021)

Hasil studi pendahuluan dari Klinik Rahmat Semarang di dapatkan

bahwa penyakit diabetes melitus termasuk penyakit sepuluh besar di Klinik

Rahmat Semarang. Data dari Klinik Rahmat Semarang 6 bulan terakhir dari

bulan September 2022, jumlah kasus penyakit diabetes melitus sebanyak 180

orang dan merupakan penyakit terbanyak kedua setelah hipertensi. Hasil

wawancara kepada 6 orang, ada 4 orang yang tidak tahu tentang pencegahan

luka diabetes melitus dan 2 orang lainnya tahu tentang pencegahan luka

diabetes melitus namun masih kurang pengetahuan jika sudah terkena luka

diabetes melitus.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk

meneliti tentang “Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Pencegahan

Ulkus Diabetikum Pada Penderita Diabetes Mellitus”

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Peneliti ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan keluarga

tentang pencegahan ulkus diabetikum pada penderita diabetes melitus


7

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengetahuan pasien diabetes melitus terhadap baik, cukup

atau kurang.

b. Mendeskripsikan pengetahuan keluarga tentang pencegahan ulkus

diabetikum pada penderita diabetes melitus

C. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi

Hasil penelitian sebagai literatur dan referensi prodi DIII

Keperawatan Universitas Karya Husada Semarang serta dapat memperluas

wawasan mahasiswa prodi DIII keperawatan Universitas Karya Husada

Semarang

2. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai penentu kebijakan dalam

pelayanan keperawatan khususnya tentang penyakit Diabetes Melitus.

3. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan tentang ilmu yang di peroleh

peneliti selama mengikuti pendidikan di prodi DIII keperawatan

Universitas Karya Husada Semarang sebagai syarat menyelesaikan

pendidikan DIII keperawatan

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya tentang

gambaran pengetahuan tentang pencegahan luka penderita diabetes melitus

dan menambahkan variabel lainnya sebagai pembeda dalam penelitian


8

D. Originalitas Penelitian
Tabel 1.1 Originalitas Penelitian
Judul dan Peneliti Metode Hasil Perbedaan
Gambaran Perilaku Jenis penelitian sebagian besar Penelitian terdahulu
Perawatan Kaki Dan deskriptif responden memiliki menggunakan
Faktor-Faktor Yang kuantitatif perilaku perawatan variabel faktor
Mempengaruhi dengan teknik kaki yang kurang perilaku pada
Perawatan Kaki penderita diabetes
pengambilan baik dan hampir mellitus
Pada Penderita sample yaitu setengahnya berada
Diabetes Mellitus di Total Sampling pada usia rentan Sedangkan pada
Garut,
Citra Windani Mambangdengan pralansia 45-59 tahun penelitian
jumlah
Sari, 2021 35 sampel dengan jenis kelamin menggunakan
terbanyak wanita variabel
pengetahuan
dengan tingkat
keluarga
pendidikan hampir
setengah sekolah dasa
Gambaran Pengetahuan Jenis penelitian pengetahuan perawat Penelitian terdahulu
Perawat Tentang deskriptif. tentang mengangkat menggunakan
Perawatan Luka Populasi adalah jaringan mati (72.3%), variabel
Ganggren Pada Pasien menghilangkan nanah pengetahuan perawa
seluruh perawat
Diabetes Melitus, dalam perawatan
di Ruang Aqsha (53.1%), menjaga
luka penderita
Yadi Putra, 2019 II dan Aqsha III kelembaban luka diabetes melitus
berjumlah 47 (70.2%) dan
perawat. menunjang masa Sedangkan pada
Pengambilan penyembuhan (51.0%) penelitian ini
sampel secara menggunakan
total sampling variabel
berjumlah 47 pengetahuan
perawat keluarga tentang
cara pencegahan
luka diabetes
melitus
Gambaran tingkat Penelitian ini tingkat pengetahuan DM Penelitian terdahulu
pengetahuan tentang dilakukan mayoritas cukup meneliti tentang
penatalaksanaan dengan metode (63,2%), pengetahuan gambaran
Diabetes melitus pada cross sectional. diet mayoritas baik pengetahuan tentang
pasien diabetes mel Sebanyak 95 (61,1%), pengetahuan penatalaksanaan
Itus di rsup sanglah responden obat mayoritas cukup diabetes melitus
Tjok Dwi (45,3%), pengetahuan
Agustyawan Pemayun olahraga meyoritas Sedangkan pada
2020 cukup (70,5%), dan penelitian ini fokus
pengetahuan monitoring
pada pengetahuan
gula darah mayoritas
cukup (51,5%) keluarga tentang
cara pencegahan
9

luka diabetes
melitus

Peran Edukator Perawat Jenis Peran perawat Penelitian terdahulu


penelitian
Dalam Pencegahan menggunakan digambarkan bahwa menggunakan
Komplikasi Diabetes kuantitatif; 54,90% menyatakan variabel tingkat
Melitus (Dm) desain survey perawat baik; sedangkan
Di Puskesmas Kota analitik 45,09% menyatakan pengetahuan dan
Palembang Tahun deskriptif. bahwa peran kadar gula darah
2019 perawat
Sri Indaryati, Sampel 102 masih buruk. Secara rinci sewaktu
2019
diambil dari total digambarkan bahwa
sampel frame, 57% responden Sedangkan pada
data dianalisis menyatakan strategi penelitian
menggunakan edukasi masih menggunakan
buruk
statistik univariat 56,86%; sikap sudah baik
83%, variabel
penjelasan pengendalian pengetahuan
gula darah 34% masih keluarga tentang
buruk. cara pencegahan
luka diabetes
melitus

This is a The study, 35% Penelitian terdahulu


of
Diabetic Foot quantitative patients required surgical menggunakan
Complications: A research used reintervention, and 27% variael penelitian
Retrospective Cohort suffered from
descriptive pengetahuan
Study complications, while
Bogan Stancu, 2022 research 13% required ICU keluarga tentang
methodsIn this admission. However, deteksi resiko ulcus
retrospective diabetic foot lesions are diabetikum
study, we preventable via simple
analyzed and interventions which Sedangkan pada
characterized a pointedly reduce foot penelitian
amputations.
cohort of 69 menggunakan
patients and variabel
their diabetes- pengetahuan
related foot keluarga tentang
complications. cara pencegahan
luka diabetes
melitusdengan jenis
penelitian
kuantitatif
pendekatan cross
The Relationship This type of The results of the chi- sectional
Penelitian terdahulu
Between Diabetes Self- sampling method square test obtained a meneliti tentang
p-
Management and Blood in this value of 0.000 and self-management
research the
1

Glucose Control spearman correlation test


was cross- dan kontrol gula
in
1

Patients With Type sectional with theobtained a p-value of darah


2
Diabetes Mellitus number of 0.000, as well as a
in
Ulee Kareng Subdistrict, samples in this correlation coefficient of Sedangkan pada
Banda Aceh 0.492. penelitian ini
study as many as
Saminan, 2020
88 respondents. mebahas
pengetahuan
keluarga tentang
cara pencegahan
luka diabetes
melitus
1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori

1. Diabetes Mellitus

a. Defenisi

Diabetes adalah masalah kesehatan masyarakat yang penting,

menjadi salah satu dari empat penyakit tidak menular prioritas yang

menjadi target tindak lanjut oleh para pemimpin dunia. Jumlah kasus

dan prevalensi diabetes terus meningkat selama beberapa dekade

terakhir.(12) Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme

kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah sebagai akibat

insufisiensi fungsi insulin. Hal tersebut dapat disebabkan oleh

gangguan atau defisiensi produksi insulin sel beta langerhas kelenjar

pankreas atau disebabkan oleh kurangnya responsifnya sel tubuh

terhadap insulin. (Masriadi, 2016)

Tabel 2.1 Nilai Gula Darah


Uraian Baik Sedang Buruk
Gula Darah Puasa 80-109 110-125  126
Gula Darah 2 Jam 80-144 145-179  180

Diabetes melitus merupakan kelompok penyakit metabolik

dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi

insulin, kerja insulin, atau keduanya. Klasifikasi diabetes melitus

secara umum terdiri atas diabetes melitus tipe 1 atau insulin dependent

diabetes melitus (iddiabetes melitus) dan diabetes melitus tipe 2 atau

non insulin dependent diabetes melitus (niddiabetes melitus). Diabetes


1

melitus tipe 2 terjadi karena sel β pankreas menghasilkan insulin dalam

jumlah sedikit atau mengalami resistensi insulin. Jumlah penderita

diabetes melitus tipe 1 sebanyak 5-10% dan diabetes melitus tipe 2

sebanyak 90-95% dari penderita diabetes melitus di seluruh dunia.

(Riskesdas, 2018)

Diabetes mellitus tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemi

akibat insensivitas sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit

menurun atau berada dalam rentang normal karena insulin tetap

dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas, maka diabetes mellitus tipe ii 10

dianggap sebagai non insulin dependent diabetes mellitus. Diabetes

mellitus tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang di tandai oleh

kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta

pankreas dan atau ganguan fungsi insulin (resistensi insulin). (Fatimah,

2015).

b. Etiologi

Peningkatan jumlah penderita diabetes melitus yang sebagian besar

diabetes melitus tipe 2, berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor

risiko yang tidak dapat diubah, faktor risiko yang dapat diubah dan

faktor lain. Diabetes melitus berkaitan dengan faktor risiko yang tidak

dapat diubah meliputi riwayat keluarga dengan diabetes melitus (first

degree relative), umur ≥45 tahun, etnik, riwayat melahirkan bayi

dengan beratbadan lahir bayi >4000 gram atau riwayat pernah


1

menderita diabetes melitus gestasional dan riwayat lahir dengan

beratbadan rendah. (Fatimah, 2015).

Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes adalah penderita

polycystic ovarysindrome (PCOS), penderita sindrom metabolik

memiliki riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa

darah puasa terganggu (GDPT) sebelumnya, memiliki riwayat

penyakit kardiovaskuler seperti stroke, pjk, atau peripheral rrterial

diseases (PAD), konsumsi alkohol, faktor stres, kebiasaan merokok,

jenis kelamin, konsumsi kopi dan kafein. (Fatimah, 2015).

1) Obesitas (kegemukan)

Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan kadar glukosa

darah, pada derajat kegemukan dengan imt > 23 dapat

menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah menjadi 200mg%.

1,2 2.

2) Hipertensi

Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat

dengan tidak tepatnya penyimpanan garam dan air, atau 11

meningkatnya tekanan dari dalam tubuh pada sirkulasi pembuluh

darah perifer.

3) Dislipedimia

Dislipedimia adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar

lemak darah (trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara


1

kenaikan plasma insulin dengan rendahnya hdl (< 35 mg/dl) sering

didapat pada pasien diabetes.

4) Umur

Umur yang terbanyak terkena diabetes mellitus adalah > 45 tahun.

6. Riwayat persalinan riwayat abortus berulang, melahirkan bayi

cacat atau berat badan bayi > 4000gram.

5) Faktor genetik

Diabetes melitus tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai

faktor mental penyakit ini sudah lama dianggap berhubungan

dengan agregasi familial. Resiko emperis dalam hal terjadinya

diabetes melitus tipe 2 akan meningkat dua sampai enam kali lipat

jika orang tua atau saudara kandung mengalami penyakit ini.

6) Rokok dan alkohol

Perubahan-perubahan dalam gaya hidup berhubungan dengan

peningkatan frekuensi diabetes melitus tipe 2. Peningkatan ini

dihubungkan dengan peningkatan obesitas dan pengurangan

ketidak aktifan fisik, faktor-faktor lain yang berhubungan dengan

perubahan dari lingkungan tradisional kelingkungan kebarat-

baratan yang meliputi perubahan-perubahan dalam konsumsi

alkohol dan rokok, juga berperan dalam peningkatan diabetes

melitus tipe 2. Alkohol akan menganggu metabolisme gula darah

terutama pada penderita diabetes melitus, sehingga akan

mempersulit regulasi gula darah dan meningkatkan tekanan darah.


1

c. Patofisologi

Diabetes melitus tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang

berperan yaitu : resistensi insulin dan disfungsi sel b pancreas.

Diabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi 12

insulin, namun karena sel sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu

merespon insulin secara normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai

“resistensi insulin. (Fatimah, 2015).

Resistensi insulin banyak terjadi akibat dari obesitas dan

kurang nya aktivitas fisik serta penuaan. Penderita diabetes melitus

tipe 2 dapat juga terjadi produksi glukosa hepatik yang berlebihan

namun tidak terjadi pengrusakan sel-sel b langerhans secara autoimun

seperti diabetes melitus tipe 2. Defisiensi fungsi insulin pada penderita

diabetes melitus tipe 2 hanya bersifat relatif dan tidak absolute.

(Fatimah, 2015).

Awal perkembangan diabetes melitus tipe 2, sel b menunjukan

gangguan pada sekresi insulin fase pertama,artinya sekresi insulin

gagal mengkompensasi resistensi insulin. Apabila tidak ditangani

dengan baik,pada perkembangan selanjutnya akan terjadi kerusakan

sel-sel b pankreas. Kerusakan sel-sel b pankreas akan terjadi secara

progresif seringkali akan menyebabkan defisiensi insulin,sehingga

akhirnya penderita memerlukan insulin eksogen. Pada penderita

diabetes melitus tipe 2 memang umumnya ditemukan kedua faktor

tersebut, yaitu resistensi insulin dan defisiensi insulin. (Fatimah, 2015).


1

d. Tanda dan gejala

Menurut Fatimah (2015) gejala diabetes melitus dibedakan menjadi

akut dan kronik:

1) Gejala akut diabetes melitus yaitu: poliphagia (banyak makan)

polidipsia (banyak minum), poliuria (banyak kencing/sering

kencing di malam hari), nafsu makan bertambah namu berat badan

turun dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah

lelah.

2) Gejala kronik diabetes melitus yaitu : kesemutan, kulit terasa panas

atau seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram,

kelelahan, mudah mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah

goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun bahkan

pada pria bisa terjadi impotensi, pada ibu hamil sering 13 terjadi

keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau dengan bayi

berat lahir lebih dari 4kg.

e. Komplikasi

Menurut Masriadi (2016) komplikasi yang dapat dialami pasien

diabetes tipe 2 meliputi:

1) Penyakit jantung dan pembuluh darah, seperti serangan jantung

dan stroke

2) Kerusakan saraf (neuropati diabetik) yang dapat ditandai dengan

mati rasa hingga nyeri di kaki atau gangguan pada fungsi seksual
1

3) Kerusakan ginjal (nefropati diabetik) yang kronis dan parah

sehingga dapat menyebabkan gagal ginjal

4) Kerusakan mata (retinopati diabetik) yang berisiko menyebabkan

gangguan penglihatan

5) Gangguan di kulit, misalnya akibat infeksi bakteri, infeksi virus,

atau luka yang sulit sembuh

6) Gangguan pendengaran

7) Sleep apnea

8) Penyakit alzheimer

f. Terapi

Menurut Fatimah (2015) metode-metode yang dapat digunakan untuk

menangani diabetes tipe-2. Terapi yang bisa diterapkan adalah terapi

farmakologi dan non-farmakologi.

1) Non- Farmakologi
a. Edukasi

Edukasi dengan tujuan hidup sehat, perlu dilakukan sebagai

bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang

sangat penting dari pengelolaan diabetes melitus secara holistik

b. Terapi Nutrisi Medis (TMT)

Penyandang diabetus melitus perlu diberikan pentingnya jadwal

makan, jenis dan jumlah makanan terutama bagi yang

menggunakan obat penurun glokosa darah atau insulin

c. Latihan Jasmani
1

Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur

(3-5 hari dalam seminggu selama 30-45 menit dengan jeda 2

hari). Latihan jasmani bersifat latihan aerobik dengan intensitas

sedang seperti jalan cepat, sepedai santai, joging dan renang.

2) Farmakologi
Dokter dapat meresepkan obat-obatan jika perubahan pola

hidup tidak cukup efektif menurunkan kadar gula darah. Jenis-jenis

obat yang dapat diberikan adalah:

a) Metformin, untuk mengurangi produksi gula pada hati.

b) Glinide,seperti nateglinide, dan sulfonilurea, seperti

glibenclamide, untuk merangsang kerja pancreas agar

memproduksi insulin lebih banyak.

c) Thiazolidinediones, seperti pioglitazone, untuk merangsang

sel-sel tubuh agar lebih sensitif terhadap insulin.

d) Pp-4 inhibitor, seperti sitagliptin, untuk meningkatkan produksi

insulin dan mengurangi produksi gula oleh hati.

e) Glp-1 receptor agonist, seperti exenatide, untuk memperlambat

pencernaan makanan, terutama yang mengandung gula,

sekaligus menurunkan kadar gula dalam darah.

f) Sglt2 inhibitor, seperti dapagliflozin, untuk mendorong ginjal

membuang lebih banyak gula. Obat diatas sebelum di gunakan

alangkah baiknya di konsultasikan ke dokter terlebih dahulu.

Hal ini agar dokter menyesuaikan jenis dan dosis obatnya

dengan kondisi anda sehingga risiko terjadinya efek samping


1

bisa dihindari. Obat di atas jika tidak efektif, dokter dapat

memberikan suntik insulin. Insulin tersedia dalam beberapa

jenis, dan masing-masingnya bekerja dengan cara yang

berbeda. Oleh sebab itu, diskusikan dengan dokter mengenai

jenis insulin yang tepat.

3) Operasi bariatrik

Operasi bariatrik hanya dianjurkan pada pasien dengan berat

badan berlebih yang kondisinya tidak bisa ditangani dengan

perubahan diet dan olahraga. Prosedur ini bertujuan untuk

mengubah bentuk saluran pencernaan agar porsi makanan dapat

dibatasi dan nutrisi yang terserap berkurang. Dengan begitu, berat

badan pun akan menurun.

4) Pemeriksaan kesehatan rutin

Kadar gula darah pasien perlu diperiksa secara rutin agar

kadarnya sesuai dengan yang telah ditentukan oleh dokter.

Pemeriksaan juga bertujuan untuk mengetahui keberhasilan

pengobatan yang sedang dilakukan. Tergantung kondisi pasien,

pemeriksaan mungkin perlu dilakukan sekali sehari sebelum atau

setelah berolahraga. Berbeda dengan pasien yang memerlukan

tambahan insulin, pemeriksaan perlu dilakukan beberapa kali

sehari. Penderita diabetes melitus juga bukan hanya pemeriksaan

gula darah yang dilakukan, perlu melakukan pemeriksaan lain

sesuai anjuran dokter, meliputi: tes hba1c, tes urine, pemeriksaan


2

kadar kolesterol, pemindaian jantung dengan ekg atau tes stres

jantung, tes fungsi hati, ginjal, dan tiroid. Dokter juga akan

menjalankan pemeriksaan mata secara berkala untuk mendeteksi

kerusakan pada saraf mata, serta pemeriksaan di kaki untuk melihat

apakah ada gangguan atau kerusakan saraf di kaki.

2. Pencegahan luka diabetes / ulcus diabetikum

Luka kaki diabetes dikategorikan sebagai luka kronik yang tidak akan

sembuh sendiri, melainkan dengan perawatan aktif. Komplikasi -

komplikasi diabetes penyebab memburuknya ulkus diabetik adalah

penyakit pembuluh darah perifer, neuropati perifer, dan infeksi.

Pencegahan komplikasi diabetes meliputi luka diabetes penting sekali

dilakukan yang dapat dicapai dengan kontrol gula darah, pengetahuan

tentang faktor resiko untuk berkembangnya ulkus kaki diabetik untuk

berkembanya penyakit ulkus kaki diabetik, dan memberikan perawatan

tepat pada waktunya. (Damayanti, 2015)

Pada kaki yang masih normal ataupun sudah ada gangguan neuropati

atau neuroiskemi namun belum ada luka, penatalaksanaan lebih

ditekankan pada deteksi dini. Deteksi dini masuk dalam pencegahan

sekunder yang bertujuan mencegah terjadinya komplikasi kaki diabetes

pada pasien diabetes melitus. Seorang pasien diabetes melitus yang baru

didiagnosis, deteksi dini sudah dilakukan untuk mencegah resiko infeksi

ataupun kelainan bentuk kaki. (Damayanti, 2015)


2

Deteksi dini diawali dengan deteksi adanya resiko ulserasi atau tukak

pada pasien diabetes melitus. Resiko terjadinya tukak dibagi menjadi dua

golongan besar yaitu resiko sistemik dan resiko total. Resiko sistemik

meliputi hiperglikemia yang tidak terkontrol, lamanya diabetes, penyakit

pembuluh darah pcnfer, gangguan penglihatan, penyakit ginjal kronik dan

usia tua. Sedangkan resiko total meliputi neuropati perifer. Kelainan

struktur kaki, bentuk sepatu yang tidak yang tidak yang sesuai, tekan yang

berlebihan dalam jangka waktu yang lama dan gerakan sendi. Menurut

Damayanti (2015) beberapa tindakan preventif untuk mencegah timbulnya

luka dan ganggren diabetik:

a. Pengendalian glukosa darah

Kontrol gula darah sangat penting untuk menghindari penurunan

resistensi terhadap infeksi dan mencegah neuropati diabetic.

b. Penggunaan alas kaki

Penggunaan sepatu pada pasien diabetes melitus tidak boleh

sembarangan.pemilihan sepatu di lakukan dengan hatihati,di mana

sepatu tersebut mengikuti bentuk kaki pasien untuk mencegah trauma

pada kaki. Tinggi hak sepatu sebaiknya di bawah 5 cm.

Penggunaan sandal dan sepatu secara bergantian,sandal dapat di

pakai saat berada di dalam rumah dan memakai sepatu saat berpergian

ke luar.menggunakan ukuran sepatu yang tepat (tidak terlalu sempit

atau pun terlalu longgar) yang bertujuan untuk mencegah trauma


2

gesekan.lama penggunaan sepatu baru yang bertahap untuk mencegah

trauma akibat lepuh.

c. Merawat kuku kaki

Perawatan kuku kaki pasien diabetes melitus sebaiknya setelah

mandi,sehingga saat memotong kuku,kuku menjadi lebih lembut.

Hindari memotong kuku dengan alat-alat tajam dan berhati-hati saat

memotong kuku kaki. Karena rasa nyeri di kaki dapat berkuran.

Hindari mengikir kuku terlalu pendek atau terlalu dalam pada daerah

tepi kiri dan kanan kuku. Apabila penglihatan pasien diabetes sudah

berkurang,mintalah bantuan orang lain.

d. Perawatan kaki

Perawatan kaki meliputi perhatian dan pemeriksaan pada kondisi

kaki pasien diabetes melitus serta pemakaian pelindung kaki agar kaki

tidak ada lepuh, kemerahan, fisura, kalus, atau ulserasi akibat terkena

trauma. Kaki harus di cuci bersih setiap hari. Kemudian di keringkan

terutama pada sela-sela jari kaki untuk mencegah akumulasi air.

Mencuci kaki dengan air biasa karena kaki ambang rasa pada

kaki berkurang. Pasien diabetes melitus harus menghindari berjalan

dengan kaki telanjang tanpa alas kaki,serta menghindari

membersihkan kallus sendiri. Apabila kedinginan pasien diabetes

melitus dapat menggunakan kaos kaki yang menyerap keringat.selalu

memperhatikan kondisi kaki untuk melihat :


2

1) kaki yang mengalami bengkak supaya bisa kembali mengecil dan

aliran darah kembali lancar.

2) adanya jamur yang dapat mengakibatkan sela-sela jari kaki yang

pecah-pecah ataupun terluka. Apabila di temukan kaki berjamur

segera konsultasikan dengan dokter untuk di obati. 20 3) peredaran

darah yang terganggu untuk menangani peredaran darah yang

terganggu,pasien diabetes melitus dapat melaku 1) latihan jalan

(konsultasikan dengan dokter) 2) berhenti merokok jika anda

seorang perokok e. Pertolongan pertama (p3k) pertolongan

pertama di maksudkan agar luka tidak terinfeksi. Apabila kaki

terluka,bersihkan luka di bawah air mengalir. Kemudian oleskan

krim antiseptic dan balut dengan perban atau balutan. Sehingga di

perlukan untuk selalu menyimpan kotak p3k di rumah yang berisi

balutan steril,tip,perban,dan krim anti septik.

e. Konseling

Pasien harus mendapatkan penyuluhan untuk mengurangi faktor

resiko,seperti konseling tentang kebiasaan merokok dan kenaikan

lemak darah yang dapat mempengaruhi timbulnya kelainan vaskuler

perifer. (Damayanti, 2015)

f. Latihan fisik

Latihan fisik bagi pendrita diabetes melitus sangat dibutuhkan

karena pada saat latihan fisik energy yang digunakan adalah glukosa

dan asam lemak bebas. Latihan fisik yang rutin dapat memelihara
2

berat badan yang normal dengan indeks masa tubuh. Manfaat dari

latihan fisik ini adalah dapat menurunkan kadar gula darah dengan

meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki

pemakaian insulin, memperbaiki sirkulasi darah dan tonus otot,

mengubah kadar lemak dalam darah. (Damayanti, 2015)

3. Konsep pengetahuan

b. Definisi

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri.

Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut

sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. (Notoatmodjo, 2010)

c. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahun yang cukup didalam domain

kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu :

1) Tahu (know)

Tahu dapat diperhatikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dan

seluruh bahan yang dipelajari.


2

2) Memahami (comprehension)

Memahami dapat diartikan sebagai kemampuan menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang

telah paham terhadap objek atau materi dapat menjelaskan dan

menyimpulkan objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya

(real). Aplikasi ini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum –

hukum, rumus – rumus, prinsip dan sebagainya dalam konteks lain.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu

struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama

lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata

kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian – bagian didalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru atau dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi– formulasi yang ada.


2

Misalnya dapat menyusun, merencakan, meringkas, menyesuaikan

dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan – rumusan yang

telah ada.

6) Evaluasi (evaluation)

evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian

terhadap suatu yang telah ada.

d. Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari

subjek penelitian atau responden. Pengetahuan yang ingin kita ketahui

atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.

(Masturoh, 2018).

e. Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Budiman dan Riyanto (2013), faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan adalah:

1) Pendidikan

Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku

seseorang atau kelompok dan merupakan usaha mendewasakan

manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Semakin tinggi

pendidikan seseorang maka semakin cepat menerima dan

memahami suatu informasi sehingga pengetahuan yang dimiliki

semakin tinggi.
2

2) Informasi/media

Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan,

menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan,

menganalisis dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu.

Informasi mempengaruhi pengetahuan seseorang, jika sering

mendapatkan informasi tentang suatu pembelajaran maka akan

menambah pengetahuan dan wawasannya, sedangkan seseorang

yang tidak sering menerima informasi tidak akan menambah

pengetahuan dan wawasannya.

3) Sosial, budaya, dan ekonomi

Tradisi atau budaya seseorang yang dilakukan tanpa penalaran

apakah yang dilakukan baik atau buruk akan menambah

pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi juga

akan menentukan tersedianya fasilitas yang dibutuhkan untuk

kegiatan tertentu sehingga status ekonomi akan mempengaruhi

pengetahuan seseorang. Seseorang yang mempunyai sosial budaya

yang baik maka pengetahuannya akan baik tapi jika sosial

budayanya kurang baik maka pengetahuannya akan kurang baik.

Status ekonomi seseorang mempengaruhi tingkat pengetahuan

karena seseorang yang memiliki status ekonomi dibawah rata-rata

maka seseorang tersebut akan sulit untuk memenuhi fasilitas yang

diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan.


2

4) Lingkungan

Lingkungan mempengaruhi proses masuknya pengetahuan ke

dalam individu karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak

yang akan direspons sebagai pengetahuan oleh individu.

Lingkungan yang baik maka pengetahuan yang didapatkan akan

baik tapi jika lingkungan kurang baik maka pengetahuan yang

didapatkan juga kurang baik.

5) Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman orang lain

maupun diri sendiri sehingga pengalaman yang sudah diperoleh

dapat meningkatkan pengetahuan seseorang. Pengalaman

seseorang tentang suatu permasalahan akan membuat orang

tersebut mengetahui bagaimana cara menyelesaikan permasalahan

dari pengalaman sebelumnya yang telah dialami sehingga

pengalaman yang didapat bisa dijadikan sebagai pengetahuan

apabila mendapatkan masalah yang sama.

6) Usia

Semakin bertambahnya usia maka akan semakin berkembang pula

daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang

diperoleh juga akan semakin membaik dan bertambah.


2

f. Kategori pengetahuan

Menurut Masturoh (2018) pengetahuan seseorang dapat diketahui atau

di interpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu tingkat

pengetahuan:

1) Baik bila skor atau nilai 76-100 % 2)

2) Cukup bila skor atau nilai 56-75 % 3)

3) Kurang bila skor atau nilai < 56 % 9

B. Kerangka Teori

DIABETES MELITUS

Komplikasi Diabetes Tanda dan gejala Diabetes


Faktor Penyebab Melitus Melitus
Diabetes Melitus 1. Penyakit jantung 1. Gelaja Akut
1. Obesitas
2. Kerusakan saraf Poliphagia, poliuria dan
2. Hipertensi
3. Kerusakan ginjal polidipsia
3. Dislipedimia
4. Kerusakan mata 2. Gejala Kronis
4. Usia
Kesemutan, kebas, kram,
5. Genetik 5. Gangguan di kulit
kelelahan, Mudah
6. Rokok dan alkohol (Ulcus Diabetikm)
mengantuk,dll

Pencegahan Ulcus Diabetikum


Pengendalian glukosa Ulcus Diabetikum
darah
Penggunaan alas kaki
Merawat kuku kaki Tingkat
Perawatan kaki Pengetahua
Konseling Pengetahuan
n
Latihan fisik Keluarga 1. Tahu (know)
tentang 2. Memahami
Pencegahan (comprehensio
n)
Bagan 2.1 Kerangka Teori 3. Aplikasi
(application)
4. Analisis (analysis)
3

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang

hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Nursalam, 2016). Variabel

dalam penelitian ini adalah variabel tunggal, yaitu gambaran pengetahuan

keluarga tentang pencegahan ulkus diabetikum.


3

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif yang

bertujuan untuk mendiskripsikan pengetahuan keluarga tentang pencegahan

ulkus diabetikum penderita diabetes melitus. Dengan pendekatan cross

sectional, yaitu penelitian pada beberapa populasi yang diamati pada waktu

yang sama. (Nursalam, 2016).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2023.

2. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di klinik Rahmat Semarang

C. Definisi
Operasional

Definisi operasional adalah batasan ruang lingkup atau pengertian


variabel-variabel diamati/ diteliti dan untuk mengarahkan kepada pengukuran
atau pengamatan terhadap variabel yang bersangkutan serta pengembangan
instrumen (alat ukur) (Nursalam, 2016).
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Pengetahuan Segala sesuatu yang Kuesioner 1. Baik jika Ordin
keluarga diketahui dan dipahami nilainya al
tentang keluarga pasien diabetes 76%-
pencegahn melitus tentang 100%
ulcus 2. Cukup jika
pencegahan luka diabetes
diabetikum nilainya
melitus meliputi cara 56%-75%
pencegahan, 3. Kurang
pengendalian gula darah, jika
penggunaan alas kaki, nilainya
pertolongan pertama, <56%
tanda dan gejala,

31
3

aktivitas fisik, diet,


konsumsi obat dan
konsultasi ke ahli gizi
atau dokter
Tabel 3.1 Definisi Operasional

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

1. Populasi

Menurut Sugiyono, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas objek subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Nursalam, 2016). Populasi dalam penelitian ini adalah lansia penderita

diabetes melitus di Klinik Rahmat Semarang dengan jumlah 180 orang

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

memenuhi atau mewakili populasi. Adapun besar sampel dalam penelitian

ini menggunakan rumus Solvin. Rumus Slovin adalah rumus yang

digunakan untuk menghitung ukuran sampel minimal suatu penelitian yang

mengestimasi proporsi dari populasi yang berhingga. Rumus Slovin hanya

dapat digunakan apabila diasumsikan tingkat kepercayaan 95% (tingkat

signifikansi 5%) dan dugaan proporsi (p) sebesar 0,5. Adapun rumus slovin

sebagai berikut:

n =
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = 100 Jumlah populasi
d = Tingkat signifikan 0.05 (5%)
n= N
1+(Nxd2)
3

n= 100
1+(100x0.052)

n= 100
1+0,25

n= 80. Jadi sampel dalam penelitian ini adalah 80

orang Kriteria inklusi dan eksklusi penelitian ini adalah:

a. Kriteria Inklusi

1) Laki-laki atau perempuan

2) Usia antara 50-70 tahun

3) Penderita Diabtes Melitus

4) Bersedia menjadi responden

b. Kriteria Eksklusi

1) Pasien yang mempunyai komplikasi berat

c. Teknik Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah simple

random sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi (Arikunto,

2020)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat pengumpulan data yang

digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.

(Arikunto, 2020). Penggunaan instrumen penelitian untuk mencari informasi

yang lengkap mengenai suatu masalah, fenomena alam maupun sosial.


3

Instrumen penelitian yang digunakan pada variabel ini menggunakan

kuesioner.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner

Jenis
Variabel Jumlah
Pertantaan Nomor Soal
Item
Pengetahuan
Pengertian Diabetes
Keluarga tentang 1, 2,3,4,5 5
dan Luka diabetes
ulkus diabetikum Faktor Resiko 6,7,10,11,12 5
Pencegaha luka 8,9,13,14,15 5
Total 12 15
a. Uji Validitas dan reabelitas

Di dalam penelitian ini, peneliti tidak melakukan uji validitas dan

reliabelitas dikarenakan instrumen penelitian yang digunakan yaitu sudah

valid. Kuesioner ini diadopsi dari penelitian Farida Dwi Andika Putri

(2019) dengan judul “Hubungan pengetahuan antara diabetes mellitus

dengan perilaku pencegahan Luka Pasien DM Tipe 2 Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung”. Dengan jumlah kuesioner

15 pernyataan telah di validkan dengan nilai uji validasi 0,593 dengan

menggunakan skala Gutman (Benar atau salah), jika responden menjawab

benar maka skor 1 dan jika salah di beri skor 0.

F. Jenis Data

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diambil langsung dari lapangan atau lokasi

tempat penelitian oleh peneliti sendiri. (Arikunto, 2020) Data primer

dalam penelitian ini diperoleh dari Klinik Rahmat Semarang


3

2. Data sekunder

Data Sekunder merupakan data yang diperoleh dari buku, jurnal dan

internet untuk mendukung penelitian. (Arikunto, 2020)

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Tahap Persiapan

a. Peneliti melaksanakan Ujian Proposal sebelum melaksanakan

penelitian.

b. Setelah dinyatakan LULUS dari Ujian Proposal, peneliti

melaksanakan Uji Etik untuk dapat melaksanakan penelitian.

c. Peneliti dapat melaksanakan penelitian setelah mendapatkan SURAT

KETERANGAN LOLOS KAJI ETIK

2. Tahap Pelaksanaan

a. Setelah memperoleh surat ijin untuk melakukan penelitian dari

Universitas Karya Husada Semarang, peneliti memberikan surat

tembusan kepada Dinas Kesehatan Kota Semarang dan Kepala

Puskesmas Lamper Tengah

b. Setelah memperoleh surat balasan dari Dinas Kesehatan Kota

Semarang, peneliti menyerahkan surat kepada Puskesmas Lamper

Tengah agar dibuatkan surat tembusan untuk penelitian

c. Peneliti mengumpulkan responden sesuai dengan jumlah sampel

d. Peneliti memberikan informasi tentang tujuan penelitian dan

keikutsertaan dalam penelitian ini kepada sampel penelitian, bagi yang


3

setuju berpartisipasi dalam penelitian ini diminta untuk

menandatangani lembar persetujuan penelitian (informed consent).

e. Peneliti membagikan lembar persetujuan penelitian (informed consent)

kepada responden penelitian yang bersedia berpartisipasi dalam

penelitian untuk ditandatangani.

f. Penelitia membagikan kuesioner yang telah disediakan

g. Responden mengisi kesioner

3. Tahap Pelaporan

a. Lembar kusioner yang telah diisi dilanjutkan dengan pengolahan data

(editing, skoring, coding, tabulating, dan entry data).

b. Setelah dilakukan pengolahan data, peneliti selanjutnya melakukan

analisis data untuk mengetahui distribusi frekuensi tiap variabel.

c. Peneliti melanjutkan untuk penyusunan Karya Tulis Ilmiah (BAB IV

dan BAB V).

d. Peneliti melaksanakan Ujian Hasil agar Karya Tulis Ilmiah ini diakui

dan dapat digunakan sebagai sumber referensi.

H. Pengolahan Data

Menurut Arikunto (2020) proses pengolahan data yang diperoleh dari

penelitian ini akan dikerjakan melalui tahap sebagai berikut:

1. Editing (Pengecekan Data)

Editing adalah memeriksa data yang telah diperoleh, bertujuan untuk

memastikan bahwa lembar kuesioner sudah lengkap, baik jumlah maupun

isinya
3

2. Skoring (Penilaian)

Skoring merupakan mengisi kolom-kolom lembar kode sesuai dengan

jawaban masing – masing pertanyaan. Untuk kuesioner pengetahuan

insomnia, jika jawaban Benar diberi nilai 1 dan jika jawaban Salah diberi

nilai 0.

3. Coding (Pemberian Code)

Coding merupakan mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi

data angka atau bilangan. Pemberian kode pada variabel sebagai berikut :

Kuesioner ini menggunakan skor dengan rentang skala gutman

Kode 1: ya

Kode 0: tidak

4. Tabulating merupakan membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan

penelitan atau yang diinginkan oleh peneliti.

5. Entry Data

Entry data adalah mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode

atau kartu kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.

I. Analisa Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan analisis univariat yaitu menganalisis terhadap tiap variabel dari

hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase

dari tiap variabel. Untuk perhitungan persentase dari setiap jawaban

menggunakan rumus:
3

Keterangan:

P = persentase
f = frekuensi setiap
kategori N = jumlah sampel
J. Etika Penelitian

Etika penelitian merupakan masalah yang penting dalam penelitian, mengingat

penelitian ini berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika

penelitian harus diperhatikan. (Arikunto, 2020) Etika yang harus diperhatikan

dalam melakukan penelitian adalah:

1. Informed consent (Lembar Persetujuan)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden yaitu dengan cara memberikan lembar perstujuan. Informed

consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan tujuan agar subje

mengerti maksud dan tujuan penelitian, serta mengetahui dampaknya.

2. Confidentiality (kerahasiaan)

Confidentiality merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan

dari hasil penelitian baik informasi maupun masalah lainnya. Semua

informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti,

hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan hasil penelitian


3

DAFTAR PUSTAKA

Aan & Novia. 2016. Hubungan Karakteristik Dan Pengetahuan Pasien Tentang
Luka Diabetic Dengan Tindakan Pencegahan Luka Pada Penderita Diabetes
Mellitus Di Ruang Dahlia RSUD Pasarebo {Online} Available at :
file:///C:/Users/User/Downloads/27-Article%20Text-110-1-10-
20190318.pdf(di akses pada 23 mei 2023)

Adelse & Betty. 2014. Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Penderita Diabetes
Melitus Dengan Upaya Pencegahan Ulkus Diabetikum Di Poli Penyakit
Dalam Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukit Tinggi https://sg.
Docworkspace.Com/d/slMblndVr9awIAY (di akses pada 24 mei 2022)

Agustina, Wahyu, & Rosa . 2017. Gambaran Pengetahuan Keluarga Dengan


Diabetes Mellitus Tentang Pencegahan Komplikasi Diabetes Mellitus Di
Wilayah Kerja Puskesmas Sentolo 2 https:// kink. onesearch.
id/Record/IOS4093.1958/Details (di akses pada 10 april 2023)

ADA 9 American Diabetes Association. 2014. Diagnosis and Classification of


Diabetes Melitus.Diabetes Care.

Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Hasil


Riskesdas 2018

Basri, H. Wulandini, P. & Saputra, R. 2016. Hubungan Pengetahuan Penderita


Diabetes Melitus Terhadap Kejadian Luka Diabetes Melitus di Ruang
Penyakit dalam RSUD. Arifin Achmad Pekanbaru. Jurnal Kesehatan.DIII
Keperawatan Universitas Abdurrab.

Bilous, R. & Donelly, R. 2014. Buku Pegangan Diabetes Edisi Ke 4. Jakarta


:Bumi Medika.

Budiman dan Riyanto A 2013. Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap
dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika.

Damayanti dan Ayu. 2015. Pengaruh pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat


pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Dalam Pencegahan Ulkus kaki
Diabetik Di politeknik RSUD Panembahan Senopati Bantul,vol 2, NO 1.

Eka, Abidah, Nelly & Nur. 2017. Karakteristik Ulkus Diabetikum Pada Penderita
Diabetes Melitus di RSUD dr. Zainal Abidin dan RSUD Meurasa Banda
Aceh.
4

Kemenkes, 2020, Riset ksehatan dasar (RISKESDAS) 2020, Kemenkes RI,


Jakarta.Jakarta: Bumi Medika

Eva, Siswoto & Rizki. 2021. Gambaran tingkat pengetahuan tentang pencegahan
luka pada penderita diabetes mellitus (DM). {Online}
Availabeleat:https://ejournal.akesrustida.ac.id./index.php/jikr/article/view/1
43/122 (di akses 22 februari 2023)

Farida. 2019. Hubungan pengetahuan antara diabetes mellitus dengan perilaku


pencegahan Luka Pasien DM Tipe 2. Fakultas Ilmu Keperawatan
Universiitas Islam Sultan Agung.

Hudiyawati & Rizki. 2018. Pengetahuan Berpengaruh Terhadap Kepatuhan


Dalam Perawatan Kaki Pada Klien Diabetes Melitus Tipe II. November
2018.

Holt, P. 2013. Assessment And Management Of Patients With Diabetic Foot


Ulcer. Nursing Standard XXVII, no. 3, p. 49-55.

Kemenkes RI. 2018. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) Indonesia
tahun 2018. In Riset Kesehatan Dasar 2018 (pp.182-183).

Lestari, Sri. 2012. Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik
Dalam Keluarga. Jakarta: Kencana.

Masriadi. 2016. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Trans Info Media

Masturoh, I., dan N. Anggita. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan.


Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.

Misnadiarly 2006. Diabetes Melitus: Ulcer, Infeksi, Ganggren, Penerbit Populer


Obor, Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 71

Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2012. Metode Penelitian Kesehatan .jakarta:Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. 2014. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan.Cetakan Ketiga.


Jakarta:PT Rineka Cipta
4

LEMBAR PERMOHONAN

MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Wahyu Nurul Maulidiyah


Nim : 20001009

Mahasiswa program studi DIII Keperawatan Universitas Karya Husada

Semarang, yang sedang melakukan penelitian dengan judul “Gambaran

Pengetahuan Keluarga Tentang Pencegahan Ulkus Diabetikum Pada

Penderita Diabetes Melitus” dengan ini memohon kesediaan saudara untuk

menjadi responden penelitian ini.

Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela untuk ikut serta

menjadi responden atau menolak, tanpa sanksi apapun. Saya menjamin

kerahasiaan identitas saudara. Informasi yang anda berikan hanya untuk

kepentingan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud lain. Jika saudara

bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, silahkan saudara

menandatangani lembar persetujuan (informed consent) yang saya ajukan.

Atas persetujuan dan kesediaan saudara sebagai responden, saya ucapkan

terimakasih.

Semarang, Juni 2023


Hormay saya

Wahyu Nurul Maulidiyah


4

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini saya :


Nama Responden :
No. Responden :
Alamat :
Dengan in menyatakan bersedia dan setuju sebagai responden penelitian

yang dilakukan oleh saudari Wahyu Nurul Maulidiyah dengan judul “Gambaran

Pengetahuan Keluarga Tentang Pencegahan Ulkus Diabetikum Pada

Penderita Diabetes Melitus”. Demikian surat kesedian ini saya buat dengan

penuh kesadaran sebenar-benarnya tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Semarang, Juni 2023


Responden

(...........................................................)
4

KUESIONER IDENTITAS RESPONDEN


GAMBARAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PENCEGAHAN
ULKUS DIABETIKUM PADA PENDERITA DIABETES MELITUS

Petunjuk Pengisian :
a. Isilah titik-titik dengan jawaban anda.
b. Jika jawaban berupa pilihan maka beri tanda (√) sesuai jawaban anda.
A. Idenitas Responden
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Umur :
4. Pendidikan :
5. Pekerjaan :
B. Kuesioner Penelitian
Petunjuk pengisian kuesioner :
1. Bacalah pertanyaan dengan baik dan teliti sebelum menjawab.
2. Berilah tanda ceklist (√) pada pilihan yang sesuai dengan pilihan anda.
3. Untuk kelancaran penelitian, mohon kepada saudara untuk
menjawab semua pertanyaan sesuai dengan pengetahuan saudara.
4. Waktu untuk menjawab kuesioner adalah 15 menit.
5. Bila ada petunujuk yang kurang jelas silahkan bertanya kepada peneliti
Jawaban
No Pernyataan Benar Salah
1 Penyakit Diabetes Mellitus disebut juga dengan
penyakit kencing manis
2 Penyakit diabetes adalah penyakit karena
kelebihan kadar gula dalam darah
3 Lama menderita diabetes mellitus dapat
berpengaruh terhadap kondisi kaki seperti kaki
menjadi lebih kering dan menyebabkan luka
4 Luka diabetic bukan luka yang terjadi pada
penderita diabetes yang pada umumnya terjadi
di kaki
5 Luka diabetic biasanya dalam dan berlubang
6 Pengontrolan kadar gula darah dengan cara
4

mematuhi diet diabetes dan olah raga sehingga


dapat mencegah terjadinya luka diabetic
7 Gesekan antara permukaan kulit kaki dengan
permukaan sepatu saat berjalan salah satu
faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah
kaki diabetic
8 Merawat kaki adalah salah satu hal yang paling
penting yang dapat dilakukan untuk mencegah
dan menyembuhkan luka diabetic
9 Penderita diabetes mellitus harus selalu
menjaga kebersihan kakinya
10 Resiko terjadinya luka diabetic yang
terbesar adalah trauma/lecet yang
disebabkan oleh
penggunaan alas kaki (sandal/sepatu) yang
tidak nyaman
11 Penderita diabetes mellitus yang memiliki
kebiasaan merokok tidak memiliki resiko lebih
besar terjadinya luka diabetic
12 Kelainan bentuk kaki seperti tulang
menonjol tidak berpengaruh terhadap
terjadinya luka
diabetic
13 Dalam merencanakan pencegahan luka
penderita diabetes harus memperhatikan kadar
gula darah dengan baik
14 Dalam merencanakan pencegahan luka
penderita harus memperhatikan pemilihan alas
kaki (sandal/sepatu) untuknya
15 Pemakaian krim (lotion/handbody) pada kulit
kaki yang kering dan tumit yang retak dapat
mengurangi resiko terjadinya luka diabetes

Anda mungkin juga menyukai