Anda di halaman 1dari 35

PROPOSAL PENELITIAN

KADAR KREATININ URINE PADA PENDERITA DIABETES


MELITUS TIPE II YANG TERKONTROL DAN
TIDAK TERKONTROL DI PUSKESMAS ABELI

RAHMIATI SASMITA
A201901024

PROGRAM STUDI D-IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
2023
LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL

Proposal ini telah kami setujui untuk diajukan pada Seminar Proposal Program

Studi D-IV Teknologi Laboratorium Medis Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas

Mandala Waluya, dalam rangka penyempurnaan penulisan.

Kendari,Juli 2023

Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.PH. Hj. Tasnim, SKM.,M.PH Sugireng, S.Si., M.Si


NIDN : 0909056603 NIDN : 09 2408 9202

Mengetahui,
Ketua Prodi D-IV Teknologi Laboratorium Medis

Titi Purnama, S.Si., M.Kes


NIDN : 09 1609 8902

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan Rahmat dan Karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal

penelitian ini yang berjudul “Perbedaan kadar kreatinin urine pada penderita diabetes

mellitus tipe II yang terkontrol dan tidak terkontrol di puskesmas abeli” guna

memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan pada program studi D-

IV Teknologi Laboratorium Medis Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Mandala

Waluya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan proposal ini masih jauh

dari kesempurnaan, oleh karena itu saran-saran dari semua pihak yang sifatnya

membangun untuk meningkatkan mutu dari penulisan ini sangat diharapkan oleh penulis.

Pada kesempatan ini penulis tidak lupa untuk menghanturkan rasa terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada iniibu Dr.PH. Hj. Tasnim,SKM.,MPH selaku pembimbing I

dan kepada IbuSugireng, S.Si., M.Si selaku pembimbing II, semua waktu, tenaga dan

pikiran yang telah diberikan dalam membimbing dan mengarahkan penulis dalam

menyusun proposal ini.

Tak lupa penulis haturkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Tasman, SKM., M.Kes selaku Ketua Yayasan Mandala Waluya Kendari.

2. Ibu Dr. Ratna Umi Nurlila, S.Si. M.Sc selaku Rektor Universitas Mandala Waluya

3. Bapak Laode Hadju, SKM., M.Kes selaku Wakil Rektor 1, Ibu Dr. Wa Ode Nova

Noviyanti SKM., M.Kes selaku Wakil Rektor II, Toto Surianto S, SKM., MH.Kes

selaku Wakil Rektor III, Universitas Mandala Waluya.

4. Bapak La Djabo Buton, SKM., M.Kes selaku Ketua Lembaga Penelitian dan

Pengabdian Masyarakat (LPPM), Azlimin, SKM., MM., M.Kes selaku Ketua Lembaga

Pengembangan Jaminan Mutu (LPJM), Bapak Abdul Rahim Sya’ban, SKM., M.Sc

iii
selaku Ketua Lembaga Pengembangan Karir Dosen Mahasiswa dan Alumni

(LPKDMA) Universitas Mandala Waluya.

5. Ibu Dr. Sri Anggarini Rasyid, S.Si., M.Si selaku dekan Fakultas Sains Dan Teknologi

Universitas Mandala Waluya.

6. Ibu Titi Purnama, S.Si., M.Kes selaku Ketua Prodi D-IV Teknologi Laboratorium

Medis Universitas Mandala Waluya.

7. Tim Penguji (masing-masing) : Dr. Sri Anggarini Rasyid, S.Si., M.Si selaku penguji I,

Dr. Syawal Abdurrahman, S.Si., M.Si selaku penguji II dan Ririn Teguh A, SKM.,

M.Kes selaku penguji III

8. Seluruh Dosen dan staf/karyawan Universitas Mandala Waluya Kendari yang telah

banyak membantu penulis semasa pendidikan.

9. Kedua orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan, kasih sayang serta

motivasi.

10. Seluruh teman-teman khusunya Program StudiD-IV Teknologi Laboratorium Medis

yang telah memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis hingga selesainya

proposal ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam proposal ini banyak terdapat kekurangan

dan masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saran dan kritik dari semua pihak

sangat penulis harapkan demi kesempurnaan proposal ini.

Kendari, Agustus 2023

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL ...................................................................... ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian.............................................................................................. 4
E. Kebaruan Penelitian............................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan teori Variabel Terikat........................................................................... 6
B. Tinjauan Teori Variabel Bebas........................................................................... 8
C. Kajian Empiris.................................................................................................... 13
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Dasar pemikiran ................................................................................................. 16
B. Kerangka Konsep Penelitian .............................................................................. 17
C. Variabel Penelitian.............................................................................................. 18
D. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif........................................................ 18
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.................................................................................................... 20
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................. 20
C. Kriteria peneliitan .............................................................................................. 21
D. Prosedur Penelitian............................................................................................. 24
E. Pengolahan data ................................................................................................. 24
F. Etika penelitian .................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kebaruan penilitian............................................................................................... 4

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Kerangka Konsep Penelitian................................................................. 17

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronik yang memiliki

angka kematian cukup tinggi secara global setelah penyakit kardiovaskuler

(Wardhani, 2021). Diabetes melitus (DM) menjadi kasus epidemi yang

meningkat saat ini, dalam beberapa dekade terakhir sangat berhubungan

dengan peningkatan eksponensial obesitas, dan telah menjadi salah satu

penyebab utama kematian di seluruh dunia. Mengingat prevalensi yang

signifikan, penderita tidak menyadari perkembangan penyakit mereka yang

muncul dari faktor risiko genetik dan metabolik.

Diabetes Melitus (DM) disebabkan oleh gangguan metabolisme yang terjadi pada

organ pankreas ditandai dengan peningkatan gula darah atau sering disebut dengan

kondisi hiperglikemia yang disebabkan karena menurunnya jumlah insulin dari

pankreas. Penyakit Diabetes Melitus dapat menimbulkan berbagai komplikasi baik

makrovaskuler maupun mikrovaskuler. Penyakit Diabetes Melitus dapat

mengakibatkan gangguan kardiovaskular yang merupakan penyakit cukup serius jika

tidak secepatnya diberikan penanganan sehingga mampu meningkatkan penyakit

hipertensi dan infark jantung (Saputri, et al., 2016).

World Health Organization (WHO) merumuskan bahwa DM merupakan suatu

kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari sejumlah faktor dimana didapati

defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin. International

Diabetes Foundation (IDF) memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM didunia

dari 382 juta pada tahun 2013 menjadi 592 juta pada tahun 20][

35. WHO melaporkan Indonesia menempati urutan keempat terbesar dari jumlah

1
penderita diabetes melitus dengan prevalensi 8,6 % dari total penduduk setelah India,

China dan Amerika Serikat. Menurut data Riskesdas tahun 2013, terjadi peningkatan

prevalensi DM di 17 propinsi di Indonesia dari 1,1 % (tahun 2007) meningkat menjadi

2,1 % tahun 2013 dari total penduduk sebanyak 250 juta (Basuki.,dkk.2016).

Prevalensi diabetes di Indonesia menempati urutan ke delapan dengan jumlah

penderita diabetes 2.887 ribu kasus pada tahun 2007, namun kasus intoleransi glukosa

di Indonesia menempati urutan ke 4 di tingkat Asia pada tahun 2007. Prevalensi

diabetes diprediksi akan meningkat menjadi 5.572 ribu kasus pada tahun 2025 (Chan et

al., 2009). Penelitian Mohan et al. (2013) menunjukkan kasus diabetes mellitus di

Indonesia pada tahun 2011 telah mencapai 7.292 ribu kasus dan menempatkan

Indonesia di urutan ke lima di Asia Tenggara. Urutan ini diperkuat oleh laporan Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 yang menjelaskan bahwa kelompok berisiko

diabetes tidak banyak berubah dari tahun 2004, yaitu lansia, masyarakat perkotaan,

wanita, masyarakat berpendidikan tinggi dan masyarakat kelompok ekonomi

menengah ke atas.

Diabetes melitus dikenal sebagai penyakit degeneratif yang memerlukan

pemantauan kontrol glikemik secara teratur. Kondisi hiperglikemi yang tidak terkontrol

dapat menyebabkan kerusakan pada sistem tubuh penderita yang nantinya akan

menimbulkan komplikasi. Komplikasi DM meliputi makrovaskular (stroke, penyakit

jantung koroner, penyakit arteri perifer) dan mikrovaskular (retinopati, neuropati dan

nefropati) (IDF,2013). Kontrol glikemik merupakan pemantauan kadar glukosa darah.

Kontrol glikemik baik atau buruk menentukan progresivitas penyakit DM. Kontrol

glikemik buruk pada penderita DM tipe II dapat dilihat dari gejala yang timbul antara

lain terjadinya hiperglikemi, hiperinsulinemia, protein glikosilasi dan stres oksidatif

yang mengakibatkan timbulnya gambaran komplikasi DM tipe II. Hiperglikemia yang

2
kronik menimbulkan kerusakan jangka panjang pada organ vital seperti ginjal, saraf,

jantung, mata dan pembuluh darah (Vitasari.,dkk.2017)

Pemeriksaan kadar kreatinin dalam darah merupakan salah satu parameter yang

digunakan untuk menilai fungsi ginjal, karena konsentrasi dalam plasma dan

ekskresinya di urin dalam 24 jam relatif konstan. Kadar kreatinin serum yang lebih

besar dari nilai normal mengisyaratkan adanya gangguan fungsi ginjal (Mahara, 2016)

Jumlah penderita diabetes semakin tahun semakin menikat maka perlu dilakukan

penelitian terhadapatperbedaan kadar kreatinin urine pada penderita diabetes melitus

tipe II yang terkontrol dan tidak terkontrol di puskesmas abeli

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam

penelitian inisebagai berikut :

1. Berapa rata-ratakadar kreatinin urine pada pasien penderita DM Tipe II yang

terkontrol diwilayah Puskesmas Abeli ?

2. Berapa rata-rata kadar kreatinin urine pada pasien penderita DM Tipe IIyang tidak

terkontrol diwilayah Puskesmas Abeli?

3. Apakah terdapatperbedaanrata-rata kadar kreatinin pada pasien DM Tipe II

terkontrol dan tidak terkontrol diwilayah Puskesmas Abeli ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kadar

kreatinin urine pada penderita diabetes mellitus tipe IIyang terkontrol dan tidak

terkontrol diwilayah Puskesmas Abeli

3
2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus pada penelitian ini yaitu :

a. Untuk mengetahui kadar kreatinin urine pada penderita diabetes mellitus tipe

IIyang terkontroldiwilayah Puskesmas Abeli

b. Untuk mengetahui kadar kreatinin urine pada penderita diabetes mellitus tipe

IIyang tidakterkontroldiwilayah Puskesmas Abeli

c. Untuk mengetahui perbedaan rata rata kreatinin urine pada penderita DM Tipe

II diwilayah Puskesmas Abeli

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan dan

pemikiraan khususnya di bidangTteknologi Laboratorium Medis.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, sekurang-

kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan dan

kesehatan pada umumnya dan Progrom studi D-IV Teknologi Laboratorium Medis

Khususnya.

E. Kebaruan Penelitian

Untuk menghindari duplikasi penelitian maka perlu mengetahui sumber-sumber

informasi pustaka dan mempunyai hubungan (acces) dengan sumber-sumber tersebut,

sehingga dapat meyakinkan bahwa tidak terjadi .duplikasi.

Tabel 1. Kebaruan penelitian


Nama Penulis
No Persamaan Perbedaan
(Tahun) / Judul
1. Basuki.,dkk(2012) Perbedaan Persamaannya yaitu Perbedaan pada
kadar kreatinin serum pasien DM pemeriksaan penelitian ini
tipe II yang terkontrol dan tidak dilakukan pada yaitu pada sampel
terkentrol di rsud Dr H. Abdul pasien penderita Dm penelitian

4
Moeloek Bandar lampung tahun tipe II
2012
2 Leriyanti.,dkk,(2021)Peran Persamaannya yaitu Yaitu pada usia
diabetes melitus tipe 2 pada terletak pada sampel dan jenis
perbedaan nilai glomerular pemeriksaan sama- kelaminn pasien
filtration rate (gfr) dan kreatinin sama menggunakan
urin individu dengan usia dan urine
jenis kelamin yang sama di
malang raya
3. Kriswiastiny. dkk 2022Hubungan Persaamannya yaitu Yaitu terletak
Lama Menderita Diabetes Melitus pemeriksaan pada sampel yang
dan Kadar Gula Darah dengan kreatinin yang digunakan
Kadar Kreatinin serum Pasien dilakukan pada
Diabetes Melitus Tipe 2 pasien diabetes
mellitus tipe II
4. Shyania dkk, (2021)peran diabetes Persaamannya yaitu Yaitu terletak
mellitus tipe 2 pada perbedaan pemeriksaan pada sampel yang
nilai glomerular filtration rate(gft) kreatinin yang digunakan
dan kreatinin urin individu dengan dilakukan pada
usia dan jenis kelamin yang sama pasien diabetes
di malang raya mellitus tipe II
5. Reza afriza (2022)Gambaran Persamaannya yaitu Yaitu pada usia
kadar kreatinin urien pada terletak pada sampel dan jenis
penderita diabetes mellitus dikota pemeriksaan sama- kelaminn pasien
kendari sama menggunakan
urine
6. Indriyani dkk (2017) Hubungan Persamaannya yaitu Responden bebas
antara kadar ureum kreatinin dan terletak pada sampel tidak terkontrol
krirens kreatinin dengan pemeriksaan sama- dan terkonrol
proteinuria pada penderita sama menggunakan
Diabetes Melitus urine
7. Aulia.,dkk (2019) Gambaran pola Persamaannya yaitu Perbedaan
penggunaan metformin terhadap sama-sama terletak pada
kadar kreatinin serum pada pasien memeriksa kadar sampel yang
Diabetes Mellitus tipe 2 di Rumah kreatinin pada digunakan
Sakit “X” pasien DM

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan TeoritisVariabel Terikat

1. Definisi Kreatinin Urine

Kreatinin merupakan zat racun yang ada dalam tubuh. Kreatinin ialah produk

sampingan dari hasil pecahan fosfokreatin yang di olah di otot dan pada akhirnya

akan dibuang melalui urin lewat proses filtrasi ginjal. Sementara ureum ialah

sampah dari metabolisme protein.Kreatin adalah asam amino yang terdapat pada

jaringan dan urin pada vertebra. Pada jaringan otot, kreatin biasanya terdapat dalam

bentuk fosfokreatin 12 sedangkan kreatin diekskresikan dalam bentuk kreatinin

dalam urine(Syaputri dkk.,2022).

Kreatinin terbuat dari zat yang disebut kreatin, yang dibentuk ketika makanan

berubah menjadi energi melalui proses yang disebut metabolisme. Sekitar 2 % dari

kreatin tubuh diubah menjadi kreatinin setiap hari.Kreatinin diangkut melalui aliran

darah ke ginjal.Ginjal menyaring sebagian besar kreatinin dan membuangnya

dalam urin. Bila ginjal terganggu, kreatinin akan meningkat. Tingkat kreatinin yang

tidak normal kemungkinan terjadi kerusakan atau kegagalan ginjal (Astrid dkk.,

2018).

Pemeriksaan kreatinin urine biasanya menggunakan strip (Urine Analyzer)

dengan hasil yang diaporkan 0,9; 4,4; 8,8; 17,7; dan 26,4; mmol/L. Strip reagen

tidak dapat mendeteksi ketiadaan kreatinin. Hasil tinggi palsu dapat disebabkan

oleh urine bercampur darah dan adanya obat penurun asam lambung (Tagamet).

Dan tidak ada pembacaan kreatinin yang dipertimbangkan tidak normal, karena

biasanya kreatini ada dalam konsentrasi 10 sampai 300 mg/dl. Pada keadaan

normal secara metabolik kreatinin berdifusi kedalam plasma dan diekskresikan

6
melalui urine. Dapat terjadi peningkatan konsentrasi kreatinin dalam darah yang

disebabkan oleh penumpukan kreatinin dipembuluh darah ginjal sehingga hanya

sejumlah kecil yang dikeluarkan melalui urine (Sugiatmini dkk., 2023).

2. Metabolisme kreatinin

Kreatinin terbuat dari zat yang disebut kreatin, yang dibentuk ketika makanan

berubah menjadi energi melalui proses yang disebut metabolisme. Sekitar 2 % dari

kreatin tubuh diubah menjadi kreatinin setiap hari.Kreatinin diangkut melalui aliran

darah ke ginjal.Ginjal menyaring sebagian besar kreatinin dan membuangnya

dalam urin. Bila ginjal terganggu, kreatinin akan meningkat. Tingkat kreatinin yang

tidak normal kemungkinan terjadi kerusakan atau kegagalan ginjal (Hidayanti,

2020).

Sisa metabolisme tubuh seperti ureum dan kreatinin dapat disaring melalui

proses difusi, sehingga terpisah dari darah bersih dan kadar ureum kreatinin akan

menurun. Keadaan tersebut juga dapat mengembalikan status fisiologi ginjal

menjadi lebih baik dengan mempertahankan kemampuan fungsi ginjal untuk

mengeksresikan sisa produk nitrogen, toksin dan obat-obatan, mampu untuk

menangani beban air dan elektrolit dengan efisien, keseimbangan asam basa, dan

mampu memproduksi eritropoetin. Kalau mesin ini terganggu maka tubuh akan

keracunan dari sampah hasil metabolisme tubuh, sehingga akan menimbulkan

bentuk penyakit akibat bagian-bagian tubuh terganggu oleh menumpuknya racun

(Martono dkk., 2017).

3. Hubungan Diabetes Melitus Dengan Kreatinin

Penderita diabetes melitus memiliki kadar gula darah yang tinggi atau

hiperglikemia kondisi ini menyebabkan dinding pembuluh darah rusak, lemah dan

rapuh sehingga terjadi penyumbatan yang menimbulkan komplikasi mikrovaskuler

7
salah satunya nefropati diabetika. Kondisi hiperglikemia juga berperan dalam

pembentukan aterosklerosis.Akibatnya terjadi penyempitan lumen pembuluh darah

dan penurunan kecepatan aliran darah yang menyebabkan berkurangnya suplai

darah ke ginjal. Hal ini dapat menyebabkan gangguan proses filtrasi di glomelurus

dan penurunan fungsi ginjal ditandai dengan meningkatnya kadar ureum dan

kreatinin. Penderita diabetes sangat mengurangi konsumsi karbohidrat sehingga

sering mengganti makannya dengan makanan yang tinggi protein, ikan, ataupun

daging sebagai sumber energi. Didalam tubuh makanan tersebut akan menghasikan

keratin yang dipakai otot sebagai sumber energi, dan dihasikanlah kreatinin sebagai

sisa metabolisme otot (Rachmad dkk., 2023).

4. Metode pemeriksaan

Metode yang sering digunakan untuk penentuan kreatinin adalah metode

analisis secara kolorimetri melalui reaksi Jaffe.Reaksi Jaffe merupakan reaksi yang

sederhana dan mudah. Metode ini didasarkan pada pembentukan senyawa berwarna

merah–oranye yang terjadi antara asam pikrat dengan kreatinin dalam suasana basa

(Sulistiarty 2018).

B. Tinjauan Teoritis Variabel Bebas

1. Definisi Diabetes Melitus (DM) Tipe II

Diabetes Mellitus Tipe IIadalah penyakit gangguan metabolik yang di tandai

oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas

dan atau ganguan fungsi insulin (resistensi insulin). DM disebabkan oleh ketidak

mampuan dari organ pancreas untuk memproduksi insulin atau kurangnya

sensitivitas insulin pada sel target tersebut. Abnormalitas pada metabolisme

karbohidrat, lemak dan protein yang ditemukan pada penderita penyakit diabetes

8
mellitus terjadi dikarenakan kurangnya aktivitas insulin pada sel target (Annisak

dkk., 2017 )

DM jugadisebut dengan the silent killer karena penyakit ini dapat mengenai

semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Penyakit yang

akan ditimbulkan antara lain gangguan penglihatan mata, katarak, penyakit jantung,

sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh dan membusuk/gangren, infeksi

paru-paru, gangguan pembuluh darah, stroke dan sebagainya. Tidak jarang,

penderita DM yang sudah parah menjalani amputasi anggota tubuh karena terjadi

pembusukan(Tandra 2017)

2. Patogenesis Diabetes

Melitus Resistensi insulin, gangguan sekresi insulin dan abnormalitas

metabolik menjadi kunci dari perkembangan penyakit DM tipe 2. Pada tahap awal,

toleransi glukosa hampir normal karena sel-sel beta pankreas mengkompensasi

dengan meningkatkan produksi insulin. Seiring dengan meningkatnya resistensi

insulin, sel beta pankreas tidak lagi dapat mempertahankan kondisi

hiperinsulinemia. Akibatnya, terjadi gangguan toleransi glukosa yang ditandai

dengan peningkatan glukosa postprandial (Fosfer., 2016)

Penurunan sekresi insulin dan peningkatan produksi glukosa hati yang terus

menerus, akan berlanjut pada diabetes dan disertai dengan peningkatan kadar

glukosa darah puasa Penurunan kemampuan insulin untuk bekerja secara efektif

pada jaringan target terutama otot rangka dan hepar merupakan gambaran utama

DM tipe-2 dan merupakan kombinasi antara faktor genetik dan obesitas.

Mekanisme pasti mengenai resistensi insulin pada DM tipe 2 masih belum

diketahui (Colledge, 2016)

9
3. Patofisiologi Diabetes Melitus

DMadalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam darah tinggi karena

tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup sehingga

mengakibatkan terjadinya penumpukan gula dalam darah yang menyebabkan

terjadinya hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu

dalam darah.Glukosa dalam tubuh dibentuk di dalam hati dari makanan yang

dikonsumsi ke dalam tubuh. Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh

pankreas yang berfungsi untuk memfasilitasi atau mengendalikan kadar glukosa

dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya. Defisiensi insulin ini

menyebabkan penggunaan glukosa dalam tubuh menurun yang akan menyebabkan

kadar glukosa darah dalam plasma tinggi atau hiperglikemi. Keadaan hiperglikemi

ini akan menyebabkan terjadinya glukosuria dikarenakan glukosa gagal diserap

oleh ginjal ke dalam sirkulasi darah dimana keadaan ini akan menyebabkan gejala

umum DM (Saraswati.,2018)

4. Gejala Klasik Diabetes Melitus

Gejala klasik DM mempunyai tiga gejala yang disebut trias DM, yaitu

poliuria (banyak kencing), polydipsia (banyak minum) dan polifagia (banyak

makan). Poliuria merupakan gejala yang paling utama dan hampir dirasakan oleh

setiap penderita, banyak kencing ini tidak hanya sering kencing tetapi jumlahnya

pun banyak. Polidipsia sebenarnya merupakan reaksi lanjutan karena adanya

polyuria sehingga banyak cairan tubuh yang dikeluarkan. Polipagia terkadang

merupakan gejala yang tidak menonjol, dasar kejadian ini adalah habisnya

cadangan gula di dalam tubuh meskipun kadar gula darah tinggi yang disebabkan

gula dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel Taraf maksimal reabsorpsi

glukosa pada tubulus renalis ketika terjadi hiperglikemia akan dilampaui dan gula

10
akan dieksresikan pada urin (glikosuria). Volume urin meningkat akibat terjadinya

diuresis osmotik sehingga terjadi poliuria. Poliuria menyebabkan kehilangan air

selanjutnya akan menimbulkan dehidrasi dan hiperosmolaritas, bertambahnya rasa

haus dan gejala banyak minum (Prayuda.,2016)

5. Faktor resiko

Peningkatan jumlah penderita DM yang sebagian besar DM tipe 2, berkaitan

dengan beberapa faktor yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah, faktor risiko

yang dapat diubah dan faktor lain.Adapun faktor yang dimaksud yaitu :

a. Obesitas (kegemukan)

Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan kadar glukosa darah,

pada derajat kegemukan dengan IMT > 23 dapat menyebabkan peningkatan

kadar glukosa darah menjadi 200mg %. 1,2 ( kurniawati, 2016)

b. Hipertensi

Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat dengan tidak

tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari dalam

tubuh pada sirkulasi pembuluh darah perifer( Trisnawati, 2018)

c. Riwayat Keluarga Diabetes Mellitus

Seorang yang menderita Diabetes Mellitus diduga mempunyai gen

diabetes. Diduga bahwa bakat diabetes merupakan gen resesif. Hanya orang

yang bersifat homozigot dengan gen resesif tersebut yang menderita Diabetes

Mellitus.

1) Dislipedimi

Adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah

(Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma

11
insulin dengan rendahnya HDL (< 35 mg/dl) sering didapat pada pasien

Diabetes

2) Umur

Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena Diabetes Mellitus

adalah > 45 tahun.Riwayat persalinan Riwayat abortus berulang, melahirkan

bayi cacat atau berat badan bayi > 4000gram (Mendrofa 2022)

3) Faktor Genetik

DM tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor mental

Penyakit ini sudah lama dianggap berhubungan dengan agregasi familial.

Risiko emperis dalam hal terjadinya DM tipe 2 akan meningkat dua sampai

enam kali lipat jika orang tua atau saudara kandung mengalami penyakitini(

Fatimah.,2015)

4) Alkohol dan Rokok

Perubahan-perubahan dalam gaya hidup berhubungan dengan

peningkatan frekuensi DM tipe 2. Walaupun kebanyakan peningkatan ini

dihubungkan dengan peningkatan obesitas dan pengurangan ketidak aktifan

fisik, faktor-faktor lain yang berhubungan dengan perubahan dari

lingkungan tradisional kelingkungan kebarat- baratan yang meliputi

perubahan-perubahan dalam konsumsi alkohol dan rokok, juga berperan

dalam peningkatan DM tipe 2. Alkohol akan menganggu metabolisme gula

darah terutama pada penderita DM, sehingga akan mempersulit regulasi

gula darah dan meningkatkan tekanan darah. Seseorang akan meningkat

tekanan darah apabila mengkonsumsi etil alkohol lebih dari 60ml/hari yang

setara dengan 100 ml proof wiski, 240 ml wine atau 720 ml (Jema.,2022)

12
6. Komplikasi diabetes melitus

Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik akan menimbulkan komplikasi

akut dan kronis. Menurut PERKENI komplikasi DM dapat dibagi menjadi dua

kategori, yaitu :

a. Komplikasi akut

Hipoglikemia, adalah kadar glukosa darah seseorang di bawahnilai normal

(< 50 mg/dl). Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita DM tipe 1 yang

dapat dialami 1-2 kali per minggu, Kadar gula darah yang terlalu rendah

menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat pasokan energi sehingga tidak

berfungsi bahkan dapat mengalami kerusakan. - Hiperglikemia, hiperglikemia

adalah apabila kadar gula darah meningkat secara tiba-tiba, dapat berkembang

menjadi keadaan metabolisme yang berbahaya, antara lain ketoasidosis

diabetik, Koma Hiperosmoler Non Ketotik (KHNK) dan kemolakto asidosis

(Sadewi.,2022)

b. Komplikasi Kronis

Komplikasi makrovaskuler, komplikasi makrovaskuler yangumum

berkembang pada penderita DM adalah trombosit otak (pembekuan darah pada

sebagian otak), mengalami penyakit jantung koroner (PJK), gagal jantung

kongetif, dan stroke. - Komplikasi mikrovaskuler, komplikasi mikrovaskuler

terutama terjadi pada penderita DM tipe 1 seperti nefropati, diabetik retinopati

(kebutaan), neuropati, dan amputasi (Nauli.,2015)

C. Kajian Empiris

Adapun kajian empiris pada penelitian kali ini adalah :

1. Menurut hasil penelitian Hisyam B jurnal Kedokteran dan KesehatanFakultas

Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara dengan judul hubungan antara

13
diabetes melitus tipe II dengan kejadian gagal ginjal kronik di rumah sakit

PKUmuhammadiyah yogyakarta periode januari 2011-oktober 2012. Dari hasil

penelitian diperoleh Hasil analisis data menggunakan Chi-Square tersaji diperoleh

nilai p = 0,000 (p < 0,05) dan Confidence interval (CI) 95 %; 2,3-7,8. Secara

statistik hal ini menunjukkan bahwa hipotesis nol (H0) ditolak karena terdapat

hubungan antara DM tipe II dengan kejadian gagal ginjal kronik.

2. Menurut hasil penelitian Lintang Dian Saraswati jurnal kesehatan masyarakat

dengan judul screening fungsi ginjal sebagai perbaikan outcome pengobatan pada

penderita diabetes mellitus tipe II (studi di wilayah kerja puskesmas

ngesrep).Darihhasil penelitian diperoleh hasil Rerata kadar kreatinin pada penderita

diabetes melitus 1.4±0.8 mg/dl, sedangkan rerata LFG pada penderita diabetes

melitus 61,16±23,42mL/min. Berdasarkan skor Bersihan Kreatinin menggunakan

rumus Cockcroft-Gault untuk status fungsi ginjal yang paling banyak diderita

responden adalah menderita gangguan fungsi ginjal tingkat sedang dengan LFG 30-

59mL/min yaitu (50,6 %).

3. Menurut hasil penelitian shyania aria marnuki leriyanti jurnal dengan judul peran

diabetes melitus tipe 2 pada perbedaan nilai glomerular filtration rate (gfr) dan

kreatinin urin individu dengan usia dan jenis kelamin yang sama di malang raya

Kelompok DM dan non DM hasil statistic berbeda signifikan pada kadar HbA1c

(p=0.000) dengan rerata 5.78 ± 0.377 pada kelompok non DM dan 10.22 ± 2.492

pada kelompok DM , GDA (p=0.000) dengan rerata 108.71 ± 22.36 pada kelompok

non DM dan 267.06 ± 112.40 pada kelompok DM. Didapatkan hubungan tidak

searah dengan kekuatan lemah pada usia dan GFR (p=0.008), HbA1c dengan

kreatinin urin (p=0.025).

14
4. Menurut hasil penelitian afriza dengsn judul gambaran kadar kreatinin urine pada

penderita diabetes melitus di kota kendari Berdasarkan hasil pemeriksaan kreatinin

dengan total 50 sampel urine penderita DM diperoleh hasil 44 sampel memiliki

kadar kreatinin urine normal dan 6 sampel memiliki kadar kreatinin meningkat.

Kesimpulan : Dari 50 sampel responden penderita diabetes melitus didapatkan hasil

kadar kreatinin urine normal sebanyak 44 sampel dan yang meningkat sebanyak 6

sampel responden.

5. Menurut hasil penelitian saridengan judul perbandingan kadar kreatinin s erum

antara penderita diabetes melitus tipe 2 dan non diabetes melitus di kota kendari

pemeriksaan kadar kreatinin pada kelomok DM adalah 0,75 mg/dL, kadar

minimum sebesar 0,63 mg/dL dan kadar maximum sebesar 1,81 mg/dL. Sedangkan

hasil pemeriksaan kadar kreatinin pada kelompok non-diabetes adalah 0,685, kadar

minimum sebesar 0,51 mg/dL dan kadar maximum sebesar 1,07 mg/dL.

15
BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Dasar Pemikiran

Diabetes Melitus adalah suatu penyakit metabolik dengan karakteristik

hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kelainan kerja insulin atau

keduanya. Diabetes melitus yang tidak terkontrol akan meningkatkan progresivitas

terjadinya berbagai komplikasi kronik, baik mikroangiopati maupun makroangiopati.

DM ini disebabkan oleh insulin yang tidak dapat bekerja dengan baik. Kadar insulin

dapat normal, rendah atau bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk metabolisme

glukosa tidak ada atau kurang. Akibatnya glukosa dalam darah tetap tinggi sehingga

terjadi hiperglikemia dan 75 % dari penderita DM tipe-2 ini dengan obesitas atau

kegemukan serta diketahui DM tipe-2 setelah usia 30 tahun (Alfarizi dkk.,2019)

DM masuk dalam kategoripenyakit degeneratif yang memerlukan pemantauan

kontrol glikemik secara teratur. Kondisi hiperglikemi yang tidak terkontrol dapat

menyebabkan kerusakan pada sistem tubuh penderita yang nantinya akan menimbulkan

komplikasi. Komplikasi DM meliputi makrovaskular (stroke, penyakit jantung koroner,

penyakit arteri perifer) dan mikrovaskular (retinopati, neuropati dan nefropati) (IDF,

2013). Kontrol glikemik merupakan pemantauan kadar glukosa darah. Kontrol

glikemik baik atau buruk menentukan progresivitas penyakit DM. (Kholik., 2022)

Kontrol glikemik merupakan pemantauan kadar glukosa darah. Kontrol glikemik

baik atau buruk menentukan progresivitas penyakit DM. Kontrol glikemik buruk pada

penderita DM tipe II dapat dilihat dari gejala yang timbul antara lain terjadinya

hiperglikemi, hiperinsulinemia, protein glikosilasi dan stres oksidatif yang

mengakibatkan timbulnya gambaran komplikasi DM tipe II. Hiperglikemia yang

16
kronik menimbulkan kerusakan jangka panjang pada organ vital seperti ginjal, saraf,

jantung, mata dan pembuluh darah. (Indriani dkk.,2017),

Adapun gambar kerangka fikir pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Diabetes Melitus Tipe II

Pasien DM Pasien DM tidak


Terkontrol terkontrol

Kreatinin Urine

B. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka pikir yang mengacu pada pendekatan masalah dalam penelitian ini

disajikan pada Bagan 1 yaitu sebagai berikut :

Pasien DM Tipe IITerkontrol


Kreatinin pada penderita Diabetes Melitus Tipe II

Tidak Terkontrol

Gambar 1. Kerangka konsepPenelitian

Keterangan :

= Variabel Independent

=Variabel Dependent

17
C. Variabel penelitian

1. Variabel bebas (independent)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah terkontrol dan tidak terkontrol

2. Variabel terkait (Dependent)

Variabel terkait pada penelitian ini adalah kadarkreatinin urine pada penderita

DM Tipe II

D. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif

1. Kreatinin Pada Pasien Penderita DM Tipe II

a. Definisi Operasionl

Kreatinin adalah hasil perombakan kreatin senyawa berisi nitrogen yang

terutama ada dalam otot. Enzim kreatin fosfokinase (CPK/Creatine

Phosphokinase) merupakan fosforilasi kreatin menjadi suatu senyawa fosfat

kaya energi yang ikut serta dalam reaksi-reaksi yang memerlukan energi.

Banyaknya kreatinin yang dihasilkan dari perombakan kreatin cenderung tetap

sama, kreatinin yang telah terbentuk ini tidak dapat diubah menjadi kreatin

energy ( Hendarta dkk.,2018)

Kenaikan kadar kreatinin menunjukkan adanya kerusakan fungsi ginjal,

terutama menyangkut fungsi glomerulus. Pemeriksaan kadar kreatinin darah

sangat penting untuk memantau fungsi ginjal yang tidak baik, dibandingkan

dengan pemeriksaan ureum dan asam urat pemeriksaan kreatinin lebih sering

digunakan untuk indikator, karena sekresi kreatinin tidak dipengaruhi oleh diet,

sex dan hormon (Pherson, 2016)

b. Kriteria Objektif

Adapun kriteria objektif pada kadar kreatinin adalah sebagai berikut :

1) Normal

18
Kadar kreatinin normal dalam urine < 1,2 mg/dl untuk wanita,

sementara < 1,4 mg/dl untuk pria.

2) Tinggi

Kadar kreatinin dikatakan tinggi apabila kadarnya ≥ 1,2 mg/dl untuk

wanita dan ≥1,4 untuk pria

2. Penderita DM Tipe II Terkontrol dan Tidak Terkontrol

a. Definisi operasional

Pasien yang sudah didiagnosa menderita DM Tipe 2 yang mengalami

Hiperglikemia dan menimbulkan gejala seperti poliuria, polidipsia, polifagia,

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, kelelahan dan penurunan

kinerja, gangguan penglihatan dan rentan terhadap infeksi ketoasidosis atau

nonketoasidosis. Hiperglikemia kronis juga menyebabkan gangguan sekresi

dan/atau kerja insulin serta dikaitkan dengan kerusakan jangka panjang dan

gangguan fungsional berbagai jaringan dan organ pasien (Widyawati

dkk.,2022)

b. Krteria Objektif

1. Pasien Terkontrol = keterkontrolan pola makan, aktivitas fisik, dan

kepatuhan berobat pasien DM tipe II ≥ 50%

2. Pasien Tidak Terkontrol = keterkontrolan pola makan, aktivitas fisik, dan

kepatuhan berobat pasien DM tipe II ≤ 50%

E. Hipotesis Penelitian

Ho =Tidak ada perbedaan kadar kreatinin antara penderita DM TipeII Yang

Terkontrol dan Tidak Terkontrol

Ha = Ada Perbedaan kadar kreatinin antara penderita DM Tipe II yang terkontrol

dan Tidak Terkontrol

19
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Desain

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan

rancangan deskriptif cross sectional. Penelitianinibertujuan untuk mengetahui kadar

rata-ratakeratinin terkontrol dan tidak terkontrol pada penderita DM Tipe II di wilayah

Puskesmas Abeli

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksankan pada bulan juli sampai bulan agustus 2023

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Abeli dan Laboratorium

Puskesmas Abeli

2. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Notoatmodjo, 2010). Populasi

yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien yang menderita DM

dipuskesmas Abeli pada bulan Januari s/d mei 2023 sebanyak 35 pasien .

Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel

penelitian iniadalah Urine penderita DM tipe-II yang terkontrol dan tidak terkontrol

dihitung menggunakan rumus Slovin

20
N
n=
1+ N ( E ) 2

Keterangan :
n = ukuran sampel / jumlah responden
N = ukuran populasi
E = persentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang
masih bisa di tolerir

dik : sampel pasien sebanyak 35 sampel dari 35 pasien

peny : …?

35
n= 2
1+ 35 ( 0 ,05 )

35
n=
1+ 35(0,0025)

35
n=
1+0.0875

35
n=
1+ 0.0875

35
n=
1.0875

n = 32,183

n = 32

C. Kriteria penelitian

1. Teknik pengambilan accident sampling

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria yang akan menyaring anggota populasi

menjadi sampel yang memenuhi kriteria secara teori yang sesuai dan terkait

dengan topik dan kondisi penelitian. Atau dengan kata lain, kriteria inklusi

merupakan ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang

21
dapat diambil sebagai sampel (Masturoh, 2018). Kriteria inklusi dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pasien DM tipe-II yang terkontrol dan tidak terkontrol berobat di

Puskesmas Abeli sejak 2 tahun terakhir

2. Pasien berumur 30-50 tahun

3. Pasien yang bersedia di wawancarai

4. Bisa berkomunikasi

5. Pasien yang sudah di diagnosis DM Tipe II 2 tahun terakhir

b. kriteria Ekslusi

Kriteria ekslusi adalah kriteria yang dapat digunakan untukmengeluarkan

anggota sampel dari kriteria inklusi atau dengan kata lain ciri-ciri anggota

populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel (Masturoh, 2018). Adapun

kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

1. tidak bersedia menjadi responden

2. Usia dibawah 30 th dan diatas 50 th

D. Alat dan Bahan

1. Alat penelitian

Tabel 2. Alat yang digunakan pada penelitian ini


No Nama alat Fungsi
1. Urinalyzer Memeriksa atau menguji urine menggunakan strip
parameter yang sudah dicelupkan kedalam urine
2. Strip test urine Alat diagnostic dasar menentukan perubahan
kandungan dalam urine
3. Handscoon Sebagai alat pelindung tangan agar tidak terkontaminasi
dengan cairan tubuh pasien
4. Rekam medic Sebagai catatan dan dokumen identitas pasien
5. Kuisioner Sebagai catatan pertanyaan pada responden

22
2. Bahan penelitian

Tabel 3. Bahan yang digunakan pada penelitian ini


No Nama bahan Fungsi
1. Urine Sebagai sampel penelitian
2. Tissue Sebagai pembersih
3 Pot penampung urine Sebagai wadah penampung sampel pasien

E. Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data primer.

Pengambilan data di lakukan di Puskesmas Abeli data yang diambil pada pasien yang

diagnosa menderita DM tipe II yang terkontrol dan tidak terkontrol.

F. Prosedur Kerja

Adapaun prosedur kerja pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pra Analitik

a. Persiapan Pasien, Alat, dan Bahan

Dilakukukan persiapan pasien (identitas pasien) dan persiapan alat dan

bahan yang akan digunakan.

b. Pengambilan sampel urine pasien

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah urine pada penderitan

DM tipe II pasien terkontrol dan tidak terkontrol

2. Analitik

a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

b. Stop kontak dihubungkan ke alat Urine Analyzer

c. Ditekan tombol On/Off untuk menyalakan alat

d. Diletakan strip uji diatas penggerak baki yang sudah di celup ke urine

e. Ditekan tombol enter dan mesin penggerak baki akan otomatis masuk

ke dalam alat pembaca

23
6) Tunggu sekitar 1menit dan alat mengeluarkan hasil

7) Hasil pemeriksaan akan keluar melalui printer built-in

3. Pasca Analiti

Interpretasi hasil kreatinin urine :

Normal : dalam urine < 1,2 mg/dl untuk wanita, sementara < 1,4 mg/dl untuk pria

Tinggi : Kadar kreatinin dikatakan tinggi apabila kadarnya ≥ 1,2 mg/dl untuk

wanita dan ≥1,4 untuk pria (Suryawan dkk.,2016)

G. Prosedur Penelitian

a. Pada tahap persiapan, peneliti menyususn proposal penelitian lalu setelah disetujui

peneliti mengurus perizinan peneliti baik ke instansi pendidikan maupun ke lokasi

penelitian yaitu di Puskesmas Abeli. setelah mendapatkan surat izin penelitian,

peneliti melakukan koordinasi dan mengajukan surat izin ke bagian rekam medik

dan laboratorium Puskesmas Abeli

b. Peneliti mencari pasien sesuai kriteria sampel di Puskesmas Abeli sebagai

responden,lalu peneliti menjelaskan tujuan dan prosedur penelitian kepada pasien

c. Peneliti mengambil data identitas pasien lalu mengumpulkan data kreatinin dan

sampel urine

d. Peneliti mengumpulkan sampel urine pasien ke dalam pot penampungan urine

e. Peneliti membawa sampel urine ke Laboratorium Puskesmas Abeli kemudian

diamati

H. Pengolahan data

1. Analisa Univariat

Analisis Univariat adalah dilakukan untuk menggambarkan distribusi frekuensi

masing-masing variabel, baik bebas maupun variabel terikat. Teknik analisa data

24
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan perhitungan statistik sederhana

yaitu nilai rata-rata, nilai minimum dan maksimum, serta standar deviasi.

2. Analisa brivaria

Analisis brivariat dapat dilakukan dengan uji perbedaan menggunakan Mann-

whitney u test. Uji Mann-Whitney test merupakan pengujian untuk mengetahui

apakah ada perbedaan nyata antara rata-rata dua populasi yang distribusinya sama,

melalui dua sampel independen yang diambil dari kedua populasi.

I. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi dari

pihak ke pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi tempat

penelitian. Setelah mendapatkan persetujuan, selanjutnya dilakukan penelitian dengan

menetapkan masalah etika penelitian meliputi :

1. Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden

penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent adalah agar

subjek mengerti maksud dan tujuan poenelitian dan mengetahui dampaknya. Jika

subjek bersedia,maka harus menandatangani lembar persetujuan.jika responden

tidak bersedia,maka peneliti harus menghormati hak responden.

2. Tanpa Nama ( Anonymity)

Anonymity merupakan etika penelitian yang tidak mencantumkannama subyek

penelitian dalam lembar pengumpulan data atau hasilpenelitian yang akan

disajikan, namun hanya menggunakan kode angka (numeric) berupa nomor subyek

penelitian.

25
3. Kerahasiaan (Confidentially)

Confidentially merupakan kerahasian hasil penelitian yang manapeneliti wajib

merahasiakan seluruh informasi yang dikumpulkan selama proses penelitian, hanya

kelompok data tertentu yang akan disajikan atau dilaporkan pada hasil penelitian.

26
DAFTAR PUSTAKA

Afera, S. L., Santoso, S. D., dan Santosa, R. I. (2021). Rasio Albumin Kreatinin Urin
sebagai Deteksi Dini Gangguan Fungsi Ginjal pada Diabetes Melitus. Jurnal
SainHealth, 5(2), 1-5.

Alfarisi, S., Basuki, W., dan Susantiningsih, T. (2020). Perbedaan kadar kreatinin serum
pasien diabetes melitus tipe 2 yang terkontrol dengan yang tidak terkontrol di
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2012. Jurnal Majority,
2(5).

Andriyana, H., Erawati, M., dan Sujianto, U. (2023). Efektivitas mHealth untuk
Meningkatkan Kontrol Glikemik dan Kepatuhan Diabetes Melitus Tipe 2 pada
Pasien Dewasa. Journal of Telenursing (JOTING), 5(1), 376-386.

Annisak, H. A., Daesusi, I. R., dan Handajati, A. (2017). Pengaruh Lama Penyimpanan
Bahan Kontrol Pool Serum Terhadap Kadar Bun (Blood Urea Nitrogen) Dan
Kadar Kreatinin (Cr) (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Surabaya).

Antari, N. K. N., Esmond, H. A., dan Rai Purnami, S. P. (2017). Diabetes Melitus Tipe
2. Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung, 4(13)

Fatimah Restyana Noor.,2015. Diabetes mellitus Tipe 2.jurnal majority vol 4 nomor 5
februari 2015.

Hendarta, N. Y., dan Martono, B. (2018). perbedaan kadar kreatinin pada plasma lithium
heparin dengan penggunaan plasma seperator tube dan vacutainer pada pasien
post hemodialisa di rsud sleman yogyakarta (Doctoral dissertation, Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta).

Indriani, V., Siswandari, W., dan Lestari, T. (2017, November). Hubungan antara kadar
ureum, kreatinin dan klirens kreatinin dengan proteinuria pada penderita diabetes
mellitus. In Prosiding Seminar Nasional LPPM Unsoed (Vol. 7, No. 1)

Jemah, A. (2022). Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dan Tekanan Darah dengan
Kadar Glukosa Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja
Puskesmas Tamalanrea Makassar= The Relationship Between the Level of
Knowledge and blood pressure with blood Glucose of Patients wit Type II
Diabetes Mellitus in the Tamalanrea Public Health Center Working
Area (Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin).

Kurniawaty, E., dan Yanita, B. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
Diabetes Melitus tipe II. Jurnal Majority, 5(2), 27-31.

Mahara Nanda Dwi.2016.Hubungan Kadar Kreatinin Serum dengan Kadar Gula Darah
Puasa pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Dr. Sayidiman kabupaten
Magetan. Jurnal e-clinic(Ecl);321-7

27
Mahara, N. D. (2016). Hubungan Kadar Kreatinin Serum Dengan Kadar Gula Darah Puasa
Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rsud Dr. Sayidiman Kabupaten Magetan
(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Martono, S., dan Budiardjo, H. (2021). Analisis Efektivitas Iklan Lembaga Pendidikan
Tinggi Melalui Media Sosial Tiktok dengan Pendekatan Epic Model. Jurnal
Sebatik, 25(1), 9-18.

Mendrofa, R. L. W. (2022). Hubungan Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Dengan


Pelaksanaan Senam Kaki Diabetik Di Uptd Puskesmas Gunungsitoli Utara.

Nauli, F. A. (2015). Identifikasi dan analisis komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler


pada pasien diabetes mellitus (Doctoral dissertation, Riau University).

Pranata, M. M., Dahlia, D., dan Arista, L. (2023). Efektifitas Intervensi Manajemen
Diabetes Berbasis Pemberdayaan terhadap Kontrol Glikemik: Studi Literatur.
Jurnal Keperawatan, 15(2), 643-652.

Putri Aryanda Sadewi, L. G. (2022). hubungan indeks glikemik dan lingkar pinggang
dengan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus tipe 2 di puskesmas i
denpasar selatan (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Denpasar Jurusan
Gizi 2022).

Rachmad, B., dan Setyawati, R. (2023). Gambaran Kadar Kreatinin Dan Ureum Pada
Penderita Diabetes Mellitus. Jurnal Medical Laboratory, 2(2), 37-45

Sugiatmini, S., dan Cahyani, D. (2023). Jurnal Analis Biologi: Gambaran Nilai Kreatinin
Darah Penderita Diabetes Mellitus Diatas Lima Tahun. Jurnal Analisis
Biologi, 7(01).

Sulistyarti, H. (2010). Penentuan Kreatinin dalam Urin secara Kolorimetri dengan


Sequential Injection-Flow Reversal Mixing (SI-FRM). Jurnal Berkala Ilmiah
Sains dan Terapan Kimia, 5(2), 158-164.

Suryawan, D. G. A., Arjani, I. A. M. S., dan Sudarmanto, I. G. (2016). Gambaran Kadar


Ureum dan Kreatinin Serum pada Pasien Gagak Ginjal Kronis yang Menjalani
Terapi Hemodialisis di RSUD Sanjiwangi Gianyar

Syaputri, E., dan Afriza, R. (2022). Peran Orang Tua Dalam Tumbuh Kembang Anak
Berkebutuhan Khusus (Autisme). Educativo: Jurnal Pendidikan, 1(2), 559-564.

Tandra, H. (2017). Strategi mengalahkan komplikasi diabetes dari kepala sampai kaki.
Gramedia Pustaka Utama

Trisnawati, S., Widarsa, I. K. T., dan Suastika, K. (2018). Faktor risiko diabetes mellitus
tipe 2 pasien rawat jalan di Puskesmas Wilayah Kecamatan Denpasar
Selatan. Public Health and Preventive Medicine Archive, 1(1), 69-73.

Widyawati, W., Suwarni, A., dan Putra, F. A. (2021). Hubungan Determinan DM Tipe II
Terhadap Komplikasi DM Tipe II di Rawat Inap Rumah Sakit Muhammadiyah
Selogiri (Doctoral dissertation, Universitas Sahid Surakarta).

28

Anda mungkin juga menyukai