RAHMIATI SASMITA
A201901024
Proposal ini telah kami setujui untuk diajukan pada Seminar Proposal Program
Studi D-IV Teknologi Laboratorium Medis Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas
Kendari,Juli 2023
Tim Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Prodi D-IV Teknologi Laboratorium Medis
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
penelitian ini yang berjudul “Perbedaan kadar kreatinin urine pada penderita diabetes
mellitus tipe II yang terkontrol dan tidak terkontrol di puskesmas abeli” guna
memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan pada program studi D-
Waluya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan proposal ini masih jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu saran-saran dari semua pihak yang sifatnya
membangun untuk meningkatkan mutu dari penulisan ini sangat diharapkan oleh penulis.
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa untuk menghanturkan rasa terimakasih yang
dan kepada IbuSugireng, S.Si., M.Si selaku pembimbing II, semua waktu, tenaga dan
pikiran yang telah diberikan dalam membimbing dan mengarahkan penulis dalam
1. Bapak Tasman, SKM., M.Kes selaku Ketua Yayasan Mandala Waluya Kendari.
2. Ibu Dr. Ratna Umi Nurlila, S.Si. M.Sc selaku Rektor Universitas Mandala Waluya
3. Bapak Laode Hadju, SKM., M.Kes selaku Wakil Rektor 1, Ibu Dr. Wa Ode Nova
Noviyanti SKM., M.Kes selaku Wakil Rektor II, Toto Surianto S, SKM., MH.Kes
4. Bapak La Djabo Buton, SKM., M.Kes selaku Ketua Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat (LPPM), Azlimin, SKM., MM., M.Kes selaku Ketua Lembaga
Pengembangan Jaminan Mutu (LPJM), Bapak Abdul Rahim Sya’ban, SKM., M.Sc
iii
selaku Ketua Lembaga Pengembangan Karir Dosen Mahasiswa dan Alumni
5. Ibu Dr. Sri Anggarini Rasyid, S.Si., M.Si selaku dekan Fakultas Sains Dan Teknologi
6. Ibu Titi Purnama, S.Si., M.Kes selaku Ketua Prodi D-IV Teknologi Laboratorium
7. Tim Penguji (masing-masing) : Dr. Sri Anggarini Rasyid, S.Si., M.Si selaku penguji I,
Dr. Syawal Abdurrahman, S.Si., M.Si selaku penguji II dan Ririn Teguh A, SKM.,
8. Seluruh Dosen dan staf/karyawan Universitas Mandala Waluya Kendari yang telah
9. Kedua orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan, kasih sayang serta
motivasi.
yang telah memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis hingga selesainya
proposal ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam proposal ini banyak terdapat kekurangan
dan masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saran dan kritik dari semua pihak
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) disebabkan oleh gangguan metabolisme yang terjadi pada
organ pankreas ditandai dengan peningkatan gula darah atau sering disebut dengan
kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari sejumlah faktor dimana didapati
defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin. International
dari 382 juta pada tahun 2013 menjadi 592 juta pada tahun 20][
35. WHO melaporkan Indonesia menempati urutan keempat terbesar dari jumlah
1
penderita diabetes melitus dengan prevalensi 8,6 % dari total penduduk setelah India,
China dan Amerika Serikat. Menurut data Riskesdas tahun 2013, terjadi peningkatan
2,1 % tahun 2013 dari total penduduk sebanyak 250 juta (Basuki.,dkk.2016).
penderita diabetes 2.887 ribu kasus pada tahun 2007, namun kasus intoleransi glukosa
diabetes diprediksi akan meningkat menjadi 5.572 ribu kasus pada tahun 2025 (Chan et
al., 2009). Penelitian Mohan et al. (2013) menunjukkan kasus diabetes mellitus di
Indonesia pada tahun 2011 telah mencapai 7.292 ribu kasus dan menempatkan
Indonesia di urutan ke lima di Asia Tenggara. Urutan ini diperkuat oleh laporan Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 yang menjelaskan bahwa kelompok berisiko
diabetes tidak banyak berubah dari tahun 2004, yaitu lansia, masyarakat perkotaan,
menengah ke atas.
pemantauan kontrol glikemik secara teratur. Kondisi hiperglikemi yang tidak terkontrol
dapat menyebabkan kerusakan pada sistem tubuh penderita yang nantinya akan
jantung koroner, penyakit arteri perifer) dan mikrovaskular (retinopati, neuropati dan
Kontrol glikemik baik atau buruk menentukan progresivitas penyakit DM. Kontrol
glikemik buruk pada penderita DM tipe II dapat dilihat dari gejala yang timbul antara
2
kronik menimbulkan kerusakan jangka panjang pada organ vital seperti ginjal, saraf,
Pemeriksaan kadar kreatinin dalam darah merupakan salah satu parameter yang
digunakan untuk menilai fungsi ginjal, karena konsentrasi dalam plasma dan
ekskresinya di urin dalam 24 jam relatif konstan. Kadar kreatinin serum yang lebih
besar dari nilai normal mengisyaratkan adanya gangguan fungsi ginjal (Mahara, 2016)
Jumlah penderita diabetes semakin tahun semakin menikat maka perlu dilakukan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam
2. Berapa rata-rata kadar kreatinin urine pada pasien penderita DM Tipe IIyang tidak
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kadar
kreatinin urine pada penderita diabetes mellitus tipe IIyang terkontrol dan tidak
3
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kadar kreatinin urine pada penderita diabetes mellitus tipe
b. Untuk mengetahui kadar kreatinin urine pada penderita diabetes mellitus tipe
c. Untuk mengetahui perbedaan rata rata kreatinin urine pada penderita DM Tipe
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan dan
kesehatan pada umumnya dan Progrom studi D-IV Teknologi Laboratorium Medis
Khususnya.
E. Kebaruan Penelitian
4
Moeloek Bandar lampung tahun tipe II
2012
2 Leriyanti.,dkk,(2021)Peran Persamaannya yaitu Yaitu pada usia
diabetes melitus tipe 2 pada terletak pada sampel dan jenis
perbedaan nilai glomerular pemeriksaan sama- kelaminn pasien
filtration rate (gfr) dan kreatinin sama menggunakan
urin individu dengan usia dan urine
jenis kelamin yang sama di
malang raya
3. Kriswiastiny. dkk 2022Hubungan Persaamannya yaitu Yaitu terletak
Lama Menderita Diabetes Melitus pemeriksaan pada sampel yang
dan Kadar Gula Darah dengan kreatinin yang digunakan
Kadar Kreatinin serum Pasien dilakukan pada
Diabetes Melitus Tipe 2 pasien diabetes
mellitus tipe II
4. Shyania dkk, (2021)peran diabetes Persaamannya yaitu Yaitu terletak
mellitus tipe 2 pada perbedaan pemeriksaan pada sampel yang
nilai glomerular filtration rate(gft) kreatinin yang digunakan
dan kreatinin urin individu dengan dilakukan pada
usia dan jenis kelamin yang sama pasien diabetes
di malang raya mellitus tipe II
5. Reza afriza (2022)Gambaran Persamaannya yaitu Yaitu pada usia
kadar kreatinin urien pada terletak pada sampel dan jenis
penderita diabetes mellitus dikota pemeriksaan sama- kelaminn pasien
kendari sama menggunakan
urine
6. Indriyani dkk (2017) Hubungan Persamaannya yaitu Responden bebas
antara kadar ureum kreatinin dan terletak pada sampel tidak terkontrol
krirens kreatinin dengan pemeriksaan sama- dan terkonrol
proteinuria pada penderita sama menggunakan
Diabetes Melitus urine
7. Aulia.,dkk (2019) Gambaran pola Persamaannya yaitu Perbedaan
penggunaan metformin terhadap sama-sama terletak pada
kadar kreatinin serum pada pasien memeriksa kadar sampel yang
Diabetes Mellitus tipe 2 di Rumah kreatinin pada digunakan
Sakit “X” pasien DM
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kreatinin merupakan zat racun yang ada dalam tubuh. Kreatinin ialah produk
sampingan dari hasil pecahan fosfokreatin yang di olah di otot dan pada akhirnya
akan dibuang melalui urin lewat proses filtrasi ginjal. Sementara ureum ialah
sampah dari metabolisme protein.Kreatin adalah asam amino yang terdapat pada
jaringan dan urin pada vertebra. Pada jaringan otot, kreatin biasanya terdapat dalam
Kreatinin terbuat dari zat yang disebut kreatin, yang dibentuk ketika makanan
berubah menjadi energi melalui proses yang disebut metabolisme. Sekitar 2 % dari
kreatin tubuh diubah menjadi kreatinin setiap hari.Kreatinin diangkut melalui aliran
dalam urin. Bila ginjal terganggu, kreatinin akan meningkat. Tingkat kreatinin yang
tidak normal kemungkinan terjadi kerusakan atau kegagalan ginjal (Astrid dkk.,
2018).
dengan hasil yang diaporkan 0,9; 4,4; 8,8; 17,7; dan 26,4; mmol/L. Strip reagen
tidak dapat mendeteksi ketiadaan kreatinin. Hasil tinggi palsu dapat disebabkan
oleh urine bercampur darah dan adanya obat penurun asam lambung (Tagamet).
Dan tidak ada pembacaan kreatinin yang dipertimbangkan tidak normal, karena
biasanya kreatini ada dalam konsentrasi 10 sampai 300 mg/dl. Pada keadaan
6
melalui urine. Dapat terjadi peningkatan konsentrasi kreatinin dalam darah yang
2. Metabolisme kreatinin
Kreatinin terbuat dari zat yang disebut kreatin, yang dibentuk ketika makanan
berubah menjadi energi melalui proses yang disebut metabolisme. Sekitar 2 % dari
kreatin tubuh diubah menjadi kreatinin setiap hari.Kreatinin diangkut melalui aliran
dalam urin. Bila ginjal terganggu, kreatinin akan meningkat. Tingkat kreatinin yang
2020).
Sisa metabolisme tubuh seperti ureum dan kreatinin dapat disaring melalui
proses difusi, sehingga terpisah dari darah bersih dan kadar ureum kreatinin akan
menangani beban air dan elektrolit dengan efisien, keseimbangan asam basa, dan
mampu memproduksi eritropoetin. Kalau mesin ini terganggu maka tubuh akan
Penderita diabetes melitus memiliki kadar gula darah yang tinggi atau
hiperglikemia kondisi ini menyebabkan dinding pembuluh darah rusak, lemah dan
7
salah satunya nefropati diabetika. Kondisi hiperglikemia juga berperan dalam
darah ke ginjal. Hal ini dapat menyebabkan gangguan proses filtrasi di glomelurus
dan penurunan fungsi ginjal ditandai dengan meningkatnya kadar ureum dan
sering mengganti makannya dengan makanan yang tinggi protein, ikan, ataupun
daging sebagai sumber energi. Didalam tubuh makanan tersebut akan menghasikan
keratin yang dipakai otot sebagai sumber energi, dan dihasikanlah kreatinin sebagai
4. Metode pemeriksaan
analisis secara kolorimetri melalui reaksi Jaffe.Reaksi Jaffe merupakan reaksi yang
sederhana dan mudah. Metode ini didasarkan pada pembentukan senyawa berwarna
merah–oranye yang terjadi antara asam pikrat dengan kreatinin dalam suasana basa
(Sulistiarty 2018).
oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas
dan atau ganguan fungsi insulin (resistensi insulin). DM disebabkan oleh ketidak
karbohidrat, lemak dan protein yang ditemukan pada penderita penyakit diabetes
8
mellitus terjadi dikarenakan kurangnya aktivitas insulin pada sel target (Annisak
dkk., 2017 )
DM jugadisebut dengan the silent killer karena penyakit ini dapat mengenai
semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Penyakit yang
akan ditimbulkan antara lain gangguan penglihatan mata, katarak, penyakit jantung,
sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh dan membusuk/gangren, infeksi
penderita DM yang sudah parah menjalani amputasi anggota tubuh karena terjadi
pembusukan(Tandra 2017)
2. Patogenesis Diabetes
metabolik menjadi kunci dari perkembangan penyakit DM tipe 2. Pada tahap awal,
Penurunan sekresi insulin dan peningkatan produksi glukosa hati yang terus
menerus, akan berlanjut pada diabetes dan disertai dengan peningkatan kadar
glukosa darah puasa Penurunan kemampuan insulin untuk bekerja secara efektif
pada jaringan target terutama otot rangka dan hepar merupakan gambaran utama
9
3. Patofisiologi Diabetes Melitus
DMadalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam darah tinggi karena
tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup sehingga
dalam darah.Glukosa dalam tubuh dibentuk di dalam hati dari makanan yang
dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya. Defisiensi insulin ini
kadar glukosa darah dalam plasma tinggi atau hiperglikemi. Keadaan hiperglikemi
oleh ginjal ke dalam sirkulasi darah dimana keadaan ini akan menyebabkan gejala
umum DM (Saraswati.,2018)
Gejala klasik DM mempunyai tiga gejala yang disebut trias DM, yaitu
makan). Poliuria merupakan gejala yang paling utama dan hampir dirasakan oleh
setiap penderita, banyak kencing ini tidak hanya sering kencing tetapi jumlahnya
merupakan gejala yang tidak menonjol, dasar kejadian ini adalah habisnya
cadangan gula di dalam tubuh meskipun kadar gula darah tinggi yang disebabkan
gula dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel Taraf maksimal reabsorpsi
glukosa pada tubulus renalis ketika terjadi hiperglikemia akan dilampaui dan gula
10
akan dieksresikan pada urin (glikosuria). Volume urin meningkat akibat terjadinya
5. Faktor resiko
dengan beberapa faktor yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah, faktor risiko
yang dapat diubah dan faktor lain.Adapun faktor yang dimaksud yaitu :
a. Obesitas (kegemukan)
b. Hipertensi
tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari dalam
diabetes. Diduga bahwa bakat diabetes merupakan gen resesif. Hanya orang
yang bersifat homozigot dengan gen resesif tersebut yang menderita Diabetes
Mellitus.
1) Dislipedimi
11
insulin dengan rendahnya HDL (< 35 mg/dl) sering didapat pada pasien
Diabetes
2) Umur
bayi cacat atau berat badan bayi > 4000gram (Mendrofa 2022)
3) Faktor Genetik
Risiko emperis dalam hal terjadinya DM tipe 2 akan meningkat dua sampai
enam kali lipat jika orang tua atau saudara kandung mengalami penyakitini(
Fatimah.,2015)
tekanan darah apabila mengkonsumsi etil alkohol lebih dari 60ml/hari yang
setara dengan 100 ml proof wiski, 240 ml wine atau 720 ml (Jema.,2022)
12
6. Komplikasi diabetes melitus
akut dan kronis. Menurut PERKENI komplikasi DM dapat dibagi menjadi dua
kategori, yaitu :
a. Komplikasi akut
(< 50 mg/dl). Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita DM tipe 1 yang
dapat dialami 1-2 kali per minggu, Kadar gula darah yang terlalu rendah
adalah apabila kadar gula darah meningkat secara tiba-tiba, dapat berkembang
(Sadewi.,2022)
b. Komplikasi Kronis
C. Kajian Empiris
13
diabetes melitus tipe II dengan kejadian gagal ginjal kronik di rumah sakit
nilai p = 0,000 (p < 0,05) dan Confidence interval (CI) 95 %; 2,3-7,8. Secara
statistik hal ini menunjukkan bahwa hipotesis nol (H0) ditolak karena terdapat
dengan judul screening fungsi ginjal sebagai perbaikan outcome pengobatan pada
diabetes melitus 1.4±0.8 mg/dl, sedangkan rerata LFG pada penderita diabetes
rumus Cockcroft-Gault untuk status fungsi ginjal yang paling banyak diderita
responden adalah menderita gangguan fungsi ginjal tingkat sedang dengan LFG 30-
3. Menurut hasil penelitian shyania aria marnuki leriyanti jurnal dengan judul peran
diabetes melitus tipe 2 pada perbedaan nilai glomerular filtration rate (gfr) dan
kreatinin urin individu dengan usia dan jenis kelamin yang sama di malang raya
Kelompok DM dan non DM hasil statistic berbeda signifikan pada kadar HbA1c
(p=0.000) dengan rerata 5.78 ± 0.377 pada kelompok non DM dan 10.22 ± 2.492
pada kelompok DM , GDA (p=0.000) dengan rerata 108.71 ± 22.36 pada kelompok
non DM dan 267.06 ± 112.40 pada kelompok DM. Didapatkan hubungan tidak
searah dengan kekuatan lemah pada usia dan GFR (p=0.008), HbA1c dengan
14
4. Menurut hasil penelitian afriza dengsn judul gambaran kadar kreatinin urine pada
kadar kreatinin urine normal dan 6 sampel memiliki kadar kreatinin meningkat.
kadar kreatinin urine normal sebanyak 44 sampel dan yang meningkat sebanyak 6
sampel responden.
antara penderita diabetes melitus tipe 2 dan non diabetes melitus di kota kendari
minimum sebesar 0,63 mg/dL dan kadar maximum sebesar 1,81 mg/dL. Sedangkan
hasil pemeriksaan kadar kreatinin pada kelompok non-diabetes adalah 0,685, kadar
minimum sebesar 0,51 mg/dL dan kadar maximum sebesar 1,07 mg/dL.
15
BAB III
A. Dasar Pemikiran
hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kelainan kerja insulin atau
DM ini disebabkan oleh insulin yang tidak dapat bekerja dengan baik. Kadar insulin
dapat normal, rendah atau bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk metabolisme
glukosa tidak ada atau kurang. Akibatnya glukosa dalam darah tetap tinggi sehingga
terjadi hiperglikemia dan 75 % dari penderita DM tipe-2 ini dengan obesitas atau
kontrol glikemik secara teratur. Kondisi hiperglikemi yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan kerusakan pada sistem tubuh penderita yang nantinya akan menimbulkan
penyakit arteri perifer) dan mikrovaskular (retinopati, neuropati dan nefropati) (IDF,
glikemik baik atau buruk menentukan progresivitas penyakit DM. (Kholik., 2022)
baik atau buruk menentukan progresivitas penyakit DM. Kontrol glikemik buruk pada
penderita DM tipe II dapat dilihat dari gejala yang timbul antara lain terjadinya
16
kronik menimbulkan kerusakan jangka panjang pada organ vital seperti ginjal, saraf,
Adapun gambar kerangka fikir pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Kreatinin Urine
Kerangka pikir yang mengacu pada pendekatan masalah dalam penelitian ini
Tidak Terkontrol
Keterangan :
= Variabel Independent
=Variabel Dependent
17
C. Variabel penelitian
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah terkontrol dan tidak terkontrol
Variabel terkait pada penelitian ini adalah kadarkreatinin urine pada penderita
DM Tipe II
a. Definisi Operasionl
kaya energi yang ikut serta dalam reaksi-reaksi yang memerlukan energi.
sama, kreatinin yang telah terbentuk ini tidak dapat diubah menjadi kreatin
sangat penting untuk memantau fungsi ginjal yang tidak baik, dibandingkan
dengan pemeriksaan ureum dan asam urat pemeriksaan kreatinin lebih sering
digunakan untuk indikator, karena sekresi kreatinin tidak dipengaruhi oleh diet,
b. Kriteria Objektif
1) Normal
18
Kadar kreatinin normal dalam urine < 1,2 mg/dl untuk wanita,
2) Tinggi
a. Definisi operasional
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, kelelahan dan penurunan
dan/atau kerja insulin serta dikaitkan dengan kerusakan jangka panjang dan
dkk.,2022)
b. Krteria Objektif
E. Hipotesis Penelitian
19
BAB IV
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan
Puskesmas Abeli
Penelitian ini dilaksankan pada bulan juli sampai bulan agustus 2023
1. Lokasi Penelitian
Puskesmas Abeli
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipuskesmas Abeli pada bulan Januari s/d mei 2023 sebanyak 35 pasien .
Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang
penelitian iniadalah Urine penderita DM tipe-II yang terkontrol dan tidak terkontrol
20
N
n=
1+ N ( E ) 2
Keterangan :
n = ukuran sampel / jumlah responden
N = ukuran populasi
E = persentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang
masih bisa di tolerir
peny : …?
35
n= 2
1+ 35 ( 0 ,05 )
35
n=
1+ 35(0,0025)
35
n=
1+0.0875
35
n=
1+ 0.0875
35
n=
1.0875
n = 32,183
n = 32
C. Kriteria penelitian
a. Kriteria Inklusi
menjadi sampel yang memenuhi kriteria secara teori yang sesuai dan terkait
dengan topik dan kondisi penelitian. Atau dengan kata lain, kriteria inklusi
merupakan ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang
21
dapat diambil sebagai sampel (Masturoh, 2018). Kriteria inklusi dalam
4. Bisa berkomunikasi
b. kriteria Ekslusi
anggota sampel dari kriteria inklusi atau dengan kata lain ciri-ciri anggota
populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel (Masturoh, 2018). Adapun
1. Alat penelitian
22
2. Bahan penelitian
E. Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data primer.
Pengambilan data di lakukan di Puskesmas Abeli data yang diambil pada pasien yang
F. Prosedur Kerja
1. Pra Analitik
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah urine pada penderitan
2. Analitik
d. Diletakan strip uji diatas penggerak baki yang sudah di celup ke urine
e. Ditekan tombol enter dan mesin penggerak baki akan otomatis masuk
23
6) Tunggu sekitar 1menit dan alat mengeluarkan hasil
3. Pasca Analiti
Normal : dalam urine < 1,2 mg/dl untuk wanita, sementara < 1,4 mg/dl untuk pria
Tinggi : Kadar kreatinin dikatakan tinggi apabila kadarnya ≥ 1,2 mg/dl untuk
G. Prosedur Penelitian
a. Pada tahap persiapan, peneliti menyususn proposal penelitian lalu setelah disetujui
peneliti melakukan koordinasi dan mengajukan surat izin ke bagian rekam medik
c. Peneliti mengambil data identitas pasien lalu mengumpulkan data kreatinin dan
sampel urine
diamati
H. Pengolahan data
1. Analisa Univariat
masing-masing variabel, baik bebas maupun variabel terikat. Teknik analisa data
24
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan perhitungan statistik sederhana
yaitu nilai rata-rata, nilai minimum dan maksimum, serta standar deviasi.
2. Analisa brivaria
apakah ada perbedaan nyata antara rata-rata dua populasi yang distribusinya sama,
I. Etika Penelitian
pihak ke pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi tempat
1. Informed consent
subjek mengerti maksud dan tujuan poenelitian dan mengetahui dampaknya. Jika
disajikan, namun hanya menggunakan kode angka (numeric) berupa nomor subyek
penelitian.
25
3. Kerahasiaan (Confidentially)
kelompok data tertentu yang akan disajikan atau dilaporkan pada hasil penelitian.
26
DAFTAR PUSTAKA
Afera, S. L., Santoso, S. D., dan Santosa, R. I. (2021). Rasio Albumin Kreatinin Urin
sebagai Deteksi Dini Gangguan Fungsi Ginjal pada Diabetes Melitus. Jurnal
SainHealth, 5(2), 1-5.
Alfarisi, S., Basuki, W., dan Susantiningsih, T. (2020). Perbedaan kadar kreatinin serum
pasien diabetes melitus tipe 2 yang terkontrol dengan yang tidak terkontrol di
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2012. Jurnal Majority,
2(5).
Andriyana, H., Erawati, M., dan Sujianto, U. (2023). Efektivitas mHealth untuk
Meningkatkan Kontrol Glikemik dan Kepatuhan Diabetes Melitus Tipe 2 pada
Pasien Dewasa. Journal of Telenursing (JOTING), 5(1), 376-386.
Annisak, H. A., Daesusi, I. R., dan Handajati, A. (2017). Pengaruh Lama Penyimpanan
Bahan Kontrol Pool Serum Terhadap Kadar Bun (Blood Urea Nitrogen) Dan
Kadar Kreatinin (Cr) (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Surabaya).
Antari, N. K. N., Esmond, H. A., dan Rai Purnami, S. P. (2017). Diabetes Melitus Tipe
2. Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung, 4(13)
Fatimah Restyana Noor.,2015. Diabetes mellitus Tipe 2.jurnal majority vol 4 nomor 5
februari 2015.
Hendarta, N. Y., dan Martono, B. (2018). perbedaan kadar kreatinin pada plasma lithium
heparin dengan penggunaan plasma seperator tube dan vacutainer pada pasien
post hemodialisa di rsud sleman yogyakarta (Doctoral dissertation, Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta).
Indriani, V., Siswandari, W., dan Lestari, T. (2017, November). Hubungan antara kadar
ureum, kreatinin dan klirens kreatinin dengan proteinuria pada penderita diabetes
mellitus. In Prosiding Seminar Nasional LPPM Unsoed (Vol. 7, No. 1)
Jemah, A. (2022). Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dan Tekanan Darah dengan
Kadar Glukosa Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja
Puskesmas Tamalanrea Makassar= The Relationship Between the Level of
Knowledge and blood pressure with blood Glucose of Patients wit Type II
Diabetes Mellitus in the Tamalanrea Public Health Center Working
Area (Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin).
Kurniawaty, E., dan Yanita, B. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
Diabetes Melitus tipe II. Jurnal Majority, 5(2), 27-31.
Mahara Nanda Dwi.2016.Hubungan Kadar Kreatinin Serum dengan Kadar Gula Darah
Puasa pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Dr. Sayidiman kabupaten
Magetan. Jurnal e-clinic(Ecl);321-7
27
Mahara, N. D. (2016). Hubungan Kadar Kreatinin Serum Dengan Kadar Gula Darah Puasa
Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rsud Dr. Sayidiman Kabupaten Magetan
(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Martono, S., dan Budiardjo, H. (2021). Analisis Efektivitas Iklan Lembaga Pendidikan
Tinggi Melalui Media Sosial Tiktok dengan Pendekatan Epic Model. Jurnal
Sebatik, 25(1), 9-18.
Pranata, M. M., Dahlia, D., dan Arista, L. (2023). Efektifitas Intervensi Manajemen
Diabetes Berbasis Pemberdayaan terhadap Kontrol Glikemik: Studi Literatur.
Jurnal Keperawatan, 15(2), 643-652.
Putri Aryanda Sadewi, L. G. (2022). hubungan indeks glikemik dan lingkar pinggang
dengan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus tipe 2 di puskesmas i
denpasar selatan (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Denpasar Jurusan
Gizi 2022).
Rachmad, B., dan Setyawati, R. (2023). Gambaran Kadar Kreatinin Dan Ureum Pada
Penderita Diabetes Mellitus. Jurnal Medical Laboratory, 2(2), 37-45
Sugiatmini, S., dan Cahyani, D. (2023). Jurnal Analis Biologi: Gambaran Nilai Kreatinin
Darah Penderita Diabetes Mellitus Diatas Lima Tahun. Jurnal Analisis
Biologi, 7(01).
Syaputri, E., dan Afriza, R. (2022). Peran Orang Tua Dalam Tumbuh Kembang Anak
Berkebutuhan Khusus (Autisme). Educativo: Jurnal Pendidikan, 1(2), 559-564.
Tandra, H. (2017). Strategi mengalahkan komplikasi diabetes dari kepala sampai kaki.
Gramedia Pustaka Utama
Trisnawati, S., Widarsa, I. K. T., dan Suastika, K. (2018). Faktor risiko diabetes mellitus
tipe 2 pasien rawat jalan di Puskesmas Wilayah Kecamatan Denpasar
Selatan. Public Health and Preventive Medicine Archive, 1(1), 69-73.
Widyawati, W., Suwarni, A., dan Putra, F. A. (2021). Hubungan Determinan DM Tipe II
Terhadap Komplikasi DM Tipe II di Rawat Inap Rumah Sakit Muhammadiyah
Selogiri (Doctoral dissertation, Universitas Sahid Surakarta).
28