Anda di halaman 1dari 95

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SELF-MANAGEMENT PADA

PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS PALARAN KOTA SAMARINDA

PROPOSAL PENELITIAN

DISUSUN OLEH:

REKA LADINA SAQILA

17111024110243

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

SAMARINDA

2020
Hubungan Pengetahuan Dengan Self-Management Pada Penderita

Diabetes Mellitus Tipe Ii Di Wilayah Kerja Puskesmas Palaran Kota

Samarinda

PROPOSAL PENELITIAN

DISUSUN OLEH:

Reka Ladina Saqila

17111024110243

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

SAMARINDA

2020

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

i
ii
iii
MOTTO

Man Jadda Wa Jadda

Siapa yang bersungguh-sungguh, maka ia akan berhasil

‘Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka


mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri’

(QS Ar-Ra’d:11)

iv
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan segala rahmatNya, serta tak lupa sholawat serta salam

kepada Nabi Besar Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan

proposal penelitian yang judul “ Hubungan Pengetahuan Dengan Self-

Management Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II Di Wilayah Kerja

Puskesmas Palaran Kota Samarinda”

Dalam proses penyusunan proposal ini banyak berbagai pihak yang

telah memberikan dorongan atau motivasi, bantuan serta masukan sehingga

dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang terhormat

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Setiaji., selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Kalimantan Timur Samarinda.

2. Bapak Ghozali MH, M.Kes., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

dan Farmasi Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

Samarinda.

3. Ibu Ns. Dwi Rahmah F, M.Kep., selaku ketua Program Studi S1

Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

Samarinda

v
4. Ibu Ns. Siti Khoiroh M, M.Kep., selaku dosen Pembimbing dan

Penguji II yang telah memberikan dorongan serta motivasi dalam

penulisan proposal penelitian ini.

5. Bapak Ns. Thomas Ari Wibowo, M.Kep., selaku penguji I yang telah

memberikan bimbingan serta semangat dalam proses penyusunan

proposal

6. Ibu Ns. Milkhatun, M.Kep, selaku Koordinator mata ajar skripsi.

7. Pihak Puskesmas dan Staff Puskesmas Palaran Kota Samarinda

yang telah membantu peneliti dalam proses penyunsunan proposal

penelitian

8. Pimpinan Puskesmas Palaran Kota Samarinda

9. Dosen dan staf Progam Studi S1 Ilmu Keperawatan yang telah

membantu dalam proses penyusunan proposal penelitian dan

memberikan motivasi kepada penulis.

10. Kepada Kedua Orang tua penulis yang selalu memberikan dengan

tulus doa dan dukungan hingga bisa menyelesaikan proposal

penelitian ini.

vi
11. Teman-teman satu bimbingan penelitian proposal, Achmat Riyadi,

Ade Indra Mawan, May Fajriani dan Reka Ladina Saqila yang telah

berjuang bersama dalam menyelesaikan proposal penelitian.

12. Kepada seluruh sahabatku, serta Teman seperjuangan di

Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur angkatan 2016

yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, terimakasih atas

dukungannya.

13. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini tidak luput dari

kekurangan dan kesalahan karena penulis masih dalam proses belajar dan

akan terus belajar. Oleh karena itu, mohon Kritik dan Saran yang

membangun sangat penulis harapkan agar dapat menambah pengetahuan

dan guna untuk menyempurkan proposal penelitian ini agar kedepannya

dapat menjadi lebih baik dan bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh.

Samarinda,12 Maret 2020

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................. i

Halaman Pernyataan Keaslian Penelitian .................................................... ii

Halaman Persetujuan .................................................................................. iii

Halaman Pengesahan ................................................................................. iv

Motto ............................................................................................................ v

Kata Pengantar ............................................................................................ vi

Daftar Isi ...................................................................................................... ix

Daftar Tabel ................................................................................................. xi

Daftar Gambar ............................................................................................. xii

Daftar Lampiran ........................................................................................... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1


B. Rumusan Masalah ...................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 9
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 10
E. Keaslian Penelitian...................................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 13

A. Telaah Pustaka ........................................................................... 13


B. Penelitian Terkait ........................................................................ 41

viii
C. Kerangka Teori ........................................................................... 45
D. Kerangka Konsep........................................................................ 46
E. Hipotesis Penelitian..................................................................... 46

BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 48

A. Rancangan Penelitian .................................................................. 48


B. Populasi Dan Sampel .................................................................. 51
C. Teknik Pengambilan Sampel ....................................................... 51
D. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................... 51
E. Definisi Oprasional ....................................................................... 52
F. Instrumen Penelitian .................................................................... 53
G. Uji Validitas dan Realibilitas ......................................................... 55
H. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 57
I. Teknik Analisa Data ..................................................................... 58
J. Analisis Univariat dan Bivariat ..................................................... 60
K. Etika Penelitian ............................................................................ 63
L. Jalannya Penelitian ...................................................................... 65
M. Jadwal Penelitian ......................................................................... 51

Daftar Pustaka ............................................................................................. 66

Lampiran

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klaifikasi Kadar Glukosa Darah ................................................. 38

Tabel 3.1 Definisi Operasional ................................................................... 52

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrument Self-Management ......................................... 55

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ......................................................................... 66

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ....................................................................... 45

Gambar 2.2 Kerangka Konsep..................................................................... 46

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Biodata Peneliti

Lampiran 2 Surat Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 3 Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Responden

Lampiran 4 Kuesioner Demografi

Lampiran 5 Kuesioner Pengetahuan

Lampiran 6 Kuesioner Perawatan Diri Diabetes

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit kronis yang tidak

menular dan akan disandang oleh penderita dalam seumur hidupnya

(Perkeni, 2015).Diabetes Mellitus saat ini telah menjadi penyebab

kematian terbesar ke empat didunia. Di setiap tahunnya ada 2,3 juta

kematian yang disebabkan langsung oleh diabetes mellitus, yang berarti

bahwa 1 orang per 10 detik atau 6 orang permenit yang meninggal

diakibatkan karena penyakit yang berkaitan dengan diabetes mellitus (

Tandra, 2017)

Diabetes adalah penyakit kronis, yang membutuhkan pendekatan

multipronged untuk manajemen, dimana pasien memiliki peran penting

untuk bermain. Mereka diminta untuk mengikuti praktek-praktek

perawatan diri tertentu untuk mencapai yang optimal kontrol glikemik dan

mencegah komplikasi. Praktik-praktik ini meliputi kegiatan rutin fisik,

praktek diet yang tepat, praktek perawatan kaki harian, sesuai dengan

rejimen pengobatan, dan mengatasi komplikasi seperti episode

hipoglikemik. (American Diabetes Association, 2013).

Data WHO pada tahun 2011 menyatakan bahwa diabetes mellitus

termasuk penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk di seluruh

dunia dan merupakan urutan ke empat dari prioritas penelitian nasional

1
2

untuk penyakit degenerative. WHO telah memprediksi akan adanya

peningkatan jumlah yang cukup besar pada tahun yang akan datang,

yaitu kenaikan jumlah suatu penderita Diabetes Melitus di Indonesia dari

tahun 2000 menjadi 8,4 juta dan pada tahun 2030 menjadi sekitar 21,3

juta jiwa. Peningkatan angka prevalensi ini akan terjadi di negara-negara

yang berkembang ( Darmono, 2005 Gibney, 2009)

Prevalensi dan insidensi diabetes ini terus meningkat dari tahun ke

tahun. Menurut IDF (International Diabetes Federation) Diabetes Atlas

pada tahun 2017 sebanyak 123 juta orang (usia lebih dari 65 tahun) dan

327 juta orang (usia antara 20-64 tahun) menderita diabetes di dunia. Di

Indonesia, jumlah estimasi penderita diabetes sebanyak 10,3 juta orang.

Angka tersebut membuat Indonesia menempati peringkat ke-6 di dunia

dengan prevalensi penderita diabetes tertinggi setelah China, India,

Amerika Serikat, Brazil, dan Meksiko (IDF, 2017). IDF juga

memperkirakan kenaikan jumlah penderita DM di Indonesia dari 9.1 juta

pada tahun 2014 menjadi 14.1 juta pada tahun 2035.

Penderita diabetes di Kalimantan Timur tertinggi kedua setelah DKI

Jakarta pada Riskesdas Tahun 2018, dan jumlah penderita Diabetes

Mellitus(DM) menurut kelompok umur terbanyak pada kelompok umur 55-

64 tahun yang artinya kelompok usia tersebut masih tergolong pada

kelompok usia yang produktif. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

tahun 2013, menyebutkan jumlah absolut penderita DM di Indonesia


3

sekitar 12 juta jiwa, sedangkan untuk jumlah penderita DM di Provinsi

Kaltim pada tahun 2013 adalah sebanyak 2,7 % sebanyak 63.330 orang

(Pusdatin Kemenkes RI, 2013)

Diabetes Mellitus apabila tidak dikelola dengan baik akan dapat

mengakibatkan terjadinya berbagai penyakit menahun, seperti penyakit

serebrvaskular, penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah

tungkai, penyulit pada mata, ginjal serta syaraf, jika kadar glukosa darah

dapat selalu dikendalikan dengan baik, diharapkan semua penyulit

menahun tersebut dapat dicegah paling tidak sedikit dihambat (PERKENI,

2011).

Penatalaksanaan Diabetes Mellitus menurut konsensus PERKENI

(Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) pada tahun 2015 terdiri dari

empat pilar yaitu edukasi, aktivitas fisik, terapi diet, dan terapi farmakologi.

Sehingga dalam pengendalian diabetes diperlukan kemampuan untuk

dapat mengelola kehidupannya sehari-hari, sehingga bisa mengurangi

dampak penyakit yang diderita.Hal ini yang biasa disebut dengan self-

management diabetes.Perilaku yang mencerminkan self-management

pada penderita diabetes seperti melakukan diet sehat, meningkatkan

aktivitas fisik, menggunakan obat diabetes secara rutin dan juga teratur,

dan melakukan pemantauan glukosa darah rutin, serta melakukan

perawatan kaki.Self-management pada diabetes apabila dilakukan

dengan baik, dan empat pilar pengendalian diabetes bisa tercapai dan
4

juga bisa mencegah terjadinya komplikasi pada penderita diabetes

mellitus (Phitriet al., 2013)

Menurut Green et al., (2017) faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi individu dalam menjalankan self-management diabetes

adalah faktor pengetahuan, faktor emosional, faktor motivasi, faktor pola

hidup pengalaman self-management, kemampuan dalam menciptakan

self-management yang rutin, dan adanya transisi dalam kehidupan. Faktor

pengetahuan menjelaskan bagaimana pengetahuan individu mengenai

perjalanan penyakit DM, peran pengobatan serta rencana terapi sehingga

dapat mempengaruhi keberhasilan individu dalam self-management.

Kemudian faktor emosional dimana stress, tekut, cemas, dan gangguan

mood dapat menjadi hambatan dalam melakukan self-management. Serta

faktor motivasi dimana motivasi dan kedisiplinan diri dapat mempengaruhi

kegigihan dalam pelaksanaan self-management.

Self-management bermanfaat untuk mengembangkan keterampilan

yang dihadapi oleh pasien untuk meningkatkan keyakinan diri (self-

efficacy) (Zainudin, Abu Bakar, Abdullah, & Hussain, 2018). Keterampilan

dan pengetahuan dapat menentukan pengelolaan yang terbaik untuk

dirinya sendiri (Handayani, Yudianto, & Kurniawan, 2013).

Notoatmojo (2003), menyatakan bahwa faktor pendidikan

mendukung pengetahuan seseorang tentang sesuatu hal, sebab dengan

pendidikan seseorang dapat lebih mengetahui sesuatu hal tersebut.


5

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin mudah

orang tersebut menerima informasi, sehingga umumnya memiliki

pemahaman yang baik tentang pentingnya perilaku perawatan diri dan

memiliki keterampilan manajemen diri untuk menggunakan informasi

peduli diabetes yang diperoleh melalui berbagai media dibandingkan

dengan tingkat pendidikan rendah (Abbasi, et al., 2018)

Penelitian yang dilakukan oleh Riyambodo dan Purwanti (2017)

menyatakan bahwa seseorang yang memiliki pengetahuan yang rendah

cenderung sulit menerima dan memahami informasi yang diterima,

sehingga orang tersebut akan acuh terhadap informasi baru dan merasa

tidak membutuhkan informasi baru tersebut.

Tingkat pendidikan yang rendah dapat meningkatkan non-

kepatuhan terhadap rencana terapi, karena kesulitan untuk membaca dan

memahami resep, sehingga meningkatkan risiko kesehatan. Selain itu,

tingkat pendidikan yang rendah dapat membatasi akses informasi,

mungkin karena membaca dikompromikan, menulis dan keterampilan

berbicara, serta pemahaman tentang penyakit dan mekanisme yang

kompleks pengobatan ini (Rodrigues, Santos, Teixeira, Gonela & Zanetti,

2012)

Pengetahuan tentang manajemen perawatan diri berkaitan dengan

glukosa pemantauan dan kepatuhan pengobatan memberikan umpan

balik langsung dan data yang memungkinkan penderita diabetes untuk


6

menilai bagaimana pilihan makanan dan tingkat aktivitas fisik,

mempengaruhi kontrol glukosa darah mereka (Austin, 2005)

Pasien dengan pengetahuan yang sangat baik dan memahami

diabetes dapat mematuhi prinsip-prinsip perawatan diri dan telah

didokumentasikan kontrol yang lebih baik glikemik bersama dengan hasil

kesehatan ditingkatkan (Mc Pherson ML, 2008)

Pengetahuan diabetes sangat penting dalam mengembangkan

sikap yang sehat diabetes terkait yang meningkatkan keterampilan

perawatan diri pasien. (Kambar,S Jali, 2007)

Pengetahuan tentang diabetes mellitus sangat penting untuk

pasien. Pengetahuan juga mempengaruhi kepatuhan penggunaan obat

dala penerapan manajemen Diabetes Meliitus dalam mengontrol kadar

gula darah dan mencegah komplikasi kronik ( Yuwindry dan

Wiedyaningsih, 2012). Selain itu, peran pengetahuan diabetes merupakan

untuk meningkatkan hasil klinis dan keterampilan pada perawatan diri

pasien, serta juga dapat untuk mencegah komplikasi sehingga dimulai

dengan memberikan pengetahuan terkait Diabetes Mellitus bisa

meminimalkan dampak buruk yang bisa penderita Diabetes rasakan.

Berdasarkan Studi Pendahuluan yang telah dilakukan pada 30

April 2019 di Puskesmas Palaran Samarinda Sebrang didapatkan bahwa

ada kenaikan jumlah penderita Diabetes Melitus dua tahun terakhir ini

yaitu, pada tahun 2017 sebanyak 626 orang, tahun 2018 sebanyak 824
7

Orang dan pada tahun 2019 data empat bulan terakhir sebanyak 245

Orang. Terdapat Peningkatan jumlah pasien Diabetes Melitus tipe II

setiap tahunnya, sehingga sebagai petugas kesehatan perlu melakukan

penatalaksanaan secara komprehensif.

Berdasarkan hasil observasi dan juga wawancara kepada salah

satu tenaga kesehatan di Puskesmas Palaran tersebut yakni karena

cakupan wilayah demografi yang cukup luas dengan total kurang lebih

9000 Kepala Keluarga dan 109 RT membuat puskesmas palaran menjadi

urutan pertama banyaknya penderita DM, dan dari segi kepatuhan

berobatnya baik dengan setiap bulan rutin kontrol ke puskesmas, namun

perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut lagi karena banyak penderita

secara Self-management-nya kurang karena akibat ulkus yang tidak

dilakukan perawatan secara baik penderita sering dibawa ke IGD dan jika

kondisinya semakin memburuk langsung dibawa ke poli bedah, hanya

beberapa saja yang rajin kontrol karena mengikuti saran dokter. Dan

jumlah kunjungan penderita pada akhir April 2019 perempuan berjumlah

57 orang, dan pria berjumlah 16 orang. Itulah beberapa data terkait

dengan Self-management yang masih kurang yang dibuktikan dengan

masih banyaknya penderita yang masuk poli bedah akibat luka yang tidak

kunjung sembuh karena manajemen diri yang kurang pada masyarakat

Palaran.
8

Tingkat pengetahuan sangat diperlukan dalam pengelolaan diet

DM akan tetapi kemampuan individu dalam mengelola kehidupan sehari-

hari, mengendalikan serta mengurangi dampak penyakit yang dideritanya

dikenal dengan self-management diperlukan dalam pengendalian DM (

Lin, 2008).

Self-Management memungkinkan pasien untuk mengembangkan

keterampilan dalam memecahkan masalah, meningkatkan keyakinan diri

(self-efficacy) dan mendukung aplikasi pengetahuan dalam kehidupan

nyata. Adanya keterampilan dan pengetahuan memecahkan masalah

pada penyakit DM, memungkinkan pasien untuk membuat suatu

keputussan tentang pengelolaan yang terbaik untuk dirinya sendiri.

Pengelolaan diri tersebut sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil

pengelolaan penyakit (Putri, Yudianto dan Kurniawan, 2013).

Menurut PERKENI edukasi dapat mendukung keberhasilan

perilaku sehingga membantu mengontrol gula darah secara individual.

Perubahan perilaku inilah yang akan menentukan sikap responden terkait

dengan kontrol gula darah (Soelistijo et al., 2015).

Pengetahuan sangat diperlukan untuk mengendalikan mengurangi

dampak yang disebabkan oleh DM ( Chen, et al, 2015)

Pengetahuan pasien mengenai penyakit DM adalah sarana yang

dapat membantu pasien menjalankan penanganan DM semasa hidupnya,

perilaku pasien yang didasari oleh pengetahuan dan sikap yang positif
9

akan berlangsung langgeng. Pengetahuan yang diberikan kepada pasien

DM, akan membuat pasien mengerti bagaimana harus mengubah perilaku

dalam menghadapi penyakit tersebut.( KEMENKES, 2013).

Sehubungan dengan latar belakang masalah di atas, maka penulis

tertarik mengadakan penelitian guna mengetahuan hubungan

pengetahuan dengan Self Management pada penderita Diabetes Mellitus

tipe II di Puskesmas Palaran.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian

ini adalah “ Apakah ada Hubungan Pengetahuan dengan Self-

Management pada penderita Diabetes Mellitus Tipe II di wilayah kerja

Puskesmas Palaran Kota Samarinda ?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Hubungan Pengetahuan denganSelf-Management pada

penderita Diabetes Mellitus Tipe II di wilayah kerja Puskesmas Palaran

Kota Samarinda.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik responden Diabetes Mellitus Tipe II di

wilayah kerja Puskesmas Palaran Kota Samarinda.

b. Mengidentifikasi pengetahuan responden Diabetes Mellitus Tipe II

di wilayah kerja Puskesmas Palaran Kota Samarinda.


10

c. Mengidentifikasi Self-Management pada penderita Diabetes

Mellitus Tipe II di wilayah kerja Puskesmas Palaran Kota

Samarinda.

d. Mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan dengan self-

management pada penderita Diabetes Mellitus Tipe II di wilayah

kerja Puskesmas Palaran Kota Samarinda.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti

dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama

perkuliahan.

2. Bagi Tempat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Petugas Kesehatan

Puskesmas Palaran agar dapat menambah wawasan pengetahuan

terhadap self-management pada penderita Diabetes Mellitus Tipe II di

Wilayah Kerja Puskesmas Palaran Kota Samarinda.

3. Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan menambah

bahan bacaan bagi mahasiswa Universitas Muhammadiyah

Kalimantan Timur untuk penelitian selanjutnya.


11

E. Keaslian Penelitian

Sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan penelitian yang sama

dilakukan penulis saat ini, namun berdasarkan penulusaran pustaka

didapat penelitian serupa antara lain dilakukan oleh

1. Wiwied Trihardiyanti Purnama (2018) yang melakukan dengan

judul “ Pengaruh Diabetes Self Management Education and

Support (DSME/S) terhadap stress pada penderita Diabetes

Mellitus tipe II di wilayah kerja Puskesmas Gamping 1 Sleman

Yogyakarta”. Perbedaan ada pada variabel dependent yaitu

stress,persamaan dengan penelitian ini adalah variabel

independent yaitu mengukur pengetahuan.

2. Kusnanto (2019) melakukan penelitian dengan judul “Hubungan

Tingkat Pengetahuan dan Diabetes Self-Management dengan

Tingkat Stress Pasien Diabetes Mellitus Yang Menjalani Diet”

Persamaan penelitian ada pada variabel independent yaitu tingkat

pengetahuan namun perbedaannya pada variabel dependent

tingkat stress sedangkan dalam penelitian variabel dependentnya

Self Management.

3. Ni Putu Wulan Purnama Sari (2016) melakukan penelitian dengan

judul “Diabetes Mellitus: Hubungan Antara Pengetahuan Sensoris,

Kesadaran diri, Tindakan Perawatan Diri dan Kualitas Hidup”


12

Persamaan penelitian ada pada variabel independent yaitu

pengetahuan namun perbedaannya pada variabel independentnya.

4. Eva Rahayu (2014) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh

Progam Diabetes Self Management Education Berbasis Keluarga

Terhadap Kualitas Hidup Penderita Diabetes Mellitus Tipe II di

Wilayah Puskesmas II Batturaden” Persamaan penelitian ada pada

variabel independent yaitu pengetahuan dan perbedaannya pada

variabel dependent yaitu kualitas hidup sedangkan pada penelitian

yaitu self-management.

5. Trina Kurniawati (2019) melakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Diabetes Self Management Education (DSME) terhadap

Self Management pada Pasien Diabetes Mellitus” Persamaan

penelitian ada pada variabel independent yaitu pengetahuan dan

variabel dependent yakni self management.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Self-Management

1. Definisi

Pengendalian diabetes terdiri dari empat pilar utama, yaitu

edukasi, aktivitas fisik atau olahraga, terapi diet atau pola makan,

dan terapi farmakologi (Perkeni, 2015).Dalam pengendalian

diabetes, empat pilar utama tersebut harus dilakukan secara rutin

dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat mengontrol dan

mengurangi dampak penyakit atau mencegah komplikasi pada

diabetes melitus.Oleh karena itu, dibutuhkan kemampuan untuk

dapat mengelola perilaku sendiri sangatlah penting, dan

kemampuan inilah yang sering disebut self-management. Perilaku

yang mencerminkan self-management pada penderita diabetes,

yaitu melakukan diet sehat, meningkatkan aktivitas fisik,

menggunakan obat diabetes secara rutin dan teratur, melakukan

pemantauan kadar glukosa darah rutin, dan melakukan perawatan

kaki. (Phitriet al., 2013).

Self-management merupakan suatu perilaku yang berfokus

pada peran serta tanggung jawab individu dalam pengelolaan

penyakitnya (Kisokanth et al., 2013).Self-management diabetes

13
14

adalah tindakan individu secara rutin untuk mengontrol diabetes

termasuk melakukan pengobatan dan mencegah komplikasi.

Tujuan self-management, yaitu untuk mencapai kadar

glukosa darah optimal (Mulyani, 2016). Kemampuan untuk

belajar, dikombinasikan dengan kemauan untuk menerima

tanggung jawab terhadap self-management dapat menjadi

faktor utama dalam menentukan prognosis DM untuk jangka

panjang (Kisokanth et al., 2013).

2. Faktor-Faktor Yang Berhubungan DenganSelf Management

Menurut Green et al., (2017) faktor-faktor yang dapat

memengaruhi self-management adalah faktor personal, faktor

status kesehatan, faktor ekonomi, faktor lingkungan, dan faktor

pelayanan kesehatan. Faktor personal meliputi pengetahuan,

kebudayaan, emosional, motivasi dan gaya hidup.

a. Faktor Pengetahuan

Green et al, (2017) mengemukakan bahwa pengetahuan

mengenai perjalanan penyakit , peran terapi pengobatan,

dan rencana perawatan sangat penting dalam memengaruhi

keberhasilan self-management. Apabila seseorang tidak

mengetahui mengapa dan bagaimana manajemen penyakit

kronis yang diderita, maka akan menyebabkan self-

management terhambat (Green et al., 2017 dalam Inonu

2019).
15

b. Faktor Kebudayaan

Keyakinan budaya dan tradisi dapat memengaruhi sikap,

kepercayaan, dan nilai-nilai seseorang mengenai kesehatan.

Dilaporkan terdapat individu yang merasa takut untuk

menggunakan insulin karena dipercaya dapat menyebabkan

kebutaan. Hal ini menjadi hambatan dalam melakukan self-

management diabetes (Green et al, 2017; Kisokanth et al.,

2013 dalam Inonu 2019).

c. Faktor Emosional

Menurut Green et al, (2017) hambatan dalam melakukan

self-management dapat berupa stress, takut, cemas, dan

gangguan mood. Seseorang yang merasa sedih, cemas dan

takut terhadap penyakitnya akan memiliki self-management

yang lebih rendah daripada yang penerimaan dirinya baik,

yaitu seseorang yang menerima seutuhnya kondisi dan

keadaan dirinya (Dhamayanti, 2018; Inonu,2019).Dalam

manajemen diabetes, diperlukan penerimaan diri pasien

yang baik untuk melakukan perubahan pola hidup yang tidak

biasa. Hasan et al., (2013) menyatakan sebanyak 65,52%

penderita memiliki penerimaan diri sedang akibat subjek

kesulitan dalam menjalani manajemen diabetesnya. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan

penerimaan diri dengan self-management diabetes.Individu


16

yang memiliki penerimaan diri yang buruk cenderung

berpandangan negatif terhadap kemampuan atau potensi

dalam dirinya (Hasan et al., 2013).Sementara telah

disebutkan bahwa self-management termasuk dalam

kemampuan individu dalam mengelola kehidupannya.

Secara tidak langsung, individu dengan penerimaan diri

buruk akan memiliki pandangan yang negatif terhadap

kemampuannya dalam mengelola diabetes, sehingga dapat

memengaruhi self-management diabetesnya.

d. Faktor Motivasi

Motivasi dan kedisiplinan diri dapat memengaruhi ketekunan

dalam upaya pelaksanaan self-management (Green et al.,

2017).motivasi terdiri dari motivasi internal atau motivasi

yang tidak memerlukan rangsangan dari luar karena

memang telah ada dalam diri individu sendiri dan motivasi

eksternal atau motivasi yang timbul karena adanya

rangsangan dari luar individu. Motivasi internal memiliki

peranan penting dalam self-management diabetes. Menurut

(kisokanth et. All, 2013) salah satu factor yang

mempengaruhi self management pada diabetes dari

eksternal adalah dukungan sosial keluarga, Ketika dalam

suatu anggota keluarga terlibat dalam suatu proses self

management atau managemen diri mereka bisa memberikan


17

dukungan yang nantinya akan sangat membantu dalam

mencapai tujuan pengobatan dan pasien yang mendapatkan

tingkat dukungan dari keluarga yang baik maka akan

menunjukkan perilaku self-management yang baik pula

(Aklima et.all, 2012)

e. Faktor Pola Hidup

Pengalaman seseorang dalam melakukan self-

managementsebelumnya, kemampuan untuk melakukan

self-management yang rutin, dan adanya transisi dalam

kehidupan merupakan faktor lain yang dapat memengaruhi

self-management (Green et al., 2017 dalam Inonu 2019).

B. Faktor Yang Berhubungan Dengan Self-Management

1. Pengetahuan

a. Definisi

Pengetahuan merupakan suatu hasil dari rasa

keingintahuan melalui proses sensoris, terutama yakni pada

mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan

adalah domain yang penting dalam terbentuknya perilaku

terbuka atau open behavior ( Donsu, 2017).

Pengetahuan atau knowledgemerupakan hasil

penginderan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap

suatu objek melalui pancaindra, yang dimilikinya. Panca

indra manusia manusia guna penginderaan terhadap objek


18

yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

perabaan. Pada waktu penginderaan guna menghasilkan

oengetahuan tersebut dipengaruhi oleh intensitas perhatian

dan persepsi terhadap objek. Pengetahuan seseorang

sebagian besar diperoleh melalui indra pendengaran dan

indra penglihatan ( Notoatmodjo, 2014)

Pengetahuan dipengaruhi oleh salah satunya factor

pendidikan formal dan sangat erat hubungannya.

DIharapkan dengan pendidikan yang tinggi maka akan

semakin luas pengetahuannya. Tetapi orang yang

berpendidikan rendah tidak mutlak berpengetahuan rendah

pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari

pendidikan formal saja. Tetapi juga dapat diperoleh dari

pendidikan non formal. Pengetahuan akan suatu objek

mengandung dua aspek yaitu aspek positf dan aspek

negatif. Kedua aspek ini akan menentukan sikap seseorang.

Semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui,

maka akan menimbulkan sikap semakin positif terhadap

objek tertentu ( Notoatmojo, 2014)

Dari kedua pengertian tersebut maka penulis

menyimpulkan bahwa memang pengetahuan merupakan

hasil tahu dari seorang manusia terhadap berbagai panca


19

indera dan proses pendidikan untuk mengetahui kebenaran

dari hasil pengamatan.

b. Proses Perilaku Tahu

Menurut Rogers yang dikutip oleh Notoatmodjo (dalam

Donsu, 2017) mengungkapkan proses adopsi perilaku yakni

sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru di dalam diri

orang tersebut terjadi beberapa proses, diantaranya:

1. Awareness, ataupun kesadaran yakni pada tahap ini

individu sudah menyadari ada stimulu atau rangsangan

yang dating padanya.

2. Interest atau merasa tertarik yakni individu mulai tertarik

pada stimulus tersebut.

3. Evaluation atau menimbang-nimbang dimana individu

akan mempertimbangkan baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya. Inilah yang menyebabkan sikap

individu menjadi lebih baik.

4. Trial atau perobaan yaitu dimana individu mulai mencoba

perilaku baru

5. Adaption atau pengangkatan yaitu individu telah memiliki

perilaku baru sesuai dengan pengetahuan, sikap dan

kesadarannya terhadap stimulus.


20

c. Cara memperoleh pengetahuan.

Menurut Notoatmodo (2010) terdapat beberapa cara

memperoleh pengetahuan, yaitu :

1. Cara kuno atau non modern

Cara kuno atau tradisional dipakai untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode

ilmiah, atau metode penemuan statistic dan logis. Cara-

cara penemuan pengetahuan pada periode ini meliputi:

a. Cara coba salah (trial and error)

Cara ini dilakukan dengan menggunakan

kemungkinan dalam memecahkan masalah dan

apabila kemungkinan tersebut tidak bisa dicoba

kemungkinan yang lain.

b. Pengalaman pribadi

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan

c. Melalui jalan fikiran

Untuk memperoleh pengetahuan serta

kebenarannya manusia harus menggunakan jalan

fikirannya serta penalarannya. Banyak sekali

kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang

dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran

apakah yang dilakukan baik atau tidak. Kebiasaan-


21

kebiasaan seperti ini biasanya diwariskan turun-

menurun dari generasi ke generasi berikutnya.

Kebiasaan-kebiasaan ini diterima dari sumbernya

sebagai kebenaran yang mutlak.

2. Cara Modern

Cara baru atau modern dalam memperoleh

pengetahuan lebih sistematis, logis dan alamiah.

Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah” atau lebih

popular disebut motodologi penelitian, yaitu :

a. Metode Induktif:

Mula-mula mengadakan pengamatan langsung

terhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan

kemudian hasilnya dikumpulan atau

diklasifikasikan, akhirnya diambil kesimpulan

umum.

b. Metode Deduktif

Metode yang menerapkan hal-hal yang umum

terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan

dengan bagian-bagiannya yang khusus.

c. Faktor yang mempengaruhi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan

seseorang antara lain yaitu:

1) Faktor internal (dalam)


22

a) Pendidikan

Pendidikan ini diperlukan agar mendapatkan informasi

atau info contohnya hal-hal yang menunjang

kesehatan sehingga meningkatkan kualitas hidup

seseorang. Pada zaman sekarang tidak dapat

dipungkiri memang bahwa semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang maka semakin mudah pula

untuk menerima dan memahami informasi tersebut

dan pengetahuan yang mereka dapat semakin

banyak (Mubarak, 2011).

b) Pekerjaan

Kebutuhan wajib yang harus dilakukan dalam setiap

orang yang telah beranjak dewasa untuk menunjang

kehidupannya sendiri dan keluarganya. Bekerja pada

dasarya memanglah menyita waktu tetapi banyak

memberikan pengalaman ataupun pengetahuan baik

karena pekerjaan itu sendiri juga dapat membentuk

pengetahuan dengan cara bertukar informasi antara

satu teman keteman yang lain (Wawan dan Dewi,

2010)

c) Umur

Semakin kita bertambah dewasa semakin bertambah

pula umur kita, tingkat kematangan dan kekuatan


23

seseorang dalam berfikir dan bekerja akan semakin

meningkat. Informasi atau berita yang baik pada masa

seseorang telah dewasa dikarenakan pada masa

kedewasaan ini terjadi perkembangan intelegensi

yang cukup baik, kematangan mental, kepribadian,

perilaku sosial dan juga pola pikir.Sehingga informasi

yang didapat dapat membentuk suatu sikap dan juga

pengetahuan ditinjau dari respon setelah suatu

informasi tersebut diterima.

d) Informasi

Informasi dapat mempercepat seseorang untuk

mendapatkan pengetahuan yang baru dan juga bila

banyak mendapatkan informasi maka akan semakin

luas pengetahuan yang didapatkan (Wawan dan

Dewi, 2010), dan Riyanto (2013) menyampaikan

disini informasi bisa diperoleh dari pendiidikan forma

maupun non formal, dan juga dapat memberikan

pengaruh jangak pendek (immediate impact)

sehingga dapt menghasilkan perubahan atau

peningkatan pengetahuan itu sendiri.


24

e) Pengalaman

Suatu ilmu pengetahuan dapat diperoleh dari

berbagai pengalaman baik itu pengalaman pribadi

ataupun pengalaman dari orang lain. Pengalaman

yang pernah kita lalui merupakan suatu cara untuk

memperoleh kebenaran tentang pengetahuan

tersebut.

2) Faktor Eksternal (Luar)

a) Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan suatu kondisi yang ada

dilingkungan sosial masyarakat dan pengaruhnya pun

bisa mempengaruhi perkembangan, tindakan, dan

sikap seseorang atau kelompok masyarakat.

b) Sosial Budaya

Pengaruh sosial budaya yang ada pada masyarakat

kita sekarang ini dapat mempengaruhi sikao

seseorang dalam menerima suatu informasi.

d. Sumber-Sumber Pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2010) sumber-sumber

pengetahuan antara lain sebagai berikut:

1) Kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan tersebut berupa pemimpin-

pemimpin masyarakat baik secara formal maupun


25

informal, pemuka agama, pemegang

pemerintahan dan sebagainya. Pada pemegang

otoritas pada prinsipnya mempunyai mekanisme

yang sama dalam penemuan pengetahuan

sehingga orang lain menerima pendapat yang

dikemukakan tanpa terlebih dahulu membuktikan

kebenarannya, baik yang telah berdasarkan fakta

empiris maupun penalaran sendiri. Hal ini

disebabkan karena orang yang menerima

pendapat tersebut menganggap apa yang

ditemukan itu adalah telah benar.

2) Pengalaman Pribadi

Pengalaman ialah guru yang baik, Pengalaman

dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan

dengan cara mengulang kembali pengalaman

yang telah dilalui dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi masa lalu.

3) Akal Sehat

Sebelum pendidikan berkembang para orang tua

pada jaman dahulu agar anaknya dapat menuruti

perintah orang tuanya, maka dengan

menggunakan hukuman secara fisik salah satu

contohny seperti menjewer telinga.Cara ini


26

sekarang berkembang menjadi kebenaran, bahwa

hukuman adalah metode (meskipun bukan yang

paling baik) bagi pendidikan anak.

4) Intuisi

Kebenaranan secara intuisi diperoleh secara cepat

melalui proses diluar kesadaran tanpa harus

melalui proses penalaran atau berpikir. Kesadaran

yang diperoleh melalui intuitif sukar dipercaya

karena kebenaran ini tidak menggunakan cara

yang rasional dan sistematis hanya berdasarkan

intuisi atau suara hati atau bahkan bisikan hati

saja.

Sumber pengetahuan dapat dibedakan atas

dua bagian besar yaitu bersumber pada daya indrawi,

dan budi (intelektual) manusia.Pengetahuan indrawi

dimiliki oleh manusia melalui kemampuan indranya

namun bersifat relasional. Pengetahuan diperoleh

manusia juga karena ia juga mengandung kekuatan

psikis, daya indra memiliki kemampuan

menghubungkan hal-hal konkret material dalam

ketunggalannya. Pengetahuan indrawi bersifat parsial

disebabkan oleh adanya perbedaan kemampuan tiap

indra. Pengetahuan intelektual adalah pengetahuan


27

yang hanya dicapai oleh seorang manusia, melalui

rasio intelegensia. Pengetahuan intelektual mampu

menangkap bentuk atau kodrat objek dan tetap

menyimpannya di dalam dirinya (Notoatmodjo, 2003

dalam Wawan & Dewi, 2011).

e. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang

(overtbehavior). Tingkat pengetahuan di dalam domain

kognitif mempunyai enam tingkatan (Notoatmodjo, 2014)

yaitu.

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya, Termasuk ke dalam

pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

(recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah dierima. Oleh

sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang

paling rendah dibanding yang lain.

2) Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar mengenai objek yang

diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut


28

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek

atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan

contoh, menyimpulkan, meramaikan, dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajaru pada saat

situasi atau kondisi yang real (sebenarnya). Aplikasi di

sini juga dapat diartikan sebagai aplikasi atau

penggunaan hokum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan

sebagainya dalalm konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen,

tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih

ada kaitannya antara satu sama lain. Kemampuan

analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,

seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan juga

sebagainya.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di


29

dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, Dengan kata

lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu

materi atau objek. Penilaian-penilaian itu juga didasarkan

pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria-kriteria yang ada.

b. Pengukuran

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

menggunakan wawancara atau angket yang menanyakan

tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian

atau responden.Untuk mengukur suatu pengetahuan dapat

dengan menggunakan suatu pertanyaan. Adapun

pertanyaan yang dapat dipergunakan untuk pengukuran

pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi

dua jenis yaitu pertanyaan subjektif misalnya jenis

pertanyaan essay dan jika pertanyaan objektif misalnya

dengan pertanyaan pilihan ganda (multiple choice).

Antara betul-salah dan pertanyaan menjodohkan.

Pertanyaan essay dikatakan pertanyaan subjektif karena

penilaian untuk pertanyaan ini melibatkan factor subjektif dari


30

nilai, sehingga nilai dan waktunya akan berbeda dari

seorang penilai yang satu dibandingkan dengan yang

lainnya. Sedangkan pertanyaan objektif yaitu dapat dinilai

secara pasti oleh penilainya tanpa harus melibatkan faktor

subjektifitas dari penilai.

Pertanyaan pengukuran pengetahuan secara umum

yaitu pertanyaan subjektif dari peneliti. Biasanya dalam

pertanyaan objektif khususnya pertanyaan pilihan ganda

lebih diminati dalam pengukuran pengetahuan karena lebih

mudah jika disesuaikan dengan pengetahuan yang akan

diukur dan juga penilainnya akan lebih cepat.

Menurut Arikunto (2010), pengukuran pengetahuan

ada dua kategori yaiti: menggunakan pertanyaan subjektif

misalnya jenis pertanyaan essay dan pertanyaan objektif

misalnya pertanyaan lipihan ganda (multiple choice),

pertanyaan betul salah dan pertanyaan menjodohkan.

Rumus Pengukuran Pengetahuan:


𝐹
P= 𝑁 X 100%

Keterangan:

P: adalah persentase

F: Frekuensi ite, soal benar

N: Jumlah soal
31

Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Nursalam (2016) pengetahuan seseorang dapat

diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:

1. Pengetahuan Baik : 76%-100%

2. Pengetahuan Cukup : 56%-75%

3. Pengetahuan Kurang : <56%

C. Diabetes Mellitus Tipe II

1. Definisi

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolik

akibat gangguan sekresi insulin, gangguan kerja insulin,

maupun keduanya (American Diabetes Association, 2014)

Adanya gangguan mengakibatkan gula di darah dalam darah

tidak dapat digunakan oleh sel tubuh sebagai energi hingga

akhirnya menyebabkan kadar gula dalam darah tinggi

hiperglikemia (International Diabetes Federation, 2014).

Penyakit diabetes mellitus dikenal juga dengan penyakit

kencing manis atau kecing gula. Lebih kurang dari dua ribu

tahun yang lalu, dua ahli kesehatan yunani yaitu, celcus dan

areteus, memberikan sebutan diabetes pada orang yang

menderita banyak minum dan banyak kencing. Oleh karena itu,

sampai saaat ini penderita “banyak minum” dan “ banyak

kencing” tersebut, dalam dunia kedokteraan dikenal dengan

istilah Diabetes Melitus (DM) . DM tergolong penyakit yang


32

tidak menular yang penderitanya tidak dapat secara otomatis

mengendalikan tingkat gula (glukosa) dalam darahnya .pada

tubuh yang sehat, kelenjar pancreas melepas hormon insulin

yang bertugas mengangkut gula melalui darah ke otot-otot dan

jaringan lain untuk memasok energi (Irianto, 2013).

2. Klasifikasi

Klasifikasi DM berdasarkan penyebabnya, menurut

American Diabetes Association/World Health Organization

(ADA/WHO), diklasifikasikan menjadi 4 empat macam:

a. DM tipe 1. Disebabkan oleh kerusakan sel beta di

pankreas.DM ini berhubungan dengan antibody/autoimun

berupa Islet Cell Antibodies (ICA), Insulin Autoantibodies

(IAA), kerusakan sel beta dapat terjadi sejak anak-anak

hingga dewasa. Penderita harus mendapati suntikan insulin

setiap hari selama hidupnya sehingga dapat dikenal dengan

Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) Atau yang

bergantung pada insulin untuk mengatur Metabolisme gula

dalam darah . Berdasarkan kondisinya, Tipe ini merupakan

DM yang paling parah.

b. DM tipe 2 disebabkan oleh resistensi hormone insulin ,

karena jumlah reseptor insulin pada permukaan sel

berkurang dan jumlah insulin yang tidak berkurang yang

menyebabkan glukosa tidak dapat masuk kedalam sel


33

insulin, walaupun tersedia. Kondisi ini disebabkan oleh

obesitas terutama tipe sentral ,Diet tinggi lemak dan rendah

karbohidrat, kurangnya aktivitas olahraga dan factor

keturunan juga dapat mempengaruhi.

c. DM tipe spesifik yang dapat di sebabkan oleh kelainan

genetik,penyakit pankreas, gangguan endokrin dapat

mempengaruhi juga, dan efek obat-obatan yang di konsumsi

mengandung bahan kimia ,infeksi virus dan lain-lain.

d. DM pada kehamilan. Biasanya terjadi pada saat masa

kehamilan

3. Manifestasi Klinis

Menurut Perkeni (2015), keluhan yang umumnya

ditemukan pada penderita DM adalah

a. Keluhan Klasik : Polyuria, polydipsia, polyfagia, dan

penurunan berat badan.

b. Keluhan lain yang umumnya muncul : lemah badan,

kesemutan, gatal terutama pada daerah lipatan kulit,

gangguan penglihatan berupa mata kabur, dan disfungsi

ereksi pada pria serta pruritus vulva pada wanita (Irianto,

2014)

4. Etiologi dan Faktor Resiko

Menurut American Diabetes Association penyebab dari

DM tipe 2 adalah resistensi insulin yaitu suatu keadaan dimana


34

jumlah reseptor insulin pada permukaan sel berkurang sehingga

glukosa tidak bisa masuk ke dalam sel insulin. Resistensi insulin

dapat terjadi karena beberapa faktor resiko yaitu obesitas,

aktivitas fisik yang kurang, diet tinggi lemak dan rendah

karbohidrat, serta First degree relative DM atau faktor keturunan

DM. (Perkeni, 2015) (Irianto, 2014)

5. Patofisiologi

Patofisiologi Diabetes Melitus dapat diawali dari

penurunan jumlah insulin yang menyebabkan glukosa sel

menurun atau tidak ada sama sama sekali, sehingga energy di

dalam sel untuk metabolisme seluler berkurang, kondisi tersebut

direspon tubuh dengan meningkatkan kadar glukosa dasar.

Respon tersebut antara lain sensasi lapar, mekanisme lipolysis

dan gluconeogenesis, Jikar respon tersebut terjadi

berkepanjangan maka tubuh mengalami penurunan protein

jaringan dan menghasilkan benda keton. Kondisi ini dapat

mengakibatkan ketosis dan ketoasidosis ( Daniels, 2012).

Penderita Diabetes Melitus mengalami kenaikan kadar

glukosa yang akan mengakibatkan Advanced Glycation end

products (AGEs) (Xing et al, 2016), dimana dengan adanya

peningkatan AGEs akan menjadi radikal bebas yang

menyebabkan arteriorosklerosis yang akan menimbulkan

berbagai komplikasi vaskuler misalnya neuropati, retinopati,


35

penyakit jantung coroner, serya stroke. Dengan adanya

arteriosclerosis maka aliran darah dan nutrisi yang dialirkan ke

jaringan terganggu yang akan mengakibatkan kaki lebam,

dingin, mudah cidera, infeksi di kaki juga menjadi sukar sembuh.

Selain arteriosclerosis pada penderita diabetes mellitus juga

mengalami neuropati menyebabkan kaki tidak dapat merasakan

panas, nyeri, dan juga kesemutan. Oleh sebab itu penderita

tidak akan dapat merasakan luka, gelembung kecil dibiarkan

sampai pecah terinfeksi, neuropati juga akan melemahkan otot

kaki sehingga merubah gerakan dan bentuk kaki, perubahan

tekanan pada kaki lambat laun akan memicu terjadinya luka

(Tandra, 2017).

Diabetes Melitus tipe 2 disebabkan oleh gabungan dari

resistensi perifer terhadap kerja insulin dan respons sekresi

insulin yang tidak adekuat oleh sel beta pancreas. Kondisi

tersebut dapat terjadi karena beberapa factor antara lain

diantaranya genetik, gaya hidup, diet yang mengarah pada

obesitas. Resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin akan

menyebabkan toleransi glukosa terganggu yang akan

mengawali kondisi diabetes melitus tipe 2 dengan manifestasi

hiperglikemi (Ozougwo, Obimba and Unakalamba 2013).

Kondisi hiperglikemi pada penderita dengan diabetes

melitus tersebut bermanifestasi pada tiga gejala klasik diabetes


36

yaitu 3 P (polyuria, polydipsia, dan polyfagia).Poliuria (sering

buang air kecil), akibat kondisi hiperglikemi melampaui ambang

respon ginjal sehingga menimbulkan glukosuria. Kondisi

glukosuria pada selanjutnya menyebabkan diureis osmotic

sehingga akan timbul gejala banyak buang air kecil.

Polydipsia (sering merasa haus) yakni sangat berkaitan

erat dengan polyuria, karena banyaknya pengeluaran cairan

tubuh melalui ginjal ditambah dengan kondisi tubuh mengalami

hyperosmolar akibat peningkatan glukosa dalam tubuh

menyebabkan kondisi tubuh akan mengalami penurunan cairan

intrasel. Selanjutnya kondisi tersebut menyebabkan stimukasi

osmoreseptor pusat haus di otak sehingga penderita diabete

melitus sering mengeluh merasa haus.

Polifagia (peningkatan nafsu makan) kondisi ini

disebabkan penurunan insulin dan mengakibatkan penggunaan

glukosa oleh sel mengalami penurunan sehingga menimbulkan

pembentukan glukosa dari non karbohidrat yaitu dari protein dan

lemak (lipolysis). Peningkatan lipolysis dan katabolisme protein

akan menyebabkan keseimbangan energi positif yang akan

menyebabkan peningkatan pada nafsu makan.

Kelainan dasar pada DM tipe 2 yaitu resisten insulin pada

jaringan lemak, otot, kenaikan gula yang berakibat pada

hiperglikemia. Kekurangan sekresi insulin oleh pancreas yang


37

menyebabkan turunnya kecepatan transport glukosa ke jaringan

lemak, otot, dan hepar. Resistensi insulin terjadi karena

penurunan sensitivitas jaringan terhadap efek metabolisme

insulin.Penurunan sensitivitas insulin menganggu penggunaan

dan penyimpanan karbohidrat.

Perkembangan resistensi insulin terjadi secara bertahap

dimulai dari obesitas.Mekanisme yang terjadi pada DM tipe 2

yaitu sel-sel beta yang mengalami penurunan dan tidak mampu

memproduksi cukup insulin. Pada beberapa orang obesitas

memiliki resistensi insulin yang parah dan mengalami

peningkatan kadar gula dasar yang melebihi normal setelah

makan.

Hal tersebut dikarenakan pankreas mampu memproduksi

cukup insulin. Akan tetapi pada beberapa individu, pancreas

akan mengalami penurunan untuk mensekresikan insulin

(Guyton &Hall, 2007).

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan

pemeriksaan glukosa darah sewaktu, kadar glukosa darah

puasa, kemudian diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral

standar. Untuk kelompok resiko tinggi DM, seperti usia dewasa

tua, tekanan darah tinggi, obesitas, dan adanya riwayat

keluarga, dan menghasilkan hasil pemeriksaan negative, perlu


38

pemeriksaan penyaring setiap tahun. Bagi beberapa pasien

yang berusia tua tanpa factor resiko, pemeriksaaan penyaring

dapat dilakukan setiap 3 tahun

Tabel 2.1 Interpretasi kadar glukosa darah (mg/dl)

Bukan DM Belum pasti DM DM

Kadar glukosa darah sewaktu

Plasma Vena <110 110 – 199 >200

Darah Kapiler <90 90 – 199 >200

Kadar glukosa darah puasa

Plasma Vena <110 110 – 125 >126

Darah Kapiler <90 90 – 109 >110

Tes Toleransi Glukosa Oral/TTGO

Tes ini telah digunakan untuk mendiagnosis diabetes

awal secara pasti, namun tidak dibutuhkan untuk penapisan dan

tidak sebaiknya dilakukan pada pasien dengan manifestasi klinis

diabetes dan hiperglikemia.

Cara pemeriksaaan tes toleransi Glukosa Oral/TTGO :

a. Tiga hari sebelum pemeriksaan, pasien makan seperti biasa

b. Kegiatan jasmani cukup

c. Pasien puasa selama 10 – 12 jam

d. Periksa kadar glukosa darah puasa

e. Berikan glukosa 75 gram yang dilarutkan dalam air 250 ml,

lalu minum dalm waktu 5 menit


39

f. Periksa kadar glukosa darah saat 1/2, 1, dan 2 jam setelah

diberi glukosa

g. Saat pemeriksaan, pasien harus istirahat, dan tidak boleh

merokok

Pada keadaan sehat, kadar glukosa darah puasa individu

yang dirawat jalan dengan toleransi glukosa normal adalah 70 –

110 mg.dl. setelah pemberian glukosa, kadar glukosa akan

mengikat, namun akan kembali ke keadaan semula dalm waktu

2 jam. Kadar glukosa serum yang < 200 mg/dl setelah ½, 1 dan

1 ½ jam setelah pemberian glukosa, dan <140 mg/dl setelah 2

jam setelah pemberian glukosa, ditetapkan sebagai nilai TTGO

normal.

7. Penatalaksanaan

Menurut Dr. Irwan, 2016 penatalaksanaan Diabetes

Melitus dibagi menjadi 2 (dua) medikamentosa dan Non

medikamentosa, yaitu:

a. Non Medikamentosa

1) Menghindari atau meminimalkan factor resiko Diabetes

Melitus

2) Melakukan promosi kesehatan yag bertujuan untuk

mengendalikan faktor resiko Diabetes Melitus


40

3) Bagi penderita maupun orang yang memiliki riwayat

keluarga DM harus memperhatikan terhadap makanan

dibawah ini :

a) Makanan yang harus dihindari seperti, Gula murni :

gula pasir, gula jawa, makanan dan minuman yang

dibuat menggunakan gula murni : abon, dendeng,

sarden, manisan, cake, tart, sirup, soft drink dll.

b) Makanan yang harus dibatasi seperti makanan yang

mengandung karbohidrat : nasi, ubi, roti, mie, dan

makanan yang diolah menggunakan tepung.

Kemudian harus dievaluasi 3 bulan bila menetap perlu

diberikan terapi medikamentosa

b. Medikamentosa

Jika diet tidak dapat menurunkan gula darah sampai ke

kisaran normal maka diperlukan anti diabetic oral :

1) Klorpropamid mulai dengan 0,5 mg/hari dalam sekali

pemberian, maksimal diberikan 0,5 mg/hari ½ jam

sebelum makan.

2) Glipizid 5-25 mg, 1-2 kali/hari, sebelum makan

3) Glikazid 20-30 mg, 1-2 kali/hari, sebelum makan

4) Glimepirid 0,5-6 mg, 1 kali/hari, sebelum makan

5) Methformin mulai dengan 0,5 gram/hari dalam 2-3 kali

pemberian, maksimal 15 mg/hari


41

8. Komplikasi

Kebesaran kerajaan Diabetes Melitus akan lebih terlihat

kekuasaaannya pada saat Diabetes Melitus memasuki tahapan

komplikasi. Diabetes Melitus dapat menyerang hampir seluruh

system tubuh manusia, mulai dari kulit sampai jantung.

Komplikasi Diabetes Melitus (tipe 2) dapat dibagi atas :

a. Komplikasi Awal (Early complication)

1) Hiperalbuminuria

2) Background retinophaty

3) Neuropathy

4) Klasifikasi arteri medial

5) Hipertensi

b. Komplikasi Lanjut ( Late complication )

1) Kegagalan ginjal (rebal failure)

2) Proliferative retinopathy

3) Gangrene dan amputasi

4) Coronary heart disease

5) Diabetes-related death

D. Penelitian Terkait

1. Penelitian dari Wiwied Trihardiyanti Purnama (2018). Meneliti

tentang “Pengaruh Diabetes Self Management Education and

Support (DSME/S) terhadap stress pada penderita Diabetes

Mellitus tipe II di Wilayah kerja Puskesmas Gampin 1 Sleman


42

Yogyakarta”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah quasi eksperiment atau rancangan eksperimen semu

dengan bentuk rancangan non equivalent control group yaitu

penelitian yang dilakukan dengan membandinkan antara

kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Populasi dalam

penelitian ini adalah semua penderita diabetes mellitus tipe 2

yang mengalami stress di wilayah puskesmas gamping 1

sleman Yogyakarta dengan jumlah populasi 318 orang. Sampel

dalam penelitian ini sebanyak 30 responden dengan teknik

Accidental Sampling dengan mempertahankan kriteria inklusi.

Hasil analisis berdasarkan uji Wilcoxon menunjukkan bahwa

ada perbedaan yang bermakna antara stress pada kelompok

intervensi yang mendapatkan pendidikan kesehatan dengan

kelompok kontrol yang hanya diberi leafleat dan kuisioner yang

ditujukkan dengan nilai signifikan p=0,000 (<0,05).

2. Penelitian dari Kusnanto (2019). Meneliti tentang “Hubungan

Tingkat Pengetahuan dan Diabetes Self-Management dengan

Tingkat Stress Pasien Diabetes Mellitus Yang Menjalani Diet”

Desain penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional,

populasi dalam penelitian ini merupakan seluruh pasien DM

terbanyak di Puskesmas wilayah Surabaya, sampel dalam

penelitian ini sebanyak 106 responden, Sampel didapat dengan

menggunakan teknik multistage sampling


43

3. Penelitian dari Ni Putu Wulan Purnama Sari (2016). Meneliti

tentang “Diabetes Mellitus: Hubungan Antara Pengetahuan

Sensoris, Kesadaran diri, Tindakan Perawatan Diri dan Kualitas

Hidup” penelitian ini merupakan jenis penlitian observasional

analitik dengan pendekatan desain Cross Sectional, populasi

dalam penelitian ini adalah semua penduduk yang menderita DM

di diwilayah kelurahan Keputran Surabaya, Sampel dalam

penelitian ini sebanyak 32 responden yang merupakah penduduk

di Kelurahan Keputran Surabaya yang menderita DM dan

memenuhi kriteria sampel. Cara pengambilan sampel yang

digunakan adalah convenient sampling. Hasil penelitian

menunjukkan ada hubungan lemah yang signifikan antara

kesadaran diri dan kualitas hidp pada penderita DM.

4. Penelitian dari Eva Rahayu (2014) Meneliti tentang “Pengaruh

Progam Diabetes Self Management Education Berbasis

Keluarga Terhadap Kualitas Hidup Penderita Diabetes Mellitus

Tipe II di Wilayah Puskesmas II Batturaden” Desain penelitian

menggunakan Quasi Experiment One Group With Pre and Post

Test Design. populasi dalam penelitian ini adalah semua

penderita Dm dan keluarga yang berdomisili di wilayah kerja

Puskesmas 2 Baturraden. Jumlah sampel sebanyak 18

responden, Sampel didapat dengan menggunakan purposive

sampling, Simpulan dari penelitian ini Edukasi dengan


44

pendekatan prinsip Diabetes Self Management Education

(DSME) dapat meningkatkan kualitas hidup pada penderita DM

tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas 2 Baturraden.

5. Penelitian dari Trina Kurniawati (2019) Meneliti tentang

“Pengaruh Diabetes Self Management Education (DSME)

terhadap Self Management pada Pasien Diabetes Mellitus”

Desain penelitian menggunakan quasy experiment (eksperimen

semu) dengan rancangan pre and post test control group design.

Sampel dalam penelitian ini sebanyak 46 orang yang dibagi

menjadi 2 kelompok yaitu 23 orang kelompok intervensi dan 23

orang kelompok kontrol dengan menggunakan metode

Probability sampling melalui Simple random sampling.Terdapat

hasil peningkatan nilai ratarata Self Management setelah

diberikan Diabetes Self Management Education (DSME) pada

kelompok intervensi dan terdapat perbedaan pengaruh antara

kelompok intervensi yang mendapatkan intervensi DSME dan

kelompok kontrol yang mendapatkan intervensi standar edukasi

dari PERSADIA.
45

E. Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi self-


management:

+
Faktor Pengetahuan

Faktor Kebudayaan

Faktor Emosional

Faktor Motivasi

Faktor Pola Hidup

Self-Management Diabetes Mellitus

Keterangan:

Yang diteliti

Yang tidak diteliti

SUSumber: Green et al.(2017), Kisokanth et al (2013), Perkeni (2015), Hamzah


(2013), Kusniawati dalam Dhamayanti (2018)

Gambar 2.1 Kerangka Teori


46

F. Kerangka Konsep

Menurut Notoatmodjo (2012), kerangka konsep penelitian

merupakan kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin

diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan.

VARIABEL DEPENDEN

VARIABEL INDEPENDEN SELF-MANAGEMENT


PENDERITA DIABETES
PENGETAHUAN
MELLITUS TIPE II

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

G. Hipotesis Penelitian

Menurut Thomas et al (2010) dalam Swarjana (2015),

hipotesis adalah hasil yang diharapkan atau hasil yang diantisipasi

dari sebuah penelitian. Hipotesis juga didefinisikan sebagai suatu

jawaban sementara dan penelitian patokan dugaan, dalil sementara

yang akan dibuktikan dalam penelitian. (Arikunto, 2010)

Dalam penelitian, hipotesis digolongkan menjadi dua jenis

yakni hipotesis alternative (Ha) yang menyatakan adanya

hubungan di antara satu variabel dengan variabel yang lainnya,

dan hipotesis nol (H0) yang menyatakan tidak adanya hubungan

antara satu variabel dengan variabel lainnya. (Thomas et al.,2010 ;

Swarjana., 2015)
47

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka hipotesis

penelitian ini adalah:

1. Hipotesa Alternatif (Ha)

a. Ada hubungan antara pengetahuan dengan self-

management pada penderita DM Tipe II di wilayah kerja

Puskesmas Palaran Kota Samarinda.

2. Hipotesa Nol (H0)

a. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan self-

management pada penderita DM Tipe II di wilayah kerja

Puskesmas Palaran Kota Samarinda.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan sesuatu yang sangat

penting dalam penelitian, memungkinkan pengontrolan, maksimal

beberapa faktor yang dapat mempengaruhi akurasi suatu

hasil.Rancangan juga dapat digunakan peneliti sebagai petunjuk

dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian dan merupakan

hasil akhir dari suatu tahap keputuan yang dibuat oleh peneliti

berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa diterapkan

(Nursalam, 2011).

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif berbentuk Descriptive

Corelation yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan

hubungan korelatif antara variabel independen dan variabel

dependen (Nursalam, 2011), dengan pendekatan Cross Sectional

yaitu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara factor

dan resiko dengan efek dengan cara pendekatan, observasi atau

pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Poin approach)

(Notoatmodjo, 2010).

48
49

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah subyek atau klien yang menjadi sasaran penelitian dengan

memenuhi kriteria yang ditetapkan (Nursalam, 2013).

Didalam penelitian ini populasinya adalah penderita diabetes melitus tipe II

berada di wilayah kerja Puskesmas Palaran Kota Samarinda. Berdasarkan

Studi Pendahuluan yang telah dilakukan pada 30 April 2019 di Puskesmas

Palaran Kota Samarinda didapatkan jumlah penderita pada empat bulan

terakhir sebanyak 245 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil dengan menggunakan

cara-cara tertentu. Sampel ditarik dari populasi terjangkau ( Nursalam,

2008). Sampel merupakan bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki

oleh populasi ( Sugiyono, 2010).

Pada penelitian ini menggunakan Teknik Simple random sampling, Sampel

dalam penelitian ini harus memenuhi syarat inklusi dan eksklusi sebagai

berikut:

a. Kriteria inklusi

1) Menderita Diabetes Mellitus tipe II.

2) Usia 20-60 tahun.

3) Bisa baca tulis.


50

4) Bersedia menjadi responden dan menandatangani informed

consent.

b. Kriteria eksklusi

1) Menderita Diabetes Mellitus Gestasional.

2) Menderita Diabetes Mellitus Juvenile.

3) Data wawancara tidak lengkap.

Jumlah sampel dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus Slovin (

Ridwan, 2009) yaitu:

N
n=
1+N (𝑑2 )

Keterangan ;

N = Besar Populasi

n = Besar Sampel

d = Taraf signifikasi atau taraf kepercayaan (5%)

Setelah ditentukan kriteria sampel selanjutnya menentukan besar sampel

yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

n = N/ (1 + (N xd2))

n = 245 / (1 + (245 x 0,052))

n = 245 / (1 + (245 x 0,0025))

n = 245 / (1 + 0,61)

n = 245 / 1,61

n = 152,17391304
51

Apabila dibulatkan maka besar sampel minimal pada penelitian ini adalah

sebesar 152.

C. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah probability

sampling.probability sampling berarti setiap elemen di dalam populasi memiliki

peluang yang sama dan kesempatan independen untuk dipilih. Independen

mengandung makna bahwa tidak ada cara yang dapat mempengaruhi

pemilihan yang lain (Jupp and Sapsford, 2006 dalam Swarjana, 2015). Semua

anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk terpilih sebagai

sampel (Kothari, 2009 dalam Swarjana, 2015). Cara pengambilan sampel

yang digunakan adalah Simple random sampling.Simple random sampling

adalah metode yang paling umum danpaling sederhana. Subjek memiliki

peluang yang sama untuk terpilih sebagai subjek penelitian. Subjek dipilih

menggunakan tabel bilangan randomatau dengan cara seperti undian. (WHO,

2001 dalam Swarjana, 2015).

D. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat atau lahan untuk diadakan suatu

penelitian.Lokasi penelitian ada di Puskesmas palaran Kota Samarinda.


52

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncakanan akan dilaksanakan mulai bulan April 2019

sampai Maret 2020,dimulai dari kegiatan persiapan sampai pelaksanaan

tindakan dan analisis data.

E. Definisi Operasional

Menurut Sugiyono (2014), definisi operasional adalah merupakan

kontruksi dengan kata - kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang

diamati, dapat diuji kebenarannya oleh orang lain. Definisi operasional dalam

penelitian ini diuraikan seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Definisi
NO Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Operasional
1. Faktor Pengetahuan Kuesioner DKQ- 1. Baik : 76-100% ( Ordinal
Pengetahuan penderita 24 (Diabetes jika jumlah
dengan Knowledge jawaban benar 16-
menggunakan Questionnaire) 21)
segala dengan 21item 2. Cukup: 56-75%
pengalaman butir pertanyaan ( jika jumlah
dan dengan skala jawaban benar 13-
penginderaan guttman 15)
yang dimilikinya Benar=1 3. Kurang: 0-55%
tentang Salah=0 ( jika jumlah
penyakit jawaban benar 0-
diabetes 12)
mellitus dengan
berbagai (Notoatmodjo,
indikator 2010)
penderita dapat
mengetahui:
1.Pengertian
2.Faktor
penyebab,
3.Gejala,
4.Akibat yang
ditimbulkan
5.Cara
mencegah
53

2. Dependent Keterampilan Kuesioner 1. 0-15 = Buruk Ordinal


(terikat) yang dimiliki DMSQ ( 2. 16-31 = Cukup
Self- oleh pasien Diabetes Self- 3. 32-48 = Baik
Management dibetes mellitus Management (Schmitt et al, 2013
tipe 2 dalam Diabetes dalam Kumala
mengontrol dan Questionnaire) Sari, 2017)
mengatur dengan 16 item
penyakit yang pertanyaan
diderita. dengan
menggunakan
skala Likert

F. Instrument Penelitian

Menurut Notoadmodjo (2012), Instrument penelitian merupakan alat

yang digunakan untuk pengumpulan data. Kuesioner penting sebagai alat

pengumpulan data dengan tujuan untuk memperoleh suatu data yang sesuai

dengan tujuan penelitian tersebut.Daftar pertanyaan yang sudah tersusun

dengan baik, sudah matang, dimana responden tinggal memberikan jawaban

atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu disebut kuesioner

(Notoatmodjo, 2012).

Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang berisi

pertanyaan-pertanyaan terkait dengan penelitian, dimana pertanyaan tersebut

mengacu pada konsep atau teori yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka.

Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu sebagai berikut :

1. Instrument A

Instrument A berupa kuesioner untuk pengumpulan demografi, yang

berisikan biodata responden seperti nama, umur dan jenis kelamin.


54

2. Instrument B

Instrument B berupa kuesioner DKQ-24 (Diabetes Knowledge

Questionnaire) untuk mengukur tingkat pengetahuan pada penderita DM

Tipe II.

Pengetahuan

Kuesioner dibuat dengan bentuk pertanyaan dan jawaban dalam

bentuk pilihan ganda dengan menggunakan skala Guttman, dengan

pilihan jawaban ya=1 dan tidak=0. yaitu skala yang akan didapatkan

jawaban yang tegas terhadap sesuatu permasalahan yang ditanyakan.

Maka dalam skala ini hanya ada duainterval yaitu ya atau tidak.

3. Instrument C

Instrument C berupa kuesioner tentang Self-Managementdigunakan

kuesioner DMSQ ( Diabetes Self-Management Questionnaire)yang terdiri

dari 16 item pertanyaan dengan menggunakan skala Likert, yaitu selalu

dilakukan (3), kadang-kadang dilakukan (2), jarang dilakukan (1), dan tidak

pernah dilakukan (0). Pada kuesioner ini terdapat 8 item favorable (1, 2, 3,

4, 6, 8, 9, 14) dan 8 item nonfavorable (5, 7, 10, 11, 12, 13, 15, 16), dengan

penggunaan skala terbalik pada item nonfavorable.


55

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrument Self-Management

No Karakteristik No Butir Pertanyaan Jumlah


Favorable Unfavorable
1 Managemen glukosa darah 1,4,6 10,12 5

2 Managemen pola makan 2,9 5,13 4

3 Aktivitas fisik 8 11,15 3


4 Penggunaan perawatan 3,14 7 3
kesehatan
5 Perawatan diri secara - 16 1
keseluruhan
Jumlah 16

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟


Skor tiap subdomain dapat dihitung dengan rumus:𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 ×

10dengan skor skala tiap subdomain antara 0-10. Contoh pada

managemen glukosa darahmemiliki 5 item pernyataan dengan skor

tertinggi 15, jika didapatkan hasil skor terukur sebesar 12, berarti
12
perhitungannya menjadi:15 × 10 = 8. Setiap subdomain dihitung

skornya, dijumlahkan, kemudian dihitung skor rata-rata untuk tiap

subdomain (Schmitt et al., 2013 dalam Inonu, 2019).

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dilakukan untuk menilai kesahihan alat ukur yang

digunakan dalam suatu penelitian.Validitas merupakan ukuran yang

menunjukkan tingkat kevalidan dari instrument. Suatu instrument dapat

dikatakan valid apabila instrument tersebutmemilikivaliditas yang tinggi dan


56

sebaliknya , instrument dikatakan kurang valid apabila memiliki validitas yang

rendah (Arikunto, 2010).

Reliabilitas adalah angka yang menunjukkan seberapa jauh konsistensi

dari suatu alat ukur dalam mengukur gejala yang sama, setiap alat ukur harus

memiliki kemampuan dalam memberikan hasil yang konsisten

(Sugiyono,2010).

Untuk mengukur variabel dalam penelitian ini digunakan kuesioner

baku, sehingga peneliti tidak melakukan uji validitas dan reliabilitas. Untuk

mengukur variabel pengetahuan, digunakan kuesioner baku DKQ-24 yang

telah dikembangkan oleh (Anderso,D&Christion,J. 2008) kuesioner ini

menggunakan instrument penelitian sebelumnya oleh Anderson,D. &

Christison, J. (2008). Hasil uji validitas dan reliabilitas yang telah dilakukan

oleh Yuni Thiodora Gultom (2012) dengan hasil validitas 41039 ≥ 0,361 dan

hasil reabilitas crobanch’s alpha sebesar 0,950≥0,6. Hasil dari pengukuran

tingkah pengetahuan dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu tingkah

pengetahuan baik : 76-100% ( jika jumlah jawaban benar 16-21), tingkat

pengetahuan cukup: 56-75% ( jika jumlah jawaban benar 13-15), tingkat

pengetahuan kurang : 0-55% ( jika jumlah jawaban benar 0-12).

Untuk mengukur variabel Self-Management Diabetes Mellitus,

digunakan kuesioner baku DSMQ (Diabetes Self-Management Questionnaire).

Kuesioner DSMQ dalam Bahasa Indonesia telah dilakukan uji validitas dan

reliabilitas oleh Keban &Ramdhani (2016) di Rumah Sakit Husada Cibinong


57

dengan nilai p>0.05 dan nilai koefisien alpha Cronbach sebesar 0.889. (Inonu,

2019).

H. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan proses pendekatan kepada subjek dan

proses untuk mengumpulkan karakteristik dari subjek yang diperlukan untuk

penelitian. (Nursalam, 2011).

Data adalah komponen terpenting sebagai penentu terhadap berhasil

atau tidaknya suatu penelitian.Oleh sebab itu teknik pengumpulan data harus

dilakukan dengan teliti dan secermat mungkin.

Metode dalam pengumpulan data ini meliputi data primer dan data

sekunder:

1. Data primer

Adapun data primer dalam pengumpulan data antara lain menggunakan

metode sebagai berikut :

a. Metode observasi

Dalam penelitian ini peneliti mengadakan pengamatan dan terjun

langsung tehadap yang tampak pada objek penelitian.Metode ini

digunakan untuk memperoleh Informasi terkait dengan keadaan lokasi

dan kondisi objek penelitian serta untuk mengetahui upaya

pengendaliannya dan perilaku subyek penelitian.


58

b. Kuesioner

Kuisioner adalah suatu Teknik untuk mengumpulkan data dengan cara

memberikan pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden

untuk dijawab ( Sugiyono, 2010 )

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sebuah form yang berisikan

pertanyaan-pertanyaan yang telah ditentukan yang dapat digunakan

untuk mengumpulkan informasi (data).

2. Data sekunder

Data sekunder di dapat dari data di Puskesmas Palaran Kota Samarinda.

I. Teknik Analisa Data

Menurut Notoamojo (2010), Memberikan tanda pada data yang telah

lengkap dengan langkah sebagai berikut :

1. Pengelolan Data

Dalam proses pengelolaan data Pada penelitian ini langkah-langkah yang

di tempuh dan di proses dengan bantuan computer juga, tergantung pada

kualitas data tersebut ;

a. Editing ( Pemeriksaan Data )

Melakukan pengecekan kembali data yang sudah terkumpul

diantaranya kelengkapan ketentuan identitas diri , apakah sudah sesuai

dengan yang diharapkan atau tidak , dalam melakukan editing ada

beberapa hal yang harus di perhatikan yakni ; Memeriksa kelengkapan


59

data dan kemudian memeriksa keseragaman data apakah sesuai atau

tidak

b. Coding ( Pemberian Kode)

Menyusun data mentah yang kemudian dimasukan ke mesin

pengelolaan data. Dan kemudian data yang terkumpul diberikan kode

yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka

atau bilangan, kode berisi nomor responden , dan nomor-nomor

pertanyaan yang telah diberikan

c. Entry ( Memasukan Data )

Melakukan pemindahan data yang telah diubah menjadi kode ke dalam

mesin pengelolan data, dalam proses ini perlunya ketelitian dari yang

melakukan “data entry”. Apabila tidak maka akan terjadi bias meskipun

hanya memasukan data saja.

d. Cleaning ( Pembersihan Data )

Memastikan seluruh data dari setiap sumber data atau responden

selesai dimasukan ke pengelolaan data sudah selesai dan benar dan

untuk menilai kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidak lengkapan

kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut

pembersihan data ( Data Cleaning )


60

e. Tabulating ( Pemasukan Data Dalam Tabel )

Data yang telah dimasukan ke pengelolaan data jika sudah lengkap

dihitung sesuai dengan variable yang dibutuhkan kemudian data

dimasukan kedalam data distribusi frekuensi

J. Analisis Univariat dan Bivariat

1. Analisis Univariat

Tujuan Analisis ini adalah untuk menjelasakan atau

mendeskripsikan karakteristik masing-masing variable yang diteliti.Bentuk

tergantung pada jenis datanya (Notoatmojo, 2010). Setiap variabel

independen dan variabel dependen pada penelitian ini dianalisis dengan

statistik deskriptif untuk memberikan gambaran persentase terhadap total

skor jawaban masing-masing responden. Pada umumnya dalam analisis ini

hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari setiap

variabel (Notoatmodjo,2012).

a. Distribusi Frekuensi

Rumus untuk menghitung distribusi frekuensi sebagai berikut (Arikunto,

2010):

𝑓
𝐩= x 100%
𝑛

keterangan:

p = persentase yang dicari

f = Frekuensi untuk setiap pertanyaan


61

n = jumlah sampel

b. Rata-rata hitung (mean)

Mean merupakan teknik penjelasan kelompok yang didasarkan atas

nilai rata-rata dari kelompok tersebut. Rata-rata (mean) ini didapat

dengan menjumlahkan data seluruh individu dalam kelompok itu,

kemudian dibagi dengan jumlah individu yang ada pada kelompok

tersebut (Hasan, 2008) seperti berikut:

x
x=
n

Keterangan : x = mean (rata-rata)

x = wakil data

n = jumlah data

c. Median

Median adalah salah satu teknik penjelasan kelompok yang didasarkan

atas nilai tengah dari kelompok data yang telah disusun urutannya dari

terkecil hingga terbesar, atau sebaliknya dari yang terbesar sampai

terkecil (Sugiyono, 2010) sebagai berikut :

a) Jika jumlah data ganjil (n=ganjil) mediannya adalah data yang

berada paling tengah.

Me = X 2n

b) Jika jumlah data genap (n=genap) mediannya adalah hasil

pembagian dua data yang ada ditengah.


62

X 2n + X 2n+ 2
Me =
2

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariate yakni analisi yang dilakukan setelah melakukan

analisis univariat untuk mengetahui karakteristik atau distribusi setiap

variabel.Analisis bivariate yang dilakukan terhadap dua variabel yang

diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2012).

Apabila telah dilakukan analisa univariat tersebut diatas, hasilnya

akan diketahui karakteristik atau distribusi setiap variabel dan dapat

dilanjutkan analisa bivariate. Analisa bivariat yang dilakukan terhadap dua

variabel yang diduga berhubungan dan berkorelasi yang dibuat dalam

bentuk distribusi untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel.

Untuk variabel pengetahuan peneliti menggunakan uji korelasi

gamma. Uji gamma adalah salah satu uji yang digunakan untuk menguji

korelasi antara dua variabel dimana kedua variabel yang dihubungkan

adalah variabel ordinal. (Dahlan, 2011).

Rumus:

𝑃−𝑄
y=
P+Q

𝐶𝑜𝑛𝑐𝑜𝑟𝑑𝑎𝑛𝑡 − 𝐷𝑖𝑠𝑐𝑜𝑟𝑑𝑎𝑛𝑡
gamma =
𝐶𝑜𝑛𝑐𝑜𝑟𝑑𝑎𝑛𝑡 + 𝐷𝑖𝑠𝑐𝑜𝑟𝑑𝑎𝑛𝑡
63

K. Etika Penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat

penting dan hal mutlak yang harus dipatuhi oleh peneliti di bidang apapun,

mengingat penelitan keperawatan berhubungan dengan manusia, maka segi

etika penelitian harus diperhatikan (Hidayat, 2008; Polit and Beck, 2003 dalam

Swarjana,2015).

Adapun prinsip etika penelitian menurut Milton (1999 dalam Bondan

Palestina dan salam Notoatmodjo, 2012) yang meliputi:

1. Menghargai harkat dan martabat manusia (respect for human dignity).

Subyek yang bersedia diteliti, diberikan lembaran persetujuan menjadi

responden dengan terlebih dahulu diberi kesempatan membaca isi lembar

tersebut, selanjutnya harus menandatangani sebagi bukti kesediaan

menjadi subyek penelitan. Jika subyek menolak untuk diteliti maka peneliti

tidak akan memaksa dan akan tetap menghormati hak subyek. Sebagian

ungkapan, penelitian menghormati harkat dan martabat subyek penelitian,

peneliti sebaiknya mencantumkan formulir persetujuan subyek (Informed

concent) yang mencakup:

a. Penjelasan manfaat penelitian

b. Penjelasan kemungkinan resiko dan ketidaknyamanan yang akan

ditimbulkan.

c. Penjelasan manfaat yang akan didapatkan.


64

d. Persetujuan subyek dapat menjawab setiap pertanyaan yang akan

diajukan subyek berkaitan dengan prosedur penelitian yang akan

dilakukan.

e. Persetujuan subyek dapat mengundurkan diri sebagian obyek

penelitian kapan saja.

f. Jaminan anominitas dan kerahasiaan terhadap identitas dan informasi

yang diberikan oleh reponden.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for

privacy and confidentiality). Untuk menjaga kerahasiaan subyek,

responden tidak perlu mencantumkan nama dalam kuesioner. Pada

lembar pengumpulan data peneliti hanya menuliskan atau memberi kode

pengumpulan data peneliti hanya menuliskan atau atau memberi kode

tertentu pada setiap lembaran. Kerahasiaan responden dijamin oleh

peneliti.

3. Keadilan dan inklusivitas / keterbukaan (respect for justice an

inclusiveness). Lingkungan penelitian perlu dikondisikan sehnigga

memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan menjelaskan prosedur

penelitian. Serta menjamin bahwa semau subyek penelitian memperoleh

perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa ada perbedaan jender,

agama, etnis, dan sebagainya.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (blancing harms

and benefits). Apabila infomasi yang diberikan membawa dampak


65

terhadap keamanan atau keselamatan bagi subyek maka peneliti dapat

mencegah atau paling tidak mengurangi kerugian yang akan ditimbulkan.

L. Jalannya Penelitian

Rencana jalannya penelitian yang akan dilaksanakan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Peneliti mempersiapkan kuesioner penelitian yang telah baku. Kemudian

peneliti mengajukan surat izin uji validitas instrumen penelitian dan surat

izin penelitian kepada institusi Universitas Muhammadiyah Kalimantan

Timur, setelah mendapatkan izin dari institusi perguruan tinggi peneliti

mengurus perizinan di tempat penelitian yang akan dilakukan. Setelah

mendapatkan izin ditempat penelitian kemudian peneliti meminta

kesediaan responden atas partisipasinya dalam penelitian yang

dilakukan.Peneliti melakukan uji coba kuesioner atau uji validitas kepada

responden yang tidak termasuk sebagai sampel dalam pelaksanaan

penelitian.Setelah melakukan uji validitas dan mendapatkan instrumen

yang valid peneliti melakukan pemilihan responden yang sesuai dengan

kriteria yang telah ditetapkan dalam kriteria inklusi dan kriteria eksklusi di

Puskesmas Palaran.

2. Pelaksanaan Penelitian

Peneliti memberikan kuesioner kepada penderita Diabetes Mellitus Tipe II

di Puskesmas Palaran. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dari


66

penelitian yang akan dilakukan bila responden setuju maka

menandatangani surat persetujuan untuk menjadi responden penelitian

dan kemudian mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti.

3. Penyelesaian Penelitian

Penyelesaian penelitian dilakukan dengan pengolahan dan analisa data

yang telah didapatkan dengan bantuan komputerisasi perangkat lunak

spss 20.Sebagai kegiatan akhir dari penelitian ini adalah penyusunan

naskah publikasi. Naskah publikasi ini akan digunakan untuk

mempublikasikan hasil penelitian secara singkat dan jelas.

M. Jadwal Penelitian

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian

No Kegiatan April Mei Juni Maret


2019 2019 2019- 2020
Januari
2020
1. Pengajuan Judul Penelitian  
2. Studi Pendahuluan 
3. Proses Pembuatan Proposal  
4. Seminar Proposal 
5. Perbaikan Proposal 
67

DAFTAR PUSTAKA

Abbasi, Y.F., See, O.G., Ping, N.Y., Balasubramanian, G.P., Hoon, Y.C., &
Paruchuri, S. (2018). Diabetes knowledge, attitude, and practice among type 2 diabetes
mellitus patients in Kuala Muda District, Malaysia – A cross-sectional study. Diabetes
& Metabolic Syndrome: Clinical Research & Reviews, 1 2(6), 1057–1063.
https://doi.org/ 10.1016/j.dsx.2018.06.025.

ADA (American Diabetes Association). (2014). Diagnosis and Classification of Diabetes


Mellitus. Diabetes Care

American Diabetes Association. Standar perawatan medis di diabetes-2013.


Diabetes Care 2013; 36 Suppl 1: S11-66

Anderson and Christison, (2008). Diabetes Self Management In Community Health Centre:

Improving Health Behavior and Clinical Out Comes For Underserved Patients

Arikunto,S. 2010, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi). Jakarta:

Rineka Cipta

Austin,M.M.2005. Importance of Self-Care Behaviours in Diabetes Management

US.Endocrinology,1. [online]. http://doi.org/10.17925/USE.2005.00.01.16

Chen,L,Pei,J.H., Kuang,J.,Chen,H.M., Chen,Z.,Lu,Z.W., & Yang, H.Z (2015). Effect of


lifestyle intervention in patients with type 2 diabetes patients in Malaysia. BMC
Family Practice, 18 (1),1-8. https://doi.org/10.1186/s12875-017-0601-9.
Dahlan,M.S.2011. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Ed.5. Salemba Medika,
Jakarta.250 hlm
Daniels, R. (2012). Contemporary medical-surgical nursing second edition. Philadelphia:
Delmar Cengage Learning.
Darmono,D. (2005). Pengaturan pola hidup pasien diabetes untuk mencegah komplikasi
kerusakan organ-organ tubuh( Unpublished Thesis). Semarang: Universitas
Diponegoro.
68

Dewi, Wawan (2010). Teori & Pengukuran Pengetahuan Sikap dan Perilaku Manusia.
Yogyakarta: Nuha Medika

Dhamayanti FA. 2018. Hubungan Manajemen Diri Diabetes Dengan Kontrol Gula Darah
Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Pada Peserta Prolanis Di Bandar Lampung [skripsi].
Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Donsu, J.D.T (2017). Psikologi Keperawatan, Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Gibney,M.J.,et al 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. EGC,Jakarta

Green DS, Jaser SS,Park C,Whittemore R.2017. A Metasynthesis of Factors Affecting Self-
Management of Chronic Illnes. J Adv Nurs. 72(7): 1469-1489

Gultom,Y.T.,& UI,F.I.K. (2012). Tingkat pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus Tentang


Manajemen Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto Jakarta
Pusat. FIK Universitas Indonesia

Guyton A.C. and J.E. Hall 2007 . Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . Edisi 9 . Jakarta: EGC.

Handayani, D.S., Yudianto, K., & Kurniawan, T. (2013). Perilaku Self-Management Pasien
Diabetes Melitus. Jurnal Keperawatan Padjajaran, 1 (1), 30–38. doi: 10.24198/
jkp.v1i1.49.
Hasan,I (2008). Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, Jakarta:Bumi Aksara

Hasan A,Lilik S, Agustin RW. 2013. Hubungan antara Penerimaan Diri dan Dukungan Emosi
dengan Optimisme pada Penderita Diabetes Mellitus Anggota Aktif PERSADIA
(Persatuan Diabetes Indonesia) Cabang Surakarta. Hlm 60-74.

International Diabetes Federation (IDF).(2014). IDF Diabetes Atlas Eighth Edition.


International Diabetes Federation (IDF).( 2017). IDF Diabetes Atlas Eighth Edition.
Irianto,K. (2013). Epidemiologi Penyakit Menular & Tidak Menular Panduan Klinis.
Bandung: Alfabeta.
Irianto,K. (2014). Epidemiologi Penyakit Menular & Tidak Menular Panduan Klinis.
Bandung: Alfabeta.
69

Iwan Yuwindry, Chairun Wiedyaningsih GPW. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Kualitas


Hidup Dengan Kepatuhan Penggunaan Obat Sebagai Variabel ANntara Pada Pasien
Dm. 2012:249-254
Kambar S, Jali MV. Knowledge, attitude and behaviour regarding diabetes amongst family
members of diabetes patients. Journal of Association Physicians of India.
2007;55:742–4.
Keban SA, Ramdhani UA.2016. Hubungan Rasionalitas Pengobatan dan Self-care dengan
Pendendalian Glukosa Darah Pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Bina Husada
Cibinong, Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. 14(1):66-72
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Diabetes melitus penyebab kematian nomor 6 di
dunia : kemenkes tawarkan solusi cerdik melalui posbindu. Jakarta : Kementerian
Kesehatan RI; 2013. P4-5
Kisokanth G, Pratphapan S, Indrakumar J,Joseph J. 2013 Factor Influencing Self-Management
of Diabetes Mellitus; a Review Article. Journla of Diabetology.3(1)
Kurniawati,Triana., Huriah,Titih., Primanda, Yanuar., (2019). ‘Pengaruh Diabetes Self
Management Education (DSME) terhadap Self Management pada Pasien Diabetes
Mellitus’ Yogyakarta:Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK) Vol XII, No 11, September
2019 ISSN 1978-3167,E-ISSN 2580-135X
Kusnanto, K., Sundari, P. M., Asmoro, C. P., & Arifin, H. (2019). Hubungan Tingkat
Pengetahuan Dan Diabetes Self-Management Dengan Tingkat Stres Pasien Diabetes
Melitus Yang Menjalani Diet. Jurnal Keperawatan Indonesia, 22(1), 31–42.
https://doi.org/10.7454/jki.v22i1.780
Lin,J. (2008) 'Development and testing of diabetes self-management instrument: A
confirmatory analysis', Research in Nursing & Health, pp.370-380.

McPherson ML, Smith SW, Powers A, Zuckerman IH. Association between diabetes patients’
knowledge about medications and their blood glucose control. Res Social Adm
Pharm, 2008;4:37–45
Mubarak,W.I.(2011). Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Salemba Medika.Jakarta
Mulyani NS. 2016. Hubungan Self Management Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Dengan
Kadar Gula Darah di Rumah Sakit Kota Banda Aceh. SEL.3(2):56-63
Notoatmodjo,S. (2003) Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta
Notoatmodjo. (2010). Metodelogi Penelitian Kesehatan.Jakarta:Rineka Cipta.
70

Notoatmodjo. (2010).Ilmu Perilaku Kesehatan.Jakarta;PT Rineka Cipta


Notoatmodjo. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo,S (2014). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nursalam.2008, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Jakarta:
Salemba Medika
Nursalam. (2011). Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika
Nursalam (2013). Konsep Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
Nursalam (2016). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta:Salemba
Ozougwo JC, Obimba K, Belonwu C, Unakalamba C. 2013. The Pathogenesis And
Pathophysiology of Type I And Type 2 Diabetes Melitus. Journal of Pathogenesis And
Pathophysiology, 4 (4). 46-57
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). (2011). Konsesus pengelolaan dan
Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia. Jakarta
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni). (2015). Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2015. Jakarta: PB. PERKENI.
Phitri,H.E., & Widyaningsih, W. (2013). Hubungan antara pengetahuan dan sikap pasien
diabetes melitus dengan kepatuhan diet diabetes mellitus di RSUD AM.Jurnal
Keperawatan Medikal Bedah, 1 (1),58-74

Purnama WT. Isnaeni, Yuli. (2018) ‘Pengaruh Diabetes Self Management Education And
Support (DSME/S) Terhadap Stress Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II di
Wilayah Kerja Puskesmas Gamping 1 Sleman Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas
Aisyah Yogyakarta
Putri,D.S.R., Yudianto,K. and Kurniawan, T. (2013) ‘Perilaku Self-Management Pasien
Diabetes Melitus (DM)’, pp. 30-38. doi:10.24198/jkp.v1n1.4
Rahayu,Eva, Kamaluddin,Ridwan. Sumarwati, Made. (2014) ‘Pengaruh Progam Diabetes Self
Management Education Berbasis Keluarga Terhadap Kualitas Hidup Penderita
Diabetes Mellitus Tipe II di Wilayah Puskesmas II Batuttaden’Jawa Tengah:Jurnal
Keperawatan Soedirman (The Soedriman Journal of Nursing), Volume 9 No.3, Juli
2014.
71

Riyambodo, B., & Purwanti, O.S. (2017). Hubungan antara tingkat pengetahuan
dengan tingkat distres pada pasien diabetes melitus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
(Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta). Nursing Program Study
Faculty of Health Science, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Retrieved from
http://eprints.ums.ac.id/56474/24/Naskah Publikasi.pdf.

Riyanto,A.Budiman.(2013). Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta:


Salemba Medika

Santosa,K.S.(2012). Faktor-Faktor…, Karina Samaria Santosa,FKM UI,2012

Sari, Purnama NPW.(2016)’ Diabetes Mellitus: Hubungan Antara Pengetahuan Sensoris,


Kesadaran Diri, Tindakan Perawatan Diri dan Kualitas Hidup’Surabaya: Jurnal Ners
LENTERA,Volume.4,No1, Maret 2016

Soeebagijo Adi Soelistijo. Dkk. Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di
Indonesia 2015. Pb. Perkeni; 2015
Schmitt A, Gahr A, Hermanns N, Kulzer B, Huber J, Haak T. 2013. The Diabetes Self-
Management Questionnaire (DSMQ): development and evaluation of an
instrumentto assess diabetes self-care activities associated with glycaemic
control. Health and Quality of Life Outcomes. 11(138):1-14.
Sugiyono.2010.Statiska untuk Penelitian.Bandung: CV Alfabetes
Sugiyono.2014.Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Swarjana, I. K. (2015). Metodologi penelitian kesehatan (Edisi Revisi).Yogyakarta:
Andi Offset.
Tandra Hans. (2017). Panduan Lengkap Mengenal dan Mengatasi Diabetes dengan Cepat
dan Mudah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Lampiran 1

BIODATA PENELITI

A. Data Pribadi

Nama : Reka Ladina Saqila

Tempat, Tanggal Lahir : Samarinda, 29Oktober 1998

Alamat Asal : Jl. KH. Wahid Hasyim Perumahan Sempaja Lestari

Indah Blok B No 13.

B. Riwayat Pendidikan

1. Taman TK tahun 2004 di TK Arafah Tenggarong

2. Tamat SD tahun 2010 di SDNegeri 008 Sempaja Samarinda

3. Tamat SMP tahun 2013 di SMP Negeri 22 Samarinda

4. Tamat SMK tahun 2016 di SMK Farmasi Samarinda

Samarinda, 10 Juli 2019

Mahasiswa

Reka Ladina Saqila

NIM. 17111024110243
Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN RESPONDEN

Assalamualaikum wr.wb, Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Reka Ladina Saqila

NIM : 17111024110243

Saya adalah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

jurusan Ilmu Keperawatan yang akan melakukan penelitian yang berjudul “

Hubungan Pengetahuan dengan Self-Management Pada Penderita Diabetes Mellitus

Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Palaran’’.

Dengan ini saya mengharapkan kesediaan bapak/ibu untuk turut berpartisipasi

dalam penelitian ini dengan menandatangani lembar persetujuan dan bersedia

mengisi pernyataan dalam kuesioner.

Setiap pernyataan yang bapak/ibu berikan mohon sesuai dengan kondisi

bapak/ibu saat ini, sehingga mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Pernyataan

yang diberikan dijamin kerahasiaanya dan hanya akan digunakan untuk penelitian.

Demikian saya sampaikan, atas perhatian dan partisipasi bapak/ibu semua

dalam membantu kelancaran penelitian ini, saya ucapkan terima kasih.

peneliti
Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Kode respon ( diisi oleh peneliti ) :…………………………………..

Setelah mendapat penjelasan, saya bersedia berpartisipasi sebagai

responden penelitian dengan judul ‘’Hubungan Pengetahuan dengan Self-

Management Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas

Palaran”.

Nama : Reka Ladina Saqila

NIM : 17111024110243

Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berakibat negatif pada saya dan

segala informasi yang saya berikan dijamin kerahasiaanya karena itu jawaban yang

saya berikan adalah yang sebenar-benarnya.

Berdasarkan semua penjelasan diatas, maka dengan ini saya menyatakan

secara sukarela bersedia menjadi dan berpatisipasi aktif dalam penelitian.

Samarinda, …………..2019

(Responden)
Lampiran 4

Kuesioner Identitas

Kode Responden :

Tanggal Pengambilan Data :

A. DATA DEMOGRAFI RESPONDEN

1. Nama :

2. Usia :

3. Agama :

4. Jenis Kelamin :

5. Pendidikan Terakhir :

6. Pekerjaan :
Lampiran 5

KUESIONER PENGETAHUAN

No Pernyataan Ya Tidak

1 Memakan terlalu banyak gula (Glukosa)

merupakan faktor utama diabetes (DM)

2 Ginjal memproduksi insulin

3 Penderita DM yang tidak diobati kadar gula

darahnya biasanya meningka

4 Jika saya menderita DM, anak-anak saya

beresiko tinggi terkena DM

5 Penyakit DM dapat disembuhkan

6 Kadar gula darah puasa adalah 210 berarti

nilainya sangat tinggi

7 Cara terbaik untuk memeriksa DM adalah

dengan pemeriksaan urin

8 Olahraga teratur akan meningkatkan

kebutuhan insulin

9 Reaksi insulin disebabkan karena terlalu

banyak makanan yang dikonsumsi

10 Untuk mengendalikan gula darah,obat lebih


penting dari pada diet dan olahraga

11 Penyakit DM sering menyebabkan sirkulasi

darah tidak baik

12 Pada penderita DM jika ada luka akan sulit

disembuhkan

13 Pada penderita DM harus hati-hati ketika

memotong kuku

14 Pada penderita DM membersihkan lukanya

dengan alkohol dan betadin

15 Cara menyiapkan makanan sama pentingnya

dengan makanan yang saya makan

16 Penyakit DM dapat merusak ginja

17 Penyakit DM dapat menyebabkan hilangnya

rasa sensasi (baal/kebas) pada jari-jari, tangan

dan kaki

18 Gemetar dan berkeringat adalah tanda-tanda

peningkatan gula darah

19 Sering buang air kecil dan haus adalah tanda-

tanda gula darah rendah

20 Kaus kaki yang ketat tidak baik bagi penderita

DM
21 Diet DM sebagian besar terdiri dari makanan

yang khusus
Lampiran 6

Kuesioner Perawatan Diri Penyakit Kencing Manis

Berilah tanda centang () pada kolom yang tersedia, sesuai dengan
apa yang anda rasakan atau anda alami pada pernyataan yang ada.
Jawablah secara terbuka dan jujur dengan kondisi Anda.

No Pernyataan Selalu Sering Kadang- Tidak


Kadang Pernah
1 Saya memeriksakan
kadar gula darah saya
dengan baik
2 Makanan yang saya
makan memudahkan
saya mencapai kadar
gula darah yang
optimal
3 Saya menepati semua
anjuran dokter terkait
pengobatan diabetes
saya
4 Saya minum obat
diabetes sesuai
anjuran dokter
5 Kadang saya makan
banyak makanan
manis atau makanan
lain yang kaya
karbohidrat
6 Saya mencatat kadar
gula darah saya
secara teratur
7 Saya cenderung
menghindari
pertemuan dengan
dokter terkait
pengobatan diabetes
saya
8 Saya melakukan
aktivitas fisik
secaraerat untuk
mencapai gula darah
yang optimal
9 Saya mengikuti
rekomendasi pola
makan dan diet
makanan yang
dianjurkan dokter yang
ketat
10 Saya jarang
memeriksakan kadar
gula darah saya atau
pengukuran gula darah
tidak diperlukan dalam
pengobatan saya
11 Saya menghindari
aktivitas fisik,
meskipun itu dapat
meningkatkan
kesehatan saya
12 Saya cenderung lupa
untuk minum obat
diabetes atau obat
diabetes tidak
diperlukan dalam
pengobatan saya
13 Kadang-kadang saya
makan secara
berlebihan ( tidak
dipicu hipoglikemi)
14 Saya harus bertemu
dokter atau ke fasilitas
kesehatan lebih sering
terkait perawatan
diabetes saya
15 Saya cenderung
melewatkan aktivitas
fisik yang sudah
direncanakan
16 Perawatan diabetes
saya sangat kurang

Anda mungkin juga menyukai