PROPOSAL PENELITIAN
Oleh:
EVRIDA
2214201218B
1
LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL PENELITIAN
Proposal Penelitian ini telah diperiksa dan dapat diajukan untuk proses
selanjutnya
ii
KATA PENGANTAR
Adapun tujuan penulisan Proposal Penelitian ini adalah sebagai salah satu
Flora. Pembuatan Proposal Penelitian ini didasarkan pada petunjuk yang telah
Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan baik isi maupun susunan bahasa, oleh
sebab itu peneliti mengharapkan masukan dan saran yang sifatnya membangun
sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Fitria Aldy, M.Ked (oph), Sp.M selaku Ketua STIKes Flora.
2. Ibu Suherni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKes
Flora.
ini.
iii
4. Seluruh staff pengajar di Program Studi Ners-S1 Keperawatan STIKes Flora
5. Kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah mengasuh dan membesarkan
peneliti dengan penuh kasih sayang. Dan doa yang tiada hentinya serta
Akhirnya peneliti serahkan kepada Allah SWT semoga ilmu yang peneliti
Flora dapat berguna bagi semua hanya kepada Allah SWT peneliti memohon
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
vi
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
vii
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
nasional pada Goals ketiga yang mempunyai tujuan menjamin kehidupan yang
sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang disegala usia di tahun 2030,
satunya diabetes mellitus (Kemenkes RI, 2016). Penyakit ini ditandai dengan
insulin atau tak sempurnanya respon seluler terhadap insulin ditandai dengan tidak
463 juta orang dewasa di dunia menyandang diabetes dengan prevalensi global
mencapai 9,3 persen. Jumlah diabetes ini diperkirakan meningkat 45 persen atau
setara dengan 629 juta pasien per tahun 2045. Bahkan, sebanyak 75 persen pasien
diabetes pada tahun 2020 berusia 20-64 tahun. Hal ini berdasarkan data dari IDF
pada tahun 2021, jumlah penderita diabetes tipe-2 terus meningkat di berbagai
6,2 persen, yang artinya ada lebih dari 10,8 juta orang menderita diabetes per
1
2
tahun 2022. Angka ini diperkirakan meningkat menjadi 16,7 juta pasien per tahun
2045. Dengan data tahun 2020, 1 dari 25 penduduk Indonesia atau 10 persen dari
DM tertinggi yaitu DKI Jakarta dan provinsi terendah kasus diabetes melitus
kejadian diabetes melitus tipe 2 pada tahun 2021 mencapai 1,8% dan pada tahun
Kasus diabetes melitus tipe II sebagai kasus yang paling banyak dijumpai
mempunyai latar belakang berupa genetik, resistensi insulin, dan insufisiensi sel
beta pankreas dalam memproduksi insulin. Salah satu faktor penyebab tingginya
prevalensi diabetes melitus tipe II adalah pola makan yang tidak sehat meliputi
diet tinggi karbohidrat dan lemak, kebiasaan mengkonsumsi makanan siap saji
dengan kandungan natrium tinggi, dan konsumsi makanan rendah serat. Diabetes
melitus timbul karena faktor keturunan dan perilaku. Dapat dikatakan bahwa
faktor keturunan itu berjalan lambat sedangkan penderita diabetes melitus saat ini
penyakit tersebut dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai
penyakit jantung dan ginjal dan retinopati sehingga penderita akan mengalami
perubahan pada sosial ekonomi dan penurunan kualitas hidup sehingga penderita
diabetes melitus rentan mengalami stress. Faktor pencetus dari diabetes melitus
karbohidrat, merokok dan stres, kerusakan pada sel prankreas dan kelainan
sedangkan kepatuhan itu sendiri merupakan suatu hal yang penting untuk dapat
mengikuti jadwal diet yang kadang kala sulit untuk dilakukan oleh penderita.
Kepatuhan dapat sangat sulit dan membutuhkan dukungan agar menjadi biasa
terjadi bila aturan menggunakan obat yang diresepkan serta pemberiannya diikuti
metabolik yang lebih baik dengan cara mempertahankan kadar glukosa darah
4
insulin (endogenous atau exogenous), dengan obat penurun glukosa oral dan
memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat badan normal,
seperti hipoglikemia, komplikasi jangka pendek, dan jangka lama serta masalah
pasien dalam mengikuti terapi diet yang sangat diperlukan untuk mencapai
atau keyakinan bahwa seseorang merupakan peserta aktif dalam kegiatan sehari-
dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki pasien, oleh karena itu pendidikan
sekedar proses transfer materi atau teori dari seseorang ke orang lain dan bukan
pula seperangkat prosedur, akan tetapi perubahan kesadaran dari dalam diri
mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Wara Barat Kota Palopo. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat peningkatan nilai rata – rata (mean) kepatuhan diet
Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji paired sample t test didapatkan nilai p
yaitu 0.000 < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima yang artinya
bahwa kepatuhan diet pada pasien diabetes mellitus tipe 2 sebelum diberikan
pendidikan kesehatan sebagian besar tidak patuh yaitu sebanyak 68% dan sesudah
Tamiang penderita diabetes mellitus sebanyak 5.351 orang, dari jumlah tersebut
ditemukan sebanyak 709 orang penderita diabetes mellitus tipe I dan sebanyak
4.642 penderita diabetes mellitus tipe II (Dinkes Aceh Tamiang, 2022). Hasil
survey awal yang penulis lakukan dengan melakukan wawancara kepada 10 orang
6
pasien diabetes mellitus tipe- 2ditemukan sebanyak 3 atau 30% pasien yang patuh
menjalankan diet selebihnya 7 atau 70% pasien tidak patuh menjalankan diet.
terhadap kepatuhan diet pasien diabetes mellitus tipe 2 di Poliklinik Polres Aceh
Tamiang.
1.4. Hipotesis
pelaksanaan diet diabetes mellitus meliputi tujuan, manfaat, kepatuhan dan cara
menjalankan diet.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Pengertian
insulin atau kedua (ADA, 2010). Berdasarkan Perkeni tahun 2011 diabetes
suplai dan kebutuhan untuk memfasilitasi masuknya glukosa dalam sel agar dapat
di gunakan untuk metabolisme dan pertumbuhan sel. Berkurang atau tidak adanya
gula darah, sementara sel menjadi kekurangan glukosa yang sangat di butuhkan
ditandai oleh kenaikan kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
Diabates Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul ada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif dan termasuk dalam penyakit
9
10
a. Diabetes Tipe 1
biasanya ditemukan pada anak atau orang dewasa muda. Pada diabetes
glucagon, namun pada penderita tipe I hal ini tidak terjadi, sekresi
b. Diabetes Tipe II
dengan jumlah penderita yang lebih banyak dibading tipe I. penderita tipe
tipe II, antara lain obesitas, diet tinggi lemak dan rendah serat, serta kurang
gerak badan. Berbeda dengan diabetes tipe 1, pada penderita tipe II,
terutama yang berada pada tahap awal, umumnya dapat dideteksi jumlah
insulin yang cukup di dalam darahnya, disamping kadar glukosa yang juga
sekresi insulin, tetapi karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tak mampu
maju seperti amerika serikat, antara lain sebagai akibat obesitas, gaya
defisiensi fungsi insulin pada penderita tipe II hanya bersifat relative dan
berbagai negara tropik oleh karena itu ciri-ciri khusus dari kasus-kasus ini,
biasanya dijumpai pada umur 15-40 tahun, adanya riwayat kurang protein
dalam berbagai tingkat yang terjadi atau pertama kali dideteksi pada
atau tidak. Diagnosis diabetes sering dibuat untuk pertama kali dalam
kehamilan karena penderita untuk pertama kali datang kepada dokter atau
insulin meningkat.
13
2.1.3. Etiologi
a. Diabetes melitus I
1) Faktor genetik
2) Faktor imunologi
3) Faktor-faktor lingkungan
b. Diabetes melitus II
diabetes tipe ini sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi faktor yang banyak
1) Kelainan genetik
mengidap diabetes. Ini terjadi karena DNA pada orang diabetes akan
produksi insulin.
2) Usia
dramatis dan cepat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan ini yang
cepat saji yang kaya pengawet, lemak dan gula. Makanan ini
penurunan insulin.
makan yang tidak teratur dan cenderung terlambat juga akan berperan
5) Obesitas
2.1.4. Patofisiologi
Koma diabetik
Poliuri- Retensi Aliran darah lambat kekebalan
urine
tubuh
Resiko Infeksi
Iskemik jaringan menurun
Kehilangan
elektrolit dalam Klien tidak
sel ketidakefektifan Nekrosis luka merasa
perfusi jaringan sakit
Dehidrasi perifer
insulin, namun karena sel sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu
dan kurang nya aktivitas fisik serta penuaan. Pada penderita diabetes
melitus tipe-II dapat juga terjadi produksi glukosa hepatik yang berlebihan
diabetes melitus tipe-II hanya bersifat relatif (Nurarif dan Kusuma, 2016).
Gejala awal berhubungan dengan efek langsung dari kadar glukosa darah
yang tinggi. Jika kadar glukosa darah sampai diatas 160-180 mg/dl, maka glukosa
akan dikeluarkan melalui kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan
hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan,
adanya rasa haus yang berlebihan, sering kencing terutama pada malam hari, berat
badan turun dengan cepat, penderita lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki,
penglihatan kabur, gairah seks menurun, dan luka sulit untuk sembuh.
Menurut Khoir dan Clara (2019) diabetes melitus jika tidak ditangani akan
menyebabkan beberpa komplikasi akut dan kronik. Komplikasi akut yang terjadi
melitus adalah dengan memberikan terapi obat dan insulin, seperti yang dijelaskan
dibawah ini :
18
normal.
menyebabkan hipoglikemia.
b. Insulin
yang menyebabkan nyeri dan rasa terbakar, diikuti kemerahan, gatal dan
Insulin yang bekerja sedang yaitu insulin suspense seng atau suspense
insulin isofan. Mulai bekerja dalam waktu 1-3 jam, mencapai puncak
maksimum dalam waktu 6-10 jam dan bekerja selama 18-26 jam.
kebutuhan selama sehari dan dapat disuntikkan pada malam hari untuk
Insulin yang bekerja lambat yaitu insulin suspensi seng yang telah
28-36 jam.
b. Tidak terdapat gejala diabetes mellitus tetapi terdapat 2 hasil dari gula
dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu, kadar glukosa darah puasa, kemudian
diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral Standar. Untuk kelompok risiko tinggi
banyaknya kadar gula yang ada di dalam sel darah merah dan melekat pada
hemoglobin. dengan menjalani tes gula darah jenis ini maka dokter bisa
mendiagnosis diabetes yang mungkin dialami. Hal ini pun berguna untuk
yang tepat pemeriksaan. Pemeriksaan lain nya adalah aseton plasma, aseton ialah
cairan yang kerap digunakan sebagai pelarut. Pada tubuh manusia, aseton ini
merupakan salah satu pembuat keton yang membentuk hasil dari pemecahan pada
lemak, sehingga pada pemerikaan didapatkan hasil mencolok positif dan negatif
sehingga apabila hasil positif menandakan bahwa bahwa gula darah tinggi.
pengendalian gula darah. Ketika kadar gula darah tidak terkontrol (kadar gula
darah tinggi) maka kadar gula darah akan berikatan dengan hemoglobin. Oleh
karena itu, rata-rata kadar gula darah dapat ditentukan dengan cara mengukur
kadar HbA1C. Kadar HbA1C didalam darah menggambarkan kadar gula darah
2.2.1. Pengertian
Kepatuhan berasal dari kata dasar “patuh” yang berarti disiplin dan taat.
Kepatuhan adalah suatu tingkat dimana perilaku individu (misalnya dalam kaitan
gaya hidup) sesuai atau tepat dengan anjuran dokter. Kepatuhan juga di
interaksi antara petugas kesehatan dan pasien sehingga pasien mengerti rencana
sesuai dengan anjuran terapi dan kesehatan. Tingkat kepatuhan dimulai dari tindak
berusaha untuk tetap sehat agar tidak sakit dan sembuh selama sakit. Tingkat
a. Pemegang Otoritas, status yang tinggi dari figur yang memiliki otoritas
masyarakat.
karena ia mengetahui bahwa hal itu benar dan penting untuk dilakukan
faktor, yakni:
23
keterampilan petugas.
teman, atau tenaga kesehatan. Faktor penguat bisa positif maupun negatif,
kepatuhan yang terkait dengan sikap dan tingkah laku patuh. Berikut adalah
a. Mempercayai (Belief)
b. Menerima (Accept)
oleh pasien lain dengan adanya sikap terbuka dan rasa nyaman terhadap
c. Melakukan (Act)
Jika mempercayai dan menerima adalah merupakan sikap yang ada dalam
kepatuhan, melakukan adalah suatu bentuk tingkah laku atau tindakan dari
menjalankan suatu aturan dengan baik secara sadar dan peduli pada
dapat dipantau secara konstan untuk beberapa hal seperti diet, konsumsi
buatan dan sering kali menghasilkan tingkat kepatuhan yang lebih tinggi
bukti-bukti biokimia seperti analisa sampel darah dan urin termasuk ureum
dan kreatinin.
oleh pasien sesuai dengan ketentuan diet yang di berikan oleh petugas
26
makanan serat, buah-buahan dan sayuran (Rahayu, 2020). Kepatuhan diet pada
darah yang terlalu tinggi melalui pengaturan makanan. Pengaturan makanan diet
Diet yang dianjurkan yaitu diet rendah kalori, rendah lemak, rendah lemak
jenuh, diet tinggi serat. Diet ini dianjurkan diberikan pada setiap orang yang
mempunyai risiko diabetes melitus, diet yang dianjurkan yaitu diet rendah kalori,
rendah lemak, rendah lemak jenuh, diet tinggi serat. Jumlah asupan kalori
ditujukan untuk mencapai berat badan ideal. Semakin bertambahnya usia maka
semakin tinggi risiko terkena diabetes tipe 2. Diabetes melitus tipe 2 terjadi pada
orang dewasa setengah baya, paling sering setelah usia 45 tahun. Meningkatnya
tidak boleh terlalu banyak makan makanan manis dan harus makan dalam jadwal
yang teratur. Penderita diabetes cenderung memiliki kadar kolesterol yang tinggi,
karena itu dianjurkan untuk membatasi jumlah lemak jenuh dalam makanannya.
Tetapi cara terbaik untuk menurunkan kadar kolesterol adalah mengontrol kadar
gula darah dan berat badan. Semua penderita hendaknya memahami bagaimana
27
melakukan perubahan pola diet dan meningkatkan aktivitas fisik. Selain itu juga
serat dengan asupan lemak sederhana, sedangkan risiko diabetes mellitus tipe I
tergantung pada faktor genetik dan faktor lain yang diduga memicu adalah infeksi
melalui gizi optimal, berikut ini adalah jenis diet diabetes mellitus yaitu :
Diet diabetes dilakukan dengan pola 3J, yakni jumlah kalori, jadwal
makan dan jenis makanan. Bagi penderita yang tidak mempunyai masalah dengan
berat badan tentu lebih mudah untuk menghitung jumlah kalori sehari-hari. Jadwal
makan penderita diabetes dianjurkan lebih sering dengan porsi sedang. Selain
jadwal makan utama pagi, siang dan malam dianjurkan juga porsi makan ringan
disela-sela waktu tersebut (selang waktu sekitar 3 jam). Yang perlu dibatasi
28
adalah makanan berkalori tinggi seperti nasi, daging berlemak, jeroan, kuning
telur. Juga makanan berlemak tinggi seperti es krim, sosis, cake, cokelat, dendeng,
Sayuran berwarna hijau gelap dan jingga seperti wortel, buncis, bayam
bisa dikonsumsi dalam jumlah lebih banyak, begitu pula dengan buah-buahan
konsumsi sayur-sayuran hijau dan makanan berprotein tinggi harus dibatasi agar
tidak terlalu membebani kerja ginjal (Wijaya dan Putri, 2018). Penderita bisa
a. Makan pagi (pukul 06.30). Nasi (110 g), daging (25 g), tempe (25 g),
c. Makan siang (pukul 12.30). nasi (150 g), daging (40 g), tempe (25 g)
e. Makan malam (pukul 18.30) nasi (150 g), daging (25 g), tempe (25 g)
2.3.1. Pengertian
oleh pelaku pendidikan atau promosi kesehatan. Dan batasan ini tersirat unsure-
unsur input (sasaran dan pendidik dari pendidikan), proses (upaya yang
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain) dan output (melakukan apa yang
kebiasaan, sikap dan pengetahuan pada diri manusia untuk mencapai tujuan
dinamis, sebab individu dapat menerima atau menolak apa yang diberikan oleh
saat ini begitu mudah nya masyarakat memperoleh berbagai ragam imformasi
kesehatan, dampaknya masyarakat akan lebih “pandai” atau lebih “kritis” dalam
perawat-an kesehatan yang mereka dapatkan. Menyingkapi hal ini, sudah menjadi
kesehatan yang diberikan oleh perawat mencangkup domain kognitif, atittude dan
status kesehatan yang optimal. Dengan kata lain pendidikan kehatan bertujuan
mengajarkan setiap individu untuk hidup dalam kondisi terbaik dengan berupaya
Klien dengan keterbatasan informasi tentang penyakit yang dialami atau perilaku
hidup sehat akan sulit melakukan perawatan terhadap penyakit yang dialami atau
berprilaku hidup sehat. Untuk itu, perawat berperan sebagai jembatan dalam
mengatasi adanya gap antara pengetahuan yang dimiliki oleh klien dengan
kondisi sakit dan memfasilitasi penerapan koping yang adaptif (Niman, 2017).
berubah
masalah, sumber daya yang dimiliki dan dukungan yang bisa didapatkan.
masyarakat.
menghindari pengobatan medis yang mahal, mengurangi lama hari rawat dan
survey kesehatan terhadap layanan yang diberikan kepada publik dan mengurangi
pengobatan, sekolah-sekolah, rumah sakit, tempat kerja, panti sosial dan area
individu yang sakit. Pemberian pendidikan kesehatan pada individu yang sehat
bertujuan agar kondisi kesehatan tetap optimal dan pendidikan kesehatan pada
individu yang sakit bertujuan agar pemulihan dapat lebih optimal (Niman, 2017).
Wilayah Kerja Puskesmas Wara Barat Kota Palopo. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat peningkatan nilai rata – rata (mean) kepatuhan diet setelah
diberikan pendidikan kesehatan yaitu dari 56,45 menjadi 69,25. Berdasarkan hasil
analisis menggunakan uji paired sample t test didapatkan nilai p yaitu 0.000 <
0.05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima yang artinya ada pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan diet pada pasien diabetes mellitus tipe 2
diet pada pasien diabetes mellitus tipe 2 sebelum diberikan pendidikan kesehatan
sebagian besar tidak patuh yaitu sebanyak 68% dan sesudah diberikan pendidikan
kesehatan sebagian besar patuh yaitu sebanyak 64%. Berdasarkan uji statistik ada
mellitus tipe 2 di Rawat Jalan RSUD Palmatak Tahun 2023 dengan p value 0,003.
34
Notoatmodjo (2018)
Materi Penyuluhan
- Pengertian Diabetes
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Mellitus
- Pengertian Diet
Nurarif dan Kusuma (2016) Diabetes Mellitus
- Tujuan Diet
- Syarat Diet
- Susunan Menu
Pudiastuti (2019)
Perilaku
Notoatmodjo (2018)
Gambar 2.2
Kerangka Teori
35
berdasarkan teori. Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah seperti
Pendidikan Kesehatan
Mengenai Diet Diabetes
Mellitus Tipe-II
Gambar 2.3
Kerangka Konsep
36
BAB 3
METODE PENELITIAN
Gambar 3.1
One Group Pretest-Postest Design
Keterangan :
X = Perlakuan (Pendidikan Kesehatan)
O1= Pre test (Kepatuhan diet diabetes mellitus tipe-II sebelum perlakuan)
O2= Post test (Kepatuhan diet diabetes mellitus tipe-II sesudah perlakuan)
36
37
3.3.1. Populasi
ini adalah pasien penderita diabetes tipe 2 di Poliklink Polres Aceh Tamiang.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap
quasi eksperimen dengan desain one group pretest-postest ini sebanyak 15 orang.
Sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus yang diambil dalam
(t-1) (r-1) ≤ 15
Keterangan :
r : Jumlah replikasi
eksperimen.
c. Kurang kooperatif.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian
langsung dari subjek sebagai sumber informasi yang diteliti yaitu hasil
b. Data Sekunder
Tamiang.
39
c. Data Tersier
Data tersier yaitu bahan pustaka melalui textbook, jurnal dan internet.
Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki anggota suatu kelompok
yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain (Sugiyono, 2016). Dalam
pendidikan kesehatan.
penyuluhan yang dilakukan dengan skala likert yaitu jawaban setiap item
instrumen mempunyai gradasi dari sangat positif sampai negatif yang terdiri dari
positif jika menjawab selalu diberikan skor 5, sering diberikan skor 4, kadang-
kadang diberikan skor 3, jarang diberikan skor 2 dan tidak pernah diberikan skor 1
diberikan skor 4 dan tidak pernah diberikan skor 5. Skor tertinggi 50 dan skor
terendah 10. Dengan penilaian patuh tidak patuh menggunakan rumus Median
N+1
Me =
2
5+1
= 2
6
= 2 = 3x10 pertanyaan = 30
kuesioner. Kuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan pada angket mampu untuk
dengan skor totalnya. Uji validitas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
cara Corrected Item-Total Correlation dan Corrected Between Item and Total.
Bila rhitung > rtabel, dengan taraf signifikan α = 0,05 maka Ho ditolak
Bila rhitung < rtabel, dengan taraf signifikan α = 0,05 maka Ho diterima
pengukuran yang digunakan tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali
atau lebih terhadap gejala yang sama dan dengan alat ukur yang sama. Reliabilitas
menunjuk pada adanya konsistensi dan stabilitas nilai hasil skala pengukuran
tertentu (Hulu dan Sinaga, 2019). Uji reliabilitas dilakukan dengan kriteria
sebagai berikut :
a. Editing (Pengeditan)
b. Coding
c. Entry
d. Data Processing
Semua data yang telah di input kedalam aplikasi komputer akan diolah
a. Analisa Univariat
𝑓
P = x 100%
𝑛
Keterangan :
P : Presentase
f : Frekuensi teramati
n : Jumlah responden
b. Analisa Bivariat
adalah menerima hipotesis Ha. Sebaliknya bila P value lebih besar dari
berpasangan.
sebagai berikut :
a. Informed Consent
responden.
c. Confidentiality
hanya kelompok data tertentu saja yang di sajikan atau di laporkan sebagai
hasil riset.
46
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S (2019). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hidayat. A.A, (2017). Metode Penelitian Kesehatan Teknik Analisa Data. Jakarta:
Salemba Medika.
Khoir, D.R dan Clara, Hertuida. (2019). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Diabetes Melitus Tipe 2. Buletin Kesehatan Publikasi Bidang Kesehatan.
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis.
Yogyakarta: Mediaction
Setiadi. (2017). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Jakarta : Trans Info
Media .
Wijaya & Putri, (2018). Keperawatan Medikal Bedah I. Jakarta : Trans Info
Media
48
Lampiran 1
Dengan Hormat,
Nama : Evrida
NIM : 214201218B
Polres Aceh Tamiang”. Apabila responden menyutujui, maka dengan ini saya
Evrida
49
Lampiran 2
Nama :
Umur :
Pendidikan :
untuk keperluan penelitian dan saya secara suka rela bersedia menjadi responden
penelitian ini.
Responden
50
Lampiran 3
KUESIONER
A. Identitas Responden
Kode Responden :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Pekerjaan :
Alamat :
51
Keterangan :
SL : Selalu
S : Sering
KD : Kadang-Kadang
J : Jarang
TP : Tidak Pernah
No Pernyataan SL S KD J TP
Keterangan :
SL : Selalu
S : Sering
KD : Kadang-Kadang
J : Jarang
TP : Tidak Pernah
No Pernyataan SL S KD J TP
Lampiran 4
TABEL SKOR