OLEH :
DR. I PUTU ARIS GOVINDHA PUTRA
PEMBIMBING:
Dr. dr. MADE RATNA SARASWATI, SP.PD-KEMD
1
DAFTAR ISI
Halaman
2.1.1 Definisi............................................................................................. 6
1
ii
3.2 Konsep....................................................................................................... 20
LAMPIRAN ....................................................................................................... 33
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Patofisiologi DM Tipe 2 berdasarkan teori egregious eleven......................... 6
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Lembar Pengumpulan Data............................................................... 34
BAB I
PENDAHULUAN
karbohidrat, lemak dan protein yang diakibatkan oleh kelainan sekresi insulin,
kronis pada diabetes melitus akan disertai dengan kerusakan serta gangguan
fungsi beberapa organ tubuh salah satunya adalah jantung (Perkeni, 2021).
penyakit diabetes pada tahun 2017, dengan perkiraan peningkatan jumlah ke 693
juta pada tahun 2045 (Cho dkk., 2018). Kematian akibat diabetes diperkirakan
pada system vascular atau system saraf. (Perkeni, 2021) Terjadinya komplikasi ini
1
2
sehingga sangat penting untuk melakukan deteksi dini sebelum komplikasi terjadi
penduduk umur ≥ 15 tahun pada tahun 2013 mencapai 1,5%, dan meningkat pada
Indonesia (Perkeni) 2011 pada tahun 2013 mencapai 6,9%, dan meningkat pada
provinsi Bali berdasarkan diagnosis dokter dari penduduk umur ≥ 15 tahun pada
tahun 2013 mencapai 1,5%, dan meningkat pada tahun 2018 mencapai 1,8%.
(Suastika, 2010)
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah Denpasar
rujukan dari wilayah Bali dan Nusra. Penderita DM di RSUP Prof. Dr. I.G.N.G
3
Ngoerah Denpasar memiliki karakteristik yang beragam dengan profil pasien yang
dijadikan pedoman pencegahan komplikasi bagi pasien sendiri dan juga dapat
Instalasi Rawat Jalan di RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah Denpasar dari periode
centre RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah Denpasar periode Januari 2023-Februari
2023?
centre RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah Denpasar periode Januari 2023-Februari
2023
poliklinik diabetic centre RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah Denpasar periode
tipe 2 di poliklinik diabetic centre RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah Denpasar
poliklinik diabetic centre RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah Denpasar periode
poliklinik diabetic centre RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah Denpasar periode
diabetic centre.
selanjutnya
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
gangguan yang terdapat pada sekresi insulin, aksi insulin atau keduanya. DM tipe
2 dapat disebabkan oleh gabungan antara gangguan aksi insulin (resistensi insulin)
dan defisiensi insulin relatif sebagai kompensasi sekresi insulin tidak adekuat
(Perkeni, 2021).
2.1.2 Epidemiologi
penderita pada tahun 2014 dan akan terus meningkat. DM tipe 2 lebih sering
diderita oleh orang dengan umur >40 tahun dan orang dengan obesitas. DM tipe 2
diperkirakan bahwa 194 juta penduduk akan terdiagnosis dengan DM tipe 2 pada
tahun 2030. Pada negara berkembang, diperkirakan 87% sampai 91% dari dari
seluruh dunia meningkat akibat populasi yang menua, aktivitas yang menurun,
5
6
peningkatan konsumsi gula dan penurunan konsumsi buah dan sayur (Eliana dkk,
2.1.3 Patofisiologi
Resistensi insulin pada otot dan hati serta kegagalan sel beta pankreas
diketahui bahwa kegagalan sel beta terjadi lebih dini dan lebih berat daripada
yang diperkirakan sebelumnya. Selain otot, hati dan sel beta, organ lain seperti
Gambar 2.1
Tidak hanya otot, hati, dan sel beta pankreas saja yang berperan sentral
dalam patogenesis penderita DM tipe 2 tetapi terdapat organ lain yang berperan
7
yang disebut sebagai egregious eleven (Schwartz, 2016). Secara garis besar
Pada saat diagnosis DM tipe 2 ditegakkan, fungsi sel beta sudah sangat
berkurang.
2. Sistem imun
Terdapat bukti bahwa sitokin menginduksi respon fase akut yang berhubungan
3. Lambung
makan.
4. Hati
Pada penderita DM tipe 2 terjadi resistensi insulin yang berat dan memicu
meningkat.
5. Otot
gangguan transpor glukosa dalam sel otot, penurunan sintesis glikogen, dan
6. Sel lemak
Sel lemak yang resisten terhadap efek antilipolisis dari insulin, menyebabkan
peningkatan proses lipolisis dan kadar asam lemak bebas dalam plasma.
mencetuskan resistensi insulin di hati dan otot. Asam lemak bebas juga akan
7. Mikrobiota
8. Usus
Glukosa yang ditelan memicu respon insulin jauh lebih besar dibanding jika
diberikan secara intravena. Efek yang dikenal sebagai efek inkretin ini
1 dan resisten terhadap GIP. Disamping hal tersebut, inkretin segera dipecah
oleh keberadaan enzim DPP-4, sehingga hanya bekerja dalam beberapa menit.
Sel alfa pankreas merupakan organ ke-6 yang berperan dalam hiperglikemia
dan sudah diketahui sejak 1970. Sel alfa berfungsi dalam sintesis glukagon
10. Ginjal
2. Ginjal memfiltrasi sekitar 163 gram glukosa sehari. Sembilan puluh persen
dari glukosa terfiltrasi ini akan diserap kembali melalui peran SGLT-2
proksimal. Sedang 10% sisanya akan di absorbsi melalui peran SGLT-1 pada
tubulus desenden dan asenden, sehingga akhirnya tidak ada glukosa dalam
11. Otak
Insulin merupakan penekan nafsu makan yang kuat. Pada individu obesitas
asupan makanan justru meningkat akibat adanya resistensi insulin yang juga
2.1.4 Diagnosis
Terdapat berbagai keluhan yang dapat ditemukan pada orang dengan DM.
keluhan klasik seperti poliuria, polidipsia atau polifagia dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya. Keluhan lainnya adalah adanya
lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi dan lainnya
(Perkeni, 2021).
a) Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak
b) Pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200 mg/dl 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa
glukosa terganggu (TGT) dan glukosa darah puasa terganggu (GDPT). GDPT
TTGO 140-199 mg/dL dan glukosa plasma puasa <100 mg/dL. Selain itu HbA1c
2.1.5 Penatalaksanaan
2019)
1. Edukasi
Diabetes melitus umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku
seimbang yang sesuai dengan kecukupan gizi baik adalah sebagai berikut:
(Perkeni, 2021)
asupan energi
makanan dan pola makan yang sama sebelum maupun sesudah diagnosis,
serta makanan yang tidak berbeda dengan teman sebaya atau dengan
3. Latihan Jasmani
sebanyak 3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30-45 menit, dengan total
(Perkeni, 2021)
4. Terapi farmakologis
dan latihan jasmani. Terapi farmakologis terdiri dari obat anti diabetes oral
dan injeksi insulin. Pemberian obat oral atau dengan injeksi dapat
diberikan pada penderita DM tipe 2 jika diet dan oleh raga gagal
Injeksi Insulin
(Soelistjo, 2019)
15
Tabel 2.1
ginjal
mampu mengukur kadar glukosa darahnya secara cepat dan tepat karena
2.1.6 Komplikasi
a. Komplikasi akut
gelisah serta bisa koma. Apabila tidak segera ditolong akan terjadi
kerusakan otak dan akhirnya kematian. Kadar gula darah yang terlalu
sering terjadi pada penderita DM tipe 1 yang dapat dialami 1-2 kali per
hiperglikemia.
b. Komplikasi kronis
memiliki perkembangan pesat dalam beberapa waktu belakangan ini. Hal ini juga
Sangat penting untuk mengetahui faktor faktor risiko yang berperan dalam
DM itu sendiri sampai tahap mana komplikasi DM terjadi. Gambaran ini dapat
memberikan petunjuk mengenai tindak lanjut yang dapat diberikan oleh klinisi ke
pasien selanjutnya.
18
19
Sedangkan komplikasi yang sudah terjadi pada pasien dapat memberikan petunjuk
bahan tambahan mengenai penanganan apa lagi yang dapat diberikan karena
terkait dengan kualitas hidup pasien. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan
DM tipe 2
Tingkat keberhasilan
Kendali penyakit
terapi
Rencana terapi
selanjutnya
Sosiodemografik
Jenis Kelamin
Durasi DM
Profil lipid
Pasien DM tipe 2
rawat jalan
OAD
Terapi
Insulin
Gangguan fungsi
ginjal
Komplikasi
Gangguan jantung
Luka diabetes
Neuropati
Retinopati
Stroke
METODE PENELITIAN
data sekunder berupa rekam medis di RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah Denpasar.
diabetic centre di RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah Denpasar periode Januari
2023-Februari 2023.
RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah Denpasar dan ruangan rekam medik RSUP
yang sedang mendapatkan terapi DM atau penderita dengan kadar glukosa plasma
puasa ≥ 126 mg/dl atau penderita dengan gejala klasik diabetes dan glukosa
plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl yang diukur dengan menggunakan alat Cobas e601
(Perkeni, 2021).
21
22
Ngoerah.
sebagai berikut:
Keterangan:
%.
sebanyak 94,3%.
informed consent.
1. Usia
Merupakan selisih antara tanggal saat pasien masuk rumah sakit dan tanggal
lahir pasien berdasarkan KTP dengan satuan tahun (dibulatkan pada tahun
terdekat). Bila tanggal lahir tidak diketahui digunakan tanggal 31 Januari pada
tahun dimana terjadi peristiwa penting. Data diambil dari catatan rekam
dikategorikan sebagai:
Pada penelitian ini, data usia akan ditampilkan dalam bentuk rerata dan
pasien.
2. Jenis Kelamin
dan rekam medis pasien dan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu laki-laki dan
penelitian diambil yang tercatat dalam riwayat penyakit pada rekam medis.
4. Hba1c
minimal dalam 3 bulan terakhir yang tercatat pada lembar laboratorium rekam
darah terkontrol atau tidak dalam waktu 6-12 minggu terakhir, tanpa
dipengaruhi asupan kalori yang baru saja dikonsumsi. Kadar gula darah
dikatakan terkontrol jika hasil HbA1c ≤ 7% dan tidak terkontrol jika HbA1c
25
>7%. Data diambil dari catatan rekam medis pasien. Pada penelitian ini
Selain dalam bentuk kategorikal diatas, sebaran data Hba1c pada penelitian ini
5. Profil lipid
(>200 mg/dl), peningkatan kadar trigliserida (> 150 mg/dl), peningkatan kadar
LDL (> 130 mg/dl), dan penurunan kadar HDL (< 40 mg/dl) (Aman dkk,
2019; Setyoko dkk, 2011). Dalam penelitian ini profil lipid akan ditampilkan
dalam bentuk rerata pada 4 kategori profil lipid yaitu kolesterol total,
trigliserida, LDL dan HDL. Data diambil dari catatan rekam medis pasien.
yang digunakan pasien saat data penelitian diambil dan tercatat pada rekam
medis. Pada penelitian ini variable regimen terapi yang digunakan oleh pasien
dikategorikan menjadi:
26
OAD tunggal
OAD kombinasi
Insulin
7. Gangguan jantung
koroner, hipertensi, atau gangguan pada otot jantung itu sendiri. Diagnosis
Kategori :
1. Ada : Bila pasien sudah terdiagnosis penyakit gangguan fungsi jantung dari
catatan rekam medis sebelumnya oleh dokter spesialis jantung dan pembuluh
darah.
2. Tidak ada
Penyakit ginjal kronis adalah kerusakan ginjal yang ditandai dengan gangguan
2013).
ml/mnt.
Pada penelitian ini gangguan fungsi ginjal diklasifikasikan menjadi ada (LFG
≤60 mmHg) dan tidak ada (LFG > 60 mmHg). Data diambil dari catatan
9. Luka diabetes
Luka diabetes yang disebut juga dengan diabetic ulcer adalah kondisi luka
sulit sembuh yang dialami karena gula darah yang tinggi. Biasanya, luka ini
muncul di bagian kaki yang disebut dengan diabetic foot ulcer atau kaki
mana pun. Pada penelitian ini luka diabetes dibagi menjadi terdapat luka
28
diabetes dan tidak terdapat luka diabetes. Data diambil dari rekam medis
pasien.
10. Neuropati
Neuropati adalah istilah yang digunakan untuk gejala gangguan atau penyakit
pada saraf di tubuh. Gejala yang muncul bisa berupa nyeri, kesemutan, kram
otot, hingga susah buang air kecil. Penegakan diagnosis neuropati dapat
11. Retinopati
mana kadar gula yang tinggi pada akhirnya mengakibatkan kerusakan pada
1. Ada : Bila pasien sudah terdiagnosis penyakit retinopati dari catatan rekam
2. Tidak ada
12. Stroke
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika sebagaian sel – sel otak mengalami
1. Ada : Bila pasien sudah terdiagnosis penyakit stroke dari catatan rekam
2. Tidak ada
1. Alat dan bahan pada penelitian ini adalah rekam medis pasien DM tipe 2
di RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah yang berobat ke poli diabetic centre
2. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa rekam medis DM tipe 2
di RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah yang yang berobat ke poli diabetic
pengumpulan data.
30
RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah Denpasar, selanjutnya peneliti mengajukan ijin
penelitian ke Bagian Diklit RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah Denpasar. Semua
dan eksklusi dan akan dilakukan analisis data. Alur penelitian selengkapnya
Populasi target
Kriteria inklusi
Populasi terjangkau
Cara pemilihan
sampel
Sampel terpilih
Kriteria ekslusi
Sampel penelitian
Analisis data
Hasil
Gambar 4.1
Alur Penelitian
31
subjek penelitian dalam bentuk tabel. Data yang berskala numerik akan
sebagai berikut:
3.000,-
Total Rp 1.600.000,-
1. Proposal
32
2. Pengambilan
sampel
3. Analisis data
4. Pembuatan
laporan
penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Cho, N.H., Shaw, J.E., Karuranga, S., Huang, Y., Fernandes, J.D.R., dkk. 2018.
IDF Diabetes atlas: global estimates of diabetes prevalence for 2017 and
projections for 2045. Diabetes Res. Clin. Pract, 138:271–281.
Eliana, Fatimah, dkk. 2015. Penatalaksanaan DM Sesuai Konsensus Perkeni
2015. SATELIT SIMPOSIUM 6.1 DM UPDATE DAN Hb1C: 1-7.
Lin, X., Xu, Y., Pan, X., Xu, J., Ding, Y., dkk. 2020. Global, regional, and
national burden and trend of diabetes in 195 countries and territories: an
analysis from 1990 to 2025. Sci Rep; 10: 14790.
33
Ligita T, Wicking K. (2019). How people living with diabetes in Indonesia learn
about their disease: A grounded theory study. PLoS One.
2019;14(2):e0212019.
Schwartz, S dkk. 2016. The Time Is Right for a New Classification System for
Diabetes: Rationale and Implications of the β-Cell–Centric Classification
Schema. Diabetes Care. 2016; 39: 179-86
Soelistijo, SA., Lindarto, D., Deocroli, E., Permana, H., Sucipto, KW., dkk. 2019.
Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2. Jakarta:
PB Perkeni.
Suastika K, Dwipayana P, Saraswati IMR, Gotera W, Budhiarta AAG, Sutanegara
IND, et al. (2010). An epidemiological study on obesity, glucose
intolerance and metabolic syndrome in population of Bali, Indonesia.
Diabetes.;59(Suppl 1): A608
Usia : tahun
1. Produktif
2. Non produktif
Jenis kelamin
1. Laki-laki
2. Perempuan
Durasi menderita DM : tahun
1. < 5 tahun
2. < 5 tahun
Regimen terapi DM : Nama Obat :
1. OAD tunggal
2. OAD kombinasi
3. OAD dikombinasi
dengan insulin
4. Insulin
Hba1c Kadar Hba1c: persen
1. Baik (HbA1c <7 %)
34