Oleh :
MELFI PURNAMA
1308260069
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
i
HALAMAN PENGESAHAN
oleh :
MELFI PURNAMA
1308260069
Ditetapkan di : Medan
Tanggal : ............
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................... 5
1.3.1 Tujuan umum................................................................................. 5
1.3.2 Tujuan khusus................................................................................ 5
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 33
LAMPIRAN.................................................................................................... 34
PENDAHULUAN
beban ganda (double burden) yaitu penyakit infeksi dan non infeksi/degeneratif.
beberapa penyakit infeksi yang masih tinggi seperti tuberkulosis dan hepatitis. Di
Faktor-faktor risiko utama penyebab penyakit degeneratif adalah pola makan yang
meningkatnya stres dan paparan zat yang dapat menurunkan fungsi sel tubuh. 2,3
sebagainya.4
peningkatan dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi 21,3 juta jiwa pada
tahun 2030.6
2014 terdapat 387 juta orang yang hidup dengan diabetes di dunia. Pada tahun
2035 jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta orang.
Diperkirakan dari 382 juta orang tersebut, 175 juta orang di antaranya belum
1,1% pada tahun 2007, dan pada tahun 2013 menjadi 2,1%. Diperkirakan jumlah
penduduk yang menderita diabetes melitus pada tahun 2013 yang terdiagnosis
sebanyak 2,5 juta jiwa dan belum terdiagnosis tetapi sudah menunjukkan gejala
dengan DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%), Kalimantan Timur (2,3%),
Jawa Timur (2,1%) dan Bangka Belitung (2,1%). Sedangkan untuk provinsi
menimbulkan berbagai macam keluhan oleh karena itu disebut juga sebagai the
silent killer.9 Peningkatan jumlah penderita diabetes melitus yang sebagian besar
adalah diabetes melitus tipe 2, berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor
risiko yang tidak dapat diubah dan dapat diubah serta faktor lainnya. Menurut
faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi riwayat keluarga, usia, dan etnik.
Sedangkan untuk faktor risiko yang dapat diubah adalah berat badan, lingkar
pinggang, pola makan, kurangnya aktivitas fisik, kualitas tidur dan stress. 10
keturunan dan lingkungan. Studi interaksi antara genetik dengan gaya hidup
untuk mengembangkan penyakit dan kerentanan genetik. Oleh karena itu, faktor
gaya hidup yaitu aktivitas fisik dan makanan yang berlebih tampaknya memiliki
dapat dicegah dengan perubahan gaya hidup pada subjek berisiko tinggi yaitu
dengan merubah pola makan dan kebiasaan olahraga. 12 Intervensi gaya hidup yang
intensif berhubungan dengan kemungkinan remisi yang lebih besar pada diabetes
yang kurang intensitasnya memiliki kemungkinan 6,75 kali lebih besar berisiko
kadar gula darah tidak terkontrol. Oleh karena itu, disarankan untuk mengonsumsi
makanan yang rendah lemak dan karbohidrat serta berolahraga secara rutin
minimal 3 kali dalam seminggu dan memperbanyak aktifitas dirumah agar kadar
yang kurang aktif sebesar 26,1%. Sedangkan di Provinsi Sumatera Utara, proporsi
penduduk dengan aktivitas fisik yang kurang aktif sebesar 23,5% dan 42,9%
29% dari orang dewasa dilaporkan tidur kurang dari 7 jam per malam dan 50
sampai 70 juta memiliki gangguan tidur kronik dan gangguan terjaga dimalam
hari.16
Indonesia memiliki sekitar 500 etnis dengan beragam gaya hidup. Sumatera
terkenal dengan beragam etnik, terdapat tiga kelompok etnik besar yaitu Batak,
Melayu dan Jawa. Dari ketiga etnik besar yang ada di Provinsi Sumatera Utara
tersebut yang menarik perhatian penulis untuk dikaji adalah etnis Melayu dan
Batak. Jumlah etnis Batak di Sumatera Utara sekitar 5,6 juta penduduk,
merupakan kota multietnis yang terdiri dari suku Batak (42,56%), Melayu
dan Nias (0,15%). Dari persentasi tersebut dapat disimpulkan suku yang
dasar biologisnya, termasuk kebutuh pangan. Adat dan tradisi merupakan dasar
prilaku dalam beberapa hal berbeda diantara suku yang satu dengan suku yang
motto “biar rumah runtuh asal gulai lemak” yang artinya biar rumah mau runtuh
kejadian diabetes. Hal ini terjadi pada 43,2% penderita diabetes yang
makan etnik Minangkabau yang lebih menyukai makanan berlemak dan makanan
yang digoreng.21
penderita diabetes melitus. Peneliti telah melakukan studi awal tentang insidensi
diabetes melitus, berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD Dr. Tengku
5583 jiwa mulai dari bulan Januari 2015 hingga Februari 2016. Data tersebut
sudah termasuk kasus diabetes melitus yang lama dan baru. sehingga penulis
Batak dan Suku Melayu Terhadap Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Dr.
ini adalah apakah terdapat perbandingan faktor perilaku suku Batak dan suku
Melayu terhadap angka kejadian diabetes melitus tipe 2 di RSUD Dr. Tengku
Mansyur Tanjungbalai.
melitus tipe 2 pada Suku Batak dan Suku Melayu di RSUD Dr. Tengku Mansyur
Tanjungbalai.
tipe 2 pada pasien suku Batak dan Melayu di RSUD Dr. Tengku Mansyur
Tanjungbalai.
dan kualitas tidur pada suku Batak dan Melayu di RSUD Dr. Tengku
suku Batak dan Melayu terhadap kejadian diabetes melitus tipe 2 di RSUD
1. Untuk Pembaca
bidang ilmiah.
2. Untuk Peneliti
TINJAUAN PUSTAKA
secara efektif. 24
melitus adalah suatu penyakit kronis dengan peningkatan kadar gula darah yang
multisistem karena keterbatasan insulin atau resistensi insulin yang tidak dapat
2.2. Epidemiologi
diabetes melitus di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Sedangkan hasil Riset
proporsi penyebab kematian akibat diabetes melitus pada kelompok usia 45-54
tahun didaerah perkotaan menduduki peringkat ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah
sedunia dengan jumlah pengidap diabetes sebanyak 12,4 juta orang pada tahun
masyarakat melalui kerjasama lintas program dan lintas sektor termasuk swasta.
dan lintas sektor yang terkait dengan diabetes melitus disetiap wilayah merupakan
B. Idiopatik
II. Diabetes Melitus Tipe 2
resistensi insulin)
III. Diabetes Melitus Tipe Lain
D. Endokrinopati
F. Infeksi
G. Imunologi (jarang)
Adalah bentuk yang lebih sering dijumpai, meliputi sekitar 90% pasien
dewasa dengan usia lebih tua dengan gejala ringan sehingga penegakan
diagnosis bisa saja baru dilakukan pada stadium penyakit yang sudah lanjut,
tidak adekuatnya respon sel β pankreas terhadap glukosa plasma yang khas,
adalah variabel umur, riwayat diabetes melitus, aktivitas fisik, indeks massa
Diabetes melitus memiliki faktor risiko yang dapat diubah dan tidak dapat
diubah. Faktor risiko yang tidak dapat diubah terdiri dari usia, jenis kelamin, ras,
riwayat keluarga. Sedangkan faktor risiko yang dapat diubah yaitu berat badan,
tekanan darah, kebiasaan merokok serta alkohol, pola makan, aktivitas fisik dan
pola tidur.10
insulin. Akan tetapi, sering terjadi keterlambatan awal dalam sekresi dan
penurunan jumlah total insulin yang dilepaskan. Hal ini cenderung semakin
parah seiring dengan pertambahan usia pasien. Selain itu, sel-sel tubuh terutama
glut-4) yang ada di sel tidak adekuat untuk membawa glukosa yang diperlukan
sel. Karena sel kekurangan glukosa, hati memulai proses glukoneogenesis, yang
darah.30
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
tersebut diekskresikan dalam urin (glukosuria). Ekskresi ini akan disertai oleh
glukosa darah. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria
plasma vena. Penggunaan bahan darah utuh (whole blood), vena ataupun kapiler
diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO. Sedangkan untuk tujuan
kabur dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada
wanita. 6
jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥ 200
dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa yang lebih mudah dilakukan, mudah
diterima oleh pasien serta murah, sehingga pemeriksaan ini dianjurkan untuk
diagnosis diabetes melitus. Ketiga dengan TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral).
Meskipun TTGO dengan beban 75 gram glukosa lebih sensitif dan spesifik
Melitus.6
Atau
2. Gejala klasik diabetes melitus + kadar glukosa plasma puasa ≥126
Atau
3. Kadar glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥200 mg/dL (11,1 mmol/L).
seperti biasa.
anak), dilarutkan dalam air 250 ml dan diminum dalam waktu 5 menit.
tidak merokok. 6
yaitu :
serta pada umumnya tidak diikuti dengan rencana tindak lanjut bagi
general check-up.6
DM
Kadar glukosa Plasma vena < 100 100-199 ≥ 200
(mg/dL)
Kadar glukosa Plasma vena < 100 100-125 ≥ 126
(mg/dL)
berdasarkan onsetnya yaitu komplikasi akut dan kronik. Adapun komplikasi akut
d. Stroke
Komplikasi mikrovaskular :
Kimmelstiel-Wilson), proteinuria/mikroalbuminuria.
b. Retinopati diabetes
lambat). 32
Konsumsi makanan yang tidak seimbang, tinggi gula, tinggi lemak, dan
rendah serat merupakan faktor risiko dari diabetes melitus. Perencanaan makanan
dianjurkan 3-4 porsi per hari atau setara dengan 20-25 gram/hari. 33,34
teratur pada penderita diabetes melitus tipe 2 dan kebiasaan makan yang
diabetes adalah konsumsi lemak, konsumsi serat dan aktivitas fisik. Konsumsi
lemak merupakan faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan kejadian
dengan kejadian pra diabetes tidak dipengaruhi oleh riwayat diabetes dalam
keluarga.21
karbohidrat yang tinggi akan semakin meningkatkan resiko diabetes melitus jika
diiringi asupan serat yang rendah. Mengkonsumsi lemak terutama lemak jenuh
(minyak, mentega atau santan) memiliki efek samping pada penurunan sensitivitas
insulin sehingga tidak baik dikonsumsi terlalu sering. Orang yang mengkonsumsi
lemak tinggi berisiko terkena diabetes melitus 5,25 kali lebih besar dari pada yang
Pola makan bukan saja terkait dengan nilai dan kualitas makanan tetapi
juga keteraturan makanan yang dikonsumsi. Pola makan teratur yang dianjurkan
adalah 3 kali sehari yaitu : makan pagi (sarapan) : jam 06.00-08.00, makan siang :
jam 12.00-13.00, dan makan malam : jam 18.00-19.00 dan 3 kali makanan
selingan jam 10.00, jam 15.00 dan 21.00 dengan porsi cukup. Keteraturan makan
konsisten. Bila hal ini dapat berlangsung dengan baik, maka ketahan pankreas
pengeluaran tenaga secara sederhana yang sangat penting bagi pemeliharaan fisik,
mental dan kualitas hidup yang sehat dan bugar. Pada waktu melakukan aktivitas
fisik, otot-otot akan memakai lebih banyak glukosa dari pada waktu tidak
melakukan aktivitas fisik, dengan demikian konsentrasi glukosa darah akan turun.
Melalui aktivitas fisik, insulin akan bekerja lebih baik sehingga glukosa dapat
ringan yaitu kegiatan yang dilakukan para profesional seperti guru, dokter,
penjaga toko, 2) aktivitas sedang ialah kegiatan yang dilakukan oleh pekerja
industri, tentara dan pekerja bangunan, 3) aktivitas berat yaitu kegiatan yang
dilakukan oleh pekerja kasar seperti petani, pekerja tambang dan atlet.34
perbuahan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja
Puskesmas Masaran. Acitivity Daily Living berdampak pada adanya aktivitas fisik
sehari-hari yang terdiri atas 6 macam kegiatan, yaitu: mandi (bathing), berpakaian
adanya pengaruh latihan fisik (berjalan kaki dan senam aerobik) terhadap
penurunan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus tipe 2 karena
reseptor yang aktif akibat pembuluh kapiler yang terbuka saat latihan.37
dengan baik dan benar seperti berjalan kaki menuju tempat kerja atau
belum terbiasa dapat dimulai dengan beberapa menit setiap hari dan
sebagainya).
d. Aktivitas fisik dapat dimulai sejak muda hingga usia lanjut dan
latihan yang cukup dikenal dengan konsep FIT (Frequency, Intensitas dan
Time). Frequency yang diperlukan adalah 3-5 kali per minggu yang
senam yaitu 3 kali per minggu pada setiap hari Minggu, Rabu dan Jumat.
adalah durasi yang diperlukan setiap kali latihan yaitu 30 menit yang
Durasi dan kualitas tidur beragam pada setiap orang tergantung dari faktor
diabetes melitus dan gangguan toleransi glukosa. Durasi tidur selama 4-6
kondisi hiperglikemia.40
berkemih, merasa haus, merasa lapar, rasa gatal-gatal pada kulit dan
keluhan fisik lainnya seperti mual, pusing dan lain-lain. Gejala klinis
tersebut, pada malam hari juga dialami oleh penderita diabetes melitus
Jenis makanan pokok yang dikonsumsi oleh suku Batak adalah nasi, dan
lauk pauk yang sering dikonsumsi adalah ikan yang diolah menjadi gulai dengan
bumbu yang khas ataupun digoreng. Untuk sayuran lebih sering mengkonsumsi
daun ubi yang digulai atau pengolahan jenis sayuran umumnya di tumis/digulai.
Frekuensi makan 3x dalam sehari. Jenis makanan lain seperti roti, singkong dan
mie tetap dikonsumsi sebagai makanan selingan walaupun tidak setiap hari.
Jumlah nasi atau beras yang dikonsumsi oleh suku Batak dalam sehari rata-rata
370 – 400 gram atau 1-2 porsi/piring untuk 1 kali makan. Adapun jumlah lauk
pauk (sumber protein seperti ikan) yang dikonsumsi suku Batak rata-rata 100-
150 gram dalam sehari atau 1-2 potong lauk pauk tiap kali makan. Dari data
tersebut dapat disimpulkan bahwa suku Batak memiliki porsi makan yang
banyak. Belum dikatakan makan bila belum makan nasi adalah kebiasaan dari
akan sempurna jika tidak diiringi dengan nasi. Nasi dihidangkan dengan
mengonsumsi menu hidangan yang terdiri dari nasi, lauk pauk yang bersumber
dari hewani dan pengolahan makanan bersantan seperti gulai lemak ikan, pepes
ikan, kari ikan, gulai telur, dan lain-lain dengan frekuensi > 4 kali/minggu.
mudah diperoleh dipasaran dan sudah terbiasa dikonsumsi sejak kecil di dalam
kebutuhan serat.19
METODE PENELITIAN
penyakit dalam di
Mansyur Tanjungbalai
berdasarkan
penegakan diagnosis.
2. Suku Kriteria suku yang Data rekam Nomi a. Suku
66,65%
4. Aktivitas Meliputi waktu kerja, Kuesioner Ordin Kurang: <
di daerah
Tanjungbalai dan
menderita diabetes
melitus tipe 2
5. Kualitas Tingkat kepuasan Menggunakan Ordin Baik: <5
memulai tidur,
frekuensi terbangun
beraktivitas disiang
tinggal di daerah
Tanjungbalai dan
menderita Diabetes
Melitus Tipe 2.
Rancangan ini dilakukan dengan cara observasi dan wawancara terhadap faktor
perilaku suku Melayu dan suku Batak yang menderita diabetes melitus tipe 2 di
yang terletak di jalan Mayjen Sutoyo No. 39 Tanjungbalai. Tipe rumah sakit ini
adalah tipe C. Alasan pemilihan tempat ini adalah karena rumah sakit ini
memiliki banyak pasien diabetes melitus dan berdasarkan data Badan Pusat
Statistik tahun 2015, kota Tanjungbalai didominasi oleh suku Batak dan suku
Melayu. 18
2016 untuk pengambilan data dengan kuesioner. Analisis data dilakukan bulan
November 2016.
3.4.1. Populasi
melitus tipe 2 rawat jalan, termasuk kasus baru dan kasus lama di RSUD Dr.
tipe 2 memenuhi kriteria inklusi yang datang berobat ke RSUD Dr. Tengku
Mansyur Tanjungbalai.
2
Zα √2 PQ+ Zβ √ P1 Q 1+ P 2 Q 2
n= ( P 1−P 2 )
n = besar sampel
Q1 = 1 - P1
Q2 = 1 - P2
Dengan demikian :
P2 = 0,34
Q2 = 1 – 0,34 = 0,66
P1 – P2 = 0,2
P1 = P2 + 0,2
P1 = 0,34 + 0,2
P1 = 0,54
Q1 = 1 – P1 = 1 – 0,54 = 0,46
Q = 1 – P = 1 – 0,44 = 0,56
2
Zα √2 PQ+ Zβ √ P1 Q 1+ P 2 Q 2
n= ( P 1−P 2 )
n = ¿¿
n = 94,09
n = 94 sampel
Dari hasil diatas didapati hasil jumlah sampel minimal adalah 94 orang,
orang.41
kriteria yang telah ditetapkan peneliti sendiri yaitu penderita diabetes melitus
tipe 2 yang berobat rawat jalan ke RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai
a. Pasien rawat jalan yang dinyatakan menderita diabetes melitus tipe 2 oleh
dokter speliasis penyakit dalam di poli penyakit dalam RSUD Dr. Tengku
c. Bisa membaca.
yang telah disusun sebelumnya. Data tentang pola makan, kualitas tidur dan
tipe 2 yang bersuku Batak dan Melayu untuk penegakkan diagnosis diabetes
melitus tipe 2.
responden yang menderita diabetes melitus tipe 2 dengan suku Batak ataupun
kuesioner yang telah disusun. Setiap sampel ditanyakan tentang pola makan,
Rumusan Masalah
Studi Literatur
Studi Pendahuluan
Data Populasi
Ekslusi
Sampel
36
Pembuatan kuesioner dan
validasi
Hasil Penelitian
Kesimpulan
penelitian.
diabetes melitus tipe 2 pada suku Batak dan Suku Melayu di RSUD Dr.
kuesioner yang kita susun tersebut mampu mengukur apa yang hendak
kita ukur.
8. Mengolah data pola makan, kualitas tidur dan aktivitas fisik dengan
a. Pola makan
- Keteraturan makan
Diketahui:
2= tidak teratur)
Dijawab:
- Kebiasaan makan
Diketahui:
2= tidak baik)
Dijawab:
b. Aktivitas fisik
sangat sering = 5.
menggunakan rumus:
(No. 22A x No. 22B x No.22C) / (No. 23A x No. 23B x No. 23C)
0,92.
proporsi olahraga.
sangat sering = 5.
sangat sering = 5.
>45 menit= 5
c. Kualitas Tidur
Kualitas tidur dikatakan baik jika total skor <5 dan buruk jika ≥ 5.
analisa data.
menentukan uji beda yang akan digunakan. Jika data berdistribusi normal maka
dilakukan uji tanda beda parametrik, sedangkan jika data tidak berdistribusi
REFERENSI
1. Djaja S, Suwandono A, Soemantri S. Pola penyakit penyebab kematian di
perkotaan dan pedesaan di Indonesia, studi mortalitas survei kesehatan
rumah tangga (SKRT) 2001. Jurnal Kedokteran Trisakti. 2003;22(2):37–46.
18. Badan Pusat Statistik. Buku saku statistik tanjungbalai 2015. Tanjungbalai:
Prima Jaya; 2015; 18-19.
19. Handayani I. Gambaran pola makan suku melayu dan suku jawa di desa
selemak kecamatan hamparan perak kabupaten deli serdang tahun 2012.
Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara; 2012.
20. Syahril M. Tinjauan pola makan keluarga pada suku batak toba dan suku
jawa di kecamatan percut sei tuan kabupaten deli serdang tahun 2002.
Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara; 2002.
21. Fajrinayanti, Ayubi D. Faktor risiko perilaku pra-diabetes di kota Padang
Panjang. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 2008;3(2):84–88.
22. Wati W. Pengaruh senam diabetes terhadap penurunan kadar gula darah
pasien diabetes melitus di klinik tiara medistra bandar setia deli serdang.
Program Sarjana Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara; 2013.
23. American Diabetes Association. Diagnosis and classification of diabetes
mellitus. Diabetes Care. 2014;37(1):81–90.
24. Cho Nam H, David W, Lionor G. IDF Diabetes Atlas Sixth Edition.
Brussels Belgium: International Diabetes Federation; 2013.
25. Pusat Data dan Informasi. Tahun 2030 prevalensi diabetes melitus di
indonesia mencapai 21,3 juta orang. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia; 2009.
26. Sudoyo A, Bambang S, Idrus A. Buku ajar ilmu penyakit dalam Jilid III
edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009; 1876-1877.
27. Rubenstein D, Wayne D, Bradley J. Lecture notes kedokteran klinis edisi
VI. Jakarta: Erlangga; 2007; 177-179.
28. Zahtamal. Faktor-faktor risiko pasien diabetes melitus. Berita Kedokteran
Masyarakat. 2007;23(3):142–147.
29. Trisnawati S, Widarsa T, Suastika K. Faktor risiko diabetes melitus tipe 2
pasien rawat jalan di puskesmas wilayah kecamatan denpasar selatan.
Public Health and Preventive Medicine Archive. 2013;1(1):1–6.
30. Corwin E. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC; 2009; 627-629.
31. Davey P. At a glance medicine. Jakarta: Erlangga; 2006; 268-270.
32. Tao, Kendall. Endokrinologi. Tangerang: KARISMA; 2014; 139-141.
33. Agustina T. Gambaran sikap pasien diabetes melitus di poli penyakit dalam
rsud dr. moewardi surakarta terhadap kunjungan ulang konsultasi gizi.
Program Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Surakarta; 2009.
34. Hutabarat DM. Pengaruh pola makan dan aktivitas fisik terhadap kejadian
diabetes melitus tipe 2 di rsu dr. pringadi kota medan tahun 2015. Program
Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Suamtera Utara;
2015.
35. Sumangkut S, Supit W, Onibala F. Hubungan pola makan dengan kejadian
penyakit diabetes melitus tipe 2 di poli interna blu.rsup.prof.dr.r.d.kandou
manado. Jurnal Keperawatan. 2013;1(1):1–6.
36. Maliya A, Wibawati R. Hubungan tingkat kemampuan activity of daily
living (ADL) dengan perubahan kadar gula darah pasien diabetes melitus
tipe II diwilayah puskesmas masaran. Jurnal Kesehatan. 2011;4(1):68–79.
37. Indriani P. Pengaruh latihan fisik; senam aerobik terhadap penurunan kadar
gula darah pada penderita dm tipe 2 di wilayah puskesmas bukateja
purbalingga. Media Ners. 2004;1(2):89–99.
38. Dewi MP. Kualitas tidur dan faktor-faktor gangguan tidur pada penderita
diabetes melitus diwilayah kerja puskesmas medan johor. Program Sarjana
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara; 2011.
39. Gottlieb DJ, Punjabi NM, Newman AB,dkk. Association of sleep time with
diabetes mellitus and impaired glucose tolerance. Arch Intern Med.
2005;165(8):863–867.
40. Jacobus DJ. Gangguan tidur meningkatkan risiko diabetes melitus. CDK.
2016;43(2):144–146.
41. Dahlan S. Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian
kedokteran kesehatan. Jakarta: Salemba Medika; 2010; 52-53.
42. Dahlan S. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika; 2010; 89-90.
Lampiran 1
Yth. Bapak/Ibu...................
Di Tempat
Dengan hormat,
NPM : 1308260069
Hormat Saya,
(Melfi Purnama)
Lampiran 2
Nama :
Jenis Kelamin :
Tanggal Lahir :
Alamat :
Medan, ........................2016
Responden
(............................................)
Lampiran 3
4. Sering
5. Sangat sering
18. Apakah setelah bekerja Anda merasa
lelah?
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Sangat sering
19. Apakah setelah bekerja Anda
berkeringat?
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Sangat sering
20. Bila dibandingkan dengan orang lain
yang seusia Anda, bagaimanakah
kegiatan fisik Anda?
1. Sangat ringan
2. Ringan
3. Sedang
4. Berat
5. Sangat berat
b. Indeks Waktu 10 21-26 21. Apakah Anda melakukan olahraga
Olahraga secara rutin?
1. Ya
2. Tidak, (Lanjut ke nomor 28)
22. A. Olahraga apa yang paling sering
Anda lakukan ?
1. Intensitas rendah (Billiard,
bowling, golf)
2. Intensitas sedang (Bulutangkis,
bersepeda, berjalan, jogging,
menari, berenang, tenis, dll)
3. Intensitas tinggi (bola basket, sepak
bola/futsal, tinju, dayung, dll)
22. B. Berapa jam Anda melakukan
olahraga tersebut dalam satu
minggu?
1. < 1 jam/ minggu
2. 1-2 jam/ minggu
3. > 2-3 jam/ minggu
4. 3-4 jam/ minggu
5. > 4 jam/ minggu
22. C. Berapa bulan Anda melakukan
Lampiran 4
KUESIONER PENELITIAN
A. Identitas Responden
1. Nama :
2. Alamat :
3. Jenis kelamin :
4. Umur :
5. Pekerjaan :
6. Suku :
7. Riwayat keluarga :
8. Lama menderita diabetes :
1. POLA MAKAN
A. Keteraturan Makan
1. Dalam sehari berapa kali anda mengkonsumsi makanan pokok ?
1. < 3 kali/hari
2. ≥ 3 kali/hari
2. Seberapa sering anda mengkonsumsi sarapan (sebelum beraktivitas) selama
satu minggu?
1. Tidak sering (≤ 3 kali/minggu)
2. Sering (4-7 kali/minggu)
3. Pada pukul berapa kebiasaan makan siang anda?
1. Pukul < 12.00 atau > 13.00.
2. Pukul 12.00-13.00
4. Seberapa sering kebiasaan makan siang anda pada waktu tersebut?
1. Tidak sering (≤ 3 kali/minggu)
2. Sering (4-7 kali/minggu)
5. Pada pukul berapa kebiasaan makan malam anda?
1. Pukul < 18.00 atau pukul > 19.00.
2. Pukul 18.00 – 19.00
6. Seberapa sering kebiasaan makan malam anda pada waktu tersebut?
1. Tidak sering (≤ 3 kali/minggu)
2. Sering (4-7 kali/minggu)
7. Seberapa sering anda mengemil/mengkonsumsi snack pada waktunya (pukul
10.00 dan 16.00) ?
1. Tidak sering (≤ 3 kali/minggu)
2. Sering (4-7 kali/minggu)
B. Kebiasaan Makan
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Sangat sering
19. Apakah setelah bekerja Anda berkeringat?
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Sangat sering
20. Bila dibandingkan dengan orang lain yang seusia Anda, bagaimanakah kegiatan
fisik Anda?
1. Sangat ringan
2. Ringan
3. Sedang
4. Berat
5. Sangat berat
B. Indeks Waktu Olahraga
21. Apakah Anda melakukan olahraga secara rutin?
1. Ya
2. Tidak, (Lanjut ke nomor 28)
22.A Olahraga apa yang paling sering Anda lakukan ?
. 1. Intensitas rendah (Billiard, bowling, golf)
2. Intensitas sedang (Bulutangkis, bersepeda, berjalan, jogging, menari,
berenang, tenis, dll)
3. Intensitas tinggi (bola basket, sepak bola/futsal, tinju, dayung, dll)
22.B. Berapa jam Anda melakukan olahraga tersebut dalam satu minggu?
1. < 1 jam/ minggu
2. 1-2 jam/ minggu
3. > 2-3 jam/ minggu
4. 3-4 jam/ minggu
5. > 4 jam/ minggu
22.C. Berapa bulan Anda melakukan olahraga tersebut dalam satu tahun?
1. < 1 bulan/ tahun
2. 1-2 bulan/ tahun
3. 2-3 bulan/ tahun
4. 3-4 bulan/ tahun
5. > 4 bulan/ tahun
23.A Olahraga kedua yang sering dilakukan?
. 1. Intensitas rendah (Billiard, bowling, golf)
2. Intensitas sedang (Bulutangkis, bersepeda, berjalan, jogging, menari,
berenang, tenis, dll)
3. Intensitas tinggi (bola basket, sepak bola/futsal, tinju, dayung, dll)
23.B. Berapa jam Anda melakukan olahraga kedua tersebut dalam satu minggu?
1. < 1 jam/ minggu
4. Sering
5. Sangat sering
30. Berapa menit Anda berjalan /bersepeda dalam sehari selama pulang pergi dari
tempat kerja/ ke pasar ?
1. <5 menit
2. 5-15 menit
3. 15-30 menit
4. 30-45 menit
5. >45 menit
3. KUALITAS TIDUR