ROSYID MAWARDI
NIM: 011828026321
OLEH
Pembimbing Utama
Hadiq Firdausi, dr., Sp.PD Dr. Hermina Novida, dr., Sp.PD, K-EMD
NIP. 19731128 199903 1 003 NIP. 19731128 199903 1 003
Ummi Maimunah, dr., Sp.PD, K-GEH Dr. Soebagijo Adi Soelistijo, dr., Sp.PD, K-EMD
NIP. 19640110 198903 2 012 NIP. 19580401 198403 1 011
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 28
3.1 Penjelasan Kerangka Konseptual .............................................................. 29
3.2 Hipotesis Penelitian ................................................................................... 30
BAB 4 METODE PENELITIAN ....................................................................... 31
4.1 Rancangan Penelitian ................................................................................ 31
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 31
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................ 31
4.3.1 Populasi target ............................................................................... 31
4.3.2 Populasi terjangkau ....................................................................... 31
4.3.3 Sampel penelitian .......................................................................... 31
4.4 Kriteria Inklusi .......................................................................................... 31
4.5 Kriteria Eksklusi ........................................................................................ 32
4.6 Besar Sampel Penelitian ............................................................................ 32
4.7 Teknik Pengambilan Sampel Penelitian .................................................... 33
4.8 Variabel Penelitian .................................................................................... 33
4.9 Definisi Operasional .................................................................................. 33
4.10 Instrumen Penelitian .................................................................................. 37
4.11 Protokol dan Kerangka Penelitian ............................................................. 38
4.11.1 Protokol penelitian......................................................................... 38
4.11.2 Kerangka penelitian ...................................................................... 39
4.12 Analisis Data ............................................................................................. 40
4.13 Jadwal Penelitian ....................................................................................... 40
4.14 Anggaran Penelitian .................................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 42
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
DAFTAR SINGKATAN
viii
NGSP : National Glycohemoglobin Standardization Program
PaO2 : Partial pressure of arterial oxygen
PGDM : Pemantauan glukosa darah mandiri
PPOK : Penyakit Paru Obstruktif Kronis
PTH : Parathyroid hormone
RNA : Ribonucleic acid
ROS : Reactive oxygen species
SA : Sinoatrial
SASP : Senescence-associated secretory phenotype
SGLT : Sodium glucose co-transporter
T3 : Triiodothyronine
TGT : Toleransi glukosa terganggu
TTGO : Tes toleransi glukosa oral
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
Diabetes melitus (DM) hingga kini masih menjadi isu kesehatan global yang
(IDF) memperkirakan sebanyak 537 juta penduduk dunia menderita diabetes dan
90% di antaranya merupakan DM tipe 2 (Sun et al., 2022). Data Riset Kesehatan
pada penduduk usia ≥ 15 tahun sebesar 2%, namun meningkat pada populasi usia
55-64 tahun (6,3%) dan 65-74 tahun (6,0%) (Riskesdas, 2018). Prevalensi pada usia
lanjut ini pun lebih tinggi jika dibandingkan dengan data tahun 2013, yakni 4,2%
(Riskesdas, 2013). Hal tersebut erat kaitannya dengan peningkatan angka harapan
dengan DM tipe 2 cenderung berjalan lebih lambat dengan langkah yang pendek
serta memiliki variabilitas waktu langkah yang lebih besar pada permukaan tidak
rata (Allet et al., 2008; Brach et al., 2008). Sementara itu, pada usia lanjut sendiri
pun akan terjadi penurunan kecepatan berjalan seiring bertambahnya usia (Jerome
dan risiko jatuh pada pasien DM tipe 2 usia lanjut yang pada akhirnya berpotensi
1
meningkatkan angka hospitalisasi akibat terjadinya fraktur, imobolisasi, serta
faktor pada DM tipe 2 dengan kecepatan berjalan, khususnya di populasi usia lanjut.
Secara signifikan, didapatkan kecepatan berjalan yang lebih lambat 10,9% (effect
size = 0,54; p < 0,05) pada kelompok usia lanjut dengan neuropati diabetik (Kang
et al., 2020). Studi oleh Sugimoto et al. (2021) menyebutkan bahwa koreksi
(p = 0,002). Mone et al. (2022) menyebutkan bahwa terdapat korelasi positif yang
kecepatan berjalan (r = 0,877; p < 0,001) pada penderita DM usia > 65 tahun. Selain
itu, studi oleh Volpato et al. (2012) menyebutkan bahwa DM tipe 2 menyebabkan
perubahan pada karakteristik otot skeletal, meliputi densitas, kekuatan, dan kualitas
otot yang dianggap bertanggung jawab pada penurunan kecepatan berjalan. Hal ini
didukung juga oleh penelitian Kristiana et al. (2020) yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan positif antara kekuatan otot dengan penilaian Short Physical
Tanpa melihat adanya DM tipe 2, individu usia lanjut dengan ketakutan akan jatuh
< 0,001) (Makino et al., 2017). Begitu pula dengan beberapa penyakit komorbid
katarak, depresi), lingkungan tempat berjalan, serta alat bantu berjalan tentunya ikut
sebagai prediktor beberapa luaran klinis pada usia lanjut, mulai dari disabilitas,
2
perubahan fungsi kognitif, hingga angka kelangsungan hidup (Studenski et al.,
2011; Hoogendijk et al., 2020; Takayanagi et al., 2022). Selain itu, studi oleh
dalam mengidentifikasi individu rentan yang masih bisa memperoleh manfaat dari
Dari banyak pemaparan di atas, tampak bahwa identifikasi lebih dini faktor
yang berhubungan dengan kecepatan berjalan pada usia lanjut, khususnya dengan
bersamaan dalam satu lingkup penelitian. Begitu pula dengan faktor dominan
kecepatan berjalan pada populasi ini yang masih belum banyak diketahui. Oleh
sebab itu, pada penelitian ini kami menganalisis faktor yang berhubungan
(HbA1c), fungsi kognitif, kekuatan otot, dan ketakutan akan jatuh (FOF) dengan
fungsi kognitif, kekuatan otot, dan ketakutan akan jatuh (FOF) dengan kecepatan
3
1.3.2 Tujuan khusus
Surabaya.
walk test.
lanjut.
fungsi kognitif, kekuatan otot, dan ketakutan akan jatuh (FOF) dengan
kecepatan berjalan yang berkaitan dengan instabilitas dan risiko jatuh. Pada
akhirnya, diharapkan dapat dilakukan pengelolaan lebih dini pasien DM tipe 2 usia
saraf tepi, HbA1c, fungsi kognitif, kekuatan otot, dan kecepatan berjalan beserta
demikian dapat dilakukan upaya preventif, kuratif, dan rehabilitatif lebih awal.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
sehat menjadi lemah / rentan (frail) akibat cadangan sistem fisiologis yang
beberapa istilah yang sering dipakai oleh gerontologis dan tentunya saling
melengkapi, antara lain 1) aging, menunjukkan efek waktu dari proses perubahan
al., 2014).
sel adalah produk sisa dari mitokondria selama proses pembuatan adenosin
trifosfat (ATP) dari oksigen. Oksidan ini dapat memicu terjadinya reaksi
5
katalase, superoksida dismutase) dan kimia (asam urat, askorbat). Saat ini telah
pada DNA, protein, lipid, dan prostaglandin. Ditambah lagi, berbagai macam
2. Disfungsi mitokondria
ATP (de Cabo dan Le Couteur, 2022). Teori radikal bebas berhipotesis bahwa
spesies oksigen reaktif (ROS) yang pada akhirnya menyebabkan kerusakan lebih
lanjut di organel ini dan juga sel secara umum. Di luar peran dari ROS, disfungsi
apoptosis (Green et al., 2011). Selain itu, disfungsi mitokondria secara langsung
3. Pemendekan telomer
tertentu sebelum kemudian mengalami fase penuaan sel. Batasan jumlah ini
dikenal dengan istilah Hayflick limit. Hal ini sebenarnya berguna dalam
6
peran dari telomer, yakni sekuens DNA pada ujung kromosom yang akan
mengalami pemendekan setiap kali sel mengalami mitosis. Ketika telomer sudah
terlalu pendek, maka pembelahan sel tidak akan terjadi. Di samping itu, sel-sel
Terjadi penurunan ekspresi gen dan protein yang berhubungan dengan fungsi
mekanisme inflamasi dan stress oksidatif (de Cabo dan Le Couteur, 2022).
perubahan epigenetik terkait penuaan (Han dan Brunet, 2012; López-Otín et al.,
2013).
membran, organel, serta patogen intraseluler melalui proses autofagi. Proses ini
7
terganggu selama penuaan, menyebabkan akumulasi produk sisa yang akan
protein melalui regulasi lipatan serta degradasi protein. Sama halnya dengan
protein yang rusak, teragregasi, dan salah lipatan. Hal ini menjadi mekanisme
dasar terjadinya agregasi protein protein tau, β-amiloid, dan α-sinuklein pada
2013).
Selama proses menua, terjadi perubahan fisiologis pada semua sistem tubuh
tubuh terpapar stresor. Pada kenyataannya, cukup sulit untuk membedakan antara
kondisi patologis dengan “fisiologis” pada usia lanjut. Oleh karena itu, dibutuhkan
Tabel 2.1 Perubahan fisiologis sistem tubuh selama menua (Setiati et al., 2014)
Kardiovaskular
− Penurunan frekuensi jantung maksimum, tidak ada perubahan frekuensi
jantung saat istirahat
− Pengisian ventrikel kiri dan curah jantung berkurang
− Jumlah sel pacu jantung di nodus SA berkurang
− Hipertrofi atrium kiri
− Kontraksi dan relaksasi ventrikel kiri memanjang
− Respon inotropik, kronotropik, dan lusitropik terhadap beta adrenergik
berkurang
− ANP serum meningkat
− Subendotel menebal, ukuran dan bentuk sel endotel ireguler, fragmentasi
elastin pada tunika media arteri, serta peningkatan perifer meningkat,
8
Tekanan darah
− Peningkatan tekanan darah sistolik
− Penurunan efek vasodilatasi oleh beta adrenergik
− Perfusi autoregulasi otak terganggu
Respirasi
− Penurunan efektivitas batuk dan fungsi silia
− Penurunan FEV1 dan FVC, peningkatan volume residual
− Penurunan PaO2 akibat ventilation-perfusion mismatching
− Peningkatan diameter trakea, penurunan elastisitas parenkim
− Penurunan massa paru, kekakuan dinding dada
− Penurunan tekanan maksimal inspirasi dan ekspirasi
− Penurunan kekuatan otot napas, dan respon ventilasi
Hematologi
− Penurunan cadangan sumsum tulang
− Attenuated retikulosit terhadap pemberian eritropoietin
Ginjal
− Penurunan bersihan kreatinin dan laju filtrasi glomerulus
− Penurunan massa ginjal, eksresi-konservasi natrium dan kalium, serta
kapasitas konsentrasi dan dilusi
− Penurunan aktivasi vitamin D
Muskuloskeletal
− Massa otot berkurang, infiltrasi lemak ke berkas otot
− Penurunan inervasi, peningkatan fatigabilitas
− Penurunan laju metabolism basal
− Penyembuhan fraktur melambat
− Penurunan massa tulang dan formasi osteoblas
Sistem saraf
− Hilangnya neuron motor spinal
− Sensasi getar, sensitivitas termal, amplitudo potensial aksi sensorik, dan
ukuran serat yang termielinisasi berkurang
− Massa otak dan aliran darah otak berkurang
− Peningkatan proliferasi astrosit
− Densitas koneksi dendritik berkurang
− Perubahan neurotransmiter (dopamin dan serotonin)
− Peningkatan aktivitas monoamin oksidase
− Proses sentral dan waktu reaksi melambat
Gastrointestinal
− Penurunan aliran darah di liver
− Bersihan obat oleh liver terganggu
− Respon terhadap cedera mukosa lambung terganggu
− Penurunan massa pankreas dan cadangan enzimatik
9
− Penurunan absorpsi kalsium
− Penurunan kontraksi kolon yang efektif
Penglihatan
− Pengeruhan lensa, presbiopia, gangguan adaptasi gelap, dan berkurangnya
sensitivitas terhadap kontras
− Penurunan lakrimasi
Pendengaran
− Defisit pada proses sentral dan kesulitan membedakan bunyi
Penghidu
− Penurunan 50% deteksi penghidu
Keseimbangan
− Respon ambang vestibuler meningkat
− Jumlah sel rambut pada organ corti berkurang
Regulasi suhu
− Penurunan vasokonstriksi dan vasodilatasi di kutan
− Penurunan produksi keringat
Sistem imun
− Penurunan imunitas seluler
− Afinitas produksi antibodi rendah, peningkatan autoantibodi
− Fungsi makrofag terganggu
− Atrofi timus dan hilangnya hormon timus
− Peningkatan IL-6
Endokrin
− Gangguan toleransi glukosa
− Penurunan DHEA, testosterone, hormon T3, PTH
− Penurunan produksi vitamin D oleh kulit
− Kegagalan ovarium dan penurunan hormon ovarium
− Peningkatan homosistein serum
SA, Sinoatrial; ANP, Atrial natriuretic peptide; FEV1, Forced expiratory volume in the first second;
FVC, Forced vital capacity; PaO2, Partial pressure of arterial oxygen; IL-6, Interleukin-6; DHEA,
Dehydroepiandrosterone; T3, Triiodothyronine; PTH, Parathyroid hormone.
10
destruksi sel beta pankreas akibat autoimun ataupun idiopatik, sehingga terjadi
defisiensi insulin absolut. Sementara itu, DM tipe 2 terjadi akibat resistensi dan
penurunan sekresi insulin dengan kondisi yang bervariasi, mulai dari dominan
resistensi insulin hingga dominan defek sekresi insulin (ElSayed et al., 2023).
Pada tahun 2021, diperkirakan sebanyak 537 juta penduduk dunia menderita
diabetes yang didominasi oleh DM tipe 2 sebanyak 90% (Sun et al., 2022). Tercatat
prevalensi tertinggi pada kelompok usia 55-64 tahun (6,3%) dan 65-74 tahun
dibandingkan data prevalensi sebelumnya pada usia lanjut, yakni 4,2% (Riskesdas,
2013).
2.2.1 Patogenesis
meliputi:
1. Sel beta pankreas, yaitu terjadi penurunan fungsi sel beta pankreas dalam
memproduksi insulin.
2. Sel alfa pankreas, yaitu berfungsi sebagai penghasil glukagon terutama saat
asam lemak bebas dalam plasma. Hal ini memicu terjadinya glukoneogenesis,
11
4. Otot, yaitu terjadi resistensi insulin pada miosit akibat gangguan fosforilasi
tirosin kinase. Hal ini akan menghambat transpor glukosa ke dalam sel,
5. Hepar, yaitu terjadi glukoneogenesis akibat resistensi insulin yang berat. Hal
ini menyebabkan produksi glukosa oleh liver dalam keadaan basal meningkat.
resistensi insulin.
7. Usus halus, yaitu terjadi hambatan pada efek inkretin. Efek inkretin ini
insulin akibat adanya glukosa yang tertelan. Pada pasien DM tipe 2 terjadi
defisiensi GLP-1 dan resistensi terhadap GIP. Ditambah lagi, secara fisiologis
juga terdapat enzim DPP-4 (dipeptidyl peptidase-4) yang akan memecah kedua
ini turut menjelaskan mengapa sebagian individu dengan berat badan berlebih
fisiologis, ginjal memfiltrasi sekitar 163 gram glukosa per hari. Sebanyak 90%
12
bantuan SGLT-2 dan sisanya juga direabsorbsi di tubulus desendens serta
absorpsi glukosa di usus halus. Hal ini disebabkan oleh penurunan produksi
amilin akibat kerusakan sel beta pankreas pada penderita DM tipe 2. Pada
11. Sistem imun, yaitu terjadi inflamasi sistemik derajat rendah yang berperan
13
2. Keluhan lain seperti lemas, kesemutan, pandangan kabur, gatal, disfungsi ereksi
pada pria, dan pruritus vulva pada wanita (Soelistijo et al., 2021).
plasma darah vena. Sementara itu, pemeriksaan kadar gula darah kapiler
1. Glukosa darah puasa (kondisi tidak terdapat asupan kalori selama minimal 8
2. Glukosa darah ≥ 200 mg/dL 2 jam seletah tes toleransi glukosa oral (TTGO)
3. Glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dL disertai dengan gejala klasik atau krisis
hiperglikemia, ATAU
dan Diabetes Control and Complications Trial (DCCT) (Soelistijo et al., 2021;
Hasil pemeriksaan kadar gula darah pasien yang tidak memenuhi baik
prediabetes, meliputi:
1. Gula darah puasa terganggu (GDPT), yaitu apabila kadar glukosa plasma puasa
antara 100-125 mg/dL dan hasil pemeriksaan glukosa plasma 2 jam setelah
14
2. Toleransi glukosa terganggu (TGT), yaitu apabila kadar glukosa plasma 2 jam
setelah TTGO antara 140-199 mg/dL dan kadar glukosa plasma puasa < 100
al., 2021)
hidup (edukasi, terapi nutrisi medis, dan aktivitas fisik) dilanjutkan dengan
hidup sehat menjadi bagian yang sangat penting dalam pengelolaan DM secara
kandungan dan jumlah kalori makanan. Sementara itu, aktivitas fisik yang
dianjurkan pada penyandang DM adalah sebanyak 3-5 kali seminggu selama 30-45
menit per hari, dengan total 150 menit per minggu, dan jeda tidak lebih dari 2 hari
15
Gambar 2.2 Alur terapi farmakologis DM tipe 2 (Soelistijo et al., 2021)
kurun waktu tertentu yang diperoleh melalui pemeriksaan HbA1c, kadar glukosa
darah, dan pemantauan glukosa darah mandiri (PGDM) (Soelistijo et al., 2021;
1. Pemeriksaan HbA1c
menjadi marker utama dalam menilai kontrol glikemik dan diketahui memiliki
(Laiteerapong et al., 2019; Deshmukh et al., 2020). Oleh karena itu, sebaiknya
HbA1c diperiksa secara rutin setiap 3 bulan dan selanjutnya setiap 6 bulan ketika
gangguan ginjal kronis, nilai HbA1c tidak dapat dipakai sebagai acuan
16
2. Pemeriksaan kadar glukosa darah
ini dilakukan ketika puasa, 1 atau 2 jam setelah makan, atau secara acak minimal
insulin ataupun obat oral pemacu sekresi insulin. Disarankan untuk melakukan
PGDM pada saat sebelum makan, 2 jam setelah makan, menjelang tidur, di
antara siklus tidur, atau saat terdapat gejala hipoglikemia (Soelistijo et al., 2021).
baik jika kadar glukosa darah, HbA1c, dan lipid serta status gizi dan tekanan darah
sesuai target yang diharapkan (Soelistijo et al., 2021; Elsayed et al., 2023a).
Parameter Target
IMT (kg/m2) 18,5-22,9
Tekanan darah sistolik (mmHg) < 140
Tekanan darah diastolik (mmHg) < 90
HbA1c (%) < 7 atau individual
Glukosa darah preprandial (mg/dL) 80-130
Glukosa darah 2 jam postprandial (mg/dL) < 180
LDL (mg/dL) < 100
Trigliserida (mg/dL) < 150
HDL (mg/dL) Laki-laki >40; Perempuan > 50
Apo-B (mg/dL) < 90
17
Bagaimanapun, manajemen DM tipe 2 harus bersifat individual karena
daya beli obat). Berdasarkan rekomendasi ADA 2023, dikatakan bahwa target
pengendalian DM tipe 2 pada usia lanjut adalah < 7-7,5% (dengan penyakit kronis
minimal dan fungsi kognitif yang intak) serta < 8% (dengan penyakit kronis
sebesar 69%. Buruknya kontrol glikemik dan hiperglikemia kronis menjadi faktor
yang memengaruhi ekspresi gen di tingkat seluler. Selain itu, terdapat hipotesis lain
18
Beberapa teori lain mengatakan bahwa hiperglikemia 1) meningkatkan
metabolisme glukosa melalui jaras sorbitol yang berkaitan dengan enzim aldose
kinase C, sehingga mengganggu transkripsi gen untuk fibronektin, kolagen tipe IV,
kecil yang berdasarkan lokasinya terbagi atas retinopati, nefropati, dan neuropati.
Sementara itu, makroangiopati terjadi akibat kerusakan pada pembuluh darah besar
jantung koroner, dan penyakit arteri perifer (Forbes dan Cooper, 2013).
yang sudah lama terdiagnosis serta melibatkan saraf perifer dan otonom. Sementara
prevalensi sebesar 38% (Tarigan et al., 2015). Secara lebih spesifik, neuropati
dengan durasi penyakit dan kontrol glikemik. Beberapa faktor risiko yang juga
19
berkaitan meliputi indeks massa tubuh (IMT) tinggi, merokok, serta predisposisi
genetik. Pada neuropati diabetik, baik serabut saraf termielinisasi maupun yang
(DSPN), yang melibatkan saraf perifer dan merupakan bentuk neuropati diabetik
tersering. DSPN ditandai dengan hilangnya sensorik distal dan nyeri, meskipun
pada sekitar 50% pasien tidak menunjukkan gejala. Manifestasi yang paling sering
meliputi sensasi mati rasa, kesemutan, tajam, ataupun terbakar dari ujung kaki
ditemukan. Nyeri yang dirasakan pada ekstremitas bawah umumnya muncul saat
istirahat dan memburuk saat malam hari (Forbes dan Cooper, 2013; Powers et al.,
2022).
dan kronis (≥ 12 bulan). DSPN akut biasanya teratasi seiring dengan perbaikan
kontrol glikemik pasien. Sementara itu, pada DSPN kronis umumnya keluhan nyeri
yang abnormal, serta atrofi otot atau foot drop. Sebaiknya dilakukan skrining
tahunan terkait neuropati sejak terdiagnosis DM tipe 2. Hal ini ditujukan untuk
20
(LOPS). Baik DSPN maupun LOPS merupakan faktor utama terjadinya ulkus
diabetik serta risiko jatuh akibat disfungsi serabut-serabut saraf (Forbes dan
melalui koordinasi antara otot, sendi, alat sensorik pada kulit, sistem saraf, organ
penglihatan, dan organ vestibular. Koordinasi yang kompleks ini sudah terlatih
sejak masa kanak-kanak hingga menjadi refleks yang berpusat pada serebelum.
usia 16-49 tahun dan menurun setelah usia 50 tahun, sehingga terjadi instabilitas
pada populasi usia ≥ 65 tahun sebesar 32-40%. Pada studi di rumah sakit umum
didapatkan insidensi jatuh sebesar 2%, namun meningkat secara signifikan di ruang
perawatan khusus geriatri, yaitu sebesar 27%. Insiden jatuh tentunya dapat
merupakan salah satu penyebab tersering perawatan di rumah sakit terkait cedera
menimbulkan konsekuensi serius pada kelompok ini, seperti ketakutan akan jatuh /
fear of falling. Hal ini akan berlanjut pada penurunan mobilitas hingga terjadinya
21
frailty akibat menghindari aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, jatuh menjadi salah
penopang yang dikenal sebagai ayunan postural. Kontrol ayunan postural ini diatur
populasi usia lanjut, menyebabkan gangguan instabilitas dan jatuh (Setiati dan
Laksmi, 2014).
pada usia lanjut secara umum. Faktor-faktor ini umumnya tidak berdiri sendiri,
menyebabkan perubahan pada kontrol postural yang menjadi faktor utama sebagian
besar kejadian jatuh. Terjadi perubahan pada kapabilitas biomekanik, berupa latensi
mioelektrik, waktu reaksi, proprioseptif, lingkup gerak sendi, serta kekuatan otot.
Terdapat pula perubahan dalam hal postur tubuh, gaya berjalan, ayunan postural,
usia lanjut juga dipengaruhi oleh obat-obatan, komorbid, serta perasaan takut akan
22
khususnya dalam kemampuan mencegah jatuh ketika terpeleset ataupun
Tabel 2.4 Faktor terkait penuaan pada instabilitas dan risiko jatuh (Setiati dan
Laksmi, 2014)
dan Reyes, 2022). Secara sederhana, skrining risiko jatuh pada populasi usia lanjut
23
dapat dilakukan dengan menilai kecepatan berjalan. Kecepatan berjalan yang
lambat dihubungkan dengan risiko jatuh pada ruang tertutup serta penurunan status
kesehatan (Verghese et al., 2009; Middleton et al., 2015; Kyrdalen et al., 2019;
kesulitan jika penilaian dilakukan dengan jarak jauh. Selain itu, jarak berjalan yang
pendek lebih dominan dalam menilai fungsi ekstremitas bawah daripada fungsi
(dibandingkan ketahanan) menjadi faktor kunci kualitas hidup. Jarak yang pendek
juga diketahui tidak memengaruhi kecepatan berjalan saat penilaian (Mehmet et al.,
banyak diterapkan adalah pada jarak 4 dan 6 meter dengan cut off dikatakan lambat
Dari berbagai studi, diketahui bahwa kelompok usia lanjut dengan diabetes
memiliki kecepatan berjalan yang lambat. Pada kelompok usia lanjut akan terjadi
Jerome et al., 2015). Sementara itu, terdapat perbedaan karakteristik berjalan antara
waktu langkah yang lebih besar pada permukaan tidak rata (Allet et al., 2008; Brach
24
tipe 2 usia lanjut yang pada akhirnya berpotensi meningkatkan angka hospitalisasi
akibat terjadinya fraktur, imobolisasi, serta penurunan kualitas hidup (Binotto et al.,
faktor pada DM tipe 2 dengan kecepatan berjalan, khususnya di populasi usia lanjut.
Studi oleh Kang et al. (2020) menyimpulkan bahwa pada kelompok usia >65 tahun
dengan neuropati perifer didapatkan kecepatan berjalan yang lebih rendah 10,9%
(effect size = 0,54; p < 0,05) dibandingkan kelompok kontrol. Sebuah review oleh
Alam et al., (2017) juga menyebutkan bahwa pasien dengan neuropati diabetik
penyesuaian usia. Hal ini dikaitkan dengan adanya gangguan fungsi somatosensorik
pertama pada fase inisiasi berjalan. Oleh karena itu, pasien dengan neuropati perifer
postural dibandingkan kelompok kontrol. Selain itu, adanya neuropati diabetik akan
berdampak pada gangguan sistem neuromuskular akibat denervasi otot. Hal ini
selanjutnya akan menyebabkan atrofi dan kematian sel-sel otot, hilangnya kekuatan
otot, hingga pada akhirnya meningkatkan risiko jatuh serta menurunkan kecepatan
signifikan. Kontrol glikemik yang buruk pada pasien DM tipe 2 merupakan faktor
risiko terjadinya sarkopenia. Kadar glukosa darah yang tinggi pada penderita
diabetes usia tua dikaitkan dengan massa dan kualitas otot yang rendah melalui
jaras serine-threonine kinase Akt atau faktor transkripsi forkhead box O. Oleh
25
karena itu, koreksi terhadap kontrol glikemik memiliki efek positif terhadap otot
Studi lain oleh da Cruz Anjos et al. (2017) menyimpulkan bahwa kelompok
usia lanjut yang telah terdiagnosis DM > 10 tahun secara signifikan menunjukkan
kecepatan berjalan dan lebar langkah yang lebih rendah (112,3 cm/detik; 59,2 cm)
dibandingkan kelompok kontrol (122,9 cm/detik; 62,4 cm). Hal ini dikaitkan
pasien DM tipe 2 yang telah terdiagnosis > 10 tahun. Di samping itu, Mone et al.
(2022) menyebutkan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara skor
kekuatan, dan kualitas otot yang dianggap bertanggung jawab pada penurunan
kecepatan berjalan. Sementara itu, pada penelitian Kristiana et al. (2020) disebutkan
bahwa terdapat hubungan positif antara kekuatan otot dengan penilaian Short
berjalan (p = 0,001). Bagaimanapun, pada studi ini tidak didapatkan hubungan yang
signifikan antara massa otot dengan SPPB. Tanpa melihat adanya DM tipe 2,
individu usia lanjut dengan ketakutan akan jatuh (fear of falling) juga berhubungan
dengan penurunan kecepatan berjalan (Makino et al., 2017; Qiao et al., 2021).
lingkungan tempat berjalan, serta alat bantu berjalan tentunya ikut mempengaruhi
26
2.3.4 Peran kecepatan berjalan sebagai prediktor kualitas hidup
prediktor beberapa luaran klinis. Sebuah pooled analysis yang dilakukan oleh
kelangsungan hidup populasi geriatri (HR 0,88; 95%CI 0,87-0,90; p = 0,001). Studi
analisis yang dilakukan oleh Hoogendijk et al. (2020) juga menyebutkan bahwa
perubahan dari gangguan kognitif ringan menuju berat (HR 2,08; 95%CI 1,40-3,07;
p < 0,05) serta transisi dari kognitif yang sehat menuju kematian (HR 3,30; 95%CI
27
BAB 3
28
3.1 Penjelasan Kerangka Konseptual
Pada usia lanjut akan terjadi proses menua secara fisiologis yang bermula
dari tingkat seluler, meliputi peningkatan radikal bebas yang menyebabkan stress
inflamasi, gangguan ekspresi gen, serta gangguan autofagi dan proteostasis yang
sistem organ. Pada sistem endokrin akan terjadi gangguan toleransi glukosa yang
sistem saraf tepi terjadi penurunan sensasi getar dan termal serta penurunan
amplitudo potensial aksi yang berakibat pada gangguan sensorik. Pada sistem saraf
pusat terjadi penurunan massa otak dan mielin, peningkatan aktivitas monoamine
penurunan jumlah serat otot dan peningkatan infiltrasi lipid ke jaringan otot yang
dapat terjadi meliputi 1) peningkatan metabolisme jalur poliol dengan hasil akhir
29
akhirnya akan menyebabkan disfungsi neuron. Lebih lanjut lagi, disfungsi neuron
ini akan memperburuk kondisi neuropati perifer serta penurunan fungsi kognitif
pada usia lanjut. Pada neuropati perifer terkait diabetes akan terjadi dua hal, yakni
menurunnya kekuatan otot pada populasi geriatri. DM tipe 2 tidak terlepas dari
dengan semakin menurunnya kontrol glikemik, fungsi kognitif, dan kekuatan otot.
fungsi kognitif, dan penurunan kekuatan otot akan dihubungkan dengan penurunan
kecepatan berjalan pada populasi usia lanjut. Selain itu terdapat beberapa faktor lain
yang diketahui berpengaruh terhadap kecepatan berjalan pada usia lanjut, meliputi
adanya penyakit komorbid lain (stroke, osteoartritis, gagal jantung, penyakit paru
obstruktif kronis, katarak, dan depresi), ketakutan akan jatuh (FOF), lingkungan
berupa penyakit komorbid lain, lingkungan tempat berjalan, serta penggunaan alat
fungsi kognitif, kekuatan otot, dan ketakutan akan jatuh (FOF) dengan kecepatan
30
BAB 4
METODE PENELITIAN
31
4.5 Kriteria Eksklusi
2. Pasien stroke dengan gejala sisa, osteoartritis berat, gagal jantung dan PPOK
dengan batasan pada aktivitas fisik ringan, katarak matur, serta depresi
hypothesis test for two population proportion (two-sided test) (Lwanga dan
Keterangan:
Variabel P1 P2 n
Neuropati perifer (Ennis et al., 2016) 0,64 0,1 12
Kontrol glikemik (HbA1c) N/A
Fungsi kognitif (Abdel-Latif et al., 2020) 0,4 0,19 73
Kekuatan otot (Kim et al., 2021) 0,42 0,27 88
Ketakutan akan jatuh (Vongsirinavarat et al., 2020) 0,6 0,3 42
32
Berdasarkan tabel 4.1, ditetapkan bahwa jumlah sampel minimal pada
komunitas Persadia Surabaya periode Juni 2023. Semua data diambil dari data
1. Usia lanjut
didasarkan pada tanggal lahir yang tertera pada kartu tanda penduduk (KTP).
3. Neuropati perifer
33
neuropati perifer didasarkan pada anamnesis (kaki terasa terbakar dan
nominal, yaitu ada neuropati perifer dan tidak ada neuropati perifer.
4. Kontrol glikemik
pasien DM tipe 2 dalam kurun waktu tertentu. Pada penelitian ini, HbA1c 8%
digunakan sebagai cut off untuk menilai kontrol glikemik. Data akan disajikan
dalam bentuk skala nominal, yaitu terkontrol (HbA1c < 8%) dan tidak
5. Fungsi kognitif
daya ingat (Pudjiati dan Mayskouri, 2016). Fungsi kognitif pada populasi usia
(MoCA-Ina). Data akan disajikan dalam bentuk skala ordinal, yakni normal
6. Kekuatan otot
genggam. Cut off sesuai standar AWGS 2019, yakni < 28 kg (pria) dan < 18 kg
(wanita), digunakan dalam menentukan kekuatan otot yang rendah pada subjek
34
penelitian (Chen et al., 2020). Selanjutnya, data akan disajikan menggunakan
skala nominal, yakni massa otot normal dan massa otot rendah.
dapat dilakukan (Deshpande et al., 2009). Pada penelitian ini, ketakutan akan
(Short FES-I). Hasil yang diperoleh akan dikelompokkan dalam data ordinal,
meliputi ketakutan akan jatuh yang rendah (skor 7-8), sedang (skor 9-13), dan
8. Kecepatan berjalan
untuk berjalan pada jarak tertentu. Pada penelitian ini, kecepatan berjalan
diukur melalui 6-meter walk test, yakni setiap subjek diminta berjalan 6 meter
sebanyak 2 kali, dan dihitung reratanya (Chen et al., 2020). Data kecepatan
berjalan yang didapatkan akan disajikan dalam bentuk skala nominal, yakni
9. Stroke
(Sacco et al., 2013). Pada penelitian ini, adanya stroke diketahui berdasarkan
riwayat penyakit serta obat-obatan yang rutin diminum. Pasien stroke dengan
lutut, dan obat-obatan yang rutin diminum. Pasien dengan osteoartritis berat
seseorang menunjukkan gejala khas (sesak dan edema tungkai); tanda khas
edema tungkai, dan hepatomegali), disertai bukti gangguan struktur atau fungsi
penyakit, manifestasi klinis, serta obat rutin. Pasien gagal jantung dengan
batasan pada aktivitas fisik ringan akan dieksklusi dari subjek penelitian.
sesak, batuk, serta produksi sputum akibat abnormalitas jalan napas (bronkitis)
riwayat penyakit, manifestasi klinis, serta obat rutin. Pasien PPOK dengan
batasan pada aktivitas fisik ringan akan dieksklusi dari subjek penelitian.
13. Katarak
pada lensa mata sehingga akan menghalangi cahaya menuju retina. Pada
36
anamnesis, pasien akan mengeluhkan gangguan penglihatan dan pada
pemeriksaan fisik akan tampak kekeruhan pada lensa mata. Pada penelitian ini,
14. Depresi
meliputi perasaan depresi, hilang minat, berat badan menurun atau meningkat
gagasan untuk bunuh diri. Pada penelitian ini, diagnosis depresi pada geriatric
diperoleh dikelompokkan dalam data ordinal, yaitu normal (skor < 5),
kemungkinan depresi (skor 5-10), dan mengalami depresi (skor > 10). Pasien
1. Monofilamen 10 gram
9. Stetoskop
10. Penlight
11. Stopwatch
Pertama kali peneliti melakukan uji kelaikan etik pada Divisi Bioetik
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi kemudian diberi penjelasan dan
monofilamen, HbA1c, fungsi kognitif, kekuatan otot, ketakutan akan jatuh, dan
38
4.11.2 Kerangka penelitian
Kriteria inklusi:
1. Pasien berusia ≥ 60 tahun dengan DM tipe 2 dan tergabung dalam
komunitas Persadia Surabaya.
2. Dapat berkomunikasi secara aktif
3. Bersedia mengikuti penelitian ini dan menandatangani informed consent.
Kriteria eksklusi:
1. Pasien dalam aktivitas sehari-hari
membutuhkan alat bantu berjalan
2. Pasien stroke dengan gejala sisa,
osteoartritis berat, gagal jantung dengan
batasan pada aktivitas ringan, PPOK
dengan batasan pada aktivitas fisik
Subjek ringan, katarak matur, dan depresi
penelitian 3. Pasien dengan riwayat amputasi
ekstremitas bawah
4. Pasien memiliki ulkus, gangren, ataupun
selulitis di ekstremitas bawah dan sedang
dalam perawatan luka berkala.
1. Identifikasi karakteristik
2. Identifikasi faktor risiko: Neuropati
perifer, kontrol glikemik (HbA1c), Penilaian kecepatan berjalan
fungsi kognitif, kekuatan otot, dan
ketakutan akan jatuh (FOF)
Analisis data
39
4.12 Analisis Data
disajikan dalam bentuk rerata dan simpangan baku sedangkan data kategorik
memiliki nilai p < 0,05 pada analisis bivariat. Selanjutnya, hasil akan disajikan
dalam bentuk odds ratio (OR), dengan nilai p dianggap signifikan apabila < 0,05
2023
No Jadwal Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Pembuatan proposal
2. Perbaikan proposal
3. Pengajuan proposal
4. Pengajuan sertifikat laik etik
5. Pengumpulan sampel
6. Pengumpulan data dan
penghitungan statistik
7. Pembuatan naskah laporan
penelitian
8. Konsultasi dan koreksi
pembimbing
9. Pentas karya akhir
40
4.14 Anggaran Penelitian
41
DAFTAR PUSTAKA
Abdel-Latif, G.A., Hassan, A.M., Gabal, M.S., Hemeda, S.A., El-Chami, N.H. and
Salama, I.I. (2020) ‘Mild cognitive impairment among type ii diabetes
mellitus patients attending university teaching hospital’, Open Access
Macedonian Journal of Medical Sciences, 8(E), pp. 105–111. Available at:
https://doi.org/10.3889/oamjms.2020.4245.
Adam, C.E., Fitzpatrick, A.L., Leary, C.S., Hajat, A., Phelan, E.A., Park, C. and
Semmens, E.O. (2021) ‘The association between gait speed and falls in
community dwelling older adults with and without mild cognitive
impairment’, International Journal of Environmental Research and Public
Health, 18(7). Available at: https://doi.org/10.3390/ijerph18073712.
Alam, U., Riley, D.R., Jugdey, R.S., Azmi, S., Rajbhandari, S., D’Août, K. and
Malik, R.A. (2017) ‘Diabetic Neuropathy and Gait: A Review’, Diabetes
Therapy, 8(6), pp. 1253–1264. Available at:
https://doi.org/10.1007/s13300-017-0295-y.
Allen, M.D., Doherty, T.J., Rice, C.L. and Kimpinski, K. (2016) ‘Physiology in
Medicine: Neuromuscular consequences of diabetic neuropathy’, Journal of
Applied Physiology, 121(1), pp. 1–6. Available at:
https://doi.org/10.1152/japplphysiol.00733.2015.
Allet, L., Armand, S., Golay, A., Monnin, D., de Bie, R.A. and de Bruin, E.D.
(2008) ‘Gait characteristics of diabetic patients: a systematic review’,
Diabetes/Metabolism Research and Reviews, 24, pp. 173–191. Available at:
https://doi.org/10.1002/dmrr.
Binotto, M.A., Lenardt, M.H. and Rodríguez-Martínez, M. del C. (2018) ‘Physical
frailty and gait speed in community elderly: A systematic review’, Revista
da Escola de Enfermagem, 52, pp. 1–16. Available at:
https://doi.org/10.1590/S1980-220X2017028703392.
Brach, J.S., Talkowski, J.B., Strotmeyer, E.S. and Newman, A.B. (2008) ‘Diabetes
mellitus and gait dysfunction: Possible explanatory factors’, Physical
Therapy, 88(11), pp. 1365–1374. Available at:
https://doi.org/10.2522/ptj.20080016.
Busch, T.D.A., Duarte, Y.A., Pires Nunes, D., Lebrão, M.L., Satya Naslavsky, M.,
Dos Santos Rodrigues, A. and Amaro, E. (2015) ‘Factors associated with
lower gait speed among the elderly living in a developing country: A cross-
sectional population-based study’, BMC Geriatrics, 15(1), pp. 1–9.
Available at: https://doi.org/10.1186/s12877-015-0031-2.
de Cabo, R. and Le Couteur, D.G. (2022) ‘The Biology of Aging’, in J.L. Jameson,
D.L. Kasper, D.L. Longo, A.S. Fauci, S.L. Hauser, and J. Loscalzo (eds)
Harrison’s Principles of Internal Medicine. 21st edn. New York: McGraw-
Hill Education, pp. 3413–3419.
Chawla, A., Chawla, R. and Jaggi, S. (2016) ‘Microvasular and macrovascular
complications in diabetes mellitus: Distinct or continuum?’, Indian Journal
of Endocrinology and Metabolism, 20(4), pp. 546–553. Available at:
https://doi.org/10.4103/2230-8210.183480.
Chen, L.K., Woo, J., Assantachai, P., Auyeung, T.W., Chou, M.Y., Iijima, K., Jang,
H.C., Kang, L., Kim, M., Kim, S., Kojima, T., Kuzuya, M., Lee, J.S.W.,
Lee, S.Y., Lee, W.J., Lee, Y., Liang, C.K., Lim, J.Y., Lim, W.S., Peng, L.N.,
42
Sugimoto, K., Tanaka, T., Won, C.W., Yamada, M., Zhang, T., Akishita,
M. and Arai, H. (2020) ‘Asian Working Group for Sarcopenia: 2019
Consensus Update on Sarcopenia Diagnosis and Treatment’, Journal of the
American Medical Directors Association, 21(3), pp. 300-307.e2. Available
at: https://doi.org/10.1016/j.jamda.2019.12.012.
Chiles, N.S., Phillips, C.L., Volpato, S., Bandinelli, S., Ferrucci, L., Guralnik, J.M.
and Patel, K. V. (2014) ‘Diabetes, Peripheral Neuropathy, and Lower
Extremity Function’, J Diabetes Complications, 28(1), pp. 91–95. Available
at: https://doi.org/10.1038/nature08365.Reconstructing.
da Cruz Anjos, D.M., de Souza Moreira, B., Pereira, D.S., Picorelli, A.M.A.,
Pereira, D.A.G., Kirkwood, R.N., Dias, R.C. and Pereira, L.S.M. (2017)
‘Impact of Type-2 Diabetes Time Since Diagnosis on Elderly Women Gait
and Functional Status’, Physiotherapy Research International, 22(2).
Available at: https://doi.org/10.1002/pri.1651.
Deshmukh, H., Wilmot, E.G., Gregory, R., Barnes, D., Narendran, P., Saunders, S.,
Furlong, N., Kamaruddin, S., Banatwalla, R., Herring, R., Kilvert, A.,
Patmore, J., Walton, C., Ryder, R.E.J. and Sathyapalan, T. (2020) ‘Effect of
flash glucose monitoring on glycemic control, hypoglycemia, diabetes-
related distress, and resource utilization in the association of british clinical
diabetologists (Abcd) nationwide audit’, Diabetes Care, 43(9), pp. 2153–
2160. Available at: https://doi.org/10.2337/dc20-0738.
Deshpande, N., Metter, E.J., Lauretani, F., Bandinelli, S. and Ferrucci, L. (2009)
‘Interpreting fear of falling in the elderly: What do we need to consider?’,
Journal of Geriatric Physical Therapy, 32(3), pp. 91–96. Available at:
https://doi.org/10.1519/00139143-200932030-00002.
Elsayed, N.A., Aleppo, G., Aroda, V.R., Bannuru, R.R., Brown, F.M., Bruemmer,
D., Collins, B.S., Hilliard, M.E., Isaacs, D., Johnson, E.L., Kahan, S.,
Khunti, K., Leon, J., Lyons, S.K., Perry, M. Lou, Prahalad, P., Pratley, R.E.,
Seley, J.J., Stanton, R.C. and Gabbay, R.A. (2023a) ‘Glycemic Targets:
Standards of Care in Diabetes—2023’, Diabetes Care, 46(January), pp.
S97–S110. Available at: https://doi.org/10.2337/dc23-S006.
Elsayed, N.A., Aleppo, G., Aroda, V.R., Bannuru, R.R., Brown, F.M., Bruemmer,
D., Collins, B.S., Hilliard, M.E., Isaacs, D., Johnson, E.L., Kahan, S.,
Khunti, K., Leon, J., Lyons, S.K., Perry, M. Lou, Prahalad, P., Pratley, R.E.,
Seley, J.J., Stanton, R.C. and Gabbay, R.A. (2023b) ‘Older Adults:
Standards of Care in Diabetes—2023’, Diabetes Care, 46(January), pp.
S216–S229. Available at: https://doi.org/10.2337/dc23-S013.
ElSayed, N.A., Aleppo, G., Aroda, V.R., Bannuru, R.R., Brown, F.M., Bruemmer,
D., Collins, B.S., Hilliard, M.E., Isaacs, D., Johnson, E.L., Kahan, S.,
Khunti, K., Leon, J., Lyons, S.K., Perry, M. Lou, Prahalad, P., Pratley, R.E.,
Seley, J.J., Stanton, R.C. and Gabbay, R.A. (2023) ‘Classification and
Diagnosis of Diabetes: Standards of Care in Diabetes-2023’, Diabetes care,
46(1), pp. S19–S40. Available at: https://doi.org/10.2337/dc23-S002.
Ennis, S.L., Galea, M.P., O’Neal, D.N. and Dodson, M.J. (2016) ‘Peripheral
neuropathy in the hands of people with diabetes mellitus’, Diabetes
Research and Clinical Practice, 119, pp. 23–31. Available at:
https://doi.org/10.1016/j.diabres.2016.06.010.
Forbes, J.M. and Cooper, M.E. (2013) ‘Mechanisms of diabetic complications’,
Physiological Reviews, 93(1), pp. 137–188. Available at:
43
https://doi.org/10.1152/physrev.00045.2011.
GOLD (2023) ‘Global Initiative for Chronic Obstructive Lung’, A Guide for Health
Care Professionals, 1.
Green, D.R., Galluzzi, L. and Kroemer, G. (2011) ‘Mitochondria and the
autophagy-inflammation-cell death axis in organismal aging’, Science,
333(6046), pp. 1109–1112. Available at:
https://doi.org/10.1038/nature08365.Reconstructing.
Han, S. and Brunet, A. (2012) ‘Histone methylation makes its mark on longevity’,
Trends in Cell Biology, 22(1), pp. 42–49. Available at:
https://doi.org/10.1016/j.tcb.2011.11.001.
Hoogendijk, E.O., Rijnhart, J.J.M., Skoog, J., Robitaille, A., van den Hout, A.,
Ferrucci, L., Huisman, M., Skoog, I., Piccinin, A.M., Hofer, S.M. and Muniz
Terrera, G. (2020) ‘Gait speed as predictor of transition into cognitive
impairment: Findings from three longitudinal studies on aging’,
Experimental Gerontology, 129(November 2019), p. 110783. Available at:
https://doi.org/10.1016/j.exger.2019.110783.
Ichwani, J. and Firdausi, H. (2015) ‘Jatuh pada Usia Lanjut’, in A. Tjokroprawiro,
P.B. Setiawan, C. Effendi, D. Santoso, and G. Soegiarto (eds) Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. 2nd edn. Surabaya: Airlangga University Press, pp.
780–785.
Jerome, G.J., Ko, S., Kauffman, D., Studenski, S.A., Ferrucci, L. and Simonsick,
E.M. (2015) ‘Gait Characteristics Associated with Walking Speed Decline
in Older Adults: Results from the Baltimore Longitudinal Study of Aging’,
Arch Gerontol Geriatr, 60(2), pp. 1–7. Available at:
https://doi.org/10.1016/j.archger.2015.01.007.Gait.
Kang, G.E., Zhou, H., Varghese, V. and Najafi, B. (2020) ‘Characteristics of the
Gait Initiation Phase in Older Adults with Diabetic Peripheral Neuropathy
Compared to Control Older Adults’, Clin Biomech (Bristol, Avon), 72, pp.
155–160. Available at:
https://doi.org/10.1016/j.clinbiomech.2019.12.019.Characteristics.
Kim, G.H., Song, B.K., Kim, J.W., Lefferts, E.C., Brellenthin, A.G., Lee, D.C.,
Kim, Y.M., Kim, M.K., Choi, B.Y. and Kim, Y.S. (2021) ‘Associations
between relative grip strength and type 2 diabetes mellitus: The
Yangpyeong cohort of the Korean genome and epidemiology study’, PLoS
ONE, 16(8), pp. 1–14. Available at:
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0256550.
Kristiana, T., Widajanti, N. and Satyawati, R. (2020) ‘Association between Muscle
Mass and Muscle Strength with Physical Performance in Elderly in
Surabaya’, Surabaya Physical Medicine and Rehabilitation Journal, 2(1),
pp. 24–44. Available at: https://doi.org/10.20473/spmrj.v2i1.2020.24-34.
Kyrdalen, I.L., Thingstad, P., Sandvik, L. and Ormstad, H. (2019) ‘Associations
between gait speed and well-known fall risk factors among community-
dwelling older adults’, Physiotherapy Research International, 24(1), pp. 1–
6. Available at: https://doi.org/10.1002/pri.1743.
Laiteerapong, N., Ham, S.A., Gao, Y., Moffet, H.H., Liu, J.Y., Huang, E.S. and
Karter, A.J. (2019) ‘The legacy effect in type 2
diabetes:impactofearlyglycemic control on future complications (the
Diabetes & Aging study)’, Diabetes Care, 42(3), pp. 416–426. Available at:
https://doi.org/10.2337/dc17-1144.
44
López-Otín, C., Blasco, M.A., Partridge, L., Serrano, M. and Kroemer, G. (2013)
‘The Hallmarks of Aging Europe PMC Funders Group’, Cell, 153(6), pp.
1194–1217. Available at: https://doi.org/10.1016/j.cell.2013.05.039.
Lord, S.R. (2022) ‘Falls’, in J.B. Halter, J.G. Ouslander, S. Studenski, K.P. High,
S. Asthana, M.A. Supiano, and C. Ritchie (eds) Hazzard’s Geriatric
Medicine and Gerontology. 8th edn. New York: McGraw-Hill Education.
Lwanga, S.K. and Lemeshow, S. (1991) ‘Sample size determination in health
studies: a practical manual’. WHO Library Cataloguing in Publication Data.
Makino, K., Makizako, H., Doi, T., Tsutsumimoto, K., Hotta, R., Nakakubo, S.,
Suzuki, T. and Shimada, H. (2017) ‘Fear of falling and gait parameters in
older adults with and without fall history’, Geriatrics and Gerontology
International, 17(12), pp. 2455–2459. Available at:
https://doi.org/10.1111/ggi.13102.
Mehmet, H., Robinson, S.R. and Yang, A.W.H. (2020) ‘Assessment of Gait Speed
in Older Adults’, Journal of Geriatric Physical Therapy, 43(1), pp. 42–52.
Available at: https://doi.org/10.1519/JPT.0000000000000224.
Middleton, A., Fritz, S.L. and Lusardi, M. (2015) ‘Walking Speed: The Functional
Vital Sign’, Journal of Aging and Physical Activity, 23(2), pp. 314–322.
Available at: https://doi.org/10.1123/japa.23.2.314.
Mone, P., Gambardella, J., Lombardi, A., Pansini, A., De Gennaro, S., Leo, A.L.,
Famiglietti, M., Marro, A., Morgante, M., Frullone, S., De Luca, A. and
Santulli, G. (2022) ‘Correlation of physical and cognitive impairment in
diabetic and hypertensive frail older adults’, Cardiovascular Diabetology,
21(1), pp. 1–6. Available at: https://doi.org/10.1186/s12933-021-01442-z.
Nascimento, M. de M., Gouveia, É.R., Gouveia, B.R., Marques, A., Martins, F.,
Przednowek, K., França, C., Peralta, M. and Ihle, A. (2022) ‘Associations
of Gait Speed, Cadence, Gait Stability Ratio, and Body Balance with Falls
in Older Adults’, International Journal of Environmental Research and
Public Health, 19(21). Available at:
https://doi.org/10.3390/ijerph192113926.
Ouslander, J.G. and Reyes, B. (2022) ‘Clinical Problems Associated with the Aging
Process’, in J.L. Jameson, D.L. Kasper, D.L. Longo, A.S. Fauci, S.L.
Hauser, and J. Loscalzo (eds) Harrison’s Principles of Internal Medicine.
21st edn. New York: McGraw-Hill Education.
Powers, A.C., Stafford, J.M. and Rickels, M.R. (2022) ‘Diabetes Mellitus:
Complications’, in J.L. Jameson, D.L. Kasper, D.L. Longo, A.S. Fauci, S.L.
Hauser, and J. Loscalzo (eds) Harrison’s Principles of Internal Medicine.
21st edn. New York: McGraw-Hill Education, pp. 2875–2883.
Qiao, Y. (susanna), Gmelin, T., Renner, S.W., Boudreau, R.M., Martin, S.,
Wojczynski, M.K., Christensen, K., Andersen, S.L., Cosentino, S.,
Santanasto, A.J. and Glynn, N.W. (2021) ‘Evaluation of the Bidirectional
Relations of Perceived Physical Fatigability and Physical Activity on
Slower Gait Speed’, Journals of Gerontology - Series A Biological Sciences
and Medical Sciences, 76(10), pp. E237–E244. Available at:
https://doi.org/10.1093/gerona/glaa281.
Raffaello, A. and Rizzuto, R. (2011) ‘Mitochondrial longevity pathways’,
Biochimica et Biophysica Acta - Molecular Cell Research, 1813(1), pp.
260–268. Available at: https://doi.org/10.1016/j.bbamcr.2010.10.007.
Riskesdas (2013) ‘Riset Kesehatan Dasar 2013’. Jakarta: Lembaga Penerbit Badan
45
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Available at:
https://doi.org/10.1517/13543784.7.5.803.
Riskesdas (2018) ‘Laporan Nasional Riskesdas 2018’. Jakarta: Lembaga Penerbit
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Ruiz-Ruiz, L., Jimenez, A.R., Garcia-Villamil, G. and Seco, F. (2021) ‘Detecting
fall risk and frailty in elders with inertial motion sensors: A survey of
significant gait parameters’, Sensors, 21(20). Available at:
https://doi.org/10.3390/s21206918.
Sacco, R.L., Kasner, S.E., Broderick, J.P., Caplan, L.R., Connors, J.J., Culebras,
A., Elkind, M.S.V., George, M.G., Hamdan, A.D., Higashida, R.T., Hoh,
B.L., Janis, L.S., Kase, C.S., Kleindorfer, D.O., Lee, J.M., Moseley, M.E.,
Peterson, E.D., Turan, T.N., Valderrama, A.L. and Vinters, H. V. (2013)
‘An updated definition of stroke for the 21st century: A statement for
healthcare professionals from the American heart association/American
stroke association’, Stroke, 44(7), pp. 2064–2089. Available at:
https://doi.org/10.1161/STR.0b013e318296aeca.
Setiati, S., Harimurti, K. and Govinda, A. (2014) ‘Proses Menua dan Implikasi
Kliniknya’, in S. Setiati, I. Alwi, A.W. Sudoyo, M. Simadibrata, B.
Setiyohadi, and A.F. Syam (eds) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th edn.
Jakarta: Interna Publishing, pp. 3669–3679.
Setiati, S. and Laksmi, P.W. (2014) ‘Gangguan Keseimbangan, Jatuh, dan Fraktur’,
in S. Setiati, I. Alwi, A.W. Sudoyo, M. Simadibrata, B. Setiyohadi, and A.F.
Syam (eds) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th edn. Jakarta: Interna
Publishing, pp. 3743–3757.
Sinusas, K. (2012) ‘Osteoarthritis:Diagnosis and treatment’, American Family
Physician, 85(1), pp. 49–56. Available at:
https://doi.org/10.1136/bmj.1.5222.355-a.
Siswanto, B.B., Hersunarti, N., Erwinanto, Nauli, S.E., Lubis, A.C., Wiryawan, N.,
Dewi, P.P., Pratikto, R.S. and Hasanah, D.Y. (2020) ‘Pedoman Tatalaksana
Gagal Jantung’, Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia
[Preprint].
Soelistijo, S., Suastika, K., Lindarto, D., Decroli, E., Permana, H., Sucipto, K.W.,
Kusnadi, Y., Budiman, Ikhsan, R., Sasiarini, L., Sanusi, H., Nugroho, K.H.
and Susanto, H. (2021) ‘Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes
Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia 2021’, Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia [Preprint]. Available at: www.ginasthma.org.
Studenski, S., Perera, S., Patel, K., Rosano, C., Faulkner, K., Inzitari, M., Brach, J.,
Chandler, J., Cawthon, P., Connor, E.B., Nevitt, M., Visser, M.,
Kritchevsky, S., Badinelli, S., Harris, T., Newman, A.B., Cauley, J.,
Ferrucci, L. and Guralnik, J. (2011) ‘Gait speed and survival in older adults’,
JAMA, 305(1), pp. 50–58. Available at:
https://doi.org/10.1001/jama.2010.1923.
Sugimoto, K., Ikegami, H., Takata, Y., Katsuya, T., Fukuda, M., Akasaka, H.,
Tabara, Y., Osawa, H., Hiromine, Y. and Rakugi, H. (2021) ‘Glycemic
Control and Insulin Improve Muscle Mass and Gait Speed in Type 2
Diabetes: The MUSCLES-DM Study’, Journal of the American Medical
Directors Association, 22(4), pp. 834-838.e1. Available at:
https://doi.org/10.1016/j.jamda.2020.11.003.
Sun, H., Saeedi, P., Karuranga, S., Pinkepank, M., Ogurtsova, K., Duncan, B.B.,
46
Stein, C., Basit, A., Chan, J.C.N., Mbanya, J.C., Pavkov, M.E.,
Ramachandaran, A., Wild, S.H., James, S., Herman, W.H., Zhang, P.,
Bommer, C., Kuo, S., Boyko, E.J. and Magliano, D.J. (2022) ‘IDF Diabetes
Atlas: Global, regional and country-level diabetes prevalence estimates for
2021 and projections for 2045’, Diabetes Research and Clinical Practice,
183, p. 109119. Available at:
https://doi.org/10.1016/j.diabres.2021.109119.
Takayanagi, N., Sudo, M., Yamashiro, Y., Chiba, I., Lee, S., Niki, Y. and Shimada,
H. (2022) ‘Predictivity of daily gait speed using tri-axial accelerometers for
two-year incident disability among Japanese older adults’, Scientific
Reports, 12(1), pp. 1–9. Available at: https://doi.org/10.1038/s41598-022-
14304-9.
Tarigan, T.J.E., Yunir, E., Subekti, I., Pramono, L.A. and Martina, D. (2015)
‘Profile and analysis of diabetes chronic complications in outpatient
diabetes clinic of Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta’, Medical Journal
of Indonesia, 24(3), pp. 156–162. Available at:
https://doi.org/10.13181/mji.v24i3.1249.
Verghese, J., Holtzer, R., Lipton, R.B. and Wang, C. (2009) ‘Quantitative gait
markers and incident fall risk in older adults’, Journals of Gerontology -
Series A Biological Sciences and Medical Sciences, 64(8), pp. 896–901.
Available at: https://doi.org/10.1093/gerona/glp033.
Volpato, S., Bianchi, L., Lauretani, Fulvio, Lauretani, Fabrizio, Bandinelli, S.,
Guralnik, J.M., Zuliani, G. and Ferrucci, L. (2012) ‘Role of muscle mass
and muscle quality in the association between diabetes and gait speed’,
Diabetes Care, 35(8), pp. 1672–1679. Available at:
https://doi.org/10.2337/dc11-2202.
Vongsirinavarat, M., Mathiyakom, W., Kraiwong, R. and Hiengkaew, V. (2020)
‘Fear of Falling, Lower Extremity Strength, and Physical and Balance
Performance in Older Adults with Diabetes Mellitus’, Journal of Diabetes
Research, 2020, pp. 11–14. Available at:
https://doi.org/10.1155/2020/8573817.
47
Lampiran 1
FORM INFORMATION FOR CONSENT
Penjelasan Penelitian untuk Disetujui (Information for consent)
Kami mengundang Bpk/Ibu untuk ikut serta dalam penelitian yang berjudul:
Faktor yang Berhubungan dengan Kecepatan Berjalan pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 Usia Lanjut. Bagi Bpk/Ibu sebelum memutuskan untuk ikut serta
atau tidak, penting untuk mengerti mengapa penelitian ini dilakukan dan dapat
mempengaruhi Bpk/Ibu. Mohon luangkan waktu Bpk/Ibu untuk membaca
informasi berikut ini dan diskusikan dengan keluarga atau kerabat. Setelah semua
pertanyaan anda terjawab dan tim dokter peneliti telah menjelaskan kepada anda
dengan memuaskan dan anda memutuskan ikut serta, maka anda akan diminta
untuk menandatangani formulir persetujuan yang terlampir di halaman akhir
dokumen ini, disaksikan oleh dokter yang menjelaskan penelitian ini.
A. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kontrol
glikemik (HbA1c), lama terdiagnosis DM tipe 2, neuropati perifer, fungsi kognitif,
massa otot, kekuatan otot, level aktivitas fisik, dan ketakutan akan jatuh (fear of
falling) dengan kecepatan berjalan pada pasien DM tipe 2 usia lanjut.
48
C. Metode dan prosedur kerja penelitian
Penelitian ini dikerjakan dengan wawancara, pemeriksaan fisik, dan
mengambil sampel darah Bpk/Ibu 1 kali sebanyak 5 ml yang dikerjakan oleh tenaga
terlatih, kemudian dilakukan pengamatan beberapa saat untuk melihat apakah ada
atau tidak efek samping berupa nyeri atau lebam pada bekas tusukan untuk
diberikan penanganan medis yang memadai. Bpk/Ibu tidak mendapatkan tindakan
medis yang bersifaat membahayakan/invasif.
Langkah kerja:
1. Peneliti mendatangi Bpk/Ibu atau keluarga atau pihak yang bertanggung jawab
dan melakukan penjelasan penelitian untuk disetujui (informed consent)
2. Tenaga terlatih mengambil sampel darah anda sesuai prosedur cara pengambilan
sampel yang telah dijelaskan di atas.
3. Peneliti melakukan wawancara pada Bpk/Ibu atau pihak yang bertanggung
jawab untuk memperoleh identitas dan data medis seperlunya, kemudian data
identitas akan disamarkan dengan kode angka tertentu agar terjamin
kerahasiaannya.
49
G. Jaminan kerahasiaan
Data penelitian, terutama identitas Bpk/Ibu hanya diketahui oleh peneliti
dengan menyamarkan identitas anda dengan kode angka tertentu sehingga
kerahasiaan dapat terjaga.
Surabaya, ………………………2023
Subjek penelitian / Wali Yang Memberi Penjelasan
(……………………………) (…….………………………)
Saksi dari pihak subjek penelitian Saksi dari pihak peneliti
50
Lampiran 2
Demikian persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.
Surabaya, ………………………2023
Yang Membuat Pernyataan
(……………………………)
Saksi 1 Saksi 2
(……………………………) (…….………………………)
51
Lampiran 3
Demikian lembar pengunduran diri ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa
paksaan.
Surabaya, ………………………2023
Yang Membuat Pernyataan
(……………………………)
Saksi 1 Saksi 2
(……………………………) (…….………………………)
52
Lampiran 4a
PERSETUJUAN
untuk dilakukan tindakan medis berupa pemeriksaan fisik yang terdiri dari (1)
pemeriksaan monofilamen, (2) pengukuran massa otot, (3) pengukuran kekuatan
otot, dan (4) pengukuran kecepatan berjalan, pada penelitian dengan judul: “Faktor
yang Berhubungan dengan Kecepatan Berjalan pada Pasien Diabetes Melitus
Tipe 2 Usia Lanjut”.
Demikian persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.
Surabaya, ………………………2023
Yang Membuat Pernyataan
(……………………………)
Saksi 1 Saksi 2
(……………………………) (…….………………………)
53
Lampiran 4b
LEMBAR PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS
PERSETUJUAN
untuk dilakukan tindakan medis berupa pengambilan darah, pada penelitian dengan
judul: “Faktor yang Berhubungan dengan Kecepatan Berjalan pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 Usia Lanjut”.
Demikian persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.
Surabaya, ………………………2023
Yang Membuat Pernyataan
(……………………………)
Saksi 1 Saksi 2
(……………………………) (…….………………………)
54
Lampiran 5
Nama :
Jenis kelamin / Suku :
Tempat / tanggal lahir :
Umur :
Alamat :
No telp :
Pengasuh : Hubungan dg pengasuh:
No telp pengasuh :
Nama pasangan :
Usia pasangan :
Jumlah anak dan cucu :
55
Riwayat MRS (opname) 1 Tidak
2 Ya, berapa kali?.........................................
diagnosis.......................................................
Riwayat konsumsi obat/ 1 Tidak
jamu/suplemen selama 1 2 Ya
minggu terakhir
OBAT-OBATAN/JAMU/SUPLEMEN
Mohon tuliskan nama obat, bentuk, sediaan (tablet/kapsul, sirup, krim, injeksi, tetes, spray)
serta dosis pemakaian seluruh obat yang anda konsumsi selama 1 minggu terakhir ini.
1 6
2 7
3 8
4 9
5 10
56
Lampiran 6
57
Lampiran 7
Hasil handgrip I:
Hasil handgrip II:
Hasil handgrip III:
Hasil handgrip tertinggi:
58
Lampiran 8
59
Lampiran 9
60
Lampiran 10
61