Anda di halaman 1dari 57

EFEKTIVITAS ABDOMINAL STREACHING TERHADAP

PENURUNAN NYERI DISMINORHE PADA REMAJA PUTRI


DI SMPN 2 MAMOSALATO MOROWALI UTARA

PROPOSAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Kebidanan


pada Program Studi Sarjana Kebidanan

Disusun Oleh:

HASMA YAKUP
NIM : 12120321032

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI UTAMA PATI
2022

i
HALAMAN PERSETUJUAN

EFEKTIVITAS ABDOMINAL STREACHING TERHADAP


PENURUNAN NYERI DISMINORHE PADA REMAJA PUTRI
DI SMPN 2 MAMOSALATO MOROWALI UTARA

PROPOSAL SKRIPSI

DISUSUN OLEH

HASMA YAKUP
NIM : 12120321032

Telah Memenuhi Persyaratan Dan Disetujui Untuk Mengikuti Uji Proposal


Proposal Program Studi Sarjana Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Utama Pati

Tanggal : ……………………………………………

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Nama : Yuli Irnawati, S,Si,T.,M.Kes Nama : Nurul Fatimah, S.Tr.Keb.,M.K.M


NPP : - NPP : -

ii
HALAMAN PENGESAHAN

EFEKTIVITAS ABDOMINAL STREACHING TERHADAP


PENURUNAN NYERI DISMINORHE PADA REMAJA PUTRI
DI SMPN 2 MAMOSALATO MOROWALI UTARA

PROPOSAL SKRIPSI

DISUSUN OLEH
HASMA YAKUP
NIM : 12120321032

Telah Dipertahankan di Depan Penguji dan Disetujui


Untuk Melakukan Penelitian

Tanggal : ……………………………………………
Penguji 1 Penguji 2

Nama ......................... Nama ............................


NPP : Mengesahkan, NPP
Ketua
Program Study Sarjana Kebidanan

Nama............................
NPP

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis hanturkan atas berkat dan rahmat Allah SWT
sehingga Penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul
“Efektivitas Abdominal Streaching Terhadap Penurunan Nyeri Disminorhe Pada
Remaja Putri Di Smpn 2 Mamosalato Morowali Utara” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan pembuatan proposal penelitian ini adalah untuk menyusun
tugas akhir Sekripsi sebagai syarat kululusan dalam studi Sarjana Kebidanan di
Stikes Bakti Utama Pati tahun ajaran 2021/2022.
Banyak hal yang mendukung sehingga proposal ini dapat selesai dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada semua
pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil. Ucapan
terimakasih ini penulis tujukan kepada :
1. Ibu Irfana Tri Wijayanti., S.Si.T., M.Kes.,M.Keb. selaku ketua stikes bakti

utama pati sekaligus.

2. Ibu Ana Rofika, S.S.T., M.Kes. selaku ketua prodi sarjana kebidanan stikes

bakti utama pati.

3. Yuli Irnwati, S.Si.T., M.Kes. Selaku Pembimbing utama yang telah

membimbing dan memberikan pembelajaran terkait Proposal sekripsi saya.

4. Nurul Fatimah, S.Tr,Keb.,M.K.M. Selaku Pembimbing Kedua yang telah

membimbing dan memberikan pembelajaran terkait proposal sekripsi saya.

5. Keluarga yang selalu mendukung dan memberikan semangat

6. Teman-teman angkatan 2022 di Stikes bakti Utama Pati serta teman-teman di

tempat bekerja UPT Puskeesmas Indo Lijo yang selalu memberikan dukungan

moril.

Penulis menyusun proposal penelitian ini telah berusaha menyelesaikan

dengan baik, namun penulis menyadari bahwa proposal ini masih banyak

iv
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari

pembacauntuk menyempurnakan kekurangan dalam penyusunan proposal

penelitian ini.

Akhir kata penulis berharap semoga proposal ini berguna bagi para

pembaca dan pihak lain yang berkepentingan.

Morowali Utara, 10 Oktober 2022

Penulis

v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii
KATA PENGANTAR......................................................................................... iv
DAFTAR ISI........................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian............................................................................... 5
D. Manfaat.............................................................................................. 5
E. Keaslian Penelitian............................................................................ 6
F. Lokasi Dan Waktu Peneltian ............................................................ 7
BAB II TINJAUAN TEORI................................................................................ 8
A. Tinjauan Teoritis................................................................................ 8
1. Remaja Putri................................................................................. 8
2. Nyeri Disminore........................................................................... 10
3. Abdominal Streching.................................................................... 23
B. Kerangka Teori.................................................................................. 28
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 29
A. Kerangka Konsep ............................................................................... 29
B. Hipotesis ............................................................................................. 29
C. Rancangan Penelitian.......................................................................... 30
D. Variabel Peneltian .............................................................................. 30
E. Definisi Oprasional ............................................................................. 31
F. Lokasi Dan Waktu Penelitian.............................................................. 32
G. Populasi, Sampel Dan Teknik Sampling ............................................ 33
H. Alat Ukur Penelitian ........................................................................... 34
I. Uji Validitas Dan Reabilitas ............................................................... 35
vi
J. Jenis Data Dan Pengumpulan Data .................................................... 36
K. Metode Pengolahan ............................................................................ 36
L. Analisa Data ....................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 39
LAMPIRAN

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2 Kerangka Teori.............................................................................28

Gambar 3.1 Kerangka Konsep..........................................................................29

viii
DAFTAR TABEL

Gambar 2.1 Tabel Keaslian Penelitian.............................................................6

Gambar 2.1 Skala Nyeri FLACC Scale............................................................23

Gambar 3.1 Tabel Definisi oprasional..............................................................31

ix
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa
yang berusia antara 10-19 tahun. Berdasarkan sifat dan ciri perkembangan
masa remaja dibagi menjadi 3 tahap yaitu masa remaja awal 10-12 tahun, masa
remaja tengah 13-15 tahun, dan masa remaja akhir 16-19 tahun (Ramadani,
2014). Remaja mengalami perubahan dalam tiga aspek yaitu perkembangan
psikososial yang menyatakan bahwa remaja berusaha untuk mencari jati diri,
perkembangan kognitif yang merupakan kemampuan berfikir dan perubahan
fisik (Ferry, 2009 dalam, Ofiana Lestri 2019).
Perubahan fisik pada remaja terjadi karena perubahan hormonal yang
mengakibatkan adanya tanda-tanda pubertas. Perubahan fisik pada remaja juga
ditandai dengan percepatan pertumbuhan yang dapat dilihat dari pertambahan
tinggi badan yang mencapai 90% sampai 95%, kenaikan berat badan yang
mencapai 59% dan adanya pertambahan jaringan lemak karena adanya
perubahan hormonal dalam tubuh (Soetjiningsih, 2010). Salah satu perubahan
fisik/biologis adalah remaja putri mulai mengalami menstruasi/haid
(Kumalasari & Iwan, 2012).
Menstruasi merupakan proses pelapisan dinding rahim yang disertai
dengan pendarahan yang terjadi secara berulang setiap bulan, kecuali pada
saat kehamilan terjadi. Hari pertama terjadinya menstruasi dihitung sebagai
awal setiap siklus menstruasi (hari ke-1). Menstruasi akan terjadi selama 3-7
hari. Hari terakhir menstruasi adalah waktu berakhir sebelum mulai siklus
menstruasi berikutnya. Rata-rata perempuan mengalami siklus menstruasi
selama 21-40 hari. Hanya sekitar 15% perempuan yang mengalami siklus
menstruasi selama 28 hari (Wulandari, 2012).
Keluhan-keluhan yang sering muncul pada saat menstruasi adalah mudah
tersinggung, gelisah, sukar tidur, gangguan konsentrasi, payudara mengalami
pembesaran dan gangguan yang berkenaan dengan masa haid berupa
dismenore (Manuaba & Gede, 2009 dalam Ofian Lestari 2019).
Dysmenorrhea adalah kata yang berasal dari bahasa Yunani dan berarti
siklus haid yang sulit. Dysmenorrhea : dys yang berarti sulit, nyeri, abnormal,
meno berarti bulan, dan rrhea berarti aliran (Gerzson, dkk., 2014) . Kumalasari
(2016), dismenore atau nyeri haid adalah salah satu ketidak nyamanan yang
sering dialami oleh perempuan. Keluhan yang dirasakan biasanya adalah
merasa nyeri pada perut bagian bawah dan menjalar sampai ke punggung
serta paha yang disebut nyeri haid atau dismenore. Hal ini terjadi karena
ketidak seimbangan hormon progesteron, prostaglandin, dan vasopresin.
Peningkatan dari hormon ini akan menyebabkan otot uterus berkontraksi
sehingga akan menimbulkan nyeri yang akan berlangsung selama beberapa
jam bahkan pada beberapa kasus dapat bertahan sampai dengan beberapa
hari.
Dysmenorrhea atau dismenore dalam bahasa Indonesia berarti nyeri pada
saat haid. Hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak pada perut
bagian bawah saat haid. Namun, istilah dismenore hanya dipakai bila nyeri
begitu hebat sehingga mengganggu aktivitas dan memerlukan obat-obatan
(Sukarni & Margareth, 2013 dalam Purba, dkk, 2014).
Menurut Proverawati dan Misaroh, menstruasi yang terjadi pada usia remaja
awal (early adolescent) memang cenderung tidak teratur (irregular), namun
seiring bertambahnya usia, menstruasi akan menjadi teratur. Remaja awal
terjadi pada usia 10-15 tahun, sehingga pada usia tersebut remaja sedang
berada dalam jenjang pendidikan SMP dan sederajatnya (Verany Ayu, 2017).
Angka kejadian nyeri haid di dunia sangat tinggi. Rata-rata lebih dari 50%
perempuan disetiap Negara mengalami nyeri haid. Di Amerika Serikat,
ssprevalensi nyeri haid diperkirakan 45-90 %. Insiden nyeri haid pada remaja
dilaporkan sekitar 92%. Dari Swedia yang melaporkan nyeri haid pada 90%
wanita yang berusia kurang dari 19 tahun dan 67% wanita yang berusia 24
tahun (Mona, 2015). Prevalensi dismenore di Indonesia sebesar 64% yang terdiri

2
dari 54,89% dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder (Ernawati, Arifin, &
Bustan, 2019).
Sekitar 70-90% kasus nyeri haid terjadi saat usia remaja dan sekitar 10%
remaja yang mengalami nyeri haid akan mempengaruhi aktivitas akademik
dan sosialnya. Upaya remaja tersebut untuk mengatasi nyeri dengan
berkonsultasi dengan dokter dan minum obat – obatan bebas. Tetapi masih
banyak wanita yang sungkan pergi ke dokter untuk melakukan pemeriksaan.
Wanita yang mengalami dismenore tanpa patologis pelvis sebesar 50%. Wanita
tidak mampu beraktivitas 1-3 hari setiap bulan karena nyeri hebat dan tidak
masuk sekolah ada 25%(mona, 2015).
Terdapat beberapa terapi yang dapat dilakukan untuk mengurangi
dismenorea, baik terapi farmakologis maupun terapi non farmakologis. secara
farmakologis nyeri dapat ditangani dengan terapi analgesik yang merupakan
metode paling umum digunakan untuk menghilangkan nyeri. terapi ini dapat
berdampak ketagihan dan akan memberikan efek samping obat yang berbahaya
bagi pasien sedangkan terapi nonfarmakologis meliputi kompres hangat,
kompres dingin, masase lembut pada daerah perut, olahraga seperti senam
dismenorea, distraksi musik. Terapi nonfarmakologi dianggap lebih efektif
karena tidak menimbulkan efek samping (Verany Ayu, 2017).
Latihan fisik (exercise) sangat dianjurkan untuk mengatasi dismenorhea
dan exercise lebih aman dan tidak mengandung efek samping karena
menggunakan proses fisiologis tubuh. Penelitian menunjukkan bahwa latihan
fisik memicu tubuh untuk menghasilkan endhorphin, opiate alami yang
meningkatkan perasaan sejahtera selain itu mengurangi nyeri (Daley, 2008).
Salah satu cara exercise untuk menurunkan nyeri haid adalah melakukan senam
abdominal stretching, yang merupakan suatu latihan peregangan otot terutama
pada perut yang dilakukan selama 10 menit. Senam ini dirancang khusus untuk
meningkatkan kekuatan otot daya tahan, dan fleksibilitas, sehingga diharapkan
dapat mengurangi nyeri haid (Thermacare, 2010), dapat meningkatkan
kebugaran, mengoptimalkan daya tangkap, meningkatkan mental dan relaksasi
fisik, meningkatkan perkembangan kesadaran tubuh, mengurangi ketegangan

3
otot (kram otot), mengurangi nyeri otot dan mengurangi saat menstruasi (Alter,
2008 dalam Dewi Andria N, dkk, 2018).
Pengaruh melakukan Abdomonal Streching terbukti dapat menurunkan
nyeri disminore seperti yang dibuktikan dalam peneltian yang dilakukan oleh
Dewi Andariya Ningsih, dkk pada tahun 2018 dalam penelitian yang berjudul
Pengaruh senam Abdominal Stretching terhadap Efektifitas Penurunan Nyeri
Dismenorhea Primer Pada Remaja Putri di MA Al-Amiriyyah Blokagung Hasil
penelitian diperoleh nilai signifikan 000 (p< 0,05) artinya terdapat pengaruh
yang bermakna senam abdominal stretching terhadap efektifitas penurunan
nyeri dismenorhea primer.
Dalam penelitian lain yang di lakukan Intan Okta Kusuma, yang berjudul
Pengaruh Abdominal Stretching Exercise Dan Relaksasi Nafas Dalam
Terhadap Penurunan Skala Nyeri Dismenore di SMA Negeri 3 Samarinda
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa hasil uji statistic menggunakan
Paired T-Test, uji Abdominal stretching exercise pada kelompok 1 dengan nilai
p = 0,001 dan relaksasi nafas dalam pada kelompok 2 dengan nilai p = 0,003.
Terlihat bahwa abdominal stretching exercise dan relaksasi nafas dalam dapat
menurunkan skala nyeri dismenore namun saat dibandingkan antara abdominal
stretching exercise dan relaksasi nafas dalam tidak ditemukan perbedaan yang
bermakna dikarenakan kedua intervensi ini sama-sama efektif dalam
menurunkan skala nyeri dismenore.
Latihan abdominal stretching disarankan untuk digunakan remaja dan
sebagai bagian dari intervensi kebidanan untuk mengatasi dismenorhea.
Abdominal stretching merupakan salah satu bentuk relaksasi dari teknik relaksasi yang
dapat menurunkan nyeri dengan cara merelaksasikan otot-otot yang mengalami
spasme yang disebabkan oleh peningkatkan prostaglandin sehingga terjadi vasodilatasi
pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran darah ke daerah yang mengalami
spasme dan iskemik (Windastiwi, 2017).
Di SMPN 2 Mamosalato Morowali Utara terdapat 30 total remaja putri, 22
diantaranya mengalami nyeri saat menstruasi. Di SMPN 2 Mamosalato
terdapat 30 siswa putri dengan jumlah siswa yang mengalami disminore 22

4
orang. Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada remaja putri yang
berusia 12-18 tahun di SMPN 2 Mamosalato dengan membagikan kuisioner
pada 10 remaja putri, didapatkan data bahwa penanganan yang dilakukan untuk
mengurangi nyeri haid dengan obat analgesik sebanyak 2 orang, Menggunakan
aroma terapi 1 orang, minum air hangat 2 orang, dibiarkan dan tidur saja
sebanyak 5 orang sedangkan untuk latihan fisik terutama latihan abdominal
stretching tidak pernah dilakukan.
Berdasarkan studi pendahuluan di atas penelti tertarik melakukan penelitian
tentang Evektifitas Abdominal Sterching Terhadap Penurunan Nyeri
Disminore Pada Remaja Putri Di SMPN 2 Mamosalato Kab. Morowali Utara
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas tentang Latihan abdominal
stretching terhadap intensitas nyeri dismenorea pada remaja putri, maka
peneliti merumuskan pernyataan : “Bagaimana efektivitas abdominal
stretching terhadap penurunan dismenorea pada remaja putri di SMPN 2
MAMOSALATO”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas latihan abdominal
stretching terhadap penurunan intensitas nyeri haid (dismenorea) remaja
putri di SMPN 2 MAMOSALATO”
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui nyeri disminore pada remaja putri sebelum diberikan latihan
abdominal streching.
b. Mengetahui nyeri disminore pada remaja putri setelah diberikan latihan
abdominal streching.
c. Menganalisis perbedaan nyeri disminore pada remaja putri sebelum dan
setelah diberikan latihan Abdominal straching.
D. Manfaat
1. Bagi Ilmu Pengetahuan

5
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memperkaya khasanah
ilmu pengetahuan di bidang kesehatan khususnya kebidanan yang
berkaitan dengan efektivitas abdominal streatcing pada dismenore remaja
putri
2. Bagi Pasien
Penelitian ini diharapkan dapat membantu pasien dalam menangani
keluhan nyeri haid dengan abdominal streatcing.
3. Bagi Peneliti
Mempunyai pengalaman dan tambahan ilmu pengetahuan serta
hasil dari penelitian ini digunakan sebagai dasar untuk penelitian
selanjutnya
4. Bagi Pendidikan
Untuk institusi pendidikan agar memberikan masukan mengenai
efektivitas abdominal streatcing pada dismenore remaja putri.

E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1
Penelitian terkait dengan Evektivitas Abdominal Stereching Terhadap
Penurunan Nyeri Disminorhe Pada Remaja Putri Di SMPN 2 Mamosalato
Morowali Utara
NO PENELITIAN METODE VARIABEL HASIL
1 Efektifitas Metode: Quasi Variabel 1. Teknik pengambilan sampel
Senam eksperimen Depanden : simple random sampling.
Dismenore Dan dengan Two Nyeri Jumlah sampel dalam
Abdominal Group Pre-test Disminore penelitian ini yaitu 22 orang,
Stretching and Post-test Non Variabel 11 orang kelompok senam
Terhadap Equivalent independen : dismenore dan 11 orang
Dismenore Di Control Group Senam kelompok abdominal
Sma N 1 Desain. Disminore stretching.
Dukun dan 2. Hasil: Hasil uji Wilcoxon
Kabupaten Abdominal kelompok senam dismenore
Magelang Strching p = 0,003 (p < 0,05) dan
Tahun 2019. kelompok abdominal
stretching p = 0,003 (p <
0,05), hal ini menunjukkan
bahwa kedua perlakuan
memiliki pengaruh terhadap

6
penurunan dismenore.

Tabel 1.1
Penelitian terkait dengan Evektivitas Abdominal Stereching Terhadap Penurunan Nyeri
Disminorhe Pada Remaja Putri Di SMPN 2 Mamosalato Morowali Utara (lanjutan)

NO PENELITIAN METODE VARIABEL 3. HASIL


2 Pengaruh Metode Penelitian Variabel 1. teknik pengambilan sampel
Pemberian ini adalah Depanden : yng digunakan adalah
Latihan penelitian Nyeri Haid purposive sampling.
Abdominal kuantitatif dengan (Disminore) 2. Hasil penelitian
Stretching desain penelitian remaja putri menunjukkan sebelum
Terhadap quasy eksperimen Variabel dilakukan latihan abdominal
Penurunan dengan independen : streatching sebagian besar
Intensitas Nyeri pendekatan Abdominal menglami nyeri sedang
Haid pretest-posttest Strching sebanyak 10 mahasiswi
(Disminore) with control group (66,7%), setelah diberikan
Pada Remaja perlakuan menjadi tidak
Putri Stikes nyeri sebanyak 9 mahasiswi
Madani (60%) dan diperoleh p value
Yogyakarta 0,000 (<0,05).
2018
3. Latihan Metode; jenis Variabel 1. Total sampel adalah
Abdominal penelitian quasi Depanden : sebanyak 130 responden
Stretching eksperimen Nyeri haid remaja putri, dibagi menjadi
Menurunkan dengan rancangan remaja putri 2 grup, yaitu kelompok
Tingkat Nyeri control group Variabel intervensi dan kelompok
Haid Remaja design pre-test independen : kontrol.
Putri Di Sman and post-test. Abdominal 2. Hasil penelitian
3 Brebes 2018 Strching menggunakan uji Wilcoxon
diperoleh nilai signifikan
0,000 (p<0,005) yang artinya
terdapat pengaruh yang
bermakna latihan abdominal
stretching terhadap tingkat
nyeri haid (dismenore) pada
remaja putri.
Tambahkan uraian perbedaan penelitian kamu dengan yg lain
F. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian:
1. Lingkup Materi :
7
Dalam lingkup kesehatan wanita yaitu efektivitas abdominal streatcing
pada dismenore remaja putri.
2. Lingkup Tempat :
SMPN 2 Mamosalato, Kabupaten Morowali Utara.
3. Lingkup Responden :
Remaja putri di SMPN 2 Mamosalato, Kabupaten Morowali Utara.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. TINJAUAN TEORI
1. Remaja Putri
a. Definisi Remaja
Secara etiomilogi, remaja berarti tumbuh menjadi dewasa. Defenisi
remaja (adolescence) menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah
periode usia antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan perserikatan bangsa
bangsa (PBB) menyebut kaum muda (youth) untuk usia antara 15 sampai
24 tahun. Sementara itu, menurut the health resources and services
adminisstrations guidelins amerika serikat, rentang usia remaja adalah
11-21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahap, yaitu remaja awal (18-21
tahun). Defenisi ini kemudian disatukan dalam terminology kaum muda
(young people) yang mencakup usia 10-24 tahun. Masa remaja
merupakan masa peralihan masa anak-anak kemasa dewasa, yang
meliputi semua perkembangan yang dialamai sebagai persiapan
memasuki masa dewasa, Gunarsa,1968. (kusmiran eny, 2019).
b. Klasifikasi Remaja
Batasan usia pada remaja adalah 12 tahun sampai usia 21 tahun,
sedangkan batasan pada remaja akhir adalah usia 17 tahun sampai
21 tahun (Paramitasari, dkk, 2012).
Sarwono (2006:204, dalam verany ayu 2017) menyatakan pada proses
penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada 3 tahap perkembangan remaja
yaitu:
8
1) Remaja awal (early adolescence)
Tahapan usia remaja awal ini antara usia 12-15 tahun. Pada
tahap ini remaja masih terheran-heran akan perubahan-perubahan
yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang
menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran
pikiran baru dan adanya ketertarikan terhadap lawan jenis.
2) Remaja madya (middle adolescence)
Tahapan usia remaja awal ini antara usia 15-18 tahun. Pada
tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan dan adanya
kecederungan untuk narsistik. Selain itu, pada tahap ini, remaja juga
berada dalam kondisi kebingungan karena dia tidak tahu harus
memilih yang mana : peka atau tidak peduli : ramai-ramai atau
sendiri, idealis atau matrealis dan sebagainya. Remaja pria harus
membebaskan diri dari Oedipus complex dengan cara
mempererat hubungan dengan kawan-kawan dari lawan jenis.
3) Remaja akhir (late adolescence)
Tahap ini adalah masa konsolidasi melalui periode dewasa dan
ditandai dengan pencapaian dibawah ini :
a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelektual.
b) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain
dan pengalaman baru.
c) Terbentuk identitas sosial yang sudah tidak akan berubah lagi.
d) Egosentrisme diganti dengan keseimbangan antara kepentingan
diri sendiri dan orang lain.
e) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya dan
masyarakat umum.
c. Ciri-Ciri Kejiwaan Dan Psikososial Remaja
1) Usia Remaja Muda (12-15 tahun)
a) Sikap Protes Terhadap Orang Tua

9
Remaja pada usia ini cenderung tidaak menyetujui nilai-nilai hidup
orang tuanya, sehingga sering menunjukkan sikap protes terhadap
orangtua.
b) Preokupasi Dengan Badan Sendiri.
Tubuh seorang remaja pada usia ini mengalami perubahan yang
cepat sekali. Perubahan perubahan ini menjadi perhatian khusus
bagi diri remaja.

c) Kesetiakawanan Dengan Kelompok Seusia.


Para remaja pada kelompok unir ini merasakan keseterikatan dan
kebersamaan dengan kelompok usia dalam upaya mencari
kelompok senasib. Hal ini tercermin dalam cara berperilaku sosial.
d) Kemampuan Untuk Berpikir Secara Abstrak Daya Kiema.
Daya kemampuan berpikir seorang remaja mulai berkembang dan
dimanifestasikan dalam bentuk diskusi untuk mempertajam
kepercayaan diri.
e) Perilaku Yang Labil Dan Berubah Ubah.
f) Remaja sering memperlihatkan perilaku yang berubah ubah. Pada
suatu waktu tampak bertanggung jawab, tetapi dalam waktu lain
tampak masa bodoh dan tidak bertanggung jawab.
2) Usia Remaja Penuh (16-19 Tahun) Kebebasan Dari Orangtua
a) Dorongan untuk menjauhkan diri dari orangtua menjadi realitas.
Remaja mula merasakan kebebsan, tetapi juga merasakan kurang
menyenangkan.
b) Ikatan terhadap pekerjaan atau tugas.
Seringkali remaja menunjukan minat pada suatu tugas tertentu yang
ditekuni seccara mendalam.
c) Pengembangan nilai morang dan etis yang mantap.
Remaja mulai menyusun nilai-nilai moral dan etis sesuai dengan
cita-cita.
d) Pengembangan hubungan cinta pribadi yang labil.
10
Adanya tokoh panutan atau hubungan cinta yang stabil
menyebabkan terbentuknya kestabilan diri remaja.
e) Penghargaan kembali kepada orangtua dalam kedudukan yang
sewajarnya
2. Nyeri Haid
a. Pengertian Haid
Siklus haid normal adalah 28 hari, meskipun siklus yang normal
bervariasi antara 22 dan 36 hari (Lamina, dkk, 2013). Keluarnya darah
per vaginam secara siklik sebulan sekali pada seorang wanita, dengan
darah ± 50cc, lama 3-5 hari, darah sulit membeku, tidak ada rasa
sakit (Lukluk, dkk, 2013).
Pendapat lain menyatakan, siklus haid normal rata–rata 28 hari,
tetapi siklus juga bisa mencapai 33 hari atau bahkan lebih pendek yaitu
26 hari. Ketika stres terjadi siklus haid bisa memendek yaitu kurang dari
21 hari per siklusnya atau bisa disebut dengan polimenorea, juga bisa
memperpanjang yaitu lebih dari 35 hari per siklusnya disebut dengan
oligomenarea. Bisa juga terlambat lebih dari tiga bulan berturut-turut
disebut dengan amenorea (Mesarini, dkk, 2013).
b. Pengertian Dismenore.
Dismenore adalah kata yang berasal dari bahasa Yunani dan
berarti siklus haid yang sulit (Gerzson, dkk., 2014). Dismenore adalah
keadaan haid dengan rasa nyeri yang menyertai ovulasi dan tidak
berhubungan dengan penyakit pelvik (Kowalak, 2014).
Anwar, (2011) Dismenore adalah nyeri saat haid, biasanya dengan
rasa kram dan terpusat di abdomen bawah. Keluhan nyeri dapat terjadi
bervariasi mulai dari yang ringan sampai berat. Seperti diketahui haid
hampir selalu diikuti dengan rasa mulas/nyeri. Namun, yang dimaksud
dengan dismenore pada topik ini adalah nyeri haid sampai menyebabkan
perempuan tersebut datang berobat ke dokter atau mengobati dirinya
sendiri dengan obat anti nyeri.

11
Wilkins, (2012) Dismenore adalah menstruasi yang nyeri yang
tidak disebabkan penyakit panggul, keluhan ginekologis yang paling
sering, gangguan primer yang dimulai sejak 6 bulan hingga 12 bulan
setelah awitan ovulasi, gangguan sekunder yang biasanya dimulai antara
usia 20 dan 30 tahun, tetapi terjadi kapan saja setelah menarce.
Kowalak, (2014) Dismenore adalah keadaan haid dengan rasa
nyeri yang menyertai ovulasi dan tidak berhubungan dengan penyakit
pelvik. Adapun menurut Smeltzer, (2013), menstruasi adalah ovum
berdisintegrasi dan membran mukosa yang melapisi uterus
(endometrium), yang telah menebal dan memadat, menjadi hemoragik.
Lapisan teratas sel-sel yang melapisi dan darah yang tampak dalam
rongga uterus dikeluarkan melalui serviks dan vagina (menstruasi) setiap
kurang lebih 28 hari selama tahun-tahun reproduktif. Setelah menstruasi
berhenti, endometrium berproliferasi dan menebal akibat stimulasi
estrogen, ovulasi terjadi lagi, dan siklus dimulai lagi.
Dismenore adalah gangguan ginekologi yang paling umum terjadi
pada wanita usia reproduksi. Istilah dysmenorea ini berasal dari kata
Yunani dys (sulit, menyakitkan atau tidak normal), meno (bulan) dan
rrhea (aliran) (Shah, dkk, 2015). Dismenore adalah kondisi medis yang
terjadi sewaktu haid yang dapat mengganggu aktifitas dan memerlukan
pengobatan. Dismenore ditandai dengan nyeri atau rasa sakit di daerah
perut atau pinggul, nyeri haid yang bersifat kram dan berpusat pada perut
bagian bawah. Nyeri kram yang terasa sebelum atau selama haid bisa
juga nyeri pada pantat. Rasa nyeri pada bagian dalam perut, mual,
muntah, diare, pusing atau bahkan pingsan (Rustam, 2014).
Dismenore merupakan perasaan nyeri pada waktu menjelang
haid (2 atau 3 hari sebelum haid). Nyeri haid itu digambarkan berupa
nyeri kejang otot (spasmodik) di perut bagian bawah dan menyebar ke
sisi dalam paha atau bagian bawah pinggang yang menjelang haid atau
selama haid akibat kontraksi otot rahim (Deharnita, dkk, 2014).

12
Menurut (Pratiwi 2011 dalam ), nyeri haid dibagi menjadi dua jenis
yaitu:
1) Nyeri haid primer, timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri
dengan berjalannya waktu, dengan lebih stabilnya hormon tubuh atau
perubahan posisi rahim setelah menikah atau melahirkan. Nyeri haid
ini adalah normal, namun dapat berlebihan apabila dipengaruhi oleh
faktor fisik dan psikis seperti stress, shock, penyempitan
pembuluh darah, penyakit yang menahun, kurang darah, kondisi
tubuh yang menurun, atau pengaruh hormon prostaglandine. Gejala
ini tidak membahayakan kesehatan (Pratiwi, 2011).
2) Nyeri haid sekunder biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada
penyakit yang datang kemudian. Penyebabnya adalah kelainan atau
penyakit seperti infeksi rahim, kista/polip, tumor sekitar
kandungan, atau kelainan kedudukan rahim yang menetap. Ada juga
yang disebut dengan endometrios, yaitu kelainan letak lapisan dinding
rahim yang menyebar keluar rahim, sehingga apabila menjelang
haid, pada saat lapisan dinding rahim menebal, akan dirasakan sakit
yang luar biasa. Endometriosis ini bisa mengganggu kesuburan
(Pratiwi, 2011).
c. Patogenesis Dismenore
Patogenesis dismenore primer disebabkan karena pelepasan
prostaglandin F2α (PGF2α) dari endometrium pada saat haid. Selama
siklus haid ditemukan penimgkatan dari kadar prostaglandin terutama
PGF2 dan PGE2. Pada fase proleferasi konsentrasi kedua prostaglandin
ini rendah namun pada fase sekresi konsentrasi PGF2 lebih tinggi

dibandingkan dengan konsentrasi PGE2 dimana selama siklus

mestruasi konsentrasi PGF2 akan terus meningkat kemudian menurun


pada masa implentasi window pada beberapa kondisi patologis
konsentrasi PGF2 menurun dan PGE2 pada wanita menorraghia secara

segnifikan lebih tinggi di bandingkan dengan kadar prostaglandin wanita

13
dengan tanpa adanya gangguan haid. Oleh karna itu baik secara normal

maupun pada kondisi patologis prostaglandin mempunyai peran selama

siklus haid. Diketahui bahwa FP yaitu reseptor PGF2 banyak di


temukan di myometrium. Dengan adanya PGF2 akan menimbulkan efek
vasokontriksi dan meningkatkan kontraktilitas otot uterus, sehingga
dengan semakin lamanya kontraksi uterus ditambah adanya efek
vasokontriksi akan menurunkan aliran darah ke otot uterus selanjutnya
akan menyebabkan iskemik pada otot uterus dan akhirnya
menimbulkan rasa nyeri. Dibuktikan juga dengan pemberian
penghambat prostaglandin akan dapat mengurangi rasa nyeri pada

saat haid. Begitu juga dengan PGE2 dimana dalam suatu penelitian

disebutkan bahwa dengan penambahan PGF2 dan PGE2 meningkatkan


derajat rasa nyeri saat haid. Sebelumnya banyak faktor yang dikaitkan
dengan kejadian dismenore, seperti keadaan emosional / psikis, adanya
obstruksi kanalis servikalis, ketidak seimbangan endokrin, dan alergi.
Namun sekarang timbulnya dismenore sering dikaitkan dengan adanya
peningkatan kadar prostaglandin. Dimana diketahui bahwa
prostaglandin mempunyai efek yang dapat meningkatkan
kontraktilitas dari otot uterus. Dan juga prostaglandin mempunyai efek
vasokontriksi yang pada akhirnya dapat menyebabkan iskemi pada
otot uterus yang dapat menimbulkan rasa nyeri. Konsentrasi
prostaglandin selama siklus haid terjadi peningkatan yang bermakna.
Ditemukan kadar PGE2 dan PGF2α sangat tinggi dalam endometrium,
myometrium dan darah haid wanita yang menderita nyeri haid primer
(Fahmi, 2014). Prostaglandin yang tinggi juga berperan dalam
dismenore sekunder. Sejumlah faktor mungkin terlibat dalam
patogenesis dismenore sekunder, yaitu : endometriosis, penyakit
radang panggul, kista ovarium dan tumor, stenosis serviks atau oklusi,
Adenomyosis, Fibroid, Uterine polip, adhesi intrauterin, cacat bawaan
(misalnya, bikornu rahim atau subseptate uterus), Intrauterine
14
kontrasepsi perangkat (AKDR), atau alat kontrasepsi (IUD),
Transverse septum vagina, sindrom kemacetan panggul ( Calis, 2016).
vagina, sindrom kemacetan panggul ( Calis, 2016).
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dismenore
1) Faktor internal
a) Usia
Junizar (2004 dalam Novia & Puspitasari, 2008) menyatakan
bahwa kebanyakan wanita yang biasanya mengalami dismenore
primer pada umumnya berumur 15 – 30 tahun dan paling sering
terjadi dismenore pada usia 15 - 25 tahun yang kemudian kejadian
dismenore ini akan menghilang pada akhir usia 20 tahunan atau
akan menghilang pada usia awal 30 tahunan.
b) Endokrin
Kejang pada dismenore primer disebabkan oleh kontraksi
yang berlebihan. Hal ini disebabkan karena endometrium dalam
fase sekresi memproduksi prostaglandin F2 α yang menyebabkan
kontraksi otot-otot polos. Jika jumlah prostaglandin F2 α berlebih
akan dilepaskan dalam peredaran darah, maka selain dismenore,
dijumpai pula efek umum, seperti diare, nausea, dan muntah
(Lestari 2013).
c) Keturunan
Keturunan merupakan salah satu faktor risiko seorang
wanita untuk terkena atau mengalami dismenore primer.
Dikarenakan terdapat pengaruh riwayat keluarga atau keturunan
dismenore primer terhadap kejadian dismenore primer pula.
Dengan kata lain, untuk responden atau sampel yang
mengalami dismenore primer sebagian besar terjadi pada mereka
yang mempunyai riwayat keluarga atau keturunan dismenore
primer pula. Responden yang mempunyai riwayat keluarga atau
keturunan dismenore primer mempunyai risiko 0,191 kali untuk
terkena dismenore primer dibandingkan dengan responden yang
15
tidak memiliki riwayat keluarga atau keturunan dismenore primer
(Novia & Puspitasari, 2008).
2) Faktor eksternal
a) Faktor Status Gizi
Orang yang mempunyai kelebihan berat badan (overweight)
dapat mengakibatkan nyeri haid karena di dalam tubuh orang yang
mempunyai kelebihan berat badan terdapat jaringan lemak yang
banyak, hal ini mengakibatkan hiperplasi kelenjar reproduksi
wanita (terdesak oleh jaringan lemak) sehingga haid terganggu dan
timbul nyeri (Hartatik, 2015).
Status gizi yang rendah (underweight) dapat diakibatkan
karena asupan makanan yang kurang, termasuk zat besi yang dapat
menimbulkan anemia. Anemia merupakan salah satu faktor
konstitusi yang menyebabkan kurangnya daya tahan tubuh
terhadap rasa nyeri sehingga saat haid dapat terjadi dismenore
Sylvia, dkk, (2006, dalam Sophia, dkk, 2013).
b) Kurang Berolahraga
Kurang atau tidak pernah olahraga akan meningkatkan
kemungkinan terjadinya dismenore primer. Kurang atau tidak
pernah berolah raga menyebabkan sirkulasi darah dan okigen
menurun akibatnya aliran darah dan oksigen menuju uterus
menjadi tidak lancar dan menyebabkan sakit dan produksi
endorphin otak akan menurun dimana akan dapat meningkatkan
stres sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan
dismenore primer (Novia & Puspitasari, 2008).
c) Belum menikah
Belum menikah merupakan salah satu faktor seorang wanita untuk
menderita dismenore primer. Menurunnya kejadian dismenore
primer pada mereka yang pernah menikah disebabkan oleh
keberadaan sperma suami dalam organ reproduksi yang memiliki
manfaat alami untuk mengurangi produksi prostaglandin atau zat
16
seperti hormon yang menyebabkan otot rahim berkontraksi dan
merangsang nyeri saat datang bulan. Jadi pernikahan dengan
ditandai adanya hubungan seksual dan sperma yang masuk ke
rahim dapat menghambat peningkatan prostaglandin untuk
mengurangi nyeri saat haid. Selain itu alasan lain karena pada
saat melakukan hubungan seksual otot rahim mengalami kontraksi
yang mengakibatkan leher rahim menjadi lebar. Pernikahan dan
pernah berhubungan seksual ini mempunyai risiko sebesar
8,409 yang berarti bahwa wanita yang pernah menikah
(berhubungan seksual) mempunyai kemungkinan 8,409 kali tidak
terkena dismenore primer dibandingkan dengan wanita yang belum
menikah dan belum pernah berhubungan seksual (Novia &
Puspitasari, 2008).

d) Belum Memiliki Pengalaman Melahirkan.


Wanita yang tidak mempunyai pengalaman melahirkan sebagian
besar mengalami dismenore primer, sedangkan wanita yang
mempunyai pengalaman melahirkan sebagian besar juga
mengalami dismenore primer. Namun demikian persentase
responden yang mengalami dismenore primer lebih banyak
pada yang belum menikah dibandingkan dengan yang sudah
menikah (Novia & Puspitasari, 2008).
e. Penyebab dismenore
Penyebab pasti dari dismenore primer belum bisa diketahui. Akan
tetapi, diduga faktor psikis dalam hal ini sangat berperan terhadap
timbulnya nyeri. Dismenore primer umumnya dijumpai pada wanita
dengan siklus haid berovulasi. Pada fase sekresi dijumpai kadar
prostaglandin yang tinggi dalam endometrium (Sani, 2010).
Faktor yang paling sering menyebabkan terjadinya dismenore
sekunder adalah karena endometriosis (tumbuhnya jaringan
endometrium di luar endometrium) dan infeksi kronik genitalia interna.
17
Wanita yang mengalami endometriosis biasanya sering merasakan nyeri
ketika bersenggama dan buang air besar, bahkan biasanya juga sulit
untuk mendapatkan anak (infertil). Kadang-kadang pada wanita tertentu
dijumpai endometriosis di paru, mata, dan di pusar. Setiap mengalami
haid, wanita tersebut akan mengeluarkan darah dari paru-paru, mata atau
dari pusar (Sani, 2010).
f. Tanda dan Gejala
Gejala yang dirasakan yaitu nyeri pada perut, pegal-pegal di
punggung, mual muntah, badan terasa lemas dan mengakibatkan remaja
tersebut tidak mampu beraktivitas maupun konsentrasi dalam belajar,
serta ada pula yang ijin tidak masuk sekolah (Agustiningrum, 2013).
Dismenore ditandai dengan nyeri kram perut bagian bawah yang
dapat menyebar ke punggung bawah dan atas paha, biasanya
dengan terkait mual, sakit kepala, kelelahan dan diare (Brown & Brown,
2010).
3. Teori Nyeri
a. Pengertian Nyeri
The International Association for the Study of Pain (IASP) Sub-
committee on Taxonomy (1986, dalam Ardinata 2007) memformulasikan
definisi nyeri sebagai “an unpleasant sensory and emotional experience
associated with actual or potential tissue damage or is described in
terms of such damage”. Mengacu kepada definisi ini, jelaslah terlihat
bahwa pengalaman nyeri melibatkan fenomena sensori, emosional dan
juga kognitif.
Nyeri biasanya sering diasosiasikan dengan kerusakan jaringan,
akan tetapi nyeri dapat saja timbul tanpa adanya injury dimana
nyeri timbul tanpa berhubungan dengan sumber yang dapat diidentifikasi
(Ardinata, 2007). Nyeri adalah sebuah pengalaman individu dan
subyektif yang dipengaruhi oleh faktor fisiologis, psikologis dan
peristiwa lingkungan seperti sebelumnya, budaya, prognosis, cara untuk
mengatasi, rasa takut dan kecemasan (Binagwaho, 2012).
18
b. Fisiologi Nyeri
Fisiologi nyeri merupakan alur terjadinya nyeri dalam tubuh. Rasa
nyeri merupakan sebuah mekanisme yang terjadi dalam tubuh, yang
melibatkan fungsi organ tubuh, terutama sistem saraf sebagai reseptor
rasa nyeri. Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk
menerima rangsangan nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor
nyeri adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap
stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga
nosireseptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireseptor) ada yang
bermielin dan ada juga yang tidak bermielin dari saraf perifer,
berdasarkan letaknya nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa
bagian yaitu pada kulit (cutaneus), somatic dalam ( deep somatic), dan
pada daerah viseral. Oleh karena letaknya yang berbeda-beda inilah,
nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda (Wahit, 2015).
c. Mekanisme / Proses Nyeri
Mekanisme timbulnya nyeri melibatkan empat proses, yaitu:
tranduksi/transduction, transmisi/transmission, modulasi/modulation,
dan persepsi/perception Turk & Flor (1999, dalam Ardinata, 2007).
1) Tranduksi
Transduksi adalah proses dari stimulasi nyeri dikonfersi kebentuk
yang dapat diakses oleh otak. Proses transduksi dimulai ketika
nociceptor yaitu reseptor yang berfungsi untuk menerima rangsang
nyeri teraktivasi. Aktivasi reseptor ini (nociceptors) merupakan
sebagai bentuk respon terhadap stimulus yang datang seperti
kerusakan jaringan.
2) Transmisi
Transmisi adalah serangkaian kejadian-kejadian neural yang
membawa impuls listrik melalui sistem saraf ke area otak.
Proses transmisi melibatkan saraf aferen yang terbentuk dari serat
saraf berdiameter kecil ke sedang serta yang berdiameter besar. Saraf
aferen akan ber-axon pada dorsal horn di spinalis. Selanjutnya
19
transmisi ini dilanjutkan melalui sistem contralateral spinalthalamic
melalui ventral lateral dari thalamus menuju cortex serebral
3) Modulasi
Proses modulasi mengacu kepada aktivitas neural dalam upaya
mengontrol jalur transmisi nociceptor tersebut. Proses modulasi
melibatkan system neural yang komplek. Ketika impuls nyeri
sampai di pusat saraf, transmisi impuls nyeri ini akan dikontrol oleh
system saraf pusat dan mentransmisikan impuls nyeri ini kebagian
lain dari system saraf seperti bagian cortex. Selanjutnya impuls nyeri
ini akan ditransmisikan melalui saraf-saraf descend ke tulang
belakang untuk memodulasi efektor.
4) Persepsi
Persepsi adalah proses yang subjective. Proses persepsi ini tidak
hanya berkaitan dengan proses fisiologis atau proses anatomis saja,
akan tetapi juga meliputi cognition (pengenalan) dan memory
(mengingat). Oleh karena itu, faktor psikologis, emosional, dan
berhavioral (perilaku) juga muncul sebagai respon dalam
mempersepsikan pengalaman nyeri tersebut. Proses persepsi ini
jugalah yang menjadikan nyeri tersebut suatu fenomena yang
melibatkan multidimensional.
d. Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Nyeri.
Faktor- faktor yang mempengaruhi kejadian nyeri antara lain
pemahaman tentang nyeri, kebudayaan, perhatian, kecemasan, keletihan,
pengalaman masa lalu, gaya koping, serta dukungan keluarga dan sosial
(Zahratunnisa, dkk, 2013).
e. Penyebab Nyeri
Menurut Wahit, (2015) penyebab yang ditimbulkan oleh nyeri adalah :
1. Trauma
a) Mekanik, yaitu rasa nyeri timbul akibat ujung-ujung saraf bebas
mengalami kerusakan.Misalnya akibat benturan, gesekan, luka, dan
lain-lain.
20
b) Termal, yaitu nyeri timbul karna ujung saraf reseptor mendapat
rangsangan akibat panas dan dingin. Misal karena api dan air.
c) Kimia, yaitu timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat
asam atau basa kuat.
d) Elektrik, yaitu timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat
mengenai reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot
atau luka bakar.
2. Peradangan
Peradangan yakni nyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf
reseptor akibat adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan,
misalnya abses:
a) Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah.
b) Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya karena edema akibat
terjadinya penekanan pada reseptor nyeri.
c) Tumor, dapat juga menekan pada reseptor nyeri.
d) Iskemi pada jaringan, misalnya terjadi blokade pada arteri
koronaria yang menstimulasi reseptor nyeri akibat tertutupnya
asam laktat.
e) Spasme otot, dapat menstimulasi mekanik.
f. Instrument Penilaian Nyeri.
Face, legs, Activity, cry and consolability (FLACC) scale adalah
instrumen pengkajian nyeri yang biak di gunakan pada anak. Skala ini
terdiri dari 5 penilaian dengan skor total 0 (tidak nyeri) dan 10 (nyeri
hebat). Hasil skor prilakunya adalah rileks dan nyaman, 1-3 (nyeri
ringan)/ketidaknyamanan ringan, 4-6 Nyeri sedang, 7-10 nyeri hebat /
ketidaknyamanan berat. ( Patria Irwan Maku, 2019).
Tabel 2.1 Skala Nyeri FLACC

21
No Kategori Skor
0 1 2
1 Face (Wajah) Tidak ada Terkadang Sering
ekspresi meringis, menggeretakkan
khusus, menarik diri dagu dan
senyum mengatupkan
rahang
2 Leg (Kaki) Normal, Gelisah tegang Menendeang,
rileks kaki tertekuk,
melengkungkan
punggung.
3 Activity Berbaring Menggeliat, Kaku atau
(Aktivitas) tenang, tidak bisa menghentak
posisi diam, kaku
normal, mengerang
mudah
bergerak
4 Cry (Menangis) Tidak Merintih, Terus menangis,
menangis merengek, berteriak, sering
kadang-kadang mengeluh
mengeluh.
5 Consability Rileks Dapat Sulit di bujuk.
(Constability) ditenangkan
dengan
ssentuhan,
pelukan,
bujukan, dapat
dialihkan

g. Efek yang ditimbulkan oleh Nyeri


Efek yang ditimbulkan oleh nyeri menurut Wahit (2015) adalah :
1) Tanda dan gejala fisik
2) Tanda fisiologis dapat menunjukkan nyeri pada klien yang berupaya
untuk tidak mengeluh atau mengakui ketidak nyamanan. Sangat
penting untuk mengkaji tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik
termasuk mengobservasi keterlibatan saraf otonom. Saat awitan nyeri
akut, denyut jantung, tekanan darah, dan Ferekunsi pernafasan
meningkat.
3) Efek perilaku

22
Klien yang menunjukkan nyeri menunjukkan ekspresi wajah dan
gerakan tubuh yang khas dan berespon secara vokal serta mengalami
kerusakan dalam interaksi sosial. Klien sering kali meringis,
mengeryitkan dahi, menggigit bibir, gelisah, imobilisasi, mengalami
ketegangan otot, melakukan gerakan melindungi bagian tubuh sampai
dengan menghindari percakapan, menghindari kontak sosial, dan
hanya fokus pada aktivitas menghilangkan nyeri
4) Pengaruh pada aktivitas sehari-hari.
Klien yang mengalami nyeri setiap hari kurang mampu berpartisipasi
dalam aktivitas rutin, seperti mengalami kesulitan dalam melakukan
tindakan kebersihan normal serta dapat mengganggu aktivitas social.
h. Penatalaksanaan Nyeri
Wahit, (2015) mengatakan bahwa ada 2 penatalaksanaan nyeri adalah
sebagai berikut :
1) Farmakologi
a) Analgesik narkotik
Analgesik narkotik terdiri atas berbagai derivat opium seperti
morvin dan kodein. Narkotik dapat memberikan efek
menurunan nyeri dan kegembiraan karea obat ini membuat
ikatan dengan reseptor opiat dan mengaktifkan penekanan
nyeri endogen pada sususnan saraf pusat.
b) Analgesik nonnarkotik
Analgesik nonnarkotik seperti aspirin, asetaminorfin, dan
ibuprofen selain memiliki efek antinyeri juga memiliki efek
antiinflamasi dan antipiretik.
2) Nonfarmakologi
a) Relaksasi progresif
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari
ketegangan stres. Teknik relaksasi memberikan individu kontrol
diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stres fisik, dan
emosi pada nyeri. Stretching adalah istilah yang digunakan untuk
23
memanjangkan struktur jaringan lunak yang memendek, rileksasi,
nyeri berkurang dan spasme berkurang. Ningsis (2011) dalam wardina
(2017) exercise merupakan salah satu manajemen non farmakologis
yang telah aman digunakan karena menggunakan proses fisiologi.
b) Stimulus kutaneus placebo
Plasebo merupakan zat tanpa kegiatan farmakologis dalam
bentuk yang dikenal oleh klien sebagai obat seperti kapsul,
cairan injeksi, dan sebagainya. Plasebo umumnya terdiri atas
larutan gula, larutan salin normal, atau air biasa.
c) Teknik distraksi
Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan nyeri dengan
cara mengalihkan perhatian klien pada hal-hal yang lain
sehingga klien lupa terhadap nyeri yang dialami.
4. Abdominal Streching
a. Definisi
Yulien (2007) dalam wardina (2017) Stretching adalah istilah yang
digunakan untuk memanjangkan struktur jaringan lunak yang memendek,
rileksasi, nyeri berkurang dan spasme berkurang. Ningsis (2011) dalam
wardina (2017) exercise merupakan salah satu manajemen non
farmakologis yang telah aman digunakan karena menggunakan proses
fisiologi.
Abbasfour (2007) dalam Renika. (2015) Latihan adalah
menyebabkan pelepasan endorphins, zat-zat yang diproduksi oleh otak,
yang meningkatkan ambang nyeri. Abdominal Stretching merupakan
salah satu bentuk relaksasi dari tehnik relaksasi yang dapat menurunkan
nyeri dengan cara merelaksasikan otot-otot yang memngalami spasme
yang disebabkan oleh peningkatan prostaglandin sehingga terjadi
vasodilatasi pembuluh darah dan meningkatkanaliran darah ke daerah
yang mengalami spasme dan iskemik (Windastiwi, 2017).
Abdominal stretching merupakan salah satu bentuk relaksasi dari
teknik relaksasi yang dapat menurunkan nyeri dengan cara

24
merelaksasikan otot-otot yang mengalami spasme yang disebabkan oleh
peningkatkan prostaglandin sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah
dan akan meningkatkan aliran darah ke daerah yang mengalami spasme
dan iskemik (Windastiwi, 2017).
b. Manfaat stretching abdominal
Latihan peregangan telah ditemukan untuk mengurangi ketidaknyamanan
menstruasi melalui peningkatan mempercepatkan, dan penurunan
iskemia; pelepasan endogen opiat, khusus beta endorfin dan penindasan
prostaglandin dan menutup aliran darah dari visera mengakibatkan
kemacetan panggul. Hal ini mengurangi rasa sakit. Jadi latihan
peregangan membantu melunakkan kembali sakit, menghilangkan rasa
sakit, meningkatkan fleksibilitas, memulihkan mobilitas meningkatkan
sirkulasi dalam jaringan tulang dan sendi, menenangkan otot-otot rahim
yang tegang dan menjaga nada perut yang baik. Berbasis peregangan
latihan telah ditemukan untuk menurunkan Involuntary kolam
motoneuron
(Scholz & Campbell, 1980 dalam Renuka. K, 2015). Adapun manfaat
lain menurut Renuka. K, 2015 yaitu :
1) Aman & efektif.
2) Mual dan muntah, dismenore gejala yang berkurang.
3) Membantu mengurangi perubahan suasana hati pada fase pra
menstruasi.
4) Jantung memompa efektif.
5) Nada naik elastisitas dan memperkuat tulang belakang & otot
panggul.
6) Diafragma elastis dan kuat, dan dapat meregang untuk
mengakomodasi rahim dengan mudah.
7) Darah yang sehat, oksigenasi dan cairan lainnya beredar dengan
benar ke rahim.
8) Latihan menstabilkan sistem saraf.
9) Rasa sakit pada sendi dan punggung menurun.
25
10) Latihan membantu untuk merangsang nafsu makan dan usus
tindakan, maka sembelit menurun.
11) Meningkatkan tingkat energi dan juga membantu dalam pemeliharaan
metabolisme.
12) Anemia penurunan & aliran bebas selama menstruas.
13) Obesitas dikendalikan.
14) Menjaga keseimbangan hormon.
c. Hal-hal Penting
Menurut Renuka. K, (2015) Hal-hal penting yang harus diperhatikan
pada saat latihan stretching abdominal adalah :
1) Tepat latihan peregangan
Untuk membantu organ reproduksi dan panggul untuk memastikan
mudah menstruasi dan memastikan optimal pasokan darah dan nutrisi
ke rahim. Gadis-gadis remaja mungkin praktek merekomendasikan
latihan selama 30 menit setiap hari.
2) Tepat Diet
Harus memasukkanprotein, karbohidrat, vitamin, mineral dan lemak,
gula, kolesterol, tinggi sayuran, buah-buahan, serat dan biji-bijian
harus diambil. Minum setidaknya 8-10 gelas air.
3) Bernapas
Membantu orang untuk dapat berlabuh di saat ini, menenangkan dan
pikiran benar-benar. Selama menstruasi praktek latihan memudahkan
ketegangan kontraksi rahim, membuat mereka disinkronisasi dan
harmonis.
4) Tepat relaksasi
Teknik bersantai pada jari-jari kaki, pergelangan kaki, otot betis,
lutut, paha, pinggang (pinggul), perut, dada, leher, bahu, lengan,
lengan, jari, wajah, kepala.
5) Tepat hal/sikap positif
Harus menjadi dingin dan menenangkan orang tanpa kebingungan
dan harus memiliki visi yang jelas, pemahaman, percaya diri,
26
komitmen dan juga kreativitas sepanjang hidup gadis-gadis
remaja.Persiapan
d. Hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum pemberian Stretching
Abdominal adalah:
1) Persiapan alat
Menggunakan pakaian nyaman dan memperhatikan penggunaan
waktu ideal dalam pemberian Stretching Abdominal selama 30 menit
(Aboushady, 2016)
2) Persiapan pasien
a) Informed consent
b) Menjelaskan tujuan dan hal-hal yang perlu diperhatikan selama
melakukan latihan Stretching Abdominal.
3) Penatalaksanaan
Pelaksanaan Abdomonal streaching di lakukan seminggu sebelum
jadwal haid selanjutnya, dilakukan 3 kali dalam 1 minggu dengan
mengikuti latihan rutin Abdominal steraching dengan cara sebagai
berikut :
a) Cat stretch
Posisi awal : tangan dan lutut di lantai.
1) Pungung di lengkungkan perut digerkakan ke arah lantai
senyaman mungkin. Tegakkan dagu dan mata melihat ke
lantai tahan 10 detik di hitung bersama dan rilaks.

2) Kemudian punggung di tegerakkan ke atas dan kepala


menunduk ke lantai. Tahan 10 detik dengan hiting bersama
kemudian rilaks.
27
3) Duduk di atas, tumit rentangkan tangan sejauh mungkin.
Tahan selama 20 detik sambil hitung dengan bersuara lalu
rilaks.

Latihan dilakukan sebanyak 3 kali


b) Law trunk rotation
Posisi awal : berbaring terlentang, lutut di tekuk, kaki di lantai,
kedua lengsan di bentangkan kelaur.
1) Putar perlahan lutut ke kanan sedekat mungkin dengan lantai.
Pertahankan bahu tetap di lantai. Tahan selama 20 detik
sambil hitung dengan bersuara.

2) Putar perlahan kembali lutut ke kiri sedekat mungkin dengan


lantai. Pertahankan bahu tetap di lantai. Tahan selama 20
detik sambil hitung dengan bersuara, kemudian kembali
keposisi awal.

28
Latihan dilakukan sebanyak 3 kali
c) Buttock / Hip Stretch
Posisi awal : berbaring terlentang, lutut di tekuk.
1) Letakkan pergelangan kaki kanan pada paha kiri diatas lutut.
2) Pegang bagian belakang paha dan tarik kearah dada senyaman
mungkin Tahan selama 20 detik sambil hitung dengan
bersuara, kemudian kembali keposisi awal dan rilaks.

Latihan dilakukan sebanyak 3 kali


d) Abdominal Strenghening : Curl Up
Posisi awal : berbaring terlentang, lutut di tekuk, kaki di lantai
tangan di bawah kepala
1) Lengkungkan punggung dari lantai dan dorong ke langit-
langit. Tahan selama 20 detik sambil hitung dan bersuara.

2) Ratakan pungung dengan lantai dengan mengencangkan otot-


otot perut dengan bokong.

29
3) Lengkungkan sebagian tubuh ke arah lutut tahan selama 20
detik.

Lakukan latihan sebanyak 3 kali.


e) Lower Abdominal Strenghening
Posisi awal : berbaring terlentang, lutut di tekuk, lengan di
bentangkan sebagian ke luar.
1) Letakkan bola antara tumit dan bokong. Ratakan pungung ke
lantai dengan mengencankan otot-otot perut bokong.

2) Perlahan tarik kedua lutut ke arah dada sambi menarik tumit


dan bola, lencangkan otot bokong. Jangan melengkungkan
pungung.

Latihan dilakukan sebanyak 15 kali.


f) The Bridge postion
Posisi awal : berbaring terlentang, lutut di tekuk, kaki dan siku di
lantai, lengan di bentangkan sebagian ke luar.

30
1) Ratakan pungung di lantai dengan mengencangkan otot-otot
perut dan bokong.
2) Angkat pingggul dan pungung bawah untuk membentuk garis
lurus dari lutut ke dada. Tahan selama 20 detik sambil hitung
dan bersuara. Kemudian perlahan kembali ke posisi awal dan
relaks.

Latihan dilakukan sebanyak 3 kali


(alter, 2008 dalam fauziah 2015).

31
B. KERANGKA TEORI
Bagan 2.1 Kerangka Teori

Remaja Putri

Perubahan Fisik Primer : Perubahan Fisik Skunder :


mulai diproduksinya sel suara melengking, panggul
telur dan mengalami membesar, tumbuh
Menstruasi payudara dan tumbuh
rambut di beberapa
tempat.

Nyeri Dsiminore

Beberapa penatalaksanaan untuk


dismenore antara lain olahraga,
Faktor yg mempengaruhi pengobatan herbal, pemberian
disminore menarche lebih awal, penghambat sintesis
umur, merokok, konsumsi prostaglandin, penggunaan
alkohol, aktivitas fisik, dan hormonal, stimulasi kutaneus
stress dengan terapi senam dismenore
dan pemberian kompres air
hangat, Abdominal Strecghing.

Ket :
:Yang tidak di Teliti Abdominal Streching
:Yang akan di teliti

Sumber : Calis, 2016

32
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah justifikasi ilmiah terhadap penelitian yang
dilakukandan memberikan landasan yang kuat terhadap judul yang dipilih
sesuai dengan identifikasi masalahnya (Nursalam 2013). Kerangka konsep
dalam penelitian ini dapat di gambarkan seperti gambar di bawah ini :
Variabel Independen Variabel dependen
Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Abdominal Stretching Nyeri Disminore

B. Hipotesis
Hipotesis penelitian adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara
dua variabel atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu
pernyataan dalam penelitian. Setiap hipotesis terdiri atas suatu atau bagian dari
permasalahan (Nursalam, 2014). Yang menjadi hipotesa pada penelitian ini
adalah :
Ha : Bagaimana Evektifitas abdominal stretching terhadap penurunan nyeri
dismenore pada remaja putri di SMPN 2 Mamosalato Morowali Utara.

C. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah rancangan Pra Eksperimen
dengan desain penelitian one-group pre-post test design. Desain penelitian ini,
mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan melibatkan satu kelompok
subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, yaitu
diberi pre test kemudian diobservasi kembali setelah pemberian perlakuan atau
33
intervensi untuk mengetahui akibat dari perlakuan atau intervensi yang telah
diberikan (Nursalam, 2014 ).
Tabel 3.2. Desain Penelitian Pra Experiment One-group pre-post test design
(Nursalam, 2014)
Subjek Pre-test Intervensi (X) Post-test
R O1 I1I2I3 O2
Keterangan :
K : subjek (klien yang mengalami dismenore)
O1 : nilai Pre-test (sebelum diberi stretching abdominal )
X : intervensi (stretching abdominal)
O2 : nilai Post-Test (sesudah diberi stretching abdominal)

D. Variabel Peneltian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang
dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang sesuatu konsep
pengertian tertentu. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
dua variabel yaitu :
1. Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain,
apabila variabel indevenden berubah maka akan menyebabkan variabel lain
berubah (Notoatmodjo, 2018). Variabel independen dalam penelitian ini
adalah terapi Abdominal Stretching.
2. Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
independen, artinya variabel dependen dapat berubah dikarenakan
perubahan pada variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian
ini adalah penurunan Nyeri Disminore.

E. Definisi Oprasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud,
atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan . Adapun
definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah :

34
Tabel 3.1 Definisi Oprasional
Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur skala Skor
Abdominal yang dapat dilakukan SOP -Responden Nominal 1. Melakukan
Stretching remaja putri untuk melakukan Abdominal
mengurangi nyeri dengan baik streching
disminore, Salah satu dan benar 2. Tidak
bentuk relaksasi teknik sesuai prosedur melakukan
relaksasi yang dapat (prosedur Abdominal
menurunkan nyeri pelaksaan, Streching
dengan cara setiap gerakan
merelaksasikan otot- abdominal
otot yang mengalami streching
spasme. dilakukan 3 dan
dilaksankan kali
seminggu).
-Responden
melakukan
perlakuan
dengan waktu
30 menit.

Dependen Dismenore adalah Lembar Kuesioner Interval Skala nyeri :


Nyeri keadaan haid dengan Kuesioner Skala nyeri Nilai 0 : tidak
Dismenore rasa nyeri yang FLACC scale ada nyeri
menyertai ovulasi dan Nilai 1-3 : nyeri
tidak berhubungan ringan
dengan penyakit pelvik. Nilai 4-6 :
nyeri sedang
7-10 Nyeri Berat

35
F. Lokasi Dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian dilakukan, adalah suatu
tempat dimana peneliti menangkap keadaan sebenarnya dari objek yang
diteliti untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan (wikipedia).
Penelitian di lakukan di SMPN 2 Mamosalato Morowali Utara.
2. Waktu Peneltian
Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2022 – Januari 2023

G. Populasi, Sampel Dan Teknik Sampling


1. Populasi
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu
ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan (Ramadhan 2016). Populasi
penelitian ini adalah seluruh remaja putri SMPN 2 Mamosalato
kabupaten Morowali Utara, yang Berjulah 30 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi yang diteliti. Sampel merupakan bagian populasi yang akan atau
sebagian jumlah karakteristik yang akan di teliti (Hidayat,2010). Sampel
merupakan bagian dari populasi (Donsu, 2019). Sampel yang digunakan
pada penelitian ini adalah remaja putri yang mengalami nyeri haid pada
saat sebelum atau saat sedang terjadinya haid pada setiap bulannya
dengan derajat nyeri ringan sedang atau berat. Subyek penelitian adalah
remaja putri di SMPN 2 Mamosalato Morowali Utara.
3. Teknik Sampling
Sampling adalah cara atau teknik – teknik tertentu yang digunakan
dalam mengambil sampel penelitian sehingga sampel tersebut sedapat
mungkin mewakili populasinya. Teknik sampling merupakan suatu proses
seleksi sampel yang digunakan dari penelitian dari populasi yang ada,
sehingga sebuah sampel akan mewakili seluruh populasi yang ada. Teknik
sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling
36
yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memeilih sampel diantara
populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam
penelitian)
sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah
di kenal sebelumnya (Nursalam, 2013).
Pertimbangan yang dilakukan oleh peneliti dalam pemilihan sampel
adalah dengan cara menentukan kriteria, dimana kriteria pemilihan terdiri
dari kriteria insklusi dan ekslusi. Adapun kriteria yang ditentukan adalah
sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi :
1) Tidak mengonsumsi obat pereda nyeri
2) Mengalami nyeri haid (dismenore primer)
3) Usia 10-18 tahun
4) Remaja putri dapat diajak berkomunikasi
5) Bersedia menjadi responden
6) Haid teratur
b. Kriteria Ekslusi.
1) remaja putri yang dinyatakan memiliki kelainan pada organ
reproduksinya dan yang mengalami gangguan menstruasi (haid tidak
teratur, amenorea,oligomenorea, dan polimenorea) yang diketahui
dengan melakukan wawancara terhadap responden.
2) Menggunakan obat anti nyeri
3) Remaja yang tidak mengalami disminore
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 22 orang remaja putri di SMPN 2
Mamosalato Morowali Utara. Sampel diambil dari jumlah remaja putri
yang memenuhi kriteria insklusi dan eklusi.

H. Alat Ukur Penelitian


1. Alat atau Istrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah kuisioner intensitas nyeri. Pengukuran intensitas nyeri dilakukan
37
dengan menggunakan FLACC Scale. Skala ini merupakan alat ukur yang
digunakan untuk mengukur tingkat intensitas nyeri dan dapat digunakan
pada anak yang baru mengenal angka hingga remaja. Skala ini berupa garis
dengan level intensitas nyerinya pada skal 0-10. Angka “0”
menggambarkan “tidak nyeri” dan angka “10” menggambarkan “nyeri
sangat berat”. Untuk pengukuran dengan skala FLACC Scale, responden
diminta untuk menandai salah satu titik pada garis tersebut dan menilai
ekspresi yang dirasakan pada saat mengalami nyeri dengan mengisi angka
di tabel score pada masing-masing skala yang dianggap mewakili atau
menggambarkan intensitas nyeri yang dirasakan pada saat pengukuran.
Alat ukur ini merupakan skala yang mudah untuk pendeskripsian kata dan
paling efektif untuk mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah
intervensi terapeutik (faraghea Yumasdhika, 2021).
2. Bahan yang digunakan
Dalam penelitian ini, alat pengukur data yang digunakan peneliti berupa
SOP, yang sudah di uji validitas atau reliabilitasnya serta SOP sudah
dipakai oleh beberapa jurnal/baku dan peneliti sudah mendapat izin dari
pemilik SOP. Jurnal yang digunakan peneliti adalah Effect of Home based
Stretching Exercises and Menstrual Care on Primary Dysmenorrhea and
Premenstrual Symptoms among Adolescent Girls, Reda Mohamed-Nabil
Aboushady (2016).

1. Uji Validitas Dan Reabilitas


Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan kevalidan atau
kesahihan sebuah instrumen. Uji validitas adalah uji yang digunakan
untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur yang di gunakan dalam
mengukur apa yang di ukur. (Ghoozali, 2019). Pada penelitian ini
menggunakan skala FLCAA yang telah tervalidasi.
2. Reabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen penelitian dapat di
percaya. Uji reabilitas bila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk
mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relative
38
konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel. Dengan kata lain, reabilitas
menunjukan konsistensi suatu alat pengukur di dalam pengukur gejala yang
sama. Pada penelitian ini menggunakan skala FLACC yang telah
tereabilitas.
Dalam Penelitian ini tidak dilakukan uji reabilitas dan uji validitas
karna alat ukur yang digunakan sudah tervaliditas dan reabilitas di
buktikan dengan penelitian yang di lakukan sebelumnya. Dalam penelitian
yang dilakukan oleh faraghea Yumasdhika, 2021 menyebutkan salah satu
metode penilai rasa sakit berdasarkan pengamatan prilaku adalah FLACC,
dia juga menyebutkan bahwa FLACC merupakan instrumen yang paling
sederhana dari intrumen penilian berdasarkan pengamatan perliaku yang
lain.

I. Jenis Data Dan Pengumpulan Data


1. Data dalam penelitian ini diperoleh menggunakan data primer dan data
skunder.
a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh pengumpul data
dari objek risetnya (Arikunto, 2016). Data primer diperoleh dari hasil
jawaban kuesioner serta hasil pengamatan langsung di lokasi penelitian,
meliputi nama remaja putri, umur dan skala nyeri pada remaja putri
yang langsung di ukur pada saat sebelum melakukan abdominal
straching dan setelah dilakukan abdominal steching.
b. Data skunder adalah semua data yang diperoleh tidak langsung dari
objek yang diteliti (arikunto, 2016). Data skunder merupakan data
pendukung yang berhubungan dengan penelitian meliputi data
gambaran umum, lokasi peneltian, keadaan geografi, pelayanan
kesehatan dan data tentang jumlah remaja putri. Data skunder dari
penelitian ini diperoleh dari sekolah SMPN2 Mamosalato Morowali
Utara.
2. Pengumpulan data
c. Prosedur pengajuan peneltian
39
d. Menentukan responden dalam penelitian melalui survey pendahuluan di
SMPN 2 Mamosalato Morowali Utara
e. Pengambilan data
f. Memberikan lembar informed concent
g. Pengumpulan data pre-test
h. Melakukan intervensi Abdominal Stretching dilakukan 3 kali dalam
seminggu selama 30 menit.
i. Mengumpulkan data Post-test
j. Melakukan pengolahan data yang sudah di dapatkan.

J. Metode Pengolahan
Pada tahap pengambilan data awal menggunakan wawancara dan kuesioner.
Dalam penelitian ini pengolahan data dilakukan menggunakan software
statistik.
Menurut notoatmodjo (2012), pengolahan data meliputi :
1. Editing (Penyuntingan data)
Editing adalah upaya utnuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau di kumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Dalam penelitian ini Hasil
wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui
kuesioner disunting (edit) terlebih dahulu. Kemudian dimasukkan dalam
tabel data obsevasi.
2. Coding
Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya
dilakukan pengkodean atau coding, yakni mengubah data berbentuk
kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.
3. Data entry
Data yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan kedalam
program atau “Software” komputer. Data yakni jawaban masing-masing
responden dalam bentuk kode (angka) dimasukkan dalam program atau

40
software computer. Program yang digunakan dalam penelitian ini adalah
program SPSS statistic 24 for window.
4. Cleaning
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-
kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan
sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini
disebut pembersihan data (data cleaning) (Nugroho, 2012).
5. Tabulating
Tabulating yakni membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian
atau yang diinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo, 2012). Tabel yang akan
ditabulasi adalah tabel yang berisikan data yang sesuai dengan kebutuhan analisis.

K. Analisa Data
Data yang telah di olah baik pengolahan secara manual maupun menggunakan
bantuan komputer, tidak akan ada maknanya tanpa dianalisis. Menganalisis
data tidak sekedar mendeskripsikanya dan menginterpresentasikan data yang
telah diolah. Tujuan dilakukan analisa data adalah memperoleh gambaran dari
hasil penelitian yang telah dirumuskan dalam tujuan penelitian membuktikan
hipotesis-hipotesis penelitian yang merupakan konstribusi dalam
pengembangan ilmu yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2012). Analisis data
yang akan dilakukan :
1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2014). Analisis
univariat dalam penelitian ini univariate pada penelitian ini adalah distribusi
frekuensi berdasarkan nomor responden (1-20), tanggal pengisian (diisi
pada kuesioner penelitian), jenis kelamin (diisi pada kuesioner penelitian),
umur responden (diisi pada kuesioner penelitian).
Analisis univarariat mengguanakan uji statsitik analitik presentase untuk
tiap-tiap variabel dengan rumus persentase. Menurut (budiarto, 2013).
41
dengan perhitungan rumus penentuan besarnya presentase sebagai

berikut:

Rumus : f
%= N X 100 %

Keterangan:

f : Frekuensi yang dihasilkan

N : Jumlah seluruh sampel

2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara kedua
variabel. Pada penelitian ini uji bivariat dilakukan untuk mengetahui
perbedaan intensitas nyeri sebelum dan setelah dilakukan Abdominal
streching. Penelitian ini dianggap ada hubungan atau perbedaan bermakna
jika p-value < 0.05.
Analisa bivariat menggunakan uji T-Test jika data berdistribusi normal
dan menggunakan uji Mann Whitney jika data berdistribusi tidak normal,
dengan bantuan salah satu software dari komputer. Dasar pengambilan
keputusan penerimaan hipotesis dengan tingkat kepercayaan 95% yaitu
sebagai berikut (Ghozali, 2011) :
a. Jika nilai sign p ≤ α (0,05), maka Ho ditolak, yang artinya ada

perbedaan kecepatan kemampuan berjalan pasien operasi SC pada

kelompok intervensi dengan kelompok kontrol.

b. Jika nilai sign p ≥ α (0,05), maka Ho gagal tolak, yang artinya tidak

ada perbedaan kecepatan kemampuan berjalan pasien operasi SC

pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol.

42
DAFTAR PUSTAKA

ANDARIYA, Ningsih Dewi, 2018, Pengaruh senam Abdominal Stretching


terhadap Efektifitas Penurunan Nyeri Dismenorhea Primer Pada Remaja
Putri di MA Al-Amiriyyah Blokagung.
https://ejournal.unitomo.ac.id/index.php/jhest/article/view/1337. Diakses
20 Juni 2022 pukul 14.20 wita.

Andira, Dita. (2012). Seluk-Beluk Kesehatan Reproduksi Wanita, Jogjakarta : A


Plus Book.

Anurogo. & Wulandari, A. 2011. Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid. Yogyakarta :
ANDI.

Arikunto, S. 2016. Prosedur penelitian (suatu pendekatan praktik). Jakarta :


Rineka Cipta.

Azma, Amalia, 2018, Pengaruh Pemberian Latihan Abdominal Stretching


Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Haid (Disminore) Pada Remaja
Putri Stikes Madani Yogyakarta.
http://jurnalmadanimedika.ac.id/index.php/JMM/article/view/5.
Diakses 20 Juni 2022 pukul 14.30 wita.

BD Faridah, 2022. Pengaruh Abdominal Stretching Exercise Terhadap Penurunan


Intensitas Nyeri Haid Pada Remaja Putri.
http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?
article=1256293&val=14332 Diakses 20 Juni 2022 pukul 14.55 wita.

Dewi, H. E . 2012 . Memahami perkembangan fisik remaja. Yogyakarta : Gosyen


Publishing.

Marmi. (2014). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Notoatmodjo. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta


Nur Partiwi1 Saleha, 2021. Efektivitas Senam Dismenore Dan Abdominal
Stretching Exercise Terhadap Intensitas Nyeri Haid Pada Remaja
Dismenore Primer.
https://ojs.stikes.gunungsari.id/index.php/JBK/article/view/48. Diakses
20 Juni 2022 pukul 15.00 wita.

Nursalam. (2013). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu


keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Prawirohardjo, S. 2014. Ilmu Kebidanan. Edisi keempat. Cetakan Kelima. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka.
43
Ptarama, Yulian F, 2018. Latihan Abdominal Stretching Menurunkan Tingkat
Nyeri Haid Remaja Putri Di SMAN 3 Brebes.
http://repository.unimus.ac.id/1690/9/Abstrak.pdf. Diakses 20 Juni
2022 pukul 14.50 wita.

Supariasa, I.D.N. 2013.Penilaian Status Gizi (Edisi Revisi). Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC.

Shahr, S. R. S. Maghsoud, G. 2012. Effect Of Peregangan (stretching) Exercises


On Primary Dysmenorrhea In Adolescent Girls. Biomed Human
Kinetics.

Simanjuntak, P. 2014. Gangguan Haid dan Siklusnya. Dalam: Prawirohardjo,


Sarwono, Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kandungan. Edisi ketiga. Jakarta:
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Windastewi, Weni, 2017. Pengaruh Abdominal Stretching Exercise Terhadap
Intensitas Nyeri Dismenorea Jurnal Kebidanan Vol. 6 No.12 April 2017
ISSN.2089-7669
https://ejournal.poltekkessmg.ac.id/ojs/index.php/jurkeb/article/view/
1909. Diakses 20 Juni 2022 pukul 14.40 wita.

44
LAMPIRAN

45
INFORMED CONSENT

LEMBAR PEPERSETUJUAN RESPONDEN


Saya Yang Bertanda Tangan Di Bawah Ini
Nama :
Umur :
Alamat :
Menyatakan Bersedia Menjadi Responden Pada Penelitian Yang Dilakukan Oleh
:
Nama Peneliti : Hasma Yakup
Nim :
Alamat :
Judul Peneltian :
Saya akan bersedia untuk dilakukan pengukuran dan pemeriksaan demi
kepentingan peneliti, dengan ketentuan hasil pemeriksaan akan dirahasiakan dan
hanya semata-mata untuk kepentingan ilmu pengetahuan.
Demikian surat pernyataan ini saya sampaiakan agar dapat digunakan
sebagaimana mestinya.

Morowali Utara, September 2022


Responden

(...........................................)

46
KUESIONER PENGUKURAN NYERI PADA REMAJA PUTRI DI SMPN 2
MAMOSALATO MOROWALI UTARA

Petunjuk pengisian Kuesioner :


Isilah data berikut sesuai dengan pertanyaan yang di minta di bawah ini.
No responden akan di isi oleh peneliti.
Bila dalam pengisian kuesioner kurang jelas anda dapat bertanya pada peneliti.
Pilih salah satu jawaban dan lingkari yang anda anggap benar.
No Responden :
NAMA :
ALAMAT :
NO HP :
Tanggal Pertama Haid :
A. Data Umum
1. Usia : .......................
2. Apakah Remaja Putri Pernah mendengar Informasi Tentang Abdominal
Streching?
a. Ya
b. Tidak
Jika Jawaban (Ya) Sumber Informasi di dapat dari
 TV
 Internet
 Petugas kesehatan
 Orang tua
 Guru
 Buku
 Majalah
B. Data Khusus
1. Apakah anda Sudah mengalami menstruasi?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anda Mengalami Siklus Menstruasi yang teratur?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah Anda Mengalami Nyeri Saat Menstruasi ?
a. ya
47
b. tidak
4. Berapa Skor Atau Nilai Nyeri Saat Anda Menstruasi ?
No Kategori Skor Total
0 1 2
1 Face (Wajah) Tidak ada Terkadang Sering
ekspresi meringis, menggeretakkan
khusus, menarik diri dagu dan
senyum mengatupkan
rahang
2 Leg (Kaki) Normal, Gelisah tegang Menendeang,
rileks kaki tertekuk,
melengkungkan
punggung.
3 Activity Berbaring Menggeliat, Kaku atau
(Aktivitas) tenang, tidak bisa diam, menghentak
posisi kaku
normal, mengerang
mudah
bergerak
4 Cry (Menangis) Tidak Merintih, Terus menangis,
menangis merengek, berteriak, sering
kadang-kadang mengeluh
mengeluh.
5 Consability Rileks Dapat Sulit di bujuk.
(Constability) ditenangkan
dengan
ssentuhan,
pelukan,
bujukan, dapat
dialihkan

………………………………., November 2022

( ……………………………………………………… )

48

Anda mungkin juga menyukai