Anda di halaman 1dari 50

PROPOSAL

GAMBARAN KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP


VAKSINASI RABIES HEWAN PELIHARAAN
DI DESA JANJI TAHUN 2023

OLEH :
SONDANG MIAN LUMBAN GAOL
220204127

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN 2023
PROPOSAL

GAMBARAN KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP


VAKSINASI RABIES HEWAN PELIHARAAN
DI DESA JANJI TAHUN 2023

PROPOSAL

Proposal ini diajukan sebagai syarat memeperoleh gelar Sarjana Keprawatan (S.Kep)
di Program Studi Keperawatan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia

OLEH :

SONDANG MIAN
220204127

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN TAHUN 2023
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Proposal Skripsi ini Telah Dibimbing dan Diperiksa Oleh Pembimbing dan Layak
untuk Dipersentaseikan di Dalam Seminar Proposal

Medan, Juni 2023

Dosen Pembimbing

(Ns. Erwin Silitonga, M.Kep)

Disetujui,
Ketua Program Studi Keperawatan
Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia

(Ns.Marthalena Simamora,M.Kep)

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
dan rahmat-Nyalah peneliti dapat menyelesaikan penyusunan proposal Skripsi
yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Pemilik HPR
Dalam Pencegahan Penyakit Rabies Di Desa Janji Wilayah Kerja Puskesmas
MatitiTahun 2023.”Proposal skripsi ini ditulis sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatandi Program Studi Keperawatan
Universitas Sari mutiara Indonesia. Proposal skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
dan bimbingansemua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini, peneliti mengucapkan terimakasih kepada bapak
dan ibu:
1. Dr. Parlindungan Purba, SH, MM selaku Ketua Yayasan Universitas Sari
Mutiara Medan.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia Medan.
3. Taruli Rohana Sinaga, SP, MKM, Ph.D selaku Dekan Fakultas Farmasi dan
Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
4. Ns.Marthalena Simamora,M.Kep selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
5. Ns. Erwin Silitonga, M.Kep,selaku pembimbing sekaligus ketua Penguji yang
bersedia memberikan masukan yang berupa saran dan kritik dalam
penyusunan proposal ini.
6. Seluruh staf dosen pengajar yang telah banyak memberikan dukungan di
Universitas Sari Mutiata Indonesia Medan.
7. Kedua orang tua dans audara yang telah memberikan dukungan baik
secaramateri, motivasi, dan doa kepada Tuhan dalam penyusunan proposal
Skripsi ini.
8. Rekan-rekan mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Sari Mutiara Indonesia
yang telah memberikan dukungan dan partisipasi selama penyusunan proposal
Skripsi.
9. Seluruh jajaran pemerintahan desa Janji.

ii
Peneliti mengharapkan masukan yang bersifat membangun untuk
menyempurnakan proposal Skripsi ini. Akhir kata peneliti berharap semoga
proposal Skripsi ini bermanfaat kepada semua yang membaca proposal Skripsi
ini. Sebelum dan sesudahnya peneliti mengucapkan terimakasih.

Medan,2023
Penulis

(Sondang Mian Lumban gaol)

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN.......................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL........................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 7
1.3.1 Tujuan Umum.................................................................. 8
1.3.2 Tujuan Khusus................................................................. 8
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Rabies........................................................................................ 9
2.1.1 DefenisiPenyakit Rabies.................................................. 9
2.1.2 Etiologi Penyakit Rabies.................................................. 10
2.1.3 Cara Penularan Penyakit Rabies...................................... 10
2.1.4 Program Pencegahan dan Strategi Pemberantasan
Penyakit Rabies .............................................................. 12
2.2 Pencegahan Rabies.................................................................... 13
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencegahan Rabies.........15
2.3.1 Situasi Rabies Di Indonesia.............................................18
2.3.2 Pengetahaun.....................................................................19
2.3.3 Cara Memperoleh Pengetahuan.......................................22
2.3.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan........... 25
2.3.5 Sikap................................................................................. 27
2.4 Vaksinasi Rabies....................................................................... 29
2.5. Keranka Konsep .......................................................................31
2.6 Hipotgesis.................................................................................. 31

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Desain penelitian.......................................................................32
3.2 Lokasi dan waktu penelitian......................................................32
3.2.1 Lokasi Penelitian.............................................................32
3.2.2 Waktu Penelitian..............................................................32
3.3 Populasi dan Sampel.................................................................32
3.3.1 Popilasi.............................................................................32

iv
3.32 Sampel...............................................................................32
3.4 Definisi Operasional..................................................................33
3.5 Aspek Pengukuran....................................................................34
3.6 Prosedur Pengumpulan Data.....................................................34
3.7 Etika Penelitian.........................................................................35
3.8 Pengolahan Data .......................................................................36
3.9 Analisis Data.............................................................................37
3.91 Analisa Univariat..............................................................37
3.9.2 Analisa Bivariat................................................................37

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1Struktu r Virus Rabies.................................................................... 16
Gambar 2.2Kerangka Konsep........................................................................... 28

vi
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1 Defenisi Operasional...................................................................... 33

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Rabies merupakan penyakit menular akut yang menyerang sistem

saraf pada manusia dan hewan berdarah panas yang disebabkan oleh virus

rabies, ditularkan melalui saliva hewan penderita rabies melalui gigitan

atau luka terbuka. Penyakit ini bersifat fatal, biasanya berakhir dengan

kematian. Rabies telah menyebar luas secara global di semua benua di

dunia kecuali Antartika. Lebih dari 95% kematian pada manusia terjadi di

Asia dan Afrika. Hampir 99% kasus kematian rabies pada manusia

ditularkan oleh anjing(Kementerian Kesehatan, 2017).

Jumlah kasus rabies pada manusia rata-rata pertahun di beberapa

Negara Asia antara lain India 20.000 kasus, China 2.500 kasus, Filifina

20.000 kasus, Vietnam 9.000 kasus dan Indonesia 1.168 kasus. Kasus

kematian akibat rabies, untuk wilayah Asia menyebabkan 50.000 kematian

per tahun, India 20.000-30.000 kematian per tahun, China rata-rata 2.500

kematian per tahun, Vietnam 9.000 kematian per tahun, Filipina 200-300

kematian per tahun dan Indonesia rata-rata sebanyak 143 kematian per

tahun (World Health Organisation, 2020).

Selama periode 2012 - 2016 telah dilaporkan kasus Gigitan Hewan

Penular Rabies (GHPR) sebanyak 373.000 dan sebanyak 288.417

mendapatkan Post Exposure Profilaksis (PEP) dengan vaksin anti rabies

(77,3%). Sebanyak 555 kasus dilaporkan meninggal dengan gejala-gejala

rabies atau 112 kematian per tahun.Berdasarkan data Kementerian

8
Kesehatan RI tahun 2020, di Indonesia, sekitar 98% dari seluruh penderita

rabies yang tertular melalui gigitan anjing, dari 34 provinsi sebanyak 24

provinsi endemis rabies dan 10 provinsi bebas rabies sehingga penyakit

rabies merupakan salah satu penyakit yang menjadi prioritas secara

nasional (Kementerian Kesehatan R1, 2020).

Penyakit rabies di Sumatera Utara merupakan masalah kesehatan

masyarakat.Kasus GHPR (Gigitan Hewan Penular Rabies) tersebar di

seluruh kabupaten/kota di Sumatera Utara.Total kasus GHPR sejak tahun

2007- 2017 sebanyak 40.606 kasus dengan pemberian post exposure

treatment (vaksin anti rabies/VAR) sebanyak 31.358 kasus (77,2%).

Sebanyak 148 kasus yang meninggal karena rabies (lyssa) yang tersebar di

24 kabupaten/kota. Sebanyak 9 kabupaten/kota yang tidak ada kasus lyssa

yaitu Binjai, Tebing Tinggi, Tanjung Balai, Langkat, Labuhan Batu, Karo,

Padang Lawas Utara, Padang Lawas, dan Labuhan Batu

Selatan(Wicaksono et al., 2018).

Prevalensi kasus gigitan di Sumatera Utara pada tahun 2019

berjumlah sebanyak 8.163 kasus dan pada tahun sebelumnya, 2018

ditemukan sebanyak 7.415 kasus. Pada tahun 2019 jumlah angka kasus

dari gigitan hewan penular rabies dan kasus digigit yang diberi VAR

(Vaksin Anti Rabies) mengalami kenaikan sebanyak 6.489 kasus apabila

dibandingkan dengan tahun 2018 sebanyak 5.407 kasus dan mengalami

penurunan dibandingkan pada tahun 2017 sebanyak 51.581 dari kasus

digigit yang diberi VAR (Vaksin Anti Rabies). Ditemukannya kasus rabies

yang terjadi di 12 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara pada tahun 2019,

9
yaitu P.Siantar, Nias Barat, Batubara, Pakpak Barat terdapat masing-

masing 1 kasus dan Samosir 2 kasus. Pada tahun 2018 terdapat 5

Kabupaten/Kota yaitu Simalungun, Tapanuli Utara, Nias terdapat masing-

masing 1 kasus, Samosir 2 kasus dan Humbang Hasundutan 3 kasus. Pada

tahun2017 ditemukan di 5 Kabupaten/Kota yaitu Tapanuli Utara 5 kasus,

Tapanuli Tengah, simalungun, Humbang Hasundutan masing-masing

terdapat 1 kasus, Simalungun, Nias Selatan 3 kasus. Pada tahun 2016

ditemukan di 3 Kabupaten yaitu di Kab.Humbang Hasundutan 7 kasus,

Nias Selatan, Sibolga masing-masing 1 kasus. Jumlah penderita ini

mengalami penurunan dibandingkan tahun 2015 yaitu 30 kasus di Kab.

Tapanuli Utara 11 kasus, Toba Samosir 8 kasus, Dairi 6 kasus, Nias

Selatan 1 kasus, Humbang Hasundutan 4 kasus, Samosir 2 kasus, Kota

Sibolga dan Kota Padang Sidimpuan masing-masing 2 kasus (Dinas

Kesehatan, 2019).

Data Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan

menyebutkan kasus rabies di Kabupaten Humbang Hasundutan

(Humbahas) mulai Januari 2014 hingga April 2015 mencapai 187 kasus

dari 251 korban gigitan anjing Dari sepuluh Kecamatan di seluruh

Kabupaten Humbahas, kasus gigitan anjing terbanyak berada di

Kecamatan Doloksanggul dengan total 60 kasus gigitan, diikuti

Kecamatan Pollung 48 kasus, Kecamatan Lintong Nihuta 46 kasus,

Kecamatan Parlilitan 28 Kasus, Kecamatan Paranginan 20 kasus,

Kecamatan Baktiraja 17 kasus, Kecamatan Sijama Polang 15 kasus,

10
Kecamatan Pakkat 13 kasus, Kecamatan Onan Ganjang 4 kasus, dan

lainnya di Kecamatan Tarabintang.

Upaya pencegahan penyebaran penyakit rabies sudah diupayakan oleh

pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan dengan melakukan

sosialisasi melalui media penyiaran berupa penayangan iklan layanan

masyarakat di televisi serta dialog interaktif. Upaya lain melalui

penyebaran brosur mengenai penyakit rabies, pemasangan baliho di

sejumlah tempat strategis seperti penyeberangan, pelabuhan udara, pasar

hewan, dan terminal bus kota, akan tetapi hal tersebut tidak cukup

memberikan hasil yang maksimal dalam pencegahan penyakit rabies

karena jumlah kasus rabies justru semakin meningkat. Usaha pencegahan

juga sudah dilakukan oleh Dinas terkait di Kabupaten Humbang

Hasundutan, seperti Dinas Kesehatan Dan Dinas Peternakan melakukan

penyuluhan dan vaksinasi anjing secara masal, selain upaya yang

dilakukan oleh pemerintah dalam mencegah meluasnya kasus rabies juga

diperlukan peran aktif dari masyarakat dalam usaha pencegahan penyakit

rabies karena keberhasilan program pengendalian dan pemberantasan

rabies bergantung kepada tingkat kesadaran masyarakat, khususnya

pemilik anjing untuk berpartisipasi dalam pencegahan rabies.

Berdasarkan tingkat bahaya dari penyakit rabies terdapat tindakan

pencegahan rabies yang bertujuan untuk meningkatkan kekebalan dalam

tubuh pada virus rabies dan agar antibodi yang terbentuk akan

menetralisasi virus rabies yang diaplikasikan dalam bentuk Vaksin Anti

Rabies (VAR). Tapi, diketahui bahwa virus rabies telah mencapai susunan

11
saraf pusat pemberian vaksin anti rabies tersebut tidak akan dapat

memiliki tingkat efisiensi yang tepat. Pemberian vaksin anti rabies perlu

dipertimbangkan pada kondisi hewan saat kontak terjadi, observasi hewan,

hasil laboratorium spesimen otak hewan, juga pada kondisi luka yang

ditimbulkan (Kesehatan et al., 2016).

Pada hasil penelitian Merwati dkk (2019) bahwa kejadian rabies harus

dapat di kendalikan dan di perhatikan. Hal tersebut merujuk pada kenaikan

angka sebaran kasus rabies yang terjadi pada tahun 2018-2019, adapun

selain keharusan dalam pemberian vaksin secara besar-besaran pada

hewan penyebab penular rabies pada manusia dan hewan lainnya maka

dibutuhkannya suatu upaya lain yang berbeda dalam melakukan

pengendalian kasus rabies agar dapat menekan angka kasus yang berlebih.

Adapun upaya lain selain pemberian vaksin secara massal, yaitu menekan

angka berkembang biak kucing atau anjing peliharaan liar, mengawasi

jenis hewan yang keluar masuk yang memiliki potensi penular rabies,

menyediakan saran pemberian vaksin berkala pada hewan potensi rabies,

juga diharapkan hal tersebut bisa memberikan pemahaman kepada

masyarakat mengenai penyakit rabies yang bersifat zoonosis pada manusia

dapat menjadi salah satu upaya yang dapat dijadikan pertimbangan agar

upaya dapat menekan angka meningkatnya kasus kejadian rabies (Marwati

et al., 2019).

Angka kejadian rabies bisa ditekan dengan pemberian vaksinasi

secara besar-besaran, penyakit tersebut memberikan beban finansial bagi

masyarakat di negara berkembangyang tidakmemiliki sumber daya

12
danfinansial yang cukup dalam melakukan control pada kejadian rabies

(Haesler et al. 2012). Adapun vaksin yang tidak tepat, tidak

memperhatikan umur anjing dan kondisi kesehatan anjing dalam waktu

pelaksanaan vaksinasi merupakan salah satu penyebab titer yang tidak

bagus. Program vaksinasi dapat dilakukan pada umur 12 minggu atau

lebih.Dalam program pemberian vaksin rabies diharapkan dilakukan

revaksinasi pada 1 tahun setelah vaksinasi dan diulang sekali lagi 3 tahun

kemudian.Beberapa vaksin inaktif rabies mempunyai durasi minimum 3

tahun. Namun beberapa anakan anjing sebesar 5 % gagal untuk

membentuk imunitas terhadap salah satu vaksin inti termasuk juga vaksin

rabies. Penyebab gagalnya imunitas antara lain dapat disebabkan oleh

keberadaan imunitas secara pasif dari vaksinasi sebelumnya, mundurnya

respon sistem kekebalan, imunogenisitas vaksin yang lemah, vaksin yang

diberikan kurang cukup, ketidakmampuan genetic untuk merespon antigen

dalam vaksin, kejadian immunosupresi, terlalu banyak komponen dalam

vaksin (multiple component vaccine), atau juga inefektifitas pada vaksin

itu sendiri (Schutz, 2000) (Kustiawan et al., 2017).

Menurut (Roth, 2010), faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan

durasi imunitas pada hewan antara lain faktor vaksin, faktor individu

hewannya termasuk penurunan imunitas karena pathogen, dan faktor

patogennya. Adapun maternal antibodi, jarak waktu vaksinasi dan paparan

antigen, perbedaan strain virus, kerusakan vaksin, aplikasi vaksinasi yang

kurang tepat, jadwal vaksinasi yang kurang terpat, variasi ras,

imunosupresi atau imunodefisiensi, defisiensi nutrisi dan berada pada

13
masa awal infeksi dapat berpengaruh terhadap kegagalan vaksinasi.

Adapun agar vaksinasi massal pada anjing dapat dilaksanakan dengan

sebaik-baiknya adalah melakukan cakupan vaksinasi minimal 70% yang

dinilai sebagai strategi paling hemat biaya dan efektif untuk mencegah

rabies pada manusia, dan vaksinasi pra-pajanan pada manusia yang dapat

memberi perlindungan terutama bagi individu yang secara kontinu,

frekuensi sering, dan berisiko tinggi terpajan virus rabies agar dapat

menjadi strategi eliminasi penyakit rabies pada anjing dengan bantuan dari

berbagai macam aspek yang merupakan kunci dalam pengendalian rabies

(Purnamasari & Putra, 2017).

Di desa Janji di Kecamatan Doloksanggul berdasarkan data tahun

2015 dialporkan total terdapat 60 kasus gigitan, diikuti Kecamatan Pollung

48 kasus, Kecamatan Lintong Nihuta 46 kasus, Kecamatan Parlilitan 28

Kasus, Kecamatan Paranginan 20 kasus, Kecamatan Baktiraja 17 kasus,

Kecamatan Sijama Polang 15 kasus, Kecamatan Pakkat 13 kasus,

Kecamatan Onan Ganjang 4 kasus, dan lainnya di Kecamatan Tarabintang.

Kasus rabies di Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas) mulai

Januari 2014 hingga April 2015 mencapai 187 kasus dari 251 korban

gigitan anjing.

Pemberian vaksin anti rabies yang baik dan tepat bergantung pada

pemberian informasi dari tenaga penyuluh kesehatan dan sektor-sektor

terkait dalam penyuluhan tentang imunisasi, dengan adanya penyampaian

informasi yang baik dan tepat merupakan hak bagi setiap masyarakat agar

mendapatkan kejelasan informasi secara detail dan lengkap terhadap

14
berbagai macam kemungkinan yang akan terjadi (Kementerian Kesehatan

RI., 2015). Tingginya angka kasus lyssa di Sumatera Utara dari tahun

2007-2017 terjadi karena rendahnya kesadaran masyarakat untuk segera

melaporkan kasus gigitan ke fasilitas pelayanan kesehatan serta kurangnya

ketersediaan VAR. Cakupan vaksinasi HPR di Sumatera Utara masih

rendah yaitu 38,7%, sementara rekomendasi WHO untuk mencegah

terjadinya penyebaran dan memberantas rabies di masyarakat maka

cakupan vaksinasi HPR minimal ada pada tingkat 70%. Cakupan vaksinasi

HPR di Sumatera Utara harus ditingkatkan karena cakupan vaksinasi yang

tinggi dapat membentuk kekebalan kelompok (herd immunity) yang

menjadi indikator penting dalam mencegah dan mengendalikan rabies.

Kasus lyssa di Sumatera Utara disumbang oleh daerah yang mayoritas

penduduknya non muslim, hal ini terkait dengan sosial budaya di

masyarakat tersebut (Sitepu et al., 2018). Berdasarkan data dan fakta diatas

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Gambaran Kesadaran

Masyarakat Terhadap Vaksinasi Rabies Hewan Peliharaan Di Desa Janji

Tahun 2023.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu bagaimana Gambaran Kesadaran Masyarakat Terhadap

Vaksinasi Rabies Hewan PeliharaanDi Desa Janji Tahun 2023?

15
1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui Gambaran Kesadaran Masyarakat Terhadap Vaksinasi

Rabies Hewan Peliharaan Di Desa Janji Tahun 2023.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan

tentang gambaran Kesadaran Masyarakat Terhadap Vaksinasi Rabies

Hewan Peliharaan Di Desa Janji Tahun 2023.

1.4.2 Manfaat Praktis

Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan

untuk pembenahan dalam rangka meningkatkan kualitas/efisiensi

program pencegahan rabies.

1.4.3 Bagi peneliti Selanjutnya

Bisa dijadikan sebagai referensi atau data dasar tentang partisipasi

masyarakat dalam pencegahan rabies.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rabies

2.1.1 DefenisiPenyakit Rabies

16
Penyakit rabies atau dikenal juga dengan penyakit anjing gila

merupakan salah satu penyakit zoonosa (penyakit hewan yang dapat

menular ke manusia) dan penyakit hewan menular yang akut dari

susunan saraf pusat yang dapat menyerang hewan berdarah panas serta

manusia yang disebabkan oleh virus rabies (Kementerian Kesehatan R1,

2017).

Penyakit rabies adalah penyakit hewan menular yang akut dari

susunan saraf pusat disebabkan oleh virus rabies dan merupakan

penyakit zoonosa (penyakit hewan yang dapat menular kepada manusia

yang sangat ditakuti dan mengganggu ketentraman hidup masyarakat)

(Direktorat Kesehatan Hewan, 2016).Rabies adalah penyakit infeksi

akut susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus neurotropik dan

bersifat fatal. Penyakit ini bersifat zoonosis yaitu dapat ditularkan pada

manusia lewat gigitan atau melalui luka yang terkena air liur hewan

yang terinfeksi oleh virus rabies. Nama lain penyakit ini ialah

hydrophobia, la rage (Prancis), la rabbia (Italia), la rabia (Spanyol),

die tollwutt (Jerman) atau di Indonesia dikenal sebagaipenyakit ”anjing

gila” (Entjang, 2018).

2.1.2 Etiologi Penyakit Rabies

Rabies disebabkan oleh infeksi virus rabies. Virus rabies merupakan

prototipe dari genus Lyssavirus dari famili rhabdoviridae. Virus ini

17
bersifat neurotrop dan memiliki ukuran 100 - 150 mikron. Genus

Lyssavirus terdiri dari 11 jenis virus yang secara antigenik mirip virus

rabies dan yang menginfeksi manusia adalah virus rabies, Mokola,

Duvenhage dan European bat Lyssavirus. Virus rabies mempunyai inti

yang terdiri dari asam nukleat RNA saja yang bersifat genetik. Inti tersebut

dikelilingi oleh ribonukleoprotein yang disebut kapsid. Kombinasi inti dan

kapsid disebut nukleokapsid. Diluar nukleokapsid ada kapsomer yang

terdiri dari satuan molekul protein dan diluarnya terdapat “envelope” yang

pada permukaannya terdapat spikules (spikes). Virus ini resisten terhadap

pengeringan dan freezing thawing yang berulang, cukup stabil pada pH 5-

10 serta peka terhadap suhu pasteurisasi dan sinar ultra violet. Virus

Rabies masuk kedalam tubuh manusia atau hewan melalui luka gigitan

hewan penderita Rabies dan luka terkena air liur hewan atau manusia dan

didekatnya, kemudian bergerak mencapai ujung-ujung serabut syaraf

posterior tanpa menunjukkan perubahan-perubahan (Entjang, 2018).

2.1.3 Cara Penularan Penyakit Rabies

Penyakit rabies bisa menular dari hewan ke hewan dan dari hewan

ke manusia melalui: luka gigitan hewan penderita rabies, luka yang

terkena air liur penderita rabies (Syailin, 2016). Virus rabies ini masuk ke

dalam tubuh manusia atau hewan melalui luka gigitan hewan penderita

rabies dan luka terkena air liur hewan atau manusia penderita rabies, maka

selama 2 minggu virus tetap tinggal pada tempat masuk dan di dekatnya,

kemudian bergerak mencapai ujung-ujung serabut syaraf posterior tanpa

menunjukkan perubahan-perubahan fungsinya (Entjang, 2018).

18
Masa inkubasi bervariasi yaitu antara 2 minggu sampai 2 tahun,

tetapi pada umumnya 2-8 minggu, berhubungan dengan jarak yang harus

ditempuh oleh virus sebelum mencapai otak. Sesampainya di otak, virus

memperbanyak diri dan menyebar luas dalam semua bagian neuron

sentral, kemudian ke arah perifer dalam serabut syaraf eferen dan pada

syaraf volunteer maupun syaraf otonom. Virus ini menyerang hampir tiap

organ dan jaringan dalam tubuh dan berkembang biak dalam jaringan-

jaringan seperti kelenjar ludah, ginjal, dan sebagainya (Kementerian

Kesehatan R1, 2017).

Menurut Kementerian Kesehatan R1 (2017) tanda-tanda penyakit

rabies pada manusia antara lain :

a. Stadium prodromal

Gejala awal berupa demam, sakit kepala, malaise, kehilangan nafsu makan,

mual, rasa nyeri di tenggorokan, batuk, dan kelelahan luar biasa selama

beberapa hari (1-4 hari). Gejala ini merupakan gejala yang spesifik dari

orang yang terinfeksi virus rabies yang muncul 1-2 bulan setelah gigitan

hewan penular rabies.

b. Stadium sensoris

Penderita merasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada bekas luka

gigitan dan secara bertahap terus berkembang menyebar ke anggota badan

yang lain, kemudian disusul dengan gejala cemas dan reaksi yang

berlebihan terhadap rangsangan sensorik.

c. Stadium eksitasi

19
Tonus otot-otot dan aktivasi simpatik menjad meninggi dengan gejala

hiperhidrosis, hipersaliva, hiperlakrimasi, dan pupildilatasi. Bersama

dengan stadium eksitasi ini penyakit mencapai puncaknya. Keadaan yang

khas pada stadium ini adalah adanya macam-macam fobia, yang sangat

sering diantaranya adalah hidrofobia (ketakutan terhadap air).

d. Stadium paralisis

Ditinjau dari segi jumlahnya, stadium paralisis rabies pada manusia

dijumpai kurang lebih hanya sekitar seperlima dari kasus yang terjadi,

tetapi untuk hewan merupakan gejala paling sering dijumpai sebelum

terjadi kematian. Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium

eksitasi. Kadang-kadang ditemukan juga kasus tanpa gejala eksitasi,

melainkan gejala-gejala paresis, yaitu otot-otot yang bersifat progresif. Hal

ini karena gangguan sumsum tulang belakang yang memperlihatkan gejala

paresis otot-otot yang bersifat asenden, yang selanjutnya meninggal karena

kelumpuhan oto-otot pernafasan.

2.1.4 Program Pencegahan dan Strategi Pemberantasan Penyakit Rabies

a. Tindakan pencegahan dan pemberantasan kasus rabies

Menurut Kementerian Kesehatan R1 (2017) tindakan pencegahan

dan pemberantasan kasus rabies yang dapat dilakukan oleh masyarakat

adalah:

20
1) Anjing atau kucing peliharaan, tidak boleh dilepas berkeliaran, harus

didaftarkan ke kantor Kepala Desa atau Kelurahan atau Petugas Dinas

Peternakan setempat.

2) Anjing harus diikat dengan rantai yang panjangnya tidak lebih dari 2
meter.

3) Anjing yang hendak dibawa keluar halaman harus diikat dengan rantai

yang panjangnya tidak lebih dari 2meter dan moncongnya harus

menggunakan berangus (berongsong).

4) Pemilik anjing atau kucing harus memvaksinasi peliharaannya.

5) Anjing liar atau anjing yang diliarkan harus segera dilaporkan kepada

petugas Dinas Peternakan atau pos kesehatan hewan untuk diberantas

atau dimusnahkan.

6) Kurangi sumber makanan ditempat terbuka untuk mengurangi anjing liar

atau anjing yang diliarkan.

7) Daerah yang terbebas dari penyakit rabies harus mencegah masuknya

anjing, kucing, kera, dan hewan sejenis dari daerah tertular rabies.

8) Masyarakat harus waspada terhadap anjing yang diliarkan dan segera

melaporkan kepada petugas Dinas Peternakan atau posko rabies.

2.2. Pencegahan Rabies

Menurut Kementerian Kesehatan R1 (2017) partisipasi masyarakat

dalam pencegahan rabies merupakan suatu bentuk keterlibatan masyarakat

untuk mencegah rabies dengan cara menertibkan dan memvaksinasi anjing

peliharaannya sehingga tidak terjangkit rabies. Partisipasi masyarakat

21
dalampencegahan rabies tergolong partisipasi program atau keikutsertaan

dalam program kesehatan yang sesuai dengan kebijakan dari Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah

sebagai berikut:

a. Hindari kejadian penggigitan.

1) Anjing peliharaan diikat dengan rantai yang panjangnya tidak boleh

lebih dari 2 meter dengan tujuan agar anjing peliharaan tidak menggigit

orang yang ada disekitar dan anjing peliharaan tidak berhubungan

dengan anjing liar yang kemungkinan terinfeksi virus rabies.

2) Anjing peliharaan diikat dengan rantai yang panjangnya tidak boleh

lebih dari 2 meter dan moncongnya diberangus ketika dibawa keluar

rumah dengan tujuan agar anjing peliharaan tidak menggigit orang yang

ada disekitar dan anjing peliharaan tidak berhubungan dengan anjing

liar yang kemungkinan terinfeksi virus rabies.

3) Anjing peliharaan tidak boleh dibiarkan lepas berkeliaran. Harus

didaftarkan pada kantor kelurahan/desa atau Dinas Peternakan setempat

agar terdaftar pada Dinas Peternakan sehingga anjing peliharaan

mendapat jatah vaksin rabies.

b. Vaksinasi rabies pada anjing, kucing, kera/monyet peliharaan secara teratur

setiap tahun agar hewan peliharaan kebal terhadap virus rabies

c. Mengikuti penyuluhan tentang pencegahan penyakit rabies

d. Mampu melakukan pertolongan pertama bila terjadi kasus gigitan, diharapkan

masyarakat dapat melakukan pertolongan pertama dengan : mencuci luka

gigitan dengan sabun atau detergen, dengan air mengalir selama 10-15 menit.

22
Luka gigitan jangan diikat, kemudian segera kePuskesmas/RS terdekat dan

laporkan kasus gigitan ke desa/kelurahan.

Syarat-syarat tumbuhnya partisipasi dapat dikelompokkan menjadi tiga

golongan, yaitu: pertama, adanya kesempatan untuk membangun dalam

pembangunan, kedua adalah adanya kemampuan untuk memanfaatkan

kesempatan itu, dan ketiga adalah adanya kemauan untuk berpartisipasi. Untuk

meningkatkan partisipasi, maka kesempatan, kemampuan, dan kemauan untuk

berpartisipasi dalam pembangunan itu perlu ditingkatkan. Peningkatan

partisipasi masyarakat adalah suatu proses dimana individu, keluarga, dan

masyarakat dilibatkan dalam perencanaan dan pelaksanaan pencegahan penyakit

di wilayahnya. Kegiatan ini dimaksudkan untuk meyakinkan masyarakat bahwa

program ini perlu dilaksanakan oleh masyarakat untuk mengatasi masalah yang

ada di lingkungannya (Malahayati, 2019).

Kegiatan ini dapat meningkatkan rasa percaya diri masyarakat untuk ikut

melaksanakan program pemerintah. Peningkatan partisipasi masyarakat

menumbuhkan berbagai peluang yang memungkinkan seluruh anggota

masyarakat untuk secara aktif berkontribusi, sehingga dapat menghasilkan

manfaat yang merata bagi seluruh warga. Dengan demikian jelaslah bahwa

partisipasi masyarakat khususnya kepala keluarga merupakan suatu syarat yang

mutlak diperlukan demi keberhasilan program pembangunan. Suatu program

akan dianggap tidak berhasil jika tidak melibatkan masyarakat itu sendiri. Oleh

karena itu, penting sekali dipertimbangkan meningkatkan partisipasi kepala

keluarga dalam setiap program pembangunan (Malahayati, 2019).

23
2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencegahan Rabies

Rabies disebut juga Lyssa, Tollwut atau penyakit anjing gila.

Rabies adalah penyakit zoonosis dan infeksi virus akut yang menyerang

sistem saraf pusat manusia dan mamalia dengan mortalitas 100%

(Tanzil, 2014). Rabies juga disebut penyakit anjing gila yaitu penyakit

hewan menular yang disebabkan oleh virus dari genus Lyssavirus (dari

bahasa Yunani Lyssa yang berarti mengamuk atau kemarahan). Rabies

berasal dari bahasa latin “rabere” yang artinya marah, menurut bahasa

Sansekerta “rabhas” yang berarti kekerasan (Kemenkes, 2016).

Gambar 1. Struktur Virus Rabies (Kementerian Pertanian, 2019)

Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat untuk

melakukan pencegahan rabies tidak terlepas dari-faktor yang

mempengaruhi perilaku kesehatan menurut teori Green (1980) yang

dikutip Notoadmojo (2017) berdasarkan teori precede-proceed. Teori ini

dikembangkan oleh Lawrence Green. L.Green yang sering digunakan

24
dalam bidang kesehatan. Teori Precede-Proceed dapat membantu dalam

pembuatan kebijakan, menganalisis situasi dan merancang program

kesehatan secara tepat. Precede-Proceed merupakan teori perubahan

perilaku yang digunakanuntuk intervensi, implementasi dan evaluasi

perilaku dalam promosi kesehatan di komunitas atau masyarakat.

PRECEDE (Predisposing, Reinforcing, and Enabling Causes in

Educational Diagnosis and Evaluation) adalah suatu model pendekatan

yang dapat digunakan dalammendiagnosis masalah kesehatan ataupun

sebagai alat untuk merencanakan suatu kegiatan perencanaan kesehatan

atau mengembangkan suatu model pendekatan yang dapat digunakan

untuk membuat perencanaan kesehatan (Sunaryo, 2017).

PRECEDE disempunakan oleh Green (1980) yang dikutip

(Notoatmodjo, 2017) menjadi PRECEDE-PROCEED. PROCEED (Policy,

Regulatory, Organizational, Construct, in Educational and Environmental

Development). PRECEDE digunakan pada fase diagnosis

masalah,penetapan prioritas masalah dan tujuan program, sedangkan

PROCEED digunakan untuk menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan,

serta implementasi dan evaluasi. Model teori Precede-Proceed ini telah

digunakan oleh Paramita (2019) dalam penelitian terkait hubungan faktor-

faktor yang mempengaruhi partisipasi pemilik anjing terhadap pencegahan

penyakit rabies di Dusun Dauh Pangkung Jangu, Desa Pohsanten,

Mendoyo, Jembrana. Menurut teori Green (1980) yang dikutip

(Notoatmodjo, 2017). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

kesehatan terdiri dari tiga faktor utama yaitu :

25
a. Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factors), yang terwujud dalam

psikologi dalam diri individu itu sendiri. Variabelnya antara lain pengetahuan,

sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

b. Faktor-faktor pendukung (Enabling factors), yang merupakan pengaruh dari

lingkungan luar. Variabel ini terwujud dalam lingkungan fisik, jam operasional

dan jarak fasilitas kesehatan, tersedia atau tidak tersedia fasilitas-fasilitas atau

sarana-sarana kesehatan, misalnya Puskesmas, obat-obatan, alat-alat dan

sebagainya.

c. Faktor-faktor pendorong/ penguat (Reinforcing factors) merupakan pengaruh

dari orang/ kelompok/ organisasi yang memiliki pengaruh atau kekuasaan,

seperti peraturan pemerintahan, sikap dan perilaku petugas kesehatan atau

petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

2.3.1 Situasi Rabies Di Indonesia

Rabies dilaporkan untuk pertama kali di Indonesia adalah sejak

tahun 1884 oleh Esser yang menyerang seekor kerbau di Jawa Barat. Pada

Wilayah yang sama kasus rabies pada anjing yang pertama dilaporkan oleh

Penning pada tahun 1889 dan 5 tahun kemudian kasus manusia pertama

ditemukan oleh Eilerts de Haan (Direktorat Kesehatan Hewan, 2007).

Berdasarkan studi retrospektif, wabah rabies di Indonesia dimulai pada

tahun 1884 di Jawa Barat, tahun 1953 di Jawa Tengah, Jawa Timur dan

Sumatera Barat, kemudian tahun 1956 di Sumatera Utara (Arief, 2014).

Rabies masih menjadi masalah klasik pada 25 dari 34 provinsi di

sebagian besar pulau-pulau di Indonesia dan menjadi salah satu penyakit

26
prioritas nasional (Direktorat Kesehatan Hewan, 2014). Beberapa tahun

terakhir ini, terjadi penularan di daerah baru di Indonesia, seperti di Pulau

Bali yang tertular pada tahun 2008, kemudian Pulau Nias tahun 2010,

Pulau Larat di Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan Pulau Kisar dan

Daweloor Kabupaten Maluku Barat Daya yang terjadi pada Tahun 2012,

dan yang terakhir adalah munculnya kembali rabies di Kalimantan Barat

pada tahun 2014 (Direktorat Kesehatan Hewan 2014).

Pada tahun 2012, jumlah kasus rabies pada manusia dilaporkan

sebanyak 662, namun kerugian yang ditimbulkannya masih dianggap lebih

kecil karena adanya kasus yang tidak dilaporkan (under-reported)

(Mustiana, 2013). Pada tahun 2016, sebanyak 86 orang meninggal karena

rabies di Indonesia. Sampai dengan akhir tahun 2017, hanya sembilan dari

34 provinsi di Indonesia yang dinyatakan sebagai daerah bebas rabies, di

mana lima di antaranya adalah bebas secara historis (Kepulauan Riau,

bangka Belitung, Nusa Tenggara Barat, Papua Barat dan Papua),

sedangkan empat yang lain berhasil dibebaskan (DKI Jakarta, Jawa

Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur) (Kemenkes, 2017). Pada Bulan

Maret tahun 2019, Provinsi Nusa Tenggara Barat secara resmi

dideklarasikan tertular oleh penyakit rabies (Kementeri Pertanian, 2019).

Walaupun rabies dapat dicegah melalui vaksinasi massal, penyakit

ini merupakan beban kesehatan masyarakat di negara berkembang yang

tidak mempunyai sumber daya teknis dan finansial untuk mengendalikan

rabies pada populasi hewan (Haesler et al, 2012). Kematian manusia

akibat rabies secara signifikan tidak terlaporkan dengan baik di beberapa

27
wilayah di dunia. Studi empiris yang biasa dilakukan dalam

memperkirakan beban penyakit rabies meliputi survei masyarakat, survei

autopsi verbal skala besar, surveillans aktif dan pelacakan kontak korban

(WHO, 2018).

2.3.2 Sikap

Menurut Notoadmodjo (2014) sikap adalah juga respon tertutup

seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan

factor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang,

setuju-tidak setuju, baiktidak baik dan sebagainya). Campbell (1950)

mendefenisikan sangat sederhana yakni: “An individual’s attitude is

syndrome of response consistency with regard to object”. Jadijelas di sini

dikatakan bahwa sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan

gejala kejiwaan yang lain.

Menurut Allpord (1954) dalam Notoadmodjo (2014) sikap itu

terdiri dari 3 komponen pokok, yakni: a. Kepercayaan atau keyakinan, ide

dan konsep terhadap objek, artinya bagaimana keyakinan, pendapat atau

pemikiran seseorang terhadap objek. b. Kehidupan emosional dan evalusi

orang terhadap objek, artinya bagaimana penilaian (terkandung di

dalamnya factor emosi) orang tersebut terhadap objek. c. Kecenderungan

untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah merupakan

komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka Ketiga

komponen tersebut diatas secara bersama-sama membentuk sikap yang

utuh (total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan,

28
pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Seperti halnya

pengetahuan, sikap juga membentuk tingkat-tingkat berdasarkan

intensitasnya, yaitu: a. Menerima (Receiving) Menerima diartikan bahwa

orang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek). b.

Menanggapi (Responding). Menanggapi di sini diartikan memberikan

tanggapan atau jawaban terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. c.

Menghargai (Valuing) Menghargai diartikan subjek atau seseorang

memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti

membahasnya dengan orang lain bahkan mengajak atau memengaruhi atau

menganjurkan orang lain merespon. d. BertanggungJawab (Responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggungjawab terhadap

apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap

tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil risiko bila

ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain.

2.4. Vaksinasi Rabies

Vaksin adalah produk biologis yang terbuat dari kuman,komponen

kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan yang berguna untuk

merangsang timbulnya kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit

tertentu. Semua vaksin merupakan produk biologis yang rentan, memiliki

karakteristik tertentu sehingga memerlukan penanganan khusus.

Penyimpangan ketentuan yang ada dapat mengakibatkan kerusakan vaksin

sehingga potensi vaksin akan berkurang atau bahkan hilang. Sekali potensi

vaksin berkurang atau hilang tidak dapat diperbaiki. Kualitas vaksin tidak

29
hanya ditentukan dengan test laboratorium (uji potensivaksin), namun juga

sangat tergantung pada kualitas pengelolaannya (Hiswani, 2003).

Suhu beku dapat merusak potensi vaksin pada vaksin-vaksin yang

disyaratkan untuk disimpan pada suhu 2-8 oC. Selain bagian dari

pengobatan, pemberian vaksin rabies juga bisa berfungsi sebagai

pencegahan yang sebaiknya diberikan pada mereka yang berisiko tinggi

terkena penyakit ini, diantaranya:

1. Orang-orang yang tinggal di wilayah yang masih rawan rabies.

2. Pecinta alam yang menjelajahi hutan dan gua.

3. Peneliti lapangan yang sedang meneliti soal rabies.

4. Pengurus kebun binatang.

5. Dokter hewan.

6. Pekerja toko hewan.

7. Petugas laboratorium yang menangani sampel virus rabies.

8. Wisatawan yang mengunjungi daerah rawan rabies yang tidak memiliki

fasilitas kesehatan yang memadai.

9. Vaksinasi untuk pencegahan biasanya diberikan sebanyak tiga kali. Setelah

memberikan suntikan pertama, dokter akan kembali memberikan suntikan

kedua pada hari ke-7. Dan untuk suntikan ketiga, dokter akan

memberikannya pada hari ke-21 atau ke-28. Sebaiknya rangkaian vaksinasi

tersebut dijalani seluruhnya agar kekebalan tubuh bisa terbentuk sempurna.

10. Setelah menerima suntikan vaksin rabies, biasanya Anda akan mengalami

efek samping ringan, seperti bengkak berwarna kemerahan dan rasa sakit

pada bagian tubuh yang disuntik. Namun efek samping itu hanya sementara

30
dan akan hilang setelah 1-2 hari. Beberapa efek samping lainnya yang

sangat jarang terjadi adalah ruam, nyeri otot, muntah, demam ringan, dan

sakit kepala.

11. Vaksin rabies tidak sulit ditemukan di Indonesia. Biasanya rumah sakit,

puskesmas, atau klinik kesehatan sudah menyediakan vaksin tersebut.

Meski vaksin rabies tidak menimbulkan efek samping yang berarti, vaksin

ini sebaiknya tidak diberikan kepada wanita hamil sebisa mungkin.

12. Agar kekebalan tubuh terhadap rabies tetap terjaga, bagi mereka yang

hidupnya selalu berisiko tinggi terkena rabies alangkah baiknya menjalani

vaksinasi lanjutan. Vaksinasi rabies lanjutan ini dilakukan setahun setelah

rangkaian atau paket vaksinasi pertama. Dan vaksinasi lanjutan kedua atau

yang berikutnya biasanya berjarak tiga hingga lima tahun setelahnya

(Hiswani, 2003).

2.5. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dari penelitian ini adalah mendapatkan Gambaran

Kesadaran Masyarakat Terhadap Vaksinasi Rabies Hewan Peliharaan Di Desa

Janji Tahun 2023.

31
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan analitik observasional

dengan desain cross sectional study (potong lintang). Rancangan Penelitian

Survei cross sectional adalah suatu penelitian untuk pendekatan, observasi atau

pengumpulan data secara langsung pada waktu bersamaan dengan rancangan

cross sectional study.

3.2 Tempat dan waktu penelitian

3.2.1 Tempat penelitian

32
Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Janji, Humbang Hasundutan,

Sumatera Utara.

3.2.2. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Agustus tahun 2023.

3.3 Populasi dan sampel

3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh rumah tangga yang di

Desa Janji yang berjumlah 196 rumah tangga.

3.3.2 Sampel

Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 98rumah tangga.Teknik

pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode accidental

Sampplingyaitu , teknik pengambilan sampel berdasarkan kebetulan/incidental

bertemu dengan peneliti dan bisa dijadikan sebagai responden (Sugiyono, 2016).

Rumus pengambilan sampel yaitu Slovin, menurut Slovin (2014).

N = N / ( 1 + N.(e)2)
n = 6.037/(1+6.037.(0.1)2)
n = 6.037/(1+6.037.(0.01))
n = 6.037/(1+60,37)
n = 6.037/61,37
n= 98 orang

Keterangan :
N = Besar Populasi
n = Besar sempel
e = Tingkat kepercayaan 95% (0,05)

3.4 Defenisi operasional


Tabel 3.1. Defenisi Operasional

33
Cara
N Skala
Variabel Defenisi Operasional Ukur/Alat Hasil Ukur
o Ukur
Ukur

Vaksinasi Rabies Persepsi masyarakat tentang


dalam vaksin rabies dalam Wawancara/ 1. Baik
1 Ordinal
pencegahan pencegahan pengaruh 2. Kurang
Kuesioner
Rabies infeksi rabies. Baik

3.5 Aspek pengukuran

Vaksinasi Rabies

Instrumen yang digunakan kuesioner. Jawaban responden diberi skor

1,2,3,4 dan 5.

Berdasarkan jumlah yang diperoleh maka kategorinya sebagai berikut:

Baik : Jika jawaban responden ≥ 60%

Kurang : Jika jawaban responden <60%

3.6 Prosedur Pengumpulan Data

Tahapan penelitian ini dapat dibagi menjadi 3 tahapan yaitu:

a. Tahap Persiapan:

Tahap persiapan penelitian terdiri dari:

1) Pengurusan ijin penelitian dari lembaga yang berwenang.

2) Penulis melakukan survey pendahuluan di lokasi penelitian untuk

mendapatkan data awal

b. Tahap Pelaksanaan:

Adapun tahap pelaksanaan penelitian terdiri dari:

1) Pengarahan pada responden terhadap tujuan penelitian

34
Menjelaskan tujuan penelitian kepada responden

2) Pelaksanaan penelitian

3) Pengolahan dan analisis data penelitian

Melakukan pengolahan data dengan menggunakan metode

komputerisasi

3.7 Etika Penelitian

1. Infomend Consent (Lembar persetujuan)

Penelitian ini hanya melibatkan sampel dan responden yang bersedia

terlibat secara sadar dan tanpa paksaan. Sebelum penelitian

dilakukan, peneliti menjelaskan tujuan, dan prosedur penelitian kepada

responden. Selanjutnya peneliti meminta persetujuan responden untuk

terlibat dalam penelitian. Jika responden setuju maka responden

diminta untuk menandatangani surat persetujuan menjadi responden,

dalam hal ini adalah informed consent.Peneliti menerapkan prinsip

dasar penerapan etik penelitian kesehatan dalam melakukan penelitian ini

(Komisi Nasional Etik Penelitian Kesehatan, 2007).

2. Outonomy

Memberikan kebebasan kepada responden untuk menyampaikan segala

keluhan.

3. Anominity (Tanpa Nama)

Anominity menjelaskan bentuk penulisan dengan tidak perlu

mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data, tetapi hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.

35
4. Confidentiality (Kerahasiaan).

Kerahasiaan menjelaskan masalah-masalah responden yang harus

dirahasiakan dalam penelitian. Kerahasiaan informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian.

3.8 Pengelolaan Data

Data yang telah dikumpulkan diolah dengan cara menual dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Editing (pengecekan)

Setelah data terkumpul peneliti melakukan pengecekan data sedemikian

rupa sehingga jelas sifat-sifat yang dimiliki oleh data dengan baik, data

tersebut perlu diperiksa terlebih dahulu, apakah telah sesuai seperti yang

diharapkan atau tidak.

2. Coding (kode)

Peneliti melakukan melakukan Pemberian kode identitas responden untuk

menjaga kerahasiaan dan mempermudah proses penelusuran biodata

responden. setiap jawaban dari hasil kuesiner untuk memudahkan peneliti

dengan mengubah data yang sudah diedit dalam bentuk angka, dengan

memberikan kode.

3. Entry data

36
Jawaban-jawaban yang sudah diberi kode katagori kemudian dimasukan

dalam tabel dengan cara menghitung frekuensi data. Memasukan data,

boleh dengan cara manual atau melalui pengolahan computer.

4. Tabulating (tabel)

Setelah edit dan kode selesai dilakukan, langkah selanjutnya data

dimasukkan kedalam bentuk distribusi frekuensi.

3.9 Analisa Data

3.9.1 Analisa Univariat

Data yang dianalisis secara univariat untuk mengetahui distribusi

frekuensi dari variabel independen (variabel bebas) dan variabel

dependen (variabel terikat). Setelah dilakukan pengumpulan data,

kemudian data dianalisi mengunakan statistik deskriptif.

Daftar Pustaka

Akoso. (2017). Pencegahan dan Pengendalian Rabies, Penyakit Menular pada

Hewan dan Manusia. Yogyakarta: Kanisius.

Arikunto, S. (2016). Manajemen Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta Asiz,

A. ( 2014). Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan. Jakarta : EGC.

37
Astuty, Isma (2016) Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan

Tentang Penyakit Rabies Pada Siswa Sekolah Dasar Di Provinsi

Sumatera Barat. Jurnal Ners Indonesia. Vol . l , No. Maret 2016.

Andasari, Antonia (2017). Pengaruh Kombinasi Pemberian Metode Ceramah Dan

Diskusi Terpadu (CDT) Terhadap Perilaku Ibu Dalam Pertolongan

Pertama Pada Gigitan Anjing Rabies. Jurnal Bhakti Kencana Medika,

Volume 2, No. 4, September 2017

Bintari, Retno. (2018). Perbedaan Tingkat Pengetahuan Rabies Pada Kader

Posyandu Yang Di Berikan Pendidikan Kesehatan Dengan Metode

Ceramah Dan Leaflet di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. e Journal

Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 2, Juli 2018

Dewi (2019) Efektivitas Media Video Melalui Aplikasi WA Dengan Media 2019.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli. (2019). Laporan Tahun Program P2 Rabies

Kabupaten Bangli. Bangli Direktorat Kesehatan Hewan.

(2016).Kebijakan Nasional Pemberantasan Rabies, Direktorat Kesehatan

Hewan, Jakarta. Available :http://keswan. ditjennak.pertanian

.go.id/index.php. . (Accessed : 11 Maret 2020).

Entjang. (2015). Pencegahan dan Pengendalian Rabies Penyakit Menular pada

Hewan dan Manusia. Jakarta : Kanisius.

Hidayat, A. (2017). Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisis Data.

Jakarta: Salemba Medika.

Hiswani. 2003. Pencegahan dan Pemberantasan Rabies.Nuha Medika. Yogyakarta

38
Kementerian Kesehatan R1.(2018). Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit

Rabies.Available : http://pppl.depkes.go.id/asset. (Accessed : 11 Maret

2020).

Kementerian Kesehatan R1.(2018). Riset Keshatan Dsar 2018. Jakarta ; Balitbang

Kemenkes RI.

Kementerian Kesehatan (2017) ‘Petunjuk Teknis Surveilans Epidemiologi Rabies

Pada Manusia Di Indonesia’, Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia.

Mantra. (2014). Ilmu Perilaku. CV Sagung Seto. Jakarta.

Moningka. (2016). Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Pemilik Anjing

Dengan Tindakan Pencegahan Rabies Di Wilayah Kerja Puskesmas

Ongkaw Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat

Edisi 7 Nomer 1

Mubarak. (2016). Ilmu Perilaku. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Muninjaya. (2015). Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan. Jakarta : EGC

Notoatmodjo. (2014). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta

Notoatmojo. (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta. Nursalam. (2016). Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian

Ilmu Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Ritongan. (2016). Analisis Faktor Predisposing, Enabling dan Reinforcing

terhadap Tindakan Pemilik Anjing dalam Pencegahan Penyakit Rabies

melalui Gigitan Hewan Penular rabies di Kecamatan Tarutung

Kabupaten Tapanuli Utara. E-journal keperawatan (e-Kp) volume

8.Nomor 1.

39
Sadiman. (2014). Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta: Asdi Mahasatya.

Sarjana,Wayan. (2018). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sikap

Terhadap Penyakit Rabies Terhadap Tindakan Pencegahan Penyakit

Rabies Pada Masyarakat Di Wilayah Puskesmas Kuta II. Skripsi.

Poltekkes Denpasar Jurusan Keperawatan. Bali.

Sastroasmoro, S., & Ismail, S. (2018). Dasar - Dasar Metodologi Penelitian

Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara.

Wicaksono, A. et al. (2018) ‘Pengetahuan , Sikap , dan Praktik Pemilik Anjing’,

Terkait Rabies Di Kabupaten Sukabumi Jawa Barat.19(36), pp. 230–241.

doi: 10.19087/jveteriner.2018.19.2.230.

KUESIONER PENELITIAN

A. Identitas Responden
1. Nama : ...............
2. Usia : ...............
3. Pendidikan : ...............
4. Pekerjaan :………
B. Petunjuk Pengisian

40
1. Isilah semua nomor dalam angket ini sesuai dengan kondisi Bapak/Ibu
alami selama ini dan jangan ada yang terlewatkan dengan memberi
tanda ceklist (√)pada setiap pernyataan.
2. Pilihlah:
Jika menurut anda Benar dengan pernyataan tersebut
Jika anda salah dengan pernyataan tersebut.
3. Dalam hal ini tidak ada penilaian benar atau salah, baik atau buruk,
sehingga tidak ada jawaban yang dianggap salah. Semua jawaban
adalah benar, jika anda memberikan jawaban sesuai dengan keadaan
atau perasaan anda yang sebenarnya
4. Informasi yang diberikan melalui pengisian kuesioner ini tidak
berdampak pada siapapun dan kami akan menjaga kerahasiaan
jawaban anda
5. Atas partisipasi dan kesediaan anda untuk mengisi kuesioner ini, kami
mengucapkan terimakasih.

1. Bacalah dan pahami setiap pertanyaan dengan teliti


2. Beri tanda check list (√) pada kolom disebelah kanan anda, pada setiap
pernyataan yang paling sesuai dan paling menggambarkan pendapat anda
dengan kriteria sebagai berikut:

Kuesioner (Wicaksono et.al.,2018)

lternatif Jawaban:
STB = Sangat Tidak Baik
TB = Tidak Baik
KB = Kurang Baik
B = Baik

41
SB = Sangat Baik

No Pertanyaan STB TB KB B SB

1. Jika digigit anjing, luka dicuci dengan air


mengalir menggunakan sabun/deterjen dan
diberi betadine

2. Setelah luka dicuci dengan air mengalir


menggunakan sabun.deterjen dan diberi
betadine, segera dibawa ke puskesmas

3. Pertolongan pertama yang tepat pada gigitan


anjing dapat mencegah rabies

4. Anjing peliharaan tidak perlu diikat atau


dikandang

5. Anjing peliharaan tidak perlu diberikan vaksin


anti rabies

6. Anjing yang berkelakukan aneh, tidfak perlu


dipaloprkan ke Dinas Peternakan terdekat

7. Anjing yang menggigit manusia harus segera


dilaporkan kepada Dinas Peternakan

8. Anjing yang sudah menggigit manusia harus


dieliminasi

9. Penting membagikan informasi tentang


pertolong pertama pada gigiran anjing kepada
keluarga dirumah

10. Tidak perlu membagikan informasi tentang


pertolongan pertama gigitan anjing

Kuesioner Partisipasi
No Pertanyaan STB TB KB B SB

1 Vaksin adalah salah satu pencegahan


penyakit rabies
2 Vaksin dapat menekan angka rabies

42
UNIVERSITASSARI MUTIARAINDONESIA
FAKULTASFARMASIDANILMUKESEHATAN
Jalan Kapten Muslim No. 79 Medan 20123
Telp. (061)–8476769–8466079Fax.(061)-8471550
Website :sari-mutiara.ac.id,Surel: info@sari-mutiara.ac.id
Medan,12 April2023
Nomor :1271 /01//H/USM/IV/2023
Lamp : -

43
Hal :Ijin Memperoleh DataDasar
Untuk ProposalPenelitian

KepadaYth,
Bapak/Ibu Ka.UPTPuskesmasMatiti
di
Tempat

Denganhormat,
Sehubungandengankurikulumyangsedang
berjalandiProgramStudiKeperawatan (S-
1)FakultasFarmasiDanIlmuKesehatanUniversitas SariMutiaraIndonesia,
untukmemenuhi persyaratanpenyusunanskripsimelalui
Risetperlukiranya
mahasiswa/imelaksanakanpenelitian.Untukitukamimohonkiranya
Bapak/Ibu
memberiijinuntukmemperolehDataDasargunamembuatproposaldiInstans
i yang Bapak/Ibu pimpin kepada mahasiswa/ikamidibawahini:

Nama : Sondang Mian Lumbangaol


NI M : 220204127
JudulProposalPenelitian : Gambaran Kesadaran Masyarakat
Terhadap VaksinasiRabies Hewan
Peliharaan Di Desa Janji Tahun 2023
Dosen Pembimbing : Ns.MasriSaragih,M.Kep

Bersama surat ini juga kamisampaikan bahwamahasiswa/i bersedia


memenuhi segalaperaturan yangberlaku diInstansiyangBapak/Ibu
pimpin.

Demikian kamisampaikan atasperhatiandankerjasamayang


baikkamiucapkan terimakasih.

Dekan

TaruliRohanaSinaga,SP.M.KM.,Ph.
Tembusan :
1. ProgramStudi
2. Pertinggal

44
Lampiran 1

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada

Yth.Bapak/Ibu di tempat

Dengan hormat,

Dalam rangka penelitian dibidang keperawatan yang bertujuan untuk mengetahui


“Gambaran Kesadaran Masyarakat Terhadap VaksinasiRabies Hewan
Peliharaan Di Desa Janji Tahun 2023”Bersama ini saya mohon bantuan
Bapak /Ibu untuk bersedia ikut serta sebagai responden dalam penelitian
saya.Hasil penelitian saya ini saya gunakan untuk menyusun skripsi dalam rangka
menyelesaikan Program Studi Sarjana Keperawatan Di Universitas Sari Mutiara
Indonesia Medan, dan tidak akan mempengaruhi status dan jabatan responden.

Demikian permohonan ini saya sampaikan,atas bantuan dan kerjasamanya saya


ucapkan terimakasih.

Matiti, Juni 2023


Hormat saya,

Sondang Mian Lumbangaol


NIM.220204127

45
Lampiran 2

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk turut
berpartisipasi sebagai responden peneliti yang dilakukan oleh mahasiswa
ProgramStudi Sarjana Keperawatan Di Universitas Sari Mutiara Indonesia dengan
judul “Gambaran Kesadaran Masyarakat Terhadap VaksinasiRabies Hewan
Peliharaan Di Desa Janji Tahun 2023”Dengan ini menyatakan bahwa saya
bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini dengan sukarela tanpa ada
paksaan sedikitpun.

Matiti, Juni 2023

Responden

46
47
Lampiran 3

BERITA ACARA BIMBINGAN REVISI PROPOSAL

Nama : Kristiani Sinaga

NIM : 220204128

Judul Skripsi : Faktor – faktor yang mempengaruhi pendokumentasian Rekam


Medis Puskesmas Matiti 2023

Pembimbing : Ns.Masri Saragih,M.Kep

No Tanggal /Hari Materi yang Masukan dan saran Tanda tangan


dikonsulkan pembimbing Pembimbing
1 Sabtu/ Judul Pengajuan Judul
25 Februari 2023 Proposal
( Melalui WA)
2 Selasa/ Perbaikan ACC Judul
14 Maret 2023 Judul
3 Kamis/ Konsul Anjuran untuk
06 April 2023 Bab I meminta surat
pengambilan data
dasar dari kampus
4 Sabtu/ Konsul Perbaikan Bab
03 Juni 2023 Bab I –III I,Menambahkan
manfaat penelitian
dan Bab
III,Membuat
jumlah atau nilai
dari aspek
pengukuran
5 Rabu/ Bab I -III Melengkapi
7 Juni 2023 lampiran proposal

Anda mungkin juga menyukai