Anda di halaman 1dari 80

PENGARUH LAMA PEMBATASAN PEMBERIAN PAKAN

TERHADAP INTAKE PROTEIN, LAJU PERTUMBUHAN DAN


KARKAS ITIK PERSILANGAN MOJOSARI DAN ALABIO
(MA) JANTAN SETELAH PEMULIHAN

SKRIPSI

Oleh:

CICI MARSONIA EFITRI


1510622036

Dibawah Bimbingan :
Dr. Ir. Sabrina, MS
Prof. Dr. Ir. Hj. Husmaini, MP

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PAYAKUMBUH, 2019
1
PENGARUH LAMA PEMBATASAN PEMBERIAN PAKAN
TERHADAP INTAKE PROTEIN, LAJU PERTUMBUHAN DAN
KARKAS ITIK PERSILANGAN MOJOSARI DAN ALABIO
(MA) JANTAN SETELAH PEMULIHAN

SKRIPSI

Oleh:

CICI MARSONIA EFITRI


1510622036

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Peternakan

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PAYAKUMBUH, 2019
2
3
PENGARUH LAMA PEMBATASAN PEMBERIAN PAKAN TERHADAP
INTAKE PROTEIN, LAJU PERTUMBUHAN DAN KARKAS ITIK
PERSILANGAN MOJOSARI DAN ALABIO (MA) JANTAN SETELAH
PEMULIHAN

CICI MARSONIA EFITRI, dibawah bimbingan


Dr. Ir. Sabrina, MP dan Prof. Dr. Ir. Hj. Husmaini, MP
Jurusan Imu dan Teknologi Produksi Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Andalas Payakumbuh, 2019

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama pembatasan


pakan dan efeknya setelah pemulihan (refeeding) terhadap intake protein, laju
pertumbuhan dan karkas itik persilangan Mojosari dan Alabio (MA) jantan.
Penelitian ini menggunakan 120 ekor DOD persilangan Mojosari dan Alabio
(MA) jantan yang dipelihara sampai umur 12 minggu. Metode penelitian
menggunakan metode eksperimen, dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
yang terdiri dari 5 perlakuan dan 4 kelompok bobot badan sebagai ulangan, setiap
unit ulangan terdiri dari 6 ekor itik MA jantan. Perlakuan dalam penelitian ini
adalah lama pembatasan pakan 30% terdiri dari A; tanpa pembatasan, B; 30%
selama 1 minggu, C; 30% selama 2 minggu, D; 30% selama 3 minggu dan E; 30%
selama 4 minggu. Parameter yang diamati adalah intake protein, laju pertumbuhan
dan karkas. Data dianalisis menggunakan analisis keragaman, perbedaan antar
perlakuan diuji dengan uji lanjut DMRT. Hasil analisis keragaman menunjukkan
lama pembatasan pakan 30% memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01)
menurunkan intake protein, laju pertumbuhan, berpengaruh nyata (P<0,05)
terhadap bobot karkas dan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap persentase
karkas. Masa pemulihan memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01)
meningkatkan laju pertumbuhan, bobot karkas, namun berpengaruh tidak nyata
(P>0,05) terhadap intake protein dan persentase karkas. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa lama pembatasan pakan 30% terhadap intake
protein, laju pertumbuhan dan karkas terbaik pada perlakuan E; 30% selama 4
minggu dengan intake protein 17,6014 gr/ekor/hari, laju pertumbuhan 0,2999 dan
bobot karkas 889,50 (g).

Kata Kunci : Pembatasan pakan, masa pemulihan, intakke protein, laju


pertumbuhan, karkas

4
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah diaturkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Pengaruh Lama Pembatasan Pemberian Pakan

Terhadap Intake Protein, Laju Pertumbuhan dan Karkas Itik Persilangan

Mojosari dan Alabio (MA) Jantan Setelah Pemulihan”. Skripsi ini merupakan

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas

Peternakan Universitas Andalas.

Ucapan terima kasih ditujukan kepada Ibu Dr. Ir. Sabrina, MP selaku

pembimbing I dan Ibu Prof. Dr. Ir. Husmaini, MP selaku pembimbing II yang

telah memberikan bimbingan, saran dan masukan selama penelitian sampai

selesainya skripsi ini. Seterusnya ucapan terima kasih disampaikan kepada Bapak

Dekan, Wakil Dekan, Koordinator Program Studi Peternakan, Ketua dan

Sekretaris Bidang Ilmu Produksi Ternak, Staf Pengajar, dan Karyawan/wati di

lingkungan Fakultas Peternakan Universitas Andalas yang telah memberikan

bantuan dan fasilitas selama penulisan berlangsung.

Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang

bersifat membangun selalu diharapkan. Semoga Allah SWT selalu memberikan

rahmat dan lindungan-Nya kepada kita semua.

Payakumbuh, September 2019

Cici Marsonia Efitri

5
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR..................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL........................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR...................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... vii

I. PENDAHULUAN........................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang.................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah............................................................................. 4

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian......................................................... 4

1.4. Hipotesis Penelitian.......................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 5

2.1. Itik (Anas domesticus)...................................................................... 5

2.2. Sistem Pemeliharaan Itik ................................................................. 6

2.3. Kebutuhan Nutrisi Itik...................................................................... 7

2.4. Pembatasan Ransum......................................................................... 9

2.5. Masa Pemulihan................................................................................ 10

2.6. Intake Protein.................................................................................... 10

2.7. Laju Pertumbuhan............................................................................. 11

2.8. Karkas............................................................................................... 12

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN................................................ 14

3.1. Materi Penelitian...................................................................................... 14

6
3.1.1. Ternak Percobaan.......................................................................... 14

3.1.2. Kandang dan Peralatan Percobaan................................................. 14

3.1.3. Ransum Percobaan......................................................................... 14

3.2. Metode Penelitian..................................................................................... 15

3.2.1. Rancangan Penelitian..................................................................... 15

3.2.2. Analisis Data.................................................................................. 16

3.2.3. Pelaksanaan Penelitian................................................................... 17

3.2.4. Parameter Penelitian...................................................................... 19

3.2.5. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................ 20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................. 21

4.1. Pengaruh Perlakuan Terhadap Intake Protein................................ 21

4.2. Pengaruh Perlakuan Terhadap Laju Pertumbuhan......................... 23

4.3. Pengaruh Perlakuan Terhadap Karkas dan Persentase Karkas....... 29

V. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 33

5.1. Kesimpulan..................................................................................... 33

5.2. Saran............................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 34

LAMPIRAN..................................................................................................... 40

RIWAYAT HIDUP......................................................................................... 70

7
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Kebutuhan gizi itik Mojosari dan Alabio......................................... 8

2. Kebutuhan ransum itik MA jantan..................................................... 8

3. Kandungan zat makanan penyusunan ransum penelitian.................. 15

4. Komposisi dan kandungan zat makanan penyusunan ransum itik


umur 6-12 minggu............................................................................. 15

5. Analisis ragam rancangan acak kelompok......................................... 16

6. Rataan intake protein itik MA jantan selama pembatasan pakan


30%, masa pemulihan dan selama penelitian (gram/ekor/hari)......... 21

7. Rataan laju pertumbuhan itik MA jantan selama pembatasan pakan


30%, masa pemulihan dan selama penelitian (gram/ekor/minggu)... 24

8. Rataan bobot karkas dan persentase karkas itik MA jantan selama


pembatasan pakan 30% dan akhir pemulihan.................................... 29

8
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Itik persilangan Mojosari dan Alabio (MA)...................................... 6

2. Ransum komersil BR-1, jagung dan dedak........................................ 14

3. Skema perlakuan pembatasan ransum dan periode pemulihan.......... 18

4. Grafik laju pertumbuhan itik MA jantan........................................... 27

9
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Analisa intake protein itik persilangan Mojosari dan Alabio (MA)
jantan selama pembatasan (gram/ekor/hari)...................................... 40

2. Analisa intake protein itik persilangan Mojosari dan Alabio (MA)


jantan selama pemulihan (gram/ekor/hari)........................................ 43

3. Analisa intake protein itik persilangan Mojosari dan Alabio (MA)


jantan selama penelitian (gram/ekor/hari)......................................... 45

4. Analisa laju pertumbuhan itik persilangan Mojosari dan Alabio


(MA) jantan selama pembatasan (gram/ekor/minggu)...................... 48

5. Analisa laju pertumbuhan itik persilangan Mojosari dan Alabio


(MA) jantan selama pemulihan (gram/ekor/minggu)........................ 51

6. Analisa laju pertumbuhan itik persilangan Mojosari dan Alabio


(MA) jantan selama penelitian (gram/ekor/minggu)......................... 54

7. Data karkas itik persilangan Mojosari dan Alabio (MA) jantan


selama penelitian................................................................................ 57

8. Analisa bobot karkas itik MA jantan selama pembatasan................. 58

9. Analisa persentase karkas itik MA jantan selama pembatasan.......... 61

10. Analisa bobot karkas itik MA jantan selama pemulihan................... 63

11. Analisa persentase karkas itik MA jantan selama pemulihan............ 66

12. Dokumentasi selama penelitian......................................................... 68

10
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan usaha peternakan unggas di Indonesia memberikan harapan

yang lebih baik bagi para peternak di Indonesia. Hal ini tercermin dari

kontribusinya yang cukup luas dalam memperluas lapangan kerja, meningkatkan

pendapatan masyarakat serta pemenuhan kebutuhan daging bagi masyarakat.

Daging unggas merupakan sumber protein hewani yang secara ekonomi

terjangkau oleh masyarakat di Indonesia dibandingkan daging asal ternak lainnya.

Salah satu daging unggas yang diminati masyarakat selain ayam, yaitu itik.

Populasi ternak itik di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan,

pada tahun 2016 sebanyak 47.424.151 ekor, sedangkan pada tahun 2017

meningkat menjadi 49.709.403 ekor. Pada tahun 2017 populasi itik terbesar di

Indonesia terletak di daerah Jawa Barat sebanyak 9.557.464 ekor, sedangkan yang

paling sedikit di daerah DKI Jakarta sebanyak 24.099 ekor. Populasi itik di

Sumatera Barat pada tahun 2017 sebanyak 1.293.719 ekor (Kementerian

Pertanian, 2017).

Itik memiliki efisiensi yang baik dalam mengubah ransum menjadi daging

(Akhadiarto, 2002). Itik pada umumnya dijadikan sebagai usaha penghasil telur

namun ada pula yang diusahakan sebagai penghasil daging. Itik yang biasanya

dijadikan itik pedaging adalah itik jantan dan itik betina yang sudah afkir. Banyak

sekali itik yang berpotensi untuk bisa dikembangkan salah satunya itik

persilangan Mojosari dan Alabio (MA) jantan. Menurut Yudityo (2003)

11
persilangan timbal balik antara itik persilangan Mojosari dan Alabio akan

memberikan manfaat jika dilihat secara menyeluruh dan bukan terhadap sifat –

sifat tertentu saja.

Menurut Kuspartoyo (1990) itik jantan cukup potensial untuk

dikembangkan sebagai penghasil daging, disamping harga bibit yang lebih murah

juga memiliki pertumbuhan daging yang lebih cepat dan lebih efisien dalam

penggunaan ransum dibandingkan itik betina. Hal ini menunjukkan bahwa ternak

itik memiliki peranan yang besar dalam memenuhi kebutuhan pangan hewani dan

memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Akan tetapi dalam usaha

budidaya itik biaya ransum merupakan komponen terbesar dari biaya produksi.

Pada usaha peternakan, ransum berperan sangat strategis, ditinjau dari

aspek ekonomis, biaya ransum sangat tinggi mencapai 70% dari total biaya

produksi. Oleh karena itu efisiensi dalam ransum akan berpengaruh nyata

terhadap keuntungan. Menurut Matram (1984) pemberian ransum ad libitum pada

itik cenderung berperilaku ransum melebihi kebutuhannya, sehingga konsumsi

ransum menimbulkan kelebihan energi yang ditimbun sebagai lemak tubuh.

Pembatasan pakan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk

mengurangi dampak akibat konsumsi pakan berlebihan pada sistem pemberian ad

libitum. Pembatasan pakan memberikan dampak yang positif terhadap

produktivitas unggas, diantaranya yang telah diaplikasikan di ayam bibit

pendaging, ayam petelur, itik serta puyuh.

Dari hasil penelitian Santoso (2014) untuk mendapatkan hasil terbaik lama

pembatasan ransum 45% yaitu selama 3 minggu, pemulihan ransum (reefeding)

selama 3 minggu selama pasca pembatasan 45% mampu meningkatkan konsumsi

12
ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum. Selanjutnya hasil

penelitian Resfika (2018) menyatakan pembatasan ransum sampai 30 % pada itik

MA jantan selama 3 minggu memberikan hasil yang terbaik. Oleh karena itu

peneliti menggunakan pembatasan pakan 30%, namun waktu pembatasannya yang

dibedakan. Pada penelitian Herlina et al. (2015) tentang pengaruh jenis dan waktu

terhadap performans dan pertumbuhan produksi ayam broiler menunjukkan

bahwa pengaruh berbagai jenis dan waktu pemberian pakan ad libitum, 2 kali

(pukul 06.00 WIB dan pukul 18.00 WIB), 3 kali (pukul 06.00 WIB, 12.00 WIB

dan 18.00 WIB), serta 4 kali (pukul 06.00 WIB, 10.00 WIB, 14.00 WIB dan 18.00

WIB) tidak memberikan pengaruh terhadap performans ayam broiler.

Metode pembatasan pemberian pakan diharapkan mendapatkan

pertumbuhan kompensasi setelah pembatasan. Pertumbuhan kompensasi adalah

pertumbuhan cepat yang dapat melebihi pertumbuhan yang seharusnya pada umur

tertentu, setelah ternak mendapat suatu perlakuan yang menyebabkan

pertumbuhannya tertekan atau tertunda. Pada penelitian ayam kampung salah

satunya, pertumbuhan ayam kampung dapat ditingkatkan dengan pertumbuhan

kompensasi. Pembatasan ransum sebanyak 40% selama satu minggu kepada ayam

yang berumur dua minggu menyebabkan pertumbuhan meningkat dengan tajam

pada minggu berikutnya pada saat ransum diberikan secara ad libitum

(Husmaini,1994). Selanjutnya Sabrina (1984) menyatakan bahwa pembatasan

pemberian ransum 15% selama 6 minggu pada ayam broiler dapat meningkatkan

efisiensi ransum, lemak yang rendah, tingginya kandungan protein karkas, usus

yang tipis dan ringan. Perubahan usus yang terjadi pada ternak yang yang

13
mendapat cekaman yang berat, ususnya 3 – 4 kali lebih panjang dari yang diberi

ransum ad libitum.

Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Lama Pembatasan Pemberian Pakan Terhadap Intake Protein,

Laju Pertumbuhan, dan Karkas Itik Persilangan Mojosari dan Alabio (MA)

Jantan Setelah Pemulihan.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh lama pembatasan pemberian pakan terhadap intake

protein, laju pertumbuhan dan karkas itik persilangan Mojosari dan Alabio (MA)

jantan setelah pemulihan.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama pembatasan

pemberian pakan terhadap intake protein, laju pertumbuhan dan karkas itik

persilangan Mojosari dan Alabio (MA) jantan setelah pemulihan.

1.4. Hipotesis Penelitian

Lama pembatasan pemberian pakan berpengaruh terhadap intake protein,

laju pertumbuhan dan karkas itik persilangan Mojosari dan Alabio (MA) jantan

dan masa pemulihan tidak berpengaruh terhadap intake protein, laju pertumbuhan,

dan karkas itik persilangan Mojosari dan Alabio (MA) jantan.

14
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Itik (Anas Domesticus)

Itik adalah salah satu jenis unggas air (waterfowls) yang termasuk dalam

kelas Aves, ordo Anseriformes, family Anatidae, sub family Anatinae, tribus

Anatini dan genus Anas (Srigandono, 1997). Ternak itik merupakan unggas

penghasil telur yang cukup potensial untuk dikembangkan disamping ternak

ayam, terutama di Indonesia. Menurut Solihat et al. (2003) beberapa itik lokal

yang tersebar di seluruh wilayah nusantara, dengan berbagai nama menurut daerah

atau lokasinya masing - masing.

Itik mempunyai badan yang berdiri tegak bagaikan botol, langsing, aktif

dan kuat berjalan (Rasyaf, 2004). Menurut Ranto dan Sitanggang (2005) ternak

itik mempunyai beberapa keistimewaan dibandingkan dengan ayam ras yaitu lebih

tahan terhadap penyakit, pemeliharaannya lebih mudah, memiliki daya adaptasi

yang lebih tinggi. Selain itu, itik memiliki beberapa keunggulan diantaranya

mampu mempertahankan produksi telur yang lebih lama dari ayam, tingkat

kematian (mortalitas) lebih rendah dan juga lebih tahan terhadap penyakit.

Itik Mojosari merupakan itik lokal yang berasal dari desa Modoporo,

Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Itik Mojosari termasuk

salah satu itik lokal yang memiliki produktivitas unggul sebagai penghasil telur.

Itik Alabio (Anas platyrhynchos Borneo) adalah salah satu plasma nutfah unggas

lokal di Kalimantan Selatan (Hamdan et al., 2010). Itik Mojosari dan Alabio

(MA) merupakan itik hasil persilangan antara itik Mojosari (Anas javanica) jantan

15
dengan itik Alabio (Anas platyrhynchos Borneo) betina. Itik Mojosari berasal dari

daerah Mojosari, Jawa Tengah. Ciri khas dari itik ini adalah dapat dilihat dari

warna bagian tubuhnya yaitu bulu coklat, paruh hitam, kulit putih, sisik hati

(shank) hitam kekuning- kuningan dengan bobot badan dengan sedikit lebih

rendah dari itik Alabio yaitu jantan 1,5 kg dan betina dengan bobot badan 1,4 kg.

Itik Alabio berasal dari Kalimantan Selatan. Ciri khas dari itik ini yaitu warna

bulu lurik, warna paruh kuning, kulit berwarna putih dengan warna sisik kaki

(shank) kuning memiliki bobot badan 1,6 kg untuk jantan dan 1,45 kg untuk

betina (Susanti, 2003). Persilangan timbal balik antara itik Mojosari dan Alabio

akan memberikan manfaat jika dilihat secara menyeluruh dan bukan terhadap

sifat-sifat tertentu saja. Berat badan itik Mojosari dewasa rata - rata adalah 1,7 kg,

konsumsi ransum rata - rata 130 – 170 g per/hari, umur dewasa kelamin rata –rata

175 hari dan masa produksi rata – rata 11 bulan per/tahun (Whendrato dan Madya,

1998). Haqiqi (2008) menyatakan bahwa bobot badan itik Alabio betina umur 6

bulan 1,60 kg dan jantan 1,75 kg dan produksi telur rata – rata yaitu 220 – 250

butir/ekor/tahun. Balai Penelitian Ternak (2006) menyatakan bahwa keunggulan

itik silang persilangan Mojosari dan Alabio (MA) adalah umur pertama bertelur

lebih awal, produktivitas telur lebih tinggi, konsistensi produksi lebih baik,

pertumbuhan lebih cepat, anak jantan dapat dijadikan sebagai itik pedaging atau

potong bila dibandingkan dengan anak itik Mojosari maupun Alabio.

16
Gambar 1. Itik Persilangan Mojosari dan Alabio (MA)

2.2. Sistem Pemeliharaan Itik

Suprijatna et al. (2005) menyatakan bahwa berdasarkan keterlibatan

manusia dalam pengelolannya, sistem pemeliharaan ternak unggas dapat

digolongkan menjadi tiga sistem yaitu sistem ekstensif, semi intensif dan intensif.

Menurut Rasyaf (2005) menyatakan bahwa sistem ekstensif merupakan

pemeliharaan yang tidak ada campur tangan manusia sebagai pemiliknya karena

dilepas begitu saja dan itik pulang dengan sendirinya pada sore harinya, sementara

semi intensif ada sebagian campur tangan dalam pemeliharaan. Sistem intensif

adalah campur tangan manusia sangat berperan dalam kehidupan ternak, cara ini

memerlukan modal tambahan tapi jauh lebih memuaskan dari pemeliharaan lain.

Menurut Cahyono (2004) menyatakan bahwa pada pemeliharaan intensif

mempunyai beberapa keuntungan antara lain, produksi meningkat secara optimal

karena pengadaan energi tidak terbuang untuk mencari makan, pertumbuhan lebih

baik karena makannya terkontrol, menjamin kesehatan itik karena setiap hari

diawasi dan mempermudah pemeliharaan terutama dalam kegiatan pemberian

ransum, minum dan pengawasan terhadap itik yang sakit.

17
2.3. Kebutuhan Nutrisi Itik

Bahan makanan pada dasarnya mengandung zat – zat yang diperlukan

tubuh untuk hidup pokok, produksi dan reproduksi (Tillman et al., 1998). Untuk

dapat tumbuh, berkembang dan berproduksi ternak memerlukan nutrisi sebagai

bahan untuk pembentukan jaringan tubuh dan produksi. Sumber nutrisi tersebut

terkandung di dalam bahan pakan yang dikonsumsinya. Oleh karena itu, untuk

tercapai pertumbuhan dan produksi yang maksimal maka nutrisi yang terkandung

di dalam pakan yang dikonsumsi harus memadai. Pertumbuhan dan produksi

merupakan sifat genetis. Setiap jenis ternak mempunyai sifat genetis yang

berbeda dengan demikian kebutuhan nutrisinya pun berbeda dan perlu disesuaikan

dengan potensi genetisnya, karena itu terdapat standar kebutuhan nutrisi untuk

setiap jenis ternak dengan fungsi produksi yang khusus (Suprijatna et al., 2005).

Menurut Ranto (2005) menyatakan bahwa kunci sukses memelihara itik

terletak pada jumlah dan cara pemberian ransum. Ransum yang diberikan harus

bergizi tinggi dan mendukung pertumbuhan. Ransum untuk itik pada dasarnya

sama seperti untuk anak ayam, kesamaannya terutama dalam penggunaan bahan

pakan. Ransum itik umumnya diberikan agak basah. Air perlu ditambahkan ke

dalam ransum untuk membuat bahan ransum saling melekat, akan tetapi ransum

tidak boleh begitu basah sehingga becek (Anggorodi, 1995). Jumlah kebutuhan

ransum ternak itik Mojosari dapat dilihat pada Tabel 1.

18
Tabel 1. Kebutuhan Gizi Itik Mojosari dan Alabio
Fase
Gizi Starter Grower Layer
(0–8 minggu) (9-20 minggu) >20 minggu
Protein Kasar (%) 17-20 15-18 17,00-19
Energi (Kkal ME/Kg) 3100 2700 2700
Metionin (%) 0,37 0,29 0,37
Lisin (%) 1,05 0,74 1,05
Kalsium (%) 0,6-1,0 0,6-1,0 2,90-3,25
P tersedia (%) 0,60 0,60 0,60
P Total (%) 1.00 1,00 1,00
Sumber : Sinurat (2000)

Konsumsi ransum (gram/ekor/hari) untuk itik MA jantan mengacu pada hasil

penelitian Sadri (2018) dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kebutuhan Ransum Itik MA Jantan

Uraian Umur Kebutuhan Ransum


(gram/ekor/hari)
Anak Itik DOD – 1 minggu 15
1 – 2 minggu 43
2 – 3 minggu 77
3 – 4 minggu 90
Starter 4 – 5 minggu 103
5 – 6 minggu 110
6 – 7 minggu 115
7 – 8 minggu 120
Grower 8 – 9 minggu 130
9 – 10 minggu 145
10 – 11 minggu 150
11 – 12 minggu 155
Sumber : Sadri, 2018

2.4. Pembatasan Ransum

Montong (1987) menyatakan bahwa istilah pembatasan ransum

mempunyai maksud pengurangan asupan nutrisi dengan membatasi konsumsi

ransum ternak dibawah standar kebutuhannya untuk mencapai hasil yang

dinginkan, serta ada beberapa cara pembatasan ransum antara lain dengan

membatasi waktu pemberian ransum, jumlah ransum dan kualitas ransum atau
19
kandungan nutrisinya. Faktor – faktor yang perlu diperhatikan selama melakukan

program pembatasan ransum antara lain :

1. Penimbangan ransum harus dilakukan dengan hati – hati dan jumlah

ransum yang dikonsumsi harus diketahui dengan tepat sesuai dengan

temperatur lingkungan.

2. Tempat ransum dan minum harus memadai.

3. Bobot badan harus selalu dikontrol.

Husmaini (2000) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi

keberhasilan pembatasan ransum sehingga menyebabkan terjadinya pertumbuhan

kompensasi antara lain : beratnya pembatasan ransum itu diberikan, lamanya

pembatasan ransum, waktu/kapan pembatasan itu diberikan, lamanya refeeding

atau periode pemulihan.

Sabrina et al. (2014) menyatakan bahwa konsumsi ransum, pertambahan

bobot badan, konversi ransum, bobot karkas dan persentase karkas berpengaruh

sangat nyata (P<0,01) menurun dengan pemberian ransum terbatas dibandingkan

kontrol (ransum ad libitum), tidak ada efek yang nyata pada semua perlakuan

setelah pemulihan ransum (refeeding). Dari hasil penelitian Putri (2014)

menyatakan bahwa dengan pembatasan ransum 45% pada itik lokal sangat nyata

meningkatkan laju pertumbuhan dan menurunkan nilai konversi ransum antar

perlakuan pada saat diberikan ransum ad libitum.

2.5. Masa Pemulihan

Soeparno (2005) menyatakan bahwa ternak yang kekurangan makanan

atau gizi akan menyebabkan pertumbuhannya melambat atau berhenti, tetapi

setelah mendapat makanan yang cukup, ternak mampu tumbuh kembali dengan

20
cepat, bahkan lebih cepat daripada laju pertumbuhan normalnya. Pertumbuhan ini

disebut pertumbuhan kompensasi atau pertumbuhan yang bersifat menyusul.

Menurut Sabrina et al. (2014) mengatakan bahwa pertumbuhan

kompensasi adalah pertumbuhan cepat yang dapat melebihi pertumbuhan yang

seharusnya pada umur tertentu, setelah ternak mendapatkan perlakuan yang

menyebabkan pertumbuhannya tertekan atau tertunda. Pertumbuhan kompensasi

dapat menyebabkan peningkatan efisiensi penggunaan ransum, laju pertumbuhan

yang lebih cepat dengan kualitas karkas yang lebih baik. Salah satu perlakuan

yang dapat menyebabkan pertumbuhan kompensasi adalah pembatasan ransum.

Keberhasilan pertumbuhan kompensasi dipengaruhi oleh bagaimana cekaman itu

diberikan dan perlakuan saat reefeding atau periode pemulihan.

2.6. Intake Protein

Besarnya konsumsi ransum tergantung pada kandungan protein ransum

(Wahju, 1997). Secara garis besar kebutuhan protein untuk itik dibagi menjadi 2

bagian yaitu untuk itik muda yang sedang tumbuh dan untuk itik dewasa yang

berproduksi (Srigandono 1997). Itu alasan protein harus ada dalam ransum baik

untuk kelangsungan hidup maupun untuk produksi. Menurut Djannah (1985)

menyatakan bahwa kadar protein dalam pakan itik pada fase starter 22,1% dengan

energi metabolis 3000 kkal/kg dan pada fase grower kadar protein 17,9% dengan

energi metabolis sebesar 2800 kkal/kg (Supardjatna et al., 2005).

Sudaryani dan Santoso (1994) menyatakan bahwa nutrien yang berperan

besar dalam pertumbuhan organ dan produksi adalah protein. Selanjutnya Bharoto

(2001) juga menyatakan bahwa protein berguna untuk menggantikan sel-sel tubuh

yang telah rusak, untuk pertumbuhan dan juga merupakan unsur pembentuk telur.

21
Itik yang dipelihara biasanya untuk 2 tujuan yaitu untuk diambil dagingnya dan

untuk diambil telurnya.

Berdasarkan hasil penelitian Resfika (2018) menunjukkan bahwa

pembatasan ransum selama 3 minggu memberikan pengaruh sangat nyata

(P<0,01) menurunkan konsumsi protein dan berpengaruh tidak nyata (P>0,05)

pada masa pemulihan. Ditambahkan hasil penelitian Alpin (2013), pada itik

Kamang betina menunjukkan bahwa interaksi pembatasan dan pemberian level

protein ransum yang berbeda memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01)

terhadap intake protein.

2.7. Laju Pertumbuhan

Pertumbuhan merupakan kenaikan dalam ukuran, maka terjadi pula

perubahan bobot tubuh sehingga pertumbuhan sering dikaitkan dengan berat

hidup (Lawrence, 1980). Anggorodi (1995) menyatakan bahwa pertumbuhan

mencakup pertambahan dalam bentuk jaringan pembangun seperti urat, daging,

tulang, jantung, otak dan semua jaringan tubuh lainnya dalam hal ini tidak

termasuk penggemukan karena penggemukan termasuk dalam bentuk lemak.

Pertumbuhan itik sangat dipengaruhi oleh ransum yang dikonsumsi,

lingkungan sekitar, sistem perkandangan dan potensi genetiknya (Setioko et al.,

2002). Kecepatan pertumbuhan pada unggas biasanya diukur melalui pertambahan

bobot badan (Soeharsono, 1977). Menurut Rasyaf (1994) menyatakan bahwa

pengukuran bobot badan dilakukan dalam kurun waktu satu minggu sehingga

untuk mendapatkan bobot badan harian, bobot dibagi tujuh.

Berdasarkan hasil penelitian Mitadayani (2014) menyatakan bahwa laju

pertumbuhan itik Bayang jantan selama pembatasan memberikan pengaruh sangat

22
nyata (P<0,01) menurunkan laju pertumbuhan. Ditambahkan dengan hasil

penelitian Resfika (2018) menyatakan bahwa laju pertumbuhan selama

pembatasan ransum dari perlakuan A (ad libitum) sampai perlakuan D (30%

selama 2 minggu) berkisar antara 0,344 – 0,394 dengan rataan selama pembatasan

yaitu 0,373.

2.8. Karkas

Karkas unggas adalah sebagai bagian dari tubuh unggas dari tubuh unggas

yang telah disembelih, dicabut bulu, dikeluarkan isi rongga perut dan dibersihkan

tanpa bagian leher, kepala dan kaki (Siregar et al., 1980). Karkas yang baik

berbentuk padat , tidak kurus, tidak terdapat kerusakan kulit dan daging (Siregar

et al., 1980). Persentase karkas diukur dengan membandingkan berat itik tanpa

bulu, darah, kepala leher, kaki dan organ dalam (g) dengan bobot hidup (g)

dikalikan 100%. Komponen karkas yang terdiri atas otot, lemak, kulit, dan tulang

memiliki kecepatan tumbuh yang berbeda-beda. Soeparno (2005) menyatakan

bahwa persentase karkas dipengaruhi oleh faktor kualitas ransum dan laju

pertumbuhan. Pertumbuhan yang baik tentunya akan menghasilkan berat badan

yang tinggi serta mampu meningkatkan persentase karkas secara optimal

(Sudiyono dan Purwatri, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian Purba dan Ketaren (2012) rata-rata bobot

karkas itik MA jantan lokal umur 10 minggu berkisar 54,0-58,84% dan

Mitadayani (2014) menyatakan bahwa rata-rata bobot karkas itik Bayang jantan

umur 12 minggu berkisar antara 55,573-59,152%.

23
III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1. Materi Penelitian

3.1.1. Ternak Percobaan

Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah DOD itik persilangan

Mojosari dan Alabio (MA) jantan sebanyak 120 ekor. Itik ini dibagi ke dalam 5

perlakuan 4 ulangan yang terdiri dari 6 ekor itik dalam setiap kotak, itik dipelihara

selama 12 minggu. Itik yang digunakan berasal dari kota Payakumbuh, khususnya

di Kenagarian Koto Baru, Payobasung Kecamatan Payakumbuh Timur.

3.1.2. Kandang dan Peralatan Percobaan

Kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang boks

berlantai bilah bambu, ukuran luas kandang 75 cm x 60 cm x 50 cm sebanyak 20

boks, masing – masing boks berisikan 6 ekor itik persilangan Mojosari dan Alabio

(MA) jantan. Setiap boks dilengkapi dengan tempat makan, tempat minum dan

pemanas/brooder. Alat – alat dan perlengkapan yang digunakan dalam penelitian

yaitu timbangan analitik dan alat tulis.

3.1.3. Ransum Percobaan

Ransum yang digunakan dalam penelitian ini pada periode pembatasan

adalah ransum komersil dengan merk dagang BR-1 untuk umur itik 0 – 6 minggu.

Ransum itik untuk umur 6-12 minggu selama masa pemulihan digunakan ransum

BR-1 dengan tambahan dedak dan jagung, dengan komposisi dan kandungan zat

makanan.

24
Gambar 2. Ransum Komersil BR-1, jagung dan dedak

Tabel 3. Kandungan zat makanan Penyusunan Ransum Penelitian


Nutrisi BR-1 (a) Dedak (b) Jagung (b)
Kadar Air Max 14%
Protein Kasar 21-23% 9,28 8,50
Lemak Kasar Max 5% 4,08 2,66
Serat Kasar Max 5% 16,02 2,90
Abu Max 8%
Kalsium 0,80-1.10% 0,69 0,37
Phospor Min 0,6% 0,26 0,19
M.E 3120-3220 1640 3300
Kkal/Kg
Aflatoksin Max 50 µg/kg
Sumber : a. PT. Gold Coin Indonesia
b. Nuraini et al. (2014)

Tabel 4. Komposisi dan Kandungan Zat Makanan Penyusunan Ransum Itik


Umur 6-12 minggu
Bahan Komposisi PK LK SK Ca P ME
Ransum (%) (%) (%) (%) (%) (Kkal)
(%)
BR-1 57% 12,54 2,85 2,85 0,46 0,34 1778
Dedak 18% 1,67 0,73 2,88 0,12 0,05 295,2
Jagung 25% 2,13 0,67 0,73 0,09 0,05 825
Jumlah 100 16,34 4,25 6,46 0,67 0,44 2899

3.2. Metode Penelitian

3.2.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen,

Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri atas 5 perlakuan dan 4 kelompok

bobot badan sebagai ulangan, setiap ulangan terdiri dari 6 ekor itik. Model

25
matematis dari rancangan percobaan yang digunakan adalah menurut Steel and

Torrie (1995) adalah :

Yij = µ + αi + βj + εij

Keterangan :

Yij = Respon yang didapat dari pengaruh perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
µ = Nilai tengah umum
αi = Pengaruh perlakuan ke i
βj = Pengaruh kelompok ke j
εij = Pengaruh sisa akibat perlakuan ke i, kelompok ke j

Perlakuan pembatasan pakan diberikan pada itik dari umur 0 hari hingga

minggu ke-4, kemudian dilanjutkan dengan pemberian ransum ad libitum.

Perlakuan yang diberikan adalah lama pembatasan pemberian pakan 30% yaitu :

A : Ransum ad libitum (tanpa pembatasan)

B : Pembatasan pemberian pakan 30%, selama 1 minggu

C : Pembatasan pemberian pakan 30%, selama 2 minggu

D : Pembatasan pemberian pakan 30%, selama 3 minggu

E : Pembatasan pemberian pakan 30%, selama 4 minggu

3.2.2. Analisis Data

Data setiap perlakuan dianalisis menggunakan tabel Anova. Perbedaan

antar perlakuan dilakukan uji lanjut menggunakan Duncan’s Multiple Range Test

(DMRT) berdasarkan Steel and Torrie (1995).

Tabel 5. Analisis Ragam Rancangan Acak Kelompok


Sumber Derajat Jumlah Kuadrat Tengah F-tabel
Keragaman Bebas Kuadrat (KT) F-hitung 5% 1%
(SK) (DB) (JK)
Kelompok 3 JKK JKK/k-1 KTK/KTA 3,49 5,95
Perlakuan 4 JKP JKP/t-1 KTP/KTA 3,26 5,41
Acak/Sisa 12 JKA JKA/(k-1)(t-1)
Total 19 JKT

26
3.2.3. Pelaksanaan Penelitian

1. Tahap Persiapan Kandang

Sebelum DOD didatangkan terlebih dahulu dilakukan persiapan dan

perlengkapan kandang seperti tempat makan, tempat minum, pemanas/brooder,

plastik penampung kotoran, dan timbangan. Satu minggu sebelum itik MA jantan

masuk, kandang dibersihkan dengan cara pencucian, pemberian kapur dan

pemberian desinfektan (Rhodalon). Hal ini dilakukan untuk menciptakan kondisi

yang bersih dan sehat sehingga nyaman bagi DOD. Tempat ransum, minum dan

pemanas/brooder disesuaikan dengan kebutuhan DOD.

2. Tahap Pemeliharaan

Setelah DOD datang dimasukkan ke dalam kandang dilakukan pemberian

air minum yang dicampur dengan gula merah, hal ini bertujuan untuk memulihan

kembali tenaga DOD. Tahap selanjutnya adalah tahap pemeliharaan yang

dilakukan selama 12 minggu. Ransum yang diberikan adalah ransum komersil

BR-1 mulai dari umur 0-6 minggu dan campuran antara BR-1 dengan dedak dan

jagung dari umur 6-12 minggu. Lama pembatasan pakan sebanyak 30% ini

dilakukan dengan pembatasan A ; ad libitum, B; pembatasan 30% selama 1

minggu, C ; pembatasan 30% selama 2 minggu, D; pembatasan 30% selama 3

minggu dan E ; pembatasan 30% selama 4 minggu. Setelah minggu ke-4

dilakukan pemulihan (refeeding) ransum, yaitu ransum itik yang diberikan

dikembalikan ke awal pemeliharaan dengan pemberian ransum ad libitum.

3. Pemberian Ransum

Ransum pada ternak diberikan sebanyak dua kali sehari yaitu pagi dan

sore. Sebelum diberikan pada ternak, ransum terlebih dahulu ditimbang sesuai

27
dengan masing-masing perlakuan, kemudian sisa ransum dikumpulkan setiap hari

dan ditimbang untuk mendapatkan nilai konsumsi. Pemberian air minum pada itik

secara ad libitum.

A
Ad libitum

0 12 Minggu

B
Pembatasan
Ad libitum ransum Masa pemulihan (refeeding)

0 1 2 3 4 12 Minggu

C
Pembatasan
Ad libitum Masa pemulihan (refeeding)
ransum

0 1 2 3 4 12 Minggu

D
Ad libitum Pembatasan ransum Masa pemulihan (refeeding)

0 1 2 3 4 12 Minggu

E
Pembatasan ransum Masa pemulihan (refeeding)

0 1 2 3 4 12 Minggu

Gambar 3. Skema perlakuan pembatasan ransum dan periode pemulihan

4. Teknik Pengambilan Data

Sebelum diberikan perlakuan itik ditimbang terlebih dahulu untuk

mendapatkan berat badan awal. Setiap seminggu sekali itik ditimbang sebelum

28
diberikan ransum pada pagi hari untuk mendapatkan bobot badan per minggu

yang digunakan untuk menghitung laju pertumbuhan. Konsumsi ransum dicatat

kemudian dikalikan dengan kadar protein ransum yang digunakan untuk

mengetahui intake protein. Untuk pengambilan data karkas, dilakukan

pemotongan di akhir pemeliharaan perlakuan pembatasan ransum yaitu minggu

ke- 4 dan akhir periode pemulihan minggu ke- 12, dilakukan pengambilan sampel

secara acak yakni satu ekor itik dari masing-masing petak unit percobaan.

Sebelum dipotong, itik ditimbang terlebih dahulu untuk mendapatkan berat hidup.

Pemotongan itik dilakukan dengan cara menyembelih bagian atas leher dekat

kepala dengan memotong vena jugularis, arteria carotis, oesofagus dan trakhea.

Pencabutan bulu dilakukan secara manual yaitu pencelupan ke dalam air panas,

kemudian dilakukan pemisahan antara karkas dan non karkas, kemudian karkas

ditimbang untuk mengetahui persentase karkas.

3.2.4. Parameter Penelitian

Parameter yang diamati dalam penelitian ini yaitu intake protein, laju

pertumbuhan dan karkas itik MA jantan.

1. Intake Protein

Intake protein merupakan rata-rata jumlah protein yang dikonsumsi oleh

itik, yang dinyatakan dalam satuan gram, dihitung dengan rumus Tillman et al.

(1998) sebagai berikut :

Intake protein (g) = konsumsi ransum (g) X kadar PK ransum (%)

2. Laju Pertumbuhan

Laju pertumbuhan dapat diketahui dengan melakukan perhitungan

dengan rumus Brody (1945) sebagai berikut :

29
Keterangan :
LP : Laju pertumbuhan
Ln W1 : Logaritma natural berat badan akhir
Ln W0 : Logaritma natural berat badan awal
T1 : Waktu penimbangan akhir
T0 : Waktu penimbangan awal

3. Karkas

Siregar et al. (1980) menyatakan bahwa karkas unggas didefinisikan

sebagai bagian dari tubuh unggas yang telah disembelih, dicabut bulu, dikeluarkan

isi rongga perut, dan dibersihkan tanpa bagian leher, kepala dan kaki.

Persentase karkas diukur dengan membandingkan berat itik tanpa bulu,

darah, kepala, leher, kaki dan organ dalam (g) dengan bobot hidup (g) dikalikan

100%.

Persentase Karkas (%) = x 100%

3.2.5. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Kolok Mudik, Kecamatan Barangin, Kota

Sawahlunto selama 12 minggu yang dilaksanakan pada tanggal 22 Februari 2019

sampai dengan 16 Mei 2019.

30
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengaruh Perlakuan Terhadap Intake Protein

Rataan intake protein itik persilangan Mojosari dan Alabio (MA) jantan

pada masing-masing perlakuan selama masa pembatasan pakan 30%, selama

pemulihan dan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan Intake Protein Itik MA Jantan Selama Pembatasan Pakan 30%,
Masa Pemulihan dan Selama Penelitian (gram/ekor/hari)
Intake Protein Itik MA Jantan
Perlakuan Selama Selama Masa Selama Penelitian
Pembatasan pemulihan
A 10,9709A 22,4237 18,6061A
B 10,7561A 22,4251 18,5354A
C 9,5078B 22,4156 18,1130B
C
D 8,7466 22,3619 17,8235C
E 8,1354D 22,3344 17,6014C
Keterangan : Superskrip yang berbeda menurut kolom yang sama menunjukkan
pengaruh sangat nyata (P<0,01)

Hasil analisis ragam (Lampiran 1) menunjukkan bahwa lama pembatasan

pakan 30% memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap intake protein

itik MA jantan. Hasil uji lanjut DMRT menunjukkan bahwa intake protein

tertinggi diperoleh pada perlakuan A (ad libitum) = 10,9709 g/ekor/hari namun

memperlihatkan perbedaan yang tidak nyata (P>0,05) dengan perlakuan B

(pembatasan pakan 30% selama 1 minggu), tetapi sangat nyata (P<0,01) lebih

tinggi dari perlakuan C (pembatasan pakan 30% selama 2 minggu), D

(pembatasan pakan 30% selama 3 minggu) dan E (pembatasan pakan 30% selama

4 minggu). Tingginya intake protein pada perlakuan A (ad libitum) disebabkan

karena ransum yang diberikan pada ternak itik tersebut sebanyak 100% (ad

libitum) lebih tinggi dari perlakuan lain dengan kandungan protein kasar 22%

sehingga protein yang terkonsumsi juga lebih tinggi dibandingkan perlakuan lain.

Tingginya konsumsi ransum menyebabkan tingginya intake protein. Menurut


31
Uzer et al. (2013) ransum yang diberikan pada ternak itik harus memenuhi syarat

yaitu dengan kualitas yang baik dan sesuai dengan kebutuhan ternak. Gultom et

al. (2012) menyatakan bahwa intake protein yang tinggi akan mempengaruhi

asupan protein ke dalam daging dan asam – asam amino akan tercukupi di dalam

tubuh sehingga metabolisme sel – sel dalam tubuh berlangsung secara normal. Hal

ini sesuai dengan penelitian Resfika, (2018) yang menyatakan bahwa selama

pembatasan pada itik MA jantan intake protein pada perlakuan A (ad libitum) =

132,191 g/ekor/minggu menunjukkan nilai intake protein tertinggi dibandingkan

perlakuan B (15%), C (30%) dan D (45%).

Pada Tabel 6. menunjukkan bahwa selama masa pemulihan ransum

berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap intake protein itik. Itik yang dibatasi

makannya kemudian diberi ransum ad libitum ternyata mampu meningkatkan

konsumsi ransum menyamai perlakuan A (ad libitum). Meningkatnya konsumsi

ransum akan memberikan kesempatan kepada tubuh untuk meretensi lebih banyak

zat makanan sehingga kebutuhan protein untuk pertumbuhan terpenuhi (Wahju,

1997). Kelebihan pemberian protein pada ternak tidak bagus dalam segi

ekonomisnya, sebab protein yang berlebih tidak bisa disimpan dalam tubuh

namun akan dipecah dan nitrogennya akan dikeluarkan melalui ginjal (Setyo,

2004). Berdasarkan hasil penelitian Resfika (2018) menyatakan bahwa selama

masa pemulihan ransum berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap intake

protein.

Intake protein selama penelitian dari perlakuan A (ad libitum) sampai

perlakuan B (pembatasan pakan 30% selama 1 minggu) berkisar antara 17,6014 –

18,6061 dengan rataan selama penelitian yaitu 18,1359. Dari hasil analisis ragam

32
pada (Lampiran 3) menunjukkan bahwa intake protein selama penelitian pada

perlakuan A (ad libitum) tidak berpengaruh nyata (P>0,05) dengan perlakuan B

(pembatasan 30% selama 1 minggu), namun berbeda sangat nyata (P<0,01) lebih

tinggi dibandingkan perlakuan C (pembatasan pakan 30% selama 2 minggu), D

(pembatasan pakan 30% selama 3 minggu) dan E (pembatasan pakan 30% selama

4 minggu). Asupan protein dipengaruhi oleh jumlah konsumsi ransum

(Tampubolon dan Bintang, 2012). Sabrina et al. (2014) menyatakan bahwa

konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konversi ransum, bobot karkas dan

persentase karkas sangat signifikan menurun dengan pemberian pakan terbatas

dibandingkan kontrol (ransum ad libitum). Dari hasil penelitian Resfika, (2018)

menunjukkan bahwa pada itik MA jantan intake protein selama penelitian

memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) menurun pada saat pembatasan

ransum dan memberikan pengaruh tidak nyata (P>0,05) pada saat pemulihan itik

MA jantan.

4.2. Pengaruh Perlakuan Terhadap Laju Pertumbuhan

Rataan laju pertumbuhan itik MA jantan selama pembatasan pakan 30%,

masa pemulihan, dan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7.

33
Tabel 7. Rataan Laju Pertumbuhan Itik MA Jantan Selama Pembatasan Pakan
30%, Masa Pemulihan dan Selama Penelitian (gram/ekor/minggu)
Laju Pertumbuhan Itik MA Jantan
Perlakuan Selama Selama Masa Selama Penelitian
Pembatasan Pemulihan
A 0,6681A 0,1252bc 0,3062A
B 0,5585CD 0,1189c 0,2654E
D ab
C 0,5540 0,1379 0,2766D
D 0,5981BC 0,1394a 0,2923C
B a
E 0,6105 0,1445 0,2999B
Rataan 0,5978 0,1332 0,2881
Keterangan : Superskrip yang berbeda menurut kolom yang sama menunjukkan
pengaruh yang sangat nyata (P<0,01)

Hasil penelitian pada Tabel 7. menunjukkan bahwa laju pertumbuhan itik

MA jantan selama pembatasan pakan 30% dari perlakuan A (ad libitum) sampai

perlakuan E (pembatasan pakan 30% selama 4 minggu) berkisar antara 0,5540 –

0,6681 dengan rataan selama pembatasan yaitu 0,5978. Hasil analisis ragam

(Lampiran 4) menunjukkan bahwa perlakuan pembatasan pakan 30% memberikan

pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap laju pertumbuhan. Dari hasil uji lanjut

DMRT menunjukkan bahwa laju pertumbuhan tertinggi selama pembatasan

terdapat pada perlakuan A (ad libitum) yaitu 0,6681. Perlakuan A (ad libitum)

memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) lebih tinggi dibandingkan dengan

perlakuan E (pembatasan pakan 30% selama 4 minggu), D (pembatasan pakan

30% selama 3 minggu), B (pembatasan pakan 30% selama 1 minggu) dan C

(pembatasan pakan 30% selama 2 minggu).

Tingginya laju pertumbuhan pada perlakuan A (ad libitum) disebabkan

karena itik bisa makan setiap saat tanpa dibatasi sehingga laju pertumbuhannya

lebih tinggi. Laju pertumbuhan dipengaruhi oleh bobot badan, sementara itu bobot

badan juga dipengaruhi oleh konsumsi ransum. Konsumsi ransum yang meningkat

seiring dengan meningkatnya bobot badan (Ensminger, 1992). Dari hasil

34
penelitian Tillman et al. (1998), menyatakan bahwa kecepatan pertumbuhan

ternak salah satunya ditentukan oleh jumlah ransum yang dikonsumsi, jika ransum

yang dikonsumsi relatif lebih banyak maka pertumbuhan cepat sebaliknya bila

jumlah ransum yang dikonsumsi relatif sedikit maka pertumbuhan akan lambat.

Berdasarkan hasil penelitian Mitadayani (2014) menunjukkan bahwa perlakuan

pembatasan ransum pada itik Bayang jantan memberikan pengaruh sangat nyata

(P<0,01) terhadap laju pertumbuhan, dimana laju pertumbuhan tertinggi diperoleh

pada PO (ad libitum) yaitu sebesar 0,394. Pada penelitian Sabrina (1984)

menyatakan bahwa pembatasan pemberian ransum 15% selama 6 minggu pada

ayam broiler dapat meningkatkan efisiensi ransum, lemak yang rendah, tingginya

kandungan protein karkas, usus tipis dan panjang. Perubahan usus pada perlakuan

yang mendapat cekaman paling berat, ususnya akan 3 – 4 kali lebih panjang dari

ransum yang diberi ransum ad libitum. Usus yang panjang dan tipis inilah yang

dimanfaatkan pada saat pertumbuhan kompensasi karena pencernaannya lama dan

penyerapannya meningkat sehingga berpengaruh kepada laju pertumbuhan.

Dari Tabel 7. dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan itik selama masa

pemulihan pada perlakuan A (ad libitum) sampai perlakuan E (pembatasan 30%

selama 4 minggu) berkisar antara 0,1189 – 0,1445 dengan rataan selama

pemulihan yaitu 0,1332. Hasil analisis ragam (Lampiran 5) menunjukkan bahwa

perlakuan selama masa pemulihan memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap

laju pertumbuhan. Hasil uji lanjut DMRT menunjukkan bahwa pemberian secara

ad libitum saat masa pemulihan pada pembatasan pakan 2, 3 dan 4 minggu nyata

(P<0,05) menghasilkan laju pertumbuhan lebih tinggi dari kontrol A (ad libitum).

Perlakuan E (pembatasan 30% selama 4 minggu) memberikan pengaruh tidak

35
nyata (P>0,05) terhadap perlakuan D (pembatasan pakan 30% selama 3 minggu)

dan C (pembatasan pakan 30% selama 2 minggu), namun memberikan pengaruh

nyata (P<0,05) lebih tinggi dari perlakuan A (ad libitum) dan perlakuan B

(pembatasan pakan 30% selama 1 minggu).

Itik yang diberi perlakuan pembatasan pakan 30% menunjukkan laju

pertumbuhannya meningkat setelah pemberian ransum secara ad libitum pada

masa pemulihan, hal ini menunjukkan terjadinya pertumbuhan kompensasi setelah

pembatasan pakan. Rincon (2000) menyatakan bahwa ternak yang kekurangan

ransum pertumbuhannya akan melambat, tetapi setelah mendapatkan ransum yang

cukup ternak tersebut mampu tumbuh kembali cepat bahkan lebih cepat dari

pertumbuhan normal. Terjadinya pertumbuhan kompensasi setelah itik dibebaskan

dari pembatasan pakan, dimanfaatkan untuk mempertinggi laju pertumbuhan dan

perbaikan efisiensi penggunaan ransum. Hal ini seiring dengan pendapat

McMurty et al. (1988) menyatakan bahwa laju pertumbuhan yang dapat melebihi

pertumbuhan normal pada umur yang sama saat pemberian ransum ad libitum

setelah pembatasan, maka ternak tersebut mengalami pertumbuhan kompensasi.

Dari hasil penelitian Mitadayani (2014) menyatakan bahwa pemberian ransum

secara ad libitum pada saat pemulihan pada perlakuan P1 (15%), P2 (30%) dan P3

(45%) menghasilkan laju pertumbuhan lebih tinggi dari kontrol P0 (ad libitum),

namun tidak terdapat pengaruh yang nyata (P>0,05) antara P0 (ad libitum) dan P1

(15%). Selanjutnya pada penelitian Srinova (2019, belum publish) pada itik MA

jantan perlakuan E (pembatasan pakan 30% selama 4 minggu) pada usus halus

menunjukkan pengaruh sangat nyata (P<0,01) panjang dan tipis pada saat periode

pemulihan. Usus yang panjang dan tipis inilah yang dimanfaatkan oleh itik pada

36
saat pertumbuhan kompensasi, karena usus panjang dan tipis menyebabkan

pencernaannya lebih lama dan meningkatkan penyerapan sehingga akan

meningkatkan efisiensi ransum dan terjadi peningkatan laju pertumbuhan.

Adapun pola laju pertumbuhan itik MA jantan dapat dilihat pada grafik

dibawah ini :

1.2
Laju pertumbuhan

1
0.8 Ad libitum
0.6 30% 1 mg
0.4 30% 2 mg

0.2 30% 3 mg

0 30% 4 mg
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Umur (Minggu)

Gambar 4. Grafik Laju Pertumbuhan Itik MA jantan

Perlakuan pembatasan pakan 30% dari minggu 1-4 menunjukkan

rendahnya laju pertumbuhan yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena

terbatasnya pemberian pakan yang diberikan kepada ternak, sehingga

menyebabkan turunnya bobot badan dan akhirnya juga menurunkan laju

pertumbuhan ternak. Siregar et al. (1980) menjelaskan bahwa pertambahan bobot

badan dipengaruhi oleh jumlah ransum, semakin banyak konsumsi ransum seekor

ternak maka akan semakin tinggi pertambahan bobot badan yang dihasilkan dan

sebaliknya, semakin rendah konsumsi ransum maka akan semakin rendah pula

bobot badan yang dihasilkan. Meningkatnya laju pertumbuhan ternak pada umur

4-5 minggu setelah dilakukan pembatasan pakan 30% disebabkan oleh

meningkatnya konsumsi ransum yang diberikan pada ternak yaitu diberikan

ransum ad libitum, setelah ternak dibatasi pakannya sehingga menyebabkan


37
meningkat pula bobot badan pada ternak tersebut. Turun dan naiknya laju

pertumbuhan pada umur 5-7 minggu disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan

juga karena pergantian pakan dari ransum komersil di ubah ke ransum aduk

sendiri. Perubahan cuaca yang tidak menentu dan pergantian pakan menekan

nafsu makan pada ternak. Pada umur 7–12 minggu terlihat pada (Gambar 4)

terjadi penurunan laju pertumbuhan. Titus dan Fritz (1971) menyatakan bahwa

laju pertumbuhan seekor ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain

pemberian makanan yang cukup, jumlah makanan yang dikonsumsi, selain itu

faktor lingkungan dapat berpengaruh yaitu temperatur lingkungan.

Pada Tabel 7. menunjukkan bahwa laju pertumbuhan selama penelitian

dari perlakuan A (ad libitum) sampai perlakuan E (pembatasan pakan 30% selama

4 minggu) berkisar antara 0,2654 – 0,3062 dengan rataan laju pertumbuhan

selama penelitian yaitu 0,2881. Berdasarkan uji lanjut DMRT (Lampiran 6)

menujukkan bahwa laju pertumbuhan selama penelitian pada perlakuan A (ad

libitum) sangat nyata (P<0,01) lebih tinggi dibandingkan perlakuan E (pembatasan

pakan 30% selama 4 minggu), D (pembatasan pakan 30% selama 3 minggu), C

(pembatasan pakan 30% selama 2 minggu) dan B (pembatasan pakan 30% selama

1 minggu). Dari hasil penelitian Putri, (2014) menyatakan bahwa dengan

pembatasan ransum 45% pada itik lokal sangat nyata (P<0,01) meningkatkan laju

pertumbuhan dan meningkatkan nilai konversi ransum antar perlakuan pada saat

diberikan ransum ad libitum setelah pembatasan ransum.

38
4.3. Pengaruh Perlakuan Terhadap Bobot Karkas dan Persentase Karkas

Rataan bobot karkas dan persentase karkas pada itik persilangan Mojosari

dan Alabio (MA) jantan pada masing-masing perlakuan setelah pembatasan, dan

akhir masa pemulihan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan bobot karkas dan persentase karkas itik MA jantan selama
pembatasan pakan 30% dan akhir pemulihan
Setelah Pembatasan Setelah Pemulihan
Perlakuan Bobot Karkas Persentase Bobot Karkas Persentase
(g) Karkas (%) (g) Karkas (%)
A 288,25a 49,78 838,75B 56,01
B 293,25a 50,63 838,25B 56,18
b B
C 233,75 48,21 836,50 56,05
ab A
D 268,00 50,04 907,25 56,13
E 239,75b 48,56 889,50A 55,30
Rataan 264,40 49,44 862,05 55,93
Keterangan : Superskrip yang berbeda menurut kolom yang sama menunjukkan
pengaruh sangat nyata (P<0,01)

Pada Tabel 8. dapat dilihat bahwa rataan bobot karkas itik selama

pembatasan pemberian pakan 30% dari perlakuan A (Adlibitum) sampai dengan

perlakuan E (pembatasan pakan 30% selama 4 minggu) berkisar antara 233,75 –

293,25 (g) dengan rataan selama pembatasan yaitu 264,40 (g). Dari hasil analisis

ragam pada (Lampiran 8) menunjukkan bahwa perlakuan pembatasan pemberian

pakan 30% memberikan pengaruh nyata (P<0,05) menurunkan bobot karkas,

selama periode pembatasan perlakuan B (pembatasan 30% selama 1 minggu)

menunjukkan nilai karkas tertinggi dibandingkan dengan perlakuan A (ad

libitum), D (pembatasan pakan 30% selama 3 minggu), E (pembatasan pakan 30%

selama 4 minggu) dan perlakuan C (pembatasan pakan 30% selama 2 minggu).

Dari hasil uji lanjut DMRT menunjukkan bahwa perlakuan B (pembatasan 30%

selama 1 minggu) memberikan pengaruh tidak nyata dengan perlakuan A (ad

libitum) dan D (pembatasan 30% selama 3 minggu), namun berbeda nyata

39
(P<0,05) lebih tinggi terhadap perlakuan E (pembatasan pakan 30% selama 4

minggu) dan perlakuan C (pembatasan pakan 30% selama 2 minggu).

Karaoglu dan Durdag (2005) menyatakan bahwa itik yang bobot hidupnya

tinggi akan menghasilkan bobot karkas yang tinggi. Faktor genetik dan

lingkungan (fisiologi dan nutrisi) sangat mempengaruhi laju pertumbuhan,

komposisi tubuh dan karkas pada ternak (Soeparno, 2005). Berdasarkan hasil

penelitian Mitadayani (2014) menyatakan bahwa perlakuan pembatasan ransum

pada itik Bayang jantan memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap

bobot karkas, dimana bobot karkas tertinggi diperoleh pada P0 (ad libitum) yaitu

sebesar 332,800 gram, namun tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata

(P>0,05) dengan P1 (15%).

Persentase karkas itik MA jantan pada akhir pembatasan pakan 30% dari

perlakuan A (ad libitum) sampai perlakuan E (pembatasan pakan 30% selama 4

minggu) berkisar antara 48,21 – 50,63% dengan rataan akhir pembatasan yaitu

49,44%. Hasil analisis ragam pada (Lampiran 9) menunjukkan bahwa perlakuan

pembatasan pakan 30% memberikan pengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap

persentase karkas. Hal ini disebabkan oleh pertambahan bobot badan diikuti

pertambahan bobot karkas, sehingga menghasilkan persentase karkas yang sama.

Persentase karkas dipengaruhi oleh bertambahnya umur dan bobot hidup serta

akan diikuti dengan peningkatan bobot karkas yang dihasilkan (Yunilas et al.,

2008). Persentase karkas itik umumnya berkisar antara 50 – 60%. Berdasarkan

hasil penelitian Dozier et al. (2002) menyatakan bahwa pembatasan dengan

pemuasan selama 2 jam pada umur 8, 10, 12, 14, 16 dan 18 hari tidak

mempengaruhi persentase karkas yang dihasilkan ayam broiler umur 54 hari.

40
Selanjutnya pada penelitian Putra (2018) menyatakan bahwa perlakuan

pembatasan ransum tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap persentase karkas.

Dari Tabel 8. dapat dilihat bahwa rataan bobot karkas itik MA jantan pada

akhir masa pemulihan berkisar antara 836,50 – 907,25 (g) dengan rataan akhir

pemulihan yaitu 862,65 (g). Hasil analisis ragam pada (Lampiran 10)

menunjukkan bahwa perlakuan saat pemulihan memberikan pengaruh sangat

nyata (P<0,01) terhadap bobot karkas itik MA jantan. Hasil uji lanjut DMRT

menunjukkan bahwa bobot karkas tertinggi diperoleh oleh perlakuan D

(pembatasan pakan 30% selama 3 minggu) dan memperlihatkan pengaruh yang

tidak nyata terhadap perlakuan E (pembatasan 30% selama 4 minggu), namun

memperlihatkan perbedaan sangat nyata (P<0,01) lebih tinggi dengan perlakuan A

(ad libitum), B (pembatasan pakan 30% selama 1 minggu) dan C (pembatasan

pakan 30% selama 2 minggu).

Tingginya bobot karkas pada saat akhir pemulihan pada perlakuan D

(pembatasan 30% selama 3 minggu) tidak berpengaruh nyata (P>0,05) dengan

perlakuan E (pembatasan 30% selama 4 minggu) terjadi karena itik mampu makan

melebihi kebutuhannya setelah mendapat cekaman akibat pembatasan sehingga

menyebabkan bobot karkas nya tinggi dan mampu menyamai perlakuan kontrol A

(ad libitum). Pada penelitian pembatasan ransum itik Bayang jantan, pada saat

masa pemulihan pemberian ransum secara ad libitum pada masa pemulihan

setelah masa pembatasan memberikan pengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap

bobot karkas. Hal ini disebabkan karena ternak itik dengan perlakuan P0 (ad

libitum) hingga P3 (45%) mengkonsumsi ransum dengan jumlah yang sama. Dari

hasil penelitian Putra, (2018) menyatakan bahwa bobot karkas pada masa

41
pemulihan berkisar antara 883,0 – 914,6 gram, namun pada hasil analisis ragam

memberikan pengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap bobot karkas.

Dari Tabel 8. dapat dilihat bahwa persentase karkas itik MA jantan akhir

pemulihan dari perlakuan A (ad libitum) sampai perlakuan E (pembatasan 30%

selama 4 minggu) berkisar antara 55,30 – 56,18 (g) dengan rataan akhir

pemulihan yaitu 55,93 (g). Hasil analisis ragam (Lampiran 11) menunjukkan

bahwa pemberian ransum secara ad libitum pada masa pemulihan setelah masa

pembatasan pakan 30% memberikan pengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap

persentase karkas.

Menurut Soeparno (2005) menyatakan bahwa persentase karkas pada

unggas akan meningkat selama pertumbuhan, pertambahan umur dan kenaikan

bobot badan. Dilihat dari hasil penelitian Purba dan Ketaren (2012) menyatakan

bahwa rata-rata bobot karkas itik MA jantan lokal umur 10 minggu berkisar

54,0% hingga 58,84% dan itik lokal (Cihateup) berkisar 58,07-58,43% (Randa,

2007). Pertumbuhan yang ditunda karena pembatasan ransum maka setelah

periode kritis pembatasan ransum, ternak akan mengejar pertumbuhan yang

tertunda tersebut atau dengan kata lain dapat mengembalikan pertumbuhan

sebagaimana mestinya bila diikuti dengan pemberian ransum ad libitum setelah

pembatasan ransum tersebut (McCance, 1977). Sabrina (1984) menyatakan bahwa

dengan pembatasan ransum dapat meningkatkan efisiensi konversi ransum, lemak

yang rendah, tingginya kandungan protein karkas dan usus yang lebih tipis serta

ringan, pembatasan pemberian ransum dengan tingkat 45% nyata menambah

pertambahan berat badan.

V. PENUTUP

42
5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa lama pembatasan

pakan 30% selama 4 minggu dan pemberian ransum secara ad libitum pada masa

pemulihan sampai akhir merupakan perlakuan yang terbaik dengan bobot karkas

889,50 (g). Semakin lama dibatasi semakin efisien dalam penggunaan ransum dan

juga menghemat biaya ransum.

5.2. Saran

Untuk mendapatkan pertumbuhan ternak yang lebih baik pada

pemeliharaan itik MA jantan secara intensif dapat dilakukan pembatasan pakan

30% selama 4 minggu dan dilanjutkan dengan pemberian ransum secara ad

libitum.

DAFTAR PUSTAKA

43
Akhadiarto, S. 2002. Kualitas fisik daging itik pada berbagai umur pemotongan.
Laporan Penelitian. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Budidaya
Pertanian. BPPT, Bogor.

Alpin, R. 2013. Pengaruh pembatasan dan tingkat protein ransum terhadap laju
pertumbuhan itik Kamang betina periode grower. Skripsi. Fakultas
Peternakan Universitas Andalas, Padang.

Anggorodi, R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. PT. Gramedia Pustaka


Utama, Jakarta.

Balai Penelitian Ternak. 2006. Pendatang Baru Penghasil Telur Itik Mojosari
Alabio. Teknologi Balitnak. Unit Komersialisasi Teknologi Balai Penelitian
Ternak Ciawi, Bogor.

Bharoto, K. D. 2001. Cara Beternak Itik. CV Aneka Ilmu, Semarang.

Brody, S. 1945. Bioenergetics and Growth : With Special Reference to the


Efficiency Complex in Domestic Animals. Reinhold, New York.

Cahyono, B. 2004. Budidaya Ayam Ras Pedaging. Trubus Agriwidia, Semarang.

Djannah, D. 1985. Beternak Ayam dan Itik. CV. Yasaguna, Jakarta.

Dozier, W. A., R. J. Lien, J. B. Hess, S. F. Bilgili, R. W. Gordon, C. P. Laster and


S. L. Vieira. 2002. Effects of early skip a day feed removal on Broiler live
performance and carcass yield. J., Appl., Poultry, Res., 11 : 297-303.

Ensminger, M. E. 1992. Poultry Science (Animal Agriculture Series). 3th Ed.


Interstate Publisher, Inc. Danville, Illionis.

Gultom, S. M., R. D. H. Supratman dan Abun. 2012. Pengaruh imbangan energi


dan protein ransum terhadap bobot karkas dan bobot lemak abdominal
ayam broiler umur 3-5 minggu. Vol 1 (1) : 4.

Hamdan, A., R. Zuraida dan Khairuddin. 2010. Usaha tani itik Alabio petelur
(Studi Kasus Desa Primatani Sungai Durait Tengah Kecamatan Babirik,
Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan). Prosiding Seminar
Nasional Membangun Sistem Inovasi di Pedesaan, Bogor.

Haqiqi, S.H. 2008. Mengenal beberapa jenis itik petelur lokal. Essay. Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya, Malang.

Herlina, B., R. Novita dan T. Karyono. 2015. Pengaruh jenis dan waktu
pemberian ransum terhadap performans pertumbuhan dan produksi ayam
44
broiler. Jurnal Sains Peternakan Indonesia. Fakultas Pertanian
Universitas Musi Rawas, Lubuklinggau. Vol 10 : 107.

Husmaini. 1994. Pengaruh cara pembatasan pemberian ransum pada ayam


Kampung periode kutuk terhadap penampilan ayam Kampung. Pros.
Seminar Hasil Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas Andalas,
Padang.

Husmaini, 2000. Pengaruh peningkatan level protein dan energi ransum saat
refeeding terhadap performans ayam buras. Jurnal Peternakan dan
Lingkungan. 6 (1) : 214 -220.

Karaoglu, M. and D. Durdag. 2005. The influence of dietary probiotic


(Saccaromyces cerevisiae) suplementation and different slaughter age on the
performance, slaughter and carcass properties of Broiler. Poult., Sci., 4 :
309-316.

Kementerian Pertanian. 2017. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan.


Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian
Pertanian RI, Jakarta.

Kuspartoyo. 1990. Broiler Jantan Lebih Menguntungkan. Swadaya Peternakan.


Indonesia Edisi Januari Hal 55-56.

Lawrence, T. L. J. 1980. Growth in Animal. Redwood Burn Lmd. Trobridge and


Eshe. Butterwort, London.

Matram, B.R. 1984. Pengaruh imbangan kalori protein dan pembatasan ransum
terhadap pertumbuhan dan produksi telur itik Bali. Desertasi. Pascasarjana
Universitas Padjadjaran, Bandung.

McCance, P. A. 1977. The Biology of Growth. In K. N. Boorman and B. J.


Wilson. pp 3-12. Growth and Poultry Meat Production. Proc., Poult., Sci.,
Symp., 12th British Poult., Sci., Ltd.

McMurty, J. P., I. Plavnik, R. W. Rosebrough, N. C. Stelee and J. A. Proudman.


1988. Effect of early feed restriction in male Broiler chicks on plasma
metabolic hormones during feed restriction and accelerated growth. Camp.
Biochem. Phvsiol 91A (1) : 67-70.

Mitadayani. 2014. Pengaruh pembatasan ransum dan efeknya setelah masa


pemulihan terhadap laju pertumbuhan persentase karkas dan lemak

45
abdomen itik Bayang jantan. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas
Andalas, Padang.

Montong, M. E. R. 1987. Pengaruh pembatasan pakan dengan imbangan protein


dan energi serta galur yang berbeda terhadap performans Broiler. Tesis.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Nuraini, A. Djulardi dan M. E. Mahata. 2014. Pakan non konvensional dengan


Phanerocheta dan Neurospora Crassa untuk memproduksi telur rendah
kolesterol. Laporan Penelitian Kompetensi Dikti. Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat, Universitas Andalas (publish).

Purba, M. dan P. P. Ketaren. 2012. Konsumsi dan konversi pakan itik lokal jantan
umur delapan minggu dengan penambahan santoquin dan vitamin E dalam
pakan. JITV, 16 : 280-287.

Putra, D. 2018. Pengaruh pembatasan ransum dan masa pemulihan terhadap


intake energi, karkas dan lemak abdomen itik persilangan Mojosari dan
Alabio (MA) jantan. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Andalas,
Padang.

Putri, M. M. 2014. Pengaruh pembatasan ransum dan masa pemulihan terhadap


performans itik lokal periode pertumbuhan. Skripsi. Fakultas Peternakan
Universitas Andalas, Padang.

Randa, S. Y. 2007. Bau daging dan performans itik akibat pengaruh dan
perbedaan galur jenis lemak serta kombinasi komposisi antioksidan
(vitamin A, C dan E) dalam pakan. Disertasi. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.

Ranto. 2005. Panduan Lengkap Beternak Itik. Agromedia, Jakarta.

Ranto dan M. Sitanggang. 2005. Panduan Lengkap Beternak Itik. PT. Penebar
Swadaya, Jakarta.

Rasyaf, M. 1994. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rasyaf, M. 2004. Beternak Itik Komersil. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rasyaf, M. 2005. Pengelolaan Usaha Peternakan Ayam Kampung. Penebar


Swadaya, Jakarta.

Resfika, D. 2018. Pengaruh pembatasan ransum dan masa pemulihan terhadap


laju pertumbuhan itik persilangan Mojosari dan Alabio (MA) jantan.
Skripsi. Universitas Andalas, Padang.

46
Rincon, M. U. 2000. Mild feed restriction and compensatory growth in the Broiler
chicken. Tesis. University od Guelph. Ottawa, Canada.

Sabrina. 1984. Pengaruh pembatasan pemberian jumlah makanan terhadap


penampilan ayam Broiler. Skripsi. Universitas Andalas, Padang.

Sabrina, Husmaini dan Wazir. 2014. Kajian pertumbuhan kompensasi pada itik
lokal Sumatera Barat melalui perlakuan pembatasan jumlah ransum.
Laporan Akhir Penelitian Hibah Bersaing. Program Pascasarjana
Universitas Andalas, Padang.

Sadri. 2018. Pengaruh pembatasan dan masa pemulihan ransum terhadap


performans itik persilangan Mojosari dan Alabio (MA) jantan. Skripsi.
Program Sarjana Universitas Andalas, Padang.

Santoso, B. 2014. Pengaruh lama pembatasan ransum dan masa pemulihan`


(refeeding) terhadap performans itik lokal. Skripsi. Universitas Andalas,
Padang.

Setioko, A. R., L. H. Prasetyo, B. Brahmantio dan M. Purba. 2002. Koleksi dan


karakterisasi sifat-sifat beberapa jenis itik. Kumpulan Hasil-Hasil
Penelitian APBN Tahun Anggaran 2001. Balai Penelitian Ternak, Ciawi,
Bogor.

Setyo, R. S. 2004. Pengaruh perbedaan tingkat protein dalam ransum dengan


penambahan probiotik terhadap produktivitas itik Indian Runner. Skripsi.
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Sinurat, A. P. 2000. Penyusunan ransum ayam buras dan itik. Pelatihan proyek
pengembangan agribisnis peternakan, Dinas Peternakan DKI Jakarta, 20
Juni 2000.

Siregar, A. P., M. H. Togatorop dan M. Sabrani. 1980. Pengaruh pembatasan


pemberian jumlah ransum terhadap performans dua galur ayam pedaging.
Seminar Penelitian Peternakan. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan, Bogor.

Soeharsono. 1977. Respon broiler terhadap berbagai kondisi lingkungan.


Disertasi. Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran, Bandung.

Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.

Solihat, S., I. Suswoyo dan Ismoyowati. 2003. Kemampuan performan produksi


telur dan berbagai Itik Lokal. J Peter Trop 3 (1) : 27 – 32.

47
Srigandono, B. 1997. Produksi Unggas Air. Catatan Ketiga. Gadjah Mada
University. Press, Yogyakarta.

Srinova, A. 2019. Pengaruh lama pembatasan pemberian pakan terhadap organ


dalam itik persilangan Mojosari dan Alabio (MA) jantan setelah pemulihan.
Skripsi. Program Sarjana Universitas Andalas, Padang (belum publish).

Steel, R. G. D. and J. H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistik Suatu


Pendekatan Biometrik. Edisi Ke-2, Diterjemahkan oleh Bambang Sumatri.
PT. Gramedia Utama, Jakarta.

Sudaryani, T. dan H. Santoso. 1994. Pembibitan Ayam Ras. Penebar Swadaya,


Jakarta.

Sudiyono dan T. H. Purwatri. 2007. Pengaruh penambahan enzim dalam ransum


terhadap persentase karkas dan bagian-bagian karkas itik lokal jantan. J. Ind.
Trop Animal Agric. 32 (4) : 270-276.

Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak


Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.

Susanti, T. 2003. Strategi pembibibitan itik Alabio dan itik Mojosari. Tesis.
Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Tampubolon dan P.P. Bintang. 2012. Pengaruh imbangan energi dan protein
ransum terhadap energi metabolis dan retensi nitrogen ayam Broiler.
Jurnal Fakultas Peternakan. Universitas Padjajaran, Bandung. Vol 1 (1) : 2

Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan


Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Catatan Keenam. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.

Titus, H. W. and J. C. Fritz. 1971. The Scientific Feeding of Chicken. 5th Ed., The
Intersate Publisher, Inc., Danville, Illionis.

Uzer, F. N. I dan Roesdiyanto. 2013. Penggunaan pakan fungsional dalam ransum


terhadap konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan ayam broiler. Jurnal
Ilmiah Peternakan 1 (1) : 282-288.

Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan IV. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.

Whendrato, I dan M. Madya. 1998. Beternak Itik Tegal Secara Populer. Eka
Offset, Semarang.

48
Yudityo, M.P. 2003. Persentase heterosis fertilitas daya tetas, kematian embrio
serta bobot telur tetas hasil persilangan timbal balik antara itik Alabio dan
Mojosari. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Yunilas, B., Irawati dan D. P. K. Tubagus. 2008. Pemanfaatan tepung kulit buah
terong Belanda (Cyphomandra betacea) fermentasi (Aspergilus niger)
terhadap produksi telur puyuh. J. Agribisnis Peternakan. 4 (1) : 20-30.

49
LAMPIRAN

Lampiran 1. Analisa Intake Protein Itik Persilangan Mojosari dan Alabio


(MA) Jantan Selama Pembatasan (gram/ekor/hari)
PERLAKUAN
Kelompok Jumlah Rataan
30% (1 30% (2 30% (3 30% (4
100% mg) mg) mg) mg)
1 10,5142 10,6438 9,3854 8,7895 7,5625 46,8954 9,3791
2 10,5011 10,7708 9,5163 8,7437 8,3679 47,8998 9,5800
3 11,3261 10,7198 9,5215 8,8092 8,4936 48,8701 9,7740
4 11,5421 10,8900 9,6080 8,6442 8,1177 48,8020 9,7604
Jumlah 43,8835 43,0244 38,0312 34,9865 32,5417 192,4673 38,4935
Rataan 10,9709 10,7561 9,5078 8,7466 8,1354 48,1168 9,6234

Perhitungan Sidik Ragam :


F.K = ( G.T)2 = (ΣYij)2
kt kt

= (192,4673)2
20

= 1852,1823

JKK = (K02 + K12 +.....KK2) - F.K


p

= (46,89542+47,89982.....+48,80202) – 1852,1823
5
= 0,5152
JKP = (P12 + P22 + .. + Pt2)- FK
K

= (43,8835 2 + 43,02442+.....+32,54172) - 1852,1823


4

= 24,3794
JKT = (A012+A112+.....+Atk2) – FK

= (10,51422+10,64382+.....+8,11772) – 1852,1823
= 25,8456
JKS = JKT – JKK – JKP
50
= 25,8456 - 0,5152 - 24,3794
= 0,9511
KTK = JKK/t
= 0,5152
5

= 0,1030
KTP = JKP
t-1

= 24,3794
4

= 6,0948

KTS = JKS/(k-1) (t-1)

= 0,9511
(4-1) (5-1)

= 0,0793
F.KELOMPOK = KTK/KTS
= 0,1030
0,0793
= 1,3001
F.PERLAKUAN = KTP/KTS
= 6,0948
0,0793
= 76,9007
Tabel Anova
Sumber F table
Db JK KT F hit
Variansi 0,05 0,01
Kelompok 3 0,5152 0,1030 1,3001 3,49 5,95
Perlakuan 4 24,3794 6,0948 76,9007** 3,26 5,41
Sisa 12 0,9511 0,0793
Total 19 25,8456
Keterangan: **= Berpengaruh sangat nyata (P<0,01)

51

sȳ =

=√

= 0,1408

Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT)


Tabel SSR dan LSR (5% dan 1%)
SSR LSR
PERLAKUAN 0,05 0,01 SE 0,05 0,01
2 3,08 4,32 0,4335 0,6081
3 3,23 4,50 0,1408 0,4547 0,6334
4 3,33 4,62 0,4687 0,6503
5 3,37 4,70 0,4744 0,6616

Urutan rata-rata perlakuan dari yang tertinggi sampai yang terendah:


A = 10,9709
B = 10,7561
C = 9,5078
D = 8,7466
E = 8,1354

Pengujian Nilai Tengah


PERLAKUAN SELISIH P LSR 1% KETERANGAN
A-B 0,2148 2 0,6081 NS
A-C 1,4631 3 0,6334 **
A-D 2,2242 4 0,6503 **
A-E 2,8354 5 0,6616 **
B-C 1,2483 2 0,6081 **
B-D 2,0095 3 0,6334 **
B-E 2,6207 4 0,6503 **
C-D 0,7612 2 0,6081 **
C-E 1,3724 3 0,6334 **
D-E 0,6112 2 0,6081 **

Superskrip : AA BA CB DC ED

52
Lampiran 2. Analisa Intake Protein Itik Persilangan Mojosari dan Alabio
(MA) Jantan Selama Pemulihan (gram/ekor/hari)
PERLAKUAN
Kelompok 30% (1 30% (2 30% (3 30% (4 Jumlah Rataan
100% mg) mg) mg) mg)
1 22,4579 22,3995 22,4240 22,4182 22,3254 112,0251 22,4050
2 22,3922 22,4322 22,3978 22,2160 22,4188 111,8569 22,3714
3 22,4520 22,4281 22,4217 22,3966 22,4334 112,1319 22,4264
4 22,3925 22,4404 22,4188 22,4170 22,1601 111,8288 22,3658
Jumlah 89,6947 89,7002 89,6623 89,4478 89,3377 447,8427 89,5685
Rataan 22,4237 22,4251 22,4156 22,3619 22,3344 111,9607 22,3921

Perhitungan Sidik Ragam :


F.K = ( G.T)2 = (ΣYij)2
kt kt

= (447,8427) 2
20

= 10028,1534

JKK = (K02 + K12 +.....KK2) - F.K


p

= (112,02512+111,85692+.....+ 111,82882) – 10028,1534


5
= 0,0123
JKP = (P12 + P22 + .. + Pt2) - FK
K

= (89,69472 + 89,70022+.....+89,33772) - 10028,1534


4
= 0,0275
JKT = (A012+A112+.....+Atk2) – FK

= (22,45792+22,39952+.....+22,16012) – 10028,1534
= 0,1089
JKS = JKT – JKK – JKP
= 0,1089 - 0,0123 - 0,0275
= 0,0691

53
KTK = JKK/t
= 0,0123
5

= 0,0025
KTP = JKP
t-1

= 0,0275
4

= 0,0069
KTS = JKS/ (k-1) (t-1)

= 0,0691
(4-1)(5-1)

= 0,0058
F.KELOMPOK = KTK/KTS
= 0,0025
0,0058
= 0,4280
F.PERLAKUAN = KTP/KTS
= 0,0069
0,0058

= 1,1931
Tabel Anova
Sumber F table
Db JK KT F hit
Variansi 0,05 0,01
Kelompok 3 0,0123 0,0025 0,4280 3,49 5,95
Perlakuan 4 0,0275 0,0069 1,1931NS 3,26 5,41
Sisa 12 0,0691 0,0058
Total 19 0,1089
Keterangan: NS= Berpengaruh tidak nyata (P>0,05)

54
Lampiran 3. Analisa Intake Protein Itik Persilangan Mojosari dan Alabio
(MA) Jantan Selama Penelitian (gram/ekor/hari)
PERLAKUAN
Kelompok 30% (1 30% (2 30% (3 30% (4 Jumlah Rataan
100% mg) mg) mg) mg)
1 18,4766 18,4810 18,0778 17,8753 17,4045 90,3152 18,0630
2 18,4285 18,5451 18,1040 17,7252 17,7351 90,5379 18,1076
3 18,7434 18,5253 18,1217 17,8675 17,7868 91,0446 18,2089
4 18,7757 18,5903 18,1485 17,8261 17,4793 90,8199 18,1640
Jumlah 74,4243 74,1416 72,4519 71,2940 70,4057 362,7175 72,5435
Rataan 18,6061 18,5354 18,1130 17,8235 17,6014 90,6794 18,1359

Perhitungan Sidik Ragam :


F.K = ( G.T)2 = (ΣYij)2
kt kt

= (362,7175) 2
20

= 6578,2008

JKK = (K02 + K12 +.....KK2) - F.K


p

= (90,31522+90,53792+.....+ 90,81992) – 6578,2008


5
= 0,0612
JKP = (P12 + P22 + .. + Pt2) - FK
K

= (74,42432 + 74,14162+.....+70,40572) - 6578,2008


4

= 3,0578
JKT = (A012+A112+.....+Atk2) – FK

= (18,47662+18,48102+.....+17,47932) – 6578,2008
= 3,2827
JKS = JKT – JKK – JKP
= 3,2827 - 0,0612 - 3,0578

55
= 0,1638
KTK = JKK/t
= 0,0612
5

= 0,0122
KTP = JKP
t-1

= 3,0578
4

= 0,7644
KTS = JKS/(k-1) (t-1)

= 0,1638
(4-1)(5-1)

= 0,0137
F.KELOMPOK = KTK/KTS
= 0,0122
0,0137
= 0,8960
F.PERLAKUAN = KTP/KTS
= 0,7644
0,0137

= 55,9975
Tabel Anova
Sumber F table
Db JK KT F hit
Variansi 0,05 0,01
Kelompok 3 0,0612 0,0122 0,8960 3,49 5,95
Perlakuan 4 3,0578 0,7644 55,9975** 3,26 5,41
Sisa 12 0,1638 0,0137
Total 19 3,2827
Keterangan: **= Berpengaruh sangat nyata (P<0,01)

56

sȳ =

=√

= 0,0584

Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT)


Tabel SSR dan LSR (5% dan 1%)
SSR LSR
PERLAKUAN 0,05 0,01 SE 0,05 0,01
2 3,08 4,32 0,1799 0,2524
3 3,23 4,50 0,0584 0,1887 0,2629
4 3,33 4,62 0,1945 0,2699
5 3,37 4,70 0,1969 0,2746

Urutan rata-rata perlakuan dari yang tertinggi sampai yang terendah:


A = 18,6061
B = 18,5354
C = 18,1130
D = 17,8235
E = 17,6014

Pengujian Nilai Tengah


PERLAKUAN SELISIH P LSR 1% KETERANGAN
A-B 0,0707 2 0,2524 NS
A-C 0,4931 3 0,2629 **
A-D 0,7826 4 0,2699 **
A-E 1,0046 5 0,2746 **
B-C 0,4224 2 0,2524 **
B-D 0,7119 3 0,2629 **
B-E 0,9340 4 0,2699 **
C-D 0,2895 2 0,2524 **
C-E 0,5116 3 0,2629 **
D-E 0,2221 2 0,2524 NS

Superskrip : AA BA CB DC EC

57
Lampiran 4. Analisa Laju Pertumbuhan Itik Persilangan Mojosari dan
Alabio (MA) Jantan Selama Pembatasan (gram/ekor/minggu)
PERLAKUAN
Kelompok 30% (1 30% (2 30% (3 30% (4 Jumlah Rataan
100% mg) mg) mg) mg)
1 0,6507 0,5560 0,5436 0,5960 0,6023 2,9485 0,5897
2 0,6481 0,5622 0,5793 0,6057 0,6359 3,0313 0,6063
3 0,7006 0,5418 0,5424 0,5891 0,6225 2,9965 0,5993
4 0,6729 0,5739 0,5506 0,6015 0,5813 2,9802 0,5960
Jumlah 2,6724 2,2339 2,2159 2,3922 2,4420 11,9564 2,3913
Rataan 0,6681 0,5585 0,5540 0,5981 0,6105 2,9891 0,5978

Perhitungan Sidik Ragam :


F.K = ( G.T)2 = (ΣYij)2
kt kt

= (11,9564) 2
20

= 7,1478

JKK = (K02 + K12 +.....KK2) - F.K


p

= (2,94852+3,03132+.....+2,98022) – 7,1478
5
= 0,0007
JKP = (P12 + P22 + .. + Pt2) - FK
K

= (2,67242+ 2,23392+.....+2,44202) - 7,1478


4

= 0,0343
JKT = (A012+A112+.....+Atk2) – FK

= (0,65072+0,55602+.....+0,58132) – 7,1478
= 0,0394
JKS = JKT – JKK – JKP
= 0,0394 - 0,0007 - 0,0343

58
= 0,0044
KTK = JKK/t
= 0,0007
5

= 0,0001
KTP = JKP
t-1

= 0,0343
4

= 0,0086
KTS = JKS/(k-1) (t-1)

= 0,0044
(4-1)(5-1)

= 0,0004
F.KELOMPOK = KTK/KTS

= 0,0001
0,0004

= 0,3909

F.PERLAKUAN = KTP/KTS
= 0,0086
0,0004

= 23,5247
Tabel Anova
Sumber F table
Db JK KT F hit
Variansi 0,05 0,01
Kelompok 3 0,0007 0,0001 0,3909 3,49 5,95
Perlakuan 4 0,0343 0,0086 23,5247** 3,26 5,41
Sisa 12 0,0044 0,0004
Total 19 0,0394
Keterangan: ** = Berpengaruh sangat nyata (P<0,01)

59

sȳ =

=√

= 0,0095

Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT)


Tabel SSR dan LSR (5% dan 1%)
SSR LSR
PERLAKUAN 0,05 0,01 SE 0,05 0,01
2 3,08 4,32 0,0294 0,0412
3 3,23 4,50 0,0095 0,0308 0,0429
4 3,33 4,62 0,0318 0,0441
5 3,37 4,70 0,0322 0,0449

Urutan rata-rata perlakuan dari yang tertinggi sampai yang terendah:


A = 0,6681
E = 0,6105
D = 0,5981
B = 0,5585
C = 0,5540

Pengujian Nilai Tengah


PERLAKUAN SELISIH P LSR 1% KETERANGAN
A-E 0,0576 2 0,0412 **
A-D 0,0700 3 0,0429 **
A-B 0,1096 4 0,0441 **
A-C 0,1141 5 0,0449 **
E-D 0,0124 2 0,0412 NS
E-B 0,0520 3 0,0429 **
E-C 0,0565 4 0,0441 **
D-B 0,0396 2 0,0412 NS
D-C 0,0441 3 0,0429 **
B-C 0,0045 2 0,0412 NS

Superskrip : AA EB DBC BCD CD

60
Lampiran 5. Analisa Laju Pertumbuhan Itik Persilangan Mojosari dan
Alabio (MA) Jantan Selama Pemulihan (gram/ekor/minggu)
PERLAKUAN
Kelompok 30% (1 30% (2 30% (3 30% (4 Jumlah Rataan
100% mg) mg) mg) mg)
1 0,1377 0,1255 0,1486 0,1438 0,1542 0,7096 0,1419
2 0,1350 0,1179 0,1284 0,1378 0,1339 0,6530 0,1306
3 0,1100 0,1246 0,1432 0,1432 0,1367 0,6578 0,1316
4 0,1182 0,1075 0,1315 0,1329 0,1533 0,6434 0,1287
Jumlah 0,5008 0,4754 0,5516 0,5578 0,5781 2,6638 0,5328
Rataan 0,1252 0,1189 0,1379 0,1394 0,1445 0,6659 0,1332

Perhitungan Sidik Ragam :


F.K = ( G.T)2 = (ΣYij)2
kt kt

= (2,6638) 2
20

= 0,3548
JKK = (K02 + K12 +.....KK2) - F.K
p

= (0,70962+0,65302+.....+0,64342) – 0,3548
5
= 0,0005
JKP = (P12 + P22 + .. + Pt2) - FK
K

= (0,50082+ 0,47542+.....+0,57812) - 0,3548


4
= 0,0018
JKT = (A012+A112+.....+Atk2) – FK

= (0,13772+0,12552+.....+0,15332) – 0,3548
= 0,0033
JKS = JKT – JKK – JKP
= 0,0033 - 0,0005 - 0,0018
= 0,0009

61
KTK = JKK/t
= 0,0005
5

= 0,0001
KTP = JKP
t-1

= 0,0018
4

= 0,0005
KTS = JKS/(k-1) (t-1)

= 0,0009
(4-1)(5-1)

= 0,0001
F.KELOMPOK = KTK/KTS

= 0,0001
0,0001

= 1,4026

F.PERLAKUAN = KTP/KTS
= 0,0005
0,0001

= 6,0706
Tabel Anova
Sumber F table
Db JK KT F hit
Variansi 0,05 0,01
Kelompok 3 0,0005 0,0001 1,4026 3,49 5,95
Perlakuan 4 0,0018 0,0005 6,0706** 3,26 5,41
Sisa 12 0,0009 0,0001
Total 19 0,0033
Keterangan: ** = Berpengaruh sangat nyata (P<0,01)

62

sȳ =

=√

= 0,0043

Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT)


Tabel SSR dan LSR (5% dan 1%)
SSR LSR
PERLAKUAN 0,05 0,01 SE 0,05 0,01
2 3,08 4,32 0,0134 0,0188
3 3,23 4,50 0,0043 0,0140 0,0196
4 3,33 4,62 0,0145 0,0201
5 3,37 4,70 0,0147 0,0204

Urutan rata-rata perlakuan dari yang tertinggi sampai yang terendah:


E = 0,1445
D = 0,1394
C = 0,1379
A = 0,1252
B = 0,1189

Pengujian Nilai Tengah


PERLAKUAN SELISIH P LSR 5% KETERANGAN
E-D 0,0051 2 0,0134 NS
E-C 0,0066 3 0,0140 NS
E-A 0,0193 4 0,0145 *
E-B 0,0257 5 0,0147 *
D-C 0,0015 2 0,0134 NS
D-A 0,0142 3 0,0140 *
D-B 0,0206 4 0,0145 *
C-A 0,0127 2 0,0134 NS
C-B 0,0190 3 0,0140 *
A-B 0,0063 2 0,0134 NS

Superskrip : Ea Da Cab Abc Bc

63
Lampiran 6. Analisa Laju Pertumbuhan Itik Persilangan Mojosari dan
Alabio (MA) Jantan Selama Penelitian (gram/ekor/minggu)
PERLAKUAN
Kelompok 30% (1 30% (2 30% (3 30% (4 Jumlah Rataan
100% mg) mg) mg) mg)
1 0,3087 0,2690 0,2802 0,2945 0,3035 1,4559 0,2912
2 0,3061 0,2660 0,2787 0,2938 0,3012 1,4458 0,2892
3 0,3069 0,2637 0,2763 0,2919 0,2987 1,4373 0,2875
4 0,3031 0,2629 0,2712 0,2891 0,2960 1,4223 0,2845
Jumlah 1,2247 1,0616 1,1064 1,1692 1,1994 5,7613 1,1523
Rataan 0,3062 0,2654 0,2766 0,2923 0,2999 1,4403 0,2881

Perhitungan Sidik Ragam :


F.K = ( G.T)2 = (ΣYij)2
kt kt

= (5,7613) 2
20

= 1,65964
JKK = (K02 + K12 +.....KK2) - F.K
p

= (1,45592+1,44582+.....+1,42232) – 1,65964
5
= 0,00012
JKP = (P12 + P22 + .. + Pt2) - FK
K

= (1,22472+ 1,06162+.....+1,19942) - 1,65964


4

= 0,00452
JKT = (A012+A112+.....+Atk2) – FK

= (0,30872+0,26902+.....+0,29602) – 1,65964
= 0,00466
JKS = JKT – JKK – JKP
= 0,00466 - 0,00012 - 0,00452

64
= 0,00001
KTK = JKK/t
= 0,00012
5

= 0,000024
KTP = JKP
t-1

= 0,00452
4

= 0,00113
KTS = JKS/(k-1) (t-1)

= 0,00001
(4-1)(5-1)

= 0,000001
F.KELOMPOK = KTK/KTS

= 0,000024
0,000001

= 21,6998

F.PERLAKUAN = KTP/KTS
= 0,001130
0,000001

= 1011,2781
Tabel Anova
Sumber F table
Db JK KT F hit
Variansi 0,05 0,01
Kelompok 3 0,00012 0,000024 21,6998 3,49 5,95
Perlakuan 4 0,00452 0,001130 1011,2781** 3,26 5,41
Sisa 12 0,00001 0,000001
Total 19 0,00466
Keterangan: ** = Berpengaruh sangat nyata (P<0,01)


sȳ =
65
=√

= 0,00053

Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT)


Tabel SSR dan LSR (5% dan 1%)
SSR LSR
PERLAKUAN 0,05 0,01 SE 0,05 0,01
2 3,08 4,32 0,0016 0,0023
3 3,23 4,50 0,00053 0,0017 0,0024
4 3,33 4,62 0,0018 0,0024
5 3,37 4,70 0,0018 0,0025

Urutan rata-rata perlakuan dari yang tertinggi sampai yang terendah:


A = 0,3062
E = 0,2999
D = 0,2923
C = 0,2766
B = 0,2654

Pengujian Nilai Tengah


PERLAKUAN SELISIH P LSR 5% LSR 1% KETERANGAN
A-E 0,0063 2 0,0016 0,0023 **
A-D 0,0139 3 0,0017 0,0024 **
A-C 0,0296 4 0,0018 0,0024 **
A-B 0,0408 5 0,0018 0,0025 **
E-D 0,0075 2 0,0016 0,0023 **
E-C 0,0233 3 0,0017 0,0024 **
E-B 0,0345 4 0,0018 0,0024 **
D-C 0,0157 2 0,0016 0,0023 **
D-B 0,0269 3 0,0017 0,0024 **
C-B 0,0112 2 0,0016 0,0023 **

Superskrip : AA EB DC CD BE

66
Lampiran 7. Data Karkas Itik Persilangan Mojosari dan Alabio (MA) Jantan
Selama Penelitian
Bobot Karkas Persentase Karkas
P Kelp
Pembatasan Pemulihan Pembatasan Pemulihan
A A1 278 784 52,45 54,41
A2 245 832 47,48 55,84
A3 332 876 49,92 57,07
A4 298 863 49,26 56,74
B B1 264 823 47,83 55,57
B2 283 825 49,74 55,67
B3 296 853 52,58 56,75
B4 330 852 52,38 56,72
C C1 202 814 46,44 55,34
C2 254 835 49,03 55,97
C3 235 865 49,89 57,02
C4 244 832 47,47 55,88
D D1 250 895 49,31 55,45
D2 281 917 50,72 56,71
D3 240 920 48,48 56,83
D4 301 897 51,63 55,54
E E1 211 883 47,42 55,15
E2 260 887 49,34 55,16
E3 275 891 49,73 55,34
E4 213 897 47,76 55,54

67
Lampiran 8. Analisa Bobot Karkas Itik MA Jantan Selama Pembatasan
PERLAKUAN
Kelompok 30% (1 30% (2 30% (3 30% (4 Jumlah Rataan
100% mg) mg) mg) mg)
1 278,00 264,00 202,00 250,00 211,00 1205,00 241,00
2 245,00 283,00 254,00 281,00 260,00 1323,00 264,60
3 332,00 296,00 235,00 240,00 275,00 1378,00 275,60
4 298,00 330,00 244,00 301,00 213,00 1386,00 277,20
Jumlah 1153,00 1173,00 935,00 1072,00 959,00 5292,00 1058,40
Rataan 288,25 293,25 233,75 268,00 239,75 1323,00 264,60

Perhitungan Sidik Ragam :


F.K = ( G.T)2 = (ΣYij)2
kt kt

= (5292) 2
20

= 1400263,20
JKK = (K02 + K12 +.....KK2) - F.K
p

= (1205,002+1323,002+.....+1386,002) – 1400263,20
5
= 4183,60
JKP = (P12 + P22 + .. + Pt2) - FK
K

= (1153,002+ 1173,002+.....+959,002) - 1400263,20


4

= 11843,80
JKT = (A012+A112+.....+Atk2) – FK

= (278,002+264,002+.....+213,002) – 1400263,20
= 25232,80
JKS = JKT – JKK – JKP
= 25232,80 - 4183,60 - 11843,80
= 9205,40
68
KTK = JKK/t
= 4183,60
5

= 836,72
KTP = JKP
t-1

= 11843,80
4

= 2960,95
KTS = JKS/(k-1) (t-1)

= 9205,40
(4-1)(5-1)

= 767,12
F.KELOMPOK = KTK/KTS

= 836,72
767,12

= 1,09

F.PERLAKUAN = KTP/KTS
= 2960,95
767,12

= 3,86
Tabel Anova
Sumber F table
Db JK KT F hit
Variansi 0,05 0,01
Kelompok 3 4183,60 836,72 1,09 3,49 5,95
Perlakuan 4 11843,80 2960,95 3,86* 3,26 5,41
Sisa 12 9205,40 767,12
Total 19 25232,80
Keterangan: * = Berpengaruh nyata (P<0,05)


sȳ =

69
=√

= 13,85

Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT)


Tabel SSR dan LSR (5% dan 1%)
SSR LSR
PERLAKUAN 0,05 0,01 SE 0,05 0,01
2 3,08 4,32 42,65 59,83
3 3,23 4,50 13,85 44,73 62,32
4 3,33 4,62 46,12 63,98
5 3,37 4,70 46,67 65,09

Urutan rata-rata perlakuan dari yang tertinggi sampai yang terendah:


B = 293,25
A = 288,25
D = 268,00
E = 239,75
C = 233,75

Pengujian Nilai Tengah


PERLAKUAN SELISIH P LSR 5% LSR 1% KETERANGAN
B-A 5,00 2 42,65 59,83 NS
B-D 25,25 3 44,73 62,32 NS
B-E 53,50 4 46,12 63,98 *
B-C 59,50 5 46,67 65,09 *
A-D 20,25 2 42,65 59,83 NS
A-E 48,50 3 44,73 62,32 *
A-C 54,50 4 46,12 63,98 *
D-E 28,25 2 42,65 59,83 NS
D-C 34,25 3 44,73 62,32 NS
E-C 6,00 2 42,65 59,83 NS

Superskrip : Ba Aa Dab Eb Cb

70
Lampiran 9. Analisa Persentase Karkas Itik MA Jantan Selama Pembatasan
PERLAKUAN
Kelompok 30% (1 30% (2 30% (3 30% (4 Jumlah Rataan
100% mg) mg) mg) mg)
1 52,45 47,83 46,44 49,31 47,42 243,44 48,69
2 47,48 49,74 49,03 50,72 49,34 246,31 49,26
3 49,92 52,58 49,89 48,48 49,73 250,61 50,12
4 49,26 52,38 47,47 51,63 47,76 248,50 49,70
Jumlah 199,11 202,52 192,84 200,15 194,24 988,85 197,77
Rataan 49,78 50,63 48,21 50,04 48,56 247,21 49,44

Perhitungan Sidik Ragam :


F.K = ( G.T)2 = (ΣYij)2
kt kt

= (988,85) 2
20

= 48891,59
JKK = (K02 + K12 +.....KK2) - F.K
p

= (243,442+246,312+.....+248,502) – 48891,59
5
= 5,64
JKP = (P12 + P22 + .. + Pt2) - FK
K

= (199,112+ 202,522+.....+194,242) - 48891,59


4
= 16,71
JKT = (A012+A112+.....+Atk2) – FK

= (52,452+47,832+.....+47,762) – 48891,59
= 62,01
JKS = JKT – JKK – JKP
= 62,01- 5,64 -16,71
= 39,67

71
KTK = JKK/t
= 5,64
5

= 1,13
KTP = JKP
t-1

= 16,71
4

= 4,18
KTS = JKS/(k-1) (t-1)

= 39,67
(4-1)(5-1)

= 3,31
F.KELOMPOK = KTK/KTS

= 1,13
3,31

= 0,34

F.PERLAKUAN = KTP/KTS
= 4,18
3,31

= 1,26
Tabel Anova
Sumber F tabel
Db JK KT F hit
Variansi 0,05 0,01
Kelompok 3 5,64 1,13 0,34 3,49 5,95
Perlakuan 4 16,71 4,18 1,26NS 3,26 5,41
Sisa 12 39,67 3,31
Total 19 62,01
Keterangan: NS = Berpengaruh tidak nyata (P<0,05)

72
Lampiran 10. Analisa Bobot Karkas Itik MA Jantan Selama Pemulihan
PERLAKUAN
Kelompok 30% (1 30% (2 30% (3 30% (4 Jumlah Rataan
100% mg) mg) mg) mg)
1 784,00 823,00 814,00 895,00 883,00 4199,00 839,80
2 832,00 825,00 835,00 917,00 887,00 4296,00 859,20
3 876,00 853,00 865,00 920,00 891,00 4405,00 881,00
4 863,00 852,00 832,00 897,00 897,00 4341,00 868,20
Jumlah 3355,00 3353,00 3346,00 3629,00 3558,00 17241,00 3448,20
Rataan 838,75 838,25 836,50 907,25 889,50 4310,25 862,05

Perhitungan Sidik Ragam :


F.K = ( G.T)2 = (ΣYij)2
kt kt

= (17241,00) 2
20

= 14862604,05
JKK = (K02 + K12 +.....KK2) - F.K
p

= (4199,002 + 4296,002 +.....+ 4341,002) – 14862604,05


5
= 4500,55
JKP = (P12 + P22 + .. + Pt2) - FK
K

= (3355,002 + 3353,002 +.....+ 3558,002) – 14862604,05


4

= 18234,70
JKT = (A012 + A112 +.....+ Atk2) – FK

= (784,002 + 823,002 +.....+ 897,002) – 14862604,05


= 26028,95
JKS = JKT – JKK – JKP
= 26028,95 - 4500,55 - 18234,70
= 3293,70

73
KTK = JKK/t
= 4500,55
5

= 900,11
KTP = JKP
t-1

= 18234,70
4

= 4558,67
KTS = JKS/(k-1) (t-1)

= 3293,70
(4-1)(5-1)

= 274,48
F.KELOMPOK = KTK/KTS

= 900,11
274,48

= 3,28

F.PERLAKUAN = KTP/KTS
= 4558,67
274,48

= 16,61
Tabel Anova
Sumber F tabel
Db JK KT F hit
Variansi 0,05 0,01
Kelompok 3 4500,55 900,11 3,28 3,49 5,95
Perlakuan 4 18234,70 4558,67 16,61** 3,26 5,41
Sisa 12 3293,70 274,48
Total 19 26028,95
Keterangan: ** = Berpengaruh sangat nyata (P<0,01)

74

sȳ =

=√

= 8,28

Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT)


Tabel SSR dan LSR (5% dan 1%)
SSR LSR
PERLAKUAN 0,05 0,01 SE 0,05 0,01
2 3,08 4,32 25,51 35,79
3 3,23 4,50 8,28 26,76 37,28
4 3,33 4,62 27,58 38,27
5 3,37 4,70 27,92 38,93

Urutan rata-rata perlakuan dari yang tertinggi sampai yang terendah:


D = 907,25
E = 889,50
A = 838,75
B = 838,25
C = 836,50

Pengujian Nilai Tengah


PERLAKUAN SELISIH P LSR 5% LSR 1% KETERANGAN
D-E 17,75 2 25,51 35,79 NS
D-A 68,50 3 26,76 37,28 **
D-B 69,00 4 27,58 38,27 **
D-C 70,75 5 27,92 38,93 **
E-A 50,75 2 25,51 35,79 **
E-B 51,25 3 26,76 37,28 **
E-C 53,00 4 27,58 38,27 **
A-B 0,50 2 25,51 35,79 NS
A-C 2,25 3 26,76 37,28 NS
B-C 1,75 2 25,51 35,79 NS

Superskrip : DA EA AB BB CB

75
Lampiran 11. Analisa Persentase Karkas Itik MA Jantan Selama Pemulihan
PERLAKUAN
Kelompok 30% (1 30% (2 30% (3 30% (4 Jumlah Rataan
100% mg) mg) mg) mg)
1 54,41 55,57 55,34 55,45 55,15 275,92 55,18
2 55,84 55,67 55,97 56,71 55,16 279,34 55,87
3 57,07 56,75 57,02 56,83 55,34 283,01 56,60
4 56,74 56,72 55,88 55,54 55,54 280,42 56,08
Jumlah 224,05 224,72 224,20 224,53 221,20 1118,69 223,74
Rataan 56,01 56,18 56,05 56,13 55,30 279,67 55,93

Perhitungan Sidik Ragam :


F.K = ( G.T)2 = (ΣYij)2
kt kt

= (1118,69) 2
20

= 62573,92
JKK = (K02 + K12 +.....KK2) - F.K
p

= (275,922 + 279,342 +.....+ 280,422) – 62573,92


5
= 5,18
JKP = (P12 + P22 + .. + Pt2) - FK
K

= (224,052 + 224,722 +.....+ 221,202) - 62573,92


4

= 2,09
JKT = (A012 + A112 +.....+ Atk2) – FK

= (54,412 + 55,572 +.....+ 55,542) – 62573,92


= 10,81
JKS = JKT – JKK – JKP
= 10,81 - 5,18 - 2,09
= 3,55
KTK = JKK/t
= 5,18
5

= 1,04

KTP = JKP
t-1

= 2,09
4

= 0,52
KTS = JKS/(k-1) (t-1)

= 3,55
(4-1)(5-1)

= 0,30
F.KELOMPOK = KTK/KTS

= 1,04
0,30

= 3,51

F.PERLAKUAN = KTP/KTS
= 0,52
0,30

= 1,77
Tabel Anova
Sumber F tabel
Db JK KT F hit
Variansi 0,05 0,01
Kelompok 3 5,18 1,04 3,51 3,49 5,95
Perlakuan 4 2,09 0,52 1,77NS 3,26 5,41
Sisa 12 3,55 0,30
Total 19 10,81
Keterangan: NS = Berpengaruh tidak nyata (P<0,05)
Lampiran 12. Dokumentasi Selama Penelitian

DOD itik MA jantan Penimbangan BR-1

Pengadukan pakan masa pemulihan Penimbangan pakan masa pemulihan

Itik MA jantan Penimbangan itik MA jantan


Pemberian Pakan Karkas itik MA jantan
RIWAYAT HIDUP

CICI MARSONIA EFITRI, Lahir di Solok, 03 Maret

1997. Anak dari pasangan Hardison dan Sulfi Hendri.

Pendidikan dimulai pada SDN 05 Kolok Mudik. Lanjutan

pertama diselesaikan di SMP N 2 Sawahlunto, tahun 2012.

Kemudian melanjutkan pendidikan di MAN Beringin

Sawahlunto dan selesai pada tahun 2015. Pada tahun yang sama, penulis terdaftar

sebagai mahasiswa di fakultas Peternakan Universitas Andalas Payakumbuh

melalui jalur SBMPTN.

Selama di kampus penulis aktif mengikuti organisasi Unit Kegiatan Seni

(UKS) pada tahun 2015, 2016 dan 2017. Pada tahun 2018 penulis melaksanakan

Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Nagari Pasir Talang Timur, Kabupaten Solok

Selatan. Pada tanggal 1 September sampai 10 Oktober 2018 penulis melaksanakan

Farm Experience, 23 Januari 2019 penulis melaksanakan Seminar Proposal.

Kemudian tanggal 22 Februari sampai 16 Mei 2019 penulis melakukan penelitian

dengan judul “Pengaruh Lama Pembatasan Pakan Terhadap Intake Protein, Laju

Pertumbuhan Dan Karkas Itik Persilangan Mojosari Dan Alabio (MA) Jantan

Selama Pemulihan” di Desa Kolok Mudik, Kecamatan Barangin, Kota

sawahlunto.

CICI MARSONIA EFITRI

Anda mungkin juga menyukai