SKRIPSI
Oleh:
Dibawah Bimbingan :
Dr. Ir. Sabrina, MS
Prof. Dr. Ir. Hj. Husmaini, MP
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PAYAKUMBUH, 2019
1
PENGARUH LAMA PEMBATASAN PEMBERIAN PAKAN
TERHADAP INTAKE PROTEIN, LAJU PERTUMBUHAN DAN
KARKAS ITIK PERSILANGAN MOJOSARI DAN ALABIO
(MA) JANTAN SETELAH PEMULIHAN
SKRIPSI
Oleh:
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PAYAKUMBUH, 2019
2
3
PENGARUH LAMA PEMBATASAN PEMBERIAN PAKAN TERHADAP
INTAKE PROTEIN, LAJU PERTUMBUHAN DAN KARKAS ITIK
PERSILANGAN MOJOSARI DAN ALABIO (MA) JANTAN SETELAH
PEMULIHAN
ABSTRAK
4
KATA PENGANTAR
Mojosari dan Alabio (MA) Jantan Setelah Pemulihan”. Skripsi ini merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas
Ucapan terima kasih ditujukan kepada Ibu Dr. Ir. Sabrina, MP selaku
pembimbing I dan Ibu Prof. Dr. Ir. Husmaini, MP selaku pembimbing II yang
selesainya skripsi ini. Seterusnya ucapan terima kasih disampaikan kepada Bapak
Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang
5
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR TABEL........................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... vi
I. PENDAHULUAN........................................................................................ 1
2.8. Karkas............................................................................................... 12
6
3.1.1. Ternak Percobaan.......................................................................... 14
5.1. Kesimpulan..................................................................................... 33
5.2. Saran............................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 34
LAMPIRAN..................................................................................................... 40
RIWAYAT HIDUP......................................................................................... 70
7
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kebutuhan gizi itik Mojosari dan Alabio......................................... 8
8
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Itik persilangan Mojosari dan Alabio (MA)...................................... 6
9
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Analisa intake protein itik persilangan Mojosari dan Alabio (MA)
jantan selama pembatasan (gram/ekor/hari)...................................... 40
10
I. PENDAHULUAN
yang lebih baik bagi para peternak di Indonesia. Hal ini tercermin dari
Salah satu daging unggas yang diminati masyarakat selain ayam, yaitu itik.
pada tahun 2016 sebanyak 47.424.151 ekor, sedangkan pada tahun 2017
meningkat menjadi 49.709.403 ekor. Pada tahun 2017 populasi itik terbesar di
Indonesia terletak di daerah Jawa Barat sebanyak 9.557.464 ekor, sedangkan yang
paling sedikit di daerah DKI Jakarta sebanyak 24.099 ekor. Populasi itik di
Pertanian, 2017).
Itik memiliki efisiensi yang baik dalam mengubah ransum menjadi daging
(Akhadiarto, 2002). Itik pada umumnya dijadikan sebagai usaha penghasil telur
namun ada pula yang diusahakan sebagai penghasil daging. Itik yang biasanya
dijadikan itik pedaging adalah itik jantan dan itik betina yang sudah afkir. Banyak
sekali itik yang berpotensi untuk bisa dikembangkan salah satunya itik
11
persilangan timbal balik antara itik persilangan Mojosari dan Alabio akan
memberikan manfaat jika dilihat secara menyeluruh dan bukan terhadap sifat –
dikembangkan sebagai penghasil daging, disamping harga bibit yang lebih murah
juga memiliki pertumbuhan daging yang lebih cepat dan lebih efisien dalam
penggunaan ransum dibandingkan itik betina. Hal ini menunjukkan bahwa ternak
itik memiliki peranan yang besar dalam memenuhi kebutuhan pangan hewani dan
memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Akan tetapi dalam usaha
budidaya itik biaya ransum merupakan komponen terbesar dari biaya produksi.
aspek ekonomis, biaya ransum sangat tinggi mencapai 70% dari total biaya
produksi. Oleh karena itu efisiensi dalam ransum akan berpengaruh nyata
Pembatasan pakan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
Dari hasil penelitian Santoso (2014) untuk mendapatkan hasil terbaik lama
12
ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum. Selanjutnya hasil
MA jantan selama 3 minggu memberikan hasil yang terbaik. Oleh karena itu
dibedakan. Pada penelitian Herlina et al. (2015) tentang pengaruh jenis dan waktu
bahwa pengaruh berbagai jenis dan waktu pemberian pakan ad libitum, 2 kali
(pukul 06.00 WIB dan pukul 18.00 WIB), 3 kali (pukul 06.00 WIB, 12.00 WIB
dan 18.00 WIB), serta 4 kali (pukul 06.00 WIB, 10.00 WIB, 14.00 WIB dan 18.00
pertumbuhan cepat yang dapat melebihi pertumbuhan yang seharusnya pada umur
kompensasi. Pembatasan ransum sebanyak 40% selama satu minggu kepada ayam
pemberian ransum 15% selama 6 minggu pada ayam broiler dapat meningkatkan
efisiensi ransum, lemak yang rendah, tingginya kandungan protein karkas, usus
yang tipis dan ringan. Perubahan usus yang terjadi pada ternak yang yang
13
mendapat cekaman yang berat, ususnya 3 – 4 kali lebih panjang dari yang diberi
ransum ad libitum.
Laju Pertumbuhan, dan Karkas Itik Persilangan Mojosari dan Alabio (MA)
protein, laju pertumbuhan dan karkas itik persilangan Mojosari dan Alabio (MA)
pemberian pakan terhadap intake protein, laju pertumbuhan dan karkas itik
laju pertumbuhan dan karkas itik persilangan Mojosari dan Alabio (MA) jantan
dan masa pemulihan tidak berpengaruh terhadap intake protein, laju pertumbuhan,
14
II. TINJAUAN PUSTAKA
Itik adalah salah satu jenis unggas air (waterfowls) yang termasuk dalam
kelas Aves, ordo Anseriformes, family Anatidae, sub family Anatinae, tribus
Anatini dan genus Anas (Srigandono, 1997). Ternak itik merupakan unggas
ayam, terutama di Indonesia. Menurut Solihat et al. (2003) beberapa itik lokal
yang tersebar di seluruh wilayah nusantara, dengan berbagai nama menurut daerah
Itik mempunyai badan yang berdiri tegak bagaikan botol, langsing, aktif
dan kuat berjalan (Rasyaf, 2004). Menurut Ranto dan Sitanggang (2005) ternak
itik mempunyai beberapa keistimewaan dibandingkan dengan ayam ras yaitu lebih
yang lebih tinggi. Selain itu, itik memiliki beberapa keunggulan diantaranya
mampu mempertahankan produksi telur yang lebih lama dari ayam, tingkat
kematian (mortalitas) lebih rendah dan juga lebih tahan terhadap penyakit.
Itik Mojosari merupakan itik lokal yang berasal dari desa Modoporo,
salah satu itik lokal yang memiliki produktivitas unggul sebagai penghasil telur.
Itik Alabio (Anas platyrhynchos Borneo) adalah salah satu plasma nutfah unggas
lokal di Kalimantan Selatan (Hamdan et al., 2010). Itik Mojosari dan Alabio
(MA) merupakan itik hasil persilangan antara itik Mojosari (Anas javanica) jantan
15
dengan itik Alabio (Anas platyrhynchos Borneo) betina. Itik Mojosari berasal dari
daerah Mojosari, Jawa Tengah. Ciri khas dari itik ini adalah dapat dilihat dari
warna bagian tubuhnya yaitu bulu coklat, paruh hitam, kulit putih, sisik hati
(shank) hitam kekuning- kuningan dengan bobot badan dengan sedikit lebih
rendah dari itik Alabio yaitu jantan 1,5 kg dan betina dengan bobot badan 1,4 kg.
Itik Alabio berasal dari Kalimantan Selatan. Ciri khas dari itik ini yaitu warna
bulu lurik, warna paruh kuning, kulit berwarna putih dengan warna sisik kaki
(shank) kuning memiliki bobot badan 1,6 kg untuk jantan dan 1,45 kg untuk
betina (Susanti, 2003). Persilangan timbal balik antara itik Mojosari dan Alabio
akan memberikan manfaat jika dilihat secara menyeluruh dan bukan terhadap
sifat-sifat tertentu saja. Berat badan itik Mojosari dewasa rata - rata adalah 1,7 kg,
konsumsi ransum rata - rata 130 – 170 g per/hari, umur dewasa kelamin rata –rata
175 hari dan masa produksi rata – rata 11 bulan per/tahun (Whendrato dan Madya,
1998). Haqiqi (2008) menyatakan bahwa bobot badan itik Alabio betina umur 6
bulan 1,60 kg dan jantan 1,75 kg dan produksi telur rata – rata yaitu 220 – 250
itik silang persilangan Mojosari dan Alabio (MA) adalah umur pertama bertelur
lebih awal, produktivitas telur lebih tinggi, konsistensi produksi lebih baik,
pertumbuhan lebih cepat, anak jantan dapat dijadikan sebagai itik pedaging atau
16
Gambar 1. Itik Persilangan Mojosari dan Alabio (MA)
digolongkan menjadi tiga sistem yaitu sistem ekstensif, semi intensif dan intensif.
pemeliharaan yang tidak ada campur tangan manusia sebagai pemiliknya karena
dilepas begitu saja dan itik pulang dengan sendirinya pada sore harinya, sementara
semi intensif ada sebagian campur tangan dalam pemeliharaan. Sistem intensif
adalah campur tangan manusia sangat berperan dalam kehidupan ternak, cara ini
memerlukan modal tambahan tapi jauh lebih memuaskan dari pemeliharaan lain.
karena pengadaan energi tidak terbuang untuk mencari makan, pertumbuhan lebih
baik karena makannya terkontrol, menjamin kesehatan itik karena setiap hari
17
2.3. Kebutuhan Nutrisi Itik
tubuh untuk hidup pokok, produksi dan reproduksi (Tillman et al., 1998). Untuk
bahan untuk pembentukan jaringan tubuh dan produksi. Sumber nutrisi tersebut
terkandung di dalam bahan pakan yang dikonsumsinya. Oleh karena itu, untuk
tercapai pertumbuhan dan produksi yang maksimal maka nutrisi yang terkandung
merupakan sifat genetis. Setiap jenis ternak mempunyai sifat genetis yang
berbeda dengan demikian kebutuhan nutrisinya pun berbeda dan perlu disesuaikan
dengan potensi genetisnya, karena itu terdapat standar kebutuhan nutrisi untuk
setiap jenis ternak dengan fungsi produksi yang khusus (Suprijatna et al., 2005).
terletak pada jumlah dan cara pemberian ransum. Ransum yang diberikan harus
bergizi tinggi dan mendukung pertumbuhan. Ransum untuk itik pada dasarnya
sama seperti untuk anak ayam, kesamaannya terutama dalam penggunaan bahan
pakan. Ransum itik umumnya diberikan agak basah. Air perlu ditambahkan ke
dalam ransum untuk membuat bahan ransum saling melekat, akan tetapi ransum
tidak boleh begitu basah sehingga becek (Anggorodi, 1995). Jumlah kebutuhan
18
Tabel 1. Kebutuhan Gizi Itik Mojosari dan Alabio
Fase
Gizi Starter Grower Layer
(0–8 minggu) (9-20 minggu) >20 minggu
Protein Kasar (%) 17-20 15-18 17,00-19
Energi (Kkal ME/Kg) 3100 2700 2700
Metionin (%) 0,37 0,29 0,37
Lisin (%) 1,05 0,74 1,05
Kalsium (%) 0,6-1,0 0,6-1,0 2,90-3,25
P tersedia (%) 0,60 0,60 0,60
P Total (%) 1.00 1,00 1,00
Sumber : Sinurat (2000)
dinginkan, serta ada beberapa cara pembatasan ransum antara lain dengan
membatasi waktu pemberian ransum, jumlah ransum dan kualitas ransum atau
19
kandungan nutrisinya. Faktor – faktor yang perlu diperhatikan selama melakukan
temperatur lingkungan.
bobot badan, konversi ransum, bobot karkas dan persentase karkas berpengaruh
kontrol (ransum ad libitum), tidak ada efek yang nyata pada semua perlakuan
menyatakan bahwa dengan pembatasan ransum 45% pada itik lokal sangat nyata
setelah mendapat makanan yang cukup, ternak mampu tumbuh kembali dengan
20
cepat, bahkan lebih cepat daripada laju pertumbuhan normalnya. Pertumbuhan ini
yang lebih cepat dengan kualitas karkas yang lebih baik. Salah satu perlakuan
(Wahju, 1997). Secara garis besar kebutuhan protein untuk itik dibagi menjadi 2
bagian yaitu untuk itik muda yang sedang tumbuh dan untuk itik dewasa yang
berproduksi (Srigandono 1997). Itu alasan protein harus ada dalam ransum baik
menyatakan bahwa kadar protein dalam pakan itik pada fase starter 22,1% dengan
energi metabolis 3000 kkal/kg dan pada fase grower kadar protein 17,9% dengan
besar dalam pertumbuhan organ dan produksi adalah protein. Selanjutnya Bharoto
(2001) juga menyatakan bahwa protein berguna untuk menggantikan sel-sel tubuh
yang telah rusak, untuk pertumbuhan dan juga merupakan unsur pembentuk telur.
21
Itik yang dipelihara biasanya untuk 2 tujuan yaitu untuk diambil dagingnya dan
pada masa pemulihan. Ditambahkan hasil penelitian Alpin (2013), pada itik
tulang, jantung, otak dan semua jaringan tubuh lainnya dalam hal ini tidak
pengukuran bobot badan dilakukan dalam kurun waktu satu minggu sehingga
22
nyata (P<0,01) menurunkan laju pertumbuhan. Ditambahkan dengan hasil
selama 2 minggu) berkisar antara 0,344 – 0,394 dengan rataan selama pembatasan
yaitu 0,373.
2.8. Karkas
Karkas unggas adalah sebagai bagian dari tubuh unggas dari tubuh unggas
yang telah disembelih, dicabut bulu, dikeluarkan isi rongga perut dan dibersihkan
tanpa bagian leher, kepala dan kaki (Siregar et al., 1980). Karkas yang baik
berbentuk padat , tidak kurus, tidak terdapat kerusakan kulit dan daging (Siregar
et al., 1980). Persentase karkas diukur dengan membandingkan berat itik tanpa
bulu, darah, kepala leher, kaki dan organ dalam (g) dengan bobot hidup (g)
dikalikan 100%. Komponen karkas yang terdiri atas otot, lemak, kulit, dan tulang
bahwa persentase karkas dipengaruhi oleh faktor kualitas ransum dan laju
Mitadayani (2014) menyatakan bahwa rata-rata bobot karkas itik Bayang jantan
23
III. MATERI DAN METODE PENELITIAN
Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah DOD itik persilangan
Mojosari dan Alabio (MA) jantan sebanyak 120 ekor. Itik ini dibagi ke dalam 5
perlakuan 4 ulangan yang terdiri dari 6 ekor itik dalam setiap kotak, itik dipelihara
selama 12 minggu. Itik yang digunakan berasal dari kota Payakumbuh, khususnya
boks, masing – masing boks berisikan 6 ekor itik persilangan Mojosari dan Alabio
(MA) jantan. Setiap boks dilengkapi dengan tempat makan, tempat minum dan
adalah ransum komersil dengan merk dagang BR-1 untuk umur itik 0 – 6 minggu.
Ransum itik untuk umur 6-12 minggu selama masa pemulihan digunakan ransum
BR-1 dengan tambahan dedak dan jagung, dengan komposisi dan kandungan zat
makanan.
24
Gambar 2. Ransum Komersil BR-1, jagung dan dedak
Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri atas 5 perlakuan dan 4 kelompok
bobot badan sebagai ulangan, setiap ulangan terdiri dari 6 ekor itik. Model
25
matematis dari rancangan percobaan yang digunakan adalah menurut Steel and
Yij = µ + αi + βj + εij
Keterangan :
Yij = Respon yang didapat dari pengaruh perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
µ = Nilai tengah umum
αi = Pengaruh perlakuan ke i
βj = Pengaruh kelompok ke j
εij = Pengaruh sisa akibat perlakuan ke i, kelompok ke j
Perlakuan pembatasan pakan diberikan pada itik dari umur 0 hari hingga
Perlakuan yang diberikan adalah lama pembatasan pemberian pakan 30% yaitu :
antar perlakuan dilakukan uji lanjut menggunakan Duncan’s Multiple Range Test
26
3.2.3. Pelaksanaan Penelitian
plastik penampung kotoran, dan timbangan. Satu minggu sebelum itik MA jantan
yang bersih dan sehat sehingga nyaman bagi DOD. Tempat ransum, minum dan
2. Tahap Pemeliharaan
air minum yang dicampur dengan gula merah, hal ini bertujuan untuk memulihan
BR-1 mulai dari umur 0-6 minggu dan campuran antara BR-1 dengan dedak dan
jagung dari umur 6-12 minggu. Lama pembatasan pakan sebanyak 30% ini
3. Pemberian Ransum
Ransum pada ternak diberikan sebanyak dua kali sehari yaitu pagi dan
sore. Sebelum diberikan pada ternak, ransum terlebih dahulu ditimbang sesuai
27
dengan masing-masing perlakuan, kemudian sisa ransum dikumpulkan setiap hari
dan ditimbang untuk mendapatkan nilai konsumsi. Pemberian air minum pada itik
secara ad libitum.
A
Ad libitum
0 12 Minggu
B
Pembatasan
Ad libitum ransum Masa pemulihan (refeeding)
0 1 2 3 4 12 Minggu
C
Pembatasan
Ad libitum Masa pemulihan (refeeding)
ransum
0 1 2 3 4 12 Minggu
D
Ad libitum Pembatasan ransum Masa pemulihan (refeeding)
0 1 2 3 4 12 Minggu
E
Pembatasan ransum Masa pemulihan (refeeding)
0 1 2 3 4 12 Minggu
mendapatkan berat badan awal. Setiap seminggu sekali itik ditimbang sebelum
28
diberikan ransum pada pagi hari untuk mendapatkan bobot badan per minggu
ke- 4 dan akhir periode pemulihan minggu ke- 12, dilakukan pengambilan sampel
secara acak yakni satu ekor itik dari masing-masing petak unit percobaan.
Sebelum dipotong, itik ditimbang terlebih dahulu untuk mendapatkan berat hidup.
Pemotongan itik dilakukan dengan cara menyembelih bagian atas leher dekat
kepala dengan memotong vena jugularis, arteria carotis, oesofagus dan trakhea.
Pencabutan bulu dilakukan secara manual yaitu pencelupan ke dalam air panas,
kemudian dilakukan pemisahan antara karkas dan non karkas, kemudian karkas
Parameter yang diamati dalam penelitian ini yaitu intake protein, laju
1. Intake Protein
itik, yang dinyatakan dalam satuan gram, dihitung dengan rumus Tillman et al.
2. Laju Pertumbuhan
29
Keterangan :
LP : Laju pertumbuhan
Ln W1 : Logaritma natural berat badan akhir
Ln W0 : Logaritma natural berat badan awal
T1 : Waktu penimbangan akhir
T0 : Waktu penimbangan awal
3. Karkas
sebagai bagian dari tubuh unggas yang telah disembelih, dicabut bulu, dikeluarkan
isi rongga perut, dan dibersihkan tanpa bagian leher, kepala dan kaki.
darah, kepala, leher, kaki dan organ dalam (g) dengan bobot hidup (g) dikalikan
100%.
30
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Rataan intake protein itik persilangan Mojosari dan Alabio (MA) jantan
Tabel 6. Rataan Intake Protein Itik MA Jantan Selama Pembatasan Pakan 30%,
Masa Pemulihan dan Selama Penelitian (gram/ekor/hari)
Intake Protein Itik MA Jantan
Perlakuan Selama Selama Masa Selama Penelitian
Pembatasan pemulihan
A 10,9709A 22,4237 18,6061A
B 10,7561A 22,4251 18,5354A
C 9,5078B 22,4156 18,1130B
C
D 8,7466 22,3619 17,8235C
E 8,1354D 22,3344 17,6014C
Keterangan : Superskrip yang berbeda menurut kolom yang sama menunjukkan
pengaruh sangat nyata (P<0,01)
pakan 30% memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap intake protein
itik MA jantan. Hasil uji lanjut DMRT menunjukkan bahwa intake protein
(pembatasan pakan 30% selama 1 minggu), tetapi sangat nyata (P<0,01) lebih
(pembatasan pakan 30% selama 3 minggu) dan E (pembatasan pakan 30% selama
karena ransum yang diberikan pada ternak itik tersebut sebanyak 100% (ad
libitum) lebih tinggi dari perlakuan lain dengan kandungan protein kasar 22%
sehingga protein yang terkonsumsi juga lebih tinggi dibandingkan perlakuan lain.
yaitu dengan kualitas yang baik dan sesuai dengan kebutuhan ternak. Gultom et
al. (2012) menyatakan bahwa intake protein yang tinggi akan mempengaruhi
asupan protein ke dalam daging dan asam – asam amino akan tercukupi di dalam
tubuh sehingga metabolisme sel – sel dalam tubuh berlangsung secara normal. Hal
ini sesuai dengan penelitian Resfika, (2018) yang menyatakan bahwa selama
pembatasan pada itik MA jantan intake protein pada perlakuan A (ad libitum) =
berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap intake protein itik. Itik yang dibatasi
ransum akan memberikan kesempatan kepada tubuh untuk meretensi lebih banyak
1997). Kelebihan pemberian protein pada ternak tidak bagus dalam segi
ekonomisnya, sebab protein yang berlebih tidak bisa disimpan dalam tubuh
namun akan dipecah dan nitrogennya akan dikeluarkan melalui ginjal (Setyo,
protein.
18,6061 dengan rataan selama penelitian yaitu 18,1359. Dari hasil analisis ragam
32
pada (Lampiran 3) menunjukkan bahwa intake protein selama penelitian pada
(pembatasan 30% selama 1 minggu), namun berbeda sangat nyata (P<0,01) lebih
(pembatasan pakan 30% selama 3 minggu) dan E (pembatasan pakan 30% selama
konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konversi ransum, bobot karkas dan
ransum dan memberikan pengaruh tidak nyata (P>0,05) pada saat pemulihan itik
MA jantan.
33
Tabel 7. Rataan Laju Pertumbuhan Itik MA Jantan Selama Pembatasan Pakan
30%, Masa Pemulihan dan Selama Penelitian (gram/ekor/minggu)
Laju Pertumbuhan Itik MA Jantan
Perlakuan Selama Selama Masa Selama Penelitian
Pembatasan Pemulihan
A 0,6681A 0,1252bc 0,3062A
B 0,5585CD 0,1189c 0,2654E
D ab
C 0,5540 0,1379 0,2766D
D 0,5981BC 0,1394a 0,2923C
B a
E 0,6105 0,1445 0,2999B
Rataan 0,5978 0,1332 0,2881
Keterangan : Superskrip yang berbeda menurut kolom yang sama menunjukkan
pengaruh yang sangat nyata (P<0,01)
MA jantan selama pembatasan pakan 30% dari perlakuan A (ad libitum) sampai
0,6681 dengan rataan selama pembatasan yaitu 0,5978. Hasil analisis ragam
pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap laju pertumbuhan. Dari hasil uji lanjut
terdapat pada perlakuan A (ad libitum) yaitu 0,6681. Perlakuan A (ad libitum)
karena itik bisa makan setiap saat tanpa dibatasi sehingga laju pertumbuhannya
lebih tinggi. Laju pertumbuhan dipengaruhi oleh bobot badan, sementara itu bobot
badan juga dipengaruhi oleh konsumsi ransum. Konsumsi ransum yang meningkat
34
penelitian Tillman et al. (1998), menyatakan bahwa kecepatan pertumbuhan
ternak salah satunya ditentukan oleh jumlah ransum yang dikonsumsi, jika ransum
yang dikonsumsi relatif lebih banyak maka pertumbuhan cepat sebaliknya bila
jumlah ransum yang dikonsumsi relatif sedikit maka pertumbuhan akan lambat.
pembatasan ransum pada itik Bayang jantan memberikan pengaruh sangat nyata
pada PO (ad libitum) yaitu sebesar 0,394. Pada penelitian Sabrina (1984)
ayam broiler dapat meningkatkan efisiensi ransum, lemak yang rendah, tingginya
kandungan protein karkas, usus tipis dan panjang. Perubahan usus pada perlakuan
yang mendapat cekaman paling berat, ususnya akan 3 – 4 kali lebih panjang dari
ransum yang diberi ransum ad libitum. Usus yang panjang dan tipis inilah yang
Dari Tabel 7. dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan itik selama masa
laju pertumbuhan. Hasil uji lanjut DMRT menunjukkan bahwa pemberian secara
ad libitum saat masa pemulihan pada pembatasan pakan 2, 3 dan 4 minggu nyata
(P<0,05) menghasilkan laju pertumbuhan lebih tinggi dari kontrol A (ad libitum).
35
nyata (P>0,05) terhadap perlakuan D (pembatasan pakan 30% selama 3 minggu)
nyata (P<0,05) lebih tinggi dari perlakuan A (ad libitum) dan perlakuan B
cukup ternak tersebut mampu tumbuh kembali cepat bahkan lebih cepat dari
McMurty et al. (1988) menyatakan bahwa laju pertumbuhan yang dapat melebihi
pertumbuhan normal pada umur yang sama saat pemberian ransum ad libitum
secara ad libitum pada saat pemulihan pada perlakuan P1 (15%), P2 (30%) dan P3
(45%) menghasilkan laju pertumbuhan lebih tinggi dari kontrol P0 (ad libitum),
namun tidak terdapat pengaruh yang nyata (P>0,05) antara P0 (ad libitum) dan P1
(15%). Selanjutnya pada penelitian Srinova (2019, belum publish) pada itik MA
jantan perlakuan E (pembatasan pakan 30% selama 4 minggu) pada usus halus
menunjukkan pengaruh sangat nyata (P<0,01) panjang dan tipis pada saat periode
pemulihan. Usus yang panjang dan tipis inilah yang dimanfaatkan oleh itik pada
36
saat pertumbuhan kompensasi, karena usus panjang dan tipis menyebabkan
Adapun pola laju pertumbuhan itik MA jantan dapat dilihat pada grafik
dibawah ini :
1.2
Laju pertumbuhan
1
0.8 Ad libitum
0.6 30% 1 mg
0.4 30% 2 mg
0.2 30% 3 mg
0 30% 4 mg
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Umur (Minggu)
badan dipengaruhi oleh jumlah ransum, semakin banyak konsumsi ransum seekor
ternak maka akan semakin tinggi pertambahan bobot badan yang dihasilkan dan
sebaliknya, semakin rendah konsumsi ransum maka akan semakin rendah pula
bobot badan yang dihasilkan. Meningkatnya laju pertumbuhan ternak pada umur
pertumbuhan pada umur 5-7 minggu disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan
juga karena pergantian pakan dari ransum komersil di ubah ke ransum aduk
sendiri. Perubahan cuaca yang tidak menentu dan pergantian pakan menekan
nafsu makan pada ternak. Pada umur 7–12 minggu terlihat pada (Gambar 4)
terjadi penurunan laju pertumbuhan. Titus dan Fritz (1971) menyatakan bahwa
laju pertumbuhan seekor ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
pemberian makanan yang cukup, jumlah makanan yang dikonsumsi, selain itu
dari perlakuan A (ad libitum) sampai perlakuan E (pembatasan pakan 30% selama
(pembatasan pakan 30% selama 2 minggu) dan B (pembatasan pakan 30% selama
pembatasan ransum 45% pada itik lokal sangat nyata (P<0,01) meningkatkan laju
pertumbuhan dan meningkatkan nilai konversi ransum antar perlakuan pada saat
38
4.3. Pengaruh Perlakuan Terhadap Bobot Karkas dan Persentase Karkas
Rataan bobot karkas dan persentase karkas pada itik persilangan Mojosari
dan Alabio (MA) jantan pada masing-masing perlakuan setelah pembatasan, dan
Tabel 8. Rataan bobot karkas dan persentase karkas itik MA jantan selama
pembatasan pakan 30% dan akhir pemulihan
Setelah Pembatasan Setelah Pemulihan
Perlakuan Bobot Karkas Persentase Bobot Karkas Persentase
(g) Karkas (%) (g) Karkas (%)
A 288,25a 49,78 838,75B 56,01
B 293,25a 50,63 838,25B 56,18
b B
C 233,75 48,21 836,50 56,05
ab A
D 268,00 50,04 907,25 56,13
E 239,75b 48,56 889,50A 55,30
Rataan 264,40 49,44 862,05 55,93
Keterangan : Superskrip yang berbeda menurut kolom yang sama menunjukkan
pengaruh sangat nyata (P<0,01)
Pada Tabel 8. dapat dilihat bahwa rataan bobot karkas itik selama
293,25 (g) dengan rataan selama pembatasan yaitu 264,40 (g). Dari hasil analisis
Dari hasil uji lanjut DMRT menunjukkan bahwa perlakuan B (pembatasan 30%
39
(P<0,05) lebih tinggi terhadap perlakuan E (pembatasan pakan 30% selama 4
Karaoglu dan Durdag (2005) menyatakan bahwa itik yang bobot hidupnya
tinggi akan menghasilkan bobot karkas yang tinggi. Faktor genetik dan
komposisi tubuh dan karkas pada ternak (Soeparno, 2005). Berdasarkan hasil
pada itik Bayang jantan memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap
bobot karkas, dimana bobot karkas tertinggi diperoleh pada P0 (ad libitum) yaitu
Persentase karkas itik MA jantan pada akhir pembatasan pakan 30% dari
minggu) berkisar antara 48,21 – 50,63% dengan rataan akhir pembatasan yaitu
persentase karkas. Hal ini disebabkan oleh pertambahan bobot badan diikuti
Persentase karkas dipengaruhi oleh bertambahnya umur dan bobot hidup serta
akan diikuti dengan peningkatan bobot karkas yang dihasilkan (Yunilas et al.,
pemuasan selama 2 jam pada umur 8, 10, 12, 14, 16 dan 18 hari tidak
40
Selanjutnya pada penelitian Putra (2018) menyatakan bahwa perlakuan
Dari Tabel 8. dapat dilihat bahwa rataan bobot karkas itik MA jantan pada
akhir masa pemulihan berkisar antara 836,50 – 907,25 (g) dengan rataan akhir
pemulihan yaitu 862,65 (g). Hasil analisis ragam pada (Lampiran 10)
nyata (P<0,01) terhadap bobot karkas itik MA jantan. Hasil uji lanjut DMRT
perlakuan E (pembatasan 30% selama 4 minggu) terjadi karena itik mampu makan
menyebabkan bobot karkas nya tinggi dan mampu menyamai perlakuan kontrol A
(ad libitum). Pada penelitian pembatasan ransum itik Bayang jantan, pada saat
bobot karkas. Hal ini disebabkan karena ternak itik dengan perlakuan P0 (ad
libitum) hingga P3 (45%) mengkonsumsi ransum dengan jumlah yang sama. Dari
hasil penelitian Putra, (2018) menyatakan bahwa bobot karkas pada masa
41
pemulihan berkisar antara 883,0 – 914,6 gram, namun pada hasil analisis ragam
Dari Tabel 8. dapat dilihat bahwa persentase karkas itik MA jantan akhir
selama 4 minggu) berkisar antara 55,30 – 56,18 (g) dengan rataan akhir
pemulihan yaitu 55,93 (g). Hasil analisis ragam (Lampiran 11) menunjukkan
bahwa pemberian ransum secara ad libitum pada masa pemulihan setelah masa
persentase karkas.
bobot badan. Dilihat dari hasil penelitian Purba dan Ketaren (2012) menyatakan
bahwa rata-rata bobot karkas itik MA jantan lokal umur 10 minggu berkisar
54,0% hingga 58,84% dan itik lokal (Cihateup) berkisar 58,07-58,43% (Randa,
yang rendah, tingginya kandungan protein karkas dan usus yang lebih tipis serta
V. PENUTUP
42
5.1. Kesimpulan
pakan 30% selama 4 minggu dan pemberian ransum secara ad libitum pada masa
pemulihan sampai akhir merupakan perlakuan yang terbaik dengan bobot karkas
889,50 (g). Semakin lama dibatasi semakin efisien dalam penggunaan ransum dan
5.2. Saran
libitum.
DAFTAR PUSTAKA
43
Akhadiarto, S. 2002. Kualitas fisik daging itik pada berbagai umur pemotongan.
Laporan Penelitian. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Budidaya
Pertanian. BPPT, Bogor.
Alpin, R. 2013. Pengaruh pembatasan dan tingkat protein ransum terhadap laju
pertumbuhan itik Kamang betina periode grower. Skripsi. Fakultas
Peternakan Universitas Andalas, Padang.
Balai Penelitian Ternak. 2006. Pendatang Baru Penghasil Telur Itik Mojosari
Alabio. Teknologi Balitnak. Unit Komersialisasi Teknologi Balai Penelitian
Ternak Ciawi, Bogor.
Hamdan, A., R. Zuraida dan Khairuddin. 2010. Usaha tani itik Alabio petelur
(Studi Kasus Desa Primatani Sungai Durait Tengah Kecamatan Babirik,
Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan). Prosiding Seminar
Nasional Membangun Sistem Inovasi di Pedesaan, Bogor.
Haqiqi, S.H. 2008. Mengenal beberapa jenis itik petelur lokal. Essay. Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya, Malang.
Herlina, B., R. Novita dan T. Karyono. 2015. Pengaruh jenis dan waktu
pemberian ransum terhadap performans pertumbuhan dan produksi ayam
44
broiler. Jurnal Sains Peternakan Indonesia. Fakultas Pertanian
Universitas Musi Rawas, Lubuklinggau. Vol 10 : 107.
Husmaini, 2000. Pengaruh peningkatan level protein dan energi ransum saat
refeeding terhadap performans ayam buras. Jurnal Peternakan dan
Lingkungan. 6 (1) : 214 -220.
Matram, B.R. 1984. Pengaruh imbangan kalori protein dan pembatasan ransum
terhadap pertumbuhan dan produksi telur itik Bali. Desertasi. Pascasarjana
Universitas Padjadjaran, Bandung.
45
abdomen itik Bayang jantan. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas
Andalas, Padang.
Purba, M. dan P. P. Ketaren. 2012. Konsumsi dan konversi pakan itik lokal jantan
umur delapan minggu dengan penambahan santoquin dan vitamin E dalam
pakan. JITV, 16 : 280-287.
Randa, S. Y. 2007. Bau daging dan performans itik akibat pengaruh dan
perbedaan galur jenis lemak serta kombinasi komposisi antioksidan
(vitamin A, C dan E) dalam pakan. Disertasi. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Ranto dan M. Sitanggang. 2005. Panduan Lengkap Beternak Itik. PT. Penebar
Swadaya, Jakarta.
46
Rincon, M. U. 2000. Mild feed restriction and compensatory growth in the Broiler
chicken. Tesis. University od Guelph. Ottawa, Canada.
Sabrina, Husmaini dan Wazir. 2014. Kajian pertumbuhan kompensasi pada itik
lokal Sumatera Barat melalui perlakuan pembatasan jumlah ransum.
Laporan Akhir Penelitian Hibah Bersaing. Program Pascasarjana
Universitas Andalas, Padang.
Sinurat, A. P. 2000. Penyusunan ransum ayam buras dan itik. Pelatihan proyek
pengembangan agribisnis peternakan, Dinas Peternakan DKI Jakarta, 20
Juni 2000.
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
47
Srigandono, B. 1997. Produksi Unggas Air. Catatan Ketiga. Gadjah Mada
University. Press, Yogyakarta.
Susanti, T. 2003. Strategi pembibibitan itik Alabio dan itik Mojosari. Tesis.
Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Tampubolon dan P.P. Bintang. 2012. Pengaruh imbangan energi dan protein
ransum terhadap energi metabolis dan retensi nitrogen ayam Broiler.
Jurnal Fakultas Peternakan. Universitas Padjajaran, Bandung. Vol 1 (1) : 2
Titus, H. W. and J. C. Fritz. 1971. The Scientific Feeding of Chicken. 5th Ed., The
Intersate Publisher, Inc., Danville, Illionis.
Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan IV. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Whendrato, I dan M. Madya. 1998. Beternak Itik Tegal Secara Populer. Eka
Offset, Semarang.
48
Yudityo, M.P. 2003. Persentase heterosis fertilitas daya tetas, kematian embrio
serta bobot telur tetas hasil persilangan timbal balik antara itik Alabio dan
Mojosari. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Yunilas, B., Irawati dan D. P. K. Tubagus. 2008. Pemanfaatan tepung kulit buah
terong Belanda (Cyphomandra betacea) fermentasi (Aspergilus niger)
terhadap produksi telur puyuh. J. Agribisnis Peternakan. 4 (1) : 20-30.
49
LAMPIRAN
= (192,4673)2
20
= 1852,1823
= (46,89542+47,89982.....+48,80202) – 1852,1823
5
= 0,5152
JKP = (P12 + P22 + .. + Pt2)- FK
K
= 24,3794
JKT = (A012+A112+.....+Atk2) – FK
= (10,51422+10,64382+.....+8,11772) – 1852,1823
= 25,8456
JKS = JKT – JKK – JKP
50
= 25,8456 - 0,5152 - 24,3794
= 0,9511
KTK = JKK/t
= 0,5152
5
= 0,1030
KTP = JKP
t-1
= 24,3794
4
= 6,0948
= 0,9511
(4-1) (5-1)
= 0,0793
F.KELOMPOK = KTK/KTS
= 0,1030
0,0793
= 1,3001
F.PERLAKUAN = KTP/KTS
= 6,0948
0,0793
= 76,9007
Tabel Anova
Sumber F table
Db JK KT F hit
Variansi 0,05 0,01
Kelompok 3 0,5152 0,1030 1,3001 3,49 5,95
Perlakuan 4 24,3794 6,0948 76,9007** 3,26 5,41
Sisa 12 0,9511 0,0793
Total 19 25,8456
Keterangan: **= Berpengaruh sangat nyata (P<0,01)
51
√
sȳ =
=√
= 0,1408
Superskrip : AA BA CB DC ED
52
Lampiran 2. Analisa Intake Protein Itik Persilangan Mojosari dan Alabio
(MA) Jantan Selama Pemulihan (gram/ekor/hari)
PERLAKUAN
Kelompok 30% (1 30% (2 30% (3 30% (4 Jumlah Rataan
100% mg) mg) mg) mg)
1 22,4579 22,3995 22,4240 22,4182 22,3254 112,0251 22,4050
2 22,3922 22,4322 22,3978 22,2160 22,4188 111,8569 22,3714
3 22,4520 22,4281 22,4217 22,3966 22,4334 112,1319 22,4264
4 22,3925 22,4404 22,4188 22,4170 22,1601 111,8288 22,3658
Jumlah 89,6947 89,7002 89,6623 89,4478 89,3377 447,8427 89,5685
Rataan 22,4237 22,4251 22,4156 22,3619 22,3344 111,9607 22,3921
= (447,8427) 2
20
= 10028,1534
= (22,45792+22,39952+.....+22,16012) – 10028,1534
= 0,1089
JKS = JKT – JKK – JKP
= 0,1089 - 0,0123 - 0,0275
= 0,0691
53
KTK = JKK/t
= 0,0123
5
= 0,0025
KTP = JKP
t-1
= 0,0275
4
= 0,0069
KTS = JKS/ (k-1) (t-1)
= 0,0691
(4-1)(5-1)
= 0,0058
F.KELOMPOK = KTK/KTS
= 0,0025
0,0058
= 0,4280
F.PERLAKUAN = KTP/KTS
= 0,0069
0,0058
= 1,1931
Tabel Anova
Sumber F table
Db JK KT F hit
Variansi 0,05 0,01
Kelompok 3 0,0123 0,0025 0,4280 3,49 5,95
Perlakuan 4 0,0275 0,0069 1,1931NS 3,26 5,41
Sisa 12 0,0691 0,0058
Total 19 0,1089
Keterangan: NS= Berpengaruh tidak nyata (P>0,05)
54
Lampiran 3. Analisa Intake Protein Itik Persilangan Mojosari dan Alabio
(MA) Jantan Selama Penelitian (gram/ekor/hari)
PERLAKUAN
Kelompok 30% (1 30% (2 30% (3 30% (4 Jumlah Rataan
100% mg) mg) mg) mg)
1 18,4766 18,4810 18,0778 17,8753 17,4045 90,3152 18,0630
2 18,4285 18,5451 18,1040 17,7252 17,7351 90,5379 18,1076
3 18,7434 18,5253 18,1217 17,8675 17,7868 91,0446 18,2089
4 18,7757 18,5903 18,1485 17,8261 17,4793 90,8199 18,1640
Jumlah 74,4243 74,1416 72,4519 71,2940 70,4057 362,7175 72,5435
Rataan 18,6061 18,5354 18,1130 17,8235 17,6014 90,6794 18,1359
= (362,7175) 2
20
= 6578,2008
= 3,0578
JKT = (A012+A112+.....+Atk2) – FK
= (18,47662+18,48102+.....+17,47932) – 6578,2008
= 3,2827
JKS = JKT – JKK – JKP
= 3,2827 - 0,0612 - 3,0578
55
= 0,1638
KTK = JKK/t
= 0,0612
5
= 0,0122
KTP = JKP
t-1
= 3,0578
4
= 0,7644
KTS = JKS/(k-1) (t-1)
= 0,1638
(4-1)(5-1)
= 0,0137
F.KELOMPOK = KTK/KTS
= 0,0122
0,0137
= 0,8960
F.PERLAKUAN = KTP/KTS
= 0,7644
0,0137
= 55,9975
Tabel Anova
Sumber F table
Db JK KT F hit
Variansi 0,05 0,01
Kelompok 3 0,0612 0,0122 0,8960 3,49 5,95
Perlakuan 4 3,0578 0,7644 55,9975** 3,26 5,41
Sisa 12 0,1638 0,0137
Total 19 3,2827
Keterangan: **= Berpengaruh sangat nyata (P<0,01)
56
√
sȳ =
=√
= 0,0584
Superskrip : AA BA CB DC EC
57
Lampiran 4. Analisa Laju Pertumbuhan Itik Persilangan Mojosari dan
Alabio (MA) Jantan Selama Pembatasan (gram/ekor/minggu)
PERLAKUAN
Kelompok 30% (1 30% (2 30% (3 30% (4 Jumlah Rataan
100% mg) mg) mg) mg)
1 0,6507 0,5560 0,5436 0,5960 0,6023 2,9485 0,5897
2 0,6481 0,5622 0,5793 0,6057 0,6359 3,0313 0,6063
3 0,7006 0,5418 0,5424 0,5891 0,6225 2,9965 0,5993
4 0,6729 0,5739 0,5506 0,6015 0,5813 2,9802 0,5960
Jumlah 2,6724 2,2339 2,2159 2,3922 2,4420 11,9564 2,3913
Rataan 0,6681 0,5585 0,5540 0,5981 0,6105 2,9891 0,5978
= (11,9564) 2
20
= 7,1478
= (2,94852+3,03132+.....+2,98022) – 7,1478
5
= 0,0007
JKP = (P12 + P22 + .. + Pt2) - FK
K
= 0,0343
JKT = (A012+A112+.....+Atk2) – FK
= (0,65072+0,55602+.....+0,58132) – 7,1478
= 0,0394
JKS = JKT – JKK – JKP
= 0,0394 - 0,0007 - 0,0343
58
= 0,0044
KTK = JKK/t
= 0,0007
5
= 0,0001
KTP = JKP
t-1
= 0,0343
4
= 0,0086
KTS = JKS/(k-1) (t-1)
= 0,0044
(4-1)(5-1)
= 0,0004
F.KELOMPOK = KTK/KTS
= 0,0001
0,0004
= 0,3909
F.PERLAKUAN = KTP/KTS
= 0,0086
0,0004
= 23,5247
Tabel Anova
Sumber F table
Db JK KT F hit
Variansi 0,05 0,01
Kelompok 3 0,0007 0,0001 0,3909 3,49 5,95
Perlakuan 4 0,0343 0,0086 23,5247** 3,26 5,41
Sisa 12 0,0044 0,0004
Total 19 0,0394
Keterangan: ** = Berpengaruh sangat nyata (P<0,01)
59
√
sȳ =
=√
= 0,0095
60
Lampiran 5. Analisa Laju Pertumbuhan Itik Persilangan Mojosari dan
Alabio (MA) Jantan Selama Pemulihan (gram/ekor/minggu)
PERLAKUAN
Kelompok 30% (1 30% (2 30% (3 30% (4 Jumlah Rataan
100% mg) mg) mg) mg)
1 0,1377 0,1255 0,1486 0,1438 0,1542 0,7096 0,1419
2 0,1350 0,1179 0,1284 0,1378 0,1339 0,6530 0,1306
3 0,1100 0,1246 0,1432 0,1432 0,1367 0,6578 0,1316
4 0,1182 0,1075 0,1315 0,1329 0,1533 0,6434 0,1287
Jumlah 0,5008 0,4754 0,5516 0,5578 0,5781 2,6638 0,5328
Rataan 0,1252 0,1189 0,1379 0,1394 0,1445 0,6659 0,1332
= (2,6638) 2
20
= 0,3548
JKK = (K02 + K12 +.....KK2) - F.K
p
= (0,70962+0,65302+.....+0,64342) – 0,3548
5
= 0,0005
JKP = (P12 + P22 + .. + Pt2) - FK
K
= (0,13772+0,12552+.....+0,15332) – 0,3548
= 0,0033
JKS = JKT – JKK – JKP
= 0,0033 - 0,0005 - 0,0018
= 0,0009
61
KTK = JKK/t
= 0,0005
5
= 0,0001
KTP = JKP
t-1
= 0,0018
4
= 0,0005
KTS = JKS/(k-1) (t-1)
= 0,0009
(4-1)(5-1)
= 0,0001
F.KELOMPOK = KTK/KTS
= 0,0001
0,0001
= 1,4026
F.PERLAKUAN = KTP/KTS
= 0,0005
0,0001
= 6,0706
Tabel Anova
Sumber F table
Db JK KT F hit
Variansi 0,05 0,01
Kelompok 3 0,0005 0,0001 1,4026 3,49 5,95
Perlakuan 4 0,0018 0,0005 6,0706** 3,26 5,41
Sisa 12 0,0009 0,0001
Total 19 0,0033
Keterangan: ** = Berpengaruh sangat nyata (P<0,01)
62
√
sȳ =
=√
= 0,0043
63
Lampiran 6. Analisa Laju Pertumbuhan Itik Persilangan Mojosari dan
Alabio (MA) Jantan Selama Penelitian (gram/ekor/minggu)
PERLAKUAN
Kelompok 30% (1 30% (2 30% (3 30% (4 Jumlah Rataan
100% mg) mg) mg) mg)
1 0,3087 0,2690 0,2802 0,2945 0,3035 1,4559 0,2912
2 0,3061 0,2660 0,2787 0,2938 0,3012 1,4458 0,2892
3 0,3069 0,2637 0,2763 0,2919 0,2987 1,4373 0,2875
4 0,3031 0,2629 0,2712 0,2891 0,2960 1,4223 0,2845
Jumlah 1,2247 1,0616 1,1064 1,1692 1,1994 5,7613 1,1523
Rataan 0,3062 0,2654 0,2766 0,2923 0,2999 1,4403 0,2881
= (5,7613) 2
20
= 1,65964
JKK = (K02 + K12 +.....KK2) - F.K
p
= (1,45592+1,44582+.....+1,42232) – 1,65964
5
= 0,00012
JKP = (P12 + P22 + .. + Pt2) - FK
K
= 0,00452
JKT = (A012+A112+.....+Atk2) – FK
= (0,30872+0,26902+.....+0,29602) – 1,65964
= 0,00466
JKS = JKT – JKK – JKP
= 0,00466 - 0,00012 - 0,00452
64
= 0,00001
KTK = JKK/t
= 0,00012
5
= 0,000024
KTP = JKP
t-1
= 0,00452
4
= 0,00113
KTS = JKS/(k-1) (t-1)
= 0,00001
(4-1)(5-1)
= 0,000001
F.KELOMPOK = KTK/KTS
= 0,000024
0,000001
= 21,6998
F.PERLAKUAN = KTP/KTS
= 0,001130
0,000001
= 1011,2781
Tabel Anova
Sumber F table
Db JK KT F hit
Variansi 0,05 0,01
Kelompok 3 0,00012 0,000024 21,6998 3,49 5,95
Perlakuan 4 0,00452 0,001130 1011,2781** 3,26 5,41
Sisa 12 0,00001 0,000001
Total 19 0,00466
Keterangan: ** = Berpengaruh sangat nyata (P<0,01)
√
sȳ =
65
=√
= 0,00053
Superskrip : AA EB DC CD BE
66
Lampiran 7. Data Karkas Itik Persilangan Mojosari dan Alabio (MA) Jantan
Selama Penelitian
Bobot Karkas Persentase Karkas
P Kelp
Pembatasan Pemulihan Pembatasan Pemulihan
A A1 278 784 52,45 54,41
A2 245 832 47,48 55,84
A3 332 876 49,92 57,07
A4 298 863 49,26 56,74
B B1 264 823 47,83 55,57
B2 283 825 49,74 55,67
B3 296 853 52,58 56,75
B4 330 852 52,38 56,72
C C1 202 814 46,44 55,34
C2 254 835 49,03 55,97
C3 235 865 49,89 57,02
C4 244 832 47,47 55,88
D D1 250 895 49,31 55,45
D2 281 917 50,72 56,71
D3 240 920 48,48 56,83
D4 301 897 51,63 55,54
E E1 211 883 47,42 55,15
E2 260 887 49,34 55,16
E3 275 891 49,73 55,34
E4 213 897 47,76 55,54
67
Lampiran 8. Analisa Bobot Karkas Itik MA Jantan Selama Pembatasan
PERLAKUAN
Kelompok 30% (1 30% (2 30% (3 30% (4 Jumlah Rataan
100% mg) mg) mg) mg)
1 278,00 264,00 202,00 250,00 211,00 1205,00 241,00
2 245,00 283,00 254,00 281,00 260,00 1323,00 264,60
3 332,00 296,00 235,00 240,00 275,00 1378,00 275,60
4 298,00 330,00 244,00 301,00 213,00 1386,00 277,20
Jumlah 1153,00 1173,00 935,00 1072,00 959,00 5292,00 1058,40
Rataan 288,25 293,25 233,75 268,00 239,75 1323,00 264,60
= (5292) 2
20
= 1400263,20
JKK = (K02 + K12 +.....KK2) - F.K
p
= (1205,002+1323,002+.....+1386,002) – 1400263,20
5
= 4183,60
JKP = (P12 + P22 + .. + Pt2) - FK
K
= 11843,80
JKT = (A012+A112+.....+Atk2) – FK
= (278,002+264,002+.....+213,002) – 1400263,20
= 25232,80
JKS = JKT – JKK – JKP
= 25232,80 - 4183,60 - 11843,80
= 9205,40
68
KTK = JKK/t
= 4183,60
5
= 836,72
KTP = JKP
t-1
= 11843,80
4
= 2960,95
KTS = JKS/(k-1) (t-1)
= 9205,40
(4-1)(5-1)
= 767,12
F.KELOMPOK = KTK/KTS
= 836,72
767,12
= 1,09
F.PERLAKUAN = KTP/KTS
= 2960,95
767,12
= 3,86
Tabel Anova
Sumber F table
Db JK KT F hit
Variansi 0,05 0,01
Kelompok 3 4183,60 836,72 1,09 3,49 5,95
Perlakuan 4 11843,80 2960,95 3,86* 3,26 5,41
Sisa 12 9205,40 767,12
Total 19 25232,80
Keterangan: * = Berpengaruh nyata (P<0,05)
√
sȳ =
69
=√
= 13,85
Superskrip : Ba Aa Dab Eb Cb
70
Lampiran 9. Analisa Persentase Karkas Itik MA Jantan Selama Pembatasan
PERLAKUAN
Kelompok 30% (1 30% (2 30% (3 30% (4 Jumlah Rataan
100% mg) mg) mg) mg)
1 52,45 47,83 46,44 49,31 47,42 243,44 48,69
2 47,48 49,74 49,03 50,72 49,34 246,31 49,26
3 49,92 52,58 49,89 48,48 49,73 250,61 50,12
4 49,26 52,38 47,47 51,63 47,76 248,50 49,70
Jumlah 199,11 202,52 192,84 200,15 194,24 988,85 197,77
Rataan 49,78 50,63 48,21 50,04 48,56 247,21 49,44
= (988,85) 2
20
= 48891,59
JKK = (K02 + K12 +.....KK2) - F.K
p
= (243,442+246,312+.....+248,502) – 48891,59
5
= 5,64
JKP = (P12 + P22 + .. + Pt2) - FK
K
= (52,452+47,832+.....+47,762) – 48891,59
= 62,01
JKS = JKT – JKK – JKP
= 62,01- 5,64 -16,71
= 39,67
71
KTK = JKK/t
= 5,64
5
= 1,13
KTP = JKP
t-1
= 16,71
4
= 4,18
KTS = JKS/(k-1) (t-1)
= 39,67
(4-1)(5-1)
= 3,31
F.KELOMPOK = KTK/KTS
= 1,13
3,31
= 0,34
F.PERLAKUAN = KTP/KTS
= 4,18
3,31
= 1,26
Tabel Anova
Sumber F tabel
Db JK KT F hit
Variansi 0,05 0,01
Kelompok 3 5,64 1,13 0,34 3,49 5,95
Perlakuan 4 16,71 4,18 1,26NS 3,26 5,41
Sisa 12 39,67 3,31
Total 19 62,01
Keterangan: NS = Berpengaruh tidak nyata (P<0,05)
72
Lampiran 10. Analisa Bobot Karkas Itik MA Jantan Selama Pemulihan
PERLAKUAN
Kelompok 30% (1 30% (2 30% (3 30% (4 Jumlah Rataan
100% mg) mg) mg) mg)
1 784,00 823,00 814,00 895,00 883,00 4199,00 839,80
2 832,00 825,00 835,00 917,00 887,00 4296,00 859,20
3 876,00 853,00 865,00 920,00 891,00 4405,00 881,00
4 863,00 852,00 832,00 897,00 897,00 4341,00 868,20
Jumlah 3355,00 3353,00 3346,00 3629,00 3558,00 17241,00 3448,20
Rataan 838,75 838,25 836,50 907,25 889,50 4310,25 862,05
= (17241,00) 2
20
= 14862604,05
JKK = (K02 + K12 +.....KK2) - F.K
p
= 18234,70
JKT = (A012 + A112 +.....+ Atk2) – FK
73
KTK = JKK/t
= 4500,55
5
= 900,11
KTP = JKP
t-1
= 18234,70
4
= 4558,67
KTS = JKS/(k-1) (t-1)
= 3293,70
(4-1)(5-1)
= 274,48
F.KELOMPOK = KTK/KTS
= 900,11
274,48
= 3,28
F.PERLAKUAN = KTP/KTS
= 4558,67
274,48
= 16,61
Tabel Anova
Sumber F tabel
Db JK KT F hit
Variansi 0,05 0,01
Kelompok 3 4500,55 900,11 3,28 3,49 5,95
Perlakuan 4 18234,70 4558,67 16,61** 3,26 5,41
Sisa 12 3293,70 274,48
Total 19 26028,95
Keterangan: ** = Berpengaruh sangat nyata (P<0,01)
74
√
sȳ =
=√
= 8,28
Superskrip : DA EA AB BB CB
75
Lampiran 11. Analisa Persentase Karkas Itik MA Jantan Selama Pemulihan
PERLAKUAN
Kelompok 30% (1 30% (2 30% (3 30% (4 Jumlah Rataan
100% mg) mg) mg) mg)
1 54,41 55,57 55,34 55,45 55,15 275,92 55,18
2 55,84 55,67 55,97 56,71 55,16 279,34 55,87
3 57,07 56,75 57,02 56,83 55,34 283,01 56,60
4 56,74 56,72 55,88 55,54 55,54 280,42 56,08
Jumlah 224,05 224,72 224,20 224,53 221,20 1118,69 223,74
Rataan 56,01 56,18 56,05 56,13 55,30 279,67 55,93
= (1118,69) 2
20
= 62573,92
JKK = (K02 + K12 +.....KK2) - F.K
p
= 2,09
JKT = (A012 + A112 +.....+ Atk2) – FK
= 1,04
KTP = JKP
t-1
= 2,09
4
= 0,52
KTS = JKS/(k-1) (t-1)
= 3,55
(4-1)(5-1)
= 0,30
F.KELOMPOK = KTK/KTS
= 1,04
0,30
= 3,51
F.PERLAKUAN = KTP/KTS
= 0,52
0,30
= 1,77
Tabel Anova
Sumber F tabel
Db JK KT F hit
Variansi 0,05 0,01
Kelompok 3 5,18 1,04 3,51 3,49 5,95
Perlakuan 4 2,09 0,52 1,77NS 3,26 5,41
Sisa 12 3,55 0,30
Total 19 10,81
Keterangan: NS = Berpengaruh tidak nyata (P<0,05)
Lampiran 12. Dokumentasi Selama Penelitian
Sawahlunto dan selesai pada tahun 2015. Pada tahun yang sama, penulis terdaftar
(UKS) pada tahun 2015, 2016 dan 2017. Pada tahun 2018 penulis melaksanakan
Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Nagari Pasir Talang Timur, Kabupaten Solok
dengan judul “Pengaruh Lama Pembatasan Pakan Terhadap Intake Protein, Laju
Pertumbuhan Dan Karkas Itik Persilangan Mojosari Dan Alabio (MA) Jantan
sawahlunto.