PROPOSAL
Oleh :
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PAYAKUMBUH, 2018
“PENGARUH SIKRONISASI BIRAHI TERHADAP
INTENSITAS ESTRUS PADA KAMBING LOKAL DENGAN
MENGGUNAKAN METODE OVSYNCH”
PROPOSAL
OLEH :
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PAYAKUMBUH, 2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
Universitas Andalas.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.
Ir. H. Hendri, MS sebagai dosen pembimbing I dan Bapak Dr. Ir. Masrizal, MS
penyusunan proposal penelitian ini. Penulis juga ucapkan terima kasih kepada
Ayahanda Zaiwan dan Ibunda Yulianis yang telah memberikan bantuan dan
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
DAFTAR TABEL............................................................................................
DAFTAR GAMBAR........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................
1.1..............................................................................................................
Latar Belakang.....................................................................................
1.2..............................................................................................................
Rumusan Masalah................................................................................
1.3..............................................................................................................
1.4..............................................................................................................
Hipotesis Penelitian.............................................................................
2.1..............................................................................................................
2.2..............................................................................................................
Siklus Estrus........................................................................................
2.3..............................................................................................................
Sinkronisasi Estrus..............................................................................
2.4..............................................................................................................
Ovsynch...............................................................................................
2.5..............................................................................................................
2.6..............................................................................................................
Prostaglandin (PGF2α).......................................................................
2.7..............................................................................................................
Intensitas Estrus...................................................................................
3.1..............................................................................................................
Materi Penelitian..................................................................................
3.2..............................................................................................................
Metode Penelitian................................................................................
3.3..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
penghasil susu dan bulu serta juga berfungsi sebagai hewan multiguna seperti
hewan penghasil daging, susu dan jasa (Dinas Kesehatan Hewan, 2010).
diantaranya adalah kambing kacang dan kambing peranakan ettawa (PE) karena
dapat menghasilkan daging, kulit, dan juga sebagai sumber penghasil susu
cepat dalam dewasa tubuh dan kelamin, jumlah anak per kelahiran rata-rata lebih
dari satu, kidding interval yang pendek serta masa kebuntingan yang relatif cepat,
membutuhkan lahan yang luas, tenaga kerja sedikit dan kemampuan adaptasi yang
pengaturan terhadap siklus reproduksi ternak. Hal ini akan berakibat kepada
kerugian secara ekonomi terhadap peternak. Selain itu hal ini akan berdampak
sering dicanangkan oleh pemerintah akan sulit untuk terwujud. Keadaan ini cukup
suatu program yakni Program Gertak Birahi (Gerakan Penyerentakan Birahi) yang
(penyerentakan) birahi.
estrus harus disertai pengamatan terhadap tanda-tanda estrus secara visual dengan
cermat agar tercapai angka konsepsi yang tinggi. Salah satu metode sinkronisasi
yang banyak dikembangkan adalah metode Ovsynch. Ovsynch adalah salah satu
umumnya dilakukan pada peternakan sapi potong maupun sapi perah. Oleh sebab
itu, berdasarkan uraian diatas penulis menilai perlu adanya penelitian mengenai
ovsynch dan mengetahui level dosis hormon GnRH yang optimal dalam
sikronisasi estrus pada kambing lokal. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah
II.1....................................................................................................................
Kambing lokal (Capra aegagrus) adalah sub species dari kambing liar yang
tersebar di Asia Barat Daya dan Eropa, kambing merupakan jenis binatang
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Famili : Bovidae
Genus : Capra
suatu karakteristik khas yang hanya dimiliki ternak tersebut setelah berkembang
beberapa generasi dan mendiami suatu wilayah (Ilham, 2014). Jumlah populasi
tersebut sebesar 18.879.600 ekor pada tahun 2015 atau mengalami pertumbuhan
ternak yang cepat mengalami dewasa kelamin, mudah disilangkan dengan bangsa
kambing lain dan mampu bertahan dengan pakan kualitas rendah (Doloksaribu
dkk., 2005). Menurut Ilham (2014), bangsa-bangsa kambing lokal yang ada di
Kambing kacang (C. aegagrus hircus) adalah salah satu kambing lokal di
Indonesia dengan populasi yang cukup tinggi dan tersebar luas. Kambing kacang
memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil, memiliki telinga yang kecil dan berdiri
tegak. Kambing ini telah beradaptasi dengan lingkungan setempat, dan memiliki
Kacang sangat tinggi dengan kemampuan hidup dari lahir sampai sapih sebesar
79,40%, sifat prolifik anak kembar dua 52,20%, kembar tiga 2,60% dan anak
tunggal 44,90%. Kambing Kacang mencapai dewasa kelamin rata-rata pada umur
307,72 hari dan memiliki persentase karkas 44-51%. Rata-rata bobot anak lahir
3,28 kg dan bobot sapih (umur 90 hari) sekitar 10,12 kg. Kambing Kacang sangat
cepat berkembang biak, pada umur 15-18 bulan sudah bisa menghasilkan
keturunan.
persilangan antara kambing Ettawa (asal India) dengan kambing Kacang, yang
memiliki tubuh dengan kisaran berat badan betina 40,2 kg dan jantan 60 kg yang
Kambing PE memiliki potensi biologi reproduksi yang cukup baik, hal ini
mencapai dewasa kelamin pada umur 6 sampai dengan 10 bulan, dan dikawinkan
pada umur 10-12 bulan atau saat bobot badan mencapai 55 - 60 kg. Umur estrus
sekelahiran (litter size) kambing PE 1,3 – 1,7 (Subandriyo et al., 1986); Adriani et
al., 2003; Sutama. 2007) dengan selang beranak yang relatif pendek yaitu 240 hari
(Sodiq dan sumaryadi, 2002) maka hal tersebut sangat potensial untuk
peningkatan populasi.
II.2.................................................................................................................... Sikl
us Estrus
Siklus estrus pada setiap hewan berbeda antara satu sama lain tergantung
dari bangsa, umur, dan spesies Interval antara timbulnya satu periode estrus ke
permulaan periode berikutnya disebut sebagai suatu siklus estrus. Siklus estrus
pada dasarnya dibagi menjadi 4 fase atau periode yaitu ; proestrus, estrus,
Pada hewan yang mengalami siklus estrus, setiap saat di sepanjang siklus
hewan betina siap menerima sapi jantan untuk kawin, sekalipun ovum baru
Semakin tua umur ternak tersebut, semakin jelas tanda-tanda estrus yang
ditunjukkan. Hal ini dapat dilihat dari faktor usia seekor ternak, dimana semakin
tua umur ternak tersebut, ukuran ovariumnya juga akan semakin besar. Ovarium
II.3.................................................................................................................... Sikr
onisasi Estrus
Estrus atau birahi adalah fase reproduksi yakni suatu hasrat dari mahluk
hidup untuk kawin, baik pada jantan maupun betina. Pada ternak betina tanda-
tanda estrus merupakan indikasi bahwa ternak tersebut minta kawin. Sinkronisasi
estrus merupakan upaya untuk menyerentakkan estrus pada hewan betina dengan
bersamaan pada hari yang relatif sama sekitar 2 sampai 3 hari. Manfaat lain dari
mengatur perkawinan, penyapihan, serta penjualan ternak sesuai dengan berat dan
umur yang dikehendaki. Selain itu sinkronisasi estrus digunakan untuk mengatasi
(Hariadi et al., 1988; Rabiee et al., 2005; Bartolome et al., 2004; Kasimanickam
et al., 2006).
II.4.................................................................................................................... Met
ode Ovsynch
Salah satu protokol yang saat ini populer digunakan untuk sinkronisasi
berahi adalah ovsynch (Taponen, 2009). Metode ovsynch telah dilakukan pada
sapi perah (Pursley et al., 1995) dan sapi potong (Geary et al., 1998). Metode
fertilitas yang baik, dan tidak membutuhkan deteksi berahi. Protokol ovsynch
folikel baru. Pada hari ke-7, sapi diinjeksi dengan PGF2α untuk meregresi korpus
luteum. Pada hari ke-9, sapi diinjeksi dengan GnRH kedua yang berfungsi
menginduksi ovulasi pada folikel dominan yang direkruit setelah injeksi GnRH
pertama. Inseminasi buatan dilakukan 12-16 jam setelah injeksi GnRH kedua
Ketika diinjeksi GnRH pada hari ke-0, kondisi ovarium sapi tidak
diketahui, maka GnRH akan memicu pelepasan luteinizing hormone (LH) yang
menyebabkan ovulasi dan memulai siklus lagi jika pada saat itu ovarium memiliki
folikel matang. Jika terdapat korpus luteum, GnRH akan memicu pelepasan FSH
asesoris. Jika hormon progesteron tidak turun sampai 0,5 ng/ml dalam 2 hari
setelah pemberian PGF2α maka peluang ternak menjadi bunting cukup rendah
(Pursley et al., 2012). Interval pemberian PGF2α tujuh hari setelah pemberian
GnRH dimaksudkan agar korpus luteum yang terbentuk setelah injeksi GnRH
II.5....................................................................................................................
(FSH) dan Luteinizing Hormon (LH) yang bekerja pada target organ gonad
(Colazo 2005; Sonjaya 2005), yaitu menstimulasikan sel-sel granulosa untuk
baik pada sapi maupun kerbau. Hal tersebut ditujukan untuk merangsang
2004).
II.6....................................................................................................................
Prostaglandin (PGF2α)
diisolasi dari banyak tubuh hewan termasuk prostat, kulit usus, ginjal, otak, paru-
paru, organ reproduksi, cairan menstruasi dan cairan amnion. PGF2α dapat
berpengaruh dalam organ tempat disintesisnya atau pada organ yang dapat dicapai
oleh darah vena. PGF2α merupakan subtitusi farmakologis aktif, yang ikut
berperan penting dalam proses reproduksi, terutama dalam proses partus. Fungsi
proses fisiologi dan farmakologis, seperti kontraksi otot polos dari saluran
yang sebenarnya belum diketahui dengan pasti walaupun salah satu dari postulat-
postulat yang ada menyatakan bahwa efek vasokonstriksi dari PGF2α dapat
antigonadotropin, baik dalam aliran darah maupun reseptor pada korpus luteum,
PGF2α hanya efektif bila ada korpus luteum yang berkembang, antara hari 7-18
II.7....................................................................................................................
Intensitas Estrus
gejala yang timbul, semakin banyak gejala estrus yang ditimbulkan maka semakin
vulva bengkak, vagina memerah, temperatur meningkat dan terdapat lendir kental
diberi skor ++++ (4) dengan kategori sangat baik, jika terdapat tiga gejala estrus
yang termanifestasikan dari intensitas terbaik diberi skor +++ (3) dangan kategori
baik, jika terdapat dua gejala estrus yang termanifestasikan dari intensitas terbaik
maka diberi skor ++ (2) dengan kategori cukup baik, dan jika terdapat satu gejala
estrus yang termanifestasikan dari gejala terbaik maka diberi skor + (1) dengan
kategori kurang.
gejala klinis seperti vulva bengkak dan merah, adanya lendir, menaiki, dan diam
dinaiki, gelisah, dan nafsu makan menurun. Informasi akurat tentang perubahan
yang terjadi selama siklus berahi normal dapat dihubungkan dengan konsep dasar
proses ovulasi, regresi korpus luteum (CL), kebutuhan hormon untuk manifestasi
berahi, kebuntingan, dan kelahiran (Guilbault et al., 1991; Akusu et al., 2006).
III. MATERI DAN METODE
dengan type kandang face to face (saling berhadapan), dilengkapi dengan tempat
pakan dan minum. Peralatan yang digunakan terdiri dari, sapu lidi, skop, baskom,
gerobak, spuit injeksi, dan alat tulis serta alat untuk dokumentasi selama
Releasing Hormone (GnRH) dengan perlakuan 3 dosis (0.5 ml, 1 ml dan 1.5 ml)
dan preparat hormon Prostaglandin F2α dengan dosis 1 ml untuk tiap kelompok
ternak.
III.1.2.Ternak Percobaan
Penelitian ini menggunakan 24 ekor induk kambing lokal yang terdiri atas 2
jenis yaitu kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kacang (bisa juga dara),
dengan status tidak bunting dan sehat secara klinis. Pelaksanaan penelitian
Batuang dan Bulakan Balai Kandi. Kemudian setelah seluruh sampel terkumpul,
ovsynch. Jenis ransum yang diberikan peternak umumnya sama, yaitu berupa
pemberian hijauan (rumput liar, daun singkong, dan rumput lapangan) secara ad-
libitum tanpa pemberian konsentrat dan pemberian air minum secara ad-libitum.
III.2.1.Rancangan Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen,
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 3 perlakuan dan 8 ulangan.
Menurut Steel dan Torrie (1995) model matematis Rancangan Acak Lengkap
Yij = µ + τi + εij
Keterangan :
i = 1, 2, 3, …, k
j = 1, 2, 3, ..., n
εij = pengaruh galat percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
ulangan dengan jumlah sampel untuk setiap unit percobaan adalah 3 x 8 = 24 ekor
induk/ dara.
III.2.2.Analisis Data
Lengkap (RAL) dan akan di analisis secara deskriptif serta diuji dengan Uji
III.2.3.Pelaksanaan Penelitian
ekor kambing jantan lokal (teaser). Kambing yang digunakan mempunyai kriteria
sehat secara klinis, sudah pernah beranak/ dara, jumlah anak pada kelahiran
terakhir 1-2 ekor, dan umur 1.5 – 3.0 tahun. Kambing dibagi atas 3 satuan
ini dilakukan dengan 3 perlakuan yaitu P1= GnRH 0.5 ml, P2= 1 ml dan P3=
GnRH 1.5 ml dengan ulangannya sebanyak (n)= 8 kali. Satuan percobaan I, II dan
sesuai perlakuan dosis 0.5 ml (P1), 1 ml (P2) dan 1.5 ml (P3). Kemudian pada
hari ke-7 seluruh kambing di injeksi dengan PGF2α dengan dosis 1 ml.
Selanjutnya pada hari ke-9 di injeksi kembali dengan GnRH 0.5 ml, 1 ml dan 1.5
pengamatan estrus tiga kali sehari. Pengamatan silakukan pagi jam 7.00, siang
jam 12.00 dan sore jam 17.00 secara visual dan juga menggunakan kambing
pejantan.
jam setelah injeksi GnRH terakhir atau sampai kambing menunjukan puncak
estrus nya. Hal tersebut ditandai dengan betina mau atau diam menerima pejantan
untuk kopulasi.
III.2.4.Parameter Penelitian
Parameter yang akan diamati dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :
pejantan.
pejantan.
c. Interval munculnya birahi dari PGF2α dan GnRH sampai puncak birahi
Barkawi, A.K., L.H. Bedeir, M.A. and El Wardani. 1993. Sexual behavior of
Egyptian buffaloes in post-partum period. Buffalo J. 9: 225-36.
Bartolome, J. A., Sozzi, A., McHale, J., Swift, K., Kelbert, D., Archbald, L. F.
And Thatcher, W. W. 2004. Resynchronization of Ovulation and Timed
Insemination in Lactating Dairy Cows Using the Ovsynch and Heatsynch
Protocol Initiated 7 Days Before Pregnancy Diagnosis on Day 30 by
Ultrasonography. Reprod. Fertil. Develop. 16 (2): 126-127.
Berber, D.R.C., F.H. Madureira and P.S. Baruselli. 2002. Comparison of two
Ovsynch protocols (GnRH versus LH) for fixed timed insemination in
buffalo (Bubalus bubalis). Theriogenology 57: 1421-1430.
Colazo, M.G and M.F. Martínez. 2005. Effect of estradiol valerate on ovarian
follicle dynamics and superovulatory response in progestin-treated cattle.
Theriogenology. (63):1454-1468.
Geary, T.W., J.C. Whittier, E.R. Downing, D.G. LeFever, R.W. Silcox, M.D.
Holland, T.M. Nett, and G.D. Niswender. 1998. Pregnancy rates of
postpartum beef cows that were synchronized using Syncro-Mate-B or the
Ovsynch protocol. J. Anim. Sci. 76:1523-1527.
Ismail, M. 2009. Onset dan intensitas estrus kambing pada umur berbeda. J.
Agroland. 16(2):180-186.
Kasimanickam, R., Collins, J. C., Wuenschell, J., Currin, J. C., Hall, J. B. and
Whittier, D. W. (2006) Effect of Timing of Prostaglandin Administration,
Controlled Internal Drug Release Removal and Gonadotropin Releasing
Hormone Administration on Pregnancy Rate in Fixed-Time AI Protocols
in Crossbred.
Pursley, J.R., J.P. Martins, C. Wright, and N.D. Stewart. 2012. Compared to
dinoprost tromethamine, cloprostenol sodium increased rates of estrus
detection, conception and pregnancy in lactating dairy cows on a large
commercial dairy. Theriogenology. 78(4):823-829.
Pursley, J.R., M.O. Mee, and M.C. Wiltbank. 1995. Synchronization of ovulation
in dairy cows using PGF2 alpha and GnRH. Theriogenology. 44:915-923.
Steel, R. G. D dan J. H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistik Suatu Pen-
dekatan Biometrik. Edisi kedua. Cetakan kedua. Alih Bahasa B. Sumantri.
PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.