Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN KEGIATAN MAGANG

Pertumbuhan Kangkung Air (Ipomea aquatica Forsk) Pada Sistem


Aquaponik Salinitas Rendah di Balai Riset Perikanan Budidaya Air
Payau Dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAP3) Maros

HIJRAWATI

NIM : 16.11.026

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN

MUHAMMADIYAH

SINJAI

2019

1
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Laporan : Pertumbuhan Kangkung Air (Ipomea aquatica Forsk)
Pada Sistem Aquaponik Salinitas Rendah di Balai
Riset Perikanan Budidaya Air Payau Dan Penyuluhan
Perikanan (BRPBAP3) Maros
Nama Mahasiswa : Hijrawati
NIM : 16.11.026
Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP)
Perguruan Tinggi : Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIP) Muhammadiyah
Sinjai

TELAH DIPERIKSA DAN DISETUJUI OLEH


Pembimbing Intern Pembimbing Ekstern

Ir. Nurlaelah Fattah,M.Si Mat Fahrur. S.pi


NIDN: 09 07086805 NIP: 19760516 200003 1 003

MENGETAHUI
Ketua Prodi Manajemen Sumberdaya Perairan
Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
Muhammadiyah Sinjai

Andi Tenriawaruwaty, S.pi.,M.si


NIDN: 09 14037302

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjaatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-NYA lah sehingga penulis masih diberi kesempatan
untuk menyelsaikan laporan praktik kerja lapang yang bberjudl ” Pertumbuhan
Kangkung Air (Ipomea aquatica Forsk) Pada Sistem Aquaponik Salinitas
Rendah di Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Dan Penyuluhan
Perikanan (BRPBAP3) Maros”
Dalam kesempatan ini, penulis megucapkan banyak terima kasih kepada
teman-teman, pembimbing dan doa restu dari berbagai pihak yang telah
membimbing dan memberikan arahan dalam penyelesaiaan laporan lengkap ini.
Laporan ini tidak lepas pula dari bantuan, arahan, dan petunjk dari berbagai
pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Kedua orang tua, saudara serta seluruh keluarga yang selalumemberi dukungan
nasehat serta doa demi kelancaran praktek ini.
2. Prof. Dr. Ir. Andi Akhmad Mustafa, MP., selakuKepala Balai Penelitian dan
Pengembangan Budidaya Air Payau (BPPBAP) Maros yang telah menerima
kami untuk melaksanakan kegiatan praktik industri.
3. A. Indra Jaya Asaad, S.Pi, M.Sc., Ansar, A.Md.Pust., selaku seksi pelayanan
teknis di BPPBAP yang telah memberikan pelayanan yang sangat baik selama
berada di BPPBAP Maros
4. Ketua Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan (MSDP)
Andi Tenriawaruwaty,S.Pi.M.Si. yang telah memberikan arahan kepada penulis
sebelum melakukan magang.
5. Ibu Ir.Nurlaelah Fattah,M.Si selaku pembimbing intern yang telah banyak
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada penulis.
6. Bapak Mat Fahrur, S.Pi selaku pembimbing ekstern yang telah banyak
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada penulis.
7. Winda Sari, Desi, Anita, Serta MSP Angkatan 2016 Teman mahasiswa
STIP Muhammadiyah Sinjai Program Studi Manajamen Sumber Daya

3
Perairan, rekan seperjuangan PKL Agum Masaude dan Dewi Permata
Sari dari universitas negeri Makassar, yang selalu memberikan semangat
kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan yang terdapat dalam pembuatan
laporan ini,terutama kemampuan penulis yang masih sangat terbats. Namun dengan
penuh kesabaran dan ketekunan serta semangat dan kemauan yang keras,maka
laporan ini bisa di selesaikan. Akhir kata dari penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan laporan ini.

Maros, September 2019

Penulis

4
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii

DAFTAR ISI..................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL .............................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Tujuan Praktek Kerja Lapang ............................................................... 2
C. Manfaat ............................................................................................... 3

BAB II GAMBARAN UMUM BRPBAP3

A. Sejarah berdirinya kantor Balai Riset Perikanan Budidaya Air


Payau Dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAP3) Maros ........................ 4
B. Tujuan ................................................................................................. 6
C. Visi dan misi BRPBAP3........................................................................ 7
D. Tugas dan fungsi BRPBAP3 ................................................................ 7
E. Letak geografis..................................................................................... 8
F. Sumberdaya manusia .......................................................................... 8
G. Sarana dan prasarana.......................................................................... 9
H. Struktur organisasi balai riset perikanan budidaya air payau
I. dan penyuluhan perikanan (BRPBAP3) Maros.................................... 13
J. Uraian tugas dan fungsi seksi .............................................................. 14
K. Layout .................................................................................................. 18

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Aquaponik .......................................................................... 19


B. Klasifikasi dan Identifikasi Kangkung Air ...................................... 21
C. Peran Tanaman Dalam Menyerap Karbon ........................................... 23
D. Mekanisme Penyerapan Karbon di Perairan ........................................ 24
E. Klasifikasi dan Morfologi Udang Vanamai ............................................ 25

5
F. Biologi dan Habitat Udang Vannamai................................................... 26
G. Pengolahan Kualitas Air ....................................................................... 26

BAB IV METODOLOGI

A. Waktu dan tempat ................................................................................ 28


B. Alat dan Bahan..................................................................................... 28
C. Prosedur kerja...................................................................................... 29
D. Metode Praktek .................................................................................... 30

BAB V PEMBAHASAN ....................................................................................

A. Hasil..................................................................................................... 31
B. Pembahasan........................................................................................ 31
BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 33
B. Saran ................................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

6
DAFTAR TABEL

1. Hasil Pertumbuhan Kangkung Air........................................................ 31


2. Hasil Pengukuran Kualitas Air ............................................................. 31

7
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kantor BRPBA3 Maros ................................................................. 4


Gambar 2. Struktural dan fungsional............................................................... 8
Gambar 3. Tingkat pendidikan ........................................................................ 9
Gambar 4. Fungsional peneliti ........................................................................ 9
Gambar 5 Struktur organisasi BPPBAP Maros ............................................... 13
Gambar 6 Denah lokasi BPPBAP Maros ........................................................ 18
Gambar 7 Udang Vannamei dan Morfologinya ................................... . 26

8
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keterbatasan lahan yang sempit dan sumber air yang terbatas
menjadi permasalahan dalam peningkatan produksi perikanan budi daya
air tawar. Selain itu, permasalahan lain dalam budidaya perikanan adalah
limbah sisa buangan yang dapat mencemari lingkungan perairan seperti
ammonia dan fosfor hasil dekomposisi pakan terbuang (Garno 2002,
Susila 2015). Menurut Fujaya (2004), tidak semua pakan yang diberikan
dimakan oleh ikan dan digunakan untuk pertumbuhan, namun 15-30 %
terbuang ke perairan. Selain itu pakan yang dimakan sebagian akan
dikeluarkan dalam bentuk feses (Huisman 1976, Utomo et al. 2005).
Pakan terbuang dan feses ikan merupakan salah satu sumber pencemar
perairan pada kawasan budi daya perikanan.
Berdasarkan permasalahan tersebut harus ada inovasi teknologi
budi daya ikan yang ramah lingkungan, hemat air, dan dapat
meningkatkan produksi. Salah satu inovasi adalah mengintegrasikan budi
daya perikanan dengan tanaman melalui sistem akuaponik (Diver 2006).
Akuaponik merupakan salah satu teknologi budi daya yang
mengombinasikan pemeliharaan ikan dengan tanaman (Nelson 2008).
Sistem ini dapat menghemat penggunaan air dalam budi daya ikan sampai
97% (ECOLIFE 2011). Akuaponik (pemeliharaan ikan dengan tanaman)
lebih ramah lingkungan, karena pada sistem ini bakteri akan menurunkan
konsentrasi ammonia, nitrit, dan nitrat (Djokosetiyanto et al. 2006). Pada
tanaman, nitrat berfungsi sebagai nutrisi. Air yang kaya nutrisi dari wadah
pemeliharaan disalurkan kepada tanaman, kemudian dimanfaatkan
sebagai hara. Pemanfaatan ammonia oleh tanaman sebagai media filter
biologis akan mengurangi konsentrasi racun pada media budi daya ikan

9
(Crab et al. 2007). Teknologi akuaponik terbukti berhasil memproduksi ikan
secara optimal dan diperlukan untuk mengantisipasi penurunan produksi
akuakultur akibat penyusutan lahan budi daya dan penurunan kualitas
perairan. Inovasi teknologi tersebut diharapkan mampu mengurangi limbah
dan meningkatkan produktifitas per satuan luas lahan budi daya.
Hampir semua jenis tanaman air dan beberapa tanaman darat
dapat digunakan dalam sistem akuaponik diantaranya adalah kangkung air
(Ipomoea aquatica Forsk), kangkung darat (Ipomoea reptans Poir), dan
selada (Lactuca sativa). Tanaman ini sebagai alternatif biofilter dapat
menyerap nitrogen dalam bentuk amonium (NH4+) dan nitrat (NO3 -)
sehingga nitrogen di air akan berkurang (Rakocy et al. 2006). Kualitas air
merupakan faktor penting dalam budi daya perikanan dan akuaponik
menjadi salah satu solusi dalam pemeliharaan kualitas air media budi
daya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Endut et al. (2009) bahwa
keuntungan sistem akuaponik dibandingkan dengan sistem lain yaitu
adanya biofilter oleh tumbuhan, sehingga akan menjaga kualitas air pada
media budi daya ikan. Yosmaniar (2010) menyatakan bahwa beban limbah
budi daya ikan sangat bervariasi konsentrasi limbahnya, disebabkan oleh
perbedaan spesies, karakteristik pakan (kandungan nutrisi, kualitas bahan
baku, teknologi pakan), dan respons biologis ikan (pertumbuhan dan
sintasan).
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktek kerja lapang ini adalah sebagai berikut :
Adapun tujuan dari praktek kerja lapang ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program S1
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Sekolah Tinggi Ilmu
Pertanian Muhammadiyah Sinjai.
2. Untuk memahami kondisi suatu kantor/instansi yaitu memperoleh
pengalaman kerja serta ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan tugas

10
dan fungsi di BRPBAP3 Maros khususnya pada Kolam Percobaan
Skala Laboratorium (Aquaponik)
3. Untuk menentukan pertumbuhan kangkung air yang dibudidayakan
bersama udang vaname pada aquaponik salinitas rendah.
C. Manfaat
Manfaat praktik industri adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis, program praktik industri dapat dijadikan sebagai
pengalaman, mendapatkan ilmu baru untukmeningkatkan kualitas
belajar, mendapat keterampilan dan wawasan yang luas untuk
mempersiapkan masa yang akan datang, serta dapat mengetahui
pertumbuhan kangkung air yang dibudidayakan bersama udang
vaname pada aquaponik salinitas rendah.
2. Bagi pembaca, dapat menambah pengetahuan atau wawasan yang
dapat dijadikan sebagai acuan dalam penulisan yang sama.
3. Bagi Masyarakat, dapat mengetahui peran penting kualitas air dalam
melakukan budidaya perikanan terutama pada aquaponik salinitas
rendah.

11
BAB II

GAMBARAN UMUM BRPBAP3


A. Sejarah Berdirinya Kantor Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau
Dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAP3) Maros

Gambar 1. Kantor BPPBAP Maros

Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan


Perikanan, yang selanjutnya disingkat BRPBAP3, merupakan Unit
Pelaksana Teknis Kementerian Kelautan dan Perikanan di bidang riset
perikanan budidaya air payau dan penyuluhan perikanan, yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada kepala badan yang
menanganiriset kelautan dan perikanan serta pengembangan sumber
daya manusia kelautan dan perikanan.

Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan


Perikanan (BRPBAP3) berlokasi di Kabupaten Maros (±30 km ke sebelah
utara kota Makassar, Sulawesi Selatan) yang telah beberapa kali berganti
nama, yaitu:

12
a. Pada tahun 1969, berdasarkan SK Menteri No. 536/kpts/um/12/1969
diberi nama cabang Lembaga Penelitian Perikanan Darat (Cabang
LPPD) berlokasi di Ujung Pandang.
b. Pada tahun 1980, berdasarkan SK Menteri No. 536/kpts/12/1980
diubah menjadi Sub Balai Penelitian Perikanan Darat (Sub PPD)
Maros di bawah BALITKANDITA Bogor.
c. Pada tahun 1984, dari Sub BPPD diganti menjadi BALITDITA (Balai
Penelitian Perikanan Budidaya Pantai) Maros dipimpin oleh Alie
Poernomo, M.Sc (1984-1986).
d. Pada tahun 1990, nama BALITDITA diganti menjadi BALITKANDITA
(Balai Penelitian Perikanan Budidaya Pantai) yang dipimpin oleh Dr.
Fuad Cholik (1986-1991), kemudian selanjutnya digantikan oleh Dr.
Achmad Sudrajad (1991-1995).
e. Pada tahun 1995, berdasarkan SK Menteri
No.796/kpts/07/210/12/1994 nama Sub BALITKANDITA diganti
menjadi Balai Penelitian Perikanan Pantai (BALITKANTA) yang
dipimpin oleh Prof. Dr.Ir. Taufik Ahmad, M.S (1995-2001).
f. Pada tahun 2002, SK Menteri Kelautan dan Perikanan No.KEP
51/MEN/2002, nama BALITKANTA diganti menjadi Balai Riset
Perikanan Budidaya Air Payau (BRPBAP) yang dipimpin oleh Ir.
Muharijadi Atmomarsono, M.Sc (2001-2005) dan kemudian
selanjutnya digantikan oleh Dr. Ir. Rachman Syah, MS (2005-2012)
g. Pada tahun 2011, berdasarkan SK Kementerian Kelautan dan
Perikanan No.32/men/2011 tanggal 12 Oktober 2011 Balai Riset
Perikanan Budidaya Air Payau (BPPBAP) berubah menjadi Balai
Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau (BPPBAP) yang
dipimpin oleh Dr. Ir. Andi Parenrengi, MS (2012-2016) yang kemudian
digantikan oleh Prof. Dr. Ir. Andi Akhmad Mustafa, MP (2016-
sekarang).

13
h. Pada tahun 2017, berdasarkan peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Republik Indonesia Nomor29/PERMEN-KP/2017 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau
dan Penyuluhan Perikanan, Balai Penelitian Dan Pengembangan
Budidaya Air Payau (BPPBAP) berubah menjadi Balai Riset Perikanan
Budidaya Air Payau Dan Peyuluhan Perikanan (BRPBAP3) Maros
yang dipimpin oleh Prof. Dr. Ir. Andi Akhmad Mustafa, MP (2016-
sekarang).
B. Tujuan
Tujuan merupakan peniabaran atau implementasi dari pernyataan
misi yang dipakai atau dihasilkan dalam langkah waktu 1-5 tahun. Dengan
diformulasikannya tujuan ini maka Balai Riset Perikanan Budidaya Air
Payau Dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAP3) Maros, dapat mengetahui
apa yang mempertimbangkan sumber daya dan kemampuan yang
dimiliki.
Tujuan dirumuskan tersebut berfungsi untuk mengukur sejauh
mana visi dan misi Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Dan
Penyuluhan Perikanan(BRPBAP3) yang telah menguatkan tujuan
berdasarkan visi dan misi organisasi BPPBAP Maros telah menetapkan
tujuan tersebut :
1. Mendapatkan data dan informasi tentang kelayakan lahan dan
komoditas perikanan budidaya air payau.
2. Mendapatkan teknologi budidaya air payau yang bertanggung jawab
dan berorientasi pada masyarakat dan industri perikanan.
3. Meningkatkan sumber daya riset, pelayanan jasa riset dan industri
perikanan.

14
C. Visi dan Misi BRPBAP3
Adapun visi dan misi organisasi BRPBAP3 yaitu sebagai berikut :
1. Visi
Profesional, Terpercaya, dan Terdepan dalam Penyediaan Data,
Informasi dan Teknologi Perikanan Budidaya Air Payau.
2. Misi
a. Mengembangkan teknologi perikanan budidaya air payau unggulan
yang diakui dan bermanfaat bagi pengguna.
b. Meningkatkan sumberdaya litbang, pelayanan jasa litbang, dan
mengembangkan kerja sama litbang perikanan budidaya air payau.
D. Tugas & Fungsi BRPBAP3 (PerMen KP Per.27/MEN/2017)
Tugas dan fungsi Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air
Payau (BPPBAP) adalah sebagai berikut:
1. Tugas
Tugas Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air
Payau (BPPBAP) yaknimelaksanakan kegiatan riset perikanan
budidaya air payau.
2. Fungsi
1. Penyusunan rencana program dan anggaran, pemantauan,
evaluasi, dan laporan;
2. Pelaksanaan riset perikanan budidaya air payau di bidang biologi,
reproduksi, genetika, bioteknologi, patologi, toksikologi, ekologi,
nutrisi dan teknologi pakan, pemetaan dan lingkungan, plasma
nutfah, serta analisis komoditi;
3. Pengembangan teknologi penelitian perikanan budidaya air payau;
4. Penyusunan materi, metodologi, pelaksanaan penyuluhan
perikanan, serta pengembangan dan fasilitasi kelembagaan dan
forum masyarakat bagi pelaku utama dan pelaku usaha;

15
5. Penyusunan kebutuhan peningkatan kapasitas penyuluh Pegawai
Negeri Sipil (PNS), swadaya, dan swasta;
6. Pengelolaan prasarana sarana riset perikanan budidaya air payau
dan penyuluhan perikanan; dan
7. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
E. Letak Geografis
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Dan Penyuluhan Perikanan
Bertempat di Jalan Makmur Daeng Sitakka Kelurahan Raya Kecamatan
Turikale Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan dan terletak pada
119o 35’ 21” BT dan 05o 06’ 15” LS.

F. Sumber Daya Manusia

Struktural dan Fungsional


Litkayasa
26 (20%) Administrasi
46 (36%)

Peneliti
53 (41%) Pustakawan
2 (2%)

Arsiparis
1 (1%)

Gambar 2. Struktural dan fungsional

16
Gambar 3. Tingkat pendidikan

Gambar 4. Fungsional peneliti


G. Sarana dan Prasarana
1. Laboratorium
Laboratorium–laboratorium yang terdapat pada Balai Riset
Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAP3)
Maros yaitu :
a. Laboratorium Tanah
Labortorium ini merupakan laboratorium yang dapat
menganalisis berupa kualitas tanah dan sendimen, dimana contoh

17
atau sample yang diambil di lapangan dapat dianalisis untuk
mendapat data-data yang diperlukan untuk mengetahui perubahan-
perubahan kualitas tanah dan sedimen untuk budidaya dan sumber
daya perikanan pesisir.
b. Laboratorium Biologi
Laboratorium ini digunakan untuk menganalisa yang
berhubungan dengan biologi seperti Plankton, dan makro/mikro
bentos.
c. Laboratorium Nutrisi
Laboratorium ini berfungsi sebagai tempat menganalisa
kandungan/zat yang terkandung di suatu bahan/sample seperti
bahan pakan, ikan, udang, kepiting dll. Yang telah terakreditasi di
laboratorium ini adalah analisa proksimat yang meliputi analisa
kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, dan kadar serat
kasar.
d. Laboratorium Bioteknologi
Laboratorium ini merupakan laboratorium yang menganalisis
hal-hal yang berhubungan dengan bioteknologi.
e. Laboratorium Patologi
Laboratorium ini berfungsi untuk menganalisis yang
berhubungan dengan penyakit ikan yang dibudidayakan.
f. Laboratorium Air
Laboratorium air merupakan laboratorium yang dapat
menganalisis peubah-peubah kualitas air dimana sampel-sampel
peneliti yang diambil dari lapangan kemudian dianalisis didalam
laboratorium kualitas air.
Adapun kelengkapan program kerja laboratorium kualitas air
yaitu :
1) Kelengkapan dokumen/administrasi

18
Sebelum dilaksanakan analisis sampel di Laboratorium,
semua sampel akan dimasukkan terlebih dahulu ke ruangan
penerimaan sampel untuk mengumpulkan data yang masuk
seperti mencatat tanggal, no. sampel, jenis sampel, jumlah
sampel, kode sampel dan parameter yang akan diukur. Setelah
itu data tersebut dicatat pada buku Kaji Ulang Permintaan
Pengujian (KUPP) kemudian sampel siap dianalisis di
laboratorium kualitas air.
2) Parameter yang dianalisis dan terakreditasi
Laboratorium kualitas air dengan parameter yang telah
terakreditasi oleh KAN salah satunya yaitu nitrit (NO 2), amonia
(NH3–N), Fosfat (PO4-P) dan total suspended solid (TSS).
Selain itu di laboratorium ini juga, dilakukan analisis Bahan
Organik Total (BOT), nitrat (NO3), clorofil, alkali, salinitas, pH,
dan DO.
3) Evaluasi program kerja
Evaluasi oleh auditorium ini dilaksanakan untuk
mengetahui sampai dimana pelaksanaan yang dilakukan di
dalam proses organisasi dalam mencapai hasil yang sesuai
dengan program yang telah ditetapkan dalam rangka
pencapaian tujuan akhir. Dengan kata lain para peneliti dan
analis selanjutnya dapat mengusahakan bagaimana cara
memperbaiki dan mempertahankan parameter yang telah
terakreditasi oleh komite akreditasi nasional (KAN) khususnya
di laboratorium kualitas air.

19
g. Laboratorium Pemetaan
Laboratorium ini berfungsi untuk menentukan potensi lahan,
menentukan luas tambak yang disesuaikan dengan lahan, serta
daya dukung lahan yang akan digunakan untuk budidaya.
2. Instalasi
Instalasi yang dimiliki oleh Balai Riset Budidaya Air Payau
Dan Penyuluhan Perikanan adalah:
1. Instalasi pembenihan udang windu dan kepiting bakau di
Kabupaten Barru
2. Instalasi tambak percobaan teknologi tradisional di Maranak
Kabupaten Maros
3. Instalasi tambak percobaan teknologi intensif-super intensif
terintegrasi di kabupaten Takalar.
H. Struktur Organisasi Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan
Penyuluhan Perikanan (BRPBAP3) Maros 2019

Gambar 5 Struktur organisasi BPPBAP Maros

20
I. Uraian Tugas dan Fungsi Seksi

Tugas dan tanggung jawab setiap unit pada instansi BPPBAP Maros
adalah sebagai berikut:

1. Kepala Balai
Kepala BPPBAP mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan
pengembangan perikanan budidaya air payau, dalam melaksanakan
tugas sebagaimana dimaksudBPPBAP menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan rencana program dan anggaran, pemantauan dan
evaluasi serta laporan.
b. Pelaksanaan penelitian perikanan budidaya air payau di bidang
biologi, reproduksi, genetika, bioteknologi, patologi, toksikologi,
ekologi, nutrisi dan teknologi pakan, pemetaan dan lingkungan,
plasma nutfah serta analisis komoditi.
c. Pengembangan teknologi penelitian perikanan budidaya air payau.
d. Pelayanan teknis, jasa, informasi, komunikasi, serta kerja sama
penelitian dan pengembangan perikanan budidaya air payau.
e. Pengelolaan prasarana dan sarana penelitian, pengembangan, dan
pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
2. Sub Bagian Tata Usaha
Sub bagian tata usaha sebagaimana dimaksud mempunyai tugas
melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga.Dalam melaksanakan
tugas subbagian tata usaha menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan urusan kepegawaian, administrasi jabatan fungsional,
dan tatalaksana.
b. Pelaksanaan urusan keuangan, persuratan, kearsipan, serta rumah
tangga danperlengkapan.

21
Subbagian tata usaha Balai Penelitian dan Pengembangan
Budidaya Air Payau (BPPBAP)terdiri atas:

a. Urusan Kepegawaian, mempunyai tugas melakukan urusan


kepegawaian, administrasi jabatan fungsional, dan tata laksana.
b. Urusan Keuangan dan Umum, mempunyai tugas melakukan urusan
keuangan, persuratan, kearsipan, serta rumah tangga dan
perlengkapan
3. Seksi Tata Operasional
Seksi tata operasional sebagaimana dimaksud, mempunyai tugas
melakukan penyusunan rencana program dan anggaran, pemantauan
dan evaluasi, serta laporan.Dalam melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud seksi tata operasional menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan rencana program dan anggaran.
b. Pemantauan dan evaluasi serta penyusunan laporan.

Seksi program Balai Penelitian dan Pengembangan BudidayaAir


Payau (BPPBAP)terdiri atas:

a. Sub Seksi Program mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan


penyusunan rencana program dan anggaran.
b. Sub Seksi Monitoring dan Evaluasi mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan pemantauan dan evaluasi serta penyusunan
laporan.
4. Seksi Pelayanan Teknis dan Sarana
Seksi pelayanan teknis dan sarana mempunyai tugas melakukan
pelayanan teknis, jasa, informasi, komunikasi, kerja sama penelitian dan
pengembangan perikanan budidaya air payau, serta pengelolaan
prasarana dan sarana penelitian dan pengembangan. Dalam
melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, seksi pelayanan teknis dan
sarana menyelenggarakan fungsi:

22
a. Penyiapan bahan pelayanan teknis, jasa, informasi, komunikasi,
diseminasi, publikasi, dan kerja sama penelitian dan pengembangan
perikanan budidaya air payau.
b. Pengelolaan prasarana dan sarana penelitian dan pengembangan
perikanan budidaya air payau.

Seksi pelayanan teknis dan saranaBalai Penelitian dan


Pengembangan Budidaya Air Payau (BPPBAP) terdiri atas:

a. Subseksi Pelayanan Teknis, mempunyai tugas melakukan penyiapan


bahan pelayanan teknis, jasa, informasi, komunikasi, diseminasi,
publikasi, kerja sama penelitian dan pengembangan perikanan
budidaya air payau, serta pengelolaan perpustakaan.
b. Subseksi Prasarana dan Sarana mempunyai tugas melakukan
pengelolaan prasarana dan sarana penelitian dan pengembangan
perikanan budidaya air payau.
5. Kelompok Peneliti dan Jabatan Fungsional Lainnya
Kelompok jabatan di lingkungan Balai Penelitian dan
Pengembangan Budidaya Air Payau (BPPBAP) mempunyai tugas
melaksanakan:
a. Penelitian perikanan budidaya air payau di bidang biologi, reproduksi,
genetika, bioteknologi, patologi,toksikologi, ekologi, nutrisi dan
teknologi pakan, pemetaan dan lingkungan, plasma nutfah serta
analisis komoditi.
b. Pengembangan teknologi penelitian perikanan budidaya air payau.
c. Kegiatan lainnya yang sesuai dengan keahlian dan kebutuhan serta
tugas masing-masing jabatan fungsional berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
d. Kelompok jabatan fungsional terdiri atas peneliti, perekayasa, teknisi
litkayasa, arsiparis, pranata komputer, statistisi, pustakawan, dan

23
jabatan fungsional lainnya yang diatur berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
e. Masing-masing kelompok jabatan fungsional dikoordinasikan oleh
seorang pejabat fungsional yang ditetapkan.
f. Jumlah pejabat fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan
beban kerja.
g. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai dengan peraturan
perundang-undangan

24
J. Layout

16 17 18

12
2 15

11 19 20
10

13 14
20
9
21
8
13
5 6
7 4
3

2 1

Gambar 6 Denah lokasi BPPBAP Maros


Keterangan:
1 = Pos Satpam 12 = Kolam Percobaan Skala
2 = Kolam Ikan Laboratorium
3 = Patung Ikan 13 = Lapangan Olahraga
4 = Ruangan Kepala Balai 14 = Ruang Tata Usaha
5 = Perpustakaan 15 = Aula
6 = Ruang Administrasi 16 = Tempat Penerimaan
7 = Mess Sampel
8 = Mushollah 17 = Laboratorium Tanah
9 = Laboratorium Patologi 18 = Laboratorium Basah
10 = Labotatorium Bioteknologi 19 = Bengkel
11 = Laboratorium Pakan dan 20 = Tempat Parkir
Nutrisi 21 = Laboratorium KualitasAir

25
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Aquaponik
Akuaponik adalah suatu kombinasi sistem akuakultur dan budidaya
tanaman hidroponik. Pada sistem ini, ikan atau udang dan tanaman
tumbuh dalam satu sistem yang terintegrasi, dan menciptakan suatu
simbiotik antara keduanya (Rakocy et al., 2006). Prinsip dari akuaponik
yaitu memanfaatkan secara terus menerus air dari pemeliharaan ikan
atau udang ke tanaman dan sebaliknya dari tanaman ke kolam ikan
atau udang. Inti dasar dari sistem teknologi ini adalah penyediaan air
yang optimum untuk masing-masing komoditas dengan memanfaatkan
sistem resirkulasi (Akbar, 2003). Sistem teknologi akuaponik ini muncul
sebagai jawaban atas adanya permasalahan semakin sulitnya
mendapatkan sumber air yang sesuai untuk budidaya ikan atau udang,
khususnya di lahan yang sempit, akuaponik yang merupakan salah
satu teknologi hemat lahan dan air yang dapat dikombinasikan dengan
berbagai tanaman sayuran (Widyastuti, 2008).
Sistem akuaponik digunakan sejak tahun 1990-an, merupakan
teknik budidaya yang relatif baru dan unik dalam industri perikanan.
Sistem ini menggunakan teknik akuakultur dengan kepadatan tinggi di
dalam ruang tertutup, serta kondisi lingkungan yang terkontrol sehingga
mampu meningkatkan produksi ikan atau udang pada lahan dan air
yang terbatas, meningkatkan produksi ikan sepanjang tahun,
fleksibilitas lokasi produksi, pengontrolan penyakit dan tidak tergantung
pada musim (Tetzlaff and Heidinger, 1990). Penggunaan sistem
akuaponik pada akuakultur, dapat memberikan keuntungan yaitu
memelihara lingkungan kultur yang baik pada saat pemberian pakan
untuk pertumbuhan ikan secara optimal. Kelebihan sistem akuaponik
dalam mengendalikan, memelihara dan mempertahankan kualitas air
menandakan bahwa sistem akuaponik memiliki hubungan yang erat
dengan proses perbaikan kualitas air dalam pengolahan air limbah,
terutama dari aspek biologisnya (Akbar, 2003). Disamping itu teknologi
akuaponik juga mempunyai keuntungan lainnya berupa pemasukan
tambahan dari hasil tanaman yang akan memperbesar keuntungan
para pembudidaya ikan.
Akuaponik dapat didefinisikan sebagai teknik pertanian untuk
menghasilkan pangan yang berkelanjutan melalui hubungan simbiosis
antara ikan dan budidaya tanaman dalam air (Diver, 2006). Hal ini
menggabungkan dua aspek pertanian terpisah yaitu, akuakultur dan
hidroponik ke dalam sistem tunggal.
Dalam sistem akuaponik, ikan memberikan nutrisi dalam bentuk
limbah atau kotoran. Limbah budidaya tersebut mengandung karbon
dan nutrisi lainnya yang dibutuhkan oleh tumbuhan dalam
pertumbuhannya. Tanaman memanfaatkan karbon untuk melakukan
proses fotosintesis. Pemilihan komoditas memegang peranan penting
dalam merencanakan dan mendapatkan hasil sesuai dengan apa yang
diinginkan. Menurut Pramono (2009) jenis ikan air tawar yang dapat
dibudidayakan pada sistem akuaponik antara lain ikan nila atau ikan
tilapia, ikan mas, ikan koi, ikan lele, dan udang galah. Namun, pada
penelitian ini mengguakan udang Vanamei. Sistem akuaponik dalam
prosesnya secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut, air yang
berasal dari wadah pemeliharaan ikan dialirkan dengan menggunakan
pompa air ke tempat wadah pemeliharaan tanaman yang berfungsi
sebagai filter biologis, dimana tanaman akan menyerap karbon untuk
kemudian dimanfaatkan dalam proses fotosintesis sehingga mampu
mensuplai oksigen dan menjaga kualitas air untuk pertumbahan ikan
yang dibudidayakan. Dengan memanfaatkan sistem akuaponik,
diharapkan dapat mereduksi konsentrasi TOC dalam kolam budidaya
melalui tanaman yang digunakan. Jenis tanaman yang sudah dicoba
dan berhasil cukup baik adalah kangkung, tomat, sawi dan fetchin atau
pokchai (Widyastuti, 2008). Karena media tanaman tidak menggunakan
tanah maka agar tanaman dapat tumbuh baik perlu disemaikan dahulu
sampai bibit berumur 1 bulan untuk kemudian tanaman kangkung siap
dipindahkan pada sistem akuaponik (Anonim, 1996).
Fokus dalam akuakultur adalah memaksimalkan pertumbuhan ikan
di dalam kolam pemeliharaan. Ikan biasanya ditebar pada kolam
dengan kepadatan yang tinggi. Tingkat penebaran ikan yang tinggi
menyebabkan kebutuhan akan oksigen menjadi meningkat dan terjadi
penurunan kualitas air budidaya akibat fases dan pakan yang tidak
termakan. Akuaponik menyatukan simbiosis antara tanaman dan ikan,
dimana tanaman memanfaatkan kotoran ikan yang berisi hampir semua
nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan proses fotosintesis,
sehingga mampu memberikan suplai oksigen dan menjaga kualitas air
untuk pertumbuhan ikan yang dibudidayakan (Ahmad dkk., 2007).
B. Klasifikasi dan Identifikasi Kangkung Air (Ipomea aquatica Forsk)
Kangkung air (Ipomoea aquatica Forsk) merupakan tanaman air
yang banyak ditemukan di beberapa wilayah Asia Tenggara, India dan
Cina bagian Tenggara. Tanaman ini tumbuh dengan cara merambat
dan dapat mengapung di atas air (Wang et al., 2008). Klasifikasi
kangkung air (Ipomoea aquatica Forsk) menurut (Suratman et al., 2000)
adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Tubiflorae
Famili : Convolvulaceae
Genus : Ipomoea
Spesies : Ipomoea aquatica Forsk.

Tanaman Kangkung mempunyai daun licin dan berbentuk mata


panah, sepanjang 5–6 inci. Tumbuhan ini memiliki batang yang
menjalar dengan daun berselang dan batang yang menegak pada
pangkal daun. Tumbuhan ini berwarna hijau pucat dan menghasilkan
bunga berwarna putih, yang menghasilkan kantong, mengandung
empat biji benih (Nisma dan Arman 2008).
Akar tumbuhan kangkung (Ipomoea aquatica Forsk) tumbuh
menjalar dengan percabangan yang cukup banyak. Pada bagian
batang berbentuk menjalar di atas permukaan tanah basah atau
terapung, kadang-kadang membelit. Tangkai daun melekat pada buku-
buku batang, bentuk daunnya seperti jantung, segitiga, memanjang,
bentuk garis atau lanset, rata atau bergigi, dengan pangkal yang
terpancung atau bentuk panah sampai bentuk lanset (Prasetyawati
2007). Prasetyawati (2007) menjelaskan bahwa tanaman kangkung air
memiliki karangan bunga di ketiak, bentuk payung atau mirip terompet,
berbunga sedikit. Terdapat daun pelindung tetapi kecil, daun kelopak
bulat telur memanjang tetapi tumpul. Tonjolan dasar bunga bentuk
cincin, tangkai putik berbentuk benang, kepala putik berbentuk bola
rangkap. Bentuk buahnya bulat telur yang di dalamnya berisi 3-4 butir
biji. Bentuk biji bersegi-segi agak bulat dan berwarna cokelat atau
kehitamhitaman. Habitat tumbuh tanaman kangkung air di tempat yang
lembab, daerah rawa, parit, sawah, pinggir-pinggir jalan yang
tergenang. Menurut Steenis (2005) Tumbuhan Kangkung air (Ipomoea
aquatica Forsk) dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun. Tanaman
kangkung air termasuk semak, daur hidupnya kadangkadang berumur
satu tahun atau menahun (Prasetyawati 2007). Tumbuhan kangkung air
(Ipomoea aquatica Forsk) merupakan tumbuhan yang hidup di air dan
biasanya disebut dengan hydrophyta. Sistem perakarannya di tanah
meskipun tempat tumbuhnya adalah di perairan (Lukito 2001).
Akar merupakan organ tanaman yang berfungsi untuk
memperkuat berdirinya tubuh tumbuhan, menyerap air dan unsur hara
tumbuhan dari dalam tanah, mengangkut air dan unsur hara ke bagian
tumbuhan yang memerlukan, dan tempat penimbunan zat makanan
cadangan. Anatomi akar primer yang dipotong membujur tersusun dari
tudung akar, epidermis akar, korteks, endodermis, dan stele (Nugroho
dan Sutrisno 2008). Tanaman kangkung dapat tumbuh pada kondisi
dengan sumber nitrogen sangat terbatas (Djukri 2005).
C. Peran Tanaman Dalam Menyerap Karbon
CO2 diperairan dihasilkan dari respirasi organisme budidaya (ikan)
maupun difusi dari udara. Gas CO2 adalah bahan baku bagi
fotosintesis dan laju fotosintesis dipengaruhi oleh kadar CO2 yang
tersedia (Ardiansyah 2009). Kenaikan CO2 memiliki pengaruh positif
terhadap penggunaan air oleh tanaman (Wolfe, 2007). Tanaman
mampu memanfaatkan karbon melalui stomata, stomata memiliki fungsi
sebagai pintu masuknya CO2 dan keluarnya uap air dari daun. Besar
kecilnya pembukaan stomata merupakan regulasi terpenting yang
dilakukan oleh tanaman, dimana tanaman berusaha memasukkan CO2
sebanyak mungkin tetapi dengan mengeluarkan air sedikit mungkin
untuk mencapai efisiensi pertumbuhan yang tinggi (June, 2006).
Tanaman tidak membutuhkan pembukaan stomata maksimum untuk
mencapai kadar CO2 optimum di dalam daun jika kadar CO2 di
atmosfir meningkat, sehingga laju pengeluaran air dikurangi (June,
2006).
Tanaman hijau daun menyerap CO2 selama fotosintesis dan
memakainya sebagai bahan untuk membuat karbohidrat. Fotosintesis
merupakan salah satu mekanisme penting pengambilan CO2 dari
perairan. Tanaman memiliki peran penting dalam mengurangi carbon
karena tanaman mampu memanfaatkan karbon untuk melakukan
proses fotosintesis guna menghasilkan oksigen. Tanaman yang bisa
dimanfaatkan sebaiknya mempunyai nilai ekonomis, misalnya bayam
hijau, bayam merah, kangkung dan selada. Tanaman yang umumnya
digunakan yaitu kangkung, karena harga jual dan permintaan yang
cukup tinggi. Kangkung merupakan tanaman dengan akar yang tidak
terlalu kuat dan dalam pemeliharaanya memerlukan air secara terus-
menerus (Nugroho dan Sutrisno, 2008). Selain itu, kangkung juga
mudah dibudidayakan dengan waktu panen yang cukup singkat.
Kangkung yang ditanam di daerah tercemar akan menyerap zat-zat
beracun yang terdapat di lingkungan sekitarnya (Nazaruddin, 1999).
D. Mekanisme Penyerapan Karbon di Perairan
Penyerapan CO2 oleh perairan terjadi melalui dua mekanisme yaitu
pompa daya larut (solubility pump) dan pompa biologis (biological
pump). Pompa daya larut dibangkitkan oleh pertukaran gas antar
permukaan udara dengan air dan prosesproses fisis yang membawa
CO2 ke dalam air. CO2 atmosferik masuk ke air melalui pertukaran gas
yang bergantung pada kecepatan angin dan perbedaan tekanan parsial
CO2 udara dengan air. Pompa biologis merupakan peran dari
fitoplankton sebagai produsen primer. Fitoplankton mengambil nutrien
dan CO2 melalui proses fotosintesis, laju dimana proses ini terjadi
disebut produktivitas primer kotor. Fotosintesis adalah proses fisiologis
dasar yang penting bagi nutrisi tanaman termasuk fitoplankton. Reaksi
fotosintesis secara sederhana dapat diringkas dalam persamaan umum
sebagai berikut (Wetzel, 1983) :
6CO2 + 6H2O (+energi cahaya) → C6H12O6 + 6O2
Berdasarkan persamaan reaksi tersebut dapat disimpulkan bahwa
jumlah CO2 yang dipakai oleh fitoplankton untuk fotosintesis adalah
sebanding dengan jumlah materi organik C6H12O6 yang dihasilkan.
Secara teoritis untuk mengukur laju produksi senyawa-senyawa organik
dapat diukur dengan cara mengetahui laju hilangnya atau munculnya
beberapa komponen yang ada dalam reaksi tersebut. Laju fotosintesis
dapat diukur dengan laju hilangnya CO2 atau munculnya O2.
Pengukuran dalam prakteknya yang digunakan hanya dua komponen
yaitu CO2 dan O2 (Nybakken, 1992). Pertukaran karbon menjadi
penting dalam mengontrol pH di perairan. Pada saat CO2 memasuki
perairan, asam karbonat terbentuk:
CO2 + H2O ⇌ H2CO3
Reaksi ini memiliki sifat dua arah, mencapai sebuah
kesetimbangan kimia. Reaksi lainnya yang penting dalam mengontrol
nilai pH perairan adalah pelepasan ion hidrogen dan bikarbonat. Reaksi
ini mengontrol perubahan yang besar pada pH:
H2CO3⇌ H+ + HCO3-
Karbon dioksida (CO2) pada konsentrasi yang tinggi (>100mg/l)
dapat bersifat racun, karena keberadaannya dalam darah dapat
menghambat pengikatan oksigen oleh hemoglobin, sehingga ikan dapat
kehilangan keseimbangan, dan bahkan berakibat kematian.
E. Klasifikasi dan morfologi udang vanamei (Litopenaeus vanamei)
1. Klasifikasi udang vaname menurut Effendie (1997),adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Metazoa
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Subkelas : Eumalacotraca
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Subordo : Denrobrachiata
Famili : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
Spesis : Litopenaeus vanamei
2. Morfologi udan vanamei
Halima dan Adijaya (2005) menjelaska bahwa udang
vanamei memiliki tubuh berbuku-buku dan aktifitas menganti kulit
luar (eksoskleton) secara priodik (moulting) setiap kali tubuhnya
akan membesar, setelah itu kulitnya mengeras kembali. Udang
vanamei memiliki tubuh yang berwarna putih, oleh karna itu sering
disebut udang putih. Bagian tubuh udang vaname sudah
mengalami modifikasi sehingga
Gambar 7. Udang vannamei dan morfologinya (Akbaidar, 2013)
F. Biologi dan Habitat Udang Vannamei
Udang putih vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan salah
satu jenis udang yang memiliki pertumbuhan cepat dan nafsu makan
tinggi, namun ukuran yang dicapai pada saat dewasa lebih kecil
dibandingkan udang windu (Penaeus monodon). Habitat aslinya adalah
di perairan samudera pasifik, tetapi spesies ini dapat dibudidayakan
dengan baik di Indonesia (Sukadi, 2004).

D. Pengolahan kualitas air

1. Aplikasi Probiotik

Probiotik berasal dari kata pro berarti mendukung dan biotik


berarti lingkungan hidup. Jadi, probiotik adalah mikroorganisme
hidup yang sengaja diberikan dengan harapan memberikan efek
yang menguntungkan bagi kesehatan inang (FAO/WHO.
2001dalam Poernomo, 2004).

Probiotik adalah suplementasi (penambahan) sel mikroba atau


komponen sel mikroba pada pakan atau lingkungan hidupnya, yang
menguntungkan inangnya. Pada akuakultur, probiotik dapat berasal
dari bakteri, yeast, mikroalgae serta bakteriofag.Jenis – jenis yang
biasa diberikan untuk merangsang pertumbuhan plankton antara
lain : kombinasi Bacillus subtilis, Bacillus polymyxa, Bacillus
megaterium 2. Menurut Suprapto (2005), pemberian probiotik
dalam tambak udang intensif, dapat dilakukan dengan dua cara,
pertama melalui lingkungan (air media dan dasar tambak) yang
akan bekerja melalui mekanisme bioremediasi dan bioinhibitor.
Kedua melalui oral (dicampur dengan pakan) yang akan bekerja
dalam meningkatkan kekebalan tubuh, memperbaiki pencernaan,
menyeimbangkan mikroflora dalam usus dan sebagai protein sel
tunggal.
BAB IV

METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat


Praktik kerja lapang dilaksanakan selama 2 bulan mulai pada
tanggal 11 juli 2019 sampai dengan tanggal 11 september 2019.
Bertempat di Kolam Percobaan Skala Laboratorium, Balai Riset
Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan ( BRPBAP3
) Maros, di Jalan Makmur Daeng Sitakka Kelurahan Raya Kacamatan
Turikale Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan.
B. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan sebagai berikut:

a. Akuarium sebanyak 12 buah sebagai media pemeliharaan.

b. DO-meter untuk mengatur kadar oksigen terlarut

c. Styrofoam sebanyak 6 buah sebagai media pemeliharaan

kangkung.

d. Blower sebanyak 1 buah dan selang aerasi untuk memasok oksigen

pada setiap akuarium.

e. Timbangan digital untuk mengukur bobot udang, kangkung dan

pakan udang.

f. Aqua gelas sebagai media tumbuh kangkung.

g. Selang aerasi, pipa PVC sebagai saluran inlet dan outlet air.

h. Ember plastik sebagai wadah pada saat sampling udang.

2. Bahan yang digunakan sebagai berikut :

a. Udang, yang digunakan adalah benih udang vanamei (Litopenaeus

vanamei)
b. Pakan yang diberikan kepada ikan udang adalah pakan komersil

dengan kandungan protein 40% bernama dagang PF 1000 produksi

c. Benih kangkung, Benih kangkung berupa produk komersi bernama

dagang

d. Pribiotik

C. Prosedur Kegiatan
a. Persiapan Wadah

Wadah yang digunakan adalah akuarium yang berukuran 26

x 16 x 60 cm. Akuarium tersebut dicuci hingga bersih terlebih dahulu

dengan air bersih, kemudian dilakukan pengeringan dibawah sinar

matahari, dan akuarium diisi air bersih dengan ketinggian air 30 cm

pada setiap akuarium. Setiap akuarium diberikan label.

b. Proses Pembuatan Wadah

1. Membuat lubang dibagian bawah gelas dan lubang memanjang

dibagian samping gelas menggunakan solder dengan ukuran

diameter 1,5 cm. Lubang ini memiliki fungsi untuk mempermudah

akar tanaman menjangkau nutrisi

2. Potong sterofoam berukurang sama dengan panjang aquarium

dan buatlah lubang sebesar gelas plastik.

3. Setelah itu potonglah media tanam yang berupa busa dengan

lebar 3 cm lalu masukkan kedalam gelas yang telah dibuat.

4. Masukkan gelas kedalam sterofoam.

c. Proses penanaman kangkung


1. Pastikan bahwa bibit kangkung memiliki kualitas baik dan layak

tanam. Cara memilih bibit yang layak tanam , dengan melakukan

proses perendaman selama 5 menit.

2. Setelah 5 menit perhatikan bibit yang telah direndam,jika bibit

mengapung diatas permukaan air maka benih tersebut merupakan

bibit tidak layak tanam.

3. Membuat lubang tanam pada media tanam yang berupa busa.

4. Sertelah lubang tanam siap, masukkan benih kedalam lubang

sebanyak 5 biji perlubang. setelah itu letakkan ditempat yang

sejuk selama 5 hari setelah itu pindahkan ke aquarium yang telah

disiapkan.

D. Metode Praktek
Metode yang digunakan selama pelaksanaan magang diBalai
Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau (BPPBAP) Maros,
yaitu pengamatan dengan tanya jawab dengan peneliti, petugas,
pembimbing atau pegawai. Metode tersebut digunakan untuk
mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan objek yang diamatidan
berhubungan dengan praktik kerja di lapangan.
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel.1 Data Pertumbuhan Kangkung Air Dalam Sistem Budidaya
Aquaponik Pada Salinitas Rendah

Waktu
Kode
A1 A2 B1 B2 C1 C2 Pemelih
Sampel
araan
BW
(g/200cm 486,7 217,15 368,9 601,53 441 1158,03
2)
Jumlah 1 bulan
135 111 125 140 147 155
Batang
BW Rata-
24,34 12,06 18,45 31,66 0,05 60,95
rata

Tabel.2 Data Kualitas Air Pada Pertumbuhan Udang dan Kangkung


Dalam Sistem Aquaponik

Peubah A1 A2 B1 B2 C1 C2
Suhu 30,3 32,1 30,4 30,4 31,5 30,8
Oksigen
5,97 6,1 6,15 5,66 5,68 5,62
(DO)
Salinitas 4,75 6,26 6,23 4,54 5,42 4,75
pH 8,32 8,37 8,34 8,34 8,29 8,44

B. Pembahasan
Sistem Aquaponik adalah kombinasi antara akuakultur dengan
hidroponik yang menghasilkan simbiosis mutualisme atau saling
menguntungkan. Akuakultur merupakan budidaya ikan atau udang,
sedangkan hidroponik adalah budidaya tanaman tanpa tanah yang
berarti budidaya tanaman yang memanfaatkan air dan tanpa
menggunakan tanah sebagai media tanam. Sistem ini merupakan salah
satu teknologi hemat lahan dan air yang dapat dikombinasikan dengan
berbagai tanaman sayuran.
Sistem aquaponik ini sendiri dalam prosesnya menggunakan air
dari tangki atau kolam udang, kemudian disirkulasikan kembali melalui
suatu pipa yang mana tanaman akan ditumbuhkan. jika dibiarkan dalam
tangki, air justru akan menjadi racun bagi udang-udang didalamnya.
Bakteri nutrifikasi merubah limbah udang sebagai nutrien yang dapat
dimanfaatkan tanaman. Kemudian tanaman ini akan berfungsi sebai
filter vegetasi, yang akan mengurangi zat racun tersebut menjadi zat
yang tidak berbahaya bagi udang.
Dari hasil penelitian pengukuran pertumbuhan kangkung air pada
sistem aquaponik salinitas rendah dapat diperoleh yaitu dilihat dari
tabel diatas bahwa pertumbuhan kangkung yang lebih baik dan subur
pada kode sampel C1 dengan nilai 1158,03 g/cm2 dengan jumlah
batang sebanyak 155 batang, sedangkan pertumbuhan kangkung yang
paling rendah pada kode sampel A2 dengan nilai 217,15 g/cm2 dengan
jumlah batang 111 batang.
Tingginya pertumbuhan kangkung pada kode sampel C1
dipengaruhi oleh banyak sedikitnya pakan yang diberikan kepada
udang. semakin banyak pakan yang diberikan pada udang maka hasil
pertumbuhan kangkung akan makin subur, sebaliknya pada kode
sampel A2 pakan udang yang diberikan sedikit maka pertumbuhan
kangkung akan lambat pertumbuhannya. Karena sisa pakan yang
diberikan pada udang akan menjadi limbah yang mengandung bakteri
yang bisa merubah limbah tersebut menjadi nutrien yang dapat
dimanfaatkan oleh tanaman.
Kualitas Air Kualitas air yang diukur selama pemeliharaan selama
pemeliharaan antara lain suhu antara 27 – 28 0 C, kandungan oksigen
terlarut (DO) antara 5,66 sampai 6,58 dan pH antara 6,85 – 8 serta
salinitas antara 4,33 – 6,49.
Parameter kualitas air pada penelitian ini digunakan untuk
mengetahui pengaruh sistem akuaponik terhadap kualitas air media
pemeliharaan udang vanamei dibandingkan dengan sistem tanpa
resirkulasi (non akuaponik). Prinsip sistem resirkulasi adalah
penggunaan kembali air yang telah dikeluarkan dari kegiatan budidaya.
Keuntungan sistem resirkulasi, yaitu dapat meminimalisir penggunaan
air, Kisaran suhu dari awal hingga akhir penelitian masih dalam kisaran
yang normal untuk pertumbuhan udang. Suhu pada media
pemeliharaan udang selama praktek berkisar antara 29,1-30,0ºC masih
dalam kisaran yang baik untuk pemeliharaan udang . Hal ini sesuai
dengan penelitian (Boyd, 1989) yang menyatakan suhu optimum untuk
pertumbuhan udang adalah 28-30 ºC. Oksigen terlarut merupakan
faktor terpenting dalam menentukan kehidupan udang.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari kegiatan PKL/ magang yang telah dilakukan di Aquaponik
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Dan Penyuluhan Perikanan
(BRPBAP3) Maros dapat ditarik kesimpulan yaitu selama kegiatan
berlangsung mahasiswa telah memahami kondisi instansi serta Sistem
Aquaponik, mengetahui beberapa metode serta hal-hal yang berkaitan
dengan Sistem aquaponik, berupa Pertumbuhan udang, kangkung, dan
pengukuran kualitas air.
pertumbuhan kangkung dipengaruhi oleh banyak sedikitnya pakan
yang diberikan kepada udang. semakin banyak pakan yang diberikan
pada udang maka hasil pertumbuhan kangkung akan makin subur,
sebaliknya pakan udang yang diberikan sedikit maka pertumbuhan
kangkung akan lambat pertumbuhannya. Karena sisa pakan yang
diberikan pada udang akan menjadi limbah yang mengandung bakteri
yang bisa merubah limbah tersebut menjadi nutrien yang dapat
dimanfaatkan oleh tanaman.

B. Saran
Adapun saran yang penulis sampampaikan yaitu seharusnya
kegiatan Aquaponik lebih terkontrol lagi agar hasil yang ingin di
dapatkan lebih baik lagi baik dari segi pertumbuhan dan kelangsungan
hidup biota yang di pelihara.
DAFTAR PUSTAKA
Rakocy, J.E, R.C. Shultz, D.S. Bailey, E.S. Thoman. 2004. "Aquaponic
production of tilapia and basil: Comparing a batch and staggered
cropping sistem", Acta Hort (ISHS) (648)
Achmad.afrizal.2012. Keuntungan Hidroponik – Manfaat hidroponik http://
carahidroponik. blogspot.com/2019/09/media-tanaman hidroponik-
jenis-dan.html#sthash. 6aidW dSodpuf diakses September 2019
Ashari, S. 2006. Hortikultura : Aspek Budidaya. Universitas Indonesia
Press. Jakarta
Bishop, M., S. Bourke, K. Connolly and T. Trebic. 2009. Baird’s Village
aquaponics project: AGRI 519/CIVE 519 Sustainable Development
Plans. Holetown, Barbados: McGill University
Diver, S. 2006. "Aquaponics-integration of hydroponics with aquaculture",
ATTRA - National Sustainable Agriculture Information Service
(National Center for Appropriate Technology)
Kifli.Z.Mei 2011. Akuaponik, Sistim Resirkulasi Alternatif Dengan Manfaat
Ganda.(online) http //zoel-kifli.blogspot.com/2011/05/akuaponik-
sistim-resirkulasi-alternatif.html diakses Desember 2019
Lestariningsih,A.2012. Meramu Media Tanam Untuk Pembibitan. Cahaya
Atma Pustaka. Yogyakarta hal 1-15
Lovure, N. 2013. Sukses Bertanam Kangkung Dari Nol Sampai Panen.
ARC Media. Jakarta
Nelson, R. L. 2007. 10 sistems around the world. Aquaponics Journal,
46(3), 8.
Pracaya. 2011. Bertanam Sayur Organik. Penebar Swadaya.Depok. hal
64
Pramono, T.B.2009 Akuaponik Solusi Budidaya Ikan Pada Lahan dan Air
Terbatas.http://www.academia.edu/1327576/AKUAPONIK
Universitas Jenderal Soedirman. diakses jDesember 20139
Rogosa, E. 2010. Aquaponics: How does aquaponics work? Retrieved
November.
Crab R, Avnimelech Y, Defoirdt T, Bossier P, Verstraete W. 2007.
Nitrogen removal techniques in aquaculture for a sustainable
production. Aquaculture, 270(1): 1-14.
Sastro, Y. dan Indarti, P. L. 2012. Potensi Budidaya Tanaman Sistem
Akuaponik Dalam Mendukung Pengembangan Pertanian Di
Perkotaan. Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi.
Jakarta.2:1-20-27.

43
LAMPIRAN

44
Lampiran . Dokumentasi kegiatan selama Praktek Kerja Lapangan


Pemberian pakan pada udang Penimbangan pakan udang

Penimbangan probiotik udang Mencatat berat udang

45
Penanaman bibit kangkung Pemantauan pertumbuhan
kangkung

Pengambilan udang yang akan


Penimbangan berat udang ditimbang

Pengambilan sampel air Pengukuran kualitas air

46
Panen kangkung Panen udang

Penimbangan kangkung Pengeringan kangkung

Blender kangkung yang telah Mencuci Aquarium


dikeringkan

47
Pembersihaan kolam udang dan Pemasangan alat ukur kualitas air
ikan

Foto bersama memperingati HUT RI yang ke 74

48
Dokumentasi Alat dan Bahan

Botol sampel Ember

Belender Alat ukur kualitas air

Timbangan udang dan kangkung Timbangan pakan

49
Media Tanam kangkung Aquarium

Blower Pakan udang

Probiotik

50

Anda mungkin juga menyukai