DISUSUN OLEH :
ILHAM MAHFUDIN
H 3115037
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis hanturkan kehadirat Puji syukur penulis haturkan kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis
mampu menyelesaikan laporan magang ini dengan lancar. Laporan tugas akhir ini
merupakan salah satu laporan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
mencapai gelar Ahli Madya Teknologi Hasil Pertanian di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta, dengan judul “Proses Produksi Pengolahan
Teh Hijau PT. Tambi Tanjung Sari Wonosobo, Jawa Tengah”
Penyusunan laporan ini tentunya tidak lepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Keluarga besar tercinta, Bapak Sulasdi, Ibu Sriwinarti, Ketiga Kakak saya,
serta sahabat-sahabat saya yang selalu mendukung dan mendoakan.
2. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. R. Baskara Katri Anandito, S.TP., M.P. selaku Kepala Program Studi D-III
Teknologi Hasil Pertanian.
4. Edhi Nurhartadi S.TP, M.P selaku Koordinator Magang Program Diploma
III Fakultas Pertanian UNS.
5. Siswanti S.TP., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing,
memberikan saran dan motivasi dengan meluangkan banyak waktu.
6. Dr. Setyaningrum Ariviani S.TP., M.Sc Sebagai dosen penguji yang telah
memberikan kritik saran yang membangun.
7. Bapak Muhammad selaku pimpinan UP Tanjungsari sekaligus selaku
pembimbing Magang yang telah membimbing selama kegiatan magang di
PT. Rumpun Sari Medini.
8. Segenap karyawan UP Tanjungsari yang telah memberikan informasi yang
dibutuhkan selama magang di PT. Tambi UP Tanjungsari.
9. Warga desa Sedayu yang ramah menerima dan membantu selama magang
di PT. Tambi UP Tanjungsari
iii
10. Sahabat-sahabat dekat yang memberikan semangat dan dukungan.
11. Teman-teman seperjuangan Teknologi Hasil Pertanian yang telah mengukir
masa-masa indah selama 3 tahun.
12. Keluarga BEM FP UNS 2016 Kabinet Bergerak Menginspirasi, Keluarga
BEM FP UNS 2017 Kabinet Kolaborasi Perjuangan, Keluarga DEMA FP
UNS 2018, Keluarga PAMELO (Paguyupan Mahasiswa Magetan di Solo),
Keluarga dan sahabat-sahabatku di FMAM (Forum Mahasiswa dan Alumni
Mahasiswa) Magetan yang telah membersamai selama masa kuliah di UNS.
13. Seluruh civitas akademika Fakultas Pertanian UNS
Penulis menyadari katerbatasan kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki, sehingga dalam penyususnan laporan ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak sangat diharapkan demi perbaikan laporan magang selanjutnya.
Akhir kata semoga laporan magang ini bermanfaat bagi penulis khususnya
dan pembaca pada umumnya.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
c. Studi Pustaka ..................................................................13
d. Dokumentasi dan Data ...................................................13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................14
A. Keadaan Umum Perusahaan ......................................................14
1. Sejarah Berdirinya ...............................................................14
2. Visi Misi Perusahaan ...........................................................15
3. Keadaan Umum PT Tambi Keseluruhan .............................15
4. Produksi ...............................................................................17
5. Manajemen Perusahaan .......................................................17
6. Aspek ketenagakerjaan ........................................................21
7. Denah UP Tanjungsari .........................................................24
B. Pemasaran ..................................................................................26
C. Bahan Baku ................................................................................26
1. Sumber Bahan Baku ............................................................26
2. Spesifikasi Bahan Baku .......................................................27
3. Penanganan Bahan Baku .....................................................28
D. Proses Pengolahan Teh Hijau ....................................................29
1. Pemetikan Pucuk Teh ..........................................................31
2. Penerimaan Bahan Baku ......................................................35
3. Penghamparan ......................................................................36
4. Pelayuan ...............................................................................37
5. Penggulungan.......................................................................39
6. Pengeringan .........................................................................40
a. Pengeringan Tahap I ......................................................40
b. Pengeringa Tahap II .......................................................41
c. Pengeringan Tahap III ....................................................42
7. Blending Tea ........................................................................43
E. Produk Akhir..............................................................................43
1. Speifikasi Produk Akhir.......................................................43
2. Penanganan Produk Akhir ...................................................43
a. Sampling ........................................................................43
vi
b. Pengemasan ....................................................................44
c. Penyimpanan ..................................................................45
d. Pengiriman Produk .........................................................45
F. Mesin dan Peralatan ...................................................................46
BAB V PENUTUP .........................................................................................57
Kesimpulan ................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................58
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
Gambar 4.30 Timbanagan Neraca ................................................................52
Gambar 4.31 Bak Penampung .......................................................................52
Gambar 4.32 Bak Pengangkut .......................................................................53
Gambar 4.33 Troli .........................................................................................53
Gambar 4.34 Keranjang.................................................................................54
Gambar 4.35 Carut ........................................................................................54
Gambar 4.36 Sekop .......................................................................................55
Gambar 4.37 Karung .....................................................................................55
Gambar 4.38 Palet kayu ................................................................................56
Gambar 4.39 Mesin Compresor ....................................................................56
ix
DAFTAR TABEL
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Magang adalah kegiatan akademik yang dilakukan oleh mahasiswa
dengan melakukan praktek kerja pada lembaga-lembaga yang relevan dalam
bidang industri pengolahan hasil pertanian. Bentuk kegiatan yang dilakukan oleh
kerja praktek dengan mengikuti semua aktivitas atau kegiatan di lokasi magang.
Setiap mahasiswa Program Diploma III Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta wajib melaksanakan magang di
industri hasil pertanian sebagai syarat untuk meraih gelar Ahli Madya (AMd).
Program magang diharapkan dapat menjembantani mahasiswa kedepannya
antara dunia perkuliahan dengan dunia usaha. Pada pelaksanaan magang setiap
mahasiswa melakukan pekerjaan sesuai dengan konsentrasi yang dipilih.
Dengan adanya kegiatan magang ini juga diharapkan mahasiswa siap ketika
akan terjun ke dunia pekerjaan (Muslih, 2014).
Pada agenda magang kali ini penulis memilih lokasi magang di PT yang
memproduksi teh hijau. Teh hijau dipilih karena teh hijau banyak mengandung
manfaat pada tubuh saat dikonsumsi. Menurut Zowail (2009) minum teh hijau
secara teratur dapat meningkatkan sistem pertahanan dan memperbaiki fungsi
organ tubuh. Hal ini disebabkan teh hijau mengandung polifenol dalam jumlah
yang tinggi. Bukti penelitian melaporkan bahwa kandungan polifenol pada daun
teh hijau lebih tinggi dibanding teh hitam. Persentase kandungan polifenol pada
daun teh hijau sebanyak 30-40 %, sedangkan persentase kandungan polifenol
pada daun teh hitam sebanyak 3-10 %.
. Pemilihan judul proses pengolahan karena hal ini merupakan tahapan
penting dalam pengolahan teh hijau dimana ada perubahan fisik dan mekanis
pada pucuk daun teh selama pengolahan. Proses pengolahan teh hijau secara
garis besar terdiri atas proses pelayuan, penggulungan dan pengeringan. Serta
proses lainnya yang bertujuan untuk menjaga mutu teh hijau yaitu pengemasan,
dan penyimpanan. Menurut Keputusan Kementrian Republik Indonesia tentang
1
2
A. Teh Hijau
Tanaman teh merupakan salah satu komoditas hasil perkebunan yang
penting dan sangat berperan besar dalam pertanian Indonesia. Teh sebagai
salah satu komoditas yang dapat bertahan sampai saat ini mampu memberikan
kontribusi yang besar bagi pendapatan devisa Negara. Perkebunan teh juga bisa
menjadi sektor usaha unggulan yang bisa menyerap tenaga kerja yang besar di
Indonesia (Sinaga, 2011).
Tanaman teh merupakan tanaman tahunan yang diberi nama seperti
Camellia tehifera, Teha sinensis, camelia teha dan Camellia sinensis.
Tanaman teh terdiri dari banyak spesies yang tersebar di Asia Tenggara, India,
Cina Selatan, Laos Barat Laut, Muangthai Utara, dan Burma. Sistematika
tanaman teh terdiri dari :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Guttiferales
Famili : Tehaceae
Genus : Camellia
Spesies : Camellia sinensis L.
Varietas : Sinensis dan Asamika
(Effendi, 2010).
Komoditas teh dihasilkan dari pucuk daun tanaman teh (Camellia
sinensis) melalui proses pengolahan tertentu. Secara umum berdasarkan cara/
proses pengolahannya, teh dapat diklasifikasi menjadi tiga jenis, yaitu teh
hijau, teh oolong, dan teh hitam. Teh hijau dibuat dengan cara menginaktifkan
enzim oksidase/fenolase yang ada dalam pucuk daun teh segar, dengan cara
pemanasan atau penguapan menggunakan uap panas, sehingga oksidasi
3
4
2. Pengangkutan
Pengangkutan pucuk merupakan kegitan mengangkut pucuk dari
kebun ke pabrik. Sebelum melaksanakan proses pengolahan, pucuk teh
harus dalam keadaan baik, artinya keadaannya tidak mengalami perubahan
selama pemetikan sampai ke lokasi pengolahan. Hal ini sangat penting
untuk mendapatkan teh yang bermutu tinggi. Proses pengangkutan
memilki peranan yang sangat penting (Nazaruddin, 1993).
3. Penghamparan
Alat yang digunakan untuk proses penghamparan teh adalah
(witehring trought) yang berupa papan penghamparan pucuk teh. Rak
penghampar pucuk terbuat dari kawat beranyam. Palung ini dilengkapi
dengan heat exchanger untuk mendapatkan udara kering yang
memepunyai potensial penguapan (Kunarto 2005).
4. Pelayuan
Menurut Rohdiana (2015) proses pelayuan bertujuan untuk
menurunkan kadar air sehingga pucuk menjadi lemas dan terjadi
perubahan senyawa kimia untuk menghasilkan rasa dan aroma yang baik.
5. Penggulungan
Penggulungan pada pengolahan teh hijau bertujuan membentuk
mutu fisik, karena selama penggulungan, pucuk teh akan dibentuk menjadi
gulungan-gulungan kecil. Proses ini harus segera dilakukan setelah pucuk
layu keluar dari mesin rotary panner. Penggulungan dilakukan satu kali
agar tidak terjadi penghancuan daun teh yang terlalu banyak. Lama
penggulungan sebaiknya disesuaikan dengan tingkat layu pucuk, ukuran,
dan tipe mesin penggulungan, serta mutu pucuk yang diolah. Bila
digunakan mesin penggulung 26” tipe single action, lama penggulungan
berkisar antara 15 – 17 menit dengan kapasitas 45 kg pucuk layu. Lama
penggulungan sebaiknya tidak lebih dari 15 menit dihitung sejak pucuk
layu masuk mesin penggulungan. Penggulungan dapat pula
menggunakan mesin penggulung berukuran 36” tipe double action yang
berkapasitas 70 kg pucuk layu yang harus diatur agar setiap pengisian
8
7. Pengemasan
Teh merupakan produk yang mudah menyerap uap air atau sering
disebut sebagai bahan yang bersifat higroskopis, maka kualitas teh sangat
ditentukan oleh kemampuan kemasan dalam mempertahankan
kelembaban produk teh. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Suyitno
(1990) bahwa prinsip dasar pengemasan bahan pangan adalah untuk
mencegah kehilangan dan pertambahan kadar air.
Pengemasan makanan bertujuan mempertahankan kualitas,
menghindari kerusakan selama penyimpanan, memudahkan transportasi,
dan memudahkan penanganan selanjutnya. Disamping itu, pengemasan
makanan dapat mencegah penguapan air, masuknya gas oksigen,
melindungi makanan terhadap debu dan kotoran lain, mencegah terjadinya
penurunan berat, dan melindungi produk dari kontaminasi serangan
mikroba. Plastik polietien (PE) dan plastik poliepropilene (PP). Kedua
jenis plastik ini selain harganya cukup murah, mudah ditemukan di pasaran
dan memiliki sifat umum yang hampir sama. Plastik polietilen tahan asam,
basa, lemak, minyak, dan pelarut organik. Plastik polietilen tidak
menunjukan perubahan pada suhu maksimum 930C – 1210C dan suhu
minimum -460C – 570C. Tetapi plastik polietilen memiliki permeabilitas
yang cukup tinggi terhadap gas-gas organik sehingga masih dapat
teroksidasi apabila disimpan dalam jangka waktu yang terlalu lama
(Fachruddin, 1997).
Menurut Herawati (2006) bentuk kemasan sangat berkaitann dengan
segmentasi pasar yang akan dituju. Pada pengemasan teh hijau
menggunakan karung yang dilapisi plastik. Penggunaan plastik untuk
kemasan mempunyai sifat yang menguntungkan salain elastis juga
menyesuaikan pada wadah yang digunakan. Disamping itu pelapisan
dengan plastik ditujukan untuk mencegah produk agar tidak basah dan
tidak cepat rusak apabila kontak dengan air.
Teh yang dikemas dengan bahan yang berbeda akan memberikan
aroma dan rasa yang berbeda pula. Begitu pula dengan teh yang disimpan
10
elama beberapa waktu juga akan memberikan rasa dan aroma yang
berbeda. Aroma teh akan berubah selama penyimpanan karena teh bersifat
higroskopis yaitu mudah menyerap air. Semakin bertambahnya kadar air
dalam teh selama disimpan, maka aroma teh tersebut berangsur-angsur
akan berkurang. Dimana aroma dan rasa dari teh tersebut sangat
dipengaruhi oleh senyawa katekin. Dengan demikian, jenis kemasan dan
suhu penyimpanan sangat berpengaruh pada perubahan kadar air
kemudian kadar katekin yang selanjutnya akan berpengaruh pada aroma
dan rasa teh. Adapun bahan baku yang sering digunakan sebagai bahan
pengemas teh adalah alumunium foil, paper sack, kertas, plastik, dan lain-
lain (Arifin, 1994).
Pengemasan teh hijau dilaksanakan dengan bahan pembungkus
kantong kertas atau karung, yang didalamnya dilapisi alumunium foil atau
plastik. Untuk memasarkannya teh hijau biasanya dikemas dalam kantong
kertas atau kantong plastik dengan ukuran kemasan bervariasi dari yang
terkecil sampai yang terbesar (Setyamidjaja, 2003).
Plastik merupakan salah satu jenis bahan kemas yang sering
digunakan selain bahan kemas lain seperti: kaleng, gelas, kertas, dan
styrofoam. Plastik, bahan pengemas yang mudah didapat dan sangat
fleksibel penggunaannya. Selain untuk mengemas langsung bahan
makanan, seringkali digunakan sebagai pelapis kertas. Secara umum
plastik tersusun dari polimer yaitu rantai panjang dan satuan-satuan yang
lebih kecil yang disebut monomer. Polimer ini dapat masuk dalam tubuh
manusia karena bersifat tidak larut, sehingga bila terjadi akumulasi dalam
tubuh akan menyebabkan kanker. Masing-masing jenis plastik mempunyai
tingkat bahaya yang berbeda tergantung dan bahan kimia penyusunnya,
jenis makanan yang dibungkus (asam, berlemak), lama kontak dan
suhu makanan saat disimpan. Semakin tinggi suhu makanan
yang dimasukkan dalam plastik ini maka semakin cepat terjadinya
perpindahannya (Mareta, 2011).
11
8. Penyimpanan
Selama penyimpanan, kadar air teh akan bertambah jika kelembaban
udara sekitar cukup tinggi. Selain kelembaban udara, faktor lama
penyimpanan dan suhu ruangan juga berpengaruh pada tinggi rendahnya
kadar air teh dalam kemasan. Ternyata ada perubahan kadar air pada kedua
macam teh yang dikemas dengan masing-masing kemasan dalam
penyimpanan selama 10 minggu. Perubahan kadar air tersebut tidak
lepas dari pengaruh kelembaban relatif (RH) masing-masing kondisi
ruangan penyimpanan. Dimana kelembaban relatif adalah
perbandingan tekanan parsial uap air dengan tekanan uap air jenuh pada
suhu yang sama (Arizka 2015).
Menurut Arizka (2015) penyimpanan teh pada suhu 10˚C, mampu
mempertahankan kualitas teh hijau, dan berpotensi mampu
mempertahankan kualitas teh hitam, dibandingkan penyimpanan pada
suhu 30˚C. Dibandingkan dengan plastik bening dan karung plastik,
kemasan paper sack merupakan kemasan yang berpotensi paling baik
dalam mempertahankan kualitas teh hitam dan teh hijau. Semakin rendah
permeabilitas suatu kemasan, maka semakin tinggi kemampuan kemasan
mencegah peningkatan kadar air.
BAB III
METODE PELAKSANAAN
12
13
c. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan mempelajari pustaka yang
berkaitan dengan kegiatan magang di UP Tanjunggsari. Studi pustaka
berperan penting sebagai bahan atau sumber pembanding antara teori
dengan penerapan kerja lapangan di UP Tanjungsari.
d. Dokumentasi dan Data
Metode ini dilaksanakan dengan mendokumentasikan dan
mencatat data dan informasi yang diperoleh dari sumber-sumber yang
dapat dipertanggungjawabkan di UP Tanjungsar
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN
14
15
4. Produksi
a. Produksi Teh
PT. Perkebunan Tambi memiliki 3 Unit Perkebunan dengan 2 unit
pengolahan teh hitam dan 1 unit pengolahan teh hijau. Lokasi kebun di
Unit Perkebunan Bedakah, Tambi dan Tanjungsari. UP Tanjungsari
merupakan unit pengolahan teh hijau dengan kapasitas produksi setiap
harinya sebesar 1,2 ton. Berikut merupakan data produksi teh hijau selama
5 tahun terakhir yaitu:
600
500
Jumlah prod (ton)
400
300
200
100
0
2013 2014 2015 2016 2017
Tahun
Kepala Unit
Perkebunan
Pembimbing Pembimbing
Mandor
Petik Pemeliharaan
7. Denah
Denah lokasi pabrik UP Tanjungsari terdiri dari beberapa bagian
utama yaitu ruang pengolahan, kantor, bengkel, gudang dan perumahan
karyawan. Untuk lebih jelasnya denah UP Tanjungsari dapat dilihat pada
Gambar 4.4
UPK
RPGM R.LB K.PBR
BK GTH
GEDUNG
R.EL BBK DAN
RUANG PELET
PENGOL
DPR KI A AHAN
R.P
WC
T.PK R.GNT
R.DIN
R.K
G.KMA
R.KY R.MS
G.PYK
R. K, Keb
GPK G.BKL G.PPK TCP
R. PU
1 2 3 4
A
18
9
z
8 7 6 5 Masjid
17 12 11
10
16 15 14 13
B. PEMASARAN
Unit Perkebunan Tanjungsari adalah salah satu unit perkebunan dari PT.
Perkebunan Tambi. Pada bagian UP Tanjungsari tidak terdapat bagian khusus
yang menangani tentang pemasaran produk. Sehingga unit perkebunan ini hanya
melakukan produksi untuk memenuhi order / permintaan yang ditentukan kantor
pusat PT. Perkebunan Tambi. Target yang diberikan oleh induk perusahaan
untuk produksi teh hijau sebesar 530 ton setiap tahunnya.
Pada UP Tanjungsari produk yang dihasilkan masih berupa produk teh hijau
yang belum disortasi (Unsorted Green Tea). Pemasaran dilakukan ke
perusahaan-perusahaan pengolahan teh hijau dengan sistem kontrak. Jangkauan
pemasaran produk teh hijau UP Tanjungsari untuk sementara masih pada pasar
lokal yang mencakup daerah Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat.
Beberapa perusahaan yang sekarang menjadi konsumen tetap UP. Tanjungsari
adalah perusahaan PT. Gunung Slamet (Teh Poci), Teh Dandang, Teh Burung,
Teh 99.
C. BAHAN BAKU
1. Sumber Bahan Baku
Pucuk teh merupakan elemen terpenting dalam proses produksi teh
yang nantinya diolah dari bentuk mentah menjadi produk jadi. Bahan baku
teh hijau UP Tanjungsari diperoleh dari (Blok Kutilang, Blok Murai, Blok
Gelatik). Pada setiap blok, ditanami tanaman teh yang berbeda-beda jenisnya
seperti teh jenis gambung, sukhoi, TRI 2024, TRI 2025.
TRI (Tea Research Institut) 2024 dan 2025 merupakan varietas yang
ditanaman di kebun teh UP Tanjungsari. Varietas ini mempunyai daya
produksi pucuk teh yang cukup besar. Lebih mudah tumbuh di sembarang
tempat dibandingkan dengan varietas teh yang ada. Pucuk teh varietas ini
dapat dipetik dengan jenis petikan medium sampai jenis petikan halus. Pada
varietas ini mudah untuk di-stek. Tahan terhadap penyakit teh yaitu penyakit
cacar.
Sukhoi merupakan varietas baru yang ditanam dan dibudidaya di UP
Tanjungsari. Sukhoi daunya lebih kecil dan lembut berbeda dengan daun teh
27
lain yang cenderung lebar, warna daunnya hijau pekat. Selain itu sukhoi
adalah varietas teh yang menjadi unggulan di UP Tanjungsari karena harga
jualnya yag tinggi.
Varietas yang terakhir adalah varietas Gambung 45, merupakan varitas
teh yang jumlahnya hampir sama dengan varietas TRI yang ditanam di kebun
teh UP Tanjungsari. Merupakan varietas yang mempunyai daya produksi
lebih besar dari pada varietas Sukhoi dan TRI. Varietas ini lebih tahan
penyakit. Daunnya lebih lebar serta kualitas daun baik dan hasilnya banyak.
Untuk mendapatkan pucuk muda yang berkualitas UP Tanjungsari
membuat kebijakan untuk jenis petikan adalah petikan medium. Menurut UP
Tanjungsari petikan medium akan memberikan produktifitas yang optimal.
Keadaan pucuk segar pada waktu diterimanya di pabrik akan ikut
menentukan apakah pengolahan nanti dapat berlangsung baik atau tidak.
Keadaan daun pada waktu diterimanya di pabrik harus masih segar betul dan
tidak ada yang rusak atau putus-putus dan longsong atau terjadi reaksi
oksidasi enzimatis.
2. Spesifikasi Bahan Baku
Spesifikasi bahan baku yang digunakan di UP Tanjungsari yaitu pucuk
teh dengan petikan medium. Petikan medium terdiri dari jenis piko dan
burung. Daun Piko yaitu pucuk daun masih dalam keadaan menggulung,
sedangkan daun burung yaitu pucuk daun sudah tidak menggulung lagi.
Yang termasuk daun piko adalah pucuk menggulung dan diikuti dua daun
dan tiga daun dibawahnya. Sedangkan yang termasuk burung adalah pucuk
daun sudah tidak mengulung lagi dan diikuti dengan satu, dua, atau tiga
daun muda dibawahnya, ditulis dengan rumus p+2, p+3m, p+3, b+1m,
b+2m, b+3m.
Selain petikan medium ada beberapa kategori yang dilakukan di UP
Tanjungsari yaitu petikan halus dan petikan kasar. Petikan halus dengan
rumus p+1 dan b+1m, sedangkan pemetikan kasar dengan rumus
petik p+4 atau lebih dan b+1t, p+2t, b+3t, b+4t. Dari berbagai
kategoripemetikan yang digunakan yaitu pemetikan medium, karena
28
kendaraan yang berupa truk dan mobil pick up yang sudah dimodifikasi atau
atapnya sudah ditutup terpal. Hal ini dilakukan agar kualitas teh tetap baik
dan terhindar dari sinar matahari. Kapasitas pengangkutan adalah 2,5-3 ton
dan penataan pada truk yaitu empat tumpukan keatas dan lima kesamping.
Sebelum diangkut, dilakukan penimbangan pucuk teh. Data penimbangan
yang diperoleh akan disimpan sebagai laporan dan akan menjadi acuhan
dalam pemberiaan upah pemetik. Karena upah pemetik pucuk teh
tergantung dengan jumlah pucuk teh yang dipetik dalam satuan berat
perkilogramnya.
Penanganan baku sangat perlu dilakukan agar diperoleh mutu yang
bagus dan sesuai dengan standar. Penanganan bahan baku dilakukan juga
untuk menghindari terjadinya kerusakan pada bahan baku. Kerusakan yang
mungkin terjadi adalah oksidasi enzimatis pada pucuk teh, dan daun yang
rusak karena robek atau terkena gesekan (Rosida dan Dina 2015). Proses
penanganan bahan baku yang dilakukan di UP Tanjungsari sudah sesuai
dengan teori yaitu menjaga teh agar terhindar cahaya matahari dan gesekan.
D. PROSES PENGOLAHAN TEH HIJAU
Pada dasarnya ada tiga macam pengolahan teh (Camellia cinensis), yaitu
teh hijau, pada pengolahannya tidak mengalami fermentasi, teh oolong yang
pada pengolahannya mengalami fermentasi sebagian (semi ferementasi), dan
teh hitam yang mengalami fermentasi penuh. Secara garis besar pemgolahan
teh hijau terdiri atas proses pelayuan, penggulungan dan pengeringan
(Supriyanto, 2014). Menurut Hartoyo (2003), teh hijau dibuat dengan cara
menginaktifkan enzim oksidase/fenolase yang ada dalam pucuk daun teh segar,
dengan cara pemanasan atau penguapan menggunakan uap panas, sehingga
oksidasi enzimatik terhadap katekin dapat dicegah.
Proses pengolahan teh hijau di UP Tanjungsari dibagi dalam beberapa
proses yaitu: Pemetikan pucuk teh, penerimaan bahan baku, penghamparan,
pelayuan, penggulungan, pengeringan tahap 1, pengeringan tahap 2,
pengeringan tahap 3, bolt, pengemasan, dan penyimpanan. Secara garis besar,
30
Blending
Pengemasan
rusak dan apabila pemetikan dilakukan secara kurang teratur maka dapat
mengakibatkan tanaman cepat tinggi, sehingga produktifitas tanaman
menurun, bidang petik tidak rata dan jumlah pucuk muda yang dipetik juga
sedikit baik kuantitas dan kualitas menurun.
a. Berdasarkan jenisnya, pemetikan di UP Tanjunsari dibedakan menjadi 3
yaitu:
1) Pemetikan jendangan
Pemetikan jendangan adalah pemetikan yang dilakukan 3-4
bulan pada tahap awal setelah tanaman dipangkas. Tujuan pemetikan
jandangan untuk membuat kerangka dasar bagi tumbuhannya pucuk,
menumbuhkan membentuk daun pemeliharaan baru, membentuk
bidang petik (frame) seluas mungkin serta menyediakan media tunas
yang banyak sehingga proses tanaman maksimal.
Pemetikan ini diukur dari tengah perdu, tinggi jendangan dari
tanah 75-80 cm. Tinggi bidang petik jendangan dari bidang pangkas
tergantung pada tinggi pangkasan. Biasanya pemetikan jendangan
dilakukan 6-10 kali petikan. Contoh pangkasannya jenjangan:
a) Pangkasan 40-45 cm, tinggi jendangan 30-35 cm
b) Pangkasan 45-50 cm, tinggi jendangan 25-30 cm
c) Pangkasan 50-55 cm, tingi jendangan 20-25 cm
d) Pangkasan 55-60 cm, tinggi jendangan 15-20 cm
Syarat pemetikan jenjangan :
1) Pucuk masuk fisiologi antara 70-75%
2) Daun penyangga antara 4-5 lembar
3) Warna daun penyangga hijau botol
4) Tinggi jenjangan anatar 75-80 cm
2) Pemetikan produksi
Pemetikan pucuk diatas bidang petik yang dilakukan sesudah
masuk TM (Tanaman Menghasilkan). Pemetikan ini dilakukan
setiap hari secara terus menerus dengan jenis petikan medium,
sesuai siklus petik sampai pangkasan dilakukan.
33
3) Pemetikan rampasan
Pemetikan yang dilakukan kurang lebih 7-10 hari sebelum
pemangkasan. Pemetikan ini memetik semua pucuk yang ada diatas
bidang petik dengan tidak atau tanpa memeperhatikan rumus petik.
b. Berdasarkan cara petiknya di UP Tanjungsari dibedakan menjadi 2 yaitu:
➢ Petik Selektif
Petik selektif yaitu pemetikan pucuk diatas bidang petik yang
dilakukan dengan cara memilih pucuk yang siap olah (manjing),
dengan memperhatikan pucuk tinggalan / cadangan sesuai rumus
petik (regenerasi pucuk). Petik selektif UP Tanjungsari mengacu
pada siklus pendek antara 10-12 hari.
➢ Petik Bersih
Petik bersih yaitu pemetikan diatas bidang petik yang dilakukan
secara keseluruhan dan hanya meninggalkan pucuk yang ada
diantara bidang petik atau yang ada dibawah daun pemeliharaan
dengan ketentuan luka petik sama dengan luka petik lama atau
sebelumnya. Petik bersih UP Tanjungsari mengacu pada siklus
panjang antara 25-30 hari.
c. Daur petik yang dilakukan di UP Tanjungsari
Daur petik adalah jangka waktu antara suatu pemetikan yang
pertama dengan pemetikan berikutnya, dihitung dalam hari. Panjang
pendeknya giliran petik tergantung pada kecepatan pertumbuhan
pucuk. Kecepatan pertumbuhan pucuk sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu :
a) Umur pangkas: semakin tua umur pangkas semakin lambat
pertumbuhannya, sehingga semakin panjang daur petik.
b) Iklim : Pada musim kemarau pertumbuhan tunas semakin lambat
sehingga daur petik lebih panjang daripada musim penghujan.
c) Elevasi atau ketinggian tempat : semakin tinggi letak kebun dari
permukaan laut, semakin lambat pertumbuhan, sehingga semakin
panjang daur petik.
34
3. Penghamparan
Penghamparan dalam pengolahan teh hijau di UP Tanjungsari
bertujuan untuk menjaga teh agar tidak longsong. Proses ini dilakukan
dengan meletakkan daun teh pada kotak penampungan dengan cara di beber
(diurai) dan ditumpuk dengan ketinggian 40 cm, hal ini dilakukan untuk
menghindari pucuk teh terjadi longsong. Prinsip penghamparan pada kotak
penampungan adalah penguapan kadar air daun teh dengan cara
penghembusan angin dari dalam alat ke atas tumpukan daun teh.
c. Penyimpanan
Penyimpanan teh hijau yang dilakukan di gudang UP Tanjungsari
sendiri yang terletak disebelah barat ruang pengolahan. Penyimpanan
teh disusun dengan tumpukan yang menyilang. Tumpukan menyilang
ini bertujuan agar karung yang telah berisi teh hijau saat ditumpuk tidak
akan mudah terjatuh. Penumpukan karung maksimal berjumlah 10
tingkatan. Selama penyimpanan untuk memastikan keamanan produk
dari gangguan hewan salah satunya tikus, maka pabrik selalu mengecek
dan memasang jebakan tikus di gudang. Selain menjaga teh selama
penyimpanan dari serangan hewan, hal yang diperhatikan adalah
menjaga agar produk tidak lembab, maka diberikan pallet kayu pada
bagian bawah tumpukan. Karena produk yang kontak langsung dengan
lantai akan menyebabkan produk lembab dan mudah rusak.
b. Rotary Parner
d. Ball Tea
f. Gunting Petik
h. Timbangan Gantung
j. Timbangan analisis
l. Bak Pengangkut
n. Keranjang
p. Sekop
Gambar 4. 36 Sekop
Sekop digunakan pada proses pengeringan (ECP, Repeat dryer, Ball
tea), dan pengemasan. Pada proses pengeringan digunakan untuk
memasukan teh ke dalam mesin pengeringan. Pada proses pengambilan
teh dari Ball tea. Pada proses pengepakan digunakan untuk memasukan
teh hijau ke dalam karung.
q. Karung
r. Palet Kayu
Kesimpulan
Kesimpulan dari kegiatan magang mahasiswa pada tanggal 16 Februari – 16
Maret 2018 di industri pengolahan teh hijau, PT. Tambi UP Tanjungsari yang
beralamatkan di Desa Sedayu Kecamatan Sepuran, Kabupaten Wonosobo, Provinsi
Jawa Tengah, adalah:
1. Bahan baku yang digunakaan pada pengolahan teh hijau UP Tanjungsari
adalah petikan medium. Petikan medium meliputi pucuk peko dengan dua atau
tiga daun muda, serta pucuk burung dengan satu, dua atau tiga daun muda (p+2,
p+3m, p+3, b+1m, b+2m, b+3m). Pada proses produksi pengolahan teh hijau
di UP Tanjungsari meliputi pemetikan pucuk teh, penerimaan bahan baku,
penghamparan, pelayuan, penggulungan, pengeringan tahap I, pengeringan
tahap II, pengeringan tahap III, blending, pengemasan.
2. Mesin yang digunakan pada pengolahan teh hijau UP Tanjungsari yaitu: mesin
petik, kotak penampungan, rotary panner, roller double action, endless chain
pressure (ECP), rotary dryer, ball tea, vibro ekstraktor. Peralatan yang
digunakan pada pengolahan teh hijau UP Tanjungsari yaitu: gunting petik,
waring, timbangan gantung, timbangan digital, timbangan analisa, bak
penampung, bak pengangkut, troli, keranjang, carut, sekop, karung, pallet
kayu, dan kompresor.
57
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Sultoni. 1994. Petunjuk Teknis Pengolahan Teh. Pusat Penelitian Teh dan
Kina Gambung. Bogor.
Arizka, Aninda Ayu dan Joko Daryatmo. 2015. Perubahan Kelembaban dan Kadar
Air Teh Selama Penyimpanan pada Suhu dan Kemasan yang Berbeda.
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. Vol. IV (4).
Rosida F. Dedin dan Dina Amalia. 2015. Kajian Pengendalian Mutu Teh Hitam
Crushing, Tearing, Curling. Jurnal Rakapangan. Vol., 9. No., 2.
Effendi, Dedi Soleh., dkk. 2010. Budidaya dan Pasca Penen Teh. Pust Penelitian
dan Pengembangan Perkebunan. Bogor.
Fachruddin, Lisdiana. 1997. Membuat Aneka Abon. Kanisius. Yogyakarta.
Herawati, Heni., Agus, Nurawan. 2016. Peningkatan Nilai Tambahan Teh Hijau
Rakyat Di Kecamatan Cikalong Wetan-Kabupaten Bandung. Bandung.
Hindmarch, I., U. Rigney, N. Stanley, P. Quinlan, and J. Rycroft. 2000. A
naturalistic investigation of teh effects of day-long consumption of tea,
coffee and water on alertness, sleep onset and sleep quality.
Psychopharmacology. 149-216.
Hartoyo, Arif. 2003. Teh dan Khasiatnya bagi Kesehatan. Kanisuis. Yoyakarta.
Kementrian Pertanian (2015). Peraturan Menteri Pertanian Nomor
353/Kpts/HK.130/12/2015. Pedoman Penanganan Pascapanen Tanaman
Teh.
Kunarto Bambang. 2005. Teknologi Pengolahan Teh Hitam (Camellia sinensis L.
Kuntze) Sistem Orthodox. Perpustakaan Nasional : Katalog dalam Terbitan
(KDT) ISBN 979-3948-14-0.
Lubis, Triva Murtina., dkk. 2016. Pengaruh Pemberian Ekstrak Teh Hijau
(Camelia sinensis) Terhadap Penurunan Kadar Hemoglobin dan Nilai
Hematokrit pada Tikus Wistar (Rattus norvegicus). Jurnal Medika
Veterinaria Vol. X (2).
Mareta, Dea Tio dan Shofia Nur A. 2011. Pengemasan Produk Sayuran dengan
Bahan Kemas Plastik pada Penyimpanan Suhu Ruang Dan Suhu Dingin.
Mediagro Vol VII (1).
Muslih. 2014. Analisis Efektifitas Program Magang Untuk Sinkronisasi Link and
Match Perguruan Tinggi dengan Dunia Industri. Jurnal Manajemen dan
Bisnis. Vol. 14 No.1
Nazaruddin dan Paimin,1993. Teh, Pembudidayaan dan Pengolahan.PT. Penebar
Swadaya.Jakarta.
Rohdiana 2015. Teh: Proses, Karakteristik & Komponen Fungsionalnya.
Foodreview Indonesia Vol. X (8).
Rossi, Ari. 2010. Dari Usul, Tradisi, Khasiat Hingga Racikan Teh. CV. Andi
Offset. Yogyakarta.
Setyamidjaja, Djoehana. 2003. Teh Budi Daya dan Pengolahan Pascapanen.
Kanisius. Yogyakarta.
Sinaga 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Produksi Teh. Universitas
Sumatra Utara Respositorry.usu.ac.id/bitstream/Chapter%20I.pdf 16 Mei
2015
Soraya, Noni. 2008. Sehat Cantik Berkat Teh Hijau. Penebar Plus. Jakarta.
Sundari, Dian., Budi Nuratmi., dan M. Wien Winarno. 2009. Toksisitas Akut (LD50)
dan Uji Gelagat Ekstrak Daun Teh Hijau (Camellia sinensis (Linn.) kunzen)
pada Mencit. Media Penelit. Dan Pengembanga. Kesehatan. Vol XIX (4).
Suyitno. 1990. Bahan-Bahan Pengemas. PAU. UGM. Yogyakarta.
Tindaon, Ryo Fandy. 2009. Identifikasi Sistem Produksi Teh di PT. Perkebunan
Nusantara IV Kebun Bah Butong.
Zowail, M.E.M.; Khater, E.H.H. and ELAsrag, M.E.M. 2009. Protective effect of
green tea extract against cytotoxicity induced by enrofloxacin in rat Egypt.
Acad. J. biolog. Sci., 1 (1): 45-64