Anda di halaman 1dari 66

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) DI PT.

PERKEBUNAN
NUSANTARA XII KEBUN WONOSARI, MALANG

PROSES PENGOLAHAN TEH HITAM (Camellia sinensis L. kuntze) SISTEM CTC


DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII KEBUN WONOSARI MALANG

Oleh :
Dita Anggia Fitri J1A016025
Herlina Yuliani J1A016041
Putri Nurmuslimah J1A016087
Raodatul Almi J1A016089

Telah disetujui dan disahkan sebagai Laporan Praktek Kerja Lapangan


Pada tanggal………………………….

Malang…………………….

Asisten Tanaman Asisten Teknik dan Pengolahan

Bagus Wahyu Nugroho Purwindha S, S. TP


NIP. 20814 NIP. 20748

Mengetahui,

Manager PTPN XII Kebun Wonosari Malang

Nelson Limbong, S.P


NIP. 2086

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan hidayah-Nya

sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT.

Perkebunan Nusantara XII yaitu Pengolahan Teh Hitam (Camellia Sinensis L. Kuntze) tepat

waktu.Praktek Kerja Lapangan merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang studi

Strata Satu (S1) pada Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pangan dan

Agroindustri Universitas Mataram.

Terlaksananya PKL dan penyusunan laporan ini tidak lepas dari peran dari berbagai

pihak. Tidak lupa pula Penyusun menyampaikan Terimakasih kepada :

1. Ibu Prof. Ir. Sri Widyastuti, M. App. Sc., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi

Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram.


2. Bapak Dr. Ir. Satrijo Saloko, MP. selaku Ketua Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan

dan Agroindustri Universitas Mataraakm yang telah memberikan ijin Praktek Kerja

Lapangan (PKL) kepada penulis.


3. Bapak Dody Handito, S.T.P., M.P. dan Ibu Rini Nofrida, S.TP.,M.Si selaku dosen

pembimbing Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang telah memberikan nasehat, arahan serta

bimbingan kepada penulis selama melaksanakan PKL maupun penyusunan laporan PKL.
4. Bapak Nelson Limbong, S.P selaku manager di PT. Perkebunan Nusantara XII Kebun

Wonosari, Malang-Jawa Timur.


5. Bapak Supriadi, S.P. selaku wakil manager yang telah membimbing kami selama PKL.
6. Bapak Purwindha S, S.TP. selaku asisten teknik dan pengolahan yang telah membimbing

kami dalam menyelesaikan tugas.


7. Bapak Bagus Wahyu Nugroho, SP. selaku asisten tanaman yang telah membimbing kami

dalam menyelesaikan tugas.


8. Bapak Mulyadi selaku mandor besar yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan

tugas.

2
9. Bapak dan Ibu mandor (Bu Ovi, Bu Puji, Pak Wasis, Bu Ismayani, Pak Basori, Pak Tamat,

Pak Jenianto, Pak Bambang, Pak Tamuji, Bu Yuni, Pak Rochmad, Pak Riadi, dan Pak

Wawan)
10. Seluruh karyawan dan staf PT. Perkebunan Nusantara XII yang telah membantu kami dalam

pelaksanaan PKL.
11. Bapak dan Ibu Sunaryo yang telah memberikan kami tempat bernaung selama di tempat

PKL.
12. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan.
13. Rekan-rekan ITP Ganjil 2016 yang selalu berjuang bersama-sama.

Malang, Agustus 2019

Penulis

3
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR DEPAN (COVER).
HALAMAN JUDUL...................................................................................................................
HALAMAN PENJELASAN......................................................................................................
.......................................................................................................................................................
RINGKASAN..............................................................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................................
DAFTAR TABEL........................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang PKL..
1.2. Tujuan PKL……………………….
1.2.1 Tujuan Umum........................................................................................................
1.2.2 Tujuan Khusus........................................................................................................
1.3. Manfaat PKL.................................................................................................................
1.3.1. Bagi Perusahaan....................................................................................................
1.3.2. Bagi Mahasiswa....................................................................................................
1.3.3 Bagi Fatepa UNRAM
1.4. Tempat Pelaksanaa PKL
1.5.Waktu Pelaksanaan PKL
BAB II TINJAUAN UMUM TEMPAT PKL............................................................................
2.1. Sejarah Perusahaan
2.2.Struktur Organisasi
2.3. Letak Geografis dan Iklim Perusahaan
2.4. Tujuan Pedirian Pabrik
BAB III PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
3.1. Pelaksanaan Kerja
3.1.1. Pembibitan Teh

4
3.1.2. Penyedian Bahan Baku
3.1.3. Penanganan Bahan Baku
3.1.4. Proses Pengolahan Teh Hitam
3.1.5. Mesin dan Peralatan Industri
3.1..6 Sanitasi Industri
3.1.7. Penanganan Limbah
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

5
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Pembagian Kebun Wonosari
Tabel 2. Ukuran Partikel Teh Halus pada Mesin Trinik 1
Tabel 3. Ukuran Partikel Teh Halus pada Mesin Trinik 2
Tabel 4. Ukuran Partikel Teh Mutu 2
Tabel 5. Standar Pengisian Pengemasan

6
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Struktur Organisasi PTPN XII
Gambar 2. Jenis-jenis Pucuk
Gambar 3. Diagram Alir Mesin Pengolahan Teh Hitam CTC
Gambar 4. Monorail
Gambar 5.Whitering Trough
Gambar 6. Conveyor
Gambar 7. Green Leaf Sifter
Gambar 8. Rotorvane
Gambar 9. Roll CTC
Gambar 10. Humidifier
Gambar 11. Fermenting Machine Unit
Gambar 12. Vibro Fluid Bed Dryer
Gambar 13. Vibro Jumbo
Gambar 14. Holding Tank
Gambar 15. Midleton
Gambar 16. Trinik
Gambar 17. CTC Ball Breaker
Gambar 18. Tea Bin
Gambar 19. Waterfall
Gambar 20. Pre Packer
Gambar 21. Tea Bulker
Gambar 22. Tea Packer

7
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan PKL.................................................................58


Lampiran 2. Surat Penerimaan PKL...................................................................59
Lampiran 3. Surat Pernyataan PKL....................................................................60
Lampiran 4. Surat Tugas.....................................................................................61
Lampiran 5. Jurnal Harian..................................................................................62
Lampiran 6. Formulir Penilaian.........................................................................64
Lampiran 7. Surat Keterangan Selesai PKL.......................................................66
Lampiran 8. Auction...........................................................................................67
Lampiran 9. Kegiatan Selama PKL....................................................................70

8
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman teh merupakan tanaman perkebunan yang mempunyai kemampuan produksi
lebih cepat dari pada tanaman perkebunan lain. Permintaan pasar terhadap teh mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Luas area teh di Indonesia mengalami peningkatan.
Berdasarkan data 2015 luas lahan perkebunan teh 114.891 ha dan tahun 2017 menjadi
118.252 ha sehingga menghasilkan produksi pada 2015 sebesar 132.615 ton dan ditahun
2017 146.168 ton (Direktorat Jendral Perkebunan, 2015). Jumlah kualitas produksi teh yang
dihasilkan berasal dari berapa aspek yaitu pemetikan, pemeliharaan maupun pemangkasan
tanaman teh. Faktor iklim menjadi salah satu aspek yang mempengaruhi produksi tanaman
teh misalnya curah hujan, suhu udara, ketinggian tempat, penyinaran dan angin.
Teh (Camelia Sinensis) merupakan tanaman perkebunan yang dimanfaatkan daunnya.
Tanaman teh memiliki nilai ekonomi tinggi di masyarakat sehingga membantu
pembangunan pertanian di Indonesia. Olahan produk teh banyak dimafaatkan masyarakat
tidak hanya dinikmati dalam bentuk minuman melainkan saat ini digunakan untuk
pengobatan maupun kosmetika karena mengandung antioksidan yang tinggi. Indonesia
tidak hanya menjadi produsen teh melainkan menjadi Negara lima pengekspor teh setelah
Sri Lanka, Kenya, Cina dan India (D. Anjarsari, 2016).
Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan salah satu kegiatan yang wajib
dilaksanakan oleh mahasiswa di beberapa Fakultas perguruan tinggi termasuk di Fakultas
Teknologi Pangan dan Agroindustri, Universitas Mataram. PKL adalah bentuk
pengaplikasian program pendidikan dengan penguasaan keahlian yang diperoleh melalui
kegiatan kerja secara langsung pada bidang sesuai ilmu pendidikan tersebut. Dengan adanya
PKL diharapkan mahasiswa dapat mengenal dan memahami kondisi lingkungan kerja secara
langsung sehingga mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan
teori yang di dapatkan dari perguruan tinggi. Pemilihan tempat PKL disesuaikan dengan
kebutuhan program studi masing-masing. Salah satu pemilihan tempat PKL pada Program
Studi Ilmu dan Teknologi Pangan yaitu pada PT. Perkebunan Nusantara XII Kebun Teh
Wonosari . Pada tahun 2004 PT. Perkebunan Nusantara XII ini sendiri masih mengolah teh
hitam dengan cara orthodox namun seiring berkembangnya zaman dan kemajuan teknologi

9
yang canggih sistem pengolahan teh hitam di rubah menjadi pengolahan CTC karena lebih
efektif dan efisien serta memiliki keunggulan dari segi rasa dan warna (Rosida, 2015).
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis terdorong untuk dapat mengetahui tentang
manajemen produksi pengolahan Teh Hitam pada PT Perkebunan Nusantara XII Kebun Teh
Wonosari untuk melatih mahasiswa untuk menganalisis kondisi ingkungan dunia kerja dan
dijadikan suatu wadah untuk mahasiswa dapat mengimplementasikan ilmu-ilmu yang
didapatkan pada masa perkulihan sehingga mahasiswa menjadi lebih siap untuk memasuki
dunia kerja yang sesungguhnya.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini yaitu:
a. Meningkatkan wawasan pengetahuan, pengalaman, kemampuan dan keterampilan
mahasiswa.
b. Mengarahkan mahasiswa uintuk menemukan permasalahan maupun data yang berguna
dalam penulisan laporan PKL.
c. Mendapatkan masukan guna umpan balik dalam usaha penyempurnaan kurikulum
yang sesuai dengan tuntutan dunia industri dan masyarakat.
d. Membina dan meningkatkan kerjasama antara fakultas dengan perusahaan industri
pangan milik pemerintah atau swasta di mana mahasiswa ditempatkan.
e. Pengabdian kepada masyarakat (perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi).
f. Memberikan gambaran dunia kerja bagi para mahasiswa tingkat akhir.
1.2.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini yaitu
mempelajari proses produksi teh hitam (Camellia sinensis L.Kuntze) pada PT. Perkebunan
Nusantara XII, Kebun Teh Wonosari Malang.
1.3 Manfaat PKL
1.3.1 Bagi Perusahaan
a. Dapat ikut serta pengembangan pendidikan perguruan tinggi dan sebagai sarana untuk
menentukan kriteria tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan dengan
mempertimbangkan pada kualitas sumberdaya manusia yang dihasilkan dari perguruan
tinggi
b. Menumbuhkan kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat bagi pihak-pihak
yang terlibat.
1.3.2 Bagi Mahasiswa
a. Mengetahui teknik budidaya teh di PT. Perkebunan Nusantara XII Kebun Teh Wonosari.
b. Mendapatkan ilmu pengetahuan dan pengalaman bekerja di sektor pertanian .
c. Melatih keterampilan mahasiswa yang dimungkinkan berguna untuk kerja di masa
mendatang.
1.3.3. Bagi FATEPA UNRAM

10
Menjalin kerjasama yang baik antara pihak perusahaan dengan perguruan tinggi
dan sebagai bahan evaluasi untuk peningkatan mutu kurikulum perguruan tinggi. Dengan
demikian, Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram dapat
mewujudkan konsep tautan dan sepadan (link and match) dalam meningkatkan kualitas
layanan pada pemangku kepentingan (stakeholders).
1.4 Tempat Pelaksanaan PKL
Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara XII, Kebun Teh
Wonosari Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

1.5 Waktu Pelaksanaan PKL


Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan selama 22 hari, yaitu pada tanggal 17 Juli-7
Agustus 2018.

BAB II
TINJAUAN UMUM TEMPAT PKL

2.1 Sejarah Perusahaan


PTPN XII memiliki sejarah yang cukup panjang, Kebun tah Wonosari ini berdiri pada
tahun 1875 yang di kelola oleh peruasahaan asing dari Belanda NV. Cultur Maathappy,
kemudian di awal tahun 1910 sampai 1942 kebun ini ditanami tah dan kina. Tapi padajaman
Jepang sebagian tanaman teh diganti dengan tanaman pangan sehingga hasil bumi kebun teh
tersebut ditambah menjadi aneka makanan pokok, seperti umbi singkong, ubi, kentang dan

11
lain sebagainya.. Pada tahun 1945 kebun ini diambil alih oleh negara dengan nama Pusat
Perkebunan Negara (PPN) dan 1950 tanaman kinai diganti dengan teh.
PT Perkebunan Nusantara XII (Persero), selanjutnya disebut PTPN XII, merupakan
Badan Usaha Milik Negara dengan status Perseroan Terbatas yang keseluruhan sahamnya
dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia. PTPN XII didirikan berdasarkan PP nomor 17
tahun 1996, dituangkan dalam akte notaris Harun Kamil, SH nomor 45 tanggal 11 Maret
1996 dan disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan SK nomor C.2-8340
HT.01.01 tanggal 8 Agustus 1996. Akte perubahan Anggaran Dasar perusahaan nomor 62
tanggal 24 Mei 2000 dibuat oleh notaris Justisia Soetandio, SH dan disahkan Menteri Hukum
dan Perundang-Undangan Republik Indonesia dengan SK No. C. 22950 HT 01.04 tahun
2000. Selanjutnya, Akte Notaris Nomor 62 diubah menjadi Akte Nomor 30 Notaris Habib
Adjie, SH., M.Hum tanggal 16 Agustus 2008. PTPN XII berfokus pada bidang perkebunan.
Wilayah PTPN XII meliputi seluruh Jawa Timur. PTPN XII memiliki core bussines atau
bisnis inti pada perkebunan seperti teh, kopi, cengkeh, dan karet, serta kayu. Disamping itu
PTPN XII memiliki side bussines atau bisnis sampingan yaitu seperti rumah sakit dan
agrowisata.
PT. Perkebunan Nusantara XII pada tahun 2004 masih mengolah teh hitam dengan cara
orthodox namun seiring berkembangnya zaman dan kemajuan teknologi yang canggih sistem
pengolahan teh hitam diubah menjadi pengolahan CTC karena lebih efektif dan efisien serta
memiliki keunggulan dari segi rasa, warna dan nilai ekonomi.
Teh hitam adalah jenis teh yang dalam pengolahannya melalui proses fermentasi secara
penuh. Fermentasi tidak menggunakan mikroba sebagai sumber enzim, tetapi menggunakan
enzim polyphenol oksidase yang terdapat didalam daun teh itu sendiri (Setyamidjaja, 2000).
Aktivitas enzim sangat berperan untuk membentuk pigmen theaflavin dan thearubigin.
Meskipun proses produksi teh hitam tergantung pada daerah masing-masing, namun secara
umum proses produksi teh hitam dimulai dari pemetikan daun teh, pelayuan, penggilingan,
fermentasi, dan pengeringan. Fermentasi merupakan bagian yang krusial dalam menentukan
kualitas teh hitam, yang ditunjukkan dengan oksidasi katekin menjadi produk-produknya,
yaitu theaflavin dan thearubigin. Daun teh yang digunakan untuk produksi the hitam,
biasanya yaitu satu tunas dan dua daun (Towaha, 2013).
Kebun Wonosari dalam penggolongannya dibagi menjadi 3 wilayah, masing-masing
adalah :
a. Afdeling Wonosari terletak di Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten
Malang.
b. Afdeling Gebug Lor terletak di Desa Wonorejo, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang.

12
c. Afdeling Randu Agung terletak di Desa Ambal-Ambil, Kecamatan Kejayan, Kabupaten
Pasuruan.
Visi da Misi Perkebunan Teh Wonosari
Berikut Visi dan Misi Perkebunan teh Wonosari Malang :
a. VISI
1. Menjadi Perusahaan Agribisnis yang berdaya saing tinggi dan mampu tumbuh
kembang
2. Menjadi perusahaan agribisnis perkebunan yang terintegrasi dan memiliki keunggulan
daya saing (competitive advantage) melalui inovasi sehingga mampu tumbuh dan
berkembang dengan menerapkan prinsip-prinsip good corporate governance dan
memiliki kepedulian terhadap lingkungan untuk meningkatkan nilai bagi shareholders
dan stakeholders lain.
b. MISI
1. Meningkatkan nilai dan daya saing perusahaan (competitive advantage) melalui
inovasi serta peningkatan produktifitas dan efisiensi dalam penyediaan produk
berkualitas dengan harga kompetitif dan pelayanan bermutu tinggi.
2. Menghasilkan profit yang dapat membawa perusahaan tumbuh dan berkembang untuk
meningkatkan nilai bagi shareholders dan stakeholders lainnya.
3. Mengembangkan usaha agribisnis dengan tata kelola yang baik serta peduli pada
kelestarian alam dan tanggung jawab sosial pada lingkungan usaha (community
development).
4. Melaksanakan reformasi bisnis, strategi, struktur, dan budaya perusahaan untuk
mewujudkan profesionalisme berdasarkan prinsip-prinsip good corporate governance.
2.2 Struktur Organisasi
STRUKTUR ORGANISASI
AFDIELING WONOSARI

STRUKTUR ORGANISASI

13
DI PABRIK

Gambar 1. Struktur Organisasi PTPN XII


Sumber : PTPN XII

2.3 Letak Geografis dan Iklim Perusahaan


Kebun teh wonosari terletak di desa Toyomarto Kecamatan Singosari. Kebun daerah
tingkat II malang berada di jalan poros Surabaya-malang via pasar lawang. Lokasi Kebun
Teh Wonsari tepatnya berjarak 6 km dari kota Lawang, 30 km dari kota Malang dan 80 km
dari kota Surabaya. Kebun Teh Wonosari Malang terletak di ketinggian 950-1.250 meter dari
permukaan laut, dengan pabriknya yang berada pada ketinggian 950 meter. Kebun Teh
Wonosari memiliki luas 1.114.32 ha yang letak geografisnya berada di lereng Gunung Arjuna
dan memiliki topografi perbukitan. Bagian barat dan barat laut berupa pegunungan yaitu
Gunung Arjuna (3.339 m) dan Gunung Kawi (2.651 m).
Kebun Wonosari mempunyai daerah iklim tipe C yaitu setiap tahunnya hujan turun
sekitar November–April, musim kemarau sekitar Juli–September. Pada malam hari
diperkebunan angin bertiup cukup kencangdan hawanya termasuk dingin karena lataknya
yang berada di lereng Gunung Arjuno.

waktu Temperatur (oC) Kelembaban udara %


Siang 19 – 30 oC 60% - 70%
Malam 19 – 24 oC 80 %– 90%

2.4 Tujuan Pendirian pabrik


Pabrik Teh Wonosari dibangun sekitar tahun 1914 untuk pengolahan teh orthodox dan
pada tahun 1997 hingga kini pabrik teh Wonosari mengolah teh jenis CTC. 2.4 Tujuan dan
Manfaat Kebun dan Pabrik Teh Wonosari antara lain :

14
1. Untuk Kebun dan Pabrik Teh Wonosari Malang :
a. Memproduksi dan mendistribusikan produk olahan teh yang berkualitas dan
bermutu.
b. Meningkatkan produksi teh Indonesia ke manca Negara
c. Meningkatkan pendapatan Negara dengan menambah Devisa.
d. Meningkatkan eksistensi diri sebagai perusahan yang independent
2. Untuk Masyarakat :
a. Mendapatkan teh dengan rasa dan aroma yang alami dan nikmat
b. Menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sehingga mengurangi angka
pengangguran bagi masyarakat disekitar dan pada umunya.
Dalam rangka Diversifikasi Usaha, sejak 1994 dibangun Wisata Argo Wonosaro
(WAW), terutama :
a. Tempat Rekreasi
b. Tempat Peristirahatan
c. Tempat Pendidikan/Pelatihan (out bond)
2.5 Luas Areal Perusahaan
Kebun Wonosari terletak di Kabupaten Malang. Luas seluruh areal Kebun Wonosari
adalah 715,1262 Ha yang terbagi menjadi 2 kebun, yang terperinci pada tabel berikut :
Tabel 1. Pembagian Kebun Wonosari berdasarkan Afdeling
Luas Afdeling Luas Afdeling
Penggunaan Areal
Wonosari (Ha) Gebug Lor (Ha)
Tanaman yang menghasilkan 280,94 303,21
Tanaman yang belum
38 6,66
menghasilkan th. 1987
Tanaman Teh tahun ini 4 5
Persemaian Teh th. 1998 0,86 0,5
Kebun induk Teh 1979 1,18 0,5
Cadangan tidak bisa ditanami 1,9 4,59
Perumahan karyawan 9,91 3,.17
Tanah dipakai pihak lain
- 0,7
(TVRI,ATV)
Jalan, sungai dan pemakaman 35,5238 20,4824
Jumlah seluruhnya 370,3138 344,8124

2.6 Agrowisata
Kebun Teh Wonosari merupakan objek wisata yang terletak di Dusun Wonosari, Desa
Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Agrowisata Kebun Teh
Wonosari dikelola oleh PTPN XII. Selain menawarkan fasilitas kunjungan ke pabrik dan
kebun teh, juga terdapat fasilitas kolam renang, outbond, pusat souvenir, wisata petik teh,
gathering hingga fasilitas penginapan.
2.6.1 Fasilitas Penginapan

15
Kebun Teh Wonosari menyediakan berbagai jenis penginapan diantaranya hotel,
cottage,dan room. Jenis penginapan tersebut juga memiliki berbagai tipe. Fasilitas hotel
memiliki 2 tipe kamar dengan tarif Rp. 499.000 dan Rp. 599.000. Hotel ini juga
menyediakan 1 jenis hall dengan kapasitas 75 orang dan tarif sebesar Rp.1.750.000 yang
dilengkapi dengan sound system, LCD, dan kursi sesuai kapasitas. Fasilitas cottage
memiliki 24 tipe kamar dengan tarif berkisar antara Rp. 575.000 hingga Rp. 2.000.000.
Fasilitas room memiliki 2 tipe kamar dengan tarif sebesar Rp 275.000 dan dapat
menambah fasilitas lain dengan berbagai macam tarif.
2.6.2 Wahana Permainan
Wahana permainan dibagi menjadi 2 yaitu wisata bermain dan Out Bond. Wisata
bermain memiliki berbagai jenis wahana diantaranya ialah kereta kelinci, mobil ATV,
sepeda air, sepeda gunung, dan kuda wisata. Tarifnya berkisar antara Rp. 10.000
hingga Rp. 50.000. Out Bond juga memiliki beberapa wahana seperti flying fox,
paint ball tembak sasaran, dan paint ball group. Tarifnya berkisar antara Rp. 25.000
hingga Rp. 175.000.
2.6.3 Fasilitas Kesehatan
Kebun Teh Wonosari menyediakan fasilitas kesehatan yaitu klinik yang beroperasi
dari jam yang memiliki tenaga kesehatan dan obat-obatan yang memadai.
2.6.4 Fasilitas Umum
Kebun Teh Wonosari juga menyediakan fasilitas umum seperti musholla, kantin,
dan toilet. Musholla terletak dilokasi yang mudah dijangkau oleh pengunjung. Begitu
juga dengan toilet yang terdapat dibeberapa lokasi. Fasilitas kantin menyediakan
berbagai jenis makanan mulai dari prasmanan hingga paket makanan.

16
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
c.1 Pelaksanaan Kerja
Pelaksanaan kerja di PT. Perkebunan Nusantara XII pada Kebun Teh Wonosari diawali
dengan proses pembibitan, penyediaan bahan baku, penanganan bahan baku, pengolahan
yang terdiri dari penggilingan, fermentasi (oksidasi enzimatis), pengeringan, sortasi,
pengemasan dan penyimpanan.
c.1.1 Pembibitan Teh

a. Langkah-langkah proses pembibitan teh yaitu:


1) Persiapan Lahan
Penyediaan lahan yang rata dengan luas yang cukup sesuai dengan jumlah
bibit teh yang akan di tanam. Temperatur tanah berkisar antara 13-25°C dengan
kelembaban tidak kurang dari 70 %.

2) Pembuatan Naungan Pembibitan


Proses pembuatan naungan dilakukan terlebih dahulu dengan
membersihkan tanah dari sisa tunggul pohon, sisa tanaman, dan batu yang
kemudian diratakan.tanaman yang dijadikan naugan dan proses penghijaun yaitu
lamtoro, sengon, moghania sp, GM Lina (tanaman kayu-kayuan ditepi jalan),
Mahoni, Trembesi.
b. Pembuatan Bedengan
Proses pembuatan bedengan menggunakan bambu yang telah dipotong, dimana 1
bedengan berisi 2000 bibit teh dengan ukuran panjang dan lebar bedeng yaitu 10
meter x 110 cm.
c. Pengambilan Tanah
Tanah yang digunakan untuk pembibitan stek menggunakan tanah yang sudah
lama tidak diolah. Tanah yang digunakan untuk pembibitan teh ada dua yaitu top
soil dan sub soil. Tanah top soil merupakan tanah yang bewarna hitam, subur dan
diambil dari lereng/jurang sedangkan tanah sub soil merupakan tanah yang lengket
dan diambil dari kebun.

d. Pengisian Polybag
Polybag yang digunakan memiliki ukuran panjang 25 cm lebar 12 cm dan tebal
yaitu 0,04 cm. Kemudian bagian depan dilubangi sebanyak 5 lubang dengan sudut
bawah diiris. Pengisian polybag terdiri dari 2/3 tanah jenis top soil yang berada

17
dibawah dengan tujuan untuk merangsang pertumbuhan akar dan 1/3 jenis tanah sub
soil berada diatas.
e. Sterilisasi Tanah
Proses sterilisasi tanah dilakukan dengan cara tanah disiram menggunakan air
bersih. Sterilisasi tanah memiliki campuran setiap m3 yaitu
 Tanah jenis top soil :
Fungisida : 400 gr
KCI : 500 gr
TSP : 500 gr
Tawas : 600 gr
 Tanah jenis sub soil :
Fungisida : 300 gr
Tawas : 1.000 gr
Insektisida : 150 gr
f. Pembuatan Sungkup
Sungkup dibuat dengan ketinggian 70 cm dari tanah, dengan jarak antar tiang
yaitu 90- 100 cm. Pada saat disungkup, diatas pembibitan teh diberi naungan
menggunakan daun alang-alang dan daun tebu dengan tujuan untuk mengontrol
cahaya yang masuk. Cahaya yang baik untuk masuk pada saat proses pembibitan
yaitu 25%. Sumber makanan untuk bibit teh diperoleh dari embun pada sungkup.
Survey atau pengamatan dilakukan tergantung kondisi. jika cuaca panas, sungkup
dibuka hanya 1 jam dan jika cuaca mendung, dibuka 2 jam sampai umur 6 bulan/
masuk umur ke-7 bulan. Setelah sungkup, dilakukan perawatan, misalnya musim
hujan tidak dilakukan penyiraman sedangkan pada musim kemarau dilakukan 2x
penyiraman yaitu pagi dan sore.

g. Seleksi Bibit
Seleksi bibit dilakukan lebih dari 3 bulan saat sudah buka sungkup selama 1-2
jam dengan pemilihan berdasarkan tinggi bibit kelas A > 25 cm, kelas B 15-25 c dan
kelas C < 15 cm (dilakukan sungkup ulang 1 bulan). Pemberian pupuk daun
dilakukan pada kelas A diberikan 1 bulan sekali, kelas B diberikan 1 bulan 2 kali
aplikasi dan kelas C diberikan seminggu sekali. Kriteria Bibit siap salur yaitu umur
bibit minimal 9 bulan. tinggi bibit minimal 25 cm, jumlah daun 8 helai, secara visual
bibit tumbuh sehat, kekar dan berdaun normal (jagur) dan telah beradaptasi minimal
terhadap sinar matahari langsung 1 bulan.
h. Pembuatan Stek
Proses pembuatan stek dilakukan dengan pemotongan tiap ruas dengan satu
lembar daun yang masih.

18
i. Pemeliharaan Stek
Proses pemeliharan stek dilakukan setelah 3-4 bulan, pembukaan sukup dilakukan
selama 2 jam selama 2 minggu.
B. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Tanaman belum menghasilkan memiliki luas yaitu 245,35 ha. Pemeliharaan yang
dilakukan untuk tanaman belum menghasilkan yaitu proses bending dan centring. Proses
bending merukapan pemerataan tanaman teh, sedangkan proses centring yaitu pemotongan
batang tanaman menggunakan gunting, hal ini bertujuan untuk memberikan asupan makanan
pada tanaman teh secara merata dan memperluas bidang petik dengan cara merekatkan antara
tanaman teh pada baris yang satu dengan baris yang lainnya. Jika tidak dilakukan centring
maka teh akan tumbuh ke atas yang menyebabkan tumbuhan teh memiliki cabang yang
sedikit.
C. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan ( TM )
Pemeliharaan tanaman menghasilkan pada umumnya relatif sama dengan pemeliharaan
tanaman belum menghasilkan, bedanya pada tanaman menghasilkan pemeliharaan jalan dan
pengendalian gulma harus diperhatikan agar hasil petikan pucuk maksimal dan jenis naugan
yang digunkan berbeda. Luas tanaman menghasilkan (TM) yaitu 282,9 ha.
c.1.2 Penyedian Bahan Baku/Pemetikan
Bahan baku merupakan faktor yang cukup besar pengaruhnya terhadap kualitas
produk akhir, sehingga hampir seluruh kualitas produk akhir ditentukan oleh kualitas
bahan bakunya. Pengadaan bahan baku di PTPN XII diperoleh dari kebun afdeling
Wonosari dan afdeling Gebug Utara. Pengambilan bahan baku dilakukan dengan cara
pemetikan. Pemetikan adalah memetik daun-daun yang cocok untuk pengolahan yang
bertujuan untuk membentuk kondisi tanaman agar mampu meningkakan produksi yang
berkesinambungan. Pemetikan teh merupakan pengambilan pucuk pada tanaman teh
yang memenuhi syarat-syarat pengolahan. Pemetikan teh terdiri atas peko/pucuk,
burung satu muda (Peko+ 1 daun muda), burung dua muda (Peko + 2 daun muda),
burung 3 muda (Peko + 3 daun muda), B+1m (Burung+1 daun muda), B+2m
(Burung+2 daun muda), B+3m (Burung+3 daun muda). Berdasarkan jenis petiknya,
petikan dibedakan menjadi 3 yaitu pemetikan manual dan pemetikan mesin dan
pemetikan jendangan.

19
P+3

P+1 P+2

B + 2m B + 3m

B + 1m

a. Pemetikan Manual Gambar 2. Jenis-jenis Pucuk


Pemetikan manual dilakukan sesuai
Sumber dengan rumus
: Dokumen Pribadipetik P+1 = Peko+1daun, P+2 =
Peko+2 daun, P+3 = Peko+3 daun, B+1m = Burung+1 daun muda, B+2m = Burung+2 daun
muda, B+3m = Burung+3 daun muda dan bagian yang dibuang disebut cakar ayam. Dalam
pemetikan manual penilaian dilihat dari kerataan pemetikan, jika cara pemetikan tidak rata
maka mempengaruhi pertumbuhan pucuk baru. Jika pemetikan rata, pucuk baru akan
tumbuh lebih banyak. Luas lahan yang dipetik dalam pemetikan manual dalam sehari ialah
2,4 ha dengan target pemetikan sebesar 500-600 kg per hari. Pemetikan dilakukan mulai dari
pukul 06.00 hingga pukul 13.00 apabila pucuk yang tersedia sedikit. Namun apabila pucuk
yang tersedia cukup banyak maka pemetikan manual dilakukan dari pukul 06.00 hingga
pukul 15.00. Waktu istirahat yang diberikan untuk pekerja ialah pkul 10.00 dan kemudian
dilakukan proses penimbangan daun teh yang telah dipetik. Kendala yang dialami dalam
pemetikan manual yaitu sumber daya manusia (SDM) dan kerataanya tidak sama namun
hasil bobot petikan pucuk lebih banyak diperoleh pada saat analisis pucuk. Pada musim
kemarau, penyakit yang menyerang tanaman teh yaitu met, Empoasca sp dan ulat api. Met
menyebabkan daun teh memiliki bintik-bintik merah. Empoasca sp. Dapat menghisap
cairan-cairan yang ada didalam daun. Ulat api dapat memakan daun teh hingga daunnya
habis, ulat api juga dapat membahayakan bagi pekerja. Sedangkan pada musim hujan,
penyakitnya cacar yang dapat menurunkan produksi pucuk basah hingga 50%.
b. Pemetikan mesin
Pemetikan mesin menggunakan mesin merek sanyang yang dimodifikasi dengan gunting
merek ochia. Mesin pemetik teh diproduksi di china dengan harga per unit 21 juta (mesin
sanyang), sebelumnya mesin yang digunakan yaitu mesin merk ochia dengan harga per unit

20
40 juta. Gunting merk ochia lebih awet dari pada merk sanyang akan tetapi kualitas
mesinnya sama dan harganya lebih mahal sehingga mesin ini dimodifikasi. Bahan bakar
mesin ini terdiri dari campuran oli dan bensin premium. Kapasitas mesin (hasil per unit)
mesin pada musim kemarau 400 kg, sedangkan pada musim hujan 1 ton bahkan lebih.
Pelumas yang digunakan untuk mesin pemetik teh yaitu oli sedangkan pelumas yang
digunakan untuk gunting yaitu minyak goreng dengan tujuan agar tidak mempengaruhi
kualitas daun teh. Jenis mesin sama seperti senso.. Cara pengambilam pucuk dengan mesin
yaitu naik 1 cm dari bidang tanaman hal ini bertujuan untuk menjaga persiapan pemetikan
berikutnya. Cara kerja mesin yaitu gunting memiliki fantel dimana fantel akan menarik
gunting sehingga gunting akan bekerja. Ketika teh telah putus, ada angin/blower yang
menarik teh masuk ke dalam tampungan teh. Pada pemetikan mesin jenis teh yang di petik
yaitu TRI 2, TRI 24, gambung. Pada musim kemarau 1 hari ada 2 mesin yang beroperasi,
sedangkan pada musim hujan dilihat dari kebutuhan atau banyaknya daun teh. Hal ini
karena pada musim hujan pucuk teh banyak yang tumbuh sehingga mesin yang beroperasi
sebanyak 5-6 mesin. 1 unit mesin diperlukan 6-7 orang untuk menjalankannya dan itu setara
dengan 25-30 orang pemetikan manual. Hasil pemetikan mesin juga lebih banyak dari pada
pemetikan manual. Namun Kendala mesin yaitu mesin terbuat dari cina dimana mesin yang
terbuat dari cina apabila digunakan 1 hari full maka dalam 1 minggu mesinn bisa rusak,
hasil pemetikan lebih banyak cakar ayam dan tidak buang. Yang terpenting dalam pemetikan
mesin yaitu lambung. Lambung adalah sisa potongan mesin. Jika ada yang tertinggal harus
cepat diambil karena jika ada putaran selanjutya akan mengganggu jalannya mesin.
c. Pemetikan Jendangan
Pemetikan jendangan adalah pemetikan pucuk daun teh dari TP 0 yang artinya pucuk yang
tumbuh pertama dari 3 bulan pemangkasan. Pemetikan jenjangan dilakukan sebanyak 7 kali
putaran kemudian masukuk ke TP 1.

3.1.3 Penanganan Bahan Baku


3.1.3.1 Pengangkutan dan Penimbangan

21
Pengangkutan pucuk merupakan kegiatan mengangkut pucuk dari kebun ke pabrik
pengolahan. Jumlah truk yang mengangkut bahan baku dari kebun teh ke pabrik
sebanyak 4 truk dengan 2 kali pengangkutan, dimana 2 truk dari Wonosari dan 2 truk dari
Gebug Utara. Pucuk yang telah dikumpulkan ke dalam rajut, selanjutnya diangkut ke
pabrik pengolahan menggunakan truk yang ditutupi bagian atasnya agar teh tidak terkena
pancaran sinar matahari secara langsung. Penutupan bagian bak truk tempat rajut yang
dihamparkan bertujuan agar sinar matahari tidak mengenai daun teh segar, sehingga tidak
terjadi perubahan warna teh menjadi coklat yang dapat mengakibatkan mutu teh
berkurang. Setelah truk sampai ke pabrik pengolahan, maka akan dilakukan
penimbangan. Penimbangan ini bertujuan untuk mengetahui jumlah teh yang akan diolah,
serta mengetahui berapa besar perbandingan antara teh basah dan teh kering setelah
produksi. Adapun jenis timbangan yang digunakan adalah timbangan bruto.
Penimbangan bruto merupakan penimbangan dengan menghitung berat kotor yaitu berat
suatu barang dengan tempatnya. Kapasitas timbangan yaitu 300 kg, dimana rata-rata
penimbangan daun teh sebesar 100 kg. Selesai pemakaian alat timbang langsung
dibersihkan dengan menggunakan lap kering. Pengangkutan pucuk tergantung dari
banyak sedikitnya pucuk yang dipetik pada hari itu. Jika pucuk yang dipetik banyak maka
pengangkutan dilakukan dua kali atau lebih. Proses pengangkutan pucuk sangat penting
untuk diperhatikan untuk mengantisipasi kerusakan pucuk yang diakibatkan oleh
kerusakan mekanis akibat pengangkutan sehingga kualitas teh akan tetap terjaga. Proses
penimbangan dan penurunan pucuk daun teh dapat dilihat pada gambar berikut.

3.1.3.2 Penerimaan Pucuk Daun Teh


Penerimaan pucuk dalam satu hari pada musim kemarau sebanyak 5 ton dan pada
musim hujan sebanyak 25 ton. Setelah dilakukan penimbangan, pucuk diturunkan dari
truk pengangkutan kemudian dibongkar dan ditimbang, lalu diangkut menggunakan alat
monorail, setelah itu dihamparkan pada withering trough untuk dilakukan proses
pelayuan sebagai awal proses pengolahan teh hitam.
Saat proses pelayuan yakni penghamparan pucuk teh pada withehring trough
penting untuk dilakukan pengkibaran untuk memecahkan gumpalan pucuk yang menyatu
akibat dikemas dalam rajut, dimana pucuk dalam keadaan basah saat pengangkutan.

22
Dengan dilakukan proses pengibaran pucuk maka pelayuan dapat merata ke seluruh
pucuk teh yang dilayukan. Suhu yang digunakan pada saat penghamparan daun teh yaitu
suhu ruang sekitar 27°C. Dalam proses penghamparan hasil pemetikan manual dan mesin
dapat dicampur dalam satu trough, tetapi pada saat proses analisa pucuk hasil pemetikan
manual dan mesin baik itu dari Afdeling Wonosari maupun Gebuk Utara harus
dipisahkan untuk mengetahui kualitas mutu yang diperoleh dari masing-masinh hasil
pemetikan. Apabila pada saat proses penghamparan terdapat gulma, ulat gulung, cakar
ayam, daun tua, daun bertangkai, daun rusak maupun serangga dibiarkan saja. Hal ini
dikarenakan cemaran-cemaran tersebut akan dihilangkan pada saat daun teh masuk ke
mesin Green Leaf Sifter (GLS). Setelah proses penghamparan selesai dilakukan analisis
pucuk untuk mengetahui mutu standar pemetikan. Analisis pucuk merupakan
pengelompokkan bagian pucuk yang didasarkan pada bagian muda, bagian tua dan
bagian rusak.
3.1.3.3 Analisis Pucuk
Analisis pucuk daun teh adalah pemisahan pucuk yang didasarkan pada jenis
pucuk atau merupakan rumus petik yang dihasilkan dari pemetikan yang telah dilakukan.
Analisis pucuk daun teh merupakan kegiatan pemisahan pucuk yang didasarkan pada
bagian muda, tua dan rusak. Analisis pucuk bertujuan untuk menentukan mutu dengan
membedakan 2 komponen yaitu daun teh yang memenuhi standar/syarat (MS) dan tidak
memenuhi standar/syarat (TMS). Daun/pucuk teh yang termasuk komponen MS yaitu
P+1 = Peko+1daun, P+2 = Peko+2 daun, P+3 = Peko+3 daun, B+1m = Burung+1 daun
muda, B+2m = Burung+2 daun muda, B+3m = Burung+3 daun muda sedangkan yang
termasuk komponen TMS yaitu gulma, cakar ayam, lembaran tua, tangkai berdaun, daun
rusak. Selain mempengaruhi mutu analisis pucuk juga dapat mempengaruhi gaji pekerja
pada saat proses pemetikan serta dapat mempengaruhi kuantum hasil pemetikan.
Tahap – tahap proses analisis pucuk sebagai berikut :
1. Diambil daun/pucuk the secara acak di dalam mesin through dengan menggunakan wadah
plastik.
2. Kemudian ditimbang sebanyak 250 gram daun/pucuk teh.
3. Selanjutnya dilakukan analisis potes dengan tidak menggunakan kuku.
4. Kemudian analisis potes ditimbang kembali.
5. Hasil timbangan dibagi dengan 250 gram di kali 100%, untuk manual hasil yang memenihi
standar yaitu ≥ 60 % sedangkan untuk yang mesin ≥ 56 %.

23
MS = x 100 %

3.1.3.4 Proses Pelayuan


Pelayuan merupakan proses yang bertujuan untuk menurunkan kadar air daun
hingga mencapai 65-70%, melemaskan pucuk segar sehingga tidak mudah patah dan
mudah digulung. pelayuan disini dilengkapi dengan thermometer kering dan basah (Dry
and Wet) dan suhu maksimal didalam withehring trough tidak boleh lebih dari 27oC
karena pada suhu diatas 27oC terjadi denaturasi protein sehingga enzim menjadi inaktif.
Hal ini dapat menghambat reaksi oksidasi enzimatis pada tahap selanjutnya. Hal-hal yang
mempengaruhi pemberian udara panas pada saat proses pelayuan yaitu apabila selisih
suhu kering dan basah < 2°C. Cara baca thermometer Dry and Wet dengan cara
mengambil selisih. Misalnya, suhu 22 kelembaban 20 berarti selisih 2 maka bisa tidak
menggunakan udara panas dengan membutuhkan waktu lebih lama untuk pelayuan. Jika
selisihnya jauh, maka cepat terjadi pelayuan. Suhu harus lebih tinggi dari kelembaban.
Udara panas digunakan ketika kondisi musim hujan, mendung dan berkabut. Pembalikan
pucuk dilakukan ≥ 6 jam untuk kondisi musim basah, sedangkan pada kondisi musim
kering dilakukan < 6 jam setelah pengunggaran. Proses pelayuan berlangsung sekitar 8-
18 jam tujuannya untuk menurunkan kadar air sampai 30-32%. Tes kadar air dilakukan di
lab menggunakan alat tes kadar air merk ohaus tipe MP120. Proses pelayuan diawali
dengan pengunggaran pucuk teh diatas Withering Trough. Pengunggaran ini berfungsi
untuk meratakan pucuk teh agar ketebalan merata karena penguapan air dipengaruhi oleh
ketebalan dan ratanya pucuk teh yang diunggar. Persentase pelayuan yang paling baik
yaitu 68-72%. Jika kurang layu akan mempengaruhi rasa teh menjadi sepet. Monitoring
tingkat pelayuan dilaakukan 2 jam sekali dengan menimbang keranjang contoh.
Keranjang contoh berada di tengah Withering Trough. Misalkan kapasitas through 550,
dikeranjang harus 1% yaitu 5,5kg. Faktor yang mempengaruhi proses pelayuan yaitu
cuaca jika musim kering, pelayuan lebih pendek dengan waktu 8-10 jam sedangkan
musim hjuan, pelayuan lebih lama/panjang dengan waktu maksimal 18 jam.
3.1.4 Proses Pengolahan Teh Hitam
Pengolahan teh adalah metode yang diterapkan pada pucuk daun teh (Camellia
sinensis) yang melibatkan beberapa tahapan, termaksud diantaranya pengeringan hingga
penyeduhan teh. Jenis-jenis teh dibedakan oleh pengolahan yang dilalui. Didalam

24
bentuknya yang paling umum, pengolahan teh melibatkan oksidasi terhadap pucuk daun,
penghentian oksidasi, pembentukan teh dan pengeringan. Dari tahapan ini, derajat
oksidasi memainkan peran penting untuk menentukan rasa teh dengan perawatan dan
pemotongan pucuk daun mempengaruhi citarasa juga turut berperan meski cukup kecil.
Bahan kimia yang terdapat didalam daun teh terdiri dari 4 kelompok, yaitu subtansi fenol
(catechin dan flavanol), subtansi bukan fenol (pectin, resin, vitamin, dan mineral),
subtansi aromatik dan enzim-enzim. Sistem pengolahan teh hitam di PT. Perkebunan
Nusatara XII, Kebun Teh Wonosari menggunakan system Crushing Tearing Curling
(CTC). Proses pengolahan sistem ini merupakan teh yang diolah melalui proses pelayuan
selama 8-18 jam, gilingan persiapan, gilingan CTC (penghancuran, penyobekan, dan
penggulungan) oksidasi enzimatis, pengeringan, dan sortasi.
3.1.4.1 Penurunan Pucuk Layu
Penurunan pucuk layu merupakan tahap awal dalam proses pengolahan teh hitam.
Selama pelayuan pucuk teh akan mengalami dua macam perubahan yaitu perubahan
secara fisik dan perubahan secara kimia. Pada perubahan fisik terjadi penurunan kadar air
sel pada pucuk sehingga pucuk akan lemas dan lentur. Penurunan kadar air tersebut
disebabkan adanya proses penguapan oleh aliran udara kering yang dihembuskan pada
alat pelayuan. Perubahan kimia terjadi akibat senyawa-senyawa hasil metabolisme
tanaman yang terkandung dalam sel-sel daun mengalami perubahan. Penurunan pucuk
layu dilakukan dengan menggunakan tenaga manual yang diturunkan sedikit demi sedikit
ke dalam conveyer. Disamping conveyer terdapat tempat sampah dengan tujuan, apabila
ada kontaminasi yang terikut baik itu rumput/ daun kering akan dimasukkan ke dalam
tong sampah untuk menghindari terjadi kontaminasi selanjutnya pada saat memasuki
mesin Green Leaf Sifter (GLS). Alat yang digunakan untuk mengangkut teh dari through
ke mesin conveyer yaitu menggunakan gerobak. Fungsi conveyer adalah untuk
menurunkan pucuk layu dengan kapasitas 50/jam. Selanjutnya pucuk layu akan turun ke
mesi Green Leaf Sifter (GLS). Green Leaf Sifter (GLS) berfungsi untuk memecah daun
teh agar tidak menggumpal dan mensortir daun teh untuk menghilangkan kontaminan
seperti, logam , batu kecil, dan gulma. Hal ini dikarenakan, jika daun teh yang jatuh ke
Rotorvane menggumpal maka akan menyebabkan buntu dan tidak berjalan lancar. Mesin
Green Leaf Sifter (GLS) ini, dilengkapi dengan mesin penghisap udara yang bekerja
dengan cara menghisap debu dari daun teh. Perawatan mesin Green Leaf Sifter (GLS)

25
dibersihkan dengan cara dilap menggunakan kain kering. Sumber energi mesin GLS
adalah listrik.
3.1.4.2 Penggilingan
Penggilingan adalah proses penggulungan pucuk daun teh yang telah layu untuk
memperkecil ukuran partikel sesuai dengan yang diinginkan. Teh yang dikatakan siap
giling harus sesuai dengan kadar air yang telah ditetapkan yaitu yaitu ±70% dari awal
penerimaan pucuk kira-kira turun 30%. Cara mengetahui kadar air turun 30% yaitu
dengan cara monitoring. Alat yang digunkan untuk menggiling daun the yaitu Rotorvane.
Rotervane adalah alat yang digunakan untuk menyobek dan memotong pucuk layu
menjadi partikel kasar sehingga mempermudah proses CTC dalam pembentukan partikel
teh. Suhu bubuk pada Rotorvane yaitu 26 – 29O C. Setelah dikecilkan ukurannya
menggunakan Rotorvane, lalu partikel kasar pucuk teh digiling menggunakan mesin
CTC. Penggilingan CTC bertujuan untuk menghaluskan potongan kasar pucuk teh
menjadi potongan yang lebih halus. Alat penggilingan CTC mempunyai 3 roll yaitu Roll
CTC 1 : 28 – 35OC , Roll CTC II dengan suhu 30 – 35OC dan Roll CTC II : 30 – 35OC dengan daya 15 –

20 Amp. Pada mesin Rotervane terdapat pipa yang berfungsi untuk mengambil udara dari
luar ke dalam ruangan yang akan disalurkan ke Roll I, II dan III.
3.1.4.3 Fermentasi (Oksidasi Enzimatis)
Fermentasi merupakan tahapan paling penting dalam proses pengolahan teh hitam
karena pada tahap ini merupakan tahap pembentukan rasa, aroma, warna, dan
kenampakan teh hitam yang akan menentukan kualitas teh hitam yang dihasilkan. Daun
teh yang telah digiling selanjutnya dibawa ke Fermenthing Machine Unit menggunakan
alat Belt Conveyor. Fermenthing Machine Unit terdiri dari 5 belt conveyor yang
berfungsi sebagai tempat oksidasi enzimatis yang dilengkapi dengan alat pengatur
kecepatan, pengatur ketebalan serta alat pemecah gumpalan bubuk teh. Suhu awal
fermentasi yaitu 30-34OC sedangkan suhu akhir antara 26-28OC.. Bubuk teh basah
dilewatkan di Fermenthing Machine selama 75-90 menit dengan ketebalan bubuk 5-7
cm. Jika daun teh kurang layu maka 75menit belum bisa terjadi oksidasi sehingga waktu
yang baik itu 90 menit. Artinya 75-90 menit mulai dari turunnya teh yang sudah halus
sampai keluar dari penggorengan waktunya adalah 90 menit. Dalam proses oksidasi
enzimatis perlu dilakukan pengendalian suhu dan kelembaban udara menggunakan
Humidifier agar suhu ruangan yang dikehendaki tercapai yaitu 18-26oC. Apabila suhu
kurang dari 80OC dan kelembaban kurang dari 90 % dampaknya adalah warna teh
menjadi kemerah-merahan. Tujuan oksidasi enzimatis yaitu untuk membentuk rasa,

26
aroma dan warna teh hitam. Proses ini akan mengubah warna bubuk teh basah dari hijau
menjadi kecoklatan. Perubahan ini terjadi karena adanya kontak langsung enzim
polifenol oksidase dengan oksigen.
3.1.4.4 Proses Pengeringan
Proses pengeringan bertujuan untuk menghentikan proses oksidasi dan
menurunkan kadar air sampai 3% . Alat pengeringan yang digunakan adalah Vibro Fluid
Bet Drier (VFBD). Cara kerja dari mesin ini ialah suhu infeld masuk kedalam mesin
dialirkan lewat bawah, dimana panasnya itu berasal dari tungku. Pada mesin penggoreng
dilengkapi oleh wajan yang mempunyai lubang-lubang. Jadi suhunya naik
divibral/digetarkan sehingga disebarkan oleh angin yang diuapkan tersebut, secara
otomatis akan keluar sendiri (ketika bubuk teh sudah matang). Sumber panas yang
digunakan VFBD mesin berasal dari tungku yang berbahan dasar kayu. Prinsip dari
pengeringan ini adalah dengan cara menghembuskan udara panas melewati hamparan
teh, dan udara paling panas bersentuhan dengan bubuk yang paling kering. Pengeringan
berlangsung selama 18-20 menit . Suhu yang digunakan untuk pengeringan adalah 120OC
sedangkan untuk pemasakan bubuk adalah 80-100OC, idealnya adalah 85-95 OC,dengan
suhu inlet 110-130oC dan suhu outlet 80-90 oC. Suhu kematangan berkisar antara 85-
95OC, kurang dari itu maka teh akan mentah sedangkan apabila suhunya lebih dari itu
maka bubuk teh akan gosong. Setiap 20 menit akan ada petugas yang mengukur kadar
air. Sampel diambil 3gr setiap 20 menit dikontrol dan setiap 1 jam akan di kontrol lagi
untuk rasa untuk mengantisipasi jika ada kelainan dari pengeringan misalnya smoky bisa
langsung dideteksi dan langsung dipisahkan selain itu jika kadar air kurang dari standar
maka indikasi bahwa bubuk teh mengalami kegosongan dan sebaliknya jika kadar air
yang tinggi dapat mengakibatkan tumbuhnya mikroorganisme dan jamur yang tidak
diinginkan sehingga daya simpan bubuk teh menjadi pendek.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengeringan antara lain :
a. Tebal hamparan
Apabila ketebalan hamparan bubuk teh semakin besar dapat menyebabkan bubuk
kering tidak merata sehingga akan menimbulkan bubuk berkerak atau gumpalan
bubuk teh yang sulit dipisahkan. Sedangkan apabila hamparan bubuk teh terlalu
tipis maka kadar air yang terkandung dalam bubuk teh banyak yang hilang.
b. Waktu pengeringan
Waktu pengeringan disesuaikan hingga bubuk teh mencapai kandungan air yang
diinginkan yaitu 3-4% selama 18-20 menit.
c. Suhu udara masuk dan keluar

27
Suhu udara mesin pengering yang baik yaitu sekitar 110-130°C sedangkan suhu
udara keluar yaitu 80-95°C.
3.1.4.5 Sortasi
Sortasi adalah proses pemisahan produk yang sudah bersih menjadi menjadi
berbagai macam-macam mutu atas dasar sifat fisik. Proses sortasi diawali dari proses
pengeringan kemudian masuk ke vibro jumbo melalui mesin conveyor. Vibro jumbo
berfungsi untuk memisahkan antara serat dengan partikel bubuk teh untuk dijadikan mutu
lokal, vibrio jumbo juga digunakan untuk menyaring partikel dengan ukuran 8 mesh.
Partikel yang lolos dari vibrio jumbo akan dibawa pada holding tank yang berfungsi
sebagai penampung sementara dan memiliki kapasitas 1000 kg. Setelah partikel teh
ditampung pada holding tank, selanjutnya partikel bubuk teh menuju midleton shifter.
Midleton shifter berfungsi untuk memisahkan partikel teh berdasarkan ukurannya.
midleton shifter memiliki kapasitas 700 kg per jam dengan memiliki 2 bagian dalam
mesin tersebut, bagian atas memiliki lubang untuk partikel kecil sedangkan bagian bawah
memiliki lubang untuk partikel besar. Pada bagian atas ukuran diameter ayakan 4mm,
pada bagian bawah ukuran diameter ayakan 5mm. Partikel teh dari ayakan 4mm dialirkan
ke trinick I, sedangkan partikel teh dari ayakan 5mm dialirkan ke trinick II.
Tahap selanjutnya yaitu bubuk teh yang telah disortasi menggunakan mesin
midleton akan dilakukan sortasi lanjutan menggunakan trinick. Trinick berfungsi untuk
memisahkan partikel bubuk teh sesuai dengan ukuran mesh yang dikelompokkan menjadi
beberapa mutu teh. Kapasitas alat ini 460 kg/jam.Di pabrik terdapat 2 trinick yaitu trinick
Idan trinick II.Trinick I berfungsi untuk memisahkan partikel teh yang berukuran halus
dan kasar, sedangkan trinick II untuk memisahkan partikel teh yang berukuran
kasar.Trinick I dan trinick II menghasilkan teh mutu I, sedangkan bubuk teh yang tidak
lolos pada mesh akan ditetapkan pada trinick I dan trinick II yang menghasilkan bubuk
teh mutu II.
Tabel 2 Ukuran Partikel Teh Halus pada Mesin Trinik I
Corong Mesh Jenis Teh
I 50 D2
II 30 D1
III 24 PD
1V 18 PF1
V 16 PF1
VI 14 PF1

Tabel 3 Ukuran Partikel Teh Kasar pada Mesin Trinik II

28
Corong Jenis Teh
D1
PD
PF1
PF1
BP1
BP1

Tabel 4. Ukuran Partikel Teh Mutu II


Corong Mesh Jenis Teh
I 30 D2
II 24 D2
III 20 Fann
IV 16 Fann
V 12
VI 10

Keterangan : BP=Broken pecco


PF= pecco Fanning
PD= pecco dust
D1 = Dust 1
D2= Dust 2
3.1.4.6 Produk Akhir (Bubuk Teh Hitam)
Setelah melalui smua proses pengolahan maka di hasilkan produk akhir berupa
bubuk teh hitam mutu I, mutu II dan mutu lokal. Bubuk teh mutu I menghasilkan jenis
teh D1, PD, PF1, Fann dan BP1. Untuk teh mutu II menghasilkan jenis teh D2. Terakhir
untuk mutu lokal menghasilkan jenis teh BMC dan PLUFF. Jenis teh D1, D2, PD, PFI,
BPI, dan Fann memiliki karakteristik secara umum yang dapat diketahui saat dilakukan
pengujian cup test. Standar mutu lokal yaitu 15%, apabila standar atau presentasi lebih
dari 15 % maka hasil produksi atau presntasinya jelek. Untuk mutu II standarnya dibawah
mutu local, karena mutu II hanya menghasilkan 1 jenis teh saja. Sedangkan untuk mutu I
presentasinya harus lebih tinggi dari mutu II dan mutu lokal. Semakin ringan hasil produk
yang dihasilkan maka semakin tinggi densitas dari produk. Randemen produk yang baik
yaitu 23-26, apabila randemennya 20-26 maka randemen dari produk kurang baik.
3.1.4.7 Cup Test
Pengujian cup test atau pengujian organoleptik yang dilakukan setiap hari dari
pukul 06.00 atau pada pagi hari.Panelis yang digunakan harus benar-benar seorang ahli
dari teh, yang bisa merasakan rasa, aroma, dan kenampakan yang baik untuk

29
menghasilkan kualitas yang bagus.Karakteristiknya meliputi Appearance (Kenampakan),
Liquor (Rasa), dan Infused Leaf (Ampas).
a. Appearance (Kenampakan) untuk semua jenis teh meliputi :
 Blackish merupaka teh yang berwarna hitam dan menunjukkan sifat teh yang baik.
 Brownish merupakan teh yang berwarna agak kecoklatan
 Choppy merupakan teh yang lebih banyak mengalami proses pemotongan pada
sortasi kering.
 Even merupakan teh yang memiliki ukursn rata sesuai dengan jenis sortasinya.
 Flaky merupsksn teh yang tidak menggulung/merupakan lembaran terbuka.
 Grainy merupakan istilah untuk Fanning dan Dust yang baik.
 Grey merupakan teh yang memiliki warna abu-abu sebagai akibat dari banyaknya
perlakuan sortasi kering.
 Irregular menunjukkan partikel teh yang tidak homogen/kurang rata.
 Leavy menunjukkan teh yang ukurannya agak besar untuk jenis broken.
 Mix menunjukkan teh yang tercampur dengan berbagai jenis ukuran.
 Ragged merupakan teh yang sortasinya kurang baik, sehingga ukuran dan
komposisinya tidak rata.
 Sealky meruapaka teh yang banyak mengandung serat merah.
b. Liquor (Rasa) untuk semua jenis teh meliputi :
 Bakey menujukkan sifat air seduhan teh yang mengalami pengeringan lanjut namun
belum overfired.
 Bright menunjukkan air seduhan yang berwarna cerah dan baik, umumnya
disebabkan proses pengolahan yang baik dengan bahan aku yang baik pula.
 Coarsey menunjukkan air seduhan teh yang rasanya kuat namun kualitasnya
kurang. Teh dataran rendah umumnya memiliki sifat ini.
 Colory menunjukkan air seduhan yang memiliki warna pekat. Hal ini disebabkan
waktu pelayuan yang panjang, penggilingan yang berat dan oksidasi enzimatis yang
panjang.
 Creaming Down menunjukkan adanya lapisan kepuith-putihan pada permukaan dan
dasar cangkir bila air seduhan didinginkan.
 Dull menunjukkan air seduhan yang sangat jelek, umumnya disebabkan oleh
oksidasi enzimatis yang terlalu lama.
 Dry menunjukkan air seduhan yang memiliki sifat bakey.
 Flat menunjukkan air seduhan menunjukkan air seduhan yang sangat hambar dan
tidak memiliki kualitas baik.
 Flavoury menunjukkan adanya aroma yang kuat dalam the.
 Fruity menunjukkan adanya cacat yang timbul karena pelayuan terlalu lama dan
pucuk yang dibiarkan basah dalam waktu yang lama.
 Grassy menunjukkan sifat air seduhan teh yang rasanya sangat pahit, namun masih
ada brisk. Hal ini umumnya disebabkan oleh daun yang kurang layu dan tua.

30
 Greenish menunjukkan air seduhan yang berasa pahit dan berwarna kehijauan.
 Harsh menunjukkan air seduhan teh yang sangat greenish.
 Light menunjukkan air seduhan teh yang berwarna bening.
 Mature menunjukkan teh yang disimpan selama beberapa waktu sehingga terjadi
aging.
 Nice menunjukkan air seduhan teh yang bersifat baik dan berasa enak.
 Plain menunjukkan air seduhan teh yang memiliki rasa kurang, banyak disebabkan
karena pucuk jendangan.
 Pungent menunjukkan air seduhan teh yang berasa sepet tapi tidak pahit.
 Smoky menunjukkan air seduhan teh yang berbau asap.
 Soft menunjukkan air seduhan teh yang agak hambar dan tidak memiliki kualitas
baik.
 Sour menunjukkan air seduhan teh yang berasa masam akibat over fermented dan
penyimpanan yang lama.
 Strength menunjukkan air seduhan teh yang dihasilkan oleh prosesing yang baik,
dibedakan kedalam lack in strenght. Fair strength dan good strength.
 Sweet menunjukkan air seduhan teh yang baik dan berasa manis pada aftertaste.
 Tainted menunjukkan adanya aroma yang tidak enak pada air seduhan teh.
 Thin menunjukkan teh yang kepekatan rasanya rendah kurang strength.
 Washy menunjukkan air seduhan teh yang sangat encer dan kurang sekali kepekatan
rasanya.
 Watery menunjukkan air seduhan teh yang sangat soft hanya berasa seperti air tawar
c. Infused Leaf (ampas) untuk semua jenis teh meliputi :
 Bright menunjukkan warna ampas seduhan teh yang baik, sifat demikian sangat
diinginkan dan umumnya menunjukkan teh yang baik.
 Coppery menunjukkan warna ampas seduhan yang menyerupai tembaga.
 Dark/Dull menunjukkan warna ampas seduhan yang berwarna hitam kecoklatan
atau hijau suram. Hal ini diakibatkan panas berlebih akibat over fermented.
 Greenish menunjukkan warna ampas seduhan yang berwarna kehijau-hijauan yang
umumnya disebabkan karena under fermented dan pelayuan yang kurang.
 Mixed/Uneven menunjukkan warna ampas seduhan yang tidak merata
3.1.4.8 Pengemasan dan Peyimpanan
Setelah diperoleh bubuk teh hitam kering dengan kadar air 3-3,5% maka
dilakukan proses penanganan produk yaitu dengan cara pengemasan dan penyimpanan
untuk mempertahankan mutu dari teh hitam. Adapun tahapan pengemasan dan
penyimpanan teh hitam di PTPN XII, Kebun Teh Wonosari yaitu:
a. Pengemasan
Pengemasan merupakan upaya pemberian wadah atau tempat untuk membungkus
produk teh agar memudahkan dalam pengiriman produk serta menjaga mutu produk

31
agar tidak terjadi kenaikan kadar air dalam proses penyimpanan karena sifat teh yang
higroskopis.Tujuan pengemasan yaitu :
1. Melindungi produk dari kerusakan
2. Memudahkan transportasi dari produsen ke konsumen
3. Efisien dalam penyimpanannya dalam gudang
4. Dapat menjadi alat promosi
Adapun proses pengemasan di PTPN XII Kebun Wonosari yaitu Teh yang telah
disortasi akan dimasukkan ke Tea bin dan selanjutnya akan di proses pada waterfall
untuk memisahkan debu yang mungkin terikut pada saat proses sebelumnya, debu
tersebut akan terangkat sedangkan bubuk teh akan jatuh menuju mesin selanjutnya.
Setelah dari waterfall selanjutnya akan masuk pada proses pre packer untuk
mengayak ulang dan memisahkan antara bubuk teh dengan serat teh, sehingga
diperoleh bubuk teh mempunyai mutu baik. Bubuk teh setelah di ayak pada mesin
pre packer selanjutnya masuk pada mesin Tea bulker untuk menghomogenkan teh.
Bubuk teh dari Tea Bulker dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam mesin Tea
Packer untuk dikemas sesuai jenis mutu dan standar Paper sack. Bahan pengemas
yang digunakan untuk mutu ekspor yaitu Paper sack yang dilapisi aluminium foil
sedangkan untuk mutu lokal menggunakan karung yang dilapisi plastik. Karyawan
menggunakan masker, topi dan sepatu. Pada proses pengemasan dilakukkan
pengambilan contoh sebanyak 2 kali yaitu sewaktu setengah pengisian dan sewaktu
Paper sack penuh. Jika sudah dilakukkan proses pengemasan maka teh akan dibawa
menggunakan hand forklift (kereta dorong) ke ruang gudang penyimpanan. Jika
proses pengemasan selesai maka akan dilakukkan pembersihan lantai dan alat yang
telah digunakan.
Untuk proses pengemasan di PT. Perkebunan Nusantara XII Kebun Wonosari
menggunakan beberapa macam pengemas, antara lain:
1. Paper sack
Paper sack terdiri dari 4 lapisan kertas yaitu 3 lapis kertas craft dan
alumunium foil (craft laminate). Alumunium foil digunakan agar mutu teh tetap
terjaga dari pengaruh lingkungan luar. Kemasan ini bersifat kedap terhadap
udara dan air. Paper sack biasanya digunakan untuk pengiriman ke luar negeri
misalnya Singapura, Jerman, Rusia, Canada dan Timur Tengah.
2. Karung plastic
Karung plastik yang digunakan terdiri dari 2 lapisan, yaitu lapisan dalam
berupa plastik dan bagian luar berupa karung yang terbuat dari plastik.Pada saat

32
pengemasan berlangsung, dua lapisan tersebut direkatkan dan dijahit sehingga
kemasannya rapat.Penggunaan karung plastik biasanya dipergunakan untuk
mutu lokal.

Tabel 5. Standar Pengisian Pengemasan


BP 1 52 Kg/ Paper Sack
PF 1 55 Kg/ Paper Sack
PD 60 Kg/ Paper Sack
D1 65 Kg/ Paper Sack
FANN 53 Kg/ Paper Sack
D2 65 Kg/ Paper Sack

b. Penyimpanan
Pada ruang gudang penyimpanan terdapat termometer yang bertujuan
untuk mengontrol suhu dan kelembaban udara.Suhu di gudang penyimpanan
sebesar 20-27ºC dengan kelembaban 70-75%. Suhu dan kelembaban udara
perlu diperhatikan agar kadar air bubuk tidak meningkat. Jumlah 1 chop terdiri
dari 20 paper sack yang dibungkus dengan plastik sheet. Tinggi tumpukan
maksimal 220 cm dan lebar 117 cm. 1 chop tumpukkan diberi alas pallet kayu
dengan tinggi 15 cm serta dilengkapi alat ultrasonik. Kondisi gudang harus
bersih, kering dan tidak lembab.Pengendalian mutu pada proses pengepakan
yaitu dengan adanya pallet yang berfungsi untuk mencegah bertambahnya
kadar air. Pada ruangan penyimpanan dilengkapi dengan ultrasonik yang
bertujuan untuk menghindari terjadinya serangga. Proses pengangkutan dengan
truk dilengkapi dengan terpal dan penutup agar terhindar dari hujan dan sinar
matahari langsung.
Syarat-syarat ruang penyimpanan:
 Ruang tempat peti miring harus bersih.
 Udara tempat peti miring harus cukup kering ( RH 60-70% ).
 Ruang dalam peti miring harus kedap udara.
3.1.5 Mesin dan Peralatan Industri
Dalam suatu industri komponen mesin dan peralatan industri merupakan hal
yang penting untuk melakukan proses produksi. Mesin adalah alat yang memberi
tenaga atau daya pakai secara mekanis pada setiap pesawat yang dapat
membantu tenaga yang bekerja, mengubah suatu gerak menjadi tenaga lain atau
mengubah arah gerak. Peralatan adalah alat yang dijalankan oleh manusia atau
dijalankan secara mekanis oleh mesin untuk melakukan pekerjaan. Berikut

33
diagram alir mesin pengolahan di PTPN XII, Kebun Wonosari dapat dilihat pada
gambar 3.

34
Pucuk daun

Monorail

Whitering through

Conveyor

Green Leaf Shifter Limbah


Padat

Rotorvane

CTC (Crusing,Tearing, Curling)

Fermenting machine unit Humidifier

VFBD

Vibro jumbo

Holding tank

Midleton shifter

Trinik I Trinik
II

D2,D1, PD, D1, PD, PF, BP


PF1
CTCBall Breaker

Tea Bin

Waterfall

Pre packer

Tea bulker

Tea packer

Gambar 3 Diagram Alir Mesin Pengolahan Teh Hitam di PT. PN


XII Kebun Teh Wonosari Malang
35
1. Monorail

Gambar 4. Monorail
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Monorail merupakan alat yang digunakan untuk mempermudah proses
pengangkutan pucuk teh ke ruang pelayuan. Tahun pembuatan alat monorail yaitu 1984
dengan kapasitas monorail 2,5 ton. Pucuk teh yang telah di timbang dinaikkan ke atas
kursi monorail dengan kapasitas angkut maksimal 30 kg pucuk segar. Jumlah kursi
monorail yaitu 85 unit yang dipakai 80 unit dan sebagai cadangan 5 unit, jumlah fighting
yaitu 525 dengan daya 3 HP, 220 Volt, 7 Amp, 1450 Rpm. Laju kursi monorail yaitu 252
kursi/jam. Panjang lintasan monorail yaitu 185 meter.

2. Withering trough

Gambar 5. Withering trough


Sumber : Dokumentasi Pribadi
Withering trough merupakan alat yang berfungsi untuk menghamparkan pucuk teh
yang akan dilayukan dan mengurangi kadar air menjadi 70%. Withering trough berbentuk
balok yang di dalamnya terdapat blower yang berfungsi untuk mengalirkan udara
sehingga memperlancar proses pelayuan. Temperatur udara dalam alat ini maksimal 27 oC.
Tahun pembuatan Withering trough yaitu 1970 dengan kapasitas Whitering trough

36
sebesar 700 kg/batch. Jumlah mesin Withering trough yaitu 42 unit. Daya dari Withering
trough 7,5 HP, 220 Volt, 8 Amp, 960 Rpm.

3. Conveyor

Gambar 6. Conveyor
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Conveyor merupakan mesin yang digunakan untuk mengalirkan pucuk teh yang telah
mengalami pelayuan dan kemudian diteruskan ke proses pengolahan berikutnya yaitu
penggulungan dan penggilingan sehingga memudahkan pemindahan bahan baku. Kemiringan
dari 45 derajat dan tidak lebih dari 90.

4. Green Leaf Sifter

Gambar 7. Green Leaf Sifter


Sumber : Dokumentasi Pribadi
Mesin Green Leaf Sifter merupakan mesin yang berfungsi untuk memisahkan benda-
benda asing dengan pucuk layu yang siap untuk digiling, antara lain logam, pasir, atau
ranting. Prinsip kerja GLS yaitu pmemisahkan kotoran dari pucuk layu akibat gerakan
ayakan yang maju mundur. Kotoran terlempar dan ditampung dalam baki. Dalam ayakan
terdapat magnet yang berfungsi untuk menangkap kotoran berupa logam. Kapasitas alat
tersebut adalah 1050 kg/jam. Mesin GLS menggunakan alat penggerak motor listrik
(electromotor) dengan daya 3 HP, 220 Volt, 5 Amp dan 1450 Rpm.

37
5. Rotorvane

Gambar 8. Rotorvane
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Rotorvane merupakan alat yang digunakan untuk menyobek atau memotong pucuk layu
menjadi partikel kasar sehingga mempermudah proses CTC dalam pembentukan partikel teh.
Tahun pembuatan Rotorvane yaitu 1997 dengan kapasitas alat ini adalah 1050 - 1500 kg/jam
dan memiliki diameter 15’’. Alat penggerak mesin menggunakan motor listrik (electromotor)
dengan daya 30 HP, 220 Volt, 30 Amp, 1450 Rpm. Suhu bubuk yang keluar dari rotorvane
adalah 26-28oC.

6. CTC

Gambar 9. Roll CTC


Sumber : Dokumentasi Pribadi
Penggilingan CTC bertujuan untuk menghaluskan potongan kasar pucuk teh menajadi
potongan yang lebih halus. Alat penggilingan CTC mempunyai 3roll. Setiap roll CTC memiliki
2 alur, yaitu alur heliks dan alur Vertikal. Alur Heliks berfungsi untuk mengeluarkan pucuk yang
berada ditengah kedua roll, sedangkan alur vertikal sebagai pemotong yang membuat pucuk
semakin halus. Setiap roll CTC memiliki 15 segmen pisau, dimana 1 segmen lebarnya 2 inchi.
Roll CTC memiliki 2 tipe yaitu TPI 8 dan TPI 10, dimana TPI 8 memiliki 8 gigi dan TPI 10
memiliki 10 gigi pada setiap inchi. Untuk mendukung proses ini, suhu udara ruangan yang
dikehendaki yaitu 18-26oC dan kelembaban udaranya adalah ≥90 %. Kapasitas roll CTC yaitu

38
1050-1500 kg/jam. Alat penggerak mesin menggunakan motor listrik (electromotor) dengan daya
20 HP, 220/380 Volt, 30 Amp, 1450 Rpm.

7. Humidifier

Gambar 10. Humidiefer


Sumber : Dokumentasi Pribadi
Humidiefer merupakan alat yang digunakan untuk mempertahankan suhu dan
kelembaban udara sehingga akan diperoleh mutu teh yang baik. Prinsip kerja humidiefer adalah
gerakan putar dari electromotor sehingga kipas ikut berputar.pada saat yang bersamaan air
dipompakan dan menyembur pada bagian piringan. Air ini kemudian akan terpecah merata
sehingga akan tampak membentuk kabut air.

8. Fermenting Machine Unit

Gambar 11. Fermenting Machine Unit


Sumber : Dokumentasi Pribadi
Fermenting Machine Unit merupakan mesin fermentasi berupa belt conveyor berjalan terdiri
dari 5 tingkatan dan dilengkapi dengan alat pengatur kecepatan, pengatur ketebalan serta alat
pemecah gumpalan bubuk teh. Tahun pembuatan mesin ini yaitu 1997 dengan kapasitas yaitu

39
1400 kg. Alat penggerak mesin menggunakan motor listrik (electromotor) dengan daya 2 HP,
220/380 Volt, 5 Amp, 1450 Rpm.

9. Vibro Fluid Bed Dryer

Gambar 12. Vibro Fluid Bed Dryer


Sumber : Dokumentasi Pribadi
Vibro Fluid Bed Dryer merupakan mesin yang digunakan untuk mengeringkan bubuk
teh hasil fermentasi sehingga diperoleh bubuk teh yang kering. Proses pengeringan ini
dilakukan dengan mengatur suhu inlet antara 110 oC -130oC dan suhu oulet 80 oC -95oC.
Prinsip mesin VFBD adalah dengan aliran udara panas dengan kecepatan tertentu yang
dilewatkan menembus bed (hamparan bahan) sehingga mempercepat proses pengeringan
dan mempertahankan mutu bahan kering. Tahun pembuatan mesin ini yaitu 1997 dengan
kapasitas yaitu 250 kg/jam. Alat penggerak mesin menggunakan motor listrik
(electromotor) dengan daya 10 HP, 220/380 Volt, 15 Amp, 1450 Rpm.

10. Vibro Jumbo

Gambar 13. Vibro Jumbo


Sumber : Dokumentasi Pribadi
Vibro Jumbo merupakan mesin yang berfungsi untuk memisahkan bubuk teh kering
berdasarkan ukuran partikel serta memisahkan dari serat kasar yang terdapat pada tangkai
daun.selain itu mesin Vibro Jumbo digunakan untuk memisahkan partikel dengan ukuran 8

40
mesh. Tahun pembuatan mesin ini yaitu 1997 dengan kapasitas yaitu 600 kg. Alat
penggerak mesin menggunakan motor listrik (electromotor) dengan daya 3 HP, 220/380
Volt, 5 Amp, 1450 Rpm.

11. Holding Tank

Gambar 14. Holding Tank


Sumber : Dokumentasi Pribadi
Holding Tank merupakan mesing yang berfungsi sebagai penampung sementara hasil
partikel bubuk teh yang telah lolos uji dari proses Vibro Jumbo. Selain itu alat ini berfungsi
sebagai tempat untuk proses pendinginan awal agar ketika disortasi partikel teh tidak pecah.
Tahun pembuatan mesin ini yaitu 1997 dengan kapasitas yaitu 1000 kg. Alat penggerak mesin
menggunakan motor listrik (electromotor) dengan daya 1 HP, 220/380 Volt, 3 Amp, 1440
Rpm.

12. Midleton

Gambar 15. Midleton


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Midleton merupakan mesin yang berfungsi untuk memisahkan partikel teh


berdasarkan ukurannya. Tahun pembuatan mesin ini yaitu 1997 dengan kapasitas yaitu 600
kg. Alat penggerak mesin menggunakan motor listrik (electromotor) dengan daya 1 HP,
220/380 Volt, 3 Amp, 1440 Rpm dan memiliki 2 ukuran ayakan yaitu 4 mm dan 5 mm.

41
13. Trinik

Gambar 16. Trinik


Sumber : Dokumentasi Pribadi
Trinik merupakan mesin yang berfungsi untuk memsiahkan partikel bubuk teh sesuai
dengan ukuran teh yang dikelompokkan menjadi beberapa mutu teh. Tahun pembuatan
mesin ini yaitu 1997 dengan kapasitas 460 kg. Alat penggerak mesin menggunakan motor
listrik (electromotor) dengan daya 2 HP, 220/380 Volt, 3 Amp, 1425 Rpm.

14. CTC Ball Breaker

Gambar 17. CTC Ball Breaker


Sumber : Dokumentasi Pribadi
CTC Ball Breaker merupakan mesin yang berfungsi dalam memperkecil ukuran
bubuk teh, dimana teh yang tidak lolos dalam trinik II kemudian diproses ke CTC Ball
Breaker. Tahun pembuatan mesin ini yaitu 1997 dengan kapasitas 460 kg. Alat penggerak
mesin menggunakan motor listrik (electromotor) dengan daya 10 HP, 220/380 Volt, 15 Amp,
1445 Rpm.

15. Tea Bin

42
Gambar 18. Tea Bin
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Tea Bin merupakan mesin penampung akhir bubuk teh yang akan dilakukan pengepakan
setelah dari sortasi kering. Tea Bin berbentuk seperti persegi yang dilengkapi dengan corong
pengeluaran di bagian bawahnya yang berbentuk kerucut. Tahun pembuatan mesin ini yaitu
1997 dengan kapasitas 10000 kg. Alat penggerak mesin menggunakan motor listrik
(electromotor) dengan daya 1 HP, 220/380 Volt, 3 Amp, 1445 Rpm.

16. Waterfall

Gambar 19. Waterfall


Sumber : Dokumentasi Pribadi
Prinsip kerja Waterfall adalah sebagai pemisah debu yang masih terikut pada saat
proses sebelumnya. Debu tersebut akan terangkat, sedangkan bubuk teh akan jatuh menuju
mesin selanjutnya. Tahun pembuatan mesin ini yaitu 1997 dengan kapasitas 400 kg. Alat
penggerak mesin menggunakan motor listrik (electromotor) dengan daya 2 HP, 220/380
Volt, 5 Amp, 1440 Rpm.

43
17. Pre Packer

Gambar 20. Pre Packer


Sumber : Dokumentasi Pribadi
Pre Packer merupakan mesin yang berfungsi untuk mengayak ulang dan memisahkan
antara bubuk teh dengan serat teh, sehingga diperoleh bubuk teh dengan mutu yang baik.
Tahun pembuatan mesin ini yaitu 1997 dengan kapasitas 400 kg. Alat penggerak mesin
menggunakan motor listrik (electromotor) dengan daya 2 HP, 220/380 Volt, 3 Amp, 1440
Rpm.

18. Tea Bulker

Gambar 21. Tea Bulker


Sumber : Dokumentasi Pribadi
Tea Bulker meruakan alat yang digunakan untuk mencampur teh dari hasil sortasi
sehingga diperoleh mutu teh yang homogen dalam setiap chop. Tea Bulker memiliki corong
pengeluaran di bagian bawahnya, apabila dibuka bubuk teh dari kedelapan ruang tersebut
akan terbuka secara bersamaan. Tahun pembuatan mesin ini yaitu 1997 dengan kapasitas
3000 kg. Alat penggerak mesin menggunakan motor listrik (electromotor) dengan daya 1
HP, 220/380 Volt, 3 Amp, 1425 Rpm.

44
19. Tea Packer

Gambar 22. Tea Packer


Sumber : Dokumentasi Pribadi
Tea Packer berfungsi untuk menampung bubuk teh dari Tea Bulker yang siap untuk
dikemas.Tea Packer mempunyai 4 corong pengeluaran pada bagian bawah. Cara kerjanya
adalah paper sack disiapkan di bawah corong pengeluaran, kemudian corong dibuka, dan
bubuk teh akan keluar dan ditampung dengan paper sack. Corong pengeluaran digunakan
untuk mengepak hanya 3 buah, 1 buah digunakan untuk mengambil sample setiap grade.
Tahun pembuatan mesin ini yaitu 1997 dengan kapasitas 1000 kg. Alat penggerak mesin
menggunakan motor listrik (electromotor) dengan daya 1 HP, 220/380 Volt, 3 Amp, 1425
Rpm.

3.1.6 Sanitasi Industri


Sanitasi bertujuan untuk melindungi kesehatan masyarakat melalui pengurangan
ataupun penghilangan cemaran dalam bahan makanan. Bagi industri, sanitasi juga bertujuan
untuk mengurangi kerugian ekonomi yang disebabkan oleh kebusukan atau komplain
konsumen karena adanya bahan-bahan yang tidak seharusnya ada dalam makanan. Sanitasi
juga merupakan pengendalian yang terencana terhadap lingkungan, yaitu lingkungan
produksi, bahan mentah, peralatan, dan pekerja untuk mencegah timbulnya pencemaran pada
hasil olah, mencegah pelanggaran nilai estetika konsumen, serta mengusahakan lingkungan
kerja yang bersih, aman, dan nyaman. Pada PT. Perkebunan Nusantara XII Kebun Wonosari,
sanitasi yang dilakukan meliputi beberapa hal, yaitu:

a. Sanitasi Lingkungan Industri


1. Lokasi dan Lingkungan

45
Berdasarkan hasil konservasi yang telah dilakukan dalam melihat kondisi dan
letak pabrik berdasarkan persyaratan sanitasi bahwa pabrik pengolahan teh terletak di
area dalam kebun, tidak ada polusi udara, tidak dekat dengan area pembuangan
sampah akhir (TPA), tidak ada sumber hama dan tidak ada banjir dan sumber
kontaminasi lainnya. Yang paling umum lokasi industri tersebut jauh dari pemukiman
padat penduduk, jauh dari jalan raya besar. Namun perlu diketahui bahwa jalan
menuju ke lokasi tersebut di aspal sesuai dengan pearsyaratan sanitasi. Selain itu juga
bahwa lokasi pengolahan teh hitam di PTPN XII Kebun Wonosari ini sangat strategis.
Lingkungan sangat bersih dan sistem saluran pembuangan limbah cair baik.
2. Bangunan dan Ruangan
Bangunan dan ruangan dibuat berdasarkan persyaratan teknik dan
hygiene.Bangunan pabrik teh didesain dan ditempatkan sesuai dengan operasional
pengolahan dan memungkinkan praktek higiene pangan dengan baik termasuk
proteksi dari kontaminasi silang.
a) Struktur bangunan terdiri dari :
 Dinding pabrik menggunakan tembok yang terbuat dari bahan kedap udara, tidak
mudah mengelupas namun ujung dinding membentuk sudut sehingga sulit untuk
dibersihkan, serta dinding dilengkapi dengan ventilasi yang berfungsi sebagai
sirkulasi udara. Pembersihan dinding biasanya dilakukan setiap hari setelah
selesai dilakukan pengolahan dengan cara menyapu dinding tersebut agar
terbebas dari kotoran yang menempel
 Lantai di PTPN XII Kebun Wonosari terbuat dari keramik (lantai dasar), dimana
penggunaan keramik pada lantai 1 merupakan ruang pengolahan yang
memerlukan air untuk pembersihan alatnya, kemudian permukaan lantai dibuat
sedikit miring untuk mempermudah pembuangan air ke saluran, lantai halus,
tidak licin dan mudah untuk dibersihkan. Sedangkan pada lantai 2 dan 3 terbuat
dari kayu yang tidak memerlukan air untuk pembersihan alatnya. Proses
pembersihan lantai yang dilakukan yaitu menyapu lantai sebelum proses dan
setelah proses produksi, sehingga lantai terlihat bersih dan tidak mengganggu
jalannya proses produksi.
 Langit-langit pada pabrik terbuat dari seng. Dimana seng dapat menyerap panas
dan selain itu tahan terhadap pengaruh hujan, tahan lama, dan tidak bocor.
 Jendela dan ventilasi berfungsi sebagai sirkulasi udara. ruang terbuka dipasang
dengan kawat kasa yang mudah dibersihkan.
 Pintu terbuat dari bahan kuat dan mudah dibersihkan.

46
 Saluran air, drainase air hujan, IPAL, bengkel, taman, halaman parkir, toilet harus
didesain dan ditempatkan jauh dari sarana pengolahan serta dilakukan
pemeliharaan.
b) Sanitasi Peralatan
Peralatan yang kontak dengan pangan terbuat dari material yang aman untuk
pangan, tidak menyebabkan kontaminasi dan dibersihkan serta dipelihara secara
berkala.Alat ukur pada masing-masing area mampu memantau suhu dan kelembaban
yang dipersyaratkan.Peralatan atau wadah (tempat sampah) untuk limbah padat,
produk samping, didentifikasi dan disimpan dengan baik.
c) Sanitasi Pekerja
1. Pengawasan Kondisi Kesehatan Karyawan
Karyawan merupakan salah satu sumber kontaminan. Kesehatan menjadi salah
satu aspek yang harus diperhatikan oleh perusahaan atau industri. PTPN XII
menerapkan Astekpol melakukan pengawasan terhadap karyawan. Karyawan yang
sedang mengalami penyakit tidak diperbolehkan masuk ke area pengolahan dan
melapor kepada Astekpol agar dirujuk ke Balai Pengobatan. Hal ini sesuai dengan
FDA (1995), yang menyatakan bahwa pekerja dalam kondisi sakit tidak
diperbolehkan masuk sampai kondisinya normal.
2. Pencegahan Kontaminasi Silang
Kontaminasi silang dapat terjadi antara pekerja dengan bahan yang dapat
mengakibatkan produk pangan tercemar bahaya mikrobiologis, sehingga dilakukan
pencegahan kontaminasi silang. PTPN XII menerapkan pekerja akan masuk pada
area produksi dilengkapi dengan seragam yang bersih, penutup kepala, masker,
alas kaki, sarung tangan dan penutup telinga. Hal ini sesuai dengan FDA (1995),
yang menyatakan bahwa pekerja yang akan masuk ke ruang pengolahan harus
menggunakan sarung tangan, seragam produksi dengan kondisi yang bersih.

3.1.7 Penanganan Limbah PT. Perkebunan Nusantara XII Kebun Teh Wonosari
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu
tidak dikehendaki lingkungan. Limbah terdiri dari zat atau bahan buangan yang
dihasilkan proses produksi industry yang kehadirannya dapat menurunkan kualitas
lingkungan. Limbah yang mengadung bahan polutan emiliki sifat racun dan berbahaya
dikenal dengan limbah B-3, yang dinyatakan sebagai bahan yang dalam jumlah relatif
sedikit tetap berpotensi untuk merusak lingkungan hidup dan sumber daya (Kristianto,
2004). Berdasarkan wujud dan karakteristiknya, limbah dikelompokkan menjadi tiga

47
jenis yaitu limbah padat, cair dan gas. Jenis limbah yang terdapat di PT. Perkebunan
Nusantara XII Kebun Teh Wonosari hanya berupa limbah padat dan cair.
a) Limbah Padat
Limbah padat yang terdapat di PT. Perkebunan Nusantara XII Kebun Teh
Wonosari yakni limbah padat dari proses pengolahan teh berupa bubuk-bubuk teh
yang jatuh ke lantai, debu teh, ataupun dedaunan kering dari hasil sortasi pucuk daun
teh menggunakan mesin Green Leaf Shifer (GLS) merupakan limbah yang tidak
berbahaya. Selain itu terdapat juga limbah padat yang dihasilkan oleh PT.
Perkebunan Nusantara XII Kebun Teh Wonosari berupa sisa pembakaran kayu bakar
(kawul) yang dihasilkan pada tungku pemanas. Limbah-limbah tersebut biasanya
dimanfaatkan sebagai pupuk organic untuk lahan perkebunan. Penanganannya hanya
perlu dilakukan dengan cara mengumpulkannya dengan cara ditumpuk dan
terfermentasi dengan sendirinya hingga tercampur dengan tanah dan berwarna
kehitaman. Kemudian pupuk yang sudah siap digunakan selanjutnya dibawa ke
lahan perkebunan untuk dijadikan pupuk organic yang dapat meningkatkan
kesuburan tanaman. Lokasi penyimpanan limbah padat terletak di belakang pabrik
yang berdekatan dengan penyimpanan kayu bakar, limbah padat ditumpuk di
belakang pabrik. Pengelolaan limbah yang dihasilkan sangat penting untuk
dilakukan agar tidak mencemari lingkungan di sekitar pabrik walaupun pada
dasarnya proses pengolahan teh tidak menimbulkan limbah yang terlalu berbahaya
bagi lingkungan (Arifin, 2008).

b) Limbah Cair
Limbah cair yang terdapat pada PT. Perkebunan Nusantara XII Kebun Wonosari
ialah limbah yang berasal dari buangan air sisa dari pencucian mesin dan peralatan
yang menggunakan air panas. Jenis limbah ini tidak membahayakan. Penanganan
limbah cair ini dilakukan dengan mengalirkan air sisa pembuangan tersebut
menggunakan instalasi yang terbuat dari pipa paralon. Air tersebut dialirkan menuju
bak pembuangan yang terdiri dari tiga sekat yang masing-masing sekat diisi dengan
batu dan pasir sehingga dapat menyerap air. Pada tahap pertama air dialirkan ke sekat
pertama, kemudian dialirkan ke sekat kedua dan ketiga. Tetapi selama proses
penanganan limbah cair di PT. Perkebunan Nusantara XII Kebun Wonosari ini tidak
pernah mencapai sekat ketiga sehingga tidak sampai mencemari lingkungan sekitar.

48
49
BAB IV
PENUTUP

4.1.Kesimpulan
Setelah dilakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL), maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
a. PT. perkebunan Nusantara XII Kebun Wonosari adalah salah satu perusahaan teh hitam
yang menggunakan sistem Crushing Tearing Curling(CTC).
b. Proses pengolahan teh hitam di PT. Perkebunan Nusatara XII, Kebun Teh Wonosari
menggunakan sistem CTC (Crushing Tearing Curling) yaitu teh yang diolah melalui
proses pelayuan selama 8-18 jam, gilingan persiapan, gilingan CTC (penghancuran,
penyobekan, dan penggulungan) oksidasi enzimatis, pengeringan, dan sortasi.
c. Produk Teh hitam yang dihasilkan PT. perkebunan Nusantara XII Kebun Wonosari
dibedakan berdasarkan grade yaitu BP, PF, PD, D1,D2 dan Fann.
d. Adapun mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses pengolahan teh hitam CTC
yaitu Monorail, Withering trough, Conveyer, Green Leaf Shifer, Rotorvane, CTC,
Humidiefer, Fermenting Machine Unit, Vibro Fluid Bed Dryer, Vibro Jumbo, Holding
Tank, Midleton, Trinik, CTC Ball Breaker, Tea Bin, Waterfall, Pre Packer, Tea Bulker,
Tea Packer.
e. PT. perkebunan Nusantara XII Kebun Wonosari Malang Memproduksi Teh hitam
Crushing Tearing Curling(CTC), mengekspor 90% hasil produksinya di Eropa (Belanda,
Jerman, Prancis, Polandia, Swiss, Belgia, Inggris, Rusia, Italia) dan Timur Tengah. 10%
the dipasarkan di dalam negeri.

4.2.Saran
Adapun saran selama Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah sebagai berikut :
Peningkatan kesadaran kepada karyawan dengan mewajibkan menggunakan
fasilitas sanitasi yang sudah disediakan seperti memakai masker dan penutup kepala
terutama pekerja pada bagian proses pengeringan, sortasi dan pengemasan.

50
DAFTAR PUSTAKA

Anjarsari I.R.D., 2016, Katekin the Indonesia: Prospek dan manfaatnya, Jurnal Kultivasi, 15(2):
99-106

Arifin. 2008. Pengaruh Limbah Rumah Sakit terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan. Vol.10 No.1
April 2008.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2015. Statistik Perkebunan Indonesia – Teh-2015. Jakarta:


Kementerian Pertanian.

Kristianto. (2004). Ekologi Industri. Yogyakarta: Andi. Hal. 71-75, 83-84, 155, 157, 169-172

Rosida D. F. dan D. Amalia, 2015.Kajian Pengendalian Mutu Teh Hitam Crushing Tearing
Curling. Jurnal Reka Pangan. Vol. 9 (2) Hal: 59.

Setyamidjaja, D. 2000. Teh : Budi Daya dan Pengolahan Pascapanen. Kanisius.Yogyakarta.154


hal

Towaha J. dan Ballitri, 2013. Kandungan Senyawa Kimia Pada Daun Teh (Camellia Sinensis).
Jurnal Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. Vol. 19 (3) Hal : 12-16.

51
LAMPIRAN

Lampiran 1.Surat Permohonan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

52
Lampiran 2. Surat Tugas Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

53
Lampiran 3. SOP Pengolahan Teh Hitam CTC saat Proses Pelayuan

STANDARD OPERATING PROCEDURE ( SOP )

BIDANG PENGOLAHAN TEH HITAM (CTC)

PTPN XII KEBUN WONOSARI

Judul : PENERIMAAN PUCUK

Tujuan : Untuk menerima bahan baku dari kebun dan menganalisa pucuk yang

memenuhi syarat.

Tahapan kegiatan :

1. Pucuk diturunkan satu persatu dan setiap penimbangan maksimal 4 rajut.


2. Naikan pucuk ke kursi Monorail berjalan maksimal 2 rajut
3. Pemberian tanda/klepek pada kursi Monorail untuk menentukan batas isian Withering Through.
4. Pucuk diturunkan ke Withering Through, langsung diunggar dan diratakan.
5. Isian Withering Through 25 s/d 35 kg/m3
6. Pemisahan pucuk normal dan pucuk jendangan pada Withering Through yang berbeda
7. Pengisian pucuk pada keranjang contoh sebanyak 1 % dan isian Withering Through.
8. Pengambilan contoh pucuk sebanyak 250 gram secara acak di Withering Through setiap mandor per afdeling
untuk bahan analisa pucuk. Selanjutnya dilakukan analisa pucuk secara potes pada batas kegetasan pucuk :
Manual MS ≥ 60% dan Mesin ≥ 55% dengan share MS ≥ 80%
9. Pencatatan data isian dimasing-masing Withering Through
10. Pastikan prosedur tersebut dijalankan dan tercatat dalam form FM.SOP.WR1.07.01

54
Lampiran 4. SOP Pengolahan Teh Hitam CTC saat Proses Pelayuan

STANDARD OPERATING PROCEDURE ( SOP )

BIDANG PENGOLAHAN TEH HITAM (CTC)

PTPN XII KEBUN WONOSARI

Judul : PELAYUAN

Tujuan : Menurunkan kadar air dari bahan baku

Tahapan kegiatan :

1. Pengamatan suhu dan kelembaban udara menggunakan thermometer kering dan basah (Dry and Wet) pada
withering trough setiap 2 jam.
2. Pemberian udara panas apabila selisih suhu kering dan basah < 2OC.
3. Temperatur udara didalam Whitering Trough maksimal 27 OC.
4. Pembalikan pucuk dilakukan ≥ 6 jam untuk kondisi musim basah, sedangkan pada kondisi musim kering
dilakukan < 6 jam setelah pengunggaran, secara disisir/dikirap supaya rata dan tidak menggumpal searah
arah angin Fan Through.
5. Monitoring tingkat pelayuan 2 jam sekali dengan menimbang keranjang contoh.
6. Lama pelayuan 8-18 jam, dalam cuaca panas dan kering (kemarau) < 8 jam apabila cuaca hujan dan basah
> 18 jam.
7. Pastikan nomor urut turun layu pucuk setiap through berdasarkan perbandingan antara berat pucuk layu
terhadap berat pucuk segar mencapai 68-72 %.
8. Kriteria hasil pelayuan yang baik :
- pucuk layu tetap berwarna hijau dan bila diremas menggumpal.
- Pucuk tidak mudah dipatahkan, lemas dan lentur
- Pucuk mempunyai aroma segar dan tidak berbau asap.
9. Memasukkan pucuk layu ke GLS untuk memisahkan dari kontaminan. Lakukan pengambilan sampel pucuk
layu dari mesin GLS setiap 2 jam untuk dilakukan pengamatan kontaminan.
10. Pastikan prosedur tersebut dijalankan dan tercatat dalam form FM.SOP.KNO.07.02, FM.SOP.KNO.07.03,
dan FM.SOP.KNO.07.04.

55
Lampiran 5. SOP Pengolahan Teh Hitam CTC saat Proses Penggilingan dan Oksidasi

Enzimatis

STANDARD OPERATING PROCEDURE ( SOP )

BIDANG PENGOLAHAN TEH HITAM (CTC)

PTPN XII KEBUN WONOSARI

Judul : PENGGILINGAN DAN OKSIDASI ENZIMATIS

Tujuan : Memisahkan Pucuk Layu dari Kontaminan, Menggiling dan Oksidasi Enzimatis

Tahapan kegiatan :

1. Yakinkan GLS dalam kondisi siap pakai dengan kalibrasi magnet.


2. Yakinkan Rotor vone 15” dalam kondisi siap pakai.
3. Yakinkan CTC Triplek dalam kondisi siap pakai dan jam putar roll kurang dari 90 jam.
4. Yakinkan “fermenting machine” dalam kondisi siap pakai.
5. Yakinkan “humidifier” dalam kondisi siap pakai.
6. Yakinkan “termohygrometer” dalam kondisi siap pakai.
7. Yakinkan kelembaban udara ruang giling sudah mencapai >90% suhu ruang antara 21-26OC.
8. Menghidupkan “humidifier” apabila kelembaban udara <90%.
9. Yakinkan dilakukan pemisahan sesuai jenis pucuk pada saat giling, pucuk normal, pucuk jendangan dan
pucuk kasar harus dipisah.
10. Memasukkan pucuk layu ke GLS untuk memisahkan dari kontaminan, dan segera dilakukan pengambilan
apabila ada kontaminan yang terikut.
11. Melaksanakan penggilingan puck layu pada “rotor vane 15”.
12. Melanjutkan penggilingan pucuk ke mesin CTC dengan pengaturan ketebalan bubuk secara rata dan
kekuatan tekanan Roll 1 : 15 – 20 Amp, Roll 11 : 15 – 20 Amp, Roll III : 15 – 20 Amp.
13. Mengendalikan suhu bubuk pada rotor vane : 26 – 29O C, Roll CTC 1 : 28 – 35OC, Roll CTC II : 30 – 35OC
dan Roll CTC II : 30 – 35OC.
14. Pengaturan kecepatan “fermenting machine” yang disesuaikan dengan waktu reaksi oksidasi enzymatic 60-
90 menit.
15. Melakukan pengamatan suhu bubuk pada saat awal dan akhir proses oksidasi enzymatic di “fermenting
machine”. Suhu bubuk awal oksidasi <32OC, akhir oksidasi <28OC.
Pengisian laporan penggilingan dan oksidasi enzimatis setiap hari form SOP-PBR-HACCP-03.

56
Lampiran 6. SOP Pengolahan Teh Hitam CTC saat Proses Sortasi

STANDARD OPERATING PROCEDURE ( SOP )

BIDANG PENGOLAHAN TEH HITAM (CTC)

PTPN XII KEBUN WONOSARI

Judul : SORTASI

Tujuan : Pengelompokan Jenis Mutu dan Ukuran Partikel Sesuai Permintaan

Pasar

Ruang Lingkup : Pengayakan, Pembersihan Serat dan “Penyiliran”

Tahapan kegiatan :

1. Yakinkan kondisi semua mesin (sortasi) siap pakai


2. Pastikan conveyor terdapat magnet
3. Pastikan Roll ebonite berfungsi dengan baik
4. Nyalakan mesin Vibro Jumbo Extractor
5. Melakukan uji indrawi tiap jam untuk menjamin kualitas hasil sortasi setiap seri
6. Partikel bubuk yang lolos mesh 8 masuk holding tank
7. Teh kering yang tertampang dalam holding tank diayak melalui medleton dengan menghasilkan bubuk
halus dari ayakan diameter 3 mm, bubuk sedang dari ayakan diameter 5 mm dan bubuk kasar yang tidak
lolos dari ayakan.
8. Partikel teh yang berukuran halus diayak pada mesin Trinick I dengan ukuran sebagai berikut :
- Corong I mesh 50 = D3
- Corong II mesh 30 = D2
- Corong III mesh 24 = D1
- Corong IV mesh 20 = PD
- Corong V mesh 16 = PF1
- Corong VI mesh 14 = PF1
9. Partikel teh yang berukuran sedang diayak pada mesin Trinick II dengan ukuran sebagai berikut :
- Corong I mesh 30 = D2
- Corong II mesh 24 = D1
- Corong III mesh 20 = PD
- Corong IV mesh 16 = PF1
- Corong V mesh 12 = BP 1

57
- Corong VI mesh 20 = BP 1
10. Teh hitam yang tidak lolos Trinick 1 dan Trinick II diproses kembali ke Andreas Ball Beaker selanjutnya ke
Trinick II untuk memperoleh mutu II dengan ukuran sebagai berikut :
- Corong I mesh 30 = D2
- Corong II mesh 24 = D2
- Corong III mesh 20 = Fan
- Corong IV mesh 16 = Fan
- Corong V mesh 12
- Corong VI mesh 20
11. Ex roll Trinick I dan II menjadi mutu local (BMC dan Pluff)
12. Hasil sortasi perjenis mutu diambil sampelnya untuk dilakukan uji indrawi dan density.
13. Teh yang memenuhi syarat jenis dan mutunya ditimbang dan dimasukan kedalam peti miring sesuai
jenisnya.
14. Sedangkan the yang tak memenuhi syarat dilakukan sortasi ulang
15. Setelah selesai proses sortasi, mesin dimatikan.

58
Lampiran 7. SOP Pengolahan Teh Hitam CTC saat Proses Sortasi

STANDARD OPERATING PROCEDURE ( SOP )

BIDANG PENGOLAHAN TEH HITAM (CTC)

PTPN XII KEBUN WONOSARI

Judul : PENGEMASAN

Tujuan : Mempertahankan kadar air, mempermudah penyimpanan dn

pengangkutan

Ruang Lingkup : Finishing mutu, Pengemasan dan Penyimpanan

Tahapan kegiatan :

1. Yakinkan kondisi semua mesin siap pakai.


2. Pastikan magnet di setiap conveyor berfungsi dengan baik.
3. Yakinkan Tea Bin mencukupi untuk 1 chop.
4. Yakinkan papersack sudah disablon/dimerk sesuai jenis mutu yang akan dikemas.
5. Yakinkan ukuran ayakan pada pre packer sudah sesuai dengan jenis mutu yang akan dikemas.
6. Hidupkan mesin conveyor, water fall, pre packer dan exhouse fan.
7. Membuka pintu Tea Bin untuk proses finishing melalui water fall untuk membersihkan debu yang mungkin
masuk dan Pre Packer untuk membersihkan serat yang terikut sebelum dinaikkan ke Tea Bulking.
8. Pastikan pengisian bubuk teh ke Tea Bulking dilakukan secara bergilir section persection untuk membuat
teh homogen.
9. Keluarkan bubuk teh dari Tea Bulker dan masukkan ke mesin Tea Packer untuk standart ini papersack
perjenis mutunya, yaitu :
- BP 1 : 52 kg
- PF 1 : 55 kg
- PD : 60 kg
- D1 : 65 kg
- FANN : 53 kg
- D2 : 65 kg
- BMC : 40 kg/karung
- Pluff : 40 kg/karung

59
10. Pengambilan contoh teh setiap papersack dilakukan 2 kali yaitu sewaktu setengah pengisian pertama dan
sewaktu papersack penuh untuk dikirimkan ke pembeli.
11. Apabila ditemukan logam pada magnet akhir pengemasan di ujung keluar Tea Bulking, bubuk teh harus
dilakukan re-finishing.
12. Tutup lubang pengisian papersack dengan plack band.
13. Paper sack digetarkan dengan Tea Packer.
14. Pastikan papersack distapel :
- Sesuai jenis mutunya
- Jumlah 1 chop terdiri 20 papersack
- Tinggi maksimal 220 cm, lebar maksimal 117 cm.
- Pastikan selama penyimpanan stapelan papersack terbungkus dengan plastic shee

60
Lampiran 8. Peta Lahan Kebun Teh Wonosari

61
Lampiran 9. Denah Lokasi Ruag Pengolahan

62
Lampiran 10. Sertifikat Pusat Penelitian Teh dan Kina

63
Lampiran 11. Sertifikat Halal dari MUI PTPN XII

64
Lampiran 12. Sertifikat RA (Rainforest Alliance) PTPN XII

65
Lampiran 13. Sertifikat Mutu Internasional PTPN XII

66

Anda mungkin juga menyukai