Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN KULIAH KERJA PROFESI

Peningkatan Produktivitas Tanaman Padi melalui Pemanfaatan Sampah


Organik dan Bahan Alami di Kelompok Tani Cidahu, Desa Mekarwangi,
Kabupaten Tasikmalaya

Oleh :

F AIDA RAHMANI

150510130226

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
Jalan Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor 45363
Telp./Fax 022-779 6316 website: www.faperta.unpad.ac.id,
E-mail: prodi.agroteknologi@mail.unpad.ac.id
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Magang

Judul : Peningkatan Produktivitas Tanaman Padi melalui Pemanfaatan


Sampah Organik dan Bahan Alami di Kelompok Tani Cidahu, Desa
Mekarwangi, Kabupaten Tasikmalaya

Nama : F Aida Rahmani

NPM : 150510130226

Tempat Magang : Kelompok Tani Cidahu, Kec. Cisayong, Kab. Tasikmalaya

Periode Magang : 18 Juli 2016 – 20 Agustus 2016

Laporan magang ini telah diperiksa dan disetujui sebagai hasil kegiatan Magang
untuk memenuhi persyaratan Mata Kuliah Magang pada Program Studi Agroteknologi
(Strata – 1) Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran.

Tasikmalaya, 20 Agustus 2016

Pembimbing Lapangan Magang Pembimbing Akademis Magang

Hendra Kribo Yadi Supriyadi, Ir.


NIP. 19541102198601001

Mengetahui,

Koordinator Program Studi Agroteknologi

Nono Carsono, S.P., M.Sc, Ph.D.


NIP. 19721010 199703 1 006

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Ilahi Rabbi yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga atas ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas
laporan Kuliah Kerja Profesi dengan Judul “Peningkatan Produktivitas Tanaman Padi
melalui Pemanfaatan Sampah Organik dan Bahan Alami di Kelompok Tani Cidahu, Desa
Mekarwangi, Kabupaten Tasikmalaya” yang telah dilaksanakan pada 18 Juli-20 Agustus
2016.

Laporan Kuliah Kerja Profesi (KKP)/Magang ini berisi laporan hasil kegiatan selama
satu bulan lamanya, adapun kegiatan ini dilakukan di Kelompok Tani Cidahu, Desa
Mekarwangi, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya.

Penulis juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-


pihak yang membantu dan memberikan masukan dalam penyelesaian penulisan laporan
Kuliah Kerja Profesi (Magang) ini.

Semoga dengan adanya laporan ini dapat meningkatkan wawasan pertanian dan
bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Tasikmalaya, Agustus 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................................v
BAB I. PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Tujuan dan Manfaat Kuliah Kerja Profesi (KKP)/Magang.................................3
1.3 Waktu dan Tempat Magang.........................................................................4
1.4 Capaian Kegiatan Magang............................................................................4
BAB II. ANALISIS SITUASI UMUM.................................................................................6
2.1 Situasi dan Kondisi Tempat Magang.............................................................6
2.1.2 Kondisi Pertanian...............................................................................6
2.1.3 Profil Kelompok Tani Cidahu...............................................................6
2.2 Tugas Pokok dan Fungsi Tempat Magang.....................................................8
2.3 Peluang dan Tantangan yang Dihadapi.........................................................9
2.4 Timeline magang.......................................................................................10
BAB III. PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG................................................................11
3.1 Budidaya Padi Organik di Kelompok Tani Cidahu.........................................11
3.1.1 Pemilihan Varietas Unggul................................................................11
3.1.2 Persiapan Benih...............................................................................11
3.1.3 Persemaian.....................................................................................12
3.1.4 Persiapan dan Pengolahan Lahan.....................................................13
3.1.5 Pemupukan dengan Menggunakan Kompos.......................................13
3.1.6 Penanaman.....................................................................................19
3.1.7 Penyiangan.....................................................................................20
3.1.8 Pengolahan air................................................................................20
3.1.9 Pemberian MOL...............................................................................21
3.1.10 Pestisida Nabati...............................................................................22
3.1.11 Panen dan Pasca Panen...................................................................23
3.2 Prospek Padi Organik di Kelompok Tani Cidahu...........................................23
3.3 Hasil Kegiatan Magang...............................................................................28

iii
BAB IV. SIMPULAN & SARAN.......................................................................................29
4.1 Simpulan...................................................................................................29
4.2 Saran........................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................30
LAMPIRAN.................................................................................................................32

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Surat Keterangan Selesai Magang....…………………………………………………..……………………32

Logbook Magang………………………………………………………………………….………………………..33

Gambar/Foto/Dokumen Pendukung Laporan Magang………………...……………………………..36

Lembar Penilaian Kinerja Magang 2016…………………………………………………………………….40

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kuliah Kerja Profesi (KKP) atau magang atau internship pada Program Studi
Agroteknologi diselenggarakan sebagai mata kuliah yang memberikan pembekalan,
pelatihan, dan pengalaman kerja di suatu institusi sebagai bagian dari kegiatan
pendidikan dan pelatihan kerja yang berfungsi untuk menghubungkan dunia pendidikan
dengan dunia industri (link and match). Mata kuliah ini memiliki bobot 2 SKS (0-2 SKS),
setara dengan 6-8 jam per hari atau 30-40 jam per minggu selama 22-25 hari efektif
kerja sehingga total beban kerja (work-load) sekitar 120-140 jam. Dengan beban yang
cukup besar ini, mahasiswa diharapkan dapat meraih capaian pembelajaran seperti yang
diharapkan.

Magang pada Program Studi Agroteknologi diartikan sebagai kegiatan


intrakulikuler terstruktur dalam bentuk praktek kerja mahasiswa Program Sarjana (strata-
1) di institusi tertentu yang terkait dengan bidang pertanian/agroteknologi selama waktu
yang telah disebutkan di atas. Kuliah kerja profesi ini ditujukan untuk antisipasi adanya
kesenjangan (gap) antara dunia pendidikan (akademis) di perguruan tinggi dengan dunia
industri atau dunia ketenagakerjaan yang lebih bersifat pragmatis dan sangat dinamis
dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi.

Perlu ditekankan pula bahwa magang merupakan bagian dari kegiatan pendidikan
dan pelatihan kerja guna meningkatkan kompetensi hard-skills dan soft-skills mahasiswa
agar siap menghadapi dunia kerja setelah menyelesaikan kuliah. Perguruan tinggi sebagai
institusi pemasok sumber daya manusia menyadari bahwa tenaga kerja profesional dan
berkualitas sangat diperlukan di dunia kerja pada saat ini. Oleh karena itu, untuk
meningkatkan relevansi, daya saing dan daya adaptasi lulusan perguruan tinggi di dunia
kerja, KKP/magang dipandang sebagai pendekatan yang cukup efektif diterapkan.

Selain itu, KKP/magang diselenggarakan dengan harapan agar terjadi interaksi


yang sinergis dan saling menguntungkan (mutualisme) antara akademisi (dosen
pembimbing dan mahasiswa) dengan praktisi (supervisor dan para staf di tempat
KKP/magang) guna penyelesaian masalah yang dihadapi bersama sehingga KKP/magang
dapat menghasilkan serangkaian kerja sama dalam hal proses rekruitmen, pendidikan dan
1
pelatihan, serta kegiatan lainnya yang mendukung pencapaian tujuan masing-masing
institusi.

Pemaparan di atas menunjukkan bahwa kegiatan KKP (magang) sangat penting


dilakukan guna lebih memperkuat keterkaitan antara dunia akademis dengan dunia
tenaga kerja/industri. Oleh karena itu, Program Studi Agroteknologi mewajibkan kepada
semua mahasiswa untuk melaksanakan kegiatan KKP/magang pada institusi yang relevan.

Pada kesempatan saat ini, penulis memilih Kelompok Tani Organik Cidahu, Desa
Mekarwangi, Kabupaten Tasikmalaya sebagai tempat magang. Tempat ini dirasa penting,
mengingat perlunya pertanian organik untuk mencapai keberlanjutan pertanian di
Indonesia, apalagi kebutuhan dan prospek pasar di Indonesia akan pangan organik
semakin meningkat. Pertanian organik adalah teknik pertanian yang tidak menggunakan
bahan kimia (non sintetik) yang mendorong kesehatan tanah dan tanaman melalui
berbagai praktek seperti daur ulang unsur hara dari bahan-bahan organik (IASA dalam
Dimyati, 2002). Menurut FAO (1999), pertanian organik merupakan suatu sistem
manajemen yang holistik yang mempromosikan dan meningkatkan pendekatan sistem
pertanian berwawasan kesehatan lingkungan, termasuk biodiversitas, siklus biologi, dan
aktivitas biologi tanah.

Kesadaran akan bahaya yang ditimbulkan akibat pemakaian bahan kimia sintetik
dalam pertanian menyadarkan konsumen untuk menarik perhatian kepada pertanian
organik. Indonesia pun memiliki potensi yang cukup besar karena masih ada sumberdaya
lahan yang dapat dibuka untuk mengembangkan pertanian organik, dan teknologi untuk
mendukung pertanian tersebut sudah cukup tersedia seperti pembuatan kompos,
pertanian tanpa olah tanah, penggunaan pestisida hayati, dan lainnya (Mayrowani, 2012).
Pertanian organik tidak hanya sebatas tanpa penggunaan input sintetis, tetapi juga
dengan pemanfaatan sumber-sumber daya alam secara berkelanjutan, produksi makanan
sehat, dan penghematan energi.

Pertanian organik harus memenuhi prinsip kesehatan, dengan kata lain harus
melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia, dan bumi
sebagai satu kesatuan dan tak terpisahkan. Selain itu, harus diterapkan prinsip ekologi,
pertanian organik harus didasarkan pada sistem dan siklus ekologi kehidupan. Bekerja,
meniru dan berusaha memelihara sistem dan siklus ekologi kehidupan. Siklus-siklus ini
bersifat universal tetapi pengaplikasiannya bersifat spesifik-lokal. Selanjutnya, prinsip
keadilan, pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin

2
keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama. Sedangkan prinsip
perlindungan berarti pertanian organik harus dikelola secara hati-hati dan
bertanggungjawab untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan
mendatang serta lingkungan hidup. Maka dari itu, prinsip pertanian organik terdiri dari
prinsip kesehatan, ekologi, keadilan, dan perlindungan (IFOAM, 2008).

1.2 Tujuan dan Manfaat Kuliah Kerja Profesi (KKP)/Magang

Bagi mahasiswa yang melakukan magang:


1. Memperoleh pengalaman kerja dan suasana kerja yang sebenarnya terutama pada
kegiatan yang berkaitan dengan proses produksi dan pasca-panen tanaman
(perencanaan, persiapan lahan, media dan bahan tanam, persemaian, pembibitan,
pemeliharaan, pengelolaan air dan nutrisi, pengendalian OPT, serta penanganan
panen dan pasca-panen).
2. Memperoleh pengetahuan dan kemampuan manajerial dalam proses produksi dan
pasca-panen tanaman.
3. Mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan sotf-skills dan hard-skills guna
pengembangan diri dan karir beberapa waktu ke depan.
4. Memperoleh bahan untuk penulisan karya ilmiah, baik untuk bahan diskusi,
makalah atau pun tugas akhir.
5. Merancang teknologi rekayasa tanaman, teknologi produksi, panen dan pasca-
panen yang efisien, efektif dan murah ( low-cost) sesuai dengan situasi dan kondisi
yang ada atau dihadapi dan sumberdaya yang ada.
Bagi institusi tempat magang:
1. Berperan serta dalam mendukung implementasi konsep link and match antara
dunia akademis dengan dunia industri dengan menyediakan tempat KKP/magang
bagi mahasiswa.
2. Mengembangkan program kemitraan dengan dunia akademis guna menyelesaikan
permasalahan bersama yang dihadapi oleh dunia industri dan perguruan tinggi
dengan memanfaatkan inovasi riset di perguruan tinggi dan industri.
3. Memperoleh bantuan tenaga dari mahasiswa guna mengerjakan berbagai
pekerjaan atau tahapan kegiatan yang ada.

3
Bagi Program Studi Agroteknologi:
1. Memperkenalkan Program Studi Agroteknologi kepada instansi yang bergerak di
bidang yang berkaitan dengan kegiatan produksi, pasca panen, dan pengelolaan
tanaman.
2. Memperoleh masukan dan atau respon yang berguna untuk
pengembangan/pemutakhiran kurikulum yang sesuai dengan tantangan dan
kebutuhan dunia kerja.
3. Terbinanya jaringan kerjasama dan kemitraan dengan institusi tempat magang
dalam upaya meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara substansi
akademik dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap/perilaku/tata nilai sumber
daya manusia (SDM) yang dibutuhkan dalam bidang pertanian.

Manfaat yang diharapkan dari Kegiatan Kuliah Kerja (KKP)/Magang ini adalah
mengembangkan jejaring (network) dengan dunia industri/usaha yang berguna dalam
pengembangan kurikulum, memperkaya kompetensi mahasiswa, dan kesempatan kerja
bagi mahasiswa/alumni, serta mengembangkan program kemitraan.

1.3 Waktu dan Tempat Magang

Waktu pelaksanaan KKP (Kuliah Kerja Profesi)/Magang yaitu sejak tanggal 18 Juli
2016 hingga 20 Agustus 2016. Tempat pelaksanaan KKP (Kuliah Kerja Profesi)/Magang
yaitu bertempat di Kelompok Tani Cidahu, Jalan Raya Cidahu, Desa Mekarwangi,
Kecamatan Cisayong, Kabubapten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat.

1.4 Capaian Kegiatan Magang

Setelah menyelesaikan kegiatan Magang, mahasiswa mampu:


1. Mengidentifikasi dan menganalisis tahapan kegiatan dan atau permasalahan yang
berkaitan dengan proses budidaya dan penanganan pasca panen pada institusi
tempat magang secara akurat dan sesuai dengan prinsip pertanian organik.
2. Merumuskan solusi pemecahan masalah yang berkaitan dengan aspek budidaya
dan penanganan pasca panen dengan konsep pertanian organik.
3. Menerapkan iptek yang diperoleh selama perkuliahan untuk mendukung
pengelolaan proses budidaya dan penanganan pasca panen.

4
4. Menerapkan soft-skills, dalam hal kompetensi profesional (pemahaman tugas,
kecakapan bekerja, kreativitas bekerja, pemecahan masalah, dan etos kerja)
sesuai dengan deskripsi tugas yang diberikan secara professional.
5. Menerapkan soft-skills, terutama berkaitan dengan kompetensi personal
(kejujuran, kemandirian, kedewasaan berpikir, tanggung jawab, dan disiplin)
sesuai dengan tuntutan pekerjaan.
6. Menerapkan soft-skills yang berkaitan dengan kompetensi sosial (komunikasi lisan
dan tulisan, kerja sama, dan etika) sesuai aturan yang berlaku dan bidang kerja
yang ditekuni.

5
BAB II

ANALISIS SITUASI UMUM

2.1 Situasi dan Kondisi Tempat Magang

2.1.1 Geografis tempat

Desa Mekarwangi adalah salah satu desa di Kecamatan Cisayong, Kabupaten


Tasikmalaya dengan luas wilayah 195 ha, dengan persentase luas wilayah persawahan
yang lebih luas dibandingkan lahan lain. Desa Mekarwangi terbagi ke dalam 4 dusun, 11
Rukun Warga (RW), dan 31 Rukun Tetangga (RT). Adapun batas-batas wilayah sebagai
berikut :

Sebelah Utara : Desa Dawangun, Kecamatan Rajapolah

Sebelah Timur : Sungai Citanduy, Kabupaten Ciamis

Sebelah Selatan : Desa Jatihurip dan Desa Sukaraharja, Kecamatan Cisayong

Sebelah Barat : Desa Nusawangi, Kecamatan Cisayong

Desa Mekarwangi memiliki empat dusun yaitu Dusun Cibodas Pasar, Dusun Kebon
Mencoy, Dusun Cidahu, dan Dusun Langkob. Dusun Cidahu adalah dusun yang paling
luas dibandingkan dengan dusun lain.

2.1.2 Kondisi Pertanian

Penggunaan lahan di Desa Mekarwangi, pada umumnya bersifat agraris berupa


lahan persawahan dengan komoditas utama yang dibudidayakan adalah tanaman padi.
Padi yang dihasilkan petani Desa Mekarwangi adalah padi konvensional dan organik,
untuk padi organik terpusat di Dusun Cidahu. Komoditas lain yang ditanam adalah
jagung, ubi jalar, ubi kayu, kacang-kacangan, dan tanaman hortikultura, meskipun tidak
dalam jumlah banyak. Penerapan sistem pertanian organik di desa ini belum dilakukan
oleh semua kalangan petani, namun beberapa petani khususnya dari Kelompok Tani
Cidahu mengusahakan sistem pertanian organik.

6
2.1.3 Profil Kelompok Tani Cidahu

Kelompok Tani Cidahu berdiri sejak tahun 1980-an, dibentuk melalui program

pemerintah. Pembentukan kelompok tani bertujuan sebagai wadah belajar, wadah

bertukar informasi, wadah menyediakan sarana produksi, dan menjadi sarana untuk

saling membantu antar petani. Jumlah anggota Kelompok Tani Cidahu saat ini sekitar 56

orang, 29 orang menggunakan sistem pertanian padi organik dan selebihnya masih

menggunakan sistem konvensional. Pertanian di Kelompok Tani Cidahu juga didampingi

dan dibina oleh Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) yang umumnya mengunjungi dua kali

dalam sebulan. Kelompok tani ini juga aktif mengikuti program pertanian yang diberikan

oleh pemerintah.

Dinas Pertanian Pangan Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 2002 mengadakan

Sekolah Lapangan Pembelajaran Ekologi Tanah System Rice Intensification (SLPET-SRI)

yang diikuti oleh beberapa petani di Kelompok Tani Cidahu. Tujuan awal dilakukannya

SLPET-SRI adalah untuk mengubah pola pikir petani dalam memahami masalah-masalah

usaha tani. Awalnya banyak petani Kelompok Tani Cidahu yang belum tertarik untuk

menerapkan sistem budidaya padi organik SRI karena dirasa tidak masuk akal dan

budidaya padi konvensional sudah membudaya bagi petani. Lama-kelamaan petani padi

di Kelompok Tani Cidahu beralih dari budidaya padi secara konvensional menjadi organik

sejak tahun 2002. Hal tersebut dibuktikan dengan luas sawah organik yang sebelumnya

tidak lebih dari 1 ha, sekarang telah mencapai 14 ha dari areal sawah kurang dari 20 ha

dan produktivitas yang dicapai sebesar 8,0 ton Gabah Kering Giling (GKG).

Setelah adanya beberapa kelompok tani yang aktif memproduksi padi organik,

dibentuklah Gabungan Kelompok Tani Sistem Pertanian Organik (Gapoktan Simpatik), di

mana gapoktan ini berperan untuk mewadahi pemasaran dari padi organik yang telah

diproduksi oleh petani sehingga memudahkan petani organik dalam mendapatkan

7
peluang pasar. Kelompok tani Cidahu merupakan salah satu anggota dari Gapoktan

Simpatik di Kecamatan Cisayong.

Sejak bergabung dengan Gapoktan Simpatik pada tahun 2008, Kelompok Tani

Cidahu berkesempatan mendapat sertifikasi internasional dari IMO ( Institute for

Marketecology) yang diperbaharui dalam 2 tahun sekali dengan bantuan perusahaan

eksportir PT. Bloom Agro. Petani padi organik Kelompok Tani Cidahu ini menjual hasil

panennya ke Gapoktan Simpatik dengan harga jual yang lebih tinggi dibandingkan

dengan padi konvensional.

Struktur kepengurusan Kelompok Tani Cidahu terdiri dari Ketua, Wakil Ketua,

Sekretaris, Bendahara, dan petani anggota. Berikut bagan struktur kepengurusan

Kelompok Tani Cidahu.

Ketua
H. Uu Saeful Bahri

Wakil Ketua
Hendra Kribo

Bendahara Sekertaris
Aam Evan Royan

Gambar 1. Struktur Kepengurusan Kelompok Tani Simpatik

Sumber : Data Primer, 2016

Kepengurusan kelompok tani ini juga sama dengan kepengurusan di Gapoktan

Simpatik, hal ini terjadi karena pusat produksi/pabrik padi organik ini berada di desa

Cidahu.

8
2.2 Tugas Pokok dan Fungsi Tempat Magang

Tugas pokok:
 Meningkatkan pengetahuan mengenai padi SRI organik.
 Penyebarluasan informasi mengenai padi SRI organik.
 Penumbuhan dan pengembangan kelembagaan tani pengelola usaha padi SRI
organik.
 Memproduksi beras organik dengan mutu tinggi.

Fungsi:
 Mengkaji berbagai komponen budidaya padi SRI organik.
 Bekerjasama dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Pemerintah
Kabupaten Tasikmalaya.
 Memandu dan berperan sebagai narasumber pada berbagai kegiatan SLPET
dan SRI.
 Merintis dan menggerakkan penumbuhan Gabungan Kelompok Tani Pengelola
Sistem Pertanian Organik (Simpatik).
 Mendampingi proses sertifikasi padi organik dengan tujuan ekspor beras
organik.
 Membantu dan mengupayakan pemenuhan kebutuhan ekspor beras organik.

2.3 Peluang dan Tantangan yang Dihadapi

Peluang yang didapat yaitu:


 Tingginya permintaan konsumen terhadap beras organik.
 Masih sedikit yang mengusahakan padi organik.
 Ada pasar khusus terhadap produk padi organik.
 Peningkatan kesadaran masyarakat akan produk pertanian yang sehat
khususnya beras.
 Nilai ekonomis padi organik sangat baik untuk meningkatkan kesejahteraan
petani.
Tantangan yang dihadapi yaitu:
 Terjadi alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi bangunan.
 Belum semua petani ingin bergabung dan bekerja sama dalam
mengembangkan padi organik.
 Mahalnya biaya untuk mendapatkan sertifikasi padi organik.

9
 Lahan/lokasi pertanaman masih banyak dalam proses sertifikasi.
 Belum terpenuhinya kebutuhan ekspor beras organik ke beberapa negara.

10
2.4 Timeline magang

N Uraian Kegiatan Waktu Pelaksanaan (Minggu)


o Materi Sub Materi 1 2 3 4 5
Pengenalan Kelompok Tani Cidahu        
1 Pengenalan dan Perencanaan
Perencanaan kegiatan magang        
Prinsip pertanian organik        
Pengembangan teoritis mikroorganisme lokal
       
beserta pembuatannya
Pengembangan teoritis kompos beserta
       
pembuatannya
Seleksi benih        
2 Pengembangan Teori dan
Praktek Persiapan Budidaya Penyemaian benih padi        
Penyemaian benih sayuran
Pengembangan teoritis pestisida nabati beserta
       
pembuatannya
Pembelajaran mengenai sertifikasi padi organik
Pembelajaran mengenai analisis usaha tani
Menanam bibit padi di sawah        
Penyiangan gulma

3 Praktek Budidaya Pengaplikasian kompos        


Pengaplikasian pestisida nabati        
Pengaplikasian mikroorganisme lokal        

Pemanenan padi
Pengembangan teoritis tentang penggilingan
       
padi organik
4 Praktek Pasca-panen
Pengembangan teoritis tentang pengemasan
       
beras organik
Kunjungan lapangan ke Desa Santana Mekar,
5 Kegiatan Penunjang        
Kecamatan Cisayong
6 Penyusunan Laporan Magang Penyusunan laporan magang        

11
BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

3.1 Budidaya Padi Organik di Kelompok Tani Cidahu

Budidaya padi organik memiliki teknik yang cukup berbeda dengan budidaya padi
konvensional. Bahan utama dalam pertanian organik ini berasal dari bahan-bahan organik
yang didapat dari alam. Teknik pertanian organik yang dilakukan di Kelompok Tani Cidahu
sudah tergolong baik dengan menggunakan bahan organik dan kebanyakan mengikuti
pola SRI (System Rice of Intensification). Pola SRI dicirikan oleh penanaman dengan bibit
yang muda, tunggal, dangkal, ditanam secara horizontal, dan tidak selalu digenangi air.
Adapun teknik pertanian padi organik yang dilakukan petani di Kelompok Tani
Cidahu adalah sebagai berikut:

3.1.1 Pemilihan Varietas Unggul

Pemilihan benih unggul penting dilakukan agar hasil produksi padi tersebut baik.
Penggunaan benih untuk sistem organik ini bukan benih hibrida. Pada umumnya petani di
Kelompok Tani Cidahu menggunakan padi varietas Sintanur, Ciherang, dan IR 64.
Penggunaan varietas ini didorong oleh beberapa faktor antara lain permintaan pasar lebih
banyak terhadap varietas padi tersebut dan berdasarkan budaya dari petani di kelompok
tani tersebut.

3.1.2 Persiapan Benih

Benih pada umumnya diperoleh dari toko pertanian, Gapoktan Simpatik, Kelompok
Tani Cidahu, dan hasil panen sebelumnya yang sudah diketahui keorganikannya. Benih
yang baik dapat diuji dengan merendam benih yang akan digunakan pada air garam,
yaitu sebagai berikut:

1. Mengisi air ke dalam toples/suatu tempat sebanyak ± bagian.


2. Memasukan garam ke dalam air hingga kadar garam tercukupi dengan cara
mengecek menggunakan telur (apabila telur mengambang maka kadar garam
sudah cukup).
3. Memasukkan benih yang akan diseleksi.

12
4. Benih yang terapung adalah benih yang hampa atau umurnya belum mencukupi
untuk ditanam sehingga dikatakan tidak baik untuk ditanam, sedangkan benih
yang tenggelam adalah benih yang baik untuk ditanam. Contohnya dari 5 kg
benih, 1.5 kg tidak baik untuk digunakan.
5. Benih dibilas menggunakan air agar kadar garamnya hilang.
6. Toples yang sudah dilubangi sebelumnya ditutup, lalu direndam dalam air selama
2 hari 2 malam.
7. Setelah 2 hari 2 malam direndam, benih diangkat, ditiriskan, dan dibungkus
dengan kain serta disimpan selama 1 hari hingga 2 hari. Jika lewat batas maksimal
maka benih tidak bisa digunakan karena akarnya sudah mulai tumbuh dan tidak
bisa dipisah. Kemudian benih siap untuk disemai. Kebutuhan benih pada
umumnya tergantung luas lahan dan sistem penanamannya.

3.1.3 Persemaian

Tahap selanjutnya, apabila telah selesai melakukan seleksi benih maka dilakukan
persemaian. Persemaian SRI ini tidak memerlukan lahan yang terlalu luas karena dapat
dilakukan pada media nampan atau sejenisnya yang memiliki dasar yang tidak dapat
ditembus akar. Selain itu dapat juga dilakukan pada sepetak lahan sawah yang bagian
bawahnya dilapisi terlebih dahulu dengan terpal dan sejenisnya.
Teknik persemaian yang dilakukan oleh Gapoktan Simpatik, Kelompok Tani Cidahu
adalah sebagai berikut:
A. Pencarian Media Tanam
1. Mengambil kompos yang sudah tersedia
2. Mengambil tanah yang cukup kering, tanah yang baik untuk persemaian adalah
tanah yang berasal dari pertanaman (contohnya di bawah pohon bambu karena
memiliki kandungan organik yang tinggi)
B. Cara Pembuatan Media Tanam untuk Persemaian
1. Tanah dan kompos diayak menggunakan nyiru untuk mendapatkan media tanam
yang memiliki struktur yang halus dan gembur. Tujuannya adalah untuk
managemen akar sehat (MAS).
2. Tanah dan kompos dicampur dengan perbandingan 1 : 1.
3. Tanah dan kompos yang telah dicampur, dimasukkan dan sesuaikan sampai
merata ke nampan atau tempat persemaian yang telah disediakan.
4. Benih yang telah diseleksi, ditebar di atas media tanam dengan jarak yang tidak
terlalu rapat dan tidak terlalu renggang.

13
5. Benih yang telah disebar ditutup menggunakan media tanam hingga benih tidak
terlihat lagi.
6. Nampan atau tempat persemaian disimpan pada tempat yang aman dan ditutupi
(menggunakan karung dan papan) agar terhindar dari paparan sinar matahari
langsung maupun air hujan.
7. Setelah 2 hari disimpan, penutup dibuka.
8. Sekitar 7 HST, bibit yang telah disemai, dipindahtanamkan ke lahan. Batas
maksimal bibit dipindahtanamkan adalah 12 HST.

Persemaian SRI ini pada umumnya dilakukan selama 7-12 hari. Namun di
Kelompok Tani Cidahu tidak seluruhnya menerapkan penanaman SRI secara utuh, ada
beberapa petani yang melakukan persemaian selama 18 hari. Waktu penyemaian yang
tidak teratur untuk beberapa petani disebabkan oleh masih adanya tanggapan petani
untuk menanam padi pada umur 12 hari masih terlalu muda. Jika dicermati sesuai
teorinya, penanaman pada usia itu adalah yang paling baik karena akarnya masih belum
terlalu panjang sehingga pada saat pemindahan penanaman padi akarnya tidak akan
rusak.

3.1.4 Persiapan dan Pengolahan Lahan

Persiapan dan pengolahan lahan dilakukan dengan menggunakan alat pembalik


tanah seperti cangkul untuk membalikkan tanah yang sudah dipakai sebelumnya supaya
tanah lebih gembur. Persiapan lahan ini dilakukan setelah panen. Namun pada lahan
pertanian organik, pengolahan lahan ini jarang dilakukan mengingat tanahnya yang sudah
gembur. Jerami sisa panen disebar di atas permukaan lahan yang nantinya akan melapuk
dengan bantuan sinar matahari dan air hujan, serta diurai oleh mikroorganisme. Sisa
jerami berfungsi sebagai penambah bahan organik yang dapat membantu penyuburan
lahan.

3.1.5 Pemupukan dengan Menggunakan Kompos

Pemupukan pada pertanian organik didominasi oleh pemberian pupuk organik


berupa kompos yang disebar secara merata di atas lahan atau dicampur dengan tanah
dengan kedalaman 30 cm. Kompos merupakan bahan organik yang telah mengalami
degradasi/penguraian sehingga berubah bentuk dan sudah tidak dikenali lagi bentuk
aslinya. Sedangkan proses pengomposan adalah proses di mana bahan organik
mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang

14
memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Tujuan pengomposan adalah untuk
memantapkan bahan-bahan organik yang berasal dari bahan limbah, mengurangi bau
busuk, membunuh organisme patogen (penyebab penyakit), membunuh biji-biji gulma
dan pada akhirnya menghasilkan pupuk organik/kompos yang sesuai dengan sifat tanah.
Adapun fungsi kompos yaitu memperbaiki kualitas kesuburan fisik, kimia, dan
biologi tanah.
1. Sifat fisika tanah
Kompos memperbaiki struktur tanah yang semula padat menjadi gembur sehingga
mempermudah pengolahan tanah. Tanah berpasir menjadi lebih kompak dan tanah
lempung menjadi lebih gembur. Penyebab kompak dan gemburnya tanah ini adalah
senyawa-senyawa polisakarida yang dihasilkan oleh mikroorganisme pengurai serta
miselium atau hifa yang berfungsi sebagai perekat partikel tanah. Dengan struktur
tanah yang baik ini berarti difusi O 2 atau aerasi akan lebih banyak sehingga proses
fisiologis di akar akan lancar. Perbaikan agregat tanah menjadi lebih remah akan
mempermudah penyerapan air ke dalam tanah sehingga proses erosi dapat dicegah.
Kadar bahan organik yang tinggi di dalam tanah memberikan warna tanah yang lebih
gelap (warna humus coklat kehitaman) sehingga penyerapan energi sinar matahari
lebih banyak dan fluktuasi suhu di dalam tanah dapat dihindarkan.
2. Sifat kimia tanah
Kompos memiliki sumber hara makro dan mikro mineral secara lengkap meskipun
dalam jumlah yang relatif kecil (N, P, K, Ca, Mg, Zn, Cu, B, Zn, Mo, dan Si). Dalam
jangka panjang, pemberian kompos dapat memperbaiki pH dan meningkatkan hasil
tanaman pertanian pada tanah-tanah masam. Pada tanah-tanah yang kandungan P-
tersedia rendah, bentuk fosfat organik mempunyai peranan penting dalam penyediaan
hara tanaman karena hampir sebagian besar P yang diperlukan tanaman terdapat
pada senyawa P-organik. Selain itu, penambahan kompos ke dalam tanah dapat
meningkatkan nilai KTK tanah (Noor, 1996). Peranan bahan organik lainnya yaitu
kemampuannya bereaksi dengan ion logam untuk membentuk senyawa kompleks.
Dengan demikian ion logam yang bersifat meracuni tanaman serta merugikan
penyediaan hara pada tanah seperti Al, Fe, dan Mn dapat diperkecil dengan adanya
khelat dengan bahan organik.
3. Sifat biologi tanah
Kompos banyak mengandung mikroorganisme (bakteri, fungi, aktinomicetes, dan
alga). Dengan ditambahkannya kompos ke dalam tanah, mikroorganisme yang ada
dalam tanah juga terpacu untuk berkembang. Proses dekomposisi lanjut oleh

15
mikroorganisme akan tetap terus berlangsung tetapi tidak mengganggu tanaman. Gas
CO2 yang dihasilkan mikroorganisme tanah akan dipergunakan untuk fotosintesis
tanaman, sehingga pertumbuhan tanaman akan lebih cepat.
Manfaat penggunaan kompos dapat dilihat dari aspek ekonomi, ekologi, tanah,
dan tanaman itu sendiri.
Aspek ekonomi :
- Murah dan mudah didapat, bahkan dapat diproduksi sendiri
- Mengurangi volume atau ukuran limbah yang banyak
- Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
- Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek ekologi :
- Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metan
dari sampah organik yang membusuk di tempat pembuangan sampah
- Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan limbah
- Pemakaian pupuk organik tidak menimbulkan residu pada hasil panen sehingga
tidak membahayakan manusia dan lingkungan
Aspek bagi tanah :
- Meningkatkan kesuburan tanah karena memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi
tanah
- Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah karena dapat memperbaiki porositas
tanah sehingga dapat meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah
- Meningkatkan aktivitas mikroba tanah karena mampu menstabilkan kelembapan
tanah
- Membantu dalam mencegah terjadinya erosi dan mengurangi terjadinya retakan
tanah
- Pupuk organik merangsang mikroorganisme tanah yang menguntungkan, misalnya
rhizobium, mikoriza dan bakteri
Aspek bagi tanaman :
- Meningkatkan produksi dan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah
panen)
- Meningkatkan retensi/ketersediaan hara bagi tanaman
- Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman, seperti Fusarium sp. (Hoitink
dkk., 1997 dalam Andoko, 2006), bakteri Bacillus subtilis (Tombe, 2003 dalam
Andoko, 2006), dan lain-lain. Pemberian kompos pada lahan sawah akan
membantu mengendalikan atau mengurangi populasi nematoda, karena bahan

16
organik memacu perkembangan musuh alami nematoda, yaitu cendawan dan
bakteri serta memberi kondisi yang kurang menguntungkan bagi perkembangan
nematoda. Munculnya serangan nematoda penyebab penyakit bintil akar di
beberapa daerah dipicu oleh penggunaan pupuk urea yang intensif (Noor, 1996).

Banyaknya pupuk organik yang dibutuhkan untuk 1 ha lahan di pertanaman


Kelompok Tani Cidahu yaitu sekitar 7 ton, jumlah ini dibutuhkan pada saat awal
penanaman, pada penanaman selanjutnya jumlah pupuk organik dapat lebih sedikit
sesuai dengan kebutuhan dari lahan tersebut. Bahan organik yang dapat digunakan
sebagai sumber pupuk organik dapat berasal dari limbah/hasil pertanian dan
nonpertanian (limbah kota dan limbah industri) (Kurnia dkk., 2001). Dari hasil pertanian
yaitu berupa sisa tanaman (jerami dan brangkasan), sisa hasil pertanian (sekam padi,
kulit kacang tanah, ampas tebu), pupuk kandang (kotoran sapi, kerbau, ayam, itik, dan
kuda), dan pupuk hijau. Limbah kota atau sampah organik kota biasanya dikumpulkan
dari pasar-pasar atau sampah rumah tangga dari daerah pemukiman serta taman-taman
kota. Limbah industri yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik antara lain limbah
industri pangan, seperti ampas tahu. Berbagai bahan organik tersebut dapat dijadikan
pupuk organik melalui teknologi pengomposan sederhana maupun dengan penambahan
mikroba perombak.
Pengomposan di Kelompok Tan Cidahu menggunakan sistem lapis legit. Bahan
yang digunakan yaitu serbuk gergaji/ cocopeat (sabut kelapa) sebagai lapisan pertama
(sekitar 10 cm), hijauan yang telah dicacah berukuran ±5 cm sebagai lapisan ke dua,
kotoran hewan sebagai lapisan ke tiga, dan ditutup kembali dengan serbuk
gergaji/cocopeat (sabut kelapa) sebagai lapisan atas. Namun apabila masih terdapat sisa
bahan, bisa ditambahkan kembali lapisannya sesuai urutan yang dianjurkan. Setelah
didapat lapisan, kompos disemprotkan MOL untuk mempercepat penguraian dengan
mendatangkan mikroorganisme sebagai dekomposer. Lapisan tersebut ditutup dengan
menggunakan terpal supaya tidak terkena hujan atau sinar matahari langsung. Saat hari
ke 20, tumpukan kompos dibalikkan, lalu diaplikasikan MOL, dan ditutup kembali.
Selanjutnya apabila tumpukan pengomposan dirasa panas, maka dilakukan kembali
pembalikan untuk menjaga suhu tetap stabil dan dilakukan pemberian MOL hingga
kompos siap pakai. Kompos yang siap pakai yaitu kompos yang sudah matang, berwarna
hitam, tidak menimbulkan aroma yang tidak sedap, dan kira-kira 40 hari setelah masa
simpan.

17
Penggunaan kompos yang belum matang akan menyebabkan dekomposisi pada
kondisi anaerobik. Hal tersebut akan menghasilkan senyawa fitotoksik dari asam-asam
organik (Sentana, 2010). Untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan
kompos yang telah memenuhi standar yang telah ditentukan.

Dst
Serbuk gergaji/cocopeat
Kohe
Hijauan
Serbuk gergaji/cocopeat

Gambar 2. Sistem Lapis Legit Pembuatan Kompos

Prinsip proses pengomposan


Bahan organik tidak dapat digunakan secara langsung oleh tanaman karena
perbandingan kandungan C/N dalam bahan tersebut tidak sesuai dengan C/N tanah.
Rasio C/N merupakan perbandingan antara karbohidrat (C) dan nitrogen (N). Rasio C/N
tanah berkisar antara 10-12 (Setyorini, dkk, 2003). Apabila bahan organik mempunyai
rasio C/N mendekati atau sama dengan rasio C/N tanah, maka bahan tersebut dapat
digunakan tanaman. Namun pada umumnya bahan organik segar mempunyai rasio C/N
tinggi (jerami 50-70; dedaunan tanaman 50-60; kayu-kayuan >400; dan lain-lain)
(Setyorini, 2003). Prinsip pengomposan adalah untuk menurunkan rasio C/N bahan
organik hingga sama dengan C/N tanah (<20). Semakin tinggi rasio C/N bahan organik
maka proses pengomposan atau perombakan bahan semakin lama.
Proses perombakan bahan organik melibatkan aktivitas biologi mikroba dan
mesofauna. Secara alami, proses penguraian tersebut bisa dalam keadaan aerob (dengan
O2) maupun anaerob (tanpa O2).
Proses penguraian aerob dan anaerob secara garis besar sebagai berikut (Setyorini, dkk,
2003):
Mikroba aerob
Bahan organik + O2 -----------------------> H2O + CO2 + hara + humus + energi
Mikroba anaerob
Bahan organik -----------------------------> CH 4 + hara + humus
Dalam pengomposan aerobik akan dihasilkan CO 2, air, dan panas. Sementara itu
dalam pengomposan anaerobik akan dihasilkan metana (alkohol), CO 2, dan senyawa

18
antara seperti asam organik. Dalam proses pengomposan anaerobik, sering menimbulkan
bau yang tajam karena menghasilkan gas metan.
Syarat-syarat pembuatan kompos
Agar pembuatan kompos berhasil, beberapa syarat yang diperlukan antara lain:
1. Ukuran bahan mentah
Aktivitas mikroba berada di antara permukaan area dan udara. Sampai pada batas
tertentu, semakin kecil ukuran potongan bahan mentahnya, semakin cepat pula waktu
pembusukannya. Penghalusan bahan akan meningkatkan luas permukaan spesifik
bahan kompos sehingga memudahkan mikroba dekomposer untuk menghancurkan
bahan-bahan tersebut. Meskipun demikian, penghalusan bahan terlalu kecil, timbunan
menjadi padat sehingga udara sedikit. Ukuran bahan sekitar 5-10 cm sesuai untuk
pengomposan ditinjau dari aspek sirkulasi udara yang mungkin terjadi. Untuk
mempercepat proses pelapukan, dilakukan pemotongan/mencacah daun-daunan,
ranting-ranting, dan material organik lainnya secara manual dengan tangan atau
mesin.
2. Suhu dan ketinggian timbunan kompos
Timbunan bahan yang mengalami dekomposisi akan meningkat suhunya hingga 65-70
°C akibat terjadinya aktivitas biologi oleh mikroba perombak bahan organik (Gaur,
1980 dalam Setyorini, 2005). Hal yang menentukan tingginya suhu adalah
perbandingan volume timbunan terhadap permukaan. Makin tinggi volume timbunan
dibanding permukaan, makin besar isolasi panas dan makin mudah timbunan menjadi
panas. Timbunan yang terlalu dangkal akan kehilangan panas dengan cepat karena
bahan tidak cukup untuk menahan panas dan menghindari pelepasannya. Dalam
keadaan suhu kurang optimum, bakteri-bakteri yang menyukai panas (yang bekerja di
dalam timbunan itu) tidak akan berkembang baik. Panas yang terlalu banyak juga
akan mengakibatkan terbunuhnya mikroba yang diinginkan. Tinggi timbunan yang
memenuhi syarat yaitu sekitar 1,25-2 m. Pada waktu proses pembusukan
berlangsung, timbunan material yang tingginya 1,5 m akan menurun sampai kira-kira
setinggi 1 atau 1,25 m.
3. Kelembapan
Kelembaban memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme
mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplay oksigen. Kelembapan 40
- 60 % adalah kisaran optimum untuk metabolisme mikroba (Setyorini, 2005). Apabila
kelembapan di bawah 40%, aktivitas mikroba akan mengalami penurunan. Apabila
kelembapan lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara berkurang,

19
akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang
menimbulkan bau tidak sedap.
4. Sirkulasi udara (aerasi)
Aktivitas mikroba aerob memerlukan oksigen selama proses perombakan berlangsung.
Ukuran partikel dan struktur bahan dasar kompos mempengaruhi sistem aerasi.
Pembalikan timbunan bahan kompos selama proses dekomposisi berlangsung sangat
dibutuhkan dan berguna mengatur pasokan oksigen bagi aktivitas mikroba.
5. Nilai pH
Bahan organik dengan nilai pH 3-11 dapat dikomposkan. pH optimum berkisar antara
5,5-8,0 (Setyorini, 2005). Bakteri lebih menyukai pH netral, sedangkan fungi aktif
pada pH agak masam. Pada pH yang tinggi, dapat terjadi kehilangan nitrogen akibat
volatilisasi/penguapan. Pada awal proses pengomposan, pada umumnya pH agak
masam karena aktivitas bakteri yang menghasilkan asam. Namun selanjutnya pH akan
netral.

3.1.6 Penanaman

Setelah dilakukan penebaran pupuk organik, tanah dibiarkan 2 hari tergenang air
(macak-macak), kemudian lahan digarit untuk membentuk dan memberikan jarak di
permukaan lahan dengan menggunakan garit. Jarak tanam yang digunakan berkisar 32 x
32 cm atau 30 x 30 cm.
Lahan yang sudah digarap dan siap untuk dilakukan penanaman, ditanami dengan
benih yang sudah disemai sebelumnya. Penanaman secara SRI, hanya membutuhkan
satu benih saja setiap lubang tanam. Berikut teknik penanaman padi organik SRI
Gapoktan Simpatik, Kelompok Tani Cidahu:
1. Sekitar 7 HST, bibit yang telah disemai, dipindahtanamkan ke lahan. Batas
maksimal bibit dipindahtanamkan adalah 12 HST.
2. Penanaman dilakukan dengan cara menanam bibit yang disemai ke lahan sawah
sedalam 1 cm. Kemudian lubang tanam dirapatkan kembali.
3. Bibit yang ditanam yaitu sebanyak 1 buah setiap lubang tanam.
4. Jarak tanam yang dipakai untuk SRI adalah 30 cm x 30 cm.
5. Cara penanaman tanaman padi dilakukan secara maju, tidak menanam secara
mundur.

Penanaman benih secara SRI hanya membutuhkan satu benih saja, namun pada
pelaksanaanya tidak semua petani menerapkan benih tunggal, umumnya menanam 2-3

20
benih dengan alasan jika ada benih yang rusak baik diserang hama atau penyakit, tidak
perlu langsung mengganti tanaman dan tidak akan langsung mati, karena benih lain yang
dapat menggantikan.
Bagi petani yang menerapkan sistem penanaman tunggal adalah petani yang
sudah mengetahui dan menerapkan istilah penyulaman untuk mengganti benih yang
terserang hama. Pertanian organik yang menanam lebih dari satu bibit setiap lubang
tanam (tidak menggunakan SRI) tetap dapat dikatakan petani organik, asalkan semua
pemeliharaan tetap menggunakan bahan-bahan organik.

3.1.7 Penyiangan

Penyiangan tetap perlu dilakukan pada pertanian organik SRI. Kelompok Tani
Cidahu melakukan penyiangan gulma dengan cara manual atau secara mekanis. Teknik
penyiangan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Pada 2 MST, dilakukan penyiangan meggunakan lalandak searah vertikal, tetapi
lahan sawah diberi pengairan terlebih dahulu yang disalurkan melalui parit.
2. Pada 3 MST, dilakukan penyiangan juga menggunakan lalandak. Tetapi pada
minggu ketiga ini dilakukan searah horizontal.
3. Pada 4 MST, penyiangan yang dilakukan adalah mencabuti gulma yang tumbuh di
sekitar padi sawah yang tumbuh dengan menggunakan tangan.

Penyiangan dilakukan agar tanaman padi tetap tumbuh dengan optimal dan tidak
berkompetisi memperebutkan unsur hara dan nutrisi yang berada pada lahan sawah.
Selain itu, penyiangan berfungsi juga sebagai pembalikkan tanah agar sirkulasi stabil
serta merangsang anakan.

3.1.8 Pengolahan air

Sistem pengairan usaha tani di Dusun Cidahu, Desa Mekarwangi dilakukan dengan
memanfaatkan air hujan yaitu sistem tadah hujan dan ada yang menggunakan irigasi dari
sungai karena posisi lahannya dekat dengan sungai. Sistem tadah hujan ini dilakukan
sudah sejak lama, kekurangan dari sistem tadah hujan ini adalah apabila hujan tidak ada
atau sedang musim kemarau, maka lahan akan kering dan penanaman pun berhenti.
Sistem pengairan tadah hujan ini pun mempengaruhi pola waktu penanaman,
pada umumnya petani dapat melakukan cocok tanam sebanyak 2 kali musim tanam
dalam satu tahun menyesuaikan dengan jumlah air yang tersedia, namun jika musim
hujan merata maka dalam satu tahun menjadi 3 kali musim tanam.

21
3.1.9 Pemberian MOL

MOL yaitu mikroorganisme lokal berupa cairan yang berasal dari sisa atau limbah
dapur yang sudah difermentasikan. MOL bertujuan untuk membuat pabrik pengurai
dalam mempercepat pelapukan. Bahan-bahan MOL sebagai POC (pupuk organik cair)
yaitu air cucian beras dan air kelapa sebagai bahan utama. Sebaiknya yang digunakan
adalah kelapa muda karena mengandung lebih banyak air (2 kelapa muda = 5 kelapa
tua). Sedangkan bahan tambahannya yaitu buah maja (labu)/mengkudu/keong
mas/rebung/bonggol pisang/limbah dapur seperti sisa sayuran dan buah-
buahan/campuran dari semua bahan tersebut. Adapun cara pembuatannya yaitu:
1. Air cucian beras dan air kelapa dimasukkan ke dalam sebuah wadah.
2. Bahan tambahan dimasukkan, dapat dipilih sesuai keadaan (Contohnya MOL
dengan bahan keong mas untuk pendegradasi bahan kompos, MOL dengan bahan
buah maja/keong mas untuk masa vegetatif padi, MOL dengan bahan buah-
buahan untuk masa generatif padi, dan MOL berbahan campuran untuk masa
primordial padi).
3. Wadah tersebut ditutup dengan menggunakan plastik penutup.
4. Lalu toples diikat dan kemudian diisi air di atasnya agar tetap lembab dan tetap
menjaga sirkulasi udara.
5. Larutan tersebut difermentasi selama ±14 hari.
6. POC berupa MOL yang telah layak pakai dapat disaring.
7. POC siap digunakan.

Wakil ketua Gapoktan Simpatik, Hendra Kribo mengatakan bahwa petani Thailand
menggunakan urin kelinci sebagai bahan MOL sebanyak 15000-16000 L/ha dan lebih baik
dari penggunaan dekomposer yang dihasilkan dari EM4/EMBIO. Hal ini didukung oleh
data bahwa jika limbah cair dari ternak kelinci tersebut terfermentasi dapat mempercepat
proses pelapukan, dan jika digunakan bersamaan dengan kotoran padatnya yang telah
diolah menjadi bokashi akan meningkatkan kandungan unsur hara yang lebih kompleks
yaitu Nitrogen (N) 2,20 %, Fosfor (P) 87 %, Kalium (K) 2,30 %, Sullfur (S) 36 %, Kalsium
(Ca) 1,26 %, dan Magnesium (Mg) 40 % (Serikat Petani Indonesia, 2011). Pemberian
MOL dilakukan sebanyak 4 kali dalam satu musim tanam, kebutuhan MOL biasanya hanya
1 L dan sisanya air, perbandingannya adalah 1 L mol : 14 L air dalam 1 tangki. Pemberian
MOL yang lebih banyak berdampak baik terhadap tanaman. Petani padi organik di
Kelompok Tani Cidahu umumnya memperoleh MOL dengan membuat sendiri atau
membeli kepada kelompok tani melalui Ketua Gapoktan.

22
3.1.10 Pestisida Nabati

Tanaman padi umumnya terserang penyakit pada umur 25-35 HST. Tetapi kondisi
di lahan, kenyataannya petani melakukan penyemprotan pestisida saat terdapat gejala
dan tanda yang muncul yaitu pada ± 90 HST. Sedangkan Kelompok Tani Cidahu
melakukan penyemprotan pestisida nabati pada < 25 HST dan saat terjadi serangan. Hal
tersebut dilakukan untuk mencegah kehilangan tanaman padi atau tindakan pencegahan.
Pengaplikasian pestisida nabati juga sebaiknya dilakukan saat terik matahari (jam 11.00 -
14.00) karena pada saat itu, pestisida nabati akan mengeluarkan aroma yang tidak sedap
yang akan mengganggu apabila tercium oleh hama dan penyakit tanaman.
Wakil ketua Gapoktan Simpatik, Hendra Kribo memiliki beberapa resep pembuatan
pestisida nabati untuk mengendalikan beberapa hama dan penyakit pada tanaman padi,
di antaranya yaitu:
1. Pestisida nabati untuk hama tungro
Pestisida nabati ini menggunakan abu dapur seperti sabut yang dibakar hingga
menjadi abu. Cara pembuatannya dengan mempersiapkan abu dapur sekitar 2-3 kg
dan dicampur dengan air panas sebanyak 3-5 liter. Setelah itu, disimpan dan
difermentasi selama 3 hari 3 malam pada tempat yang sejuk dan aman.
2. Pestisida nabati untuk hama belalang, walang sangit, dan lembing
Pestisida nabati ini menggunakan daun bangle, daun sirsak, dan daun nimba yang
dicacah dan ditumbuk sehingga ukurannya menjadi lebih kecil, selanjutnya bawang
putih dimasukkan kira-kira sebanyak ¼ kg per ha. Setelah selesai ditumbuk, semua
bahan tersebut ditumbuk kembali hingga menyatu dan hancur. Bahan tersebut
dimasukkan ke dalam toples yang telah berisi air (dengan ukuran minimal 1
gelas/tangki). Toples ditutup, kemudian dilakukan fermentasi selama 3 hari 3 malam.
3. Pestisida nabati untuk penggerek batang, kresek, dan sundep
Pestisida nabati ini menggunakan bahan daun klewek, daun suren, dan daun
tembakau yang ditumbuk hingga halus. Kemudian dilarutkan ke dalam air dan
disimpan serta difermentasi selama 3 hari 3 malam.
4. Pestisida nabati untuk hama tikus
Pestisida nabati ini menggunakan jengkol mentah sebanyak ¼ kg, kemudian diperam
di dalam tanah atau tumpukan pasir selama 5-7 hari sampai mengeluarkan
kecambah. Setelah itu, ditumbuk hingga halus dan diberi air sebanyak 3-5 L.
Selanjutnya dilakukan fermentasi selama 3 hari. Biasanya tikus menyerang saat masa
primordial. Pengaplikasiannya dilakukan dengan cara menyemprot dari pematang
sawah (mengelilingi petakan).

23
3.1.11 Panen dan Pasca Panen

Tanaman padi dapat dipanen pada umur ±112-120 hari (tergantung varietas padi
yang ditanam). Menurut pengalaman, lahan seluas 1 ha dapat menghasilkan padi organik
hingga 8 ton. Pada umumnya, petani akan menjual padi dalam bentuk GKG (Gabah
Kering Giling) yang bulirnya sudah dilepas dari malainya dengan cara dipukul atau
menggunakan alat perontok. Kemudian bulir tersebut dijemur dan penjemuran biasanya
dilakukan di atas lahan bekas panen. Apabila hujan, padi ditutup menggunakan terpal
atau penutup lainnya. Penjemuran ini apabila tidak hujan dapat mencapai 2 hari. Jika padi
sudah kering, maka didistribusikan ke Gapoktan Simpatik yang siap untuk menampung
padi organik. Kemudian diolah menjadi beras dan akan dipasarkan sesuai dengan
kebutuhan pasar. Tetapi ada sebagian petani juga yang menjual dalam bentuk GKP
(Gabah Kering Pungut). Beras dikemas dengan cara divakum supaya tahan lama dan
diberi label untuk meningkatkan nilai jual.

3.2 Prospek Padi Organik di Kelompok Tani Cidahu

Dinas Pertanian (2014) menyatakan bahwa pertanian padi organik Tasikmalaya


memang direncanakan sebagai lumbung padi organik di Indonesia, melihat dari
penambahan jumlah lahan dan panen padi organik tahun 2012 seluas 6000 hektar
menghasilkan 31000 ton. Tahun berikutnya luas lahan menjadi 8000 hektar dengan
produksi 43500 ton (Kompas, 2015). Pengembangan pertanian ini terlihat dari banyaknya
petani yang sadar akan pentingnya dilakukan budidaya organik serta dirasakan banyak
manfaatnya. Selain itu, terdapat juga peran pemerintah dalam menyediakan sarana dan
prasarana serta bekerja sama melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan Tasikmalaya
dengan PT Bloom Agri yang mendirikan Gabungan Kelompok Tani dan menjadi
sarana/wadah untuk memasarkan padi organik yang diproduksi setiap kelompok tani.
Produk dari gabungan kelompok tani sistem pertanian organik (Gapoktan
Simpatik) telah dieskpor ke beberapa negara yaitu Amerika, Jerman, Italia, Belanda,
Singapura, Malaysia, dan sebelumnya telah mendapatkan sertifikat IMO (Institute for
Marketecology) dari Swiss dan Inofice. Penilaian sertifikasi IMO dilakukan pada lahan
yang minimal telah digarap secara organik minimal lima kali musim tanam dan dilakukan
pengawasan selama dua tahun sekali. Pengembangan padi organik akan semakin
memiliki potensi yang baik melihat banyaknya pasar termasuk di luar negeri. Petani yang
bergabung di Gapoktan Simpatik adalah petani yang sudah berpengalaman dalam
budidaya padi organik minimal 2 tahun.

24
Prospek padi organik ini sangat menjanjikan bagi kondisi pertanian organik di
Indonesia, khususnya Tasikmalaya. Pengembangan pertanian organik juga dilakukan di
Kelompok Tani Cidahu yang terdiri dari 29 orang petani. Status petani organik di
Kelompok tani Cidahu ini dominan berstatus penggarap lahan.
Memulai praktek budidaya padi organik memang tidak mudah. Hal ini dikarenakan
petani sulit untuk meninggalkan budaya praktis dan malas mencoba hal yang baru
walaupun sudah terbukti menjanjikan. Pada umumnya, menurut petani, budidaya padi
konvensional hanya menggunakan bahan anorganik yang lebih praktis dan lebih sedikit
penggunaannya. Sedangkan pembuatan pupuk organik, pestisida nabati, dan MOL
menjadi kendala bagi petani karena membutuhkan tenaga yang lebih besar dan
dibutuhkan jumlah yang lebih banyak.
Pengembangan usaha tani padi organik, diperlukan peran petani pemilik untuk
mendukung petani penggarap untuk tetap mengusahakan padi organik yang memberikan
keuntungan tinggi. Petani pemilik pada umumnya tidak terlalu mengetahui bagaimana
budidaya, prospek, dan manfaat usaha tani padi organik yang akan didapat. Maka dari
itu, dengan adanya pemahaman dan keahlian dari pemilik akan menimbulkan dorongan
bagi petani penggarap untuk meneruskan usaha tani tersebut, meskipun pemilik tidak
langsung terjun ke lahan. Analisis usaha tani dalam 1 ha dan 1x musim tanam
menyimpulkan bahwa keuntungan yang akan didapat oleh petani organik akan jauh lebih
banyak dibanding petani konvensional. Adapun analisis usaha tani pertanaman padi
konvensional dan padi organik akan dirinci pada Tabel 1.

25
Tabel 1. Analisis Usaha Tani Padi Konvensional dan Padi Organik
I. Rincian Pengeluaran Padi Konvensional (dalam 1 ha dan 1 musim tanam)
No Kegiatan Pekerja/Lamanya hari Volume Harga Satuan Total
1 Pembajakan 1 1750000 1750000
2 Pembuatan pematang sawah 28 50000 1400000
3 Bibit 50 kg 7000 350000
4 Persemaian 1 100000 100000
5 Penanaman 20 10000 200000
6 Pupuk kimia 200 kg 3000 600000
7 Pestisida 1 paket 200000 200000
8 Penyiangan 14 50000 700000
9 Pembuatan gawir 14 50000 700000
TOTAL 6000000

Rincian Pemasukan Padi Konvensional (dalam 1 ha dan 1 x musim tanam)


No Status Hasil Panen (ton) Harga/ton Total
1000000
1 Pemilik Tanah 2 5000000 0
1000000
2 Penggarap 2 5000000 0
2000000
3 Pemilik Tanah + Penggarap 4 5000000 0

Total Pemasukan Bersih Padi Konvensional (dalam 1 ha dan 1 x musim tanam)


No Status Pemasukan Pengeluaran Total
1 Pemilik Tanah 10000000 0 1000000

26
0
2 Penggarap 10000000 6000000 4000000
1400000
3 Pemilik Tanah + Penggarap 20000000 6000000 0

II. Rincian Pengeluaran Padi Organik (dalam 1 ha dan 1 x musim tanam)


Harga
No Kegiatan Pekerja/Lamanya hari Volume Total
Satuan
1 Pembajakan 1 1750000 1750000
2 Pembuatan pematang sawah 28 50000 1400000
3 Bibit 5 kg 7000 35000
4 Persemaian 1 20000 20000
5 Penanaman 14 50000 700000
6 Pupuk Organik 5000 kg 500 2500000
7 Pestisida Nabati 1 paket 50000 50000
8 Penyiangan 14 50000 700000
9 Pembuatan gawir 14 50000 700000
TOTAL 7855000

Rincian Pemasukan Padi Organik (dalam 1 ha dan 1 x musim tanam) :


No Status Hasil Panen (ton) Harga/ton Total
2100000
1 Pemilik Tanah 3.5 6000000 0
2100000
2 Penggarap 3.5 6000000 0
3 Pemilik Tanah + Penggarap 7 6000000 4200000

27
0

Total Pemasukan Bersih Padi Organik (dalam 1 ha dan 1 x musim tanam) :


No Status Pemasukan Pengeluaran Total
2100000
1 Pemilik Tanah 21000000 0 0
1314500
2 Penggarap 21000000 7855000 0
3414500
3 Pemilik Tanah + Penggarap 42000000 7855000 0

III. Apabila Penggarap menggunakan Sistem Sewa Lahan dengan Budidaya Padi Organik
No Status Hasil Panen (ton) Harga/ton Total Keterangan
1 Pemilik Tanah 2 5000000 10000000 Perhitungan padi konvensional
Belum termasuk selisih pemasukan organik
2 Penggarap 7 6000000 42000000
dan konvensional (-100000)

Total Pemasukan Bersih Padi Organik menggunakan sistem sewa lahan (dalam 1 ha dan 1 x musim tanam) :
No Status Pemasukan Pengeluaran Total
1 Pemilik Tanah 10000000 0 10000000
2 Penggarap 32000000 7855000 24145000

28
3.3 Hasil Kegiatan Magang

Dari hasil kegiatan magang yang telah dilakukan, penulis dapat mengetahui cara-
cara pembudidayaan tanaman padi organik dengan System Rice of Intensification (SRI)
berdasarkan pengalaman petani dimulai dari cara pembuatan pupuk organik cair (POC)
berupa MOL, pembuatan kompos, pembuatan pestisida nabati, persemaian, hingga
pemanenan. Secara umum, proses pembudidayaan padi organik yang dilakukan oleh
Kelompok Tani Desa Cidahu sama dengan konsep yang seharusnya dan diperkuat dengan
sertifikasi yang telah dilakukan oleh IMO. Selama kegiatan magang berlangsung, penulis
telah melalui beberapa proses pengaplikasian sehingga penulis dapat lebih memahami
tentang konsep pertanian organik dengan sistem SRI. Dan penulis lebih menyadari bahwa
pentingnya pengupayaan pertanian organik untuk melindungi kesehatan manusia.

29
BAB VI

SIMPULAN & SARAN

4.1 Simpulan

Kegiatan yang telah dilakukan di Kelompok Tani Cidahu dimulai dari pembuatan
pupuk organik cair (POC) berupa MOL, pembuatan kompos, pembuatan pestisida nabati,
seleksi benih yang baik, dan kegiatan budidaya padi organik yang dimulai dari praktek
persemaian sampai dilakukan pemanenan. Perlu diketahui akan pentingnya pertanian
organik karena dapat meningkatkan hasil produksi hingga dua kali lipat dibanding dengan
sistem konvensional. Hal ini dapat mencukupi kebutuhan masyarakat yang semakin
bertambah. Selain itu juga, dengan mengkonsumsi beras organik diharapkan mampu
meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia karena mengurangi penggunaan bahan
kimia yang berbahaya.

4.2 Saran

Perlunya kesadaran akan pentingnya pertanian secara organik baik bagi


masyarakat sekitar dan masyarakat Indonesia secara keseluruhan untuk menjaga
kesehatan. Dan dibutuhkan peran pemerintah dalam menunjang sarana dan prasarana
yang mendukung bagi para petani.

30
DAFTAR PUSTAKA

Andoko, Agus. 2006. Budidaya Padi secara Organik. Jakarta: Penebar Swadaya.

Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian. 2015. Pembuatan Pupuk Organik.
Pelatihan Teknis Budidaya Padi bagi Penyuluh Pertanian dan Babinsa. Pusat
Pelatihan Pertanian Republik Indonesia.

Dimyati, A. 2002. Dukungan Penelitian dalam Pengembangan Hortikultura Organik.


Prosiding Seminar Nasional dan Pameran Pertanian Organik, Jakarta. Hlm 109–
128.

FAO. 1999. Organik agriculture. Committee on Agriculture. [Online]. Tersedia:


http://www.fao.org/unfao/bodies/coag/coag15/x0075e.htm. (Diakses pada 20
Agustus 2016).

IFOAM. 2005. Principles of Organic Agriculture. IFOAM General Assembly. [Online].


Tersedia: Biocert.or.id/infoguide-info.php?id=76-23k. (Diakses pada 20 Agustus
2016).

Kompas. 2015. Petani Padi Organik Berbenah. [Online]. Tersedia:


http://tataruangpertanahan.com/artikel-295-petani-padi-organik-berbenah.html.
(Diakses pada 4 Oktober 2016).

Kurnia, U., D. Setyorini, T. Prihatini, S. Rochayati, Sutono, dan H. Suganda. 2001.


Perkembangan dan Penggunaan Pupuk Organik di Indonesia. Rapat Koordinasi
Penerapan Penggunaan Pupuk Berimbang dan Peningkatan Penggunaan Pupuk
Organik. Direktorat Pupuk dan Pestisida, Direktorat Jendral Bina Sarana Pertanian.

Mayrowani, Henny. 2012. “Pengembangan Pertanian Organik di Indonesia”. Forum


Penelitian Agro Ekonomi. 3(2): 91-108.

Noor, A., A. Jumberi, dan R.D. Ningsih. 1996. Peranan Pupuk Organik dalam
Meningkatkan Hasil Padi Gogo di Lahan Kering. Prosiding Seminar Teknologi
Sistem Usahatani Lahan Rawa dan Lahan Kering. Halaman 575-586.

Purwendro, Setyo. 2009. Mengolah Sampah: untuk Pupuk dan Pestisida Organik. Jakarta:
Penebar Swadaya.

Sentana, Suharwaji. 2010. Pupuk Organik, Peluang, dan Kendalanya. Prosiding Seminar
Nasional Teknik Kimia. Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber
Daya Alam Indonesia. UPT Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia, LIPI.

Serikat Petani Indonesia. 2011. Air Kencing Kelinci: Cairan Ajaib untuk Pertanian.
[Online]. Tersedia: https://www.spi.or.id/air-kelinci-cairan-ajaib-untuk-pertanian/.
(Diakses pada 6 Oktober 2016).

Setyorini, Diah, Rasti Saraswati, dan Ea Kosman Anwar. 2003. Pupuk Organik dan Pupuk
Hayati. Badan Penyuluhan Teknologi Pertanian, Republik Indonesia.

Setyorini, D. 2005. Pupuk Organik Tingkatkan Produksi Tanaman. Warta Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Halaman 13-15.

31
Sibuea, L.H., K. Prastowo, Moersidi S., dan Edi Santoso. 1993. Penambahan Pupuk untuk
Mempercepat Pembuatan Kompos dari Bahan Sampah Pasar. Halaman 267-280
dalam Prosiding Pertemuan Teknis Penelitian Tanah dan Agroklimat: Bidang
Kesuburan dan Produktivitas Tanah.

Tim Magang Program Studi Agroteknologi. 2016. Terms of Reference (TOR) Kuliah Kerja
Profesi (Magang) Tahun 2016. Program Studi Agroteknologi. Fakultas Pertanian.
Universitas Padjadjaran, Jatinangor.

32
LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ketererangan Selesai Magang

SURAT KETERANGAN SELESAI MAGANG

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Hendra Kribo

Jabatan : Wakil Ketua Kelompok Tani Cidahu

Instansi : Kelompok Tani Cidahu

Menyatakan bahwa mahasiswa di bawah ini :

Nama : F. Aida Rahmani

NPM : 150510130226

Jurusan : Agroteknologi

Perguruan Tinggi : Universitas Padjadjaran

telah melaksanakan program Magang selama 27 hari kerja, terhitung dari tanggal
18 Juli 2016 s/d 20 Agustus 2016 di Kelompok Tani Cidahu, Kecamatan Cisayong,
Kabupaten Tasikmalaya.

Demikian Surat Keterangan ini dibuat untuk digunakan sebagimana semestinya.

Tasikmalaya, 20 Agustus 2016

Hendra Kribo

33
Lampiran 2. Logbook Magang

HARI &
NO JUDUL PEMBAHASAN KEGIATAN
TANGGAL
1 Senin, 18 Juli Pengenalan Pengenalan mengenai profil Kelompok
2016 Kelompok Tani Tani Cidahu, Desa Cidahu, dan kegiatan
Cidahu apa saja yang mereka lakukan
2 Selasa, 19 Juli Perencanaan Perencanaan kegiatan yang akan
2016 kegiatan magang dilakukan selama magang berlangsung
serta pembuatan timeline kegiatan
3 Rabu, 20 Juli Prinsip pertanian Pemaparan materi mengenai prinsip
2016 organik pertanian organik dan budidaya tanaman
padi berbasis SRI
4 Kamis, 21 Juli Teori dan praktek Pemaparan materi mengenai berbagai
2016 pembuatan Pupuk macam POC yang digunakan pada setiap
Organik Cair (POC) stadia padi yang berbeda. Pemberian
berupa MOL untuk materi serta mempraktekkan cara
masa vegetatif pembuatan POC untuk masa vegetatif
tanaman padi tanaman padi
5 Jumat, 22 Juli Teori dan praktek Pemberian materi serta mempraktekkan
2016 pembuatan POC cara pembuatan POC untuk masa
berupa MOL untuk generatif tanaman padi
masa generatif
tanaman padi
6 Sabtu, 23 Juli Teori dan praktek Pemberian materi serta mempraktekkan
2016 pembuatan POC cara pembuatan POC untuk masa
berupa MOL untuk premordia tanaman padi
masa premordia
tanaman padi
7 Senin, 25 Juli Teori dan Pemaparan cara pembuatan kompos
2016 pencarian bahan sistem lapis legit serta pencarian bahan-
untuk pembuatan bahan untuk pembuatan kompos
kompos
8 Selasa, 26 Juli Praktek pembuatan Melaksanakan praktek pembuatan
2016 kompos kompos sistem lapis legit
9 Rabu, 27 Juli Pengaplikasian Pengaplikasian MOL pada kompos
2016 MOL pada kompos dilakukan pada pagi hari agar tidak
yang telah dibuat terkena sorotan cahaya matahari

34
(maksimal jam 7 pagi)
10 Kamis, 28 Juli Seleksi benih Melakukan seleksi benih dengan cara
2016 merendam benih padi pada air garam,
benih yang terapung kemudian dibuang
11 Sabtu, 30 Juli Praktek pembuatan Melakukan persemaian benih padi dan
2016 persemaian benih sayuran
12 Senin, 1 Teori pembuatan Pemaparan materi mengenai cara
Agustus 2016 pestisida nabati pembuatan pestisida nabati beserta
dan pencarian pencarian bahan-bahan yang dibutuhkan
bahan
13 Selasa, 2 Praktek pembuatan Praktek pembuatan pestisida nabati
Agustus 2016 pestisida nabati untuk hama belalang, walang sangit,
lembing, dan penggerek batang
14 Rabu, 3 Kunjungan Melakukan kunjungan lapangan ke Desa
Agustus 2016 lapangan ke lahan Santana Mekar, Kelompok Tani Tunas
binaan Mang Ibo Harapan, di Kecamatan Cisayong
15 Kamis, 4 Praktek Melakukan praktek penanaman padi
Agustus 2016 penanaman padi di organik dan pengaplikasian kompos di
sawah lahan
16 Jumat, 5 Penyiangan gulma Melakukan penyiangan gulma di lahan
Agustus 2016 di lahan sawah dengan menggunakan garokan/lalandak.
Hal tersebut berfungsi untuk menyiangi
gulma yang akan tumbuh, membalikan
tanah, dan juga merangsang anakan
17 Senin, 8 Praktek pembuatan Praktek pembuatan pestisida nabati
Agustus 2016 pestisida nabati untuk tikus dengan bahan baku berupa
jengkol
18 Selasa, 9 Pembelajaran Mengunjungi pabrik pengolahan padi
Agustus 2016 pengolahan padi organik dan belajar mengenai
organik penggilingan dan pengemasan pada
(penggilingan dan beras organik yang telah bersertifikat
pengemasan) internasional
19 Rabu , 10 Praktek Melakukan praktek aplikasi MOL/POC
Agustus 2016 pengaplikasian dan pestisida nabati di lahan sawah milik
MOL, kompos, dan Kelompok Tani Cidahu
pestisida nabati
20 Kamis, 11 Pemanenan padi Melakukan praktek pemanenan padi di
Agustus 2016 organik lahan sawah milik Kelompok Tani Cidahu
21 Sabtu, 13 Pembelajaran Pemaparan materi mengenai macam-

35
Agustus 2016 mengenai macam dan proses sertifikasi untuk padi
sertifikasi padi organik
organik
22 Senin, 15 Pembelajaran Pembelajaran mengenai perbedaan
Agustus 2016 mengenai analisis analisis usaha tani pertanian
usaha tani konvensional dan pertanian organik
23 Selasa, 16 Pembalikan Melakukan pembalikkan kompos yang
Agustus 2016 kompos yang telah telah didiamkan selama 1 bulan agar
didiamkan selama bahan-bahan yang digunakan tercampur
1 bulan beserta secara merata serta pemberian kembali
penyemprotan MOL MOL
24 Rabu, 17 Penyusunan Penyusunan laporan kegiatan magang
Agustus 2016 laporan secara keseluruhan mulai dari awal
hingga akhir di Kelompok Tani Cidahu
25 Kamis, 18 Penyusunan Penyusunan laporan kegiatan magang
Agustus 2016 laporan secara keseluruhan mulai dari awal
hingga akhir di Kelompok Tani Cidahu
26 Jumat, 19 Penyusunan Penyusunan laporan kegiatan magang
Agustus 2016 laporan secara keseluruhan mulai dari awal
hingga akhir di Kelompok Tani Cidahu
27 Jumat, 20 Presentasi hasil Melakukan review dan tanya jawab
Agustus 2016 laporan mengenai kegiatan yang telah dilakukan
selama kegiatan magang bersama Mang
Ibo
Tasikmalaya, 20 Agustus 2016

Hendra Kribo

36
Lampiran 3. Gambar/Foto/Dokumen Pendukung Laporan Magang

Gambar 1. Pengenalan Magang Gambar 2. Pembuatan Pupuk Organik Cair


berupa Mikroorganisme Lokal

Gambar 3. Pembuatan Kompos Gambar 4. Persemaian Benih Padi pada


Nampan

Gambar 5. Pembuatan Pestisida Nabati 1 Gambar 6. Pembuatan Pestisida Nabati 2

37
Gambar 7. Penanaman Bibit Padi Gambar 8. Penyiangan Gulma pada
Menggunakan SRI di Sawah Pertanaman Padi

Gambar 9. Pengaritan Malai Padi yang Siap Gambar 10. Perontokan Malai Padi saat
Panen Pemanenan

Gambar 11. Kunjungan ke Lahan Sawah di Gambar 12. Kunjungan ke lahan sawah Desa
Desa Santana Mekar, Kelompok Tani Tunas Santana Mekar, Kecamatan Cisayong
Harapan, Kecamatan Cisayong

38
Gambar 13. Kunjungan ke Persemaian Benih Gambar 14. Kunjungan ke Persemaian Benih
Tanaman Tahunan di Kecamatan Cisayong Tanaman Tahunan di Kecamatan Cisayong

Gambar 15. Kunjungan ke Kandang Sapi Gambar 16. Pembelajaran tentang Usaha Tani
UPPO sebagai Salah Satu Komponen Tanaman Padi Organik dan Konvensional
Pertanian Organik

Gambar 17. Kemasan Beras Organik Gambar 18. Kunjungan Dosen Pendamping
Bersertifikat Lapangan

39
Gambar 19. Foto Tim Magang bersama Mang Ibo

40

Anda mungkin juga menyukai