Anda di halaman 1dari 10

OUTLINE/ METODE PENELITIAN

Karakterisasi Genotip F3 Hasil Seleksi Program Piramisisasi

3.1 Waktu dan Tempat Percobaan

Percobaan ini akan dilakukan pada bulan Januari 2020 sampai dengan Juni 2020.

Penanaman, dan karakterisasi genotip Oryza sativa dilakukan di Rumah Kaca Ciparanje,

Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa

Barat.

3.1 Alat dan Bahan Percobaan

3.2.1 Alat

Alat yang diperlukan dalam percobaan ini yaitu :

A. Persiapan Tanam dan Penanaman

Pada tahap persemaian dan penanaman benih menggunakan gelas plastic, plastic, tissue,

baki persemaian, hand sprayer, ember, dan emrat, sarung tangan, media tanam (tanah, sekam,

pupuk kandang), polybag, sekop, sekop, cangkul, gembor.

B. Pengamatan Karakteristik Padi

Karakterisasi menggunakan kunci deskiptor “UPOV (International union for the

protection of New varieties of plants) Rice” untuk pemeriksaan tentang perbedaan harmonis,

keseragaman, dan stabilitas (DUS) untuk mengidentifikasi karakteristik yang sesuai dalam
pemeriksaan DUS dan produksi deskripsi varietas. Alat penunjang kunci deskiptor UPOV

adalah meter, timbangan analitik, alat tulis menulis, kamera.

C. Persilangan Pyrimiding Backcross

Persilangan dilakukan untuk mempersiapkan bahan bagi peneliti selanjutnya. Peneliti

selanjutnya akan mengkarakterisasi daya hasil dan berbagai parameter pengamatan.

3.2.2 Bahan

3.2.2 Bahan Percobaan

A. Persiapan Tanam dan Penanaman

Materi genetik genotip padi yaitu 4 nomor benih hasil seleksi marka molekuler dari

benih tetua-tetua piramidisasi (PP51 X CAKA283 ), Pandan Wangi, PTB33, dan Kitaake. 4

nomor genotip tersebut yaitu 131, 185, 234, dan 250.

Penanaman genotip-genotip tersebut menggunakan pupuk kandang, urea, dan campuran

tanah sawah dan tanah darat.

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental untuk mengkarakterisasi

4 genotip padi hasil persilangan F3 hasil pyramiding backcross. Satu genotip memerlukan 100

sample tanaman untuk pengkarakterisasi deskriptif. Terdapat empat genotip, maka seluruh

genotip terdapat 400 tanaman untuk dikarakterisasi. Adapun untuk perbanyakan dan

pengurangan resiko kerusakan tanaman,akibat iklim maupun hama penyakit, maka ditanam 400

tanaman.
3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Persiapan Tanam

Benih hasil persilangan ditanam di media persemaian dengan komposisi media

persemaian adalah tanah, arang sekam, dengan perbandingan 2:1. Benih tetua dan benih hasil

piramidisasi disemai selama 20 hari di Laboratorium Bioteknologi dan Analisis Tanaman,

kemudian dipindah tanam ke rumah kaca. Pengujian kualitas benih tidak dilakukan karena benih

padi merupakan benih hasil persilangan. Berat benih ringan dan tidak mungkin0p terbenam

didalam air.

Gambar .pemilihan benih Gambar . perendaman benih Gambar . Upaya

Perkecambahan benih

3.4.2 Penanaman dan Pemeliharaan

Setelah benih berkecambah, bibit tetua maupun bibit 4 genotip hasil persilangan ditanam

di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Unpad. Benih ditanam dalam ember berisi tanah seberat 10

kg. Pemeliharaan tanaman padi meliputi penyiangan padi dari gulma, Penyulaman bila ada

tanaman yang mati, dan penyiraman. Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma dengan

tangan. Penyiraman dilakukan tiga hari sekali, selain untuk menjaga agar tanaman tidak kering

dan mencegah adanya penyakit hawar daun oleh bakteri.

Pemupukan awal padi TSP 150kg/hektar, KCL 100 kg/ hektar, dan Urea 100kg/hektar.

Pupuk susulan diberikan 2 kali yaitu pada 14 hari setelah tanam (hst) dengan pemberian pupuk

Urea sebanyak 200 kg/ha, SP36 sebanyak 75 kg/ha, dan KCl sebanyak 100 kg/H. Pupuk susulan
kedua diberikan pada saat padi berumur 30 HST yaitu dengan pemberian pupuk Urea sebanyak

200 kg/ha. Pupuk Urea diaplikasikan kembali dengan alasan tampak ciri-ciri kekurangan N pada

tanaman, yaitu ditandai dengan daun yang berwarna kekuningan.

Pengendalian hama dan penyakit yaitu dengan menggunakan pestisida. Pengendalian

penyakit berupa jamur dilakukan dengan menggunakan pestisida. Pestisida yang digunakan

yaitu fungisida dengan merek dagang Score E250EC dengan bahan aktif difenokonazol untuk

pengendalian penyakit hawar daun padi. Seeangkan, , Penyemprotan gulma menggunakan Ally

dan Indamin (sebelum tanam)

3.4.3. Metode Pengamatan

3.4.3.1 Metode UPOV Rice

Metode yang direkomendasikan oleah Pengujian karakteristik padi menggunaan UPOV

Rice, ditunjukkan dengan kunci berikut :

MG : pengukuran tunggal sekelompok tanaman atau bagian tanaman

MS: pengukuran sejumlah tanaman individu atau bagian tanaman

VG: penilaian visual dengan pengamatan tunggal sekelompok tanaman atau bagian tanaman

VS: penilaian visual dengan pengamatan tanaman individu atau bagian tanaman

Jenis observasi: visual (V) atau pengukuran (M)

Observasi "Visual" (V) adalah observasi yang dibuat atas dasar penilaian ahli. Untuk

keperluan dokumen ini, pengamatan "visual" mengacu pada pengamatan sensorik para ahli.

Pengamatan visual meliputi pengamatan di mana ahli menggunakan referensi. Pengukuran (M)
adalah pengamatan objektif terhadap skala linear yang dikalibrasi misalnya menggunakan

penggaris, timbangan, kolorimeter, tanggal, jumlah, dll.

Gambar . Pedoman penilaian karakteristik Oryza sativa

Gambar contoh karakterstik Oryza sativa


Karakter- karakter tersebut diantara lain :

1. koleoptil: warna antosianin

2. Selubung Daun:pewarnaan anthocyanin

3. Daun: intensitas warna hijau = Daun yang diukur warnanya adalah daun pertama yang muncul

setelah penicle/malai

4. Daun: pewarnaan anthocyanin

6. Daun: distribusi pewarnaan anthocyanin

7. Auricle .pada buku bagian ujung dari daun pelepah memperlihatkan percabangan dimana

cabang yang terpendek menjadi ligula (lidah daun) dan bagian yang terpanjang dan terbesar

menjadi daun kelopak yang memiliki bagian auricle pada sebelah kiri dan kanan

8. Daun: pewarnaan anthocyanin pada auricle

9. Daun: kerah/ collar daun


10. Daun: ligule

11. Daun: warna

12. Daun bendera: panjang

13. Daun bendera: lebar

14. Batang: kebiasaan

15. Batang:kemampuan lutut

16. Waktu tajuk (50% tanaman bermalaai)

17. Lemma: pubescence


18. Spikelet: warna stigma

19. Batang: anthocyanin warna simpul

20. Batang: pewarnaan anthocyanin dari ruas

21. Batang: ketebal

22. malai: jumlah per tanaman

23. penicle = distribition of awn(cambang)

24. malai: panjang cambang terpanjang

25. malai: warna awns

26. Lemma: intensitas dari pewarnaan anthocyanin

27. Lemma: tingkat pewarnaan antosianin dari ujung

28. Lemma: warna ujung

29. Daun bendera: sikap

30. Daun bendera: sikap pisau (tegak, semi-tegak, horizontal, berulang)

31. Panicle: density

32. Malai: sikap cabang

33. peniclel: jumlah cabang sekunder

34. Daun: waktu penuaan

36. Lemma: warna


37. Lemma: ornamen

38. Glume: warna

39. Butir: berat 1000 biji

40. Endosperm: isi amilosa

41. Butir pekat: warna

3.4.3.2 Pengamatan Karakter Morfo-Agronomis

Pengamatan karakter morfo-agronomis dari genotip genotip hasil piramidisasi

merupakan pengamatan penunjang dalam penelitian ini. Karakter morfologi dan

agronomi diamati berdasarkan panduan sistem karakterisasi dan evaluasi tanaman padi

(Deptan 2003).

Karakter Morfologi :

1. Karakter Daun

a. Distribusi vertikal dan sudut daun dari tiga daun bagian atas dilakukan 10 hari setelah

pembungaan. Batang utama untuk setiap perlakuan diteliti untuk pengukuran sudut daun

(sudut antara daun dengan batang utama) dari daun bendera, daun kedua, dan ketiga dari

atas menggunakan alat ukur busur derajat.

b. Dinamika luas daun dari tiga daun bagian atas. Luas daun bendera, daun kedua, dan

ketiga dari atas diukur dengan metode panjang x lebar x 0.75 (koefisien) (Yoshida 1976)

menggunakan alat ukur mistar.

2. Karakter Batang, diukur diameter ruas batang bagian bawah dan bagian atas setelah berbunga

dengan menggunakan alat kaliper.


3. Karakter malai, dilakukan setelah panen dengan mengukur panjang malai dan menghitung

jumlah cabang primer dan sekunder serta kepadatan malai.

4. Karakter gabah, dilakukan pengukuran terhadap panjang, lebar, dan tebal gabah menggunakan

alat kaliper.

Karakter Agronomi :

1. Jumlah anakan total yaitu total anakan produktif dan tidak produktif. Kategori Very high untuk

anakan >25 anakan/tanaman (skoring 1), Good untuk anakan 20-25 anakan/tanaman (skoring 3),

Medium untuk anakan 10-19 anakan/tanaman (skoring 5), low 5-9 anakan/tanaman (skoring 7),

very low jika anakan > 5 anakan pertanaman (skoring 9).

2. Jumlah anakan produktif dengan menghitung anakan yang mengeluarkan malai. Kategori Very

high untuk anakan >25 anakan/tanaman (skoring 1), Good untuk anakan 20-25 anakan/tanaman

(skoring 3), Medium untuk anakan 10-19 anakan/tanaman (skoring 5), low 5-9 anakan/tanaman

(skoring 7), very low jika anakan < 5 anakan pertanaman (skoring 9)

3. Persentase anakan produktif dihitung dari nisbah malai terhadap jumlah anakan pada tahap

anakan maksimum dikalikan 100%.

4. Tinggi tanaman, diukur dari permukaan tanah hingga ujung malai tertinggi diamati setelah

pembungaan. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan mengukur tinggi dari permukaan

tanah sampai ujung malai tertinggi. Tanaman dikategorikan Semidwarf apabila kriteria tinggi

pada dataran rendah : <110 cm; dataran tinggi: <90 cm) (skoring 1), Intermediate (dataran

rendah: 110-130 cm; dataran tinggi: 90-125 cm) (skoring 50, Tall (dataran rendah: >130 cm;

dataran tinggi: >125 cm) (skoring 9).

5. Luas daun per rumpun pada tahap anakan maksimum, berbunga, dan pengisian biji, diukur

dengan menggunakan metode panjang x lebar x 0.75 (koefisien) (Yoshida 1976).


6. Bobot biomas akhir (saat panen) diukur dengan mengambil dua tanaman contoh setiap

perlakuan kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu 85oC selama 48 jam hingga mencapai

bobot kering konstan.

7. Umur Berbunga dan Panen. Umur berbunga dicatat dalam hari sejak semai hingga membentuk

malai (50% tanaman berbunga) dan umur panen dicatat dalam hari sejak semai hingga matang

(85% butir dalam malai matang).

8. Komponen hasil diperoleh dengan mengamati jumlah malai per rumpun, jumlah gabah per

malai, jumlah gabah isi, persentase gabah isi, dan bobot 1000 butir

3.5 Analisis Data

Data kuantitatif dianalisis dengan uji F menggunakan program SAS 9.1 untuk

analisis ragam (ANOVA), pada taraf pengujian α 1% dan 5%. Hasil ANOVA

selanjutnya digunakan untuk analisis parameter genetik, yaitu heritabilitas arti luas (h2bs)

dan koefisien keragaman genetik (KKG) yang diduga melalui analisis komponen ragam.

Pendugaan komponen ragam genetik dilakukan menurut Singh dan Chaudhary (1979)

Anda mungkin juga menyukai