Anda di halaman 1dari 17

PENUNTUN PRAKTIKUM

EKOLOGI TANAMAN

OLEH

Dr. Nini Rahmawati, SP, MSi

Dan Tim Teaching Ekologi Tanaman

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
KOMPETISI INTERSPESIES DAN INTRASPESIES

0
PENDAHULUAN

Kacang hijau adalah tanaman graminae yang mempunyai manfaat ganda.

Hasil biji adalah sumber pangan yang penting disamping menjadi andalan sumber

energi dalam ransum unggas. Tanaman ini juga banyak dibudidayakan untuk

sumber hijauan pakan baik seluruh bagian atas tanaman yang dipanen muda atau

dimanfaatkan jeraminya setelah diambil buahnya.

Ruang adalah salah satu unsur sumber daya lingkungan yang dapat menjadi

faktor pembatas pertumbuhan dan produksi tanaman. Kepadatan populasi tanaman

terkait dengan pemanfaatan ruang media tumbuh. Pada kepadatan rendah

menyebabkan pemanfaatan sumber daya lingkungan tidak optimal, tetapi kepadatan

tinggi menyebabkan tingginya tingkat kompetisi sehingga pertumbuhan individu

terhambat. Peningkatan kepadatan populasi tanaman akan meningkatkan produksi

bahan kering tanaman, sampai suatu maksimum, yaitu pada saat peningkatan

kepadatan populasi tanaman lebih lanjut tidak diikuti lagi oleh peningkatan

produksi bahan kering tanaman.

Model hubungan kepadatan populasi tanaman dengan produksi bahan kering

menunjukkan kurva asimtotik sedangkan model hubungan kepadatan populasi

dengan hasil reproduktif adalah kurva parabolik. Kepadatan populasi tanaman

dapat ditingkatkan sampai mencapai daya dukung lingkungan, karena keterbatasan

lingkungan pada akhirnya akan menjadi pembatas pertumbuhan tanaman. Menurut

prinsip faktor pembatas “Liebig”, materi esensial yang tersedia minimum

cenderung menjadi faktor pembatas.

1
Pengaturan kepadatan populasi tanaman dan pengaturan jarak tanam pada

tanaman budidaya dimaksudkan untuk menekan kompetisi antara tanaman. Setiap

jenis tanaman mempunyai kepadatan populasi tanaman yang optimum untuk

mendapatkan produksi yang maksimum. Apabila tingkat kesuburan tanah dan air

tersedia cukup, maka kepadatan populasi tanaman yang optimum ditentukan oleh

kompetisi di atas tanah daripada di dalam tanah atau sebaliknya.

BAHAN DAN METODE

Bahan

Bahan yang digunaman dalam percobaan ini yaitu (benih kacang hijau, benih

kedelai sebagai bahan tanam), 3 buah polybag ukuran 5 kg sebagai wadah media

tanam, top soil untuk media tanam, label untuk menandai polybag, air untuk

menyiram tanaman.

Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu, penggaris untuk mengukur

tinggi tanaman, spidol untuk menandai jumlah daun, timbangan untuk menimbang,

alat tulis untuk menulis data, buku untuk mencatat data, kamera untuk dokumentasi.

Metode Percobaan

P1 : ditanam 6 benih kacang hijau dalam 1 polybag

P2 : ditanam 3 benih kacang hijau dan 3 benih kedelai dalam 1 polybag

P3 : ditanam 6 benih kedelai dalam 1 polybag

2
Persiapan Media Tanam dan Penanaman

Tempat percobaan yang digunakan adalah tempat yang mendapat sinar

matahari yang cukup dan ketiga polybag ditempatkan di tempat yang sama/

berdekatan. Benih tanaman ditanam pada masing-masing polybag sesuai dengan

perlakuan.

Pemeliharaan

Penyiraman : Tanaman disiram secukupnya agar media tanam lembab, tanaman

tidak kekeringan dan dijaga agar tidak tergenang.

Penyiangan : Rumput liar yang tumbuh di sekitar tanaman harus segera disiang atau

dibersihkan.

Peubah Amatan

Tinggi Tanaman

Pengukuran tinggi tanaman di lakukan mulai umur satu minggu sampai empat

minggu setelah tanam (MST). Pengukuran dilakukan 1 minggu sekali dengan

menggunakan penggaris yaitu mulai dari pangkal batang bawah (diatas permukaan

media) sampai bagian titik tumbuh tanaman untuk kedelai dan hingaa ujung daun

terakhir / tertinggi untuk kacang hijau dan dinyatakan dalam satuan (cm).

Jumlah Daun

Penghitungan jumlah daun dilakukan mulai umur satu sampai enam minggu setelah

tanam sampai panen. Pengukuran dilakukan 1 minggu sekali dengan cara

menghitung jumlah daun pada setiap tanaman. Perhitungan dilakukan dengan cara

menghitung daun yang membuka dan dinyatakan dalam satuan helai.

3
Diameter Batang

Perhitungan diameter batang dilakukan mulai 1 mst hingga 4 mst menggunakan

penggaris dengan cara mengukur diameter batang yang berada didekat titik tumbuh

tanaman.

Bobot SegarTajuk Tanaman

Bobot basah tajuk tanaman diperoleh dengan cara menimbang bagian tajuk

tanaman setelah dicabut dari polybag dan dinyatakan dalam satuan gram

(g)/tanaman. Pengamatan dilakukan pada 4 MST

Bobot Segar Akar Tanaman

Bobot basah akar tanaman diperoleh dengan cara menimbang bagian akar tanaman

setelah dicabut dari polybag dan dinyatakan dalam satuan gram (g)/tanaman.

Pengamatan dilakukan pada 4 MST

Pengamatan Visual Morfologi Tanaman

Diamati perubahan yang terjadi pada tanaman setiap MST, Pengamatan meliputi

perubahan warna daun, warna batang, gejala nekrosis dan sebagainya. Perubahan

visual tanaman didokumentasikan setiap mst.

4
PENGARUH ALELOPATI TERHADAP PERTUMBUHAN
AWAL TANAMAN

PENDAHULUAN

Persaingan ini merupakan interaksi antar komponen ekologi yang dapat

merupakan interaksi antar organisme, antar populasi maupun antar komunitas.

Persaingan antar tumbuhan mempunyai senjata bermacam-macam, misalnya

berduri, berbau sehingga tumbuhan tersebut kurang dapat diterima oleh

sekelilingnya. Disamping itu ada tumbuhan yang memiliki laju pertumbuhan akar

serta diameter batangnya yang relatif lebih cepat dibandingkan dengan organisma

lainnya, atau mengeluarkan senyawa beracun (alelopati) yang dapat merugikan

organism lainnya.

Allelopati merupakan interaksi antar populasi, bila populasi yang satu

menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di

sekitar pohon akasia jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini

menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada mikroorganisme istilah alelopati

dikenal sebagai anabiosa. Contoh, jamur Penicillium sp. dapat menghasilkan

antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu.

Pada umumnya alelopati menghambat pertumbuhan tanaman, walaupun

pada kondisi tertentu dapat betindak sebagai stimulator. Alelopati kebanyakan

berada pada jaringan tanaman seperti daun, batang, akar, rhizome, bunga, buah,

maupun biji dan dikeluarkan tumbuhan dengan cara penguapan, eksudasi dari akar,

pencucian, dan pelapukan residu tanaman. Zat beracun yang dikeluarkan tanaman

5
ini dapat menghambat pembelahan sel, pengambilan mineral, respirasi, penutupan

stomata, sintesa protein dan sebagainya.

Gambar 4. Induksi senyawa alelopati oleh cekaman lingkungan (Kim and Shin,

2000)

Produksi senyawa-senyawa alelopati sangat dipengaruhi oleh beberapa

faktor lingkungan termasuk di antaranya adalah :

1. Kualitas, intensitas dan lamanya penyinaran cahaya dapat mempengaruhi

produksi. Jumlah senyawa alelopati akan lebih banyak dihasilkan pada

keadaan kondisi yang kekurangan hara. Perbedaannya dapat beberapa kali

lipat. Contohnya asam klorogenat merupakan senyawa alelopati yang

ditemukan pada bunga matahari.

2. Senyawa alelopati lebih banyak dihasilkan dalam keadaan yang mengalami

kekeringan.

6
3. Senyawa alelopati jumlahnya lebih besar dalam keadaan dengan suhu yang

lebih rendah jika dibandingkan dengan suhu normal bagi pertumbuhanan.

4. Penggunaan hormon seperti hidrasit maleat dapat meningkatkan produksi

senyawa alelopati (Sastroutomo, 1990).

Jenis-jenis gulma yang berpotensi mengeluarkan senyawa alelopati cukup

besar jumlahnya. Alelopati dapat meningkatkan agresivitas gulma di dalam

hubungan interaksi antara gulma dan tanaman pangan ataupun di dalam pola-pola

penguasaan habitat melalui eksudat yang dikeluarkannya, yang tercuci, yang

teruapkan, atau melalui hasil pembusukan bagian-bagian organ yang telah mati

(Sastroutomo, 1990). Beberapa jenis tumbuhan seperti alang-alang, teki, dan

banyak lainnya diketahui dapat menimbulkan efek alelopatik yang dapat

menghambat perkecambahan.

BAHAN DAN METODE

Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah rhizome alang-alang

(Imperata cylindrica), umbi teki (Cyperus rotundus), bandotan (Ageratum

conyzoides), benih tanaman, 4 buah cup plastik, pasir sebagai media tanam, dan

label untuk menandai polybag.

Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu, penggaris untuk mengukur

tinggi tanaman, spidol untuk menandai jumlah daun, timbangan untuk menimbang,

alat tulis untuk menulis data, buku untuk mencatat data, kamera untuk dokumentasi.

7
Metode Percobaan

P0 : ditanam 2 benih kacang hijau dalam 1 cup plastik dan tidak diberi perlakuan

penyiraman ekstrak alelopati (kontrol)

P1 : ditanam 2 benih kacang hijau dalam 1 cup plastik dan diberi perlakuan larutan

alelopati alang-alang sebanyak 30 ml setelah penanaman benih

P2 : ditanam 2 benih kacang hijau dalam 1 cup plastik dan diberi perlakuan larutan

alelopati teki sebanyak 30 ml setelah penanaman benih

P3 : ditanam 2 benih kacang hijau dalam 1 cup plastik dan diberi perlakuan larutan

alelopati babadotan sebanyak 30 ml setelah penanaman benih

Tanaman diamati hingga 2 Minggu Setelah Tanam (MST)

Persiapan Tempat Percobaan

Tempat percobaan yang digunakan adalah tempat yang mendapat sinar

matahari yang cukup dan ditempatkan di tempat yang sama / berdekatan.

Prosedur Pelaksanaan

1. Sediakan 50 gram rhizome alang-alang, atau teki, dan bandotan yang telah

dicuci bersih. Kemudian potong-potong untuk memudahkan

penghancuran.

2. Blender (ditumbuk jika tidak ada blender) rhizome alang-alang, atau teki,

atau bandotan tersebut dengan terlebih dahulu, lalu ditambahkan 100 ml

air.

3. Ditanam 2 benih tanaman pada setiap cup plastik.

4. Setelah benih ditanam, ekstrak larutan alelopati disiramkan pada perlakuan

P0, P1, P2, dan P3.

8
Pemeliharaan

Penyiraman : Tanaman disiram secukupnya agar media tanam lembab

Peubah Amatan

Persentase Perkecambahan

Persentase perkecambahan dihitung pada umur satu minggu setelah tanam.

Persentase perkecambahan = (Jumlah benih yang berkecambah : Jumlah seluruh

benih) x 100%

Tinggi Tanaman

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan mulai umur satu minggu dan dua minggu

setelah tanam (MST). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan penggaris yaitu

mulai dari pangkal batang bawah (diatas permukaan media) sampai ujung daun

terakhir / tertinggi untuk kacang hijau dan dinyatakan dalam satuan (cm).

Jumlah Daun

Penghitungan jumlah daun dilakukan mulai umur satu dan dua minggu setelah

tanam. Pengukuran dilakukan cara menghitung jumlah daun pada setiap tanaman.

Perhitungan dilakukan dengan cara menghitung daun yang membuka dan

dinyatakan dalam satuan helai.

Diameter Batang

Perhitungan diameter batang dilakukan mulai pada 1 dan 2 MST menggunakan

jangka sorong/penggaris dengan cara mengukur diameter batang yang berada di

dekat titik tumbuh tanaman.

9
Bobot Basah Tajuk Tanaman

Bobot basah tajuk tanaman diperoleh dengan cara menimbang bagian tajuk

tanaman setelah dicabut dari cup plastik dan dinyatakan dalam satuan gram

(g)/tanaman. Pengamatan dilakukan pada 2 MST

Bobot Basah Akar Tanaman

Bobot basah akar tanaman diperoleh dengan cara menimbang bagian akar tanaman

setelah dicabut dari cup plastic dan dinyatakan dalam satuan gram (g)/tanaman.

Pengamatan dilakukan pada 2 MST

Pengamatan Visual Morfologi Tanaman

Diamati perubahan yang terjadi pada tanaman setiap minggu. Pengamatan meliputi

perubahan warna daun, warna batang, gejala nekrosis dan sebagainya. Perubahan

visual tanaman didokumentasikan setiap mst.

10
UJI TOLERANSI TANAMAN TERHADAP CEKAMAN SALINITAS

PENDAHULUAN

Identitas dan analisis morfologi, fisiologi, serta genetika ketahanan terhadap

cekaman salinitas akan memberikan kontribusi nilai jangka panjang dalam

penyediaan, pengembangan, dan manipulasi tanaman-tanaman yang toleran

terhadap cekaman salinitas di Indonesia. Hal ini terkait bahwa di masa-masa yang

akan datang lahan-lahan ekstensifikasi pertanian dihadapkan kepada masalah

pemanfaatan lahan-lahan marjinal seperti tanah salin.

Penelitian bertujuan untuk menyeleksi derajat toleransi sepuluh tanaman padi

terhadap cekaman salinitas melalui pengamatan terhadap karakter morfologi dan

fisiologi dengan target khusus mendapatkan padi yang toleran terhadap cekaman

salinitas.

Sesuatu unsur yang berlebihan pada media tumbuh tanaman dapat

mengganggu metabolisme melalui (Marschner, 1986): (i) kompetisi dengan unsur

esensial lain dalam penyerapan (ii) menonaktifkan suatu enzim (iii) menggantikan

unsur-unsur esensial dari tempat berfungsinya, atau (iv) mengubah struktur air.

Oleh karena itu, tanaman yang toleran terhadap kelebihan NaCl pada media

tumbuhnya, harus mampu mengurangi absorbsi ion Na dan atau Cl oleh akar atau

mempunyai berbagai cara menetralkan (buffer) pengaruh naCl setelah diserap

tanaman. Dengan mengetahui sifat-sifat tanaman yang demikian dapat berguna

dalam penapisan pada populasi tanaman yang besar, disamping bermanfaat sebagai

indikator ada atau tidaknya potensial keracunan NaCl pada tanah, sekaligus dapat

mempelajari mekanisme dasar tentang adaptasi tanaman terhadap keracunan NaCl.

11
Morfologi dan fisiologi toksisitas cekaman NaCl pada tanaman, juga nampak

pada reduksi pertumbuhan akar (Devit dan stolzy, 1985, Sopandie, 1990, Kusmiyati

et al 1998 Kusmiyati et al., 2000), penurunan serapan unsur hara (Huffaker dan

Rains, 1985, Soepandi 1990; dan Kusmiyati et al., 2000) dan perubahan struktur

tanaman seperti lebih sedikit dan lebih kecilnya ukuran daun, jumlah stomata per

satuan luas, daun lebih sedikit, penebalan kutikula daun dan terbentuknya lapisan

lilin pada permukaan daun serta lignifikasi akar yang lebih awal (Bintoro, 1981;

Harjadi dan Yahya, 1988).

Beberapa karakter fisiologi toleransi tanaman terhadap NaCl menunjukkan

bahwa sifat tanaman yang lebih toleran terhadap cekaman NaCl (Harjadi dan

Yahya, 1988), (1) menolak ion Na oleh membran (2) mengekskresikan ion Na

keluar jaringan (3) memompa ion Na ke vakuola (4) mengakumulasikan senyawa-

senyawa organik sebagai penyangga sel penyeimbang kekuatan ionic dan (5)

replacement ion K dan ion Na. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah

untuk mendapatkan tanaman rumput pakan yang toleran terhadap cekaman

salinitas.

Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari dilaksanakannya percobaan ini adalah untuk dapat

mengetahui pengaruh pemberian beberapa konsehtrasi garam terhadap

pertumbuhan awal tanaman.

Pelaksanaan Percobaan
Waktu dan Tempat Percobaan

Percobaan ini dilaksanakan pada bulan September 2022 sampai dengan

selesai di Laboratorium Ekologi Tanaman Fakultas Pertanian USU.

12
Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu benih tanaman

sebagai tanaman indikator, air untuk menyiram tanaman, garam, polibag untuk

wadah media tanam, label dan plastic untuk menandai polybag, topsoil sebagai

media tanam.

Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu, penggaris untuk

mengukur tinggi tanaman, spidol untuk menandai jumlah daun, timbangan untuk

menimbang, alat tulis untuk menulis data, buku untuk mencatat data, kamera untuk

dokumentasi.

Metode Percobaan

S0 = tanpa pemberian larutan garam (control) 16

S1 = pemberian larutan garam dengan konsentrasi 10 g garam/liter air

S2 = pemberian larutan garam dengan konsentrasi 20 g garam/liter air

S3 = pemberian larutan garam dengan konsentrasi 30 g garam/liter air

Masing-masing perlakuan diulang untuk 3 tanaman

Persiapan Tempat Percobaan

Tempat percobaan yang digunakan adalah tempat yang tidak terkena curah

hujan tetapi mendapat sinar matahari yang cukup.

Persiapan Media Tanam

Media tanam menggunakan tanah topsoil yang diisi pada cup plastic.

Penanaman

Benih tanaman ditanam sebanyak 2 benih per lubang tanam pada kedalaman

sekitar 3 cm kemudian lubang tanam ditutup dengan top soil.

13
Aplikasi Perlakuan Salinitas

Penyiraman dengan menggunakan air garam dengan konsentrasi berbeda

dilakukan pada saat tanam sampai 2 minggu setelah tanam dengan interval waktu

seminggu sekali.

Penyiraman

Tanaman disiram pada waktu pagi secukupnya hanya untuk menjaga

kelembaban tanah.

Parameter Amatan

Tinggi Tanaman

Pengukuran tinggi tanaman di lakukan mulai umur satu minggu sampai

empat minggu setelah tanam (MST). Pengukuran dilakukan 1 minggu sekali dengan

menggunakan penggaris yaitu mulai dari pangkal batang bawah (diatas permukaan

media) sampai bagian titik tumbuh tanaman dan dinyatakan dalam satuan (cm).

Jumlah Daun

Penghitungan jumlah daun dilakukan mulai umur satu sampai empat

minggu setelah tanam sampai panen. Pengukuran dilakukan 1 minggu sekali

dengan cara menghitung jumlah daun pada setiap tanaman.

Bobot Basah Tajuk Tanaman

Bobot basah tajuk tanaman diperoleh dengan cara menimbang bagian tajuk

tanaman setelah dicabut dari cup plastik dan dinyatakan dalam satuan gram

(g)/tanaman. Pengamatan dilakukan 2 MST.

14
Bobot Basah Akar Tanaman

Bobot basah akar tanaman diperoleh dengan cara menimbang bagian tajuk

tanaman setelah dicabut dari cup plastik dan dinyatakan dalam satuan gram

(g)/tanaman. Pengamatan dilakukan 2 MST

Pengamatan Visual Morfologi Tanaman

Diamati perubahan yang terjadi akibat perbedaan perlakuan konsentarasi

garam. Pengamatan meliputi perubahan warna daun, warna batang, kondisi

perakaran, gejala nekrosis dan sebagainya. Perubahan visual tanaman

didokumentasikan.

15
SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN

Laporan praktikum dibuat masing-masing praktikan untuk setiap judul praktikum.

Format laporan adalah sebagai berikut

1. Judul (cover)

2. Kata pengantar

3. Daftar isi

4. Pendahuluan, Tujuan dan Kegunaan Percobaan

5. Tinjauan literatur

6. Bahan dan metode

7. Hasil percobaan

8. Pembahasan

9. Kesimpulan

10. Daftar pustaka

11. Lampiran (Data Pengamatan dan Dokumentasi)

Laporan diketik dengan huruf Times New Roman 12 dengan spasi 1.5. Margin

halaman dengan pias 4 cm dari tepi kiri dan pias 3 cm dari kanan, atas serta bawah.

Nomor halaman diletakkan disebelah kanan atas.

16

Anda mungkin juga menyukai