Anda di halaman 1dari 3

tahapan pertamanya ini disebut dengan 

pembuatan media. Medianya bukan


koran gitu, ya. Media yang biasa digunakan untuk kultur jaringan adalah garam,
mineral, vitamin, dan hormon. Terkadang dibutuhkan juga bahan-bahan seperti
agar, gula, arang, dan beberapa jenis bahan organik lain. 

Setelah media selesai dibuat, selanjutnya kamu harus melakukan tahapan inisiasi.


Inisiasi ini adalah pengambilan eksplan dari salah satu bagian tumbuhan yang mau
kamu kembangbiakkan. Eksplan yang diambil ini akan digunakan dalam proses
kultur jaringan dan bersifat meristematis, ya. Apa tuh meristematis? Artinya, sel-sel
dalam eksplannya aktif melakukan pembelahan. 

Setelah proses inisiasi selesai, tahapan selanjutnya adalah sterilisasi. Sesuai


dengan namanya, sterilisasi ini digunakan untuk membebaskan eksplan dari
segala bentuk proses kehidupan. Eksplan yang sudah melalui proses inisiasi
kemudian disterilisasi dengan menggunakan alkohol. Bagaimana caranya, tuh?
Eksplannya direndam di alkohol. Oh iya, tempat kamu melakukan proses ini harus
steril, ya! 

Setelah sterilisasi, ada tahap selanjutnya yang bernama multipikasi. Multipikasi


ini adalah kegiatan memperbanyak tanaman. Cara melakukan multipikasi ini
adalah dengan cara menanam eksplan pada media yang telah dibuat sebelumnya
untuk mencegah kontaminasi mikroorganisme. Setelah eksplan ditanam, eksplan
akan membentuk yang namanya kalus. Kalus ini merupakan kumpulan sel yang
belum terdiferensiasi. Setelah itu, kalus akan mengalami pembaharuan nutrisi. 

Lalu, apa yang terjadi selanjutnya? Selanjutnya akan terjadi pengakaran. Pada


fase ini, akan ada pertumbuhan akar yang dialami eksplan. Jika ini sudah
berlangsung, tandanya proses kultur jaringannya ini mulai berjalan dengan baik.
Setelah itu, eksplan akan berkembang menjadi planlet atau tanaman kecil di
dalam botol. 
Tahapan terakhir dalam proses kultur jaringan namanya
aklimatisasi. Aklimatisasi merupakan proses penyesuaian diri planlet pada
lingkungan tempat tumbuhnya. Aklimatisasi dilakukan dengan cara memindahkan
planlet dari tabung ke lingkungan tumbuh baru sebelum ditanam di dalam tanah. 

Tahapan akhir dari perbanyakan tanaman melalui teknik in-vitro adalah proses aklimatisasi.
Tahap ini merupakan tahap yang kritis karena kondisi iklim di rumah kaca atau rumah plastik
dan di lapangan sangat berbeda dengan kondisi di dalam botol kultur. Setelah terbentuk planlet,
pemilihan komposisi media yang sesuai untuk proses aklimatisasi sangat diperlukan dalam
pertumbuhan selanjutnya. Disamping faktor media, pemupukan yang tepat juga sangat
menentukan keberhasilan proses aklimatisasi. Oleh karena itu diperlukan suatu teknik
aklimatisasi terkait dengan pemilihan media dan pemupukan yang paling sesuai untuk
pertumbuhan planlet kakao. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas
Pertanian Universitas Jember, Jember, Jawa Timur mulai bulan Februari sampai Desember
2010. Penelitian terdiri dari dua tahap yaitu perakaran dan aklimatisasi. Percobaan perakaran
disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktor penambahan zat pengatur
tumbuh yang terdiri dari 4 taraf yaitu GA3 1 mg/l, NAA 1 mg/l, NAA 1 mg/l + 2-iP 0.3 mg/l, dan
tanpa penambahan ZPT (sebagai kontrol). Percobaan Aklimatisasi disusun menurut rancangan
acak lengkap faktorial yang diulang empat kali. Faktor pertama adalah 4 jenis media
aklimatisasi yaitu serbuk sabut kelapa, arang sekam, pakis, dan media campuran (pasir, tanah
dan pupuk kandang). Faktor kedua adalah pemupukan menggunakan pupuk daun Gandasil
dengan 3 taraf konsentrasi yaitu 0 mg/l (sebagai kontrol), 0,3 mg/l, dan 0,5 mg/l. Data dianalisis
menggunakan analisis sidik ragam dan untuk membedakan rerata antar perlakuan dilakukan uji
tukey pada taraf kepercayaan 95%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan
komposisi zat pengatur tumbuh dalam media perakaran planlet, mendapatkan kombinasi media
aklimatisasi dan konsentrasi pupuk daun yang sesuai bagi pertumbuhan bibit kakao, Hasil
penelitian pada masa regenerasi planlet selama 12 minggu menunjukkan bahwa perlakuan
penambahan ZPT GA3 memberikan hasil yang terbaik. Persentase kemampuan bertahan hidup
yang dihasilkan mampu mencapai 85 %, dan kondisi perakaran paling baik yaitu panjang akar
primer 2.2 cm, panjang akar serabut 0.67 cm dan jumlah akar serabut 5.67. Pada percobaan
aklimatisasi menunjukkan hasil bahwa kombinasi antara media dan konsentrasi pupun daun
yang paling sesuai untuk aklimatisasi adalah media arang sekam dengan konsentrasi pupuk
daun 0 mg/l. Hal ini dapat dilihat dari tingginya hasil pengamatan beberapa parameter
pertumbuhan dan perkembangan bibit kakao selama masa aklimatisasi diantaranya yaitu rata-
rata tinggi bibit mencapai 24,25 cm, berat basah 29,38 gr, dan diameter batang bibit kakao 1,33
cm. Pemberian pupuk daun dengan konsentrasi yang berbeda tidak memberikan pengaruh
yang nyata pada pertumbuhan dan perkembangan bibit kakao selama masa aklimatisasi.

Aklimatisasi plantlet dilakukan dengan mengeluarkan plantlet yang sehat dan tumbuh
vigor dengan 2-4 cladodes dan 2-4 akar diambil dan dikeluarkan dari dalam botol kultur.
Akar plantlets selanjutnya dibersihkan dari sisa-sisa dengan cara mencuci akar di
bawah air yang mengalir. Akar plantlets yang telah bersih direndam dalam 1% larutan
pestisida (1% fungisida dan 1% bakterisida) selama 3 menit, kemudian ditiriskan di atas
kertas koran atau tisu. Plantlets kemudian ditanam dalam pot-pot plastik yang berisi
arang sekam yang telah dibasahi dan cukup dengan air. Tutup pot plastik dengan
plastik transparan, letakkan ditempat yang agak teduh di rumah kaca/plastik selama 7-
10 hari. Buka plastik dan biarkan tanaman tetap pada tempat teduh. Setelah 1,5 - 2,0
bulan masa aklimatisasi, tanaman dapat dipindah dalam polybag (diameter 10 cm) yang
berisi media campuran arang sekam dan pupuk organik (1:1, v/v) atau arang sekam,
sekam dan humus bambu/pupuk organik (1:1:1, v/v/v). Satu bulan setelah pengepotan
tanaman tunggal, tanaman siap digunakan oleh petani/pengguna. Keberhasilan
aklimatisasi berkisar antara 90-100%.

Tahapan Subkultur
setelah terbentuk calon tumbuhan ( akar/tunas ) dilakukan pemindahan ke medium yang baru.
Komposisi hormon dalam medium tanam yang baru biasanya berbeda dengan komposisi hormon
pada medium yang digunakan sebelurnnya. Hasil kultur dapat berupa tunas atau kalus. Kalus
adalah massa sel yang tidak terdiferensiasi. Selanjutnya kalus dipindahkan ke dalam medium
yang diberi hormon auksin dan hormon sitokinin yang seimbang. Sehingga tujuan subkultur
ialah membuat kalus berdiferensiasi membentuk organ tumbuhan sehingga individu
baru terbentuk.

Anda mungkin juga menyukai