Anda di halaman 1dari 12

Nama : Karima Emily

Kelas : XII IPA IV


No absen : 16
BIOTEKNOLOGI MODERN
KULTUR JARINGAN
Kultur jaringan dalam bahasa asing disebut sebagai tissue culture, weefcel cultuus
atau gewebe kultur. Kultur adalah budidaya, dan jaringan adalah sekelompok sel yang
mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Maka, kultur jaringan berarti membudidayakan
suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti induknya
(Suryowinoto, 1991 dalam Hendaryono dan Wijayani, 1994).
Metode kultur jaringan merupakan suatu metode untuk mengisolasi bagian dari
tanaman seperti sekelompok sel atau jaringan yang ditumbuhkan dengan kondisi aseptik,
sehingga bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri tumbuh menjadi tanaman
lengkap kembali. Secara singkat kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan
tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti induknya.  Prinsip utama dari
teknik kultur jaringan adalah perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif
tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril.
A. Proses Bioteknologi

Kultur jaringan adalah salah satu bioteknologi modern yang terkenal. Proses
pembuatannya membutuhkan beberapa prosedur, alat dan bahan khusus untuk
mendukung keberhasilan produk agar maksimal. Pertama tama kita membutuhkan
laboratorium dan alat yang steril, sumber daya manusia yang kompeten dan lain
sebagainya. kemudian tentukan tanaman apa yang akan di kultur. Prosesnya di awali
dengan pembuatan media tanam yang berisi nutrisi dan juga mineral. Setelah itu
melakukan inisiasi dengan mengambil eksplan dari salah satu bagian tumbuhan yang
akan di kembangbiakkan. Kemudian eksplan yang telah diambil harus di sterilisasi
untuk membebaskan eksplan dari segala bentuk proses kehidupan. Setelah steril,
dilakukan multiplikasi yaitu memperbanyak tanaman dengan menanam eksplan pada
media yang telah dibuat sebelumnya untuk mencegah kontaminasi mikroorganisme.
Saat ini penggunaan metode kultur jaringan sedang digalakan karena memiliki
manfaat yang sangat banyak. Selanjutnya akan terjadi pengakaran, akan ada
pertumbuhan akar yang dialami eksplan dan akan terus berkembang hingga menjadi
tanaman kecil atau planlet. Setelah muncul planlet, maka dilakukan aklimatisasi,
planlet dipindahkan ke lingkungan tumbuh baru dan melakukan penyesuaian diri
sebelum ditanam di dalam tanah. 
B. Proses Bioteknologinya
Berikut ini adalah penjelasan proses bioteknologi modern kultur jaringan :
1. Pembuatan Media
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan.
Menyiapkan media tumbuh yang terdiri atas campuran garam mineral berisi unsur
makro dan mikro asam amino, vitamin, gula serta hormon tumbuhan dengan
perban dingan tertentu. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga
bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur
jaringan yang dilakukan. Terkadang dibutuhkan juga bahan-bahan seperti agar,
gula, arang, dan beberapa jenis bahan organik lain. Media yang sudah jadi
ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Hal ini bertujuan untuk
mempermudah melihat pertumbuhan tanaman tersebut. Selain itu, media yang
digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan  autoklaf.
Media tumbuh dapat dibedakan menjadi media padat dan media cair. Media padat
umumnya berupa padatan gel, seperti agar, dimana nutrisi dicampurkan pada agar.
Media cair adalah nutrisi yang dilarutkan di air. Media cair dapat bersifat tenang
atau dalam kondisi selalu bergerak, tergantung kebutuhan. Setiap media memiliki
komposisi yang berbeda, namun secara
umum mengandung unsur makronutrien,
mikronutrien, unsur tambahan yang
dibutuhkan tumbuhan.

2. Inisiasi
Inisiasi merupakan kegiatan pengambilan
eksplan dari bagian tanaman yang akan dikembangbiakkan. Bagian tanaman yang
sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas. Eksplan dapat
berasal dari : daun, tunas, cabang, batang, akar, embrio, kotiledon, hipokotil,
epikotil. Eksplan yang diambil ini akan digunakan dalam proses kultur jaringan
dan bersifat meristematis, yang artinya sel-sel dalam eksplannya aktif melakukan
pembelahan. 

3. Sterilisasi
Segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu
di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga
dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan
secara merata pada peralatan yang digunakan.  Teknisi yang melakukan kultur
jaringan juga harus steril. Proses sterilisasi eksplan berbeda dengan sterilisasi
medium maupun alat. Sterilisasi eksplan dilakukan secara bertahap. Secara umum
sterilisasi eksplan diawali dengan pencucian dengan menggunakan air mengalir
kemudian disterilisasi dengan menggunakan zat-zat yang bersifat antiseptik
seperti bayclin, alkohol, antibiotik atau zat lain yang memiliki zat aktif. Alat alat
yang digunakan juga harus disterilkan terlebih dahulu dengan ditata didalam
laminar air flow. Setiap alat tersebut dicelupkan ke dalam alkohol 95% dan
dilewatkan di atas nyalaapi bunsen selama 1-2 menit.
Contohnya adalah eksplan berupa daun muda tembakau Nicotiana tabacum. Daun
tembakau di sterilisasi dengan cara dicelupkan padaetanol 70% selama 25 detik
kemudian dicuci dengan aquades steril, selanjutnya direndam dalam larutan
sodium hipoklorit 1% selama 10 menit, lalu dicuci dengan aquades sterils ecara
bertingkat sebanyak 3 sampai 4 kali. Selanjutnya dicuci dengan aquades steril.
Sodium hipoklorit yang digunakan adalah Bayclin™ (konsentrasi Natrium
hipoklorid 5,25 %). Sterilisasi eksplan dilakukan di dalam laminar air flow dengan
kondisi aseptik. Selanjutnya eksplan diambil dengan pinsetdan ditiriskanpada
kertas saring steril.

4. Multipikasi
Tahap selanjutnya adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan
menanam eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow  untuk
menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan
eksplan.  Tabung reaksi yang telah ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak dan
ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu kamar. Proses multipikasi
dilakukan di laminar airflow dengan kondisi aseptik. Alat-alatinokulasi ditata
didalam laminar air flow. Setiap alat tersebut dicelupkan ke dalam alkohol 95%
dan dilewatkan di atas nyala api bunsen selama 1-2 menit. Setelah eksplan
ditanam, eksplan akan membentuk yang namanya kalus. Kalus ini merupakan
kumpulan sel yang belum terdiferensiasi. Setelah itu, kalus akan mengalami
pembaharuan nutrisi.
5. Pengakaran
Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukan adanya pertumbuhan
akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan
dengan baik. Setelah itu, eksplan akan berkembang menjadi planlet atau tanaman
kecil di dalam botol. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat
pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya kontaminasi
oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukan gejala
seperti berwarna putih atau biru (disebabkan oleh jamur) atau busuk (disebabkan
bakteri).
6. Aklimatisasi
Setelah tumbuh menjadi tanaman kecil, maka dapat memindahkan eksplan keluar
dari ruangan aseptik ke bedeng. Pada tahap ini terjadi proses penyesuaian diri
planlet pada lingkungan tempat tumbuhnya. Aklimatisasi dilakukan dengan cara
memindahkan planlet dari tabung ke lingkungan tumbuh baru sebelum ditanam di
dalam tanah. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan
memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar
dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan
terhadap serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi
dengan lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan
pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit
generatif.

C. Produk dan Bahannya


Produk : individu baru atau tanaman baru yang memiliki sifat sama persis seperti
induknya
Alat :
- Timbangan digital atau analitik : untuk menimbang bahan atau senyawa yang
digunakan dalam media kultur.
- Magnetic stirrer : untuk Mengaduk dan memanaskan bahan/senyawa/larutan
dalam proses pembuatan media.
- Autoklaf : untuk mensterilisasi media, aquades, botol kultur dan alat – alat kecil
lainnya yang tahan panas
- Meja kerja steril atau laminar : untuk digunakan dalam penanaman (inkubasi)
kultur.
- Gelas ukur : mengukur larutan yang dibutuhkan
- Botol kaca atau wadah untuk media tanam : tempat untuk eksplan dan media
ketika di kultur
- Cawan petri : wadah untuk inisiasi
- Erlenmeyer : wadah larutan atau senyawa saat pembuatan media
- Lampu bunsen dan spirtus
- Pisau steril : untuk memotong bagian tubuh tanaman ketika inisasi
- Pinset : untuk mengambil eksplan
- Alumunium foil
- Karet
- Gunting
- Pot atau wadah lain untuk aklimatisasi
Bahan :
- Segala hal yang dibutuhkan untuk membuat media seperti nutrisi baik zat organik
maupun anorganik
- Air
- Senyawa kimia yang di butuhkan
- Alkohol atau bahan laik untuk sterilisasi
- Spirtus
- Tanaman yang akan diambil bagian tubuhnya untuk dikultur
- Tanah atau media lain untuk aklimatisasi
D. Aplikasi Kultur Jaringan
Aplikasi teknikkultur jaringanbertujuanuntuk eliminasi suatu penyakit atau produksi
bibitbebas penyakit, kelestarian plasma nutfah,memperolehvarietas unggul dan
produksi senyawametabolit sekunder.Oleh karena itu, teknik kulturjaringan sangat
penting di terapkan dalamperbanyakan tanaman baik untuk tanamanpertanian maupun
tanaman perkebunan.
Faktor – faktor yang mendukung keberhasilan kultur jaringan
Faktor-faktor tersebut berperan penting dalam mendukung pertumbuhan dan
perkembangan eksplan. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan teknik kultur
jaringan antara lain:
1. Genotip tanaman
Hasil - hasil penelitian menunjukkan bahwa respon masing - masing eksplan
tanaman sangat bervariasi tergantung dari spesies, bahkan varietas, tanaman asal
eksplan tersebut. Pengaruh genotip ini umumnya berhubungan erat dengan faktor
- faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan eksplan, seperti kebutuhan
nutrisi,zat pengatur tumbuh, lingkungan kultur, dll. Perbedaan respon genotip
tanaman tersebut dapat diamati pada perbedaan eksplan masing-masing varietas
untuk tumbuh dan beregenerasi. Masing - masing varietas tanaman berbeda
kemampuannya dalam merangsang pertumbuhan tunas aksilar, baik jumlah tunas
maupun kecepatan pertumbuhan tunas aksilarnya. Hal serupa juga terjadi pada
pembentukan kalus, laju pertumbuhan kalus serta regenerasi kalus menjadi
tanaman lengkap baik melalui pembentukan organ-organa deventif maupun
embrio somatik.
2. Media kultur
Perbedaan komposisi media, komposisi zat pengatur tumbuh dan jenis media yang
digunakanakan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan regenerasi eksplan yang
dikulturkan.
3. Lingkungan tumbuh
Yang dimaksud dengan lingkungan tumbuh adalah seperti :
a. Suhu : kebutuhan suhu untuk masing-masing jenis tanaman umumnya
berbeda-beda. Tanaman dapat tumbuh dengan baik pada suhu optimumnya.
Pada suhu ruang kultur dibawah optimum, pertumbuhan eksplan lebih lambat,
namun pada suhu di atas optimum pertumbuhan tanaman juga terhambat
akibat tingginya laju respirasi eksplan.
b. Kelembaban relatif : Kelembaban relatif dalam botol kultur dengan mulut
botol yang ditutup umumnya cukup tinggi, yaitu berkisar antara 80-99%. Jika
mulut botol ditutup agak longgar maka kelembaban relatif dalam botol kultur
dapat lebih rendah dari 80%. Sedangkan kelembaban relatif di ruang kultur
umumnya adalah sekitar 70%. Jika kelembaban relatif ruang kultur berada
dibawah 70% maka akan mengakibatkan media dalam botol kultur (yang tidak
tertutup rapat) akan cepat menguap dan kering sehingga eksplan dan plantlet
yang dikulturkan akan cepat kehabisan media. Namun kelembaban udara
dalam botol kultur yang terlalu tinggi menyebabkan tanaman tumbuh
abnormal yaitu daun lemah, mudah patah, tanaman kecil-kecil namun
terlampau sukulen.
c. Cahaya : lama penyinaran dan panjang gelombang cahaya mempengaruhi
pertumbuhan eksplan. kultur umumnya di inkubasikan pada ruang
penyimpanan dengan penyinaran. Tunas-tunas umumnya dirangsang
pertumbuhannya dengan penyinaran, kecuali pada teknik perbanyakan yang
diawali dengan pertumbuhan kalus. Sumber cahaya pada ruang kultur ini
umumnya adalah lampu flourescent (TL). Hal ini disebabkan karena lampuTL
menghasilkan cahaya warna putih, selain itu sinar lampu TL tidak
meningkatkan suhu ruang kultur secara drastis (hanya meningkat sedikit).
Intensitas cahaya yang digunakan pada ruang kultur umumnya jauh lebih
rendah (1/10) dari intensitas cahaya yang dibutuhkan tanaman dalam keadaan
normal. Intensitas cahaya dalam ruang kultur untuk pertumbuhan tunas
umumnya berkisar antara 600-1000 lux. Perkecambahan dan inisiasi akar
umumnya dilakukan pada intensitas cahaya lebih rendah.Selain intensitas
cahaya, lama penyinaran juga mempengaruhi pertumbuhan eksplan yang
dikulturkan. Lama penyinaran umumnya diatur sesuai dengan kebutuhan
tanaman sesuai dengan kondisi alamiahnya. Periode terang dan gelap
umumnya diatur pada kisaran 8-16 jam terang dan 16-8 jam gelap tergantung
varietas tanaman dan eksplan yang dikulturkan. Periode siang/malam
(terang/gelap) ini diatur secara otomatis menggunakan timer yang ditempatkan
pada saklar lampu pada ruang kultur. Dengan teknik inipenyinaran dapat
diatur konstan sesuai kebutuhan tanaman.
4. Kondisi eksplan : kondisi eksplan yang mempengaruhi keberhasilan kultur adalah
jenis eksplan, ukuran, umur dan fase fisiologis jaringan yang digunakan sebagai
eksplan. Oleh karena itu, jenis eksplan yang digunakan untuk masing-masing
kultur berbeda-beda tergantung tujuan pengkulturannya. Eksplan dengan ukuran
kecil lebih mudah disterilisasi dan tidak membutuhkan ruang serta media yang
banyak, namun kemampuannya untuk beregenerasi juga lebih kecil sehingga
dibutuhkan media yang lebih kompleks untuk pertumbuhan dan regenerasinya.
Sebaliknya semakin besar eksplan, maka semakin besar kemungkinannya untuk
membawa penyakit dan makin sulit untuk disterilkan, membutuhkan ruang dan
media kultur yang lebih banyak.
Contoh tanaman yang di kultur adalah :
- Anggrek
- Pisang
- kelapa sawit
- kecambahnya tanaman hias
- tebu dan krisan

Kultur jaringan banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Tujuannya pun


bermacam-macam, mulai dari tujuan komersial hingga untuk menyelamatkan suatu
spesies tanaman dari ancaman kepunahan. Perhatikan kasus berikut untuk lebih
memahami teknik kultur jaringan.

Amir merupakan seorang lulusan sarjana pertanian di sebuah universitas ternama.


Ketika pulang ke kampung halaman, ia ingin menerapkan ilmu yang diperoleh
selama duduk di bangku kuliah. Amir membudidayakan anggrek dengan berbagai
corak dan warna dalam jumlah yang besar dan waktu yang singkat. Tanaman
anggrek tersebut akan dijual, dan hasil penjualannya akan digunakan untuk
mengembangkan usaha anggrek budi daya.

Dalam contoh tersebut, Amir melakukan teknik kultur jaringan pada tanaman
anggrek. Anggrek memang banyak dikembangbiakkan dengan teknik ini mengingat
keberadaannya yang terancam. Selain anggrek, ada beberapa tanaman lain yang
biasanya dikembangbiakkan dengan teknik kultur jaringan, di antaranya sebagai
berikut.

1. Kina
Tumbuhan kina merupakan salah satu tumbuhan yang berguna bagi dunia
kesehatan. Kultur jaringan pada tumbuhan ini bertujuan untuk mendapatkan
senyawa tertentu yang akan dimanfaatkan pada dunia kesehatan.
2. Kelapa Sawit
Kultur jaringan pada kelapa sawit digunakan untuk memperoleh bibit unggul
sehingga akan didapatkan bibit yang memiliki kualitas lebih baik dari yang lain.
3. Jati Mas
Jati merupakan salah satu tumbuhan yang memiliki nilai ekonomi yang sangat
tinggi. Tidak heran jika jati dijadikan suatu usaha komersial oleh berbagai
kalangan. Hanya saja, jati ini memiliki pertumbuhan yang dapat dikatakan cukup
lama. Jati mas sendiri merupakan salah satu jenis jati yang dihasilkan dari metode
kultur jaringan. Jenis jati yang satu ini berbeda, sebab ia memiliki waktu tumbuh
yang lebih cepat dibandingkan jati jenis lainnya. Selain itu, jati ini juga
mempunyai keunggulan lain karena tahan terhadap beberapa jenis penyakit.

Sebagian kultur jaringan digunakan sebagai perantara untuk menghasilkan bibit


unggul dari beberapa jenis tanaman tertentu. Akan tetapi, dalam beberapa hal, teknik
ini juga merupakan metode yang tepat dalam menyelamatkan suatu spesies tanaman
dari ancaman kepunahan.

E. Peran Kultur Jaringan


Teknik kultur jaringan dilakukan tentu karena berbagai alasan. Pasti ada tujuan di
balik penggandaan tanaman menggunakan teknik ini. Berikut merupakan beberapa
tujuan dari teknik kultur jaringan
1. Memperoleh Bibit Tanaman Baru yang Lebih Baik
Memang salah satu manfaat dari teknik kultur jaringan adalah untuk memperoleh
bibit baru yang lebih unggul. Oleh karena itu, banyak pelaku teknik kultur jaringan
yang melakukan teknik ini dengan tujuan tersebut.
Sifat unggul dari tanaman asli dapat diturunkan ke tanaman yang baru dan
mempunyai kualitas yang lebih baik. Hal ini karena dalam proses pembiakannya,
lingkungan tumbuh benar-benar dikontrol. Langkah pengontrolan inilah yang
membuat tanaman baru menjadi bebas dari penyakit dan mempunyai kualitas
pertumbuhan yang baik.
2. Membuat Tanaman Baru yang Bebas dari Penyakit
Tanaman yang dihasilkan dari teknik kultur jaringan akan bebas dari penyakit. Ini
terjadi lantaran teknik ini dilakukan dalam kondisi aseptik. Dalam setiap tahapnya,
teknik ini menekankan agar tidak terjadi kontaminasi, baik dari awal persiapan hingga
ditumbuhkan pada lingkungan secara in vivo. Dengan demikian, risiko terserang
patogen penyebab penyakit pun dapat diminimalisasi.
3. Memperbanyak Tanaman Untuk Keperluan Ekonomi 
Prinsip yang digunakan dalam teknik kultur jaringan adalah menggunakan sedikit
bahan untuk memproduksi bibit tanaman yang sebanyak mungkin. Artinya,
penggunaan bahan dalam teknik ini memang hanya sedikit, yaitu hanya berupa bagian
kecil dari tanaman. Dengan demikian, satu tanaman saja akan dapat menghasilkan
individu baru dalam jumlah yang banyak. Teknik ini sangat menguntungkan dan juga
komersial. Artinya, teknik ini dapat menghasilkan makan dalam jumlah banyak
dengan penggunaan waktu yang cukup efektif.
Ada beberapa manfaat teknik kultur jaringan, untuk lebih jelasnya simak uraian dibawah ini.
 Untuk dapat menghasilkan tanaman yang baru dalam jumlah yang sangat besar dalam
waktu singkat dengan memiliki sifat dan kualitas sama dengan induknya.
 Mendapatkan tanaman yang bebas terhadap dari jenis virus dan segala penyakit yang
menyerang.
 Bisa menciptkan varietas yang baru, yakni dengan cara menggabungkan plasma dari
sel-sel yang berbeda dalam satu spesies kemudian menumbuhkannya melalui kultur
jaringan.
 Melestrikan jenis tanaman yang hampir punah. Dengan mempertahankan keaslian
sifat-sifat tanaman.
Keunggulan Kultur Jaringan :
 Pengadaan bibit tidak tergantung musim
 Bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif lebih cepat
(dari satu mata tunas yang sudah respon dalam 1 tahun dapat dihasilkan minimal
10.000 planlet/bibit)
 Bibit yang dihasilkan seragam sehingga mampu meningkatkan efisiensi dalam
pengelolaan kebun
 Bibit yang dihasilkan bebas penyakit (menggunakan organ tertentu)
 Biaya pengangkutan bibit relatif lebih murah dan mudah
 Dalam proses pembibitan bebas dari gangguan hama, penyakit, dan deraan
lingkungan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai