Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOTEKNOLOGI PERTANIAN
“KULTUR JARINGAN”

Disusun Oleh:

Nama : Teuku Azkia Rizwan


NIM : 185040207111055
Kelas : D2
Asisten : Putra Aji Pratama

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kegiatan budidaya pertani merupakan salah satu kegiatan
yang paling penting dalam pemenuhan pangan manusia. Segala
aspek dalam budidaya tanaman adalah hal yang penting. Salah
satunya adalah aspek pembibitan. Pembibitan merupakan kunci
pertama suksesnya budidaya pertanian. Menggunakan bibit
bermutu merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan
produksi hasil pertanian. Pembbitan sendiri dapat dilakukan
secara vegetatif maupun generatif. Secara vegetatif sendiri
salah satu caranya adalah dengan kultur jaringan.
Kultur jaringan dinilai memiliki kelebihan dalam
mendapatkan bibit unggul yang bermutu sesuai dengan
indikator. Teknik kultur jaringan ini harus dilakukan dalam
keadaan steril dan harus menggunkaan media tertentu sebagai
kunci keberhasilan dalam kegiatan kultur jaringan.
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui
pengertian Kultur Jaringan, untuk mengetahui manfaat kultur
jaringan, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan kultur jaringan, untuk mengetahui pengertian
eksplan, dan untuk mengetahui bagaimana cara sterilisasi
eksplan.
1.3. Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah praktikan memahami
pengertian kultur jaringan, memahami manfaat kultur jaringan,
memahami faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
kultur jaringan, memahami pengertian eksplan, dan memahami
bagaimana cara sterilisasi eksplan.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bagian Tanaman Yang Bisa Digunakan Sebagai
Eksplan
Menurut Suryanto (2001), eksplan dapat didapat dari
beberapa bagian tanaman, antara lain adalah: Meristem culture,
yaitu budidaya jaringan dengan menggunakan eksplan dari
jaringan muda atau meristem, Pollen culture/Anther culture,
yaitu budidaya dengan menggunakan eksplan dari pollen atau
benangsari, Protoplast culture, yaitu budidaya jaringan dengan
menggunakan eksplan dari protoplas. Protoplas adalah sel
hidup yang telah dihilangkan dinding selnya, Chloroplast
culture, yaitu budidaya jaringan dengan menggunakan
khloroplas untuk keperluan fusi protoplas (memperbaiki sifat
tanaman dengan membuta varietas baru), Somatic cross, yaitu
menyilangkan dua macam protoplas menjadi satu, kemudian
dibudidayakan sampai menjadi tanaman kecil yang mempunyai
sifat baru. Persilangan ini dapat dilakukan dengan
menggunakan zat kimia atau dengan listrik.

2.2. Tahapan Sterilisasi Eksplan


Menurut Yulianti (2010), sterilisasi adalah proses untuk
mematikan atau menonaktifkan spora dan mikroorganisme
sampai ke tingkat tidak memungkinkan lagi untuk berkembang
biak atau menjadi sumber kontaminan selama proses
perkembangan berlangsung.
Bahan-bahan kimia yang sering digunakan dalam proses
sterilisasi permukaan eksplan antara lain adalah sodium
hipoklorit, mercuri klorit, dan alcohol 70% (Zulkarnain, 2009).
Menurut Sandra (2003), proses sterilisasi biasanya
dilakukan di dalam laminar air flow cabinet. Untuk perlakuan
di luar air flow cabinet dapat dilakukan dengan bakterisida dan
fungisida. Tahapan sterilisasi juga ada 3, yaitu sterilisasi ringan,
sterilisasi sedang, dan sterilisasi keras.

2.3. Perkembangan Kultur Jaringan


Menurut Hendrayono, dkk. (2012), secara garis besar
pengembangan tanaman dengan kultur jaringan terbagi atas 3.
Tahap I adalah tahap persiapan eksplan, di mana tanaman
disucihamakan dan dibebaskan dari mikroorganisme,
selanjutnya ditumbuhkan di media kultur yang berkondisi
aseptik. Tahap II adalah tahap pendewasaan lebih lanjut dari
calon tanaman dengan merangsang pembentukan akar dan
pertumbuhan (aklimatisasi). Tahap III adalah tahap yang
disebut sebagai tahap penyesuaian atau tahap pra-tanam.
Pada penyempurnaannya, tahapan-tahapan ini kemudian
dibagi menjadi 5 langkah, yaitu: 1)Seleksi tanaman induk,
2)Pemantapan kultur aseptik, 3)Produksi propagaul,
4)Persiapan planlet sebelum diaklimatisasi, dan 5)Aklimatisasi
planlet (Hendrayono, dkk., 2012).
METODOLOGI
3.1. Alat dan fungsi
a. Gelas Ukur : Sebagai wadah larutan dan mengukur larutan
b. Botol Ukur : Untuk tempat media kultur organ
c. Pisau : Untuk memotong organ tanaman
d. Penyaring : Untuk wadah organ ketika dibilas dengan air
mengalir
e. Cawan Petri : Untuk alas pemotong organ tanaman ketika di
dalam LAFC
f. Bunsen : Untuk memanaskan alat yang akan dipakai
g. Pinset : Untuk mengambil cairan
h. LAFC : Untuk tempat steril penanaman organ ke
dalam botol kultur
i. Kamera : Untuk mendokumentasikan
j. Stopwatch : Untuk mengukur ketepatan waktu perlakuan

3.2. Bahan dan fungsi


a. Tunas Krisan : Sebagai tanaman yang akan dikultur organkan
b. Aquades : Untuk membersihkan alat sebelumdipakai
dan membilas jaringan tanaman
c. Media Ms : Untuk media pertumbuhan
d. Detergen : Untuk sterilisasi bahan
e. Cholorox : Untuk sterilisasi bahan
f. Fungisida : Untuk sterilisasi bahan
g. Kertas Label : Untuk memberi tanda pada botol kultur
h. Plastik : Untuk menutup
i. Karet : Untuk mengikat plastik

3.3. Langkah Kerja


a. Diagram alir
Sterilisasi Awal

Siapkan alat dan bahan

Ambil eksplan dari bagian batang yang bertunas

Masukan ke dalam botol yang telah berisi detergen dan kocok


selama 5 menit, bilas pada air mengalir

Masukan ke dalam botol yang telah berisi Fungisida


(Benlate), kocok selama 5 menit, bilas dengan aquades

Masukan ke dalam botol yang telah berisi clorok (bahan aktif


NaOCl) 30%, kocok selama 5 menit, bilas dengan aquades

Masukan ke dalam botol yang telah berisi aquades steril dan


masukan ke dalam LAFC

Penanaman Eksplan

Siapkan alat dan bahan serta planlet yang telah disterilisasi

Sebelum digunakan,Bersihkan LAFC kemudian sterilkan


dengan sinar UV selama 20 menit

Sebelum melakukan penanaman, semprotkan alcohol 70%


pada tangan dan semua botol yang akan digunakan

Alat-alat yang digunakan diatur dengan rapi pada LAFC,


posisi scalpel dan pinset serta alcohol 90% yang digunakan
untuk mensterilkan dissecting kit (scalpel dan pinset)
disebelah kiri Bunsen sedangkan botol kultur disebelah kanan
Masukkan planlet kedalam LAFC
Ambil planlet dan keringkan dengan tissue steril

Planlet dipotong dengan pisau scalpeldi atas petridish

Sebelum dan sesudah menggunakan pinset maupun scalpel


celupkan kedalam ethanol 90%, lalu dibakar pada nyala api
bunsen

Tanam eksplan pada media tanam yang bibir botolnya sudah


disterilkan dengan cara dibakar pada nyala api bunsen

Simpan botol kultur yang telah ditanami eksplan pada ruang


kultur

Amati perkembangannya selama 14 hari

b. Analisa Perlakuan
Pada praktikum bioteknologi pertanian tentang kultur organ
menggunakan bahan yaitu tanaman krisan, pada praktimum ada
dua tahapan yaitu sterilisasi awal dan penanaman eksplan.
Pada sterilisasi awal yang pertama diambil eksplan dari
batang atau pucuk tanaman krisan. Kemudian dimasukkan ke
dalam gelas beaker yang berisi dengan detergen dan dikocok
eksplan selama 5 menit ini berfungsi agar eksplan steril. Bilas
dengan air yang mengalir dan dimasukkan ke dalam gelas
beaker yang berisi fungisisda dan dikocok selama 5 menit,
pemberian fungisida untuk menghilangkan jamur yang ada.
Lalu bilas dengan air yang mengalir dan dimasukkan ke dalam
gelas beaker berisi clorox 30% dan dikocok eksplan selama 5
menit, pemberian clorox ini bertujuan agar eksplan lebih steril
lagi, selanjutnya dibilas dengan aquades. Gelas beaker yang
berisi aquades di masukkan ke dalam LAFC, ini agar lebih steril
lagi.
Penanaman eksplan dimulai dengan Siapkan alat dan bahan
serta planlet yang telah disterilisasi. Sebelum digunakan,
bersihkan LAFC kemudian sterilkan dengan sinar UV selama
20 menit. Sebelum melakukan penanaman, semprotkan alkohol
70% pada tangan dan semua botol yang akan digunakan. Alat-
alat yang digunakan diatur dengan rapi pada LAFC, posisi
scalpel dan pinset serta alkohol 90% yang digunakan untuk
mensterilkan dissecting kit (scalpel dan pinset) disebelah kiri
bunsen sedangkan botol kultur disebelah kanan. Lalu masukkan
planlet ke dalam LAFC, ambil planlet dan keringkan dengan
tisu steril. Potong planlet dengan pisau scalpel di atas petridish.
Sebelum dan sesudah menggunakan pinset maupun scalpel
celupkan ke dalam ethanol 90%, lalu dibakar pada nyala api
bunsen. Selanjutnya tanam eksplan pada media tanam yang
bibir botolnya sudah disterilkan dengan cara dibakar pada nyala
api bunsen. Kemudian botol kultur ditutup plastik wrapping lalu
diikat dengan karet gelang. Simpan botol kultur yang telah
ditanami eksplan pada ruang kultur. Amati perkembangannya
selama 14 hari.
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Eksplan

Eksplan yang normal Eksplan terkontaminasi bakteri

Pengamatan yang dilakukan kurang lebih saat satu minggu


setelah penanaman eksplan. Dari hasil pengamatan, terdapat
hifa-hifa kecil di sekitar eksplan. Hal tersebut kemungkinan
besar terjadi karena adanya kontaminasi pada eksplan yang
disebabkan oleh mikroorganisme, yaitu bakteri dan jamur.
Selain itu, ada juga eksplan yang terkontaminasi oleh spora dan
ada juga eksplan yang tidak dapat tumbuh karena
penanamannya terbalik. Hal ini membuat diperlukannya
pembersihan eksplan yang sudah terkontaminasi, agar
kontaminasi yang terjadi tidak tertular pada eksplan yang
lainnya.
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan, menunjukkan bahwa
eksplan pada kultur jaringan telah terkontaminasi pada kurang
lebih seminggu setelah penanaman. Hal ini dapat dilihat dari
adanya perubahan yang terdapat pada eksplan yang telah
ditanam pada media kultur. Salah satu kontaminan yang
menyerang eksplan yaitu berupa jamur berhifa dan bakteri.
Menurut Nursyamsi (2010), menyatakan bahwa kontaminan
bakteri banyak ditemukan ketika menanam kultur jaringan pada
media MS. Setiap kondisi kultur yang terkontaminasi sangat
ditentukan oleh beberapa hal, yaitu oleh keahlian pelaksananya,
sterilnya lingkungan kerja, jenis eksplan, cara sterilisasi,
kondisi suhu dan iklim pada saat kultur.
Pada proses pembuatan kultur jaringan, ada dua komponen
yang paling rentan terhadap kontaminasi mikroorganisme yaitu
media tumbuh dan eksplan. Pernyataan ini sesuai dengan
literatur menurut Hartati (2014), yang menyatakan bahwa
media kultur jaringan merupakan media yang sangat
mendukung bagi mikroba. Mikroba tersebut tumbuh dengan
cepat dan akan menutupi permukaan media beserta eksplan
yang ditanam. Disamping itu, mikroba akan menyerang eksplan
melalui luka-luka akibat pemotongan dan penanganan pada saat
sterilisasi sehingga mengakibatkan kematian jaringan eksplan.
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Kultur Jaringan merupakan suatu kegiatan memperbanyak
tumbuhan dengan menanam jaringan atau bagian dari tumbuhan
kemudian diperbanyak dengan ditumbuhkan di suatu media
yang mana nantinya mempunyai sifat yang sama dengan
induknya. Eksplan yang telah dikulturkan dapat mengalami
kontaminasi yang di tandai dengan adanya perubahan warna
pada eksplan dan media kultur. Kontaminasi yang terjadi dapat
disebabkan oleh bakteri, jamur maupun spora. Kultur jaringan
juga dipengaruhi oleh tingkat keahlian penanam karena akan
menentukan keberhasilan kultur jaringan itu sendiri. Kultur
jarigan yang sudah terkontaminasi harus segara dibuang atau
dijauhkan dari kultur jaringan yang lainnya karena apabila satu
kultur jaringan terkontaminasi maka kultur jaringan yang
lainnya bisa saja ikut terkontaminasi juga.
5.2. Saran
Praktikum sudah berjalan dengan baik. Semoga ke
depannya dapat lebih baik lagi.
DOKUMENTASI

Meletakkan Mencuci Eksplan Membilas Eksplan


Eksplan Ke Media

Menuang Menuang Memotong


Detergen Fungisida Eksplan

Eksplan yang LAFC


Telah Disayat
Eksplan yang Telah Menuang Eksplan Yang
Diletakkan di Media Clorox Terkontaminasi Bakteri

Eksplan Yang Tumbuh Eksplan Yang Eksplan Yang


dan Berkembang Terkontaminasi Spora Terbalik

Eksplan Yang Tidak


Terkontaminasi
DAFTAR PUSTAKA

Hartati, Yunita. 2014. Produksi Tunas Tumbuhan Kebiul


Eksplan Asal Embrio Pada Berbagai Komposisi Hormon
Secara In Vitro dan Implementasinya Sebagai Bahan Life
Skill Pada Pembelajaran Biologi. Master Thesis. Bengkulu:
Universitas Bengkulu.
Hendrayono, Daisy P. Sriyanti d. A. dan Wijayani, Ari (2012).
TEKNIK KULTUR JARINGAN. Yogyakarta: Kasinus.
Nursyamsi. 2010. Teknik Kultur Jaringan Sebagai Alternatif
Perbanyakan Tanaman untuk Mendukung Rehabilitasi
Lahan. Balai Penelitian Kehutanan Makassar.
Sandra, E. 2003. Kultur Jaringan Anggrek Skala Rumah
Tangga. Jakarta: AgroMedia Pustaka.
Yulianti, Nurheti. 2010. Kultur Jaringan Tanaman Skala
Rumah Tangga. Yogyakarta: Lily Publisher.
Zulkarnain. 2009. Kultur jaringan Tanaman Solusi
Perbanyakan T Tanaman Budi Daya. Jakarta: Bumi
Aksara.

Anda mungkin juga menyukai